Anda di halaman 1dari 136

KIMIA ANALITIK 1

SEMESTER 1

OLEH :
CHRIST KARTIKA RAHAYUNINGSIH, S.T, M.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
METODE-METODE UNTUK MENENTUKAN
PERUBAHAN SIFAT ZAT ATAU
SIFAT LARUTAN YANG AKAN
DITETAPKAN
(KONSENTRASI / KADARNYA)

METODE METODE
TITRIMETRI GRAVIMETRI

 KOLORIMETRI
 POTENSIOMETRI
 KONDUKTOMETRI
 KROMATOGRAFI
 SPEKTROFOTOMET
RI
METODE
TITRIMETRI
TITRIMETRI

 suatu cara analisis berdasarkan pengukuran volume


larutan yang diketahui konsentrasinya secara teliti
(titran/penitar/larutan baku) dan direaksikan dengan
larutan sampel yang akan ditetapkan kadarnya.
TITRIMETRI = TITRASI

 Metode analisis kimia kuantitatif yang umum


digunakan untuk menentukan konsentrasi dari suatu
analit yang telah diketahui, dimana pengukuran
volume berperan penting dalam titrasi, sehingga
metode ini disebut juga dengan analisis volumetri.
 Pereaksi disebut juga sebagai titer atau titrator adalah
larutan standar yang telah dipersiapkan.
 Titer dengan konsentrasi dan volume yang telah
diketahui bereaksi dengan larutan analit atau titran
untuk menentukan konsentrasinya. Volume titer yang
bereaksi disebut volume titrasi.
TITRIMETRI = TITRASI
= VOLUMETRI
• Titrasi adalah proses pengukuran volume titran yang
dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen, atau suatu
analisa volumetri yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan sampel dengan
menggunakan larutan baku standart.
• Standarisasi adalah proses dimana konsentrasi suatu
larutan ditetapkan dengan akurat.
• Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah
diketahui konsentrasinya secara teliti dan
konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N
(normalitas) atau M (molaritas)
• Larutan baku standart adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui atau ditetapkan
dengan akurat atau secara tepat.
 Larutan baku primer adalah zat yang tersedia dalam bentuk
murni atau keadaan dengan kemurnian yang telah diketahui
dan digunakan untuk menstandartkan suatu larutan.
 Syarat suatu larutan primer adalah :
1. Kemurniannya tinggi (pengotor tidak lebih 0,02%)
2. Stabil, yaitu tidak menyerap H2O dan CO2, tidak bereaksi
dengan udara, tidak mudah menguap, tidak terurai,
mudah & tidak berubah pada pengeringan).
3. Mempunyai rumus kimia yang pasti dan akan
mempermudah penimbangan.
4. Memiliki berat molekul (BM) atau BE tinggi.
5. Larutannya bersifat stabil.
 Larutan baku primer konsentrasinya antara 0,01 – 1,00 N
 Larutan baku sekunder adalah larutan yang
kebakuannya (kepastian Molaritas/Normalitas)
ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer.
 Indikator adalah suatu zat yang mapu mengubah
warna yang berlainan dengan kehadiran analit/
titran secara berlebihan atau pada pH tertentu.
 Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk
menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
Umumnya indikator yang digunakan adalah
indikator azo dengan warna yang spesifik pada
berbagai perubahan pH.
 Titik Ekivalen adalah titik dimana terjadi
kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar. Atau ...
 TE adalah titik dalam suatu titrasi, dimana jumlah
ekivalen titrasi sama dengan jumlah ekivalen
analit.
 Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi
perubahan warna pada indikator yang
menunjukkan titik ekivalen reaksi antara zat yang
dianalisis dan larutan standar. Atau ...
 TAT adalah titik dalam suatu titrasi dimana proses
titrasi berhenti dengan adanya perubahan warna
indikator.
Larutan Baku (Standar)

Larutan Baku
Primer Larutan Baku
(bahan dengan kemurnian Sekunder
tinggi yang digunakan
untuk membakukan (bahan yang telah
larutan standar dan untuk dibakukan sebelumnya
membuat larutan baku oleh baku primer karena
yang konsentrasi sifatnya yang tidak stabil,
larutannya dapat dihitung dan kemudian digunakan
dari hasil penimbangan untuk membakukan
senyawanya dan volume larutan standar)
larutan yang dibuat.)
 Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu
dicapai, lalu diteruskan dengan titik akhir
titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir
titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada
suatu senyawa.

 Kebanyakan titrasi, titik ekuivalen tidak dapat


diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain
yang dapat menunjukkan saat titrasi harus
dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator
PERSYARATAN TITRASI

1. Reaksi harus berlangsung cepat


2. Tidak terdapat reaksi samping
3. Reaksi harus stoikiometri, yaitu diketahui
dengan pasti reaktan dan produk serta
perbandingan mol / koefisien reaksinya
4. Terdapat zat yang dapat digunakan untuk
mengetahui saat titrasi harus dihentikan
(titik akhir titrasi) yang disebut zat
indikator
PERALATAN DALAM
ANALISA TITRIMETRI :

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti


buret, erlenmeyer, erlenmeyer bertutup asah,
lanu iodium, dan pipet volume yang telah di
kalibrasi.
2. Larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya secara teliti atau baku primer
dan sekunder dengan kemurnian tinggi.
3. Indikator atau alat lain yang dapat
menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.
PENGGOLONGAN
ANALISIS TITRIMETRI

BERDASARKAN BERDASARKAN
REAKSI KIMIA CARA TITRASI

BERDASARKAN
JUMLAH
SAMPEL
TITRASI NETRALISASI
(ASIDI/ALKALI-METRI)

