Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayahnya, penulis yang masih dalam tahapan belajar ini dapat menyelesaikan
laporan kimia tentang "Titrasi Asam Basa". Dalam laporan ini penulis menjelaskan
mengenai penjelasan secara singkat tentang "Titrasi Asam Basa". Adapun tujuan penulis
menulis laporan ini yang utama untuk memenuhi tugas ujian praktek kimia dari guru
pembimbing. Penulis menulis laporan ini untuk mengetahui "Titrasi Asam Basa".

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang telah meluruskan


praktikum ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan laporan ini
untuk kedepannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca khususnya siswa siswi
SMA Negeri 2 Raha.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha.

Raha, Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Praktikum
F. Kegunaan/Manfaat

BAB II KAJIAN TEORI


A. Deskripsi Teori
B. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN


A. Variabel
B. Alat dan Bahan
C. Cara Kerja
D. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan
B. Interpretasi Data
C. Pembahasan

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.

Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai "titrant" dan biasanya
diletakkan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai "titer" dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun
titrant biasanya berupa larutan.

Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar dan konsentrasi
asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi
asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan
kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan
kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang
diketahui dari perubahan warna indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui
perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.

Titrasi asam basa merupakan teknik untuk menentukan konsentrasi larutan


asam atau basa. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi).
Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen
adalah perubahan warna indikatornya.

Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan
pH. pH pada titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari
netralisasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang
memiliki rentang pH dimana titik ekuivalen berada. Pada umumnya titik ekuivalen
tersebut sulit untuk diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik ekuivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik
akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir
titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekuivalen. Dengan pemilihan indikator yang
tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau
metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat
gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan
cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik
ekuivalen atau titik stoikiometri, titik ini sering ditandai dengan perubahan warna
senyawa yang disebut indikator. Ada berapa syarat yang diperlukan agar titrasi yang
dilakukan berhasil dan tidak terjadi kesalahan dalam mencapai titik ekuivalen.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengalami beberapa identifikasi


masalah sebagai berikut :

1. pH titik ekuivalen mudah diamati ketika melakukan titrasi asam basa.


2. Menentukan molaritas larutan basa.
3. Membuat grafik titrasi.
4. Syarat yang perlu diketahui agar titrasi yang dilakukan berhasil tanpa terjadi
kesalahan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah yang


akan diambil yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan molaritas larutan basa.


2. Membuat grafik titrasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dipaparkan di atas, penulis mengalami


rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menentukan molaritas larutan basa.


2. Bagaimana membuat grafik titrasi.

E. Tujuan Praktikum

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis mengambil tujuan praktikum


sebagai berikut :

1. Untuk menentukan molaritas larutan basa.


2. Untuk membuat grafik titrasi.
F. Kegunaan / Manfaat

Berdasarkan tujuan praktikum di atas, penulis mengambil kegunaan / manfaat


sebagai berikut :

1. Agar dapat menentukan molaritas larutan basa.


2. Agar dapat membuat grafik titrasi.
BAB ll

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi


yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah
contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analisis yang melibatkan titrasi dengan
larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam
analisis larutan asam dan basa, titrasi yang melibatkan pengukuran yang seksama,
volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan ( Keenan,
1998 : 422 - 423).

Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi ( Brady,
1999 : 217 - 218 ).

Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan asam yang di titrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia
(Erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet
gondok.untuk mengamati titik ekuivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar
titik ekuivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik ekuivalen ( Syukri, 1999 : 428 ).

