Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANALISIS FARMASI

‘’ TITRASI VOLUMETRI’’

DISUSUN OLEH :

Marningsi M.

51422011126

KELAS C2 2022

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini berisi tentang

Titrasi Volumetri yang di buat dalam rangka memenuhi nilai tugas mata kuliah Analisis

Farmasi, selain itu dapat membantu pembaca dalam memahami tentang Titrasi Volumetri

sehingga memudahkan pembaca dalam proses pembelajaran Analisis Farmasi. Makalah

ini juga dapat membantu pembaca dalam menambah wawasan tentang Titrasi Volumetri.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah

ini di waktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi pembaca umumnya.

Makassar, 20 Maret 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu kimia adalah ilmu mempelajari tentang komposisi, struktur dan sifat kimia atau

materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia serta dapat menjelaskan

proses atau reaksi yang ditimbulkan dari kejadian tersebut misalnya terjadi perubahan materi

dan energi.

Dalam percobaan laboratorium kita sebagai mahasiswa jurusan kimia sering

dipertemukan dengan suatu praktek yang disebut dengan titrasi, Titrasi biasanya dibedakan

berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi. Proses titrasi juga sering disebut

dengan analisa volumetri.

Pada percobaan volumetri, penentuan dilakukan dengan jalan titrasi yaitu, suatu proses

di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui konsentrasinya) ditambahkan

sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang ditentukan atau yang dititrasi sampai

keduanya bereaksi secara sempurna dan mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan

nol equivalen larutan yang dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir

titrasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisa Titrimetri atau Volumetri

Analisa volumetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan jalan

mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung dengan larutan yang dianalisis,

dimana kadar dan komposisi dari sampel ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (volume

diketahui) yang ditambahkan ke dalam larutan zat uji, hingga komponen yang ditetapkan

bereaksi secara kuantitatif dengan pereaksi tersebut. Proses diatas dikenal dengan titrasi. Oleh

karena itu, analisa volumetri disebut juga analisa titrimetri. Dasar –dasar dari Metode analisis

kuantitatif volumetri (titri metri),yaitu teknik analisis menggunakan titrasi. Prosespenambahan

volemu tertentu suatu larutanterhadap larutan yamg lain disebut titrasi. Larutan yang sudah di

ketahui konsentrasinyaadalah larutan standar. Analit adalah larutanyang akan ditentukan

konsentrasinya. Prinsip Dasar Volumetri :

1. pencapaian reaksi titik akhir ekivalen harus berlangsung secara stoikiometri.

2. titik ekivalen adalah titik pada saat senyawayang ditambahkan (pentiter) telah tepat

mencukupi bereaksi dengan analit.

Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti,

dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Indikator

adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya

indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai

perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri

antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi

perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang

dianalisis dan larutan standar.


Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir

titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada

suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu

bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini

dinamakan indikator.

B. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah

sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang

kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia

maupun secara fisika.

4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika.

Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

C. Macam-Macam Analisa Volumetri

Adapun macam-macam analisis volumetri ada tujuh, yakni:

1. Gasometri

Gasometri adalah volumetri gas dan yang diukur (kuantitatif) adalah volume

gas yang direaksikan atau hasil reaksinya.

2. Titrimetri

Titrimetri atau titrasi adalah pengukuran volume dalam larutan yang diperlukan

untuk bereaksi sempurna dengan sevolume atau sejumlah berat zat yang akan
ditentukan. Dalam setiaptitrimetri selalu terjadi reaksi kimia antara komponen analit

dengan zat pendeteksi yang disebut titran.

3. Alkalimetri

Alkalimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat

yang bersifat asam dengan menggunakan larutan standar yang bersifat basa.

4. Acidimetri

Acidimetri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat

yang bersifat basa dengan menggunakan larutan standar yang bersifat asam. Pada titrasi

acidimetri terjadi penetralan asam basa menurut reaksi

5. Permanganometri

Permanganometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar

suatu zat yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar KMnO4yang

bersifat oksidator. Pada titrasi permanganometri terjadi reaksi redoks. Titrasi

permanganometri tidak menggunakan indikator karena KMnO4 sudah berfungsi

sebagai auto indikator

6. Iodometri

Iodometri adalah metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu zat

yang bersifat reduktor dengan menggunakan larutan standar I2 yang bersifat oksidator.

Penambahan amylum dilakukan menjelang TAT. Bila amylum ditambahkan lebih


dahulu akan mengganggu jalannya pengamatan pada TAT sebab I2 dapat mengikat

amylum sehingga iod amylum sukar dipisah.

