Estevany
Priliansi
NIM. 2161100054
Presentator 4
Cara Kerja Enzim
Salah satu ciri khas enzim yaitu cara kerjanya dilakukan secara spesifik. Itu artinya,
enzim hanya bisa bekerja pada substrat tertentu. Terdapat dua teori yang
menjelaskan mengenai cara kerja enzim, antara lain:
1. Teori Gembok dan Kunci (Lock and Key Theory)
Teori gembok dan kunci pertama kali dikemukakan oleh Emil Fischer, di tahun
1894. Di dalam teori penelitian ini, enzim akan berhubungan pada substrat dengan
bentuk yang serupa atau spesifik pada sisi aktif enzim. Teori yang satu ini disebut
dengan Teori Gembok dan Kunci. Dimana enzim digambarkan sebagai sebuah
kunci yang bisa membuka sebuah substrat yang digambarkan sebagai gembok.
Karena antara kunci dan gembok ini ada sisi yang serupa, maka keduanya bisa
terbuka dan tertutup. Namun pada teori ini mempunyai sebuah kekurangan, yaitu
tidak bisa menjelaskan tentang kestabilan pada enzim ketika mengalami
peralihan dengan titik reaksi enzim.
2. Teori Ketepatan Induksi
Sisi aktif enzim sendiri bersifat fleksibel, sehingga bisa berubah bentuk
menyesuaikan bentuk substrat. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
enzim merupakan sebuah protein katalis. Katalis adalah suatu agen kimia
yang merubah kecepatan reaksi tanpa ikut berubah karena adanya reaksi
tersebut. Enzim bisa melakukan hal itu berdasarkan pengaruhnya pada
energi aktivasi yang diperlukan oleh setiap reaksi kimia. Energi aktivasi
merupakan energi yang diperlukan untuk memecahkan molekul senyawa
reaktan.
2. Kofaktor
Kofaktor merupakan bagian dari komponen non protein yang ada di dalam enzim, yaitu berupa Ion Anorganik
atau aktivator, berupa logam yang memiliki ikatan lemah dengan enzim, Fe, Ca, Mn, Zn, K, Co, Ion Klorida, dan
Ion Kalsium.
3. Gugus Prostetik
Gugus prostetik merupakan sebuah senyawa organik yang memiliki ikatan kuat dengan enzim. Flavin Adenine
Dinucleotide (FAD), Heme, dan Biotin merupakan bagian dari Gugus Prostetik yang memiliki kandungan zat
besi dan berperan untuk memberikan kekuatan ekstra pada enzim, terlebih pada Katalase, Sitokrom Oksidase,
dan Peroksidase.
1. Suhu (Temperatur)
Faktor pertama yang bisa mempengaruhi aktivitas enzim adalah suhu
atau temperatur. Aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan
semakin tingginya suhu hingga batas optimum. Hal itu disebabkan
karena enzim tersusun atas protein. Oleh karena itu, pada temperatur
yang tinggi dan melebihi batas maksimum, hal itu bisa menyebabkan
denaturasi protein atau enzim sudah rusak. Pada suhu 0 derajat Celcius
enzim tidak aktif, namun tidak rusak. Apabila temperatur dikembalikan
lagi ke posisi normal, maka enzim akan aktif kembali. Suhu maksimum
untuk aktivitas enzim pada manusia dan juga hewan berdarah panas
yaitu 37 derajat celcius, sementara pada hewan berdarah dingin yaitu 25
derajat celcius. Kemampuan kerja enzim akan semakin menurun apabila
berada di atas suhu tertentu. Hal itu disebabkan karena panas akan
mengganggu ikatan hidrogen, ion, dan berbagai macam ikatan yang bisa
menstabilkan bentuk aktif dari enzim. Dengan begitu, enzim yang
merupakan protein akan mengalami proses denaturasi.
4. Zat-zat Penggiat
Adapun zat kimia tertentu yang bisa meningkatkan aktivitas enzim. Misalnya saja, garam-garam dan juga logam
alkali dalam konsentrasi encer yaitu 2 persen hingga 5 persen, bisa memacu kerja enzim. Begitu juga dengan ion
logam Co, Mg, Ni, Mn, dan Ci. Hal tersebut bisa mendukung teori Ketepatan Terinduksi.
5. Zat-zat Penghambat
Beberapa zat kimia bisa menghambat kinerja enzim. Misalnya saja garam yang mengandung raksa dan juga
sianida. Terdapat tiga jenis inhibitor :
a. Inhibitor Kompetitif
Pada penghambatan ini, terdapat zat penghambat yang memiliki struktur hampir sama dengan struktur substrat.
Dengan begitu, zat penghambat dengan substrat ini akan saling berebut dan bersaing untuk bisa bergabung
dengan sisi aktif enzim. Proses penghambatan tersebut bisa diatasi dengan cara meningkatkan konsentrasi
substrat.
b. Inhibitor Nonkompetitif
Inhibitor nonkompetitif bisa berhubungan dengan enzim yang ada di luar sisi aktif. Sehingga enzim akan
kehilangan aktivitasnya. Oleh karena itu, permukaan sisi aktif tidak bisa berhubungan dengan substrat.
c. Inhibitor Umpan-balik
Hasil akhir dari suatu reaksi dapat menghambat proses kerja enzim pada reaksi itu sendiri.
Salah satu fungsi yang paling penting dari enzim yaitu untuk membantu proses pencernaan. Adapun
cara kerja enzim yaitu dengan merubah bentuk makanan menjadi energi. Misalnya saja, enzim yang
ada pada kelenjar air liur, usus, pankreas, dan juga lambung. Enzim akan memecah protein, lemak, dan
juga karbohidrat. Tak hanya bisa menghasilkan energi dan juga nutrisi, enzim juga berfungsi untuk
membantu pertumbuhan dan juga perbaikan jaringan sel. Selain memiliki fungsi untuk membantu
proses pencernaan, enzim juga bisa membantu:
a. Proses pernapasan
b. Membangun otot
c. Membantu fungsi saraf
d. Membersihkan tubuh dari berbagai macam racun
Adapun fungsi lainnya dari enzim yaitu sebagai replikasi DNA. Setiap sel tersebut membelah diri,
maka perlu ada proses menyalin DNA. Peran enzim disini yaitu untuk membantu proses replikasi
dengan cara membuka gulungan DNA, kemudian menyalin informasi.
Enzim terdiri dari dua komponen, yakni bagian pro (apoenzim) dan bukan bagian dari protein
(gugus prostetik). Apoenzim tersusun atas protein dan mudah berubah tergantung faktor
lingkungan, misalnya pH dan suhu.
Sedangkan, gugus prostetik adalah gugus yang tidak aktif. Zat ini terdiri dari unsur logam, seperti
besi, mangan, magnesium atau natrium yang disebut kofaktor. Namun, gugus prostetik juga dapat
berupa bahan organik dan bukan protein, seperti vitamin B (koenzim).
SEKIAN
&
TERIMA KASIH