Anda di halaman 1dari 49

SENYAWA HIDROKARBON

AROMATIK POLISIKLIK
 SENYAWA POLISIKLIK ADALAH
SENYAWA YANG TERSUSUN DARI DUA
ATAU LEBIH SISTEM CINCIN.

1
2
3
4
5
6
Peran Senyawa Aromatik Polisiklik
 Naftalena sebagai pengusir ngengat dan
insektisida
 Derivat naftalena sebagai bahan bakar motor
dan pelumas
 Dipakai dalam industri sebagai zat warna
 Benzopirena- zat berbahaya dalam asap
rokok penyebab kanker

7
SENYAWA AROMATIK POLISIKLIK

8
TATA NAMA SENYAWA
AROMATIK POLISIKLIK

 Senyawa aromatik polisiklik mempunyai


nama individual (naftalena, antrasena, dll)
 Penomoran cincin polisiklik ditetapkan
berdasarkan perjanjian
 Tidak berubah bagaimanapun posisi
substituen

9
TATA NAMA SENYAWA
AROMATIK POLISIKLIK - Naftalena

 Penomoran cincin polisiklik 8 1


9 2
ditetapkan 7

 Tidak berubah bagaimanapun 6


10
3
5 4
posisi substituen
NO2 SO3H NH2

NO2

H2N

OH

NO2 NO2

10
KRITERIA SENYAWA SIKLIK
BERSIFAT AROMATIK
1. Tiap atom dalam sistem cincin planar harus
mempuyai orbital p yang tersedia untuk pengikatan
2. Sistem cincin harus datar
3. Harus memenuhi aturan Huckel
jumlah elektron  = 4n + 2
8 1
9 2
7

6 3
10
5 4 11
Uji Aromatik

12
REAKSI-REAKSI NAFTALEN

 Naftalen mengalami reaksi oksidasi atau


reduksi lebih cepat dari benzena, oksidasi
atau reduksi lebih lanjut membutuhkan
kondisi reaksi yang lebih hebat

13
A. OKSIDASI
1. Oksidasi naftalen dengan oksigen dengan adanya
Vanadium pentoksida merusak 1 lingkar dan
menghasilkan anhidrida asam ftalat
O

C
O2, V2O5
O
0 0
460 - 480 C
C

O
Anhidrida Ftalat
14
2. Oksidasi turunan naftalen menghasilkan
senyawa diketo sebagai KUINON

C
CrO3, HOAc, 25 0C

O
1,4-Naftokuinon

15
3. Naftalen mengalami oksidasi
(KMnO4, OH, panas) menjadi
ASAM FTALAT

COOH
KMnO4, OH-

Panas
COOH

Asam Ftalat

16
B. REDUKSI
1. Naftalen mengalami reaksi reduksi dengan natrium
dan etanol pada 78 C menjadi 1,4 dihidroftalen

Na, C2H5OH

78 0C

1,4-Dihidronaftalena

17
2. Reduksi dengan natrium dan etanol
pada 132 C menjadi tetralin

Na, C2H5OH

132 0C

1,2,3,4-Tetradihidronaftalena

18
C. Nitrasi dan Halogenasi Naftalen

 Reaksi ini termasuk jenis reaksi substitusi elektrofilik


(dengan ion nitronium dan halogen sebagai agen
elektrofiliknya)
 Terjadi sebagian besar pada kedudukan 1. Why?

1. Dengan HNO3, H2SO4, 50-60 0C menjadi


NO2
-nitronaftalen (90-95%)

HNO3, H2SO4

50 - 60 0C

19
2. Dengan Br2, CCl4, refluks menjadi
- bromonaftalen (75%)
Br

Br2, CCl4

Refluks

20
Orientasi Substitusi Elektrofilik
Naftalena
 Orientasi substitusi elektrofilik naftalena
terjadi pada kedudukan 1 atau α karena mampu
membentuk zat antara karbokation yang lebih
disukai dan stabil.
 Stabil: - Sifat aromatisitas terjaga
- Terstabilisasi oleh resonansi
 Contoh: penyerangan ion nitronium pada
kedudukan α:

21
HNO3, H2SO4

50 - 60 0C

H NO2 H NO2
H NO2
H H

Stabil: H Kurang stabil:


Sektet aromatik Stabil: Sektet aromatik
dipertahankan Sektet aromatik terganggu
dipertahankan

NO2

22
HNO3, H2SO4

50 - 60 0C

NO2

Stabil: Kurang stabil:


Sektet aromatik Kurang stabil:
Sektet aromatik Sektet aromatik
dipertahankan terganggu
terganggu