TITRASI
BERDASARKA PENGENDAPAN
N JENIS
REAKSI YANG TITRASI
TERJADI KOMPLEKSOMETRI
PADA PROSES
TITRASI TITRASI
PERMANGANOMETRI

TITRASI
IODO/IODIMETRI
TITRASI
LANGSUNG

TITRASI TIDAK
BERDASARKA LANGSUNG
N CARA
TITRASI TITRASI
BALIK/KEMBALI

TITRASI
PENGGANTIAN
JENIS-JENIS TITRASI BERDASARKAN
REAKSI YANG TERJADI

1. Titrasi langsung (Direct titration), yaitu larutan sampel dapat


langsung dititrasi dengan larutan standar/ baku.
2. Titrasi tidak langsung (Indirect titration), yaitu larutan sampel
direaksikan dulu dengan pereaksi yang jumlah kepekatannya
tertentu, kemudian hasil reaksi dititrasi dengan larutan standar/ baku.
3. Titrasi kembali (Back titration), cara ini dilakukan bila sampel tidak
bereaksi dengan larutan baku atau reaksinya lambat. Dalam hal ini
ditambahkan zat ketiga yang telah diketahui kepekatannya dan
jumlahnya diukur, tetapi berlebihan dan kelebihannya dititrasi
dengan larutan baku.
4. Titrasi penggantian (Displacement titration), cara ini dilakukan bila
analat atau unsur yang akan ditetapkan tidak bereaksi langsung
dengan larutan baku, tidak bereaksi secara stokiometri dengan
larutan baku, dan tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan
larutan penunjuk.
TITRASI
MAKRO
BERDASARKA TITRASI
N JUMLAH
SEMI MIKRO
SAMPEL
TITRASI
MIKRO
BERAT EKUIVALEN (BE)
 Berat 1 Ekivalen suatu zat dalam gram
 Berat gram ekivalen suatu asam atau basa
 Berat yang diperlukan dalam gram untuk melengkapi
atau bereaksi dengan 1 mol H+.
 Berat Ekuivalen suatu zat disebut ekuivalen, yaitu tepat
sama seperti Berat Molekul (BM) disebut mol (n).
Sehingga hubungan persamaan antara BE dan BM adalah
:
BE = BM / n BE = BM / e

dimana : n adalah jumlah mol ion hidrogen (H) atau


elektron (e) atau kation univalen yang diberikan atau
diikat oleh zat yang bereaksi. Sehingga :
BE = BM
e (Valensi)
LATIHAN
SOAL-SOAL
1. Suatu larutan 0,1 N Natrium Klorida (NaCl) seberat

0,3542 gram dilarutkan dalam 100,0 mL air dan

dititrasi dengan 0,1 N larutan perak nitrat. Diperlukan

larutan titran sebanyak 10,25 mL dan 10,30 mL

dengan indikator kalium kromat untuk mencapai TAT

terbentuknya endapan merah bata dalam larutan.

Hitunglah normalitas sebenarnya larutan titran

tersebut !
2. 0,01 N Kalium Iodat seberat 1,2037 gram

dilarutkan dalam 100,0 mL. Diperoleh larutan

titran sebanyak 9,55 mL, 9,45 mL, dan 10,15

mL dengan indikator amilum untuk mencapai

TAT biru tepat hilang dalam larutan. Hitunglah

normalitas sebenarnya larutan titran tersebut !


PENGENALAN
METODE ACIDIMETRI DAN
ALKALIMETRI
(TITRASI PENETRALAN /
REAKSI ASAM-BASA
 Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri merupakan
titrasi netralisasi, dimana pada titrasi ini
digunakan larutan asam dan basa kuat
maupun lemah sehingga dihasilkan air yang
bersifat netral.

 Titrasi ini dapat digunakan untuk menentukan


konsentrasi atau kadar dari asam/basa kuat
atau lemah yang dititrasi dengan basa/asam
lemah atau kuat.
 Reaksi Alkalimetri antara analit (titrat) dengan
titran :
HA + OH-  A- + H2O
(analit asam, titran basa)

 Reaksi Acidimetri antara analit (titrat) dengan


titran :
HA + OH-  A- + H2O
(analit asam, titran basa)
ASIDIMETRI
Penetapan kadar suatu
basa dalam larutan
dengan larutan asam
ASIDIMETRI sebagai zat standar
ALKALIMETRI ALKALIMETRI
DEFINISI Penetapan kadar suatu
asam dalam larutan
dengan larutan basa
sebagai zat standar

Titran umumnya berupa larutan standar asam kuat atau


basa kuat, misalnya larutan asam klorida (HCl) dan larutan
natrium hidroksida (NaOH).
TABEL BEBERAPA INDIKATOR
INDIKATOR TRAYEK pH ASAM BASA

MO 3,1 – 4,4 MERAH KUNING

MR 4,2 – 6,2 MERAH KUNING

Lakmus 4,5 – 8,3 MERAH BIRU

PP 8,2 – 10,0 TB MERAH

Timolftalein 9,3 – 10,5 TB BIRU


TABEL BEBERAPA INDIKATOR
Warna
Indikator Trayek pH
Asam Basa
Kuning metal 2,4 – 4,0 Merah Kuning

Biru bromfenol 3,0 – 4,6 Kuning Biru


Jingga metal 3,1 – 4,4 Jingga Metil
Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Kuning Biru
Merah metal 4,2 – 6,3 Merah Kuning
Ungu bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Ungu

Biru bromtimol 6,1 – 7,6 Kuning Biru


Merah fenol 6,8 – 8,4 Kuning Merah
Merah kresol 7,2 – 8,8 Kuning Merah
Biru timol 8,0 – 9,6 Kuning Biru
Fenolftalein 8,2 – 10,0 Tak berwarna Merah

