Anda di halaman 1dari 16

A.

JUDUL PERCOBAAN
Heksaaminkobalt (III) triklorida

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara mensintesis
heksaaminkobalt (III) triklorida dan mengetahui warna serta bentuk kristalnya.

C. LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Umum
Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya logam, atau
kelompok atom yang dikelilingi oleh sejumlah anion atau molekul netral disebut
senyawa kompleks. Anion atau molekul- molekul netral yang mengelilingi atom
pusat atau kelompok atom iu disebut ligan. Ikatan yang terjadi antara ligan dan
atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi , sehingga senyawa kompleks
disebut pula senyawa koordinasi. Jumlah ligan yang mengelilingi atom pusat
mnyatakan bilangan koordinasi. Jumlah muatan kompleks ditentukan dari
penjumlahan dan jumlah muatan ligan yang membentuk kompleks. Cabang ilmu
kimia yang mempelajari tentang senyawa koordinasi disebut kimia koordinasi.
Sifat- sifat kimia koordinasi dapar diprediksi dari sifat logam pusatnya dan ligan.
Hala yang sanat spesifik dari senyawa kompleks adalah adanya spesies bagian
dari senyawa itu yang tidak berubah baik dalam padatan maupun dalam larutan
walaupun sedikit ada disosiasi (Ramlawati, 2005: 10).
Senyawa ion logam yang berkoordinasi dengan ligan disebut dengan
senyawa kompleks. Sebagian besar ligan adalah zat netral atau anionik tetapi
kation, seperti kation tropilium juga dikenal. Ligan netral, seperti amonia, NH3
atau karbon monoksida, CO, dalam keadaan bebas pun merupakan molekul yang
stabil, semenatara ligan anionik, seperti Cl- atau C5H5-, distabilkan hanya jika
dikoordinasikan ke atom logam pusat. Ligan dengan satu atom pengikat disebut
ligan monodentat, dan yang memiliki lebih dari satu atom pengikat disebut ligan
polidentat, yang juga disebut ligan khelat. Jumlah atom yang diikat pada atom
pusat disebut dengan bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi ditentukan oleh
ukuran atom logam pusat, jumlah elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks
dengan bilangan koordinasi antara 2 dan 9. Khususnya kompleks bilangan
koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling stabil secara elektronik dan secara
geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6 yang paling banyak
dijumpai (Saito, 2008: 117- 119).
Senyawa kompleks dilaboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan
ligan yang merupakan suatu basa dan mempunyai pasangan elektron bebas
dengan logam yang merupakan penerima pasangan elektron yang didonorkan oleh
ligan. Berdasarkan banyaknya elektron yang didonorkan oleh ligan maka ligan
dapat diklasifikasikan menjadi ligan monodentat, liganbidentat dan ligan
multidentat. Ligan monodentat hanya dapat mendonorkan sepasang elektron yang
dimilkinya ke logam. Ligan bidentat dapat mendonorkan dua pasang elektron
yang dimilikinya kelogam, sedangkan banyak elektron yang bisa didonorkan ke
logam pada ligan multidentat. Ligan-ligan multidentat ini pula yang dapat
membentuk struktur kelat dalam kimia koordinasi oleh karena banyaknya
pasangan elektron yang bisa didonorkan ke logam (Saria, dkk., 2012: 115).
Kimia tentang senyawa-senyawa kompleks relatif belum lama. Awal dari
kimia koordinasi biasanya dianggap sejak ditemukannya senyawa
heksaaminkobalt (III) klorida CoCl3.6NH3 oleh Tassaert pada tahun 1789. Dia
