Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

EFEK DIURETIKA
( UJI POTENSI DIURETIKA )

Dosen pembimbing :
Apt.Theodora, M.Farm

Disusun Oleh :
Ashma Choirunnisa 19330135
Kelas A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diuretik adalah suatu agen obat yang dapat meningkatkan volume urin atau laju
aliran urin dengan cara meningkatkan ekskresi air dan Na+ serta digunakan untuk
meregulasi volume atau komposisi cairan tubuh pada beberapa keadaan contohnya
edema.
Pada abad ke-16, Obat-obat diuretik telah diperkenalkan oleh Paracelsus sebagai
terapi edema. Kemudian pada tahun 1930, Swartz menemukan bahwa sulfanilamide
(antimikrobial) dapat mengobati pasien gagal jantung, yaitu dengan meningkatkan
ekskresi dari Na+. Sejak diketahui bahwa obat-obat antimikroba seperti sulfanilamide
memiliki efek samping terhadap perubahan komposisi dan jumlah ekskresi urin,
dilakukan berbagai penelitian terhadap obat-obat diuretik kembali.
Diuretik adalah obat yang paling banyak diresepkan di USA. Hal ini dikarenakan
obat diuretik cukup efektif untuk pengobatan. Akan tetapi, efek samping dari obat-obat
diuretik juga banyak. Sehingga sebagai seorang dokter umum perlu mengetahui jenis-
jenis obat diuretik agar dapat memberikan terapi diuretik secara rasional kepada pasien.
Diuretik dalam kehidupan sehari contohnya pada obat furosemide, spironolakton,
dimana obat furosemide dan spironolakton adalah obat-obat yang digunakan untuk
diuretic yang fungsinya dalam mengurangi tekanan darah dan mengeluarkan urine yang
terdapat di dalam tubuh. Adapun pentingnya mempelajari diuretik bagi seorang farmasis
yaitu bisa memahami dan mengetahui hal apa yang bisa menyebabkan terjadinya
diuresis, sekaligus mengetahui obat-obat yang termasuk dalam golongan diuretik, dan
mengetahui patofisiologi dari diuretik.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Memahami kerja farmakologi dari berbagai kelompok diuretika.
2. Memperoleh gambaran tentang cara evaluasi potensi diuretika.

1.3 Prinsip Percobaan


Mengetahui mekanisme kerja dari berbagai kelompok diuretik dan juga dapat
memperoleh hasil evaluasi potensi dan efek dari obat diuretic yang akan di gunakan
dalam percobaan kali ini yaitu CMC Na 1%, Furosemid 20 mg/ 70 kg BB manusia,
Spironolakton 100 mg/ 70 kg BB manusia dan diberikan secara per oral kepada hewan
percobaan yaitu tikus dengan bobot tubuh 200-300gr
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air dan
natrium klorida. Secara normal, reabsobsi garam dan air dikendalikan masing – masing
oleh aldosteron vasopiesin (hormon antidiuretik, ADH). Sebagian basar  diuretik bekarja
dengan menurukan reabsorbsi elektrolit oleh tubulus. Ekskresi elektolit yang meningkat
diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi udema pada gagal jantung
kongesif, beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis (Neal,2010).
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
 Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-
tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
 Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik.
 Interaksi antara obat dengan reseptor.
Obat Tempat kerja utama Cara kerja
Diuretic a. Tubuli prroksimal Penghambat reabsorbsi Na & air melalui
osmotic daya osmotik.

Penghambat reansorbsi Na & air oleh


b. Ansa henle
karena hipertonisitas daerah medulla
desenden
menurun.