Timolftalein 9,3 – 10,5 Tak berwarna Biru


TABEL BEBERAPA INDIKATOR

Warna
Nama Indikator Trayek pH
Asam Basa
1. Asam pikrat 0,1 – 0,8 Tidak berwarna Kuning

2. Biru timol 1,2 – 2,8 Merah Kuning

3. 2,6-Dinitrofenol 2,0 – 4,0 Tidak berwarna Kuning

4. Kuning metiil 2,9 – 4,0 Merah Kuning

5. Jingga metil 3,1 – 4,4 Merah Jingga

6. Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Merah Biru

7. Merah metal 4,2 – 6,3 Merah Kuning

8. Lakmus 4,5 – 8,3 Merah Biru


TABEL BEBERAPA INDIKATOR

Warna
Nama Indikator Trayek pH
Asam Basa
9. Purpur bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Purpur
10. Biru bromtimol 6,0 – 7,6 Kuning Biru
11. Merah fenol 6,4 – 8,0 Kuning Merah

12. p--Naftolftalein 7,0 – 9,0 Kuning Biru


13. Purpur kresol 7,4 – 9,6 Kuning Biru
14. Fenolftalein 8,0 – 9,6 Tidak berwarna Merah
15. Timolftalein 9,3 – 10,5 Tidak berwarna Biru
16. Kuning alizarin R 10,1 – 12,0 Kuning Violet
17. 1,3,5-Trinitrobenzen 12,0 – 14,0 Tidak berwarna Jingga
LATIHAN – LATIHAN SOAL
PENETAPAN KADAR ACIDIMETRI
ALKALIMETRI
1. Seorang mahasiswa melakukan titrasi asam-basa
untuk memperkirakan konsentrasi larutan HCl yaitu
meneteskan larutan NaOH 0,2 M ke dalam larutan HCl.
Sehingga diperoleh data secara duplo sbb :
Replikan ke- Volume HCl Volume NaOH
(titrat) (titran)
1 25,0 mL 14,0 mL

2 25,0 mL 16,0 mL

Perkirakan konsentrasi larutan HCl tersebut !


2. Diketahui data hasil titrasi larutan HCl dengan larutan
NaOH 0,1 M sbb :
Percobaan Ke- Volume HCl Volume NaOH
(titrat) (titran)
1 20,0 mL 15,0 mL
2 20,0 mL 14,0 mL
3 20,0 mL 16,0 mL

Tentukan konsentrasi larutan HCl tersebut !


3. 20 mL asam sulfat (H2SO4) dititrasi dengan larutan

NaOH 0,1 N dan ternyata diperlukan 30 mL larutan

NaOH. Berapa konsentrasi asam sulfat dalam molar?

4. Sebanyak X mL asam sulfat (H2SO4) dititrasi dengan

larutan NaOH 0,1 N dan ternyata diperlukan 2X mL

larutan NaOH. Berapa konsentrasi (M) asam sulfat yang

dititrasi ?
5. Sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 250 mL

aquades, kemudian dipipet 20 mL untuk dititrasi dengan

larutanPercobaan Ke-
HCl 0,1 M. Volume HCl
(titrat)
1 24,0 mL
2 25,0 mL
3 26,0 mL

Berapakah kadar NaOH (%) ? (Mr NaOH = 40)


6. 30,0 mL NaOH 0,500 M dititrasi dengan H2SO4 0,900

M. Berapa volume asam sulfat yang digunakan untuk

mencapai titik akhir titrasi ?

7. Jika 20,00 mL larutan HCl 0,0100 M digunakan untuk

menitrasi 50,00 mL larutan NaOH sampai titik ekivalen.

Berapa konsentrasi larutan NaOH ?


8. 15,00 mL larutan NaOH 0,105 M digunakan untuk

menitrasi 0,1000 gram suatu asam sampai titik akhir

titrasi dengan indikator PP 1%. Berapa massa molekul

asam tersebut !

9. Berapa konsentrasi asam sitrat dalam soda jika

membutuhkan 40,00 mL NaOH 0,0150 M untuk menitrasi

25,00 mL soda ?
10. Berapakah volume NaOH yang dibutuhkan untuk

menetralisasi 50,0 mL asam sulfat 22,0 M, dimana

konsentrasi NaOH sebesar 3,00 M !

11. 1,5 gram Natrium Karbonat kering membutuhkan 50,00

mL HCl untuk melengkapi reaksi. Berapa konsentrasi

HCl tersebut ?
CONTOH-CONTOH
LATIHAN
SOAL-SOAL
CONTOH SOAL

SOAL 1 SOAL 2
Sebanyak 1,500 g batu kapur Sebanyak 1,2 g suatu cuplikan yang
dilarutkan ke dalam 100 ml HCl terdiri dari campuran Na2CO3.,
0,5 M dan larutan yang dihasilkan NaHCO3 dan zat inert dilarutkan
kemudian ditambah air sampai dalam air sehingga volumenya 100
volumenya tepat 250 ml. ml. Sebanyak 20 ml larutan itu dititrir
Sebanyak 25 ml larutan itu dengan larutan HCl 0,5 M, mula-mula
dengan indikator PP selanjutnya
dinetralkan dengan 21 ml NaOH
dengan indikator MO. Volume HCl
0,1 M. Berapa persen (b/b) kadar untuk indikator PP 3 ml dan MO 4,4
kalsium karbonat dalam batu ml.Hitunglah % masing-masing
kapur tersebut ? komponen dan normalitas Na2CO3
dan NaHCO3
CONTOH SOAL