mendapatkan bahwa larutan Co(III) klorida ditambahkan larutan NH3 dan
dibiarkan semalam, akan terbentuk kristal- kristal CoCl.6NH3 yang berwarna
orange. Dia dan ahli lain tidak dapat menjelaskan apa sebabnya dua senyawa
diatas, yang masing-masing saling jenuh valensinya dapat salig berikatan
membentuk senyawa yang baru. Pembuatan dari kompleks-kompleks logam
biasanya dilakukan dengan mereaksikan garam-garam dengan molekul-molekul
atau in-ion tertentu (Ramlawati, 2005: 2).
Senyawa koordinasi heksaamin kobalt (III) triklorida, Co(NH3)6]Cl3
merupakan suatu senyawa koordinasi yang terbentuk dari ion kompleks
[Co(NH3)6]3+ dan tiga ion klorida. Keenam ion NH3 terikat langsung pada atom
logam pusat, Co (III) dan disebut ligan. Bilangan koordinasi kobalt adalah enam
dengan struktur kristal oktahederal. Heksaaminkobalt (III) triklorida dapat
disintesis dari kobalt sulfat dan ammonium klorida dan ammonium hidroksida,
mula-mula terbentuk ion heksaaminkobalt (II) kemudian dioksidasi oleh timbal
dioksida menjadi heksaaminkobalt (III) (Tim Dosen Sintesis Kimia Anorganik,
2018: 3).
Kobalt adalah logam berwarna abu- abu seperti baja, dn bersifat sedikit
magnetis. Ia melebur pada 1490℃.logam ini mudah melarut dalam asam- asam
mineral encer:
Co + 2H+ → Co2+ + H2↑
Pelarutan dalam asam nitrat disertai dengan pembentukan nitrogen oksida
3 Co + 2HNO3 + 6H+ → 3Co2+ + 2NO↑ + 4H2O
Dalam larutan air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt (II), Co2+
kadang- kadang khususnya dalam Co3+. Kedua ion-ion ini masing- masing
diturunkan dari CoO dan Co2O3. Oksida kobalt(II)- kobalt(III), Co3O4, juga
diketahui ( Svehla, 1979: 276).
Kobalt lebih reaktif daripada besi. Tingkat oksidasi yang umum bagi
kobalt yaitu +2 dan +3. Dalam larutan berair, ion [Co(H2O)6]2+ dan [Co(H2O)6]3+
keduanya dikenal, tapi kobalt (III) bersifat oksidator, dan dalam larutan air kecuali
dalam lingkungan asam, terurai dengan cepat Co(III) mengoksidsi air dengan
membebaskan dioksigen (Sugiyanto, 2003: 253).
Dalam larutan air dari senyawa- senyawa kobalt(II), terdapat ion Co2+
yang merah. Senyawa- senyawa kobalt(II) yang tak terhidrat atau tak berdisosiasi
berwarna biru. Jika disosiasi dari senyawa-senyawa kobalt ditekan, warna larutan
beransur- ansur berubah jadi biru. Ion kobalt(III), Co3+, tidak stabil, tetapi
kompleks-kompleksnya stabil , baik dalam larutan maupun dalam bentuk kering.
Kompleks-kompleks kobalt(II) dapat dioksidasikan dengan mudah menjadi
kompleks-kompleks kobalt(III) (Svehla, 1979: 276).
Semua senyawa kompleks kobalt (III) mengabsorpsi geometri oktahedron
sebagai salah satu contohnya yaitu heksaaminkobalt (III), [Co(NH3)6]3+. Seperti
pada ion-ion besi, perbedaan ligan mengakibatkan perbedaan harga potensial
reduksi yang sangat signifikan, sehingga hal ini mempengaruhi kestabilan tingkat
oksidasi ion kompleks yang bersangkutan. Sebagai contoh yaitu:
[Co(H2O)6]3+ + e ⇆ [Co(H2O)6]2+ Eo = 1,82 V
[Co(NH3)6]3+ + e ⇆ [Co(NH3)6]2+ Eo = 0,10 V
Nilai potensial reduksi ion [Co(NH3)6]3+ (+0,10) Jauh lebih rendah daripada nilai
potensial reduksi oksigen (+1,23). Oleh karena itu, oksigen sangat potensial
sebagai oksidator yang baik terhadap ion [Co(NH3)6]3+ menurut reaksi:
4 [Co(NH3)6]2+(aq) + O2g) + 2 H2O(g) → 4 [Co(NH3)6]3+ + 4 OH-
(Sugiyanto, 2003: 254).
Endapan kobalt(II) hidroksida mudah larut dalam ammonia atau larutan garam-