Suatu proses di dalam laboratorium untuk mengukur jumlah suatu reaktan


yang bereaksi sempurna dengan jumlah reaktan lainnya, dimana reaktan pertama
ditambahkan secara kontiniu ke dalam reaktan kedua disebut titrasi. Reaktan yang
ditambahkan tadi disebut titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant ke dalamnya
disebut titer. Di dalam beberapa titrasi, titik ekuivalen adalah titik selama proses
titrasi dimana tepatnya titrat telah cukup ditambahkan untuk bereaksi dengan titer.
Salah satu masalah teknis dalam titrasi adalah titik dimana suatu perubahan dapat
diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan yang paling baik ke titik
ekuivalen. Secara ideal, titik akhir dan titik ekuivalen seharusnya identik, tetapi dalam
prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik tersebut tetap
sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut
dapat diabaikan ( Snyder, 1999 : 597 - 599 ).

Titrasi asam basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa
organik dan organik dapat di titrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu
terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian, umumnya
senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inter. Untuk menentukan asam
digunakan larutan baku asam kuat misal HCl sedangkan untuk menentukan basa
digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan
dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan
peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer ( Rivai, H. 1990 :
308 - 310 ).

Tidak semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran, untuk itu pereaksi
harus memenuhi syarat-syarat berikut antara lain berlangsung sempurna, tunggal
dan menurut persamaan yang jelas (dasar teoritis), cepat dan irreversible, ada
petunjuk akhir titrasi (indikator), larutan baku direaksikan dengan alat harus mudah
didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya
tidak mudah berubah bisa disimpan ( Ady Mara, 2010 : 21 ).

B. Kerangka Berpikir

Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
elektrolit. Larutan tersebut dapat pula dikenal dengan ciri khas, seperti asam
mempunyai rasa masam, sedangkan basa mempunyai rasa pahit dan licin bila
dipegang.

Larutan asam basa merupakan larutan berkadar keasaman atau kebasaan


suatu zat yang tergantung pada jumlah ion H+(asam) dan OH-(basa) yang terdapat
dalam zat dan juga derajat ionisasi dari zat tersebut. Larutan asam basa ini terbagi
menjadi dua yaitu larutan asam dan larutan basa. Larutan asam ialah larutan yang
bersifat asam. Larutan asam bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+.
Pengertian asam menurut kamus sains bergambar yaitu, suatu zat yang membentuk
ion hidrogen dalam larutan mengandung hidrogen yang bisa diganti dengan logam
untuk membentuk garam. Beberapa asam bersifat korosif dan kebanyakan asam bisa
mengubah suatu indikator. Korosif sendiri bermakna perusakan yang berlangsung
lambat pada suatu logam akibat aktivitas zat-zat kimia seperti asam atau oksigen
atmosfer, misalnya tembaga yang diletakkan di udara terbuka akan terkorosi dan
membentuk suatu lapisan hijau. Sehingga kata korosi selalu identik dengan dengan
sifat atau peristiwa kerusakan. Secara istilah asam berarti 89suatu zat yang jika
dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion hidrogen (H+). Jadi, pembawa sifat asam
adalah ion H+ (ion hidrogen), sehingga rumus kimia asam selalu mengandung atom
hidrogen. Ion hidrogen mempunyai muatan positif.
Larutan asam juga mempunyai kekuatan asam. Kekuatan asam ini
dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion H yang dihasilkan oleh senyawa asam dan
larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+ yang di hasilkan, larutan asam
dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut :

 Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan.
Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut :
HA(aq) → H+ (aq) + A-(aq)
[H+] = a.[HA] atau [H+] = a.M

Keterangan : a = asam valensi, M = konsentrasi asam.

 Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi
kesetimbangan. Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat
dirumuskan sebagai berikut :

HA(aq) ⇔ H+(aq) + A-(aq)

Makin kuat asam reaksi kesetimbangan asam makin condong ke kanan,


akibatnya Ka bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka merupakan ukuran
kekuatan asam. Berdasarkan persamaan di atas, karena pada asam lemah [H+]
= [A-], maka persamaan di atas dapat diubah menjadi :

Dimana : Ka = tetapkan ionisasi asam.


