Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“TITRASI ASAM BASA”

Disusun Oleh :

1. Agung Supriyadi
2. Nia Fitrianingsih
3. Nurul Novi Aji
4. Reza Permana Aftianto
5. Sulastri

Kelas :
XII IPA 4

SMA NEGERI 1 DUKUPUNTANG


Jl. Nyi Ageng Serang Desa Sindangmekar Kecamatan Dukupuntang
Kabupaten Cirebon Kode Pos 45652
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, kami yang masih dalam tahapan belajar ini dapat
menyelesaikan laporan kimia tentang titrasi asam-basa.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai penjelasan secara singkat
tentang titrasi asam-basa. Adapuan tujuan kami menulis laporan ini yang utama
untuk memenuhi tugas ujian praktik sebagai salah satu syarat kelulusan SMA.
Kami menulis laporan ini untuk mengetahui lebih rinci mengenai titrasi asam-
basa.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah meluruskan
praktikum kami. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu,diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan laporan kami
ini untuk ke depannya. Semoga laporan ini berguna bagi semua khususnya siswa
siswi SMA Negeri 1 Dukupuntang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Dukupuntang, 3 Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Percobaan
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
B. Langkah Kerja
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Mengamatan
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi
penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami
terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan
dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam
kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan
titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik
ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.
Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi
merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks
dan lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan
biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini
akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara menghitung konsentrasi HCl dengan proses titrasi?

C. TUJUAN PERCOBAAN
 Untuk menentukn kadar suatu larutan HCL dengan menggunakan
NaOH 0,1 M
 Untuk memenuhi tugas ujian praktik kimia
BAB II
LANDASAN TEORI

1. Titrasi Asam-Basa
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan
basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang
belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga
asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa
tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa
dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi
tersebut disebut titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai
contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa,
titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer
maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan
mengenai titrasi asam-basa.
2. Prinsip Titrasi Asam-Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam
ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan
ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi).
Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.
3. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa.
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh
kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang
perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan
sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih
sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
4. Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan
mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan
volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
axV asam = bxV basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan
jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
A x Ma x Va = b x Vb x Mb
Keterangan:
a=Valensi asam
Va=Volume asam
Ma=Molaritas asam
b = valensi basa
Vb = Volume basa
Mb = Molaritas Basa
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Gelas Kimia Buret (2 buah)
2. Pipet (2 buah)
3. Corong (1 buah)
4. Gelas Erlenmeyer (3 buah)
5. Gelas Ukur (1 buah)

Bahan :
1. HCl
2. NaOH
3. Indikator Fenolftalein
B. LANGKAH KERJA
1. Mengukur HCl 6 ml dengan gelas ukur
2. Memasukkan HCl 6 ml ke dalam gelas erlenmeyer
3. Menambahkan 3 tetes indikator fenoltalein ke dalam gelas erlenmeyer
yang sudah berisi 6 ml HCl tadi
4. Memasang buret dengan menggunakan statif dan klem
5. Memasukkan NaOH 0,5 M ke dalam buret dengan menggunakan corong
6. Melihat volume awal NaOH pada buret sebelum melakukan titrasi
7. Meneteskan larutan NaOH sedikit demi sedikit hingga mencapai titik
akhir titrasi (hingga larutan berwarna merah muda)
8. Melihat pada buret volume akhir dari NaOH dan menghitung volume
NaOH yang digunakan
9. Menghitung konsentrasi HCl dengan menggunakan rumus :
A x Va x Ma = b x Vb x Mb
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Percobaan Volume HCl (mL) Volume NaOH 0,1(mL)
1 6 5
2 6 6
3 6 5,5

B. PEMBAHASAN
Pada percobaan standarisasi NaOH 0,1 M dengan larutan HCl dilakukan
dalam tiga kali percobaan dengan proses :
Percobaan pertama, mengukur volume HCl sebanyak 6 mL dengan
menggunakan gelas ukur 25 mL. Kemudian larutan HCl yang sudah diukur
dalam gelas ukur sebanyak 6 mL tersebut dituangkan ke dalam gelas
Erlenmeyer dan ditetesi dengan indikator penolphetalein sebanyak 3 tetes.
Setelah itu larutan HCl diletakkan di bawah buret dan ditetesi dengan larutan
NaOH yang ada didalam buret setetes demi setetes, erlemeyer sambil di
goyang-goyang hingga larutan HCl yang semula bening berubah menjadi
pink atau ungu. Apabila larutan HCl sudah berubah warna menjadi pink atau
ungu, maka pisahkan gelas erlenmeyer pertama . Langkah selanjutnya
menghitung banyaknya volume NaOH yang terpakai. Pada percobaan I
didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 5 mL, catat pada tabel laporan
sementara dibagian percobaan I.
Kemudian pada percobaan kedua, mengukur volume HCl sebanyak 6 mL
dengan menggunakan gelas ukur 25 mL. Kemudian larutan HCl yang sudah
diukur dalam gelas ukur sebanyak 6 mL tersebut dituangkan ke dalam gelas
Erlenmeyer dan ditetesi dengan indikator penolphetalein sebanyak 3 tetes.
Setelah itu larutan HCl diletakkan di bawah buret dan ditetesi dengan larutan
NaOH yang ada didalam buret setetes demi setetes, erlemeyer sambil di
goyang-goyang hingga larutan HCl yang semula bening berubah menjadi
pink atau ungu. Apabila larutan HCl sudah berubah warna menjadi pink atau
ungu, maka pisahkan gelas erlenmeyer kedua . Langkah selanjutnya
menghitung banyaknya volume NaOH yang terpakai. Pada percobaan II
didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 6 mL, catat pada tabel laporan
sementara dibagian percobaan II.
Selanjutnya pada percobaan terakhir yaitu percobaan ketiga, mengukur
volume HCl sebanyak 6 mL dengan menggunakan gelas ukur 25 mL.
Kemudian larutan HCl yang sudah diukur dalam gelas ukur sebanyak 6 mL
tersebut dituangkan ke dalam gelas Erlenmeyer dan ditetesi dengan indikator
penolphetalein sebanyak 3 tetes. Setelah itu larutan HCl diletakkan di bawah
buret dan ditetesi dengan larutan NaOH yang ada didalam buret setetes demi
setetes, erlemeyer sambil di goyang-goyang hingga larutan HCl yang semula
bening berubah menjadi pink atau ungu. Apabila larutan HCl sudah berubah
warna menjadi pink atau ungu, maka pisahkan gelas erlenmeyer ketiga .
Langkah selanjutnya menghitung banyaknya volume NaOH yang terpakai.
Pada percobaan III didapatkan volume NaOH terpakai sebanyak 5,5 mL,
catat pada tabel laporan sementara dibagian percobaan III.
Langkah selanjutnya ialah menghitung rata rata volume basa (NaOH) yang
terpakai pada ketiga percobaan tersebut, degan cara :
5 𝑚𝐿 + 6 𝑚𝐿 + 5,5 𝑚𝐿
= 5,5 𝑚𝐿
3
Sehingga didapatkan rata rata volume basa yang digunakan adalah 5,5 mL.
Langkah selanjutnya yaitu menghitung konsentrasi HCl yang dititrasi pada
percobaan di atas dengan rumus :
a x Va x Ma = b x Vb x Mb

Keterangan :
a = Valensi asam b = Valensi Basa
Va = Volume Asam Vb = Volume basa
Ma = Molaritas Asam Mb = Molaritas Basa
a x Va x Ma = b x Vb x Mb
1 x 6 x Ma = 1 x 5,5 x 0,1
6 x Ma = 0,55
0,55
𝑀𝑎 =
6
Ma = 0, 091 M

Jadi, didapatkan bahwa konsentrasi HCl yaitu 0,091 M.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi,
yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 3 tetes indicator PP
dengan NaOH (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang
dicampurkan dengan 3 tetes indikator berubah warna dari bening hingga
menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhi hasil
konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan
praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi
HCl (asam) bisa dihitung.

B. SARAN
Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam
menggunakan larutan-larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan
praktikum kali ini kita juga harus memperhatikan ketelitian dalam mengukur
volume larutan basa (NaOH), karena volume larutan NaOH sangat
mempengaruhi hasil konsentrasi HCl.
DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 1. Jakarta: Erlangga
Susilowati, Endang., Theory and Application of Chemistry, Bilingual, Jakarta
Sudarmo, Unggul. 2013. Kimia Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai