KINETIKA ENZIM
Dr. Edy Meiyanto, MSi., Apt dan Riris Istighfari J MSi., Apt
Pendahuluan
Kebanyakan reaksi biologi yang terjadi di dalam sel organisme hidup
dikatalisis oleh suatu protein yang disebut enzim. Peran fisiologi enzim tidak
cukup dijelaskan hanya berdasarkan strukturnya saja, namun penting juga
diketahui mengenai kecepatan enzim mengkatalisis suatu reaksi, seberapa baik
enzim mengenali substrat yang berbeda atau bagaimana aktivitasnya
dipengaruhi oleh senyawa-senyawa lain. Untuk dapat menggambarkan aktivitas
enzim secara menyeluruh, para ilmuwan menggunakan persamaan matematika
untuk mengkuantifikasi kekuatan katalitik enzim dan afinitas substratnya serta
respon enzim terhadap inhibitor. Analisis matematika didasarkan pada
pengukuran konsentrasi substrat dan produk hasil reaksi serta bagaimana
perubahan kuantitas keduanya terhadap fungsi waktu. Kinetika reaksi
menunjukkan seberapa cepat suatu reaksi kimia berjalan.
Gambar 1. Kinetika Reaksi Order 1. Kinetika reaksi order satu berlaku untuk reaksi
unimolekuler sederhana dimana hanya ada satu reaktan. Satuan konstanta
-1
kecepatannya dinyatakan dalam s
53
Pada reaksi unimolekuler perubahan A menjadi B dimana hanya ada satu
reaktan maka dikatakan bahwa reaksi sederhana tersebut mengikuti reaksi order
satu. Kecepatan reaksi order satu digambarkan sebagai hilangnya reaktan
terhadap waktu atau munculnya produk terhadap waktu. Kecepatan reaksi
ditunjukkan oleh slope dari garis yang terbentuk. Kecepatan reaksi sebanding
dengan konsentrasi reaktan. Pada reaksi sederhana tersebut k adalah konstanta
kecepatan reaksi order 1.
= = = k [A] [B]
54
substrat (ES) terlebih dahulu baru kemudian mengubah S menjadi P. Reaksi
yang dikatalis oleh enzim:
E
S P , lebih tepat dituliskan sebagai berikut:
E+S ES E+P
Semua reaksi yang dikatalis enzim akan menghasilkan kurva hiperbola antara
kecepatan versus substrat, namun demikian bentuk kurva yang tepat bergantung
pada beberapa hal, yaitu konsentrasi enzim, konsentrasi inhibitor enzim, pH,
temperatur, dan lain-lain.
Gambar VII-2. Kinetika Enzim. Kinetika reaksi order satu hanya berlaku ketika
konsentrasi substrat jauh lebih kecil dari enzim, sehingga = k [S] tidak tepat
digunakan.
55
Kinetika reaksi enzimatik bukan hanya reaksi order ke-1
Reaksi awal penggabungan E dan S merupakan suatu reaksi bimolekular
order 2 dengan konstanta kecepatan k1. Kompleks ES selanjutnya dapat
mengalami satu diantara dua reaksi unimolekular, yaitu reaksi konversi ES
menjadi E dan P dengan konstanta kecepatan k2 atau reaksi konversi ES
kembali menjadi E dan S dengan konstanta kecepatan k-1. Sedangkan reaksi
kebalikan bimolekular E dan P menjadi ES diasumsikan tidak terjadi sehingga
tidak ada k-2. Setelah E dan S membentuk kompleks ES, maka konsentrasi ES
tersebut ([ES]) tetap konstan sampai hampir saat semua substrat telah diubah
menjadi produk. Oleh karena itu dikatakan [ES] tetap dalam keadaan steady
state (memiliki nilai yang tetap/konstan), dan d[ES]/dt = 0.
56
k1[E][S] = k -1[ES] + k2[ES] (1)
Kecepatan reaksi pembentukkan produk adalah:
= d[P]/dt = k2 [ES] .(2)
Namun demikian [ES] tidak dapat diketahui melalui percobaan yang dapat
diketahui adalah [E]T dan [E], sedangkan [E]T = [E] + [ES]..(3). Sehingga jika
persamaan (3) dimasukkan ke dalam persamaan (1) akan diperoleh:
k1([E]T [ES])[S] = k -1[ES] + k2[ES] ...............(4),
persamaan tersebut ditata ulang sehingga mendapatkan tetapan Michaelis
Menten (KM), yaitu:
57
Persamaan 12 inilah yang disebut dengan persamaan Michaelis-Menten (Leonor
Michaelis dan Maude Menten, penemu persamaan tersebut pada tahun 1913).
