Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KUANTITATIF VOLUMETRI

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Dasar

Dosen : Lilis Febriyanti., M.Farm

Oleh :

KELOMPOK 1

TINGKAT 1 B

ASYIFA NURFAUZI AGUSTIANI P17335119039

DIETA RELANY NAMINA P17335119045

EVI SITI LATIFAH P17335119048

TASYA NOVITA P17335119067

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Analisis Kuantitatif Volumetri.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, agar nantinya penyusun
dapat menyajikan tulisan yang lebih baik lagi.

Penyusun berharap makalah ini dapat digunakan oleh para pembaca sebagai bahan acuan
untuk lebih mengerti dan memahami tentang bagaimana prinsip, cara kerja dan perhitungan
Gravimetri.

Makalah ini kami curahkan sebagai penyalesaian tugas mata kuliah kimia dasar. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, 4 November 2019

penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Volumetri (Titimetri) adalah metode analisis kimia yang dilakukan untuk


menentukan banyaknya volume larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan
tepat yang bereaksi secara kuantitatif dengan larutan yang dianalisis. Teknik
pelaksaaan analisis volumetri, mula-mula disiapkan larutan baku dalam buret dan
larutan sampel dalam labu titrasi. Larutan baku diteteskan kedalam larutan sampel
sampai titik ekivalen. Inilah yang biasa dikenal dengan istilah Titrasi (Metode
Titimeri). Pada titik ekivalen, V1 N1 = V2 N2.
Apabila salah satu larutan berwarna, titik ekivalen dapat diamati. Misalnya:
titrasi asam oksalat yang tidak berwarna dengan larutan KMnO4(ungu), akan
didapatkan perubahan laurtan dari tidak berwarna menjadi ungu muda.
Jika kedua larutan tidak berwarna, maka titik ekivalen tidak dapat teramati.
Sehingga perlu penambahan indikator sebagai zat pembantu dalam pengamatan titik
ekivalen. Titik ekivalen (TE) tidak dapat diamati dengan mata secara langsung, akan
tetapi yang bisa diamati hanya perubahan warna dimana titrasi harus dihentikan.
Tepat saat titik akhir titrasi (TAT). Pada umumnya, titik akhir titrasi terjadi sesudah
titik ekivalen.
Misalnya, Titrasi CH3COOH dengan larutan NaOH menggunakan indikator
fenolftalein (pp). Larutan ini kemudian dititrasi dengan NaOH sampai titik ekivalen
(belum ada perubahan warna). Ketika ada kelebihan 1 tetes larutan NaOH, dengan
adanya pp, akan membentuk larutan berwarna merah muda (TAT).
Perbedaaan antara titik akhir titrasi dan titik ekivalen tidak boleh terlalu besar
karena dapat menyebabkan kesalahan titrasi. Semakin besar perbedaan antara TA dan
TE, maka semakin besar pula kesalahan titrasinya. Usahakan agar TA jatuh sedekat
mungkin dengan TE. Oleh karena itu, sangat penting memilih indikator yang tepat
untuk memperkecil kesalahan titrasi.
Syarat-syarat Reaksi Pada Volumetri
- Reaksi harus sederhana, stoikiometri (perbandingan yang setara), dan tidak ada
reaksi samping.
- Reaksi harus berlangsung cepat, jika perlu dilakukan pemanasan atau ditambah
katalisator.
Pada saat terjadi titik ekivalen, terjadi perubahan yang jelas, baik secara fisik
(perubahan gas, warna, endapan) maupun kimia (perubahan PH).
Indikator yang digunakan harus harus dapat memberikan ketentuan yang jelas pada
akhir reaksi.
Jika tidak ada indikator yang mampu menunjukkan tercapainya titik ekivalen, maka
proses ini harus dapat dikerjakan secara elektrokimia.