garam ammonium pekat, asalkan cairan induk bersifat basa:
Co(OH)2 ↓ + 6NH3 → [Co(NH3)6]2+ + 2 OH-
Co(OH)2 ↓ + 6NH4+ + 4OH- → [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Larutan heksaaminkobaltat(II) yang coklat kekuningan perlahan- lahan berubah
menjadi merah kecoklatan jika terkena udara, hidrogen peroksida lebih cepat
mengoksidasikan ion kompleks itu menjadi ion heksaaminkobaltat(III).
4[Co(NH3)6]2+ + O2 + H2O → 4[Co(NH3)6]3+ + 4 OH-
2 [Co(NH3)6]2+ + 2H2O2 → 2 [Co(NH3)6]3+ + 2 OH-
Bila ada serta garam- garam ammonium, alkali hidroksida tidak mengendapkan
kobalt(II) hidroksida sama sekali. Demikian pula hanya jika larutan mengandung
sitrat atau tartrat (Svehla, 1979: 277).
Jika tidak terdapat garam-garam ammonium, sedikit ammonia akan
mengandapan garam basa seperti:
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- → Co(OH)NO3↓ + NH4+
Kelebihan reagensia melarutkan endapan, pada mana ion-ion heksaaminkobalt (II)
terbentuk:
Co2+ + 6NH4+ ⇆ [Co(NH3)6]2+ + 6H+
Bergeser kearah kanan karena pengikatan ion hidrogen oleh ammonia:
H+ + NH3 → NH4+
Ciri-ciri dari endapan dan kompleks ini adalah terbentuk kristal berwarna
coklat-kekuningan yang perlahan-lahan akan berubah menjadi merah-kecoklatan
apabila terkena udara (Svehla, 1979: 277).
Analisis dan karakterisasi senyawa kompleks dapat dilakukan dengan
menentukan panjang gelombang kompleks Co(II) dengan ligan, karakterisasi
dengan menggunkan karakterisasi FTIR. Senyawa kompleks yang berbeda akan
mempunyai panjang gelombang yang berbeda pula, hal ini karena setiap logam
mampu menyerap sinar ultraviolet maupun visible pada panjang gelombang
tertentu. Adanya perbedaan panjang gelombang tersebut menunjukkan bahwa
senyawa kompleks yang disintesis telah terbentuk. Pada penelitian ini dilakukan
analisis UV-Vis ion kobalt(II) dan senyawa kompleks dengan jarak panjang
gelombang mulai 200 nm hingga 800 nm. Panjang gelombang maksimum pada
sumber ion kobalt yaitu 640 nm. Senyawa kompleks mampu menyerap sinar
visible pada panjang gelombang maksimum yang lebih rendah dari pada logam
yaitu 460 nm. Pergeseran panjang gelombang maksimum tersebut dipengaruhi
oleh adanya transfer muatan dari ligan ke logam. Pada karakterisasi FTIR
senyawa kompleks kompleks Co(II) dengan ligan (1) diukur pada bilangan
gelombang 4000-375 cm-1. Spektra yang dihasilkan dapat digunakan untuk
mengetahui adanya gugus fungsi dalam senyawa kompleks sehingga dapat
memperkuat data sebelumnya dan dapat membantu untuk memprediksi struktur
senyawa kompleks (Ningtyas dan Fahimah, 2016: 89).
2. Tinjauan Khusus
Senyawa koordinasi heksaamin kobalt (III) triklorida, Co(NH3)6]Cl3
merupakan suatu senyawa koordinasi yang terbentuk dari ion kompleks
[Co(NH3)6]3+ dan tiga ion klorida. Heksaaminkobalt (III) mengabsorpsi bentuk
geometri octahedral. Heksaaminkobalt (III) triklorida dapat disintesis dari kobalt
sulfat dan ammonium klorida dan ammonium hidroksida, mula-mula terbentuk
ion heksaaminkobalt (II) kemudian dioksidasi oleh timbal dioksida menjadi
heksaaminkobalt (III) (Tim Dosen Sintesis Kimia Anorganik, 2018: 3). Larutan
heksaaminkobaltat(II) yang coklat kekuningan perlahan- lahan berubah menjadi
merah kecoklatan jika terkena udara, hidrogen peroksida lebih cepat
mengoksidasikan ion kompleks itu menjadi ion heksaaminkobaltat(III).
4[Co(NH3)6]2+ + O2 + H2O → 4[Co(NH3)6]3+ + 4 OH-
2 [Co(NH3)6]2+ + 2H2O2 → 2 [Co(NH3)6]3+ + 2 OH-

