C. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Menentukan indeks bias dengan refraktometer
b. Menentukan pengaruh konsentrasi zat terhadap nilai indeks bias
c. Menentukan rotasi optik dengan polarimeter
d. Menentukan pengaruh konsentrasi zat terhadap nilai rotasi optik
1
( optis in active ) dan akibatnya tidak memutar bidang cahaya yang dipolarisasikan. Alat
untuk mengukur aktivitas optic adalah polarimeter. Rotasi optik, α, bergantung pada
kerapatan dari zat optis aktif, di mana setiap molekul memberikan andil yang sama untuk
rotasi walaupun kecil. (Martin.A, Swarbick.J, Cammarata.A, 2009)
Alat Bahan
1. Refraktometer 1. Tissue
2. Polarimeter 2. Aquadest
3. Beaker glass 3. Dextrose
4. Gelas ukur 4. sucrose
5. Pipet tetes
6. Batang pengaduk
2
b. Rotasi Optik
1. Dibuat 30ml larutan dextrose dalam aquadest dengan konsentrasi 10% dan 20%.
2. Polarimeter dinyalakan. Tabung polarimeter dibilas dengan sedikit larutan yang
akan ditentukan rotasi optiknya. Lalu dimasukan larutan dextrose 10% ke dalam
tabung polarimeter sampai terisi penuh dan tidak ada gelembung udara di
dalamnya.
3. Dengan menggunakan pemutar pada alat, diatur agar layar dalam alat tersebut
menjadi batas gelap dan terang dengan batas yang jelas dan tegas.
4. Dicatat nilai rotasi optik yang tertera pada layar polarimeter saat batas terang dan
gelap telah didapat.
5. Pengukuran yang sama dilakukan untuk larutan dextrose 20%.
Indeks Bias
5 3,43 26,87
Sukrosa 5% x 10 = 0,5 g0,5000 g
100
3,5 3,8 3,0 26,8 26,9 26,9
3
Sukrosa 20 13,73 27,0
x 10= 2,0 g2,0000 g
20% 100
13,9 13,8 13,5 27,0 27,0 27,0
Rotasi Optik
4
molekul sehingga nilai indeks bias semakin kecil. Setelah itu, alat refraktometer
dikalibrasi dengan cara meneteskan aquadest sampai penuh pada kaca prisma
refraktometer, hal ini dilakukan karena kaca prisma merupakan komponen yang sensitive
terhadap goresan dan pengganggu cahaya yang masuk ke prisma, salah satu contohnya
adalah debu. Setelah itu, tekan tombol zero hingga didapatkan nilai 0,0 pada layar
refraktometer, lalu kaca prisma yang telah ditetesi aquadest kemudian dikeringkan
dengan tisu.
Langkah selanjutnya adalah larutan sukrosa 5% diteteskan pada kaca prisma
sebanyak 2-3 tetes, lalu tekan tombol read, dan nilai indeks bias akan tertera pada layar
refraktometer beserta suhu pengukurannya, kemudian dilakukan 3x pengukuran (triplo).
Untuk mengukur nilai indeks bias pada larutan sukrosa dengan konsentrasi yang lainnya
dilakukan langkah yang sama, namun sebelum beranjak mengukur indeks bias pada
larutan sukrosa yang lainnya, setiap kali sudah meneteskan satu larutan dengan satu
konsentrasi maka kaca prisma dikeringkan dan dikalibrasi ulang menggunakan aquadest
terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai indeks bias yang tepat dan
akurat.
Berdasarkan praktikum kali ini, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi
sukrosa dalam suatu larutan maka semakin tinggi pula nilai indeks biasnya, hal ini terjadi
karena semakin pekat suatu larutan maka kecepatan cahaya dalam media akan berkurang.
Nilai rata-rata indeks bias paling tinggi didapatkan pada larutan sukrosa 25% yaitu
sebesar 14,73 dengan suhu pengukuran rata-rata 27,13° C.