Penghambat reansirbsi Na & air oleh


c. Duktus koligenesis
karena penghambat ADH.
Penghambat Tubuli proksimal Penghambat terhadap reabsorbsi HCO3-,
e-anhidrase H+, dan Na.
Tiazida Hulu tubuli distal Penghambat terhadap reabsorbsi natrium
klorida.
Diuretic -hilir tubuli distal & - penghambat antiport N+ / K+ (reabsorbsi
hemat kalium duktus koligentes daerah natrium dan sekresi kalium) dengan jalan
korteks. antagonism (spironolakton) atau secara
langsung (triamteren dan amiloria)
-ansa henle
Diuretic kuat
asenden bagian epitel - penghambatan terhadap kontraseptor
tebal. Na+/K+/cL-

( Gunawan, salistia Gan, 2007)

Penggolongan Obat

Pada umumnya, diuretika dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :

1. Diuretik kuat
Berkhasiat kuat dan agak pesat tetapi agak singkat (4-6 jam) dan terutama
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru – paru. Diuretic
kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit Na 2+/K2+/2CL- di
ansa henle asendens bagian epitel tebal; tempat kerjanya di permukaan sel epitel
bagian luminal     ( yang menghadap ke lumen tubuli). Misalnya : Furosemid,
Bumetanida, dan etarkrinat.
Dosis : Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg
per hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinal, dolsisnya 50mg atau 0,5-1 mg/kgBB.
Furosemid. Obat ini tersedia dalam bentuk tabletb20, 40, 80 mg dan preparat
suntikan. Umumnya pasien membutuhkan kurang dari 600 mgg/hari. Dosis anak 2
mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB. Bumetanid. Tablet 0,5
dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0,5-2 mg sehari. Dosis maksimal perhari
10mg. obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM
dosis awal atara 0,5-1 mg: dosis diulang 2-3 jam maksimum 10 mg/hari
Efek samping : toksisitas, nefritis interstisialis alergik, dan ketulian sementara.
2. Derivat Tiazid
Efeknya lebih lemah dan lembut tapi juga lebih lama (6-48 jam) dan terutama
digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Bekerja pada
tubulus kontrotus dustal ginjal sesudah ansa henle dengan meningkatkab ekskresi
sesudah ansa henle dengan meningkatkan sekresi natrium klorida dan air. Misalnya :
Hidroklorotiazid, Klortalidon, mefrosida, Indapamida, Xipamida dan kropamida.
Dosis : Hidroklortiazid. Tablet 250 dan 50 mg digunakan dalam dosis 25-100
mg/hari dengan lama kerja 6-12 jam. Klorotiazid. Tablet 250 dan 500 mg digunakan
dalam dosis 500-2000 mg/hari dengan lama kerja 6-12 jam.
Efek samping : pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, peningkatan
kadar kolesterol dan trigliserid plasma.
3. Diuretik hemat Kalium.
Efek obat ini lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
untuk menghambat ekskresi kalium. Aldosterem menstimulasi reabsorbsi Na dan
ekskresi kalium. Proses ini di hambat secara kompetitif (saingan) oleh antagonis dan
aldosterm. Diuretic hemat kalium bekerja pada tubulus distal ginjal untuk
meningkatkan ekskresi natrium dari air dan resistensi kalium. Misalnya : Antagonis
aldosteron (spironolakton ), amilomida, dan     triamteren.
Dosis : Spironolakton terdapat dlam bentuk tablet 25,50 dan 100 mg. dosis
dewasa berkisar antara 25-200 mg, tetapi dosis efektif sehari-hari rata-rata 100 mg
dalam dosis tunggal atau terbagi. terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
sprironolakton 25 mg dan hidroklorotiazid 25 mg dan, serta antara spironolakton 25
mg dan tiabutazid 2,5 mg. Triameteren tersedia sebagai kapsul dari 100 mg.
dosisnya 100-300 mg sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang
tersendiri. Amilorid dalam bentuk tablet 5 mg. dosis sehari sebesar 5-10 mg.
Efek samping : hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-
sama dengan asupan kalium yang berlebihan.
4. Diuretika Osmotis.
Hanya direabsorpsi sedikit atau ditubuli hingga reabsorpsi air juga terbatas.
Efeknya adlah diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan relative sedikit
ekskresi. Diuretic osmotic bekerja meningkatkan osmolabilita (konsentrasi) plasma
dan cairan dalam tubulus ginjal natrium, kalium dan air di ekskresikan. Misalnya :
Manitol dan Sorbitol.
Dosis : Manitol. Untuk suntikan intravena digunakan larutan 5-25% dengan
volume antara 50-1000 ml. Dosis untuk menimbulkan diuresis adalah 50-200g yang
diberikan dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian,
sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk penderita dengan
oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200mg/kgBB yang diberikan melalui
infus selama 3-5 menit. Bila dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih kurang
dari 30ml per jam dalam 2-3 jam, maka status pasien harus di evaluasi kembali
sebelum pengobatan dilanjutkan. Isosorbid. Diberikan secara oral untuk indikasi
yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama, hanya isosorbid menimbulkan
diuresis yang lebih besar daripada gliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis
berkisar antara 1-3g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari.
5. Perintang – karbonhidrase
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase ditubuli proksimal sehingga disamping
karbonat, juga Nadan K diekskresi lebih banyak bersamaan dengan air. Misalnya :
asetazolamid, Diklorofenamid , metazolamid.
Dosis : Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk
pemberian oral. Dosis antara 250-500 mg per kali, dosis untuk chronic simple
glaucoma yaitu 250-1000 mg per hari.
Efek samping : Mual, muntah, diare, gangguan rasa, depresi, poliurea,
menurunkan libido, gangguan elektrolit dan asidosis
(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja 2002, hal 490).
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat
1. Spuit injeksi 1 ml
2. Sonde
3. Timbangan hewan
4. Kandang diuretic
5. Beaker glass
6. Gelas ukur