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas kimia 250 mL 2 buah
b. Gelas kimia 100 mL 2 buah
c. Kaca arloji 2 buah
d. Corong Buchner 1 buah
e. Pompa vakum 1 buah
f. Neraca analitik 1 buah
g. Pembakar spiritus 1 buah
h. Kaki tiga 1 buah
i. Kasa asbes 1 buah
j. Batang pengaduk 1 buah
k. Botol semprot 1 buah
l. Pipet tetes 3 buah
m. Spatula 1 buah
n. Gelas ukur 10 mL 1 buah
o. Gelas ukur 50 mL 1 buah
p. Gelas kimia 400 mL 1 buah
q. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
r. Termometer 1100C 1 buah
s. Mikroskop 1 buah
t. Botol vial 1 buah
2. Bahan
a. Kobalt sulfat (CoSO4)
b. Amonium klorida (NH4Cl)
c. Amonium hidroksida pekat (NH4OH)
d. Timbal oksida (PbO2)
e. Arang aktif (C)
f. Larutan asam klorida pekat (HCl)
g. Larutan etanol 95% (C2H5OH)
h. Lakmus merah dan biru
i. Es batu (H2O)s
j. Aquades (H2O)l
k. Kertas saring whatman
l. Tissu
E. PROSEDUR KERJA
1. Sebanyak 5,6013 gram CoSO4 dan 5,5294 gram NH4Cl dilarutkan dalam 25
ml air. Lalu diaduk kemudian dipanaskan tetapi jangan sampai larutan
mendidih.
2. Perubahan warna dari larutan diamati lalu dicatat.
3. Sebanyak 10 ml NH4OH pekat ditambahkan kedalam larutan disertai
pengadukan (dilakukan dalam lemari asam), lalu ditambahkan 2,4060 gram
PbO2 dan 0,5364 gram arang aktif, larutan terus diaduk.
4. Larutan dalam gelas kimia ditutup dengan kaca arloji,campuran dipanaskan
sampai mencapai titik didih yang ditandai dengan terbentuknya gelembung
udara.
5. Larutan didinginkan pada suhu kamar kemudian didinginkan lagi sampai
10oC dengan es batu.
6. Kristal yang terbentuk disaring dengan corong buchner. Gelas piala dibilas
dengan 3 ml air es dan cairannya dipakai untuk mencuci kristal. Filtratnya
dibuang.
7. Kertas saring beserta isinya dipindahkan kedalam gelas kimia. Residu dibilas
dengan 5 ml air, lalu ditambahkan lagi air sampai volume menjadi 75 ml.
8. Sebanyak 1,5 ml HCl pekat ditambahkan lalu diaduk. Keasaman diperiksa
dengan kertas lakmus merah dan biru.
9. Larutan lalu dipanaskan sampai hampir mendidih yang ditandai dengan
terbentuknya gelembung udara.
10. Larutan panas disaring dengan corong buchner dan filtratnya dipindahkan
dalam gelas kimia bersih.
11. Filtrat ditambahkan 30 ml HCl pekat secara perlahan-lahan dengan terus
diaduk dan larutan dibiarkan menjadi dingin pada suhu kamar.
12. Kristalnya disaring dengan corong buchner. Air yang tertinggal dihilangkan
dengan dicuci dua kali dengan etanol 95%.
13. Kristal dikeringkan dalam oven.
14. Kristal beserta kertas saring ditimbang dan diamati warnanya.
15. Bentuk kristal diamati dengan mikroskop.
16. Uji titik leleh kristal dengan menggunakan melting point.
F. HASIL PENGAMATAN
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. Ditimbang kobalt sulfat Massa kobalt sulfat = 5,6013 g
2. Ditimbang amonium klorida Massa amonium klorida = 5,5294 g
3. Ditimbang timbal (II) oksida Massa timbal (II) oksida = 2, 4060 g
4. Ditimbang arang aktif Massa arang aktif = 0,5364 g
5. Kobalt sulfat dicampur dengan Larutan berwarna merah maron
amonium klorida + 25 mL H2O
dan diaduk
6. Larutan dipanaskan Larutan berwarna ungu pekat
7. Larutan ditambah dengan 10 mL Larutan berwarna hitam
NH4OH pekat
8. Larutan ditambah dengan 2,4060 g Larutan berwarna hitam
dan ditambah dengan 0,5364 g
9. Larutan dipanaskan sampai titik Larutan berwarna hitam
didih
10. Larutan didinginkan pada suhu larutan dingin
kamar
Larutan didinginkan dengan es Larutan dengan suhu 10 oC
batu
o
11. Larutan suhu 10 C disaring Residu berwarna hitam
dengan corong buchner
12. Residu dan kertas saring dibilas Larutan berwarna hitam keunguan
dengan 3 mL air, lalu dimasukkan
dalam gelas kimia dan ditambah
75 mL air
13. Larutan hitam keunguan Lakmus merah tetap merah
ditambahkan 1,5 mL HCl pekat Lakmus biru menjadi merah
sambil diaduk, lalu diuji pH = 3
keasaman dengan lakmus
14. Larutan netral dipanaskan selama Filtrat berwarna orange
5 menit, lalu disaring panas-panas
15. Filtat orange ditambah 30 mL Larutan berwarna orange pekat
HCl pekat, lalu diaduk
16. Larutan orange pekat dibiarkan Residu berwarna orange
pada suhu kamar lalu disaring
17. Residu orange dibilas 2x dengan Kristal berwarna orange
etanol 95% lalu dikeringkan
dalam oven
18. Kristal orange ditimbang Berat kertas saring = 0,9007 g
Berat kristal + kertas saring =1,9632 g
Berat kristal = 1,9632 g - 0,9007 g
= 1,0625 g

