Anda di halaman 1dari 2

Warning: Don't read unless you have a spare time! It's gonna be a very long post.

Apa Salahnya dengan Rumah Rapi dan Bersih?


Ketika masih single: "Maklum belum nikah"
Ketika sudah menikah dan tinggal di rumah kontrakan: "Ah..belum punya anak.
Tunggu aja nanti kalo udah punya anak"
Ketika tinggal di rumah sendiri: "Enak sih kalo rumah sendiri beberesnya, aku malas
soalnya msh ngontrak"
Ketika sudah punya 1 anak: "Anakmu perempuan sih. Coba kalo laki2"
Ketika ada art yang membantu: "Kamu ada art sih..."
Heheheh seringnya saya jawab dengan
Memang, rumah dengan kehadiran seorang anak, bisa dipastikan tidak akan selalu
rapi dalam 1x24jam, akan ada momen rumah hancur seperti kapal pecah. Tapi juga
bukan menjadi alasan untuk melakukan pembiaran kondisi berantakan terus menerus.
When you have time, please clean the mess ASAP.
Karena, ini juga merupakan hipnoterapi bagi anak, bahwa kondisi rumah itu
defaultnya adalah bersih, bukan berantakan.
Alih-alih mengkambinghitamkan kondisi seperti yang sering digadang-gadang
tulisan2 yang melumrahkan rumah berantakan, maka saya tawarkan dengan sudut
pandang yang berbeda, bahwa ketika rumah bersih dan rapi, mungkin:
1. Si empunya cinta kebersihan dan kerapihan.
2. Si anak diajarkan tentang kebersihan dan kerapihan.
Dua poin itu saja cukup.
Memang kenapa rumah harus rapi?
1. Rumah sempit jadi terlihat lapang
2. Pikiran jadi lebih fresh
3. Mudah mencari barang yang diperlukan
4. Rumah nyaman ditempati
But, how to manage a clean and tidy house when we have a very active child running
around the house? Just watch the Clean House TV Show! Kidding heheheh...
1. Consistent storage.
Pastikan semua benda memiliki tempat. Jadi ketika sudah dipakai, semua bisa masuk
kembali ke tempatnya dengan mudah.
Mengapa harus konsisten? Supaya semua penghuni rumah terbiasa dan tidak ada lagi
yang kesulitan menyimpan dan mencari benda karena tempatnya selalu sama.
Terutama anak, adaaaa aja yang ditanyakan, "Gunting di mana, Ma? Lem di mana?
Bonekaku di mana?".

When we have a consistent storage, it's much easier to help them finding the things
they need.
2. Rapikan sebelum melakukan hal lain.
Wah, kalo anak bermain, semua bisa dikeluarkan. Biasanya saya pakai trik syarat
merapikan ketika anak mau melakukan hal lain, "Mama aku mau es krim".
"Boleh, tapi rapikan dulu mainanmu, ya".
Anak dengan segala strateginya akan mengeluh lelah, cape, dll. They were born
genius, weren't them? grin emoticon
Keep encourage them, do the cleaning together with them.
Tidak selalu berhasil, no problemo. Maka mari rapikan sendiri, mudah karena ada
consitent storage.
3. Consistent number of things.
Inline dengan consistent storage, maka jumlah benda usahakan sama. Hal ini berlaku
terutama untuk tempat2 penyimpanan yang memakan banyak tempat. Misal, 1 kotak
mainan anak. Maka cukup sekianlah kapasitasnya, jika ada mainan baru, artinya
mainan lama perlu dihibahkan. Begitupun halnya dengan lemari pakaian, jika pakaian
sudah tidak tertampung, berarti ada pakaian yang harus kita hibahkan.
Pssst...hal ini tidak berlaku untuk koleksi buku, karena di rumah kami, selalu ada
space yg bisa diakali untuk menyelipkan buku grin emoticon
4. Turunkan standar.
The last but the most important point to avoid insanity.
Ya, saya setuju untuk sesekali tetap leyeh2 walaupun rumah seperti kapal pecah,
setrikaan menumpuk, rak berdebu. Relax, enjoy your time, have lunch outside with
your kids, do a visit to your favorite place, anything which can boost your mood!
Setelah itu, kembalilah...Rumah kita menanti sentuhan tangan kita.
Tidak perlu sesuai standar kita dahulu. Semampunya, yang penting cukup rapi dan
bersih untuk kita tinggali dengan nyaman.
Bersih itu sehat, rapi itu indah.
Semoga semua ibu diberikan kekuatan dan kesabaran untuk menghadirkan rumah
yang sehat dan nyaman untuk keluarga.
Semoga para bapak diberikan keihkhlasan untuk membantu daily chores di rumahnya.
Once you love cleanliness and tidiness, you will pursue them no matter how, wherever
you stay.
Happy Monday!
-Menulis adalah menasihati diri sendiri-

Anda mungkin juga menyukai