Pengertian KM
Kecepatan
reaksi, V
Konsentrasi substrat
58
Konstanta Katalitik
Konstanta katalitik, disimbolkan dengan kcat, bermanfaat untuk
mengetahui seberapa cepat enzim bekerja setelah menyeleksi dan berikatan
dengan substrat, atau seberapa cepat kompleks ES berubah menjadi E + P.
Jadi kcat adalah konstanta kecepatan reaksi ketika enzim terjenuhkan oleh
substrat ([ES] [E]T dan v0 Vmax. Konstanta ini disebut juga jumlah maksimum
molekul substrat yang dapat diubah menjadi produk per molekul sisi aktif per
detik, merupakan konstanta kecepatan reaksi order ke-1 sehingga memiliki
satuan s-1.
Plot Lineweaver-Burk
Persamaan Michaelis-Menten dari kurva kecepatan vs substrat dapat
ditransformasikan menjadi bentuk linear yang dikenal dengan nama Plot
Lineweaver-Burk. Satuan KM adalah M, dan satuan Vmax adalah M1.s-1.
Persamaan Lineweaver-Burk mengikuti persamaan garis linear y=mx+b, dengan
slope adalah KM/Vmax, sedangkan intersept-nya adalah 1/Vmax.
Michelis-Menten Lineweaver-Burk
Persamaan Persamaan
59
Namun demikian tidak semua reaksi enzimatik mengikuti persamaan Michaelis-
Menten. Reaksi-reaksi berikut masih dievaluasi kinetikanya.
1. Reaksi Multisubstrat. Lebih dari separuh reaksi biokimia melibatkan 2
substrat, termasuk reaksi reduksi-oksidasi atau reaksi transferase. Setiap
substrat berinteraksi dengan enzim dengan KM -nya masing-masing. Untuk
menentukan nilai KM enzim terhadap substrat A, kecepatan rekasi diukur
pada beberapa konsentrasi substrat A, sedangkan substrat B dijaga dalam
konsentrasi tetap. Vmax adalah kecepatan reaksi maksimum ketika semua
substrat berada dalam konsentrasi yang mempu menjenuhkan sisi aktif
enzim.
2. Reaksi Multitahap. Reaksi multitahap melibatkan terbentuknya
intermediate. Konstanta kecepatan dari setiap tahap reaksi multihatap
kadang-kadang dapat ditentukan pada saat tahap awal/ inisiasi reaksi, yaitu
sebelum keadaan steady state tercapai. Hal ini memerlukan instrumen yang
dapat mencampur cepat reaktan dan memantau perkembangan rekasi dari
waktu ke waktu dalam kurun 1 detik-10-7 detik.
3. Reaksi nonhiperbolik. Banyak enzim oligomerik (mempunyai banyak
sisi aktif), tidak meniguti persamaan Michaelis-Menten, sehingga tidak
menghasilkan kurva hiperbolik kecepatan vs substrat. Pada jenis enzim ini
keberadaan sebuah substrat pada salah satu sisi aktifnya mempengaruhi sisi
aktif yang lain.
Inhibisi Enzim
Di dalam sebuah sel, enzim dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Suatu senyawa mungkin mampu berikatan dengan enzim sehingga
mempengaruhi ikatan enzim-substrat dan/atau kemampuan katalisisnya.
Pengetahuan mengenai inhibitor enzim bermanfaat untuk pengembangan terapi
atau obat, oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana inhibitor enzim bekerja dan
bagaimana cara meningkatkan kemampuan inhibisinya terhadap suatu enzim
target.
1. Inhibisi Enzim Tak Terbalikkan (Irreversibel)
Beberapa senyawa mampu berikatan sangat kuat dengan enzim
sehingga efeknya menjadi tak terbalikkan. Inhibitor yang tak terbalikkan pada
umumnya menyebabkan inaktivasi enzim. Efeknya terhadap kinetika enzim
60
adalah menurunkan konsentrasi enzim aktif sehingga menurunkan konsentrasi
kompleks ES yang berarti menurunkan kecepatan reaksi karena = d[P]/dt = k2
[ES]. Inhibitor tak terbalikkan biasanya beracun dan tidak cocok digunakan untuk
keperluan terapi.
61
A. Inhibitor kompetitif
B. Inhibitor non-kompetitif
62