G. ANALISIS DATA
Dik : m CoSO4 = 5,6013 gram Mr = 155 gram/mol
m NH4Cl = 5,5294 gram Mr = 53,5 gram/mol
m PbO4 = 2,4060 gram Mr = 239 gram/mol
ρ NH4OH = 0,91 g/ml Mr = 35 gram/mol
V NH4OH = 10 ml
Mr [Co(NH3)6]Cl3 = 267,5 gram/mol
Dit : % rendemen = ........................?
Penyelesaian :
𝑔𝑟𝑎𝑚 5,6013 𝑔𝑟𝑎𝑚
n CoSO4 = = = 0,03 mol
𝑀𝑟 155 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 5,5294 𝑔𝑟𝑎𝑚
n NH4Cl = = = 0,10 mol
𝑀𝑟 53,5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟𝑎𝑚 2,4060 𝑔𝑟𝑎𝑚
n PbO4 = = = 0,01 mol
𝑀𝑟 239 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟
ρxv 0,91 𝑥 10 𝑚𝑙
𝑚𝑙
n NH4OH = = = 0,26 mol
𝑀𝑟 35 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

massa H2O = massa jenis H2O x Volume H2O


= 1 g/mL x 25 mL
= 25 gram
𝑔𝑟𝑎𝑚 25 𝑔𝑟𝑎𝑚
mol H2O = 𝑀𝑟
= 18𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 =1,38 mol

Reaksi yang terjadi:


CoSO4 + 5NH4Cl + NH4OH [Co(NH3)6]SO4 + 5HCl + H2O
m : 0,03 mol 0,10 mol 0,26 mol - - -
b : 0,02 mol 0,10 mol 0,02 mol 0,02 mol 0,10 mol
s : 0,01 mol - 0,24 mol 0,02 mol 0,10 mol

[Co(NH3)6]SO4 + PbO2 + 3HCl [Co(NH3)6]Cl3 + PbSO4


m : 0,02 mol 0,01 mol - -
b : 0,01 mol 0,01 mol 0,01 mol -
s : 0,01 mol - 0,01 mol -
mol [Co(NH3)6]Cl3 = 0,01 mol
massa teori [Co(NH3)6]Cl3 = (mol x Mr ) [Co(NH3)6]Cl3
= 0,01 mol x 267,5 gram/mol
= 2,675 gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
% rendemen = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
1,0625 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 %
2,675 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 39,71 %