SOAL 3 SOAL 4
Pada titrasi larutan NaOH 0,1 M Sebanyak 1 g campuran Na2CO3,
dengan larutan HCl 0,1 M NaHCO3 dan zat inert dititrasi
digunakan indikator MM. Apabila dengan 30 ml HCl 0,1 M dg
perubahan warna terjadi tepat indikator PP. Ke dalam larutan
pada saat pH larutan 5,50, hasil titrasi ditambahkan 25 ml
hitunglah % kesalahan titrasi NaOH 0,2 M berlebih. Ion
tersebut. karbonat yang terdapat dalam
larutan diendapkan sebagai
BaCO3 dan setelah itu disaring
filtrat dititrasi kembali dengan 5 ml
HCl 0,1 M. Tentukan kadar
Na2CO3 dan NaHCO3
B. Konsentrasi Larutan merupakan banyaknya zat
terlarut dalam suatu larutan (komposisi larutan)

1. Persen Massa/Berat (% berat)


• Satuan : % (b/b)
• % Massa = massa zat terlarut x 100%
(massa zat terlarut) + (massa pelarut)

2. Persen Volume (% volume)


• Satuan : % (v/v)
• % Volume = volume zat terlarut x
100%
(volume zat terlarut) + (volume pelarut)
3. Persen Berat per Volume (% b/v)
• % b/v = berat zat terlarut x 100%
volume larutan

4. Fraksi Mol (X)


• Fraksi mol A = Jumlah mol A
Jumlah mol semua komponen

5. Bagian Per Juta


• Satuan : bpj atau ppm (part per million atau mg/L)

• bpj = Bagian zat terlarut x 106


(bagian zat terlarut) + (bagian pelarut)
6. Molalitas / Molal
• Satuan : m (1 molal suatu larutan adalah 1 mol zat
terlarut dalam 1000 g pelarut)
• m = massa zat A (g) x 1000
Mr zat A (g/mol) x massa pelarut (g)
= mol zat A / 1000 g pelarut

7. Molaritas / Molar
• Satuan : M (1 molar suatu larutan adalah 1 mol zat
terlarut dalam 1 liter larutan)
• M = massa zat A (g) x 1000
Mr zat A (g/mol) x volume larutan (mL)
M = mol zat A / 1 L larutan atau mmol zat A / 1 mL larutan
8. Normalitas
• Satuan : N
• N = mol ekivalen zat terlarut
1 liter larutan
= mol zat terlarut
Berat Ekivalen (BE) x 1 liter larutan

9. Formalitas
• Satuan : F
• F = Berat zat terlarut
BR (Berat Rumus) x volume larutan (liter)
METODE ARGENTOMETRI
OLEH :
CHRIST KARTIKA RAHAYUNINGSIH, S.T, M.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TITRASI
PENGENDAPAN
 Titrasi Pengendapan adalah titrasi yang
melibatkan terbentuknya endapan yang
terjadi antara titran dan titrat atau

 Suatu metode untuk menentukan kadar


zat dalam suatu larutan dengan titrasi
berdasarkan pembentukan endapan ion
Ag+

 Titik akhir titrasi ditandai dengan


perubahan warna endapan.
 Titrasi Pengendapan paling sering dilakukan
untuk menetapkan kadar halogen : Klorida
(Cl-), Bromida (Br-), Iodida (I-), Sianida(CN-).
 Titrasi Pengendapan didasarkan pada reaksi
pengendapan, seperti :
Ag+ + Cl- AgCl (s)
Ag+ + I- AgI (s)
 Zat sebagai baku primer yang biasa digunakan
: NaCl, NaBr, KBr atau KCl (kemurnian yang
tinggi)
 Baku sekunder yang biasa digunakan
adalah larutan AgNO3

 Hubungan yang terjadi pada titrasi


pengendapan adalah : jumlah ekivalen
ion titran sama dengan jumlah ekivalen
ion titrat

 Salah satu jenis titrasi pengendapan yang


melibatkan reaksi pengendapan antara
ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+
disebut Argentometri.
METODE TITRASI PENGENDAPAN

MERKURI
KOLTHOF METRI
F

ARGENTO
METRI

TITRASI ARGENTOMETRI
 Salah satu jenis titrasi
TITRASI
pengendapan yang
melibatkan reaksi ARGENTOMETRI

pengendapan antara ion =


halida (Cl-, I-, Br-)
TITRASI
dengan ion perak Ag +

disebut Argentometri. PENGENDAPAN


3 METODE PENENTUAN TITIK AKHIR
TITRASI PENGENDAPAN
• Pembentukan endapan
berwarna
• Penentuan kadar Cl- dan
Br-
• Suasana larutan netral
METODE atau sedikit basa (pH 7-10)
• Indikator : larutan K2CrO4
MOHR (netral)
• Proses titrasi langsung
• TAT : terbentuk endapan
Ag2CrO4 berwarna merah
coklat
• Pembentukan senyawa
yang berwarna
• Penentuan kadar ion-ion
Cl-, I- dan Br-
• Suasana larutan sampel
METODE asam
• Indikator : larutan garam
Fe (III)
Volhard • Proses titrasi tidak
langsung
• TAT : terbentuk kompleks
[FeSCN]2+ berwarna coklat
kemerahan
METODE
Fajans

Penggunaan indikator adsorpsi

Indikator : absorpsi, seperti fluoresein dan eosin

Pada waktu teradsorpsi, indikator ini akan berubah warna (kuning


kehijuan ke merah muda)

TE : indikator yang ditambahkan dalam reaksi ini akan


diadsorpsi oleh endapan yang terbentuk

TAT terjadi adsorpsi indikator oleh endapan yang


terjadi.
CONTOH-CONTOH
LATIHAN
SOAL-SOAL
1. Tentukan kemurnian (kadar) NaCl dalam garam dapur
(% b/b), bila sebanyak 1,0 gram sampel garam
dilarutkan dalam air sampai 100,0 mL. Kemudian
dipipet 10,0 mL larutan tersebut dan dititrasi dengan
larutan baku AgNO3 0,1100 M dengan cara Mohr.
Untuk larutan sampel membutuhkan pentiter 9,60 mL,
sedangkan untuk blangko 0,10 mL. (Mr. NaCl = 58,5)
2. Sebanyak 0,10 gram senyawa garam magnesium
bromida berair kristal murni (MgBr2.nH2O) dilarutkan
dalam air sampai 10,0 mL. Seluruh larutan tersebut
dititrasi secara Argentometri dengan cara Volhard.
Setelah ditambah 11,0 mL Ag+ 0,1020 N lalu dititrasi
dengan larutan standar KSCN 0,1050 N dan ternyata
dibutuhkan 1,50 ml. Reaksi dalam air : MgBr2.nH2O

→ Mg2+ + 2 Br - + n H2O . Hitung n !

