Anda di halaman 1dari 4

1.

Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L)


1.1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus rosa-sinensis L.

2.1. morfologi
Hibiscus rosa-sinensis merupakan tanaman semak annual atau perennial yang memiliki berbagai
macam warna bunga. Hibiscus rosa-sinensis memiliki cabang-cabang ramping dengan panjang
hingga 6 meter. Daun tersusun spiral (tersebar), berbentuk bulat telur, dengan helaian daun
berukuran 15 cm panjangnya dan lebarnya 10 cm. Daun Hibiscus merupakan daun tunggal,
berlobus, dan memiliki sepasang stipula atau daun penumpu. Bunga merupakan bunga tunggal
yang muncul di ketiak daun dan memiliki epikalik (kalik tambahan). Epicalik berjumlah 5-7
brakteadengan panjang sekitar 1 cm, sedangkan panjang kelopoknya 2,5 cm. Korolla berumur
pendek dan berjumlah 5 helaian yang berbeda dalam ukuran dan warna, yang berbentuk tunggal
atau ganda. Mahkota bunga H. rosa-sinensis ada yang bewarna putih, kuning, dan merah dengan
berbagai degradasi warna dengan susunan tunggal, ganda, dan cested. Bunga memiliki simetri
radial dengan kalik berbentuk seperti cup, memiliki 5 petal yang saling berhubungan, tangkai sari
muncul dari stamen dan memiliki stigma dengan lobus berambut. Buah H. rosa-sinensis sangat
jarang dibentuk, dan kalau ada merupakan buah kapsul sepanjang 3 cm.

3.1 Manfaat
Hibiscus rosa-sinensis merupakan salah satu tumbuhan yang telah lama dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Berbagai laporan menyatakan
bahwa H. rosa-sinensis digunakan sebagai bahan pangan, tanaman hias, obat, penyubur
rambut,dan sebagai pagar hidup.
Hal tersebut mengakibatkan H. rosa-sinensis mudah ditemukan di berbagai pekarangan
masyarakat lokal di Indonesia.
Walaupun H. rosa-sinensis banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, namun kajian
selanjutnya difokuskan pada pemanfaatan H. rosa-sinensis sebagai obat. Berdasarkan hasil
bioessaynya, ekstrak H. rosa-sinensis memiliki aktivitas sebagai obat untuk mengatasi gangguan
jantung, hipertensi, diabetes mellitus, antioksidan, atifertilitas, anti ulcer, dan gangguan ginjal.

2. Diuretik
Diuretik adalah zat-zat yang dapat menyebabkan bertambahnya pengeluaran urine melalui
mekanisme kerja langsung terhadap ginjal. Diuresis memiliki dua pengertian yaitu menunjukkan
adanya penambahan volume urine serta menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat
terlarut dan air.Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu penghambat
mekanisme transport elektrolit (benzotiazid, diuretik kuat, diuretik hemat kalium,
dan penghambat karbonik anhidrase) dan diuretik osmotik (manitol, gliserin, dan isosorbid).
Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya
lewat kemih.
Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yaitu:
1. Tubuli proksimal
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorpsi secara aktif untuk
lebih kurang 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena
reabsorpsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetapi
sotonis terhadap plasma. Diuretik osmotis (manitol, sorbitol) bekerja disini dengan
menghambat reabsorpsi air dan juga natrium.
2. Lengkungan Henle
Di bagian menaik Henles loop ini Ca+ 25% dari semua ion Cl yang telah difiltrasi
direabsorbsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa
air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretik lengkungan, seperti furosemide,
bumetanida, dan etakrinat, bekerja terutama di lengkungan Henle dengan merintangi
transport Cl dan Na+. Pengeluaran K+ dan air juga diperbanyak.
3. Tubulus distal
Di bagian pertama segmen tubuli distal direabsorpsi secara aktif pula tanpa air hingga
filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja di
tempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Di bagian kedua
segmen tubuli distal, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+, proses ini
dikendalikan oleh proses anak ginjal aldosteron
4. Saluran pengumpul
Hormon antidiuretik ADH (vasopresin) dari hipofise bertitik kerja disini dengan
mempengaruhi permeabilitas bagi air dan sel-sel saluran ini

