Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN FISIOLOGI

DIURESIS HOMEOSTASIS DAN IMBANGAN CAIRAN

Kelompok : B01

Anggota :

Ketua : Muhammad Satrio Prabowo (1102019138)


Sekretaris : Sarah Azzahra Aiman (1102019197)
1. Muhammad Nazhim (1102019137)
2. Nabilla Aurelia Abdullah (1102019139)
3. Nabila Ghufraeni Rona Raharjo (1102019140)
4. Nabilla Rizqina Rachmaputri (1102019141)
5. Nada Nur Azizah (1102019142)
6. Salim Riza (1102019190)
7. Sekar Kirana Anggarani (1102019198)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2019/2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Konsep homeostasis dan imbangan cairan
2. Mekanisme umpan balik negative yang mendasari homeostasis
3. Pengaturan imbangan cairan yang diatur oleh antidiuretik hormon (ADH) yang
mencakup :
Rangsangan-reseptor-jaras aferen-pusat-jaras eferen-efektor-efek

II. DASAR TEORI


A. Pengertian

Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan jalan
menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal. Dengan
demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema dan mengurangi free load. Kegunaan
diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung. Pada gagal jantung, diuretik
akan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan paru
paru . di samping ituh berkurang nya volume darah akan mengurangi kerja jantung.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik.

1. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang
reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan
dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
2. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
3. Interaksi antara obat dengan reseptor .Kebanyakan bekerja dengan mengurangi
reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak.
Mekanisme kerja diuretika Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi
reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-
diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain,
yakni:

1. Tubuli proksimal.

Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini direabsorpsi secera aktif untuk
70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi
belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis
terhap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi
air dan natrium.

2. Lengkungan Henle.

Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara
aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat
menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi
transpor Cl- begitupula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak .

3. Tubuli distal.

Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebi cair
dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan
memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+
ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal
aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan
mengekskresi Na+ dan retensi K+ .

4. Saluran Pengumpul.

Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja di sini dengan mempengaruhi


permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.

B. Penggolongan diuretik

Diuretik dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :

a. Diuretik Kuat

Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel
tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.Obat-obat ini
berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan akut,
misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis
dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida yang merupakan
turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan
menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle)
dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl-binding, yang menyebabkan naiknya
eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk
diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.

b. Diuretic hemat kalium

Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).
Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk
menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat
secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton yang
merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah.
Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap hari setelah pengobatan
dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya.
Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat
mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar
oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang
diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih
panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan
mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita.
Contoh obat paten: Aldacton, Letonal.

c. Diuretik golongan tiazid

Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-
efek datar yaitu jika dosis optimal dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah)
tidak bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid. Hidroklorthiazida adalah senyawa
sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada
tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama
yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai
sedang karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai
80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat
patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide (Aidan, 2008).

d. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase

Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga
disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air.
Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan
secara berselang-seling. Asetozolamidditurunkan r sulfanilamid. Efek diuresisnya
berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3+ Akibat penghambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak
ada cukup ion H+ lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na,
K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik
dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma
adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox.
Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.

e. Diuretik osmotik

Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila
memenuhi 4 syarat:

1. difiltrasi secara bebas oleh glomerulus.

2. tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal.

3. secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan

4. umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolic.

Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat diberikan dalam jumlah cukup besar
sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :

a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.

b. Ansa enle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.

c. Duktus Koligentes

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau
adanya faktor lain. Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga
terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Istilah
diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi
oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan getahnya. Efek
diuresisnya pesat tetapi singkat an dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa
reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik.
Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaucoma.
beberapa Mekanisme aksi dari kerja Manitol sekarang ini adalah segagai berikut:

1. Menurunkan Viskositas darah dengan mengurangi haematokrit, yang penting untuk


mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan meningkatkan aliran darahj keotak, yang
diikuti dengan cepat vasokontriksi dari pembuluh darah arteriola dan menurunkan volume
darah otak. Efek ini terjadi dengan cepat (menit).

2. Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan kandungan air dalam jaringan otak yang
mengalami injuri, manitol menurunkan kandungan air pada bagian otak yang yang tidak
mengalami injuri, yang mana bisa memberikan ruangan lebih untuk bagian otak yang injuri
untuk pembengkakan (membesar).

3. Cepatnya pemberian dengan Bolus intravena lebih efektif dari pada infus.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Air 1 liter
2. Air the 300 cc
3. Air gula 300 cc
4. Gelas plastik penampung urine ukuran 250 cc
5. Gelas ukur
6. Multistix
7. Jam
8. Timbangan badan
9. Sfigmomanometer air raksa
10. Tisu, sarung tangan
11.Ergometer sepeda (monark)
12.Stopwatch
13.Heart rate monitor
14.Pakaian dan sepatu olahraga (khusus untuk perlakuan D)