(Ar : Mg = 24 , Br = 73 , H = 1 dan O = 16)


JAWABAN SOAL NOMER 2 :

Mr. MgBr2 . n H2O = 170 + 18 n


[SCN-] yang bereaksi dengan kelebihan Ag+ = 0,1050 N x 1,50 mL
= 0,1575 molek
Ag+ total untuk mentiter Br- dan SCN- = 0,1020 N x 11 mL = 1,1220
mmolek
Sehingga Ag+ untuk mentiter Br - = 1,1220 – 0,1575 = 0,9645 mmolek
Dari proses titrasi : mmolek Br - = mmolek Ag+ = 0,9645
Jadi [ Br-] dalam sampel = 0,9645 mmolek = 0,9645 mmol
Dari proses peruraian zat dalam air : [ MgBr 2 ] = ½ x [ Br -] = ½ x 0,9645
= 0,4823 mmol
Jadi berat zat = 0,4823 mmol x (170 + 18 n) mg = ( 82 + 8,68 n ) mg
Berat sampel = 0,10 gram = 100 mg
Sehingga : 100 = ( 82 + 8,68 n ) ; maka n = 2
METODE KOMPLEKSOMETRI
OLEH :
CHRIST KARTIKA RAHAYUNINGSIH, S.T, M.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TITRASI
KOMPLEKSOMETRI =
TITRASI KELATOMETRI =
REAKSI PEMBENTUKAN
KOMPLEKS
TITRASI
TITRASIKOMPLEKSOMETRI
PEMBENTUKAN SENYAWA
KOMPLEKS (ION KOMPLEKS ATAU
GARAM YANG SUKAR MENGION)
ANTARA KATION DENGAN ZAT
JENIS TITRASI DIMANA
PEMBENTUK ANTARA TITRAN
KOMPLEKS
(BAHAN YANG DIANALISIS) DAN TITRAT
SALING MENGOMPLEKS DAN
MEMBENTUK HASIL BERUPA SENYAWA
KOMPLEKS (KELAT)
METODE KUANTITATIF DENGAN
MEMANFAATKAN REAKSI KOMPLEKS
ANTARA LIGAN DENGAN ION LOGAM
UTAMA
sampel dan mampu
menetapkan kadarnya dengan
prinsip reaksi pembentukan
kompleks

Menentukan kadar kesadahan


total, kadar Kalsium (Ca) dan TUJUAN
Magnesium (Mg) secara
kompleksometri TITRASI
KOMPLEKSO
METRI
Kompleks yang Persyaratan
dimaksud di sini adalah mendasar
kompleks yang dibentuk terbentuknya
melalui reaksi ion kompleks demikian
logam, kation, anion adalah tingkat
atau molekul netral kelarutan tinggi
CONTOH – CONTOH REAKSI TITRASI
KOMPLEKSOMETRI

1. Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2


(Ion kompleks sangat stabil)

2. Hg2+ + 2Cl- HgCl2

3. Ca (ion logam) dengan EDTA (garam


natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat)
kompleks yang
banyak
digunakan
dalam titrasi
kompleksometr
i adalah garam
dinatrium
Asam 1,2- etilendiamina
diaminoetanat tetraasetat
etraasetat (dinatrium
(EDTA) yang EDTA)
mempunyai Senyawa EDTA dengan
banyak kation akan
dua atom membentuk kompleks
dengan perbandingan 1:1
nitrogen yang stabil dengan semua
penyumbang logam, kecuali logam alkali
seperti natrium dan kalium
dan empat
atom oksigen
penyumbang Asam etilen
dalam molekul diamin tetra
asetat atau
EDTA adalah
salah satu
jenis asam
amina
mantap
dengan
sejumlah
besar ion
logam,
sehingga
EDTA Bila ada
Selektivitas merupakan beberapa
kompleks ligan yang ion logam
dapat diatur tidak dalam
dengan selektif. larutan,
pengendalia maka titrasi
n pH, misal : dengan
Mg, Ca, Cr, EDTA akan
dan Ba yang menunjukka
dapat n jumlah
dititrasi semua ion
pada pH = logam yang
11 EDTA ada dalam
bk
ca
ydeh
n
aipa
npan
i
gent
rdb
idod
ak
ilek
a
aentu
nhog
arap
nld
nry
iaia
slbm
iaase
sm
nre
ycn
kay
m
aekr
aua
a
Titrasi kompleksometri
memakai indikator yang juga
bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja
kompleks logamnya
mempunyai warna yang
Indikator metalokromat,
berbeda
contohnya dengan
adalah Eriochrome
black T, Murexide,
pengompleksnya sendiri
pyrocatechol violet, xylenol
orange, calmagit; 1-(2-piridil-
azonaftol), PAN, zincon, asam
salisilat, metafalein dan calcein
blue
Titrasi dapat ditentukan dengan
penambahan indikator sebagai tanda
tercapai titik akhir titrasi (TAT)
Indikator harus sangat peka
terhadap ion logam (yaitu,
terhadap pM) sehingga
perubahan warna terjadi
sedikit mungkin dengan titik
Penentuanekuivalen
Ca dan Mg dapat
dilakukan dengan titrasi
EDTA, pH untuk titrasi
adalah 10 dengan indikator
Eriochrome Black T (EBT)
Pada pH tinggi (12), Mg(OH)2 akan
mengendap, sehingga EDTA dapat
dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan
indikator murexide
CONTOH-CONTOH
LATIHAN
SOAL-SOAL
1. Pada proses pembakuan EDTA, sebanyak
0,1001 gram CaCO3 dititrasi dengan 20,55 mL
EDTA. Berapa Molaritas larutan EDTA dan
tulis reaksi yang terjadi ? (sudah dibahas)