Jenis-Jenis Analisis Volumetri berdasarkan Reaksi


Reaksi dasar dalam analisis volumetri dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Reaksi yang tidak dapat menyebabkan perubahan valensi (Reaksi kombinasi ion)
2. Reaksi yang menyebabkan terjadinya perubahan valensi (Reaksi redoks)

Dari 2 reaksi diatas dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis proses titrasi yaitu:
1. Titrasi Netralisasi
- Titrasi Asidimetri
Titrasi terhadap basa bebas atau larutan garam yang berasal dari asam lemah dengan
larutan standar asam. Contoh: NaOH dititrasi dengan HCl
Reaksi: OH- + H+ → H2O

- Titrasi Alkalimetri
Titrasi terhadap asam bebas atau garam yang berasal dari basa lemah dengan larutan
standar basa.
Contoh: HCl dititrasi dengan NaOH
Reaksi: H+ + OH- → H2O

2. Titrasi Pengendapan
Prinsip dasar titrasi yang didasarkan pada terbentuknya endapan.
Contoh: Argentometri
Titrasi Cl- dengan larutan standar AgNO3
Reaksi: Cl-(aq) + Ag+(aq) → AgCl(s)

Reaksi pembentukan kompleks


Semua jenis reaksi yang menyebabkan terbentuknnya senyawa kompleks.
Contoh: Kompleksometri
Titrasi Cl- dengan larutan standar Hg(NO3)2
Reaksi: Cl-(aq) + Hg2+(aq) → HgCl2 (kompleks)

3. Titrasi Redoks
Semua titrasi yang menyangkut reaksi redoks atau reaksi perpindahan elektron antara
zat yang dititrasi dengan zat penitrasi. Larutan standar atau sampel bisa bersifat
reduktor maupun oksidator.
Contoh: Titrasi Cerimetri, Iodometri, Permanganometri, dll
Garam ferro (FeSO4) sebagai reduktor dititrasi dengan garam ceri (Ce(SO4)2)
sebagai oksidator

Reaksi:
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
Fe2+ → Fe3+ + e
Ce4+ + e → Ce3++ e
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+

B. Rumusan Masalah

1. Apakah prinsip dari metode volumetri?

2. Bagaimana cara kerja menggunakan metode volumetri?

3. Bagaimana perhitungan sampel pada metode volumetri?

C. Tujuan

1. Mahasiswa dapat menggunakan metode analis volumetri dalam kimia

2. Mengetahui prinsip, cara kerja dan perhitungan sampel pada metode volumetri.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Prinsip umum volumetri


Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan
menimbang berat suatu zat secara gravimetri. Dengan akurasi yang sama, analisis
volumetri memungkinkan suatu zat yang dianalisis (analit) bereaksi dengan zat
lain yang konsentrasinya telah diketahui (titran) dan dialirkan melalui buret dalam
bentuk larutan. Konsentrasi larutan analit kemudian ditentukan secara kuantitatif.
Proses diatas dikenal dengan proses titrasi. Oleh karena itu, analisa volumetri
disebut juga analisa titrimetri.
Secara umum, reaksi dasar antara komponen analit dengan titran dinyatakan
melalui persamaan :
aA + tT → Produk
‘a’ merupakan jumlah mol analit (A) yang bereaksi secara stoikiometri dengan
‘t’ mol titran (T). Keadaan dimana volume titran yang ditambahkan tepat sama
dengan volume yang diperlukan oleh analit untuk bereaksi sempurna disebut
sebagai titik ekivalen. Pencapaian titik ekivalen umumnya ditandai oleh
perubahan warna zat tertentu yang sengaja dimasukkan ke dalam larutan analit,
yang dikenal sebagai indikator. Perubahan warna indikator terjadi bila telah
tercapai titik akhir titrasi, yaitu keadaan dimana semua analit telah bereaksi
dengan titran. Secara sederhana, konsep analisa titrimetri didefenisikan sebagai
suatu teknik analisa kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi
kimia.

2. Cara kerja volumetri


a. Asidimetri – Alkalimetri

Standarisasi larutan standar HCl 0,1 N

- Timbang boraks dalam gelas arloji dengan neraca analitis digital.