NO2

X
23
Reksi Friedel-Craft Naftalena
 Reaksi pada cincin aromatis biasa dikenal
dengan sebutan reaksi Friedel-Craft
 Reaksi Friedel-Craft dapat berupa alkilasi (R-
X) maupun asilasi (RCO-X)
 Reaksi mengikuti reaksi substitusi elektrofilik
O

CH3C Cl

AlCl3

24
Sulfonasi Naftalena
 Pada prinsipnya sama dengan nitrasi dan brominasi.
Hanya saja reaksi sulfonasi naftalena bersifat
reversibel dan dihasilkan 2 macam produk
SO3

e kat Produk terkontrol


p
SO 4 Kinetik
H2
epat
0C ,C
80 Asam 1-naftalenasulfonat

H
2 SO
4 pek SO3
160 at
0
C, Produk terkontrol
lam 25
bat Termodinamik
Reaksi Pembentukan Naftol
 Seperti fenol, naftol juga dapat dibuat dari
naftalenasulfonat melalui peleburan dengan alkali

SO3 Na O Na
NaOH, H2O

300 0C

H2SO4 encer

OH

26
Orientasi Substitusi Elektrofilik
KEDUA pada Turunan Naftalena
 Naftalena yang telah tersubstitusi dapat mengalami
reaksi subsitusi lebih lanjut
 Substitusi akan berlangsung membentuk zat antara
karbokation yang lebih disukai dan stabil.
 Stabil: - Sifat aromatisitas terjaga
- Terstabilisasi oleh resonansi
 Substituen maupun gugus yang telah ada pada
cincin naftalena, sebelum penyerangan elektrofil
lanjut, tidak hanya mempengaruhi reaktivitas cincin
namun juga mempengaruhi posisi penyerangan
27
Gugus pengaktif cincin
 Adalah gugus pemberi elektron yang akan mengaktifkan
cincin untuk terjadinya substitusi elektrofilik (-OH, -R,
NH2,NH(OCH3)
 Bila gugus pengaktif cincin terikat pada posisi 1 substitusi
kedua mengarah pada kedudukan 4
 Bila gugus pengaktif cincin terikat pada posisi 2 substitusi
kedua mengarah pada kedudukan 1
OH OH

E
28

H E
OH
OH
SO3Na

+ NaOH encer

N2

N
N
Zat Warna
Jingga

29
SO3Na
Gugus pendeaktif cincin
 Adalah gugus penarik elektron yang
menyebabkan turunnya kerapatan elektron
pada cincin sedemikian akan mengurangi
kereaktifan cincin untuk substitusi elektrofilik
(-NO2, -SO3H, -COOH)
 Bila gugus pendeaktif cincin terikat pada
posisi 1atau 2 substitusi kedua cenderung
mengarah pada cincin lain pada posisi 8
atau 5

30
NO2
NO2 NO2

HNO3

H2SO4

NO2 NO2

HNO3

31
NO2
32
SENYAWA HETEROSIKLIS

33
Tata Nama Senyawa Heterosiklik Aromatik

 Senyawa heterosiklik adalah senyawa siklis yang

memiliki heteroatom (O,N,S)

 Senyawa heterosiklik punya nama individu

 bila mengandung 1 heteroatom; huruf yunani

digunakan untuk menandai posisi cincin; atom karbon

yang berdekatan dengan heteroatom adalah C ,

karbon berikutnya C , berikutnya C . 34


35
36
KRITERIA SENYAWA SIKLIK
BERSIFAT AROMATIK
1. Tiap atom dalam sistem cincin planar harus
mempuyai orbital p yang tersedia untuk
pengikatan
2. Sistem cincin harus datar
3. Harus memenuhi aturan Huckel
jumlah elektron  = 4n + 2

37
Reaksi yang mungkin terjadi pada
piridina
 Substitusi elektrofilik (Terjadi pada kondisi sulit,
kebalikan dari pirola,furan dan tiofen)
 Oksidasi
 Substitusi Nukleofilik Br Br Br
Br2
+
300 0C
N N N

CH3 CO2H
KMnO4, H2O, H

N N
3-metil piridina asam-3-piridinakarboksilat

NH3
Kalor
38
N Br N NH2
2-bromopiridina 2-aminopiridina
Orientasi terjadinya substitusi
elektrofilik dari piridina
 Substitusi elektrofilik pada piridina lebih aktif
pada posisi 3

 Kenapa bukan pada posisi 2 atau 4?

39
Orientasi terjadinya substitusi
Nukleofilik dari piridina
 Substitusi nukleofilik pada piridina lebih aktif
pada posisi 2 atau 4

 Kenapa bukan pada posisi 3?

40
Contoh Reaksi yang lain

41
42
43
44
45
46
47
Kebebasan Piridina

48
49

Anda mungkin juga menyukai