2. Berapa banyak garam dinatrium EDTA yang


diperlukan untuk membuat larutan EDTA 0,05
M dalam 500 mL ? (sudah dibahas)
3. Berapa banyak garam dinatrium EDTA yang
diperlukan untuk membuat larutan EDTA 0,05
M dalam 250 mL bila kemurnian EDTA 75% ?

4. Berapa banyak garam dinatrium EDTA yang


diperlukan untuk membuat larutan EDTA 0,05
M dalam 250 mL menjadi larutan EDTA 0,1 M ?
METODE PERMANGANOMETRI
OLEH :
CHRIST KARTIKA RAHAYUNINGSIH, S.T, M.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
TITRASI
PERMANGANOMETRI =
TITRASI REDOKS
(OKSIDASI-REDUKSI
O
N
R
D
M
MACAM-MACAM TITRASI REDOKS
IG
O
A
A
M
T
EN
O
TO
M
IR
M
EO
IE
TD
T
R
IR
IM
I
E
T
R
I
M
O
MACAM-MACAM
M
A TITRASI REDOKS
TO
M
O
N
E
M
IET
TR
R
I
I
M
E
T
R
I
 Metode Permanganometri adalah metode
yang dilandaskan prinsip redoks dan
menggunakan larutan Kalium Permanganat
sebagai zat pengoksidasi. Oksidasi yang terjadi
dapat berlangsung dalam suasana asam, netral
dan alkalis.

 Titrasi permanganometri adalah proses titrasi


untuk penentuan konsentrasi suatu reduktor
dengan oksidator (KMnO4) sebagai larutan
standar, dimana KMnO4 merupakan oksidator
kuat yang dapat bereaksi dengan cara yang
berbeda-beda tergantung dari pH larutannya.
 Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang
cukup kuat untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO 2
dan dapat beraksi cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan reaksi, dimana kadangkala membutuhkan
pemanasan (60-70 oC) atau penggunaan katalis untuk
mempercepat reaksi.

 Adanya zat pengotor dalam pelarut untuk melarutkan


KMnO4 akan mereduksi permanganat menjadi Mangan
dioksida (MnO2), dimana zat tersebut sangat
mengganggu karena akan mempercepat penguraian
dari larutan permanganat setelah didiamkan.
 Warna merah muda jelas yang diberikan
oleh 1 tetes permanganat pada suatu
titrasi digunakan untuk mengindikasikan
kelebihan permanganat.

 Permanganat mengalami beragam reaksi


kimia, karena Mangan (Mn) dapat terjadi
dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7.
 Prinsip Titrasi Permanganometri adalah reaksi
oksidasi-reduksi pada suasana asam yang
melibatkan elektron dengan jumlah tertentu,
dibutuhkan suasana asam (H2SO4) untuk
mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang
paling tinggi dan bilangan oksidasi +7 menjadi
+2 yaitu KMnO4 direduksi menjadi Mn2+ atau
Mn (II) Proses titrasi tidak membutuhkan
indikator lain, karena KMnO4 sudah mampu
memberikan perubahan warna saat TAT yang
ditandai dengan terbentuknya warna merah
muda, dimana KMnO4 merupakan
autoindikator
 Larutan Standar-Standar Primer untuk
Permanganat, antara lain :
1. Natrium Oksalat
2. Asam Oksalat
3. Besi

 Titik Akhir Permanganat tidak permanen dan


warnanya dapat hilang karena terjadinya
pengendapan sejumlah MnO2 (dari kelebihan
sedikit permanganat saat TAT), sehingga perlu
dilakukan pencegahan khusus yang harus
dilakukan dalam pembuatan larutan
permanganat.
KMnO4 : melarutkan
sejumlah Kalium
Permanganat dalam pelarut
air, lalu dididihkan selama
kurang lebih 8 jam atau
lebih. Kemudian saring
endapan MnO2 yang
terbentuk dengan krus atau
penyaring asbes (yang tidak
Bila larutan dan
mereduksi) KMnO4 hanya
dibakukan
dipakaizat
dengan untuk
baku1 utama
hari, maka
yaitu
pemanasan tidak diperlukan.
larutan standar primer.
Jika larutan KMnO4
disimpan dalam gelap dan
tidak diasamkan, maka
konsentrasinya tidak akan
banyak berubah selama
beberapa bulan
TITRASI Permanganometri
Permanganometri adalah titrasi yang
didasarkan pada reaksi redoks. Dalam
reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai
oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi
ion Mn2+ dalam suasana asam.
Cara titrasi permanganometri ini banyak
digunakan dalam menganalisa zat-zat
organik dalam sampel air dan untuk
menentukan kadar oksalat atau besi
Prinsip permanganometri adalah
berdasrkan reaksi oksidasi dan reduksi. Pada
percobaan permanganometri ini, secara
garis besarnya terbagi atas 2 komponen
yaitu zat pentiter dan zat yang dititer.
am
5
aa
n
tn
gl° SIFAT-SIFAT FISIK & KIMIA
a KALIUM PERMANGANAT (KMnO4)
aC
b
b
reb
eu
d
ra
rta
ss
an
ia
in
fm
d
d
ayea
at
am
kn
i
n
agls
n
sie
ea
kt
b
m
eiar
rga
ksta
lu
i
aft
at
aik
tku
ak
tn
aab
o
rsei
te
akn
e
Menentukan kadar besi dalam
bijih besi

Menentukan kadar Ca2+ dalam


Kalsium Karbonat pada proses
pengolahan air
APLIKASI
PENGGUNAA
N
PERMANGAN
Analisis kandungan limbah OMETRI
cair produksi
yaitu suhu optimum KMnO4
untuk mengoksidasi asam
oksalat
Jika titrasi terjadi dibawah suhu 60-
70 oC, maka reaksi akan berjalan
lambat dan akan mengubah MnO4-
menjadi Mn2+ yang berupa endapan
coklat shg TAT sulit dilihat
KESIMPULAN
TITRASI
Jika titrasi terjadi diatas suhu 60-70 PERMANGANO
o
C, maka akan merusak asam METRI
oksalat dan mengubah menjadi CO2
dan H2O shg Kebutuhan KMnO4
lebih sedikit
KELEBIHAN TITRASI KELEMAHAN TITRASI
PERMANGANOMETRI PERMANGANOMETRI

? ?
GRAVIMETRI
OLEH :
CHRIST KARTIKA RAHAYUNINGSIH, S.T, M.Si

PROGRAM STUDI DIPLOMA 4


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
METODE-METODE UNTUK MENENTUKAN
PERUBAHAN SIFAT ZAT ATAU
SIFAT LARUTAN YANG AKAN
DITETAPKAN
(KONSENTRASI / KADARNYA)

METODE METODE
TITRIMETRI GRAVIMETRI

 KOLORIMETRI
 POTENSIOMETRI
 KONDUKTOMETRI
 KROMATOGRAFI
 SPEKTROFOTOMET
RI
METODE GRAVIMETRI atau PRESIPITASI

Salah satu
metode kimia
analitik untuk Suatu metode
menentukan analisis yang
Salah satu kuantitas suatu zat didasarkan pada
bentuk analisis atau komponen pengukuran berat
kuantitatif yang yang telah yang melibatkan
dilakukan diketahui dengan pembentukan,
dengan proses cara isolasi dan
penimbangan mengukur berat pengukuran berat
komponen dalam dari suatu
keadaan murni endapan
setelah melalui
proses pemisahan
PRINSIP KERJA ANALISIS GRAVIMETRI

Sampel dilarutkan ke dalam akuades. Lalu, analit diubah


menjadi bentuk endapan yang dapat dipisahkan dan
ditimbang. Endapan yang terbentuk adalah terutama untuk
analit-analit yang dalam bentuk garamnya adalah garam
sukar larut, sehingga sebagian besar garam analit tersebut
akan mengendap. Tetapi, ada sejumlah sedikit analit yang
tidak terendapkan dan masih dalam bentuk ionnya yang
terlarut dalam larutan akuades. Banyaknya ion yang terlarut
dalam larutan tergantung dari besarnya konstanta hasil kali
kelarutan (Ksp)
JENIS – JENIS ENDAPAN YANG TERBENTUK

ENDAPAN MURNI

ENDAPAN HOMOGEN

ENDAPAN KASAR

ENDAPAN SPESIFIK

ENDAPAN KRISTAL

ENDAPAN BULKY
PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH HASIL ANALISIS
GRAVIMETRI YANG BAIK (MENDEKATI NILAI SEBENARNYA)

1.Proses pemisahan atau pengendapan analit dari komponen lainnya


berlangsung sempurna.
2.Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat
komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian yang tinggi, tidak
bercampur dengan zat pengotor.
3. Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara
sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup
kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil
dan sukar larut.
4. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah
dari larutan ( dengan penyaringan).
5. Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik
tertentu (dapat diubah menjadi sistem senyawa tertentu) dan harus
bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut
TAHAP – TAHAP
ANALISIS GRAVIMETRI
PROSES REAKSI (ANALIT DENGAN PEREAKSI)

PROSES PENGENDAPAN
(TERBENTUK ENDAPAN - LARUTAN LEWAT JENUH)

PENYARINGAN ENDAPAN

PENCUCIAN (Pemurnian) ENDAPAN

PEMANASAN ENDAPAN

PENIMBANGAN ENDAPAN
Reagen pengendapan dapat berupa
senyawa organik, anorganik (Anion &
Kation) dan Zat - zat Netral seperti air,
belerang dioksida, karbon dioksida dan
isodium.
Berikut ini adalah contoh unsur
pengendap :
UNSUR ENDAPAN ZAT YANG DITIMBANG
Kalium KClO4 KClO4
Kalsium CaC2O4 CaO
Aluminium Al2O3.xH2O Al2O3
Silikon SiO2.xH2O SiO2
Fosfor MgNH4PO4.6H2O Mg2P2O7
Belerang BaSO4 BaSO4
Klorida AgCl AgCl
Perak AgCl AgCl
Seng ZnNH4.PO4 Zn2P2O7
Kromium Cr2O3.xH2O Cr2O3
Mangan MnO2 Mn2O3
Besi Fe2O3.xH2O Fe2O3
3 CARA METODE ANALISIS GRAVIMETRI
• Senyawa yang akan dianalisis
diendapkan dengan menambahkan
METODE ENDAPAN pereaksi yang sesuai dan selanjutnya
dipisahkan endapannya dengan cara
disaring, lalu ditimbang

• Zat yang mudah menguap diadsorpsi


dengan adsorben yang sesuai, dimana
METODE PENGUAPAN
sebelumnya bisa ditambahkan
pereaksi untuk membuat suatu zat
menjadi lebih mudah menguap atau
lebih sulit menguap