- Masukkan boraks ke dalam erlenmeyer 250 mL dengan bantuan corong gelas.
- Semprot sisa-sisa boraks yang menempel pada gelas arloji sehingga semua
boraks masuk ke dalam erlenmeyer
- Tambahkan aquadest hingga volumenya 30 mL.
- Goyang- goyang erlenmeyer hingga larutan homogen.
- Tambahkan 3-5 tetes methyl orange.
- Isi buret dengan larutan standard HCl 0,1 N sampai tanda batas nol.
- Titrasi larutan boraks hingga titik ekivalen tercapai.
- Catatlah volume larutan HCl yang diperlukan.
- Ulangi percobaan 2 kali lagi

Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

- Siapkan 10 mL aquadest dalam gelas beker 100 mL


- Timbang 0,4 gram NaOH dengan botol timbang.
- Masukkan NaOH ke dalam gelas beker, lalu aduk hingga homogen.
- Pindahkan larutan NaOH ke dalam labu ukur 100 ml, tambahkan aquadest
hingga tanda batas dan kocok hingga homogen.

Penentuan konsentrasi larutan NaOH 0,1 N

a. Ambil 10 mL larutan NaOH 0,1 N dengan pipet volum 10 mL lalu tuang ke dalam
erlenmeyer 125 mL.
b. Tambahkan 3 tetes indikator phenol pthalein.
c. Isi buret dengan larutan standard HCl 0,1 N sampai tanda batas nol.
d. Titrasi larutan NaOH sampai titik ekivalen.
e. Catat volume larutan HCl yang diperlukan.
f. Ulangi percobaan 2 kali lagi.

Penentuan konsentrasi larutan NaOH X N

a. Ambil 10 mL larutan NaOH X N dengan pipet volum 10 mL lalu tuang ke dalam


erlenmeyer 125 mL.
b. Tambahkan 3 tetes indikator phenol pthalein.
c. Isi buret dengan larutan standard HCl 0,1 N sampai tanda batas nol.
d. Titrasi larutan NaOH sampai titik ekivalen.
e. Catat volume larutan HCl yang diperlukan.
f. Ulangi percobaan 2 kali lagi.
b. Iodometri

Pembuatan larutan standar Na2S2O3

a. Timbang 2,5 gram Na2S2O3 dalam gelas arloji menggunakan neraca analitis
digital.
b. Masukkan Na2S2O3 ke dalam gelas beker 250 mL yang berisi aquadest 50 mL lalu
aduk sampai larut.
c. Saring larutan menggunakan kertas saring dan tuangkan larutan ke dalam labu ukur
100 mL.
d. Tambahkan aquadest hingga batas dan gojog hingga homogen.
2. Pembuatan indikator pati
a. Timbang 0,1 gram pati dalam gelas arloji dengan neraca analisis digital.
b. Masukkan pati ke dalam gelas beker 250 mL.
c. Tambahkan aquadest sampai volume ±50 mL.
d. Panaskan larutan pati sambil diaduk hingga mendidih

Peneraan larutan Na2S2O3

a. Timbang 3 gram KI dan 1 gram Na 2CO3 dalam gelas arloji menggunakan neraca
analitis digital.
b. Masukkan KI dan Na2CO3 ke dalam erlenmeyer 250 mL bertutup yang berisi 50
mL aquadest.
c. Goyang-goyang erlenmeyer hingga larutan homogen.
d. Tambahkan HCl pekat 1:1 sejumlah ±5 mL ke dalam erlenmeyer dengan pipet
volum 5 ml sambil digoyang
pelan.
e. Tambahkan larutan K 2Cr 2O7 yang telah disediakan dengan pipet volum 25 mL
dan goyangkan hingga
homogen.
f. Tutup erlenmeyer dengan gelas arloji dan simpan di tempat gelap ±10 menit.
g. Isi buret dengan larutan Na2S2O3 sampai tanda batas nol.
h. Titrasi larutan K 2Cr 2O7 dalam erlenmeyer bertutup tadi dengan larutan Na2S2O3
sampai berwarna coklat
muda.
i. Tambahkan indikator pati sampai larutan menjadi biru kehitaman.
j. Lanjutkan titrasi hingga larutan berubah warna menjadi hijau kebiruan.
k. Catat volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan.
l. Ulangi percobaan 2 kali lagi.