Konsentrasi ion H asam lemah juga dapat dihitung jika derajat ionisasinya (α)
diketahui :
[H+] = [HA] × α

Larutan basa adalah zat yang jika dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan
ion hidroksida (OH). Basa memiliki sifat akustik, artinya dapat merusak kulit dan
terasa licin serta rasanya pahit. Pemberian nama basa cukup dengan menyebut nama
logam, diikuti dengan kata hidroksida. Berdasarkan jumlah gugus OH yang diikat,
senyawa basa dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

1. Basamonohidroksida,yaitusenyawabisamemilikisagugugusOH-
2. Basa dihodroksida, yaitu senyawa basa yang memiliki dua gugus OH-.
3. Basa trihidroksida, yaitu senyawa basa yang memiliki tiga gugus OH

Larutan basa juga mempunyai kekuatan basa. Kekuatan basa ini dipengaruhi
oleh banyaknya ion-ion OH- yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya.
Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH- yang dihasilkan, larutan basa juga dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :

 Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi
ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara
umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut :
B(OH) (aq) → B+ (aq) + OH–(aq)
[OH–] = a.[B(OH)] atau [OH-] = a.M
Dimana: a = valensi basa; M = konsentrasi basa.
 Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi
kesetimbangan. Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat
dirumuskan sebagai berikut :
B(OH) (aq) → B+ (aq) + OH–(aq)

Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong ke kanan,
akibatnya Kb bertambah besar. Oleh karena itu, harga Kb merupakan ukuran
kekuatan basa, makin besar Kb makin kuat basa. Berdasarkan persamaan di
atas, karena pada basa lemah [B+] = [OH–], maka persamaan di atas dapat
diubah menjadi :

Dimana : Kb = terapan ionisasi basa.


Konsentrasi ion H asam lemah jika dapat dihitung juga derajat ionisasinya (α)
diketahui :
[OH-] = [B(OH)] × α

Larutan asam dan basa akan memberikan warna tertentu jika direaksikan
dengan indikator. Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang bisa atau
dapat bereaksi dengan senyawa asam basa. Jadi, pengertian indikator asam basa
adalah cara untuk mengetahui apakah jenis larutan tersebut asam, basa atau netral
menggunakan indikator baik indikator alami maupun buatan. Dengan Melalui
indikator, sehingga dapat mengetahui suatu zat bersifat asam atau basa. Indikator
tersebut juga dapat digunakan untuk dapat mengetahui tingkat kekuatan pada suatu
asam atau basa.

Beberapa dari indikator terbuat dari bahan alami, namun begitu ada juga
beberapa indikator yang dibuat dengan secara sintesis pada laboratorium. Jenis-jenis
indikator asam basa di bawah ini merupakan macam jenis indikator yang paling
banyak digunakan antara lain yaitu kertas lakmus, indikator alami, larutan indikator,
pH meter, dan indikator universal.
Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk spesies
garam yang biasanya diikuti dengan pembentukan molekul air. Reaksi ini disebut
sebagai reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi adalah reaksi kimia antara asam dan basa
yang menghasilkan larutan yang lebih netral (mendekati pH 7). Pada akhir tergantung
pada kekuatan asam dan basa dalam reaksi. Pada akhir reaksi netralisasi dalam air,
tidak ada kelebihan ion hidrogen atau hidroksida yang tersisa. Reaksi netralisasi ini
terjadi di dalam proses titrasi asam basa. Titrasi asam basa ini terdiri dari dua yaitu
asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri digambarkan dalam bentuk
kurva titrasi atau grafik titrasi yang di mana kurva titrasi ini terdiri dari 4 yaitu
diantaranya titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat,
titrasi asam lemah dengan basa lemah, dan titrasi basa lemah dengan asam kuat.
Tetapi, titrasi asam lemah dengan basa lemah tidak dilakukan karena perubahan pH
drastis terjadi sangat singkat, tidak ada indikator yang cukup teliti untuk mengamati
perubahan, tidak ada indikator yang cukup teliti untuk mengamati perubahan, dan
reaksi berlangsung lambat dan tidak tuntas. Titrasi asam basa juga ini terdapat
beberapa bagian yaitu titrat, titran, titik ekuivalen, dan titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi ini ditandai dengan adanya perubahan warna indikator.