Bahan
1. Hewan Coba
Tikus putih, jantan (jumlah 6 ekor), bobot tubuh 200-300 g
2. Obat
 CMC Na 1% secara PO
 Furosemid 20 mg/ 70 kgBB manusia secara PO
 Spironolakton 100 mg/ 70 kgBB manusia secara PO
 Air hangat 50 ml/ kgBB tikus

3.2 Prosedur Kerja

Puasakan tikus selama 12-16 jam, tetapi tetap diberikan air minum.

Sebelum pemberian obat, berikan air hangat per oral sebanyak 50 ml/ kg BB tikus.

Tikus dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing


kelompok terdiri dari 2 ekor mencit dengan perbedaan dosis
obat yang diberikan:
 Kelompok I : CMC Na 1% secara PO

 Kelompok II : furosemide 20 mg/ 70 kgBB manusia secara IV

 Kelompok III : spironolakton 100 mg/ 70 kgBB manusia secara


Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing mencit.

Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing.

Tempatkan tikus ke dalam kandang diuretic.

Kumpulkan urine selama 2 jam, catat frekuensi pengeluaran


urine dan jumlah urine setiap kali diekskresikan.

Catat dan tabelkan pengamatan

Hitung persentase volume kumulatif urine yang diekskresikan :

volume urin yang diekskresikan dalam waktu 2 jam


¿ x 100 %
volume air yang di berikan per oral

Efek diuretika positif jika persentase volume kumulatif


urine yang diekskresika >75% dari volume air yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional. 2020. PenuntunPraktikum


Farmakologi.
2. Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 1997, Farmakologi Ulasan Bergambar
Edisi Kedua, Penerbit Widya Medika : Jakarta, Hal. 230-231.
3. Neal, M.J., 2010 , Ata Glance Farmakologi Medis, Penerbit Erlangga: Jakarta.
4. Tan Hoan, Tjay, Kirana Rahardja, 2007, Obat-obat Penting Edisi 6 , PT. Elex Media
Komputindo : Jakarta.
5. Mardjono,Mahar.(1995).Farmakologi dan Terapi Edisi 4,Jakarta,Gaya Baru.

Anda mungkin juga menyukai