IV. CARA KERJA


1. Golongan A/B masing-masing dibagi menjadi 10 kelompok (8 kelompok perlakuan
dan 2 kelompok kontrol). Mahasiswa akan melaksanakan 4 macam perlakuan masing-
masing perlakuan dilaksanakan oleh 2 kelompok
2. Setiap kelompok menentukan satu orang percobaan (o.p.) dengan kriteria: jenis
kelamin laki-laki, sehat, berat badan, usia dan keadaan hidrasi dalam kisaran rata-rata
golongan (A/B)
3. Pagi hari o.p. minum air sekitar 2-3 gelas. Pk. 11.00 o.p. makan siang dan minum di
bagian ilmu faal
4. Pukul 12.00 o.p. ditimbang berat badannya
5. Kemudian o.p. buang air kecil (bak) dan menampung utinnya, Selanjutnya o.p.
menjalani rangkaian pemeriksaan berupa
a. Penimbangan berat badan (usahakan o.p. menggunakan pakaian dan sepatu
yang sama selama percobaan berlangsung
b. Pengukuran tekanan darah lengan kanan (dalam posisi duduk)
c. Pengukuran volume urin menggunakan gelas ukur
d. Pengukuran berat jenis (BJ), PH dan kadar glukosa urin dengan menggunakan
multistix (cara menggunakan multistix dapat dilihat padapetunjuk di botol
multistix)
Hasil pemeriksaan dicatat pada formulir laporan baris U-pra
6. Pukul 13.00 o.p. buang air kecil dan menjalani pemeriksaan yang sama dengan no.5
Hasil pemeriksaan dicatat di formulir laporan baris U-0
7. O.p. menjalani salah satu perlakuan A/B/C/D, sesuai tata acara (lihat lembar
selanjutnya)
8. Setelah perlakuan o.p. buang air kecil dan menjalani rangkaian pemeriksaan sesuai
no.5 pada menit ke-30, menit ke 60, menit ke-90 dan menit ke-120. Hasil
pemeriksaan di catat di formulir laporan baris U-30, U-60, U-90, U-120.
9. Setelah menjalani masing-masing perlakuan o.p. tidak diperkenankan makan dan
minum. Serta aktivitas fisik minimal saja

P1. Mengapa aktivitas fisik o.p. dibatasi minimal saja ?

PERLAKUAN A [MINUM AIR]

1. Setelah menampung U-pra dan U-0, o.p. minum 1 liter air dalam waktu kurang dari 10
menit.

P2. Apa maksud pemberian air minum 1 liter?

Jawab: untuk penambahan cairan tubuh yang akan digunakan pada pengamatan selanjutnya

2. Tiga puluh menit setelah minum, o.p. buang air kecil dan melakukan rangkaian
pemeriksaan sesuai tata cara yang telah dijelaskan pada tata kerja no.8.

P3. Apa efek yang diharapkan dapat terjadi?

Jawab : efek yang diharapkan terjadi adalah urin yang didapatkan menjadi berwarna lebih
terang, selain itu urin yang didapat lebih banyak jumlahnya

V. LAPORAN HASIL PENGAMATAN

Nama O.P. : Satrio Prabowo

Kelompok : B1
Waktu Volume Laju BJ Warna Berat Tekanan
urin produksi bdan darah
(ml) urin (kg) (mmHg)
(ml/menit)
U-PRA 100 1025 Kuning 83 110/90
benih
U-0 15 50 3,33 1010 Kuning 83 110/80
menit bening
U-30 PASCA 15 100 6,66 1000 Kuning 110/80
PERLAKUAN menit cerah
bening

VI. PEMBAHASAN

Asupan cairan yang lebih ini memicu ginjal untuk mengeluarkan lebih banyak volume urine
sebagai respin untuk menjaga osmolaritas cairan tubuh.
a. Konsumsi air dalam jumlah besar > kelebihan air harus dikeluarkan dari tubuh
tanpa mengeluarkan solute di dalamnya yang penting untuk menjaga
homeostasis tubuh > ginjal mengeluarkan air dalam jumlah besar, namun
partikel solute tidak dikeluarkan dalam jumlah besar > pengeluaran urine yang
encer dalam jumlah besar > BJ urin
b. Air yang masuk melalui sistem pencernaan > dialokasikan menjadi plasma
darah > kenaikan yang cukup besar dalam jumlah volume plasma darah >
meningkatnya TD
c. Berdasarkan hasil > peningkatan TD tidak terlalu besar > tubuh melakukan
kompensasi untuk menjaga agar TD tidak begitu tinggi.

VII. KESIMPULAN

Dalam praktikum ini kami mempelajari tentang homeostasis tubuh atau keseimbangan
tubuh. Homeostasis tubuh dipertahankan dengan pengaturan volume dan osmolaritas cairan
ekstrasel. Apabila volume cairan didalam tubuh meningkat, volume darah serta tekanan darah
akan meningkat juga.
Di dalam keseimbangan tubuh, asupan cairan kedalam tubuh harus kurang lebih sama
dengan cairan yang keluar pula. Bila asupan cairan kedalam tubuh lebih banyak, tubuh akan
merespon dengan pengurangan sekresi ADH, dan peningkatan sekresi ANP yang
menimbulkan blockade pada sekresi aldosterone.

Apabila terjadi volume cairan akan menurunkan volume darah serta tekanan darah.
Karenanya, timbul rangsangan system RAA dan timbul respons berupa pengurangan
produksi urine, dan rangsangan haus.

VIII. LAMPIRAN

IX. DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/12975247/LAPORAN_PRAKTIKUM_FARMAKOLOGI
_UJI_EFEK_DIURETIK
2. https://www.academia.edu/10920750/Physiology_report

Anda mungkin juga menyukai