Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayahnya, penulis yang masih dalam tahapan belajar ini dapat menyelesaikan
laporan kimia tentang "Titrasi Asam Basa". Dalam laporan ini penulis menjelaskan
mengenai penjelasan secara singkat tentang "Titrasi Asam Basa". Adapun tujuan penulis
menulis laporan ini yang utama untuk memenuhi tugas ujian praktek kimia dari guru
pembimbing. Penulis menulis laporan ini untuk mengetahui "Titrasi Asam Basa".
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Praktikum
F. Kegunaan/Manfaat
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain
sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai "titrant" dan biasanya
diletakkan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai "titer" dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun
titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar dan konsentrasi
asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi
asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan
kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan
kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang
diketahui dari perubahan warna indikator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui
perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.
Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan
pH. pH pada titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari
netralisasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang
memiliki rentang pH dimana titik ekuivalen berada. Pada umumnya titik ekuivalen
tersebut sulit untuk diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi
sebelum atau sesudah titik ekuivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik
akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir
titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekuivalen. Dengan pemilihan indikator yang
tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Titrasi asam basa merupakan contoh analisis glumetri, yaitu suatu cara atau
metode yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat
gelas yang disebut buret. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan
cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik
ekuivalen atau titik stoikiometri, titik ini sering ditandai dengan perubahan warna
senyawa yang disebut indikator. Ada berapa syarat yang diperlukan agar titrasi yang
dilakukan berhasil dan tidak terjadi kesalahan dalam mencapai titik ekuivalen.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Praktikum
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi ( Brady,
1999 : 217 - 218 ).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan asam yang di titrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia
(Erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet
gondok.untuk mengamati titik ekuivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar
titik ekuivalen. Dalam titrasi yang diamati adalah titik ekuivalen ( Syukri, 1999 : 428 ).
Titrasi asam basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa
organik dan organik dapat di titrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa itu
terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian, umumnya
senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik dapat
ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inter. Untuk menentukan asam
digunakan larutan baku asam kuat misal HCl sedangkan untuk menentukan basa
digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan
dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan
peralatan seperti potensiometri, spektrofotometer, konduktometer ( Rivai, H. 1990 :
308 - 310 ).
Tidak semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran, untuk itu pereaksi
harus memenuhi syarat-syarat berikut antara lain berlangsung sempurna, tunggal
dan menurut persamaan yang jelas (dasar teoritis), cepat dan irreversible, ada
petunjuk akhir titrasi (indikator), larutan baku direaksikan dengan alat harus mudah
didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus stabil sehingga konsentrasinya
tidak mudah berubah bisa disimpan ( Ady Mara, 2010 : 21 ).
B. Kerangka Berpikir
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
elektrolit. Larutan tersebut dapat pula dikenal dengan ciri khas, seperti asam
mempunyai rasa masam, sedangkan basa mempunyai rasa pahit dan licin bila
dipegang.
Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan.
Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut :
HA(aq) → H+ (aq) + A-(aq)
[H+] = a.[HA] atau [H+] = a.M
Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi
kesetimbangan. Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Larutan basa adalah zat yang jika dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan
ion hidroksida (OH). Basa memiliki sifat akustik, artinya dapat merusak kulit dan
terasa licin serta rasanya pahit. Pemberian nama basa cukup dengan menyebut nama
logam, diikuti dengan kata hidroksida. Berdasarkan jumlah gugus OH yang diikat,
senyawa basa dikelompokkan dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut :
1. Basamonohidroksida,yaitusenyawabisamemilikisagugugusOH-
2. Basa dihodroksida, yaitu senyawa basa yang memiliki dua gugus OH-.
3. Basa trihidroksida, yaitu senyawa basa yang memiliki tiga gugus OH
Larutan basa juga mempunyai kekuatan basa. Kekuatan basa ini dipengaruhi
oleh banyaknya ion-ion OH- yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya.
Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH- yang dihasilkan, larutan basa juga dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi
ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara
umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut :
B(OH) (aq) → B+ (aq) + OH–(aq)
[OH–] = a.[B(OH)] atau [OH-] = a.M
Dimana: a = valensi basa; M = konsentrasi basa.
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi
menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi
kesetimbangan. Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat
dirumuskan sebagai berikut :
B(OH) (aq) → B+ (aq) + OH–(aq)
Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong ke kanan,
akibatnya Kb bertambah besar. Oleh karena itu, harga Kb merupakan ukuran
kekuatan basa, makin besar Kb makin kuat basa. Berdasarkan persamaan di
atas, karena pada basa lemah [B+] = [OH–], maka persamaan di atas dapat
diubah menjadi :
Larutan asam dan basa akan memberikan warna tertentu jika direaksikan
dengan indikator. Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang bisa atau
dapat bereaksi dengan senyawa asam basa. Jadi, pengertian indikator asam basa
adalah cara untuk mengetahui apakah jenis larutan tersebut asam, basa atau netral
menggunakan indikator baik indikator alami maupun buatan. Dengan Melalui
indikator, sehingga dapat mengetahui suatu zat bersifat asam atau basa. Indikator
tersebut juga dapat digunakan untuk dapat mengetahui tingkat kekuatan pada suatu
asam atau basa.
Beberapa dari indikator terbuat dari bahan alami, namun begitu ada juga
beberapa indikator yang dibuat dengan secara sintesis pada laboratorium. Jenis-jenis
indikator asam basa di bawah ini merupakan macam jenis indikator yang paling
banyak digunakan antara lain yaitu kertas lakmus, indikator alami, larutan indikator,
pH meter, dan indikator universal.
Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk spesies
garam yang biasanya diikuti dengan pembentukan molekul air. Reaksi ini disebut
sebagai reaksi netralisasi. Reaksi netralisasi adalah reaksi kimia antara asam dan basa
yang menghasilkan larutan yang lebih netral (mendekati pH 7). Pada akhir tergantung
pada kekuatan asam dan basa dalam reaksi. Pada akhir reaksi netralisasi dalam air,
tidak ada kelebihan ion hidrogen atau hidroksida yang tersisa. Reaksi netralisasi ini
terjadi di dalam proses titrasi asam basa. Titrasi asam basa ini terdiri dari dua yaitu
asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri digambarkan dalam bentuk
kurva titrasi atau grafik titrasi yang di mana kurva titrasi ini terdiri dari 4 yaitu
diantaranya titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat,
titrasi asam lemah dengan basa lemah, dan titrasi basa lemah dengan asam kuat.
Tetapi, titrasi asam lemah dengan basa lemah tidak dilakukan karena perubahan pH
drastis terjadi sangat singkat, tidak ada indikator yang cukup teliti untuk mengamati
perubahan, tidak ada indikator yang cukup teliti untuk mengamati perubahan, dan
reaksi berlangsung lambat dan tidak tuntas. Titrasi asam basa juga ini terdapat
beberapa bagian yaitu titrat, titran, titik ekuivalen, dan titik akhir titrasi. Titik akhir
titrasi ini ditandai dengan adanya perubahan warna indikator.
C.Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Variabel
1. Variabel bebas : Yang menjadi variabel bebas pada percobaan ini adalah larutan
yang akan ditentukan kadarnya yaitu larutan NaOH.
2. Variabel respon : Yang menjadi variabel respon pada percobaan ini adalah
perubahan warna larutan NaOH dari bening menjadi pink setelah ditetesi
indikator phenolphtalein dan perubahan warna larutan NaOH kembali menjadi
bening setelah dititrasi dengan larutan HCl.
3. Variabel kontrol : Yang menjadi variabel kontrol pada percobaan ini adalah
konsentrasi dan volume masing-masing larutan yang digunakan.
1. Alat
Erlenmeyer 250 mL
Pipet gondok 25 mL
Pipet tetes
Buret 25 mLmL
2. Bahan
C. Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut :
A. Hasil Pengamatan
0 7
5 10
10 9
20 8
21 7
22 8
pH titran
10
C. Pembahasan
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrasi ditambahkan
titer sedikit demi sedikit sampai mencapai ekuivalen (artinya secara stoikiometri
titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai "titik ekuivalen".
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasinya titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa
yaitu sebagai berikut :
Pada saat titik ekuivalen maka mol ekuivalen asam akan sama dengan mol
ekuivalen basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut :
Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus di atas dapat kita tulis sebagai :
N × V asam = N × V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara moralitas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus di atas menjadi :
n × M × V asam = n × M × V basa
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Brady, James E. Kimia Universitas Asas dan Struktur, (Jakarta : Binarupa Aksara,
DISUSUN OLEH :
NISN : 0054866411
2022/2023