C.Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, penulis dapat memaparkan


hipotesis sebagai berikut :

1. Molaritas larutan basa dapat ditentukan konsentrasinya dengan cara titrasi


asidimetri. Karena dengan demikian, asidimetri ini merupakan suatu metode
kadar kebasaan suatu zat dengan menggunakan larutan asam sebagai standar.
Standar asam yang digunakan pada percobaan ini yaitu asam klorida (HCl).
Sehingga percobaan yang di lakukan berhasil karena hasil yang diperoleh sangat
sesuai dengan cara yang digunakan.
2. Grafik titrasi dapat di buat setelah melarutkan percobaan titrasi asam basa.
Dengan demikian, bahwa grafik titrasi terdiri atas tiga bagian yaitu bagian yang
menandakan pH awal, bagian yang menandakan pH saat titik ekuivalen, dan
bagian yang menandakan pH setelah melampaui titik ekuivalen.
BAB lll

METODE PENELITIAN

A. Variabel

Berdasarkanpraktikum yang dilakukan, ada beberapa variabel yang diambil


yaitu sebagai berikut :

1. Variabel bebas : Yang menjadi variabel bebas pada percobaan ini adalah larutan
yang akan ditentukan kadarnya yaitu larutan NaOH.
2. Variabel respon : Yang menjadi variabel respon pada percobaan ini adalah
perubahan warna larutan NaOH dari bening menjadi pink setelah ditetesi
indikator phenolphtalein dan perubahan warna larutan NaOH kembali menjadi
bening setelah dititrasi dengan larutan HCl.
3. Variabel kontrol : Yang menjadi variabel kontrol pada percobaan ini adalah
konsentrasi dan volume masing-masing larutan yang digunakan.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

1. Alat

 Erlenmeyer 250 mL
 Pipet gondok 25 mL
 Pipet tetes
 Buret 25 mLmL

2. Bahan

 Larutan NaOH 0,1 M


 Larutan HCl 0,1 M
 Indikator phenolphtalein (PP)

C. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :

1. Memasukkan larutan HCl 0,1 M ke dalam buret sampai angka nol.


2. Mengambil 25 mL NaOH kemudian memasukkan ke dalam Erlenmeyer.
3. Memberikan tiga tetes phenolphtalein ke dalam erlenmeyer sehingga tampak
berwarna pink.
4. Menitrasi tetes demi tetes sambil erlenmeyer terus digoyang.
5. Menghentikan sementara titrasi ketika volume penitran (HCl 0,1 M) mencapai 5
mL dan kelipatannya (volume penitran ini dapat dilihat dari skala buret).
Mengukur pH larutan titran dengan pH meter atau kertas indikator lakmus.
6. Ketika warna larutan titran sudah mendekati bening, pengukuran pH dilakukan
untuk setiap penambahan 1 mL penitran.
7. Menghentikan kembali titrasi ketika tercapai titik ekuivalen, yaitu ketika larutan
berwarna menjadi bening. Mencatat volume penitran.
8. Pengukuran pH titran kembali dilakukan untuk setiap penambahan 1 mL
penitran, hingga 3 kali pengukuran. Mencatat pH dan volume penitrannya.
9. Pengukuran pH titran kembali dilanjutkan untuk setiap penambahan 5 mL
penitran, hingga 3 kali pengukuran. Mencatat pH dan volume penitrannya.
10. Mengulangi langkah 1-8 sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-rata volume
HCl yang digunakan.
11. Menghitung konsentrasi NaOH yang dititrasi.
12. Membuat grafik titrasi volume HCl versus pH dari data percobaan.

D. Teknik Analisis Data

Berdasarkan percobaan yang di lakukan teknik analisis data yang digunakan


penulis yaitu teknik kuantitatif, karena di dalam percobaan banyak menggunakan
angka.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Berdasarkan cara kerja percobaan yang dilakukan, penulis mendapatkan hasil


pengamatan yaitu sebagai berikut :

Volume penitran (mL) pH titran

0 7

5 10

10 9

20 8

21 7

22 8

pH titran

10

5 10 15 20 21 22 23 volume penitran (mL)


B. Interpretasi Data

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data bahwa larutan NaOH sebanyak


25 mL diteteskan indikator phenolphtalein (PP) sebanyak 3 tetes sehingga terjadi
perubahan warna dari bening menjadi pink. Kemudian dilakukan titrasi dengan
menambahkan tetes demi tetes larutan HCl yang berada di dalam buret. Pada volume
HCl 15 mL pH titrasinya 8, volume HCl 20 mL pH titrasinya 7, volume HCl 21 mL pH
titrasinya 8, volume HCl 22 mL pH titrasinya 8, volume HCl 23 mL pH titrasinya 7.
Sehingga percobaan titrasi yang dilakukan dapat berhasil karena selama titrasi
berlangsung terjadi perubahan pH pada setiap volume larutan yang digunakan.

C. Pembahasan

Reaksi asam basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan


asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan
basa yang telah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan
hingga asam dan basa telah habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan
basa tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau
basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan
konsentrasi tersebut disebut titrasi asam basa. Titrasi merupakan suatu metode
untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai
"titrant" dan biasanya diletakkan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah
diketahui konsentrasinya disebut sebagai "titer" dan biasanya diletakkan di dalam
"buret". Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrasi ditambahkan
titer sedikit demi sedikit sampai mencapai ekuivalen (artinya secara stoikiometri
titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai "titik ekuivalen".
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasinya titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa
yaitu sebagai berikut :

 Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,


kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah "titik ekuivalen".
 Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen
terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan.

Pada umumnya, cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan,


tidak diperlukan alat tambahan dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam
titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH.
Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua
hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketetapan hasil titrasi maka akhir titrasi dipilih
sedekah mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana
titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai
"titik akhir titrasi".

Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol
ekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut :

Mol ekuivalen asam = mol ekuivalen basa

Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus di atas dapat kita tulis sebagai :

N × V asam = N × V basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara moralitas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus di atas menjadi :

n × M × V asam = n × M × V basa

Keterangan : N = Normalitas, V = Volume, M = Moralitas, n = jumlah ion.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa


molaritas larutan basa dapat ditentukan dengan cara titrasi basa oleh asam yang
sudah diketahui molaritasnya, dan grafik titrasi dapat di buat setelah melakukan
titrasi basa. Sehingga kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui
proses titrasi, yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 3 tetes
indikator PP dengan NaOH (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang
dicampurkan dengan 3 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi
pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl
tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah
volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.

B. Saran

Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam


menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan
praktikum kali ini harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur volume larutan
basa (NaOH), karena volume larutan NaOH sangat mempengaruhi hasil konsentrasi
dari HCl.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. Kimia Universitas Asas dan Struktur, (Jakarta : Binarupa Aksara,

1999), hal 217-218.

Keenan, C. W, dkk. Kimia Universitas, (Jakarta : Erlangga, 1998), hal 422-423.

Rivai, H. Asas Pemeriksaan Kimia, (Jakarta : UI Press, 1990), hal 308-310.

Snyder,Milton K. Chemistry Structure and Reaction,(New York : Holt Rinehart and

Winston. Inc, 1996),hal 597-599)

Syukri. Kimia Dasar 2, (Bandung : ITB, 1999), hal 428.


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

TITRASI ASAM BASA

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITTI NUR AIAISYAH SABARDI

KELAS : XII IPA 1

NISN : 0054866411

SMA NEGERI 2 RAHA

2022/2023

Anda mungkin juga menyukai