• Senyawa ion yang akan diendapkan


METODE ELEKTROLISIS dipisahkan secara elektrolisis pada
elektrode-elektrode yang sesuai
METODE
PENGENDAPAN
• Sampel yang akan ditentukan secara
gravimetri mula-mula ditimbang
secara kuantitatif, dilarutkan dalam
pelarut tertentu, kemudian
diendapkan kembali dengan reagen
tertentu. Senyawa yang dihasilkan
harus memenuhi syarat yaitu
memiliki kelarutan sangat kecil
sehingga bisa mengendap kembali
dan dapat dianalisis dengan cara
menimbang.
METODE
PENGUAPAN
• Menentukan komponen-komponen
dari suatu senyawa yang relatif mudah
menguap. Cara yang dilakukan dalam
metode ini dapat dilakukan dengan
cara pemanasan dalam gas tertentu
atau penambahan suatu pereksi
tertentu, sehingga komponen yang
tidak diinginkan mudah menguap atau
penambahan suatu pereksi tertentu,
sehingga komponen yang diinginkan
tidak mudah menguap
METODE
ELEKTROLISIS
• Mereduksi ion-ion logam terlarut
menjadi endapan logam. Ion-ion logam
berada dalam bentuk kation apabila
dialiri dengan arus listrik dengan besar
tertentu dalam waktu tertentu, maka
akan terjadi reaksi reduksi menjadi
logam dengan bilangan oksidasi 0.
Endapan yang terbentuk selanjutnya
dapat ditentukan berdasarkan berat yang
diinginkan tidak mudah menguap
• Cara elektrolisis ini dapat diterapkan
pada sampel yang diduga mengandung
kadar logam terlarut cukup besar seperti
air limbah.
KESALAHAN DALAM ANALISIS GRAVIMETRI

1. Pada Pembentukan Endapan : terkadang mengandung zat lain yang


juga membentuk endapan dengan pereaksi yang digunakan, sehingga
diperoleh hasil yang lebih besar dari yang sebenarnya. Kesalahan ini
kadang diimbangi dengan kelarutan zat dalam pelarut yang digunakan.
2. Pada proses Pemurnian (Pencucian endapan) : dengan melakukan
pencucian bukan hanya zat pengotor saja yang larut tetapi juga zat yang
dianalisis juga ikut larut, meskipun kelarutannya jauh lebih kecil.
Sehingga penggunaan pencuci harus sedemikan kecil supaya
kehilangan zat yang dianalisis masih dapat diabaikan, artinya masih
lebih kecil daripada sensitivitas timbangan yang digunakan.
4. Pada proses Pemanasan : kadang terjadi pelepasan air yang tidak
sempurna atau sifat zat yang diendapkan yang mudah menguap (volatil).
5. Pada proses Penyaringan : adanya beberapa endapan yang mudah
tereduksi oleh karbon bila disaring dengan kertas saring, seperti : perak
klorida, sehingga harus disaring dengan menggunakan cawan penyaring
(berpori), dapat juga terjadi kelebihan pemanasan sehingga terjadi dan
komposisi zat tidak tentu.
6. Pada proses Penimbangan : kesalahan juga terjadi dari suatu endapan
yang telah dipanaskan akan mengalami penyerapan air atau CO 2 selama
pendinginan, sehingga hasil penimbangan menjadi lebih besar dari yang
seharusnya, dimana dapat dihindari dengan alat desikator yang cukup baik
selama pendinginan.
GANGGUAN PADA METODE
GRAVIMETRI
Kopresipitasi
(Pengendapan
ikutan) : Suatu zat ikut
mengendap bersama
Oklusi
dengan konstituen yang
(pengepungan) : Suatu
ingin diendapkan
zat yang tidak
Peptisasi (Koagulasi
diinginkan terjebak ke
ispersi
dalamkoloid yang
partikel
dilakukan
(biasanya ion bentuk
dalam lain,
kristalselain yang
yang diinginkan)
diinginkan) : Proses
menyebarnya zat yang
tidak larut ke dalam
suatu cairan dalam
2 JENIS PENGOTOR ENDAPAN
BEBERAPA CONTOH PENENTUAN KADAR
SENYAWA DENGAN METODE GRAVIMETRI
1. Penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat
2. Penentuan kadar laktosa dalam susu
3. Penentuan Salisilat dalam sediaan obat
4. Penentuan Fenolftalein dalam obat pencahar
5. Penentuan Nikotina dalam pestisida
6. Penentuan kolesterol dalam biji-bijian
7. Penentuan Benzaldehida dalam buah-buahan tertentu
RUMUS PERHITUNGAN ANALISIS GRAVIMETRI

 FAKTOR GRAVIMETRI = ( Ar. yang dicari (Analit))


( Mr. Endapan yang ditimbang)

 Kadar Analit (Endapan) dalam % =

(Berat Endapan yang diperoleh X Faktor Gravimetri) X 100 %

Berat sampel
LATIHAN
SOAL – SOAL
METODE
GRAVIMETRI
1. 0,6025 gram sampel garam klorida dilarutkan
dalam akuades dan kloridanya diendapkan
dengan menambahkan Perak Nitrat (AgNO3)
berlebih. Endapan Perak Klorida (AgCl) yang
terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan,
ditimbang dan diperoleh berat sebesar 0,7134
gram. Berapa kadar klorida dalam sampel (%).
2. Berat sampel batuan fosfat adalah 0,5075
gram, kemudian fosfor diendapkan sebagai
MgNH4PO4-.6H2O dan dipanasi menjadi

Mg2P2O7 dengan berat endapan setelah


pemanasan sebesar 0,2224 gram. Berapa
kadar P2O5 dalam sampel (%) ?

Anda mungkin juga menyukai