H. PEMBAHASAN
Percobaan ini betujuan untuk mengetahui cara mensintesis senyawa
heksaaminkobalt (III) triklorida serta untuk mengetahui warna dan bentuk dari
kristalnya. Heksaaminkobat (III) triklorida dapat disintesis dari kobalt sulfat
dengan ammonium klorida dan ammonium hidroksida (Tim Dosen Sintesis Kimia
Anorganik, 2018: 3). Heksaaminkobalt (III) triklorid merupakan senyawa
koordinasi yang terbentuk dari ion kompleks [Co(NH3)6]3+ dan tiga ion klorida.
Senyawa heksaaminkobalt (III), [Co(NH3)6]3+ memiliki bentuk geometri
oktahedron (Sugiyanto, 2003: 254).
Senyawa koordinasi heksaaminkobalt (III) triklorida dibuat dengan
merekasikan kobalt sulfat, ammonium klorida dan ammonium hidroksida. Kobalt
sulfat berfungsi sebagai penyedia atom pusat Co sedangkan ammonium klorida
dan ammonium hidroksida berfungsi sebagai penyedia enam ligan NH3. Pada
penambahan larutan kobalt sulfat dengan ammonium klorida menghasikan larutan
berwarna merah maroon yang menandakan telah terjadi pertukaran ligan. Larutan
tersebut kemudian dipanaskan yang berfungsi untuk mempercepat pergantian
ligan serta tidak sampai mendidih karena apabila larutan sampai mendidih maka
ammonia pada larutan tersebut akan menguap sehingga tidak akan terbentuk
senyawa koordinasi heksaaminkobalt (II). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
CoSO4 + 5NH4Cl + NH4OH [Co(NH3)6]SO4 + 5HCl + H2O
Larutan yang diperoleh selanjutnya direaksikan dengan ammonium
hidroksida dan ditambahkan dengan timbal oksida menghasilkan larutan yang
berwarna hitam. Fungsi penambahan timbal oksida yang untuk mengoksidasi
heksaaminkobalt (II) menjadi heksaaminkobalt (III).
Larutan hitam yang ditambahkan dengan arang yang berfungsi untuk
mengikat timbal yang terdapat dalam larutan. Larutan selanjutnya dipanaskan
dalam keadaan tertutup dengan gelas arloji tujuannya penutupan dengan gelas
arloji agar ligan yang terdapat dalam larutan tidak menguap dan larutannya juga
harus dijaga agar tidak mendidih, tandanya yaitu terdapat gelembung pada
dinding gelas kimia. Larutan yang mendidih maka senyawa NH3 yang didalamnya
akan hilang dan hasilnya akan berkurang. Larutan yang diperoleh selanjutnya
didinginkan pada suhu kamar serta pada air es hingga suhu 10℃. Fungsi
pendinginan pada suhu kamar adalah agar terbentuk kristal yang baik serta pada
suhu 10℃ agar pembentukan kristal dapat berlangsung cepat.
Kristal yang diperoleh selanjutnya disaring dengan menggunakan corong
Buchner yag berfungsi untuk memisahkan residu dengan filtratnya. Residu duci
dengan air es yangberfungsi untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang masih
tertinggal sebagai residu yang berupa ion sulfat. Residu yang diperoleh berwarna
hitam yang selanjutnya dimasukkan dalam gelas kimia beserta kertas saringnya
karena dikhawatirkan jika dipisahkan residu dengan kertas saring maka masih
terdapat ion-ion ligan dalam kertas saring lalu dilarutkan kembali dengan aquades
menghasilkan larutan berwarna hitam keunguan. Larutan selanjutnya diasamkan
dengan HCl pekat dan keasaman diperiksa dengan menggunkan kertas lakmus dan
indikator universal. Kertas lakmus bertujuan untuk mengetahui larutan apakah
sudah bersifat asam atau belum yang dibuktikan dengan berubahnya kertas
lakmus biru menjadi merah dan lakmus merah yang tetap merah. Sedangkan
indikator universal bertujuan untuk mengetahui pH larutan dimana pH yang
didapatkan adalah 3. Penambahan HCl bertujuan untuk memberikan suasana asam
pada larutan dimana apabila larutan bersifat netral atau bersifat basa maka pada
saat larutan dipanaskan nanti akan terjadi hidrolisis ligan yang mengakibatkan sati
ligan atau lebih NH3 akan diganti oleh ligan H2O.
Selanjutnya larutan dipanaskan selama 5 menit yang bertujuan untuk
mempercepat pelarutan senyawa kompleks yang terbentuk lalu disaring panas-
panas. Hal ini bertujuan untuk memisahkan PbSO4 yang terbentuk dan kertas
saring dari larutan yang menghasilkan filtrat berwarna orange. Larutan disaring
dalam keadaan panas agar senyawa kompleks berada dalam fase cair sehingga
dapat dipisahkan dari pengotornya yang berfase pada berupa PbSO4 dan kertas
saring itu sendiri.
Filtrat kemudian diambahkan dengan larutan HCl pekat yang perlahan-
lahan dilakukan agar pembentukan intinya dapat sempurna selain itu kristal yang
terbentuk akan lebih banyak. Penambahan HCl ini berfungsi untuk
menyeimbangkan ion Cl- yang terdapat dalam larutan. Larutan yang diperoleh
berwarna orange pekat. Adapun reaksi yang terjadi adalah:
[Co(NH3)6]SO4 + PbO2 + 3HCl [Co(NH3)6]Cl3 + PbSO4
Kristal selanjutnya didinginkan yang bertujuan agar terbentuk kristal yang
diinginkan. Kristal yang terbentuk selanjutnya disaring dengan menggunakan
corong Buchner untuk memperoleh kristal yang telah terbentuk, pada saat
penambahan HCl. Kristal yang berwarna orange dicuci etanol 95% sebanyak
dengan dua kali pencucian. Pencucian dengan etanol 95% ini bertujuan untuk
mengikat zat-zat pengotor pada kristal dan mengikat sisa-sisa air yang terdapat
dalam kristal, karena sifat etanol yang polar sama dengan dengan air maka dapat
mengikat air yang terdapat dalam kristal, kristal yang diperoleh selanjutnya
dikeringkan.
Kristal yang telah benar-benar kering selanjutnya ditimbang, dimana
sebelumnya itu kertas saring yang digunakan telah ditimbang sehingga dapat
dikurangi dengan bobot kristal yang diperoleh. Warna kristal yang diperoleh
berwarna orange dengan bentuk jarum. Adapun massa kristal yang diperoleh
yaitu sebesar 1,0625 g dengan rendemen sebesar 39,71 %.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukaan, maka dapat disimpulkan bahwa
senyawa koordinasi heksaaminkobalt (III) triklorida dapat disintesis dengan
mereaksikan kobalt sulfat dengan ammonium klorida dan ammonium hidroksida.
Kristal yang diperoleh berwarna orange, dengan bentuk kisinya monoklin dan
geometrinya oktahedral serts berat kristal yang didapatkan yaitu 1,0625 g dengan
rendemen sebesar 39,71 %.
Jawaban Pertanyaan