7. Iodimetri

Iodometri adalah menentukan kadar suatu zat yang bersifat oksidator (I2)

dengan menggunakan larutan standar yang bersifat reduktor.

D. klasifikasi Analisa Titrimetri atau Volumetri

Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;

1. Reaksi Kimia asam basa :

a. Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)

Jika larutan bakunya adalah larutan basa, maka zat yang akan ditentukan

haruslah bersifat asam dan sebaliknya.

2. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)

Yang terjadi adalah reaksi antara senyawa/ ion yang bersifat sebagai oksidator

dengan senyawa/ ion yang bersifat sebagai reduktor dan sebaliknya.

Berdasarkan larutan bakunya, titrasi dibagi atas :

a. Oksidimetri adalah metode titrasi redoks yang dimana larutan baku yang digunakan

bersifat sebagai oksidator.

b. Reduksimetri adalah titrasi redoks dimana larutan baku yang digunakan bersifat

sebagai reduktor.

3. Reaksi Pengendapan (presipitasi)

Reaksi Pengendapan adalah reaksi penggabungan ion yang menghasilkan

endapan/ senyawa yang praktis tidak terionisasi.

4. Reaksi kompleksometri
Titrasi kompleksometri digunakan untuk menetapkan kadar ion-ion alkali dan

alkali tanah/ ion-ion logam. Larutan bakunya : EDTA

E. Pembagian Analisa Volumetri

Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis

volumetri dibagi atas :

1. Titrasi asam – basa

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant.

Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan

menggunakan larutan basa dan sebaliknya.Titrant ditambahkan titer sedikit demi

sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer

tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.

Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita

mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan

menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa

menghitung kadar titrant. sebelum melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui Titik

Ekuivalen.

Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila

dilakukan dengan mengunakan prosedur yang disebut titrasi. dalam percobaan titrasi,

suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut dengan larutan standar

(standard solution),ditambahkan secara bertahap ke larutan yang lain konsentrasinya

tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsun sampai

sempurna jika kita mengetahui volume larutan standard dan larutan tidak diketahui

yang digunakan dalam titrasi,maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan tidak

diketahui itu.
Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi

dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa

selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat

kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang

ditambahkan.

Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak

diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.Indikator yang dipakai dalam titrasi asam

basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan

indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga

tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat

mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator

yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan dimana titrasi

dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir

titrasi”.

Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke

dalam suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai

reaksi selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna

Perubahan ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan

suatu zat yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator

ini disebut titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik

akhir teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang

disebut kesalahan titrasi.

Untuk analisis titrimetri atau volumetri lebih mudah kalau kita memakai sistem

ekivalen (larutan normal) sebab pada titik akhir titrasi jumlah ekivalen dari zat yang

dititrasi = jumlah ekivalen zat penitrasi. Berat ekivalen suatu zat sangat sukar dibuat
definisinya, tergantung dari macam reaksinya. Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi

ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik yang

mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih tinggi daripada sutau harga

tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah. Pada saat titik ekuivalen

maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat

kita tulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume

maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:

NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah

ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

nxMxV asam = nxVxM basa

2. Titrasi pengendapan

Titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan

terbentuknya endapan dari zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ). Suatu reaksi

endapan dapat berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil. konsentrasi ion-

ion yang akan mengalami perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya. Terdapat 3

cara penentuan suatu senyawa dengan titrasi pengendapan yaitu :

a. cara mohr

b. cara volhard dan,

c. cara fayans

Pada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan

netral dan sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai
indikator yang banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida.

Titik akhir titrasi dalam metode ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata

dari perak kromat.

Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak

langsung dalam suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku

perak nitrat dalam jumlah sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan

larutan baku tiosianat mengunakan indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan

terbentuknya larutan berwarna merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi

balik digunakan jika reaksi berjalan lambat atu jika tidak ada indicator pemastian TE.

Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap

pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung

AgNO3 digunakan sebagai titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan

untuk menentukan Cl-,Br-,I-,SCN-.

3. Titrasi reduksi-oksidasi

Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau

oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi

dan oksidator akan tereduksi. Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi

redoks harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut :

a. Reaksi harus cepat dan sempurna.

b. Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara

oksidator dan reduktor.

c. Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau

secara potentiometrik.
Salah satu aplikasi titrasi redoks khususnya iodometri dengan I2 sebagai

titran adalah untuk menentukan bilangan iod lemak dan miyak.Karena

kemampampuan mengoksidasi yang tidak besar, tidak banyak zat yang dapat dititrasi

berdasarkan iodometri langsung. Pengunaan ini memeanfaatkan kesangupan ikatan

rangkap zat organic untuk mengadisi iod. Penentuan kadar vitamin C (asam arkobat)

pun dapat dialakukan dengan titrasi ini.