3. Furosemide
Furosemid merupakan turunan yang merupakan diuretik kuat dan bertitik kerja dilengkungan Henle
bagian menaik. Sangat efektif pada keadaan udema diotak dan paru-paru yang akut. Mulai kerjanya pesat,
oral dalam 0,5-1 jam dan bertahan 4-6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya.
Reabsorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, t1/2 30-60 menit, eksresinya melalui kemih secara
utuh, pada dosis tinggi juga lewat empedu. Efek samping yang umum berupa hiponatremia, gejalanya
berupa gelisah, kejang otot, haus, letargi (selalu mengantuk) dan kolaps. Pada injeksi intravena terlalu
cepat dan jarang terjadi ketulian (reversibel) dan hipotensi. Hipokalemia reversibel dapat pula terjadi.
Masa kerja furosemida biasanya 2-3 jam, sedang waktu paruhnya tergantung pada fungsi ginjal. Karena
agen ansa bekerja pada sisi luminal tubulus, respon diuretik berkaitan secara positif dengan ekskresi urin.
Sebagai efek diuretiknya agen ansa mempunyai efek langsung pada peredaran darah melalui tatanan
beberapa vaskuler. Furosemida meningkatkan aliran darah di dalam korteks ginjal.

4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
dapat larut dengan pelarut cair. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut yang diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan. Beberapa metode ekstraksi dengan penggunakan pelarut dibagi
menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin.
4.1. ekstraksi cara dingin
a. Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana dan kuno. Meskipun demikian,
metode ini masih secara luas digunakan karena beberapa kelebihan seperti biaya yang murah,
peralatan yang sederhana, serta tanpa perlakuan panas sehingga menjadi pilihan tepat untuk
ekstraksi senyawa-senyawa yang tidak tahan panas (termolabile).
b. Perkolasi
Perkolasi dan maserasi memiliki persamaan sama-sama tidak memerlukan panas dalam proses
ekstraksinya. Proses perkolasi sendiri dilakukan dengan melarutkan senyawa metabolit pada
suatu bahan yang akan diekstrak dengan cara mengalirkan pelarut yang sesuai pada matriks bahan
atau sampel yang telah dipak atau ditata pada perkolator sehingga senyawa metabolit terikut
dengan pelarut dan mengalir keluar dari bejana untuk ditampung.
4.2. ekstraksi cara panas
a. Refluks
Ekstraksi dengan reflux saat ini menjadi metode ekstraksi yang paling banyak diterapkan. Metode
ini dinilai sebagai metode yang murah dan simpel dengan rendemen yang cukup tinggi, jika
dibandingkan dengan metode maserasi atau perkolasi. Reflux berarti pelarut yang diputar kembali
atau di-recycle secara kontinyu melalui pengkondensasian berulang pada sebuah alat kondensor.
Pada metode ini bahan yang akan diekstrak direndam pada pelarut dalam sebuah bejana/labu
yang biasanya berbentuk bulat yang kemudian ditempatkan pada sebuah pemanas (dapat
menggunakan water bath, heating mantle, atau hot plate). Bagian atas labu ada sebuah lubang
yang dihubungkan dengan alat pendingin balik (kondesor). Lubang pada bejana tersebut juga
berguna untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan, pelarut, maupun hasil ekstraknya.
b. Soxhlet
Ekstraksi dengan soxhlet juga termasuk salah satu metode yang paling banyak digunakan karena
tingkat kepraktisan dan kenyamanannya. Prinsip ekstraksi dengan metode soxhlet adalah dengan
mengekstrak bahan yang sudah dihaluskan dan dibungkus pada selembar kertas saring kemudian
dimasukkan ke dalam alat soxhlet yang sebelumnya telah ditempatkan pelarut pada labu soxhlet
yang berada di bagian bawah.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) padatemperatur ruangan (kamar),
yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C
d. Infusa
Bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C selama waktu
tertentu antara 15-20 menit
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air

Anda mungkin juga menyukai