1. Reaksi setengah untuk reduksi PbO2


Co2+ Co3+ + e- X2
Pb4+ + 2e- Pb2+ X 1
2 Co2+ 2Co3+ + 2e-
Pb4+ + 2e- Pb2+
2 Co2+ + Pb4+ 2 co3+ + Pb2+
2. Senyawa koordinasi Heksaaminkobalt (III) triklorida lebih mudah larut dengan
HCl encer, karena HCl encer merupakan larutan yang telah terionisasi menjadi
H+ dan Cl-. HCl yang telah terionisasi ini mengandung banyak molekul-
molekul air dalam larutannya sehingga dengan mudah melarutkan
Heksaaminkobalt (III) triklorida.
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑒𝑘
3. % rendemen = x 100 %
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
1,0625 𝑔𝑟𝑎𝑚
= x 100 %
2,675 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 39,71 %
DAFTAR PUSTAKA

Ningtyas, Andika Putri dan Fahimah Martak. 2016. Sintesis dan Uji Toksisitas
Kompleks Kobalt(II) dengan Ligan (6E)-(N2)-((E)-2-(6-aminopiridin-2-
ilimino)-1,2-difeniletilidin)piridin-2,6-diamina. Jurnal Sains dan Seni Its
Vol. 5 No. 2.

Ramlawati. 2005. Buku Ajar Kimia Anorganik Fisik. Makassar: Jurusan Kimia
FMIPA UNM.

Saito, Taro. 2008. Kimia Anorganik. Tokyo: Iwanami Publishing Company.

Svehla,G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.

Sugiyanto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: Jica.

Saria, Yosi., Lucyanti., Nurlisa Hidayati., dan Aldes Lesbani. 2012. Sintesis
Senyawa Kompleks Kobalt dengan Asetilasetonato. Jurnal Penelitian
Sains. Vol 15. No. 3.
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Sintesis Kimia Anorganik dengan judul


percobaan “Heksaaminkobalt (III) triklorida” yang disusun oleh:
Nama : Yulianti
NIM : 1513141010
Kelas : Kimia Sains
Kelompok : II (Dua)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan
dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2018


Koordinator Asisten Asisten

Satria Putra Jaya Negara, S.Si Desi Renika

Mengetahui,
Dosen Penanggungjawab

Diana Eka Pratiwi, S.Si., M.Si


NIP. 198003614 200801 2 016

Anda mungkin juga menyukai