3. Perhitungan Sampel

Normalitas suatu larutan menggambarkan banyaknya ekuivalen zat terlarut (solute)


dalam 1 L larutan

Ekuivalen dan miliekuivalen adalah satuan yang menggambarkan banyaknya suatu spesi
kimia sebagaimana mol dan milimol. Konsep mol mungkin lebih dikenal dalam perhitungan
-perhitungan stoikiometri, sedangkan konsep ekuivalen lebih banyak digunakan
dalammenyelesaikan perhitungan dalam titrasi. Berikut ini adalah gambaran perbedaan kedua
konsep tersebut.

Jadi banyaknya zat yang terkandung dalam satu ekuivalen dapat berbeda untuk reaksi
yang berlainan. Konsekuensinya berat satu ekuivalen suatu zat tidak dapat dihitung tanpa
diketahui reaksi dari zat tersebut. Demikian pula normalitas larutan tidak dapat ditentukan
tanpa mengetahui berat ekuivalennya. Adanya ketidakpastian inilah yang menyebabkan saat
ini penggunaan satuan konsentrasi normalitas sudah jarang dipergunakan.
Berat Ekuivalen untuk Reaksi Asam Basa

Berat ekuivalen dalam reaksi asam basa adalah banyaknya zat (molekul atau ion)
yang bereaksi dengan atau menghasilkan 1 mol hidrogen dalam reaksinya. Untuk asam atau
basa yang mengandung satu ion hidrogen (H+) atau hidroksida (OH-), berat ekuivalen (BE)
nya sama dengan berat molekul (Mr) nya.

Contohnya: BE HCl = Mr HCl

Untuk basa sejenis Ba(OH)2 yang mengandung 2 ion (OH-), maka BE nya setengah
dari Mr nya

Untuk asam triprotik seperti H3PO4 yang memiliki proton dengan kemampuan
terionisasi yang berbeda, penentuan berat ekuivalennya menjadi agak rumit. Untuk indikator
tertentu, hanya proton pertama dari tiga proton yang dititrasi:

H3PO4 + OH- _ H2PO4- + H2O

Sedangkan untuk indikator lainnya, warnanya berubah setelah dua proton terionisasi:

H3PO4 + 2 OH- _ HPO42- + 2 H2O

Pada reaksi pertama, BE asam fosfat = Mr nya, sedangkan pada reaksi kedua BE asam
fosfat =setengah Mr nya. Sedangkan untuk keseluruhan ketiga proton dari asam fosfat
terionisasi tidak pernah dijumpai.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
1. Analisa Volumetri adalah analisa kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
jalan mengukur volume suatu larutan standar yang bereaksi langsung dengan
larutan yang dianalisis
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik
adalah sebagai berikut
a. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.
b. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan
reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.
c. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik
secara kimia maupun secara fisika.
d. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau
fisika. indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
3. Adapun macam-macam analisis volumetri ada tujuh, yakni : gasometri
-asometri, Titrimetri,Alkalimetri, Acidimetri, Permanganometri, iodometri dan
iodimetri.
4. Penggolongan analisis titrimetri yaitu: reaksi kimia asam basa, reaksi oksidasi-
reduksi, reaksi Pengendapan dan eaksi kompleksometri
5. Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka
analisis volumetri dibagi atas : Titrasi asam-basa, Titrasi pengendapan, Titrasi
redoks dan Titasi kompleksometri.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, ham. 2006. Membuat reagen kimia di laboratorium. Bandung:
Bumi Aksara
Widiarto, soni. 2009. Kimia Analitik.
www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai