MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Dasar
Oleh :
KELOMPOK 1
TINGKAT 1 B
JURUSAN FARMASI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Analisis Kuantitatif Volumetri.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar nantinya penyusun
dapat menyajikan tulisan yang lebih baik lagi.
Penyusun berharap makalah ini dapat digunakan oleh para pembaca sebagai bahan acuan
untuk lebih mengerti dan memahami tentang bagaimana prinsip, cara kerja dan perhitungan
Gravimetri.
Makalah ini kami curahkan sebagai penyalesaian tugas mata kuliah kimia dasar. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dari 2 reaksi diatas dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis proses titrasi yaitu:
1. Titrasi Netralisasi
- Titrasi Asidimetri
Titrasi terhadap basa bebas atau larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan
larutan standar asam. Contoh: NaOH dititrasi dengan HCl
Reaksi: OH- + H+ → H2O
- Titrasi Alkalimetri
Titrasi terhadap asam bebas atau garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan
standar basa.
Contoh: HCl dititrasi dengan NaOH
Reaksi: H+ + OH- → H2O
2. Titrasi Pengendapan
Prinsip dasar titrasi yang didasarkan pada terbentuknya endapan.
Contoh: Argentometri
Titrasi Cl- dengan larutan standar AgNO3
Reaksi: Cl-(aq) + Ag+(aq) → AgCl(s)
3. Titrasi Redoks
Semua titrasi yang menyangkut reaksi redoks atau reaksi perpindahan elektron antara
zat yang dititrasi dengan zat penitrasi. Larutan standar atau sampel bisa bersifat
reduktor maupun oksidator.
Contoh: Titrasi Cerimetri, Iodometri, Permanganometri, dll
Garam ferro (FeSO4) sebagai reduktor dititrasi dengan garam ceri (Ce(SO4)2)
sebagai oksidator
Reaksi:
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
Fe2+ → Fe3+ + e
Ce4+ + e → Ce3++ e
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2. Mengetahui prinsip, cara kerja dan perhitungan sampel pada metode volumetri.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Ambil 10 mL larutan NaOH 0,1 N dengan pipet volum 10 mL lalu tuang ke dalam
erlenmeyer 125 mL.
b. Tambahkan 3 tetes indikator phenol pthalein.
c. Isi buret dengan larutan standard HCl 0,1 N sampai tanda batas nol.
d. Titrasi larutan NaOH sampai titik ekivalen.
e. Catat volume larutan HCl yang diperlukan.
f. Ulangi percobaan 2 kali lagi.
a. Timbang 2,5 gram Na2S2O3 dalam gelas arloji menggunakan neraca analitis
digital.
b. Masukkan Na2S2O3 ke dalam gelas beker 250 mL yang berisi aquadest 50 mL lalu
aduk sampai larut.
c. Saring larutan menggunakan kertas saring dan tuangkan larutan ke dalam labu ukur
100 mL.
d. Tambahkan aquadest hingga batas dan gojog hingga homogen.
2. Pembuatan indikator pati
a. Timbang 0,1 gram pati dalam gelas arloji dengan neraca analisis digital.
b. Masukkan pati ke dalam gelas beker 250 mL.
c. Tambahkan aquadest sampai volume ±50 mL.
d. Panaskan larutan pati sambil diaduk hingga mendidih
a. Timbang 3 gram KI dan 1 gram Na 2CO3 dalam gelas arloji menggunakan neraca
analitis digital.
b. Masukkan KI dan Na2CO3 ke dalam erlenmeyer 250 mL bertutup yang berisi 50
mL aquadest.
c. Goyang-goyang erlenmeyer hingga larutan homogen.
d. Tambahkan HCl pekat 1:1 sejumlah ±5 mL ke dalam erlenmeyer dengan pipet
volum 5 ml sambil digoyang
pelan.
e. Tambahkan larutan K 2Cr 2O7 yang telah disediakan dengan pipet volum 25 mL
dan goyangkan hingga
homogen.
f. Tutup erlenmeyer dengan gelas arloji dan simpan di tempat gelap ±10 menit.
g. Isi buret dengan larutan Na2S2O3 sampai tanda batas nol.
h. Titrasi larutan K 2Cr 2O7 dalam erlenmeyer bertutup tadi dengan larutan Na2S2O3
sampai berwarna coklat
muda.
i. Tambahkan indikator pati sampai larutan menjadi biru kehitaman.
j. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah warna menjadi hijau kebiruan.
k. Catat volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan.
l. Ulangi percobaan 2 kali lagi.
3. Perhitungan Sampel
Ekuivalen dan miliekuivalen adalah satuan yang menggambarkan banyaknya suatu spesi
kimia sebagaimana mol dan milimol. Konsep mol mungkin lebih dikenal dalam perhitungan
-perhitungan stoikiometri, sedangkan konsep ekuivalen lebih banyak digunakan
dalammenyelesaikan perhitungan dalam titrasi. Berikut ini adalah gambaran perbedaan kedua
konsep tersebut.
Jadi banyaknya zat yang terkandung dalam satu ekuivalen dapat berbeda untuk reaksi
yang berlainan. Konsekuensinya berat satu ekuivalen suatu zat tidak dapat dihitung tanpa
diketahui reaksi dari zat tersebut. Demikian pula normalitas larutan tidak dapat ditentukan
tanpa mengetahui berat ekuivalennya. Adanya ketidakpastian inilah yang menyebabkan saat
ini penggunaan satuan konsentrasi normalitas sudah jarang dipergunakan.
Berat Ekuivalen untuk Reaksi Asam Basa
Berat ekuivalen dalam reaksi asam basa adalah banyaknya zat (molekul atau ion)
yang bereaksi dengan atau menghasilkan 1 mol hidrogen dalam reaksinya. Untuk asam atau
basa yang mengandung satu ion hidrogen (H+) atau hidroksida (OH-), berat ekuivalen (BE)
nya sama dengan berat molekul (Mr) nya.
Untuk basa sejenis Ba(OH)2 yang mengandung 2 ion (OH-), maka BE nya setengah
dari Mr nya
Untuk asam triprotik seperti H3PO4 yang memiliki proton dengan kemampuan
terionisasi yang berbeda, penentuan berat ekuivalennya menjadi agak rumit. Untuk indikator
tertentu, hanya proton pertama dari tiga proton yang dititrasi:
Sedangkan untuk indikator lainnya, warnanya berubah setelah dua proton terionisasi:
Pada reaksi pertama, BE asam fosfat = Mr nya, sedangkan pada reaksi kedua BE asam
fosfat =setengah Mr nya. Sedangkan untuk keseluruhan ketiga proton dari asam fosfat
terionisasi tidak pernah dijumpai.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. Analisa Volumetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
jalan mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung dengan
larutan yang dianalisis
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik
adalah sebagai berikut
a. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik
secara kimia maupun secara fisika.
d. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
fisika. indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
3. Adapun macam-macam analisis volumetri ada tujuh, yakni : gasometri
-asometri, Titrimetri,Alkalimetri, Acidimetri, Permanganometri, iodometri dan
iodimetri.
4. Penggolongan analisis titrimetri yaitu: reaksi kimia asam basa, reaksi oksidasi-
reduksi, reaksi Pengendapan dan eaksi kompleksometri
5. Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka
analisis volumetri dibagi atas : Titrasi asam-basa, Titrasi pengendapan, Titrasi
redoks dan Titasi kompleksometri.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, ham. 2006. Membuat reagen kimia di laboratorium. Bandung:
Bumi Aksara
Widiarto, soni. 2009. Kimia Analitik.
www.wikipedia.com