Aplikasi lain dadi titrasi redoks ini adalah penentuan kadar air cara Karl

Fischer. Pereaksinya tediri dari iod, belerang dioksida, piridin dan methanol. Iod dan

belerang dioksida membentuk kompleks dengan piridin, dan bila terdapat air, maka

kedua kompleks ini dengan kelebihan piridin beraksi dengan air.

4. Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri adalah cara penetapan kadar ion logam berdasarkan

terbeentuknya senyawa kompleks antara ion logam dan senyawa pembentuk kompleks,

yang merupakan donor elektron.. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi

yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul

netral yang terdisosiasi dalam larutan.

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan

kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga

banyak, tidak hanya dalam titrasi.

Dalam titrasi kompleksometri perlu diperhatikan pH larutan yang dititrasi,

sebab asam edtat terionisasi dalam 4 tingkat (pKl = 2,0 ; pK2 = 2,67 ; pK3 = 6,16 dan

pK4 = 10,20) dan spesies pembentuk kompleks yang sebenarnya adalah Y=. Dengan

demikian, kompleks akan terbentuk lebih efisien dan lebih stabil dalam larutan alkalis.
Salah satu senyawa pembentuk kompleks yang banyak digunakan adalah

Na.EDTA. senyawa EDTA ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan

perbandingan 1:1 beberapa valensi.

M++ + (H2Y)= (MY)= + 2H+

M3+ + (H2Y)= (MY)- + 2H+

M4++ (H2Y)= (MY) + 2 H+

M adalah logam dan (H2Y) adalah anion garam dinatrium edtat.

F. Analisis Bahan Awal Obat Menggunakan Metode Volumetri dan

Spektrofotometri UV (Ibuprofen)

Ibuprofen atau asam 2-(-4-Isobutilfenil) propionat dengan rumus molekul C13H18O2

dan bobot molekul 206.28 memiliki pemerian berupa serbuk hablur putih hingga hampir putih,

berbau khas lemah, dan tidak berasa dengan titik lebur 75.0 – 77.50C. Ibuprofen praktis tidak

larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton, dan dalam

kloroform serta sukar larut dalam etil asetat. Rumus bangun dari ibuprofen adalah sebagai

berikut:

Gambar Stuktur kimia Ibuprofen

Ibuprofen adalah obat anti radang non steroid yang mempunyai aktivitas

antiradang dan analgesik yang tinggi, terutama digunakan untuk mengurangi rasa nyeri

akibat peradangan pada berbagai kondisi rematik dan arthritis. Ibuprofen memiliki efek

samping iritasi saluran cerna. Ibuprofen memiliki sifat antipiretik yang merangsang
pusat pengaturan panas di hipotalamus (bagian otak yang bersifat sangat peka salah

satunya terhadap suhu) sehingga mengakibatkan vasodilatasi perifer dengan

bertambahnya pengeluaran panas yang disertai dengan keluarnya banyak keringat.

Untuk menetapkan kadar ibuprofen dalam bahan awal obat dengan metode

volumetri dan metode baku luar (external standar methods) menggunakan

spektrofotometri UV. Volumetri adalah metode analisis kimia kuantitatif untuk

menentukan kadar analit dengan menggunakan larutan pereaksi yang konsentrasinya

telah diketahui. Pereaksi harus bereaksi stoikiometri dengan analit dan kadar zat

dihitung dari volume pereaksi yang bereaksi ekuivalen dengan analit. Analisis

volumetri yang cocok untuk ibuprofen adalah reaksi penetralan. Reaksi penetralan

adalah suatu cara penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan prinsip

netralisasi. Bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut

dinamakan asidimetri. Sebaliknya bila larutan baku basa sebagai titran, maka penetapan

itu disebut alkalimetri. Untuk analisis ibuprofen dilakukan titrasi alkalimetri yang

merupakan suatu metode sederhana, akurat, ekonomis, dan merupakan alternatif yang

baik yang telah banyak dilakukan karena jika ditinjau dari nilai pKa, ibuprofen dapat

ditetapkan kadarnya secara alkalimetri. Kadar ibuprofen dapat ditetapkan secara titrasi

menggunakan larutan NaOH 0.1 N dengan indikator fenolftalein yang dapat bereaksi

dengan air sehingga cincin laktonnya terbuka dan membentuk asam yang berwarna.

Metode ini didasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam.

Kadar ibuprofen juga dapat ditentukan dengan metode baku luar (external

standar methods) menggunakan spektrofotometri UV karena ibuprofen memiliki

gugus kromofor yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet yaitu pada

panjang gelombang maksimum 265 nm. Metode bahan baku luar merupakan metode

dengan membuat serangkaian larutan sampel yang diketahui kadarnya lalu diukur
menggunakan instrumen pada kondisi yang sama dengan yang dipakai untuk sampel

uji. Kemudian dibuat kurva kalibrasi antara respon instrumen dengan konsentrasi analit

dan sampel uji dapat dihitung melalui interpolasi terhadap persamaan garis yang

diperoleh. Spektrofotometri UV-Visible adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu

sistem kimia pada panjang gelombang tertentu dimana sinar ultraviolet mempunyai

panjang gelombang antara 200-400 nm sedangkan sinar tampak (visible) mempunyai

panjang gelombang 400-750 nm. Spektrofotometri UV-Visible lebih banyak dipakai

untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Konsentrasi sampel dalam larutan

dapat ditentukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tertentu

menggunakan hukum Lambert-Beer.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil dari makalah ini yaitu :
1. Analisa volumetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan jalan

mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung dengan larutan yang

dianalisis.

2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah

sebagai berikut :

a. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi

yang kuantitatif/stokiometrik.

c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik

secara kimia maupun secara fisika.

d. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau

fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

3. Adapun macam-macam analisis volumetri ada tujuh, yakni: Gasometri, Titrimetri,

Alkalimetri, Acidimetri, Permanganometri, Iodometri dan Iodimetri.

4. Penggolongan analisis titrimetri yaitu: Reaksi Kimia asam basa, Reaksi oksidasi-

reduksi (redoks), Reaksi Pengendapan (presipitasi) dan Reaksi kompleksometri

5. Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis

volumetri dibagi atas : Titrasi asam-basa, Titrasi pengendapan, Titrasi redoks dan Titasi

kompleksometri

B. Saran

Dalam melakukan analisis volumetri dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian agar

tidak salah dalam menganalisis. Karena jika terdapat kesalahan kecil yang disebabkan

oleh peneliti, akan mengakibatkan kesalahan besar dalam menganalisis.


DAFTAR PUSTAKA

Mulyono HAM. 2006. Kamus Kimia. Bandung : PT Bumi Aksara

Mulyono HAM. 2006.Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bandung : PT Bumi Aksara

Ritawidya, Rien, Martalena Ramli dan Cecep Taufik Rustendi. 2014. Validase Metode
Penentuan Kadar Gadolinum (III) dan Ligan Diethyl Tetramine Penta Acetic (
DTPA) dalam Contrast Agent Gd. DTPA. Jurnal Radisotop dan Radiofarmaka.
ISSN: 1410-8542. 17 (1)

Suirta I,W. 2010. Sintesis senyawa orto fenilazo -2-Naftol Sebagai Indikator dalam Titrasi.
Jurnal Kimia 4 (1).

Tim Dosen Kimia UNHAS. 2012. Kimia Dasar. Makassar : Universitas Hasanuddin

Tim Penyusun Modul Kimia UNY. 2011. Kimia. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
CONTOH ANALISIS SATU JENIS OBAT

1. Analisis Antibiotik (Penisilin)

1) Metode Iodometri

➢ Cincin beta laktam pada penisilin dapat dipecah oleh alkali atau penisilinase

menjadi asam penisiloat

➢ Asam penisiloat yang terjadi dapat ditetapkan kadarnya dengan iodometri

karena dapat mengikat iod, sedangkan penisilin tidak dapat mengikat iod.

➢ Cara kerja: Na-ampisilin dihidrolisis dengan basa kuat (NaOH), larutkan dalam

dapar asetat. Tambahkan asam klorida dan iodium. Titrasi dengan baku tiosulfat

memakai indicator kanji. Memakai blanko.

➢ Metode ini cukup spesifik karena senyawa bukan penisilin tida ikut ditetapkan.

➢ Perlu diperhatikan pada waktu titrasi blanko juga perlu dibiarkan 20 menit untuk

memberi kesempatan senyawa pengotor bereaksi dengan iod.

➢ Kemungkinan terhidrolisisnya penisilin dicegah dengan memberi larutan dapar

pH 4,5.

➢ Prokain penisilin juga dapat ditetapkan dengan metode ini walaupun sebaiknya

prokain dipisahkan dulu dengan natrium silikotungstat dalam NaCI 3%.

➢ Ampisilin juga dapat ditetapkan dengan cara sama.

Anda mungkin juga menyukai