Praktikum kedua yaitu mengenai penentuan nilai rotasi optik menggunakan alat
polarimeter dan pengaruh kosentrasi suatu zat (dextrose) terhadap nilai rotasi optik.
Sama seperti pada praktikum indeks bias, sebelum dilakukan pengukuran maka praktikan
membuat larutan terlebih dahulu, yakni larutan dextrose dengan konsentrasi 10% dan
20% dalam aquadest masing-masing sebanyak 30 mL. hal ini bertujuan untuk melihat
pengaruh konsentrasi suatu zat terhadap nilai rotasi optik.
Setelah membuat larutan, alat polarimeter dinyalakan lalu tabung polarimeter
dibilas dengan aquadest untuk membersihkan tabung agar tidak terkontaminasi oleh zat
lain, kemudian tabung dibilas lagi menggunakan larutan yang akan diuji. Selanjutnya,
larutan dextrose 10% dimasukkan ke dalam tabung polarimeter sampai terisi penuh dan
jangan samapi ada gelembung udara di dalamnya, karena gelembung udara akan
5
membentuk cekungan pada larutan sehingga dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang
terpolarisasi, dan akan berpengaruh pula pada besarnya sudut putar suatu sampel larutan.
Sebelum tabung polarimeter dimasukkan,pastikan tabung sudah dalam keadaan
bersih dan kering dan jangan sampai ada air karena akan mengganggu cahaya yang lewat.
Setelah itu, praktikan mengatur batas gelap dan terang dengan menggunakan pemutar
pada polarimeter sampai terlihat jelas batasnya, dan dilakukan langkah yang sama untuk
larutan dextrose 20%. Untuk mencapai kondisi “setengah bayang” atau bayang redup,
polarizer diatur sedemikian rupa, sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut
sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi lainnya. Akibatnya memberikan
pemadaman kedua sisi lain,sedangkan ditengah terang. Bila analyzer diputar terus, maka
medan menjadi lebih terang dan lainnya redup. (Dasar Analis Fisikokimia : 44).
Menurut Farmakope Indonesia edisi V, nilai rotasi optik dextrose yaitu antara
+52,6 dan +53,2. Dextrose akan bergerak sesuai arah jarum jam yaitu ke arah kanan,
yang dinamakan juga dextrorotary yang bernilai positif. Apabila pada layar polarimeter
bernilai negative maka kemungkinan ada gelembung udara di dalam tabung pada saat
memasukkan larutan.
Berdasarkan hasil pengamatan, larutan dextrose dengan konsentrasi 20% nilai
rotasi optiknya lebih besar daripada larutan dextrose 10%, yaitu sebesar 30,990 untuk
larutan dextrose 10% dan 43,425 untuk larutan dextrose 20%. Dapat diketahui bahwa
konsentrasi suatu zat mempengaruhi nilai rotasi optik. Semakin besar konsentrasi zat
dalam larutan, maka semakin besar pula nilai rotasi optiknya, hal ini terjadi karena
adanya atom C pada molekul gula sehingga larutan dextrose atau larutan gula bersifat
optis aktif, yaitu dapat memutar bidang terpolarisasi tanpa pengaruh medan.
6
Nilai rotasi optic dipengaruhi oleh kadar larutan panjang gelombang sinar dengan
nilai rotasi oprik pada konsentrasi dextrose 10% sebesar 30,990 dan dextrose 20%
sebesar 43,425.
Martin. Dkk. 2003. “Dasar Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetika”. jakarta:
Universitas Indonesia press
Novestiana. Dkk. 2015. “Penentuan Indeks Bias Dari Konsentrasi Sukrosa (C12H22011)
Pada Beberapa Sari Buah Menggunakan Portable Brixmiter” dalam jurnal youngster
physic jurnal. Vol 4. No 2. April. Semarang.
7
LAMPIRAN (Tiara Azizzah - P17335119068)
1. Indeks Bias
Penimbangan jumlah sukrosa
8
2. Rotasi optik
Jumlah dextrose yang ditimbang & Nilai rotasi optik