DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Drs. Eko Suhartono, M.Si
DISUSUN OLEH :
Siti Raihana
2311111320018
Kata kuncinya adalah satu enzim hanya untuk satu substrat. Enzim
memiliki struktur sisi spesifik yang cocok dengan substrat. Teori ini mampu
menjelaskan spesifikasi enzim tetapi tidak dapat menerangkan bagaimana
stabilitas fase transisi enzim. Teori yang kedua adalah teori Kocshland, hal
ini didasarkan atas bahwa perubahan konformasi enzim disesuaikan dengan
substrat perubahan konformasi enzim sesuai substrat ini menyebabkan
enzim dapat mengikat lebih dari substrat sehingga kata kunci dari teori
konslet adalah 1 Enzim dapat mengikat beberapa substrat. Suhu merupakan
faktor yang mempengaruhi Aktivitas enzim kenaikan suhu menyebabkan
energi kinetik meningkat sehingga tumbukan antar molekul enzim dan
substrat akan meningkat pula hingga suhu optimumnya jika Suhu lebih tinggi
dari suhu optimum maka akan terjadi denaturasi protein sehingga Aktivitas
enzim menurun bahkan menjadi inaktif.
Sisi aktif pada enzim bersifat spesifik atau tidak fleksibel maka bentuk
enzim dengan substrat memiliki bentuk yang spesifik sampai menghasilkan
produk yang berasal dari substrat tetapi untuk enzim atau enzim tidak ikut
bereaksi. Kemudian yang kedua adalah teori kocshland atau direct
kecocokan berbeda dengan teori lock and key menurut teori kocshland sisi
aktif pada enzim menghasilkan fleksibel meskipun bentuk enzim dengan
bentuk substrat tidak pas tetapi enzim akan menyesuaikan bentuknya
dengan mengikuti bentuk substrat sehingga reaksi pada enzim akan tetap
menghasilkan produk yang diinginkan.
Tetapi ada juga beberapa enzim yang bekerja pada kondisi asam
seperti enzim-enzim yang ditemukan pada enzim pepsin dan juga renin.
Selain itu ada juga enzim yang efektif hanya dalam kondisi basa contohnya
enzim-enzim yang ditemukan pada usus 12 jari seperti tripsin dan juga
amilase maka enzim yang efektif dalam kondisi asam tidak bisa bekerja
dalam kondisi basa. Begitupun sebaliknya, namun jika enzim yang bekerja
efektif dalam kondisi netral maka dia juga tidak bisa bekerja baik itu dalam
kondisi baik asam maupun basa, selain derajat keasaman faktor yang
mempengaruhi tentang cara kerja enzim adalah konsentrasi.
Inhibitor dan kompetitif tidak menempati Sisi aktif pada enzim tetapi ia
menempati bagian alosterik pada enzim sehingga dia akan mengubah dari
sisi aktif dari enzim jika Sisi aktif pada enzim sudah berubah maka substrat
tidak dapat bereaksi dengan enzim kemudian yang terakhir yaitu inhibitor
umpan balik inhibitor umpan balik ini sebenarnya berasal dari produk dari
hasil reaksi jangan menghalangi sisi aktif enzim sehingga substrat yang
akan bereaksi dengan enzim tidak mampu menempati. Sisi aktif pada enzim
setelah kita mempelajari cara kerja enzim dan juga faktor-faktor yang
mempengaruhi tentang enzim setelah ini kita akan membahas tentang
penyakit mimenpik sebagai salah satu penyakit yang mempengaruhi cara
kerja enzim penyakit nimanpik dibagi menjadi dua macam yang pertama
adalah tipe a atau NPDA dan yang kedua adalah tipe B atau MTDB
keduanya adalah subtit nimentique dengan defisiensi asam spinomenalase.
Penyakit ini adalah kondisi langka yang diwariskan secara genetik ditandai
dengan ketidakmampuan untuk memecah protein yang disebut dengan
spinomielin karena kekurangan enzim pyngomeelase ada juga penyakit
nimantic type C yang diketahui disebabkan oleh mutasi gen yaitu NPC 1 dan
NPC 2 stingo mielin adalah lemak yang termasuk dalam membran sel ketika
sel menjadi tua atau pun rusak mereka difagositosis oleh makrofag yang
merupakan sel pada sistem kekebalan tubuh makrofag mengandung organel
yang disebut dengan lisosom yang berfungsi sebagai pusat terulang karena
mampu memecah zat besar yang berpotensi membahayakan ketika
digunakan kembali oleh tubuh makrofag akan memecah pingu mielin
dengan menggunakan enzim enzim tersebut disebut dengan asam
stimumyalase.
Enzim tersebut merupakan produk dari fosfolia pada jenis A dan B ada
mutasi pada gen SPD 1 yang menyebabkan cacat pada produksi
spimumielin. Mutasi ini menyebabkan ketidakmampuan untuk memecah
pingu mielin dimana hampir tidak ada sama sekali aktivitas dari
spinomenalase sementara NPD tipe B memiliki beberapa speedometer yang
tersisa namun mekanismenya tidak sepenuhnya dipahami yang akan
terakumulasi dalam lisosom mikrofit dapat menyebabkan kerusakan pada
banyak organ dan jaringan ketika didistribusikan ke seluruh tubuh makrofag
akan terobservasi mengandung sel dengan lipid yang disebut dengan form
Cell ketika diamati dibawah mikroskop.
Sindrom Hunter terjadi pada satu dari 100.000 hingga 170.000 kelahiran
dan diturunkan dalam keluarga diagnosis sindrom Hunter dapat dilakukan
dengan yang pertama tes urine yaitu memeriksa tingkat molekul gula yang
tinggi yang kedua tes darah yaitu menunjukkan tingkat aktivitas enzim yang
rendah atau tidak ada yang juga merupakan tanda penyakit dan yang ketiga
adalah tes genetik yaitu mengidentifikasi mutasi atau perubahan pada gen
untuk mengkonfirmasi diagnosis. Sebelum melakukan tes diagnosis tersebut
dapat dilakukan pemeriksaan gejala dan ciri fisik terlebih dahulu diagnosis
klinis sindrome Hunter pertama-tama membutuhkan riwayat medis dan
keluarga pasien secara menyeluruh dokter anak cenderung menjadi dokter
pertama yang menemukan pasien dengan sindrom hantu dan ada sejumlah
tanda dan gejala awal yang harus menimbulkan kecurigaan klinis analisis
GAG pada urine.
Dalam sebagian besar kasus sindrom Hunter kadar total GLG dalam
urine atau UGAG meningkat kelebihan menunjukkan kemungkinan definitif
untuk sindrom Hunter test lain harus dilakukan tes untuk analisis dapat
bersifat kuantitatif yaitu pengukuran, sedangkan dengan metode kualitatif
yaitu dengan elektroforesis atau kromatografi namun metode pengujian UKG
dapat terganggu oleh kurangnya sensitifitas dan dapat memberikan hasil
negatif palsu yang kedua adalah pemeriksaan enzim dalam darah. Jika
analisis ukiran menunjukkan peningkatan dermatan dan heparan sulfat
diagnosis biokimia definitif dari sindrom Hunter dapat diperjelas melalui tes
enzim darah.
Yang kedua adalah bon narrow Trans plane atau transplantasi sumsum
tulang dalam kasus sindrom Hunter yang lebih ringan transplantasi sumsum
tulang dapat dilakukan untuk menyediakan sumber baru defisiensi idore 2
sufatase sumsum tulang diambil dari pinggul donor sehat yang cocok
dengan darah dan jenis jaringan pasien sumsum tulang ditranslantasikan
melalui injeksi intravena transplantasi ini dapat membantu memperbaiki
masalah pernapasan dan fungsi organ utama seperti jantung hati dan limpa
mobilitas dapat ditingkatkan dan regresi mental dapat dicegah namun
perawatan tersebut tidak memperbaiki masalah yang terkait dengan
penglihatan atau tulang.
DAFTAR PUSTAKA
Suhartono, Eko. “Defisiensi Enzim: Sindrom Hunter.” Youtube, diunggah oleh Eko
Suhartono, 6 Januari 2023,
https://youtu.be/BVzHnVo4w8Q?si=LRm8rLR2R_RpsZRr
Suhartono, Eko. “Defisiensi Enzim Sphingomyelinase.” Youtube, diunggah oleh
Eko Suhartono, 9 Januari 2023,
https://youtu.be/Hgg34sXOBjQ?si=qDxsLidpwirC3NbE
Suhartono, Eko. “Materi Kuliah: Enzim dan Koenzim.” Youtube, diunggah oleh
Eko Suhartono, 28 November 2022,
https://youtu.be/X0295OzAJls?si=aRXsLgPutBkvwPbv