Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

“TABLET ANTALGIN”

Disusun Oleh :
Yulian Galuhwati 15330107
Evi Haryani 183307
Anis Novia Anjarini 18330733
Siti Fatmala Dewi 18330744

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan laporan
yang berjudul “Tablet Antalgin” dengan lancar.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan para pembaca. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Melalui kata pengantar ini penyusun terlebih dahulu meminta maaf dan memohon
pemakluman bila mana terdapat kesalahan pada makalah ini. Dan dengan ini penulis
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga dapat
memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Tujuan.................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
BAB III METODA............................................................................................................
3.1 Preformulasi/Monorafi Zat Aktif.....................................................................
3.2 Preformulasi/Monografi Eksipien....................................................................
3.3 Rasionalisasi Formula........................................................................................
3.4 Formulasi............................................................................................................
3.5 Perhitungan Formula/Bahan............................................................................
3.6 Cara Kerja (Pembuatan Granul dan Tablet)..................................................
3.7 Evaluasi ( Bahan Aktif, Granul dan Tablet)...................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................
4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif.................................................
4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul..........................................................
4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet...........................................................
BAB V PENUTUP ............................................................................................................
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................
5.2 Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
Lampiran (Jurnal Pratikum)...........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan zaman yang semakin modern, menuntut manusia untuk lebih
cerdas dalam menanggapi setiap masalah, situas dan kondisi. Seperti halnya pada
masalah yang sering dialami oleh masyarakat yang mayoritas merupakan pribadi yang
sibuk, sehingga lupa akan kesehatannya, seperti rasa nyeri dan demam, baik ringan
maupun sedang.
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan
tersebut. Rasa nyeri terjadi hampir disetiap bagian tubuh, baik pada daerah tulang,
persendian, daerah gigi, maupun rasa nyeri yang diakibatkan oleh adanya proses
inflamasi dalam tubuh. Rasa nyeri dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak,
remaja, dewasa, bahkan usia lanjut. Keadaan inilah yang menyebabkan masyarakat
berusaha semaksimal mungkin untuk menghilang menghilangkan rasa nyeri tersebut.
Namun bagi orang tua tidak perlu khawatir, jika anaknya mengalami nyeri,
karena diera globalisasi ini, perkembangan industri farmasi di Indonesia mengalami
kemajuan yang sangat signifikan. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya macam
sediaan farmasi yang telah beredar dipasaran, seperti sediaan tablet analgesik
antipiretik.
Tablet termasuk salah satu sediaan farmasi, tablet merupakan sediaan bentuk
padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan
metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet cetak dan tablet kempa .
Tablet analgesic yang mengandung suatu zat bermanfaat dengan kadar tertentu yang
boleh digunakan dalam sedian obat dengan mengandung berbagai macam zat tambahan
yang dibutuhkan.
Bahan aktif yang sering digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri
mulai dari yang ringan hingga sedang yaitu antalgin. Antalgin adalah salah satu obat
penghilang rasa nyeri (Analgetik) turunan NSAID, (Non-Steroidal Anti Inflammatory
Drugs). Umumnya, obat-obatan analgetik adalah golongan obat antiinflamasi (anti
pembengkakan), dan beberapa jenis obat golongan ini memiliki pula sifat antipiretik
(penurun panas), sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik
Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat suatu formulasi untuk mengatasi rasa nyeri
dengan bahan aktif antalgin. Sediaan tersebut akan dibuat dalam bentuk sediaan tablet
yang memiliki pewarna dan pengaroma yang berbeda dari biasanya karena tablet ini
ditujukkan untuk anak-anak, yang memiliki manfaat untuk meringankan dan
menghilangkan rasa nyeri dan demam dengan sedikit efek samping yang ditimbulkan.
1.2. Tujuan
 Dapat membuat formulasi tablet antalgin
 Untuk mengetahui evaluasi granul antalgin
 Untuk mengetahui evaluasi mutu fisik tablet antalgin
 Untuk mengetahui masalah pada proses pembuatan tablet antalgin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tablet


Tablet adalah bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif
dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet,
kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan disintegrasi dan sifat anti
lekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet.
Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis bobot atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi.
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, dibuat secara kempa cetak, berbentuk
pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung satu atau beberapa
bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan.
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau
tanpa zat tambahan.
Bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang baik dari semua
bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran, serta variabilitas kandungan yang paling
rendah.
Sediaan obat padat takaran tunggal, dicetak dari serbuk kering, kristal atau
granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu dengan mesin yang sesuai
dengan menggunakan tekanan tinggi.
Dari beberapa pengertian tablet diatas yang diperoleh literatur berbeda, dapat
disimpulkan bahwa tablet merupakan sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih
bahan aktif dan atau tanpa bahan tambahan yang dibuat secara kempa cetak
menggunakan tekanan tinggi.
2.2 Penggolongan Tablet
2.2.1 Tablet oral yang dimasukan ke dalam saluran cerna
1. Tablet kunyah
Tablet kunyah adalah tablet yang hancur ketika dikunyah atau
dibiarkan larut dalam mulut, menghasilkan dasar seperti cream dari manitol
yang berasa dan berwarna khusus. Tablet kunyah adalah tablet kempa yang
mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan.
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan rasa enak dalam
rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak
enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi multivitamin, antasida dan
antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya
menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan
bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk
meningkatkan penampilan dan rasa. Tablet kunyah lembut segera hancur
ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut. Tujuan dari tablet
kunyah adalah untuk memberikan bentuk pengobatan yang dapat diberikan
dengan mudah kepada anak-anak atau orangtua yang sukar menelan obat
utuh.
2. Tablet salut gula
Tablet salut gula adalah tablet kompresi yang diberi lapisan gula
berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat
terurai begitu ditelan. Gunamya melindungi obat dari udara dan
kelembapan serta member rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam
pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat dan memberikan penampilan
yang menarik.
Tujuan dari pembuatan tablet salut gula yaitu untuk melindungi zat
aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak
enak, memperbaiki penampilan tablet
3. Tablet salut enterik
Tablet salut enterik adalah yang disalut dengan lapisan yang tidak
melarut atau hancur di lambung tapi di usus. Gunanya untuk menghindari
obat rusak akibat asam lambung, obat dapat mengiritasi mukosa lambung
atau bila melintasi lambung menambah absorbsi obat di usus halus sampai
jumlah yang berarti.

2.2.2 Tablet yang dihantarkan ke rongga mulut


1. Tablet bukal
Tablet bukal adalah tablet yang disisipkan di antara pipi dan gusi di
rongga mulut, biasanya berisi hormone steroid, absorbsi terjadi melalui
mukosa mulut masuk peredaran darah. Tujuan penggunaan tablek bukal agar
diperoleh absorpsi obat secara cepat karena langsung masuk pembuluh darah
sehingga efek terapi lebih cepat dicapai, misalnya pada penyakit jantung yang
memerlukan efek terapi cepat dari obat yang diberikan.
2. Tablet Sublingual
Tablet Sublingual adalah tablet yang digunakan dengan jalan
dimasukkan di bawah lidah, biasanya berisi hormone steroid. Penggunaan
tablet sublingual sama halnya dengan tablet bukal yaitu agar absorpsi obat
terjadi melalui mukosa mulut sehingga diperoleh efek terapi yang cepat.
4. Tablet hisap
Tablet hisap adalah bentuk lain dari tablet yang digunakan dalam
rongga mulut. Digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan
tenggorokan.
2.2.3 Tablet yang dilarutkan lebih dulu dalam air lalu diminum
Tablet Effervescent adalah tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi
granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang
mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air.
2.2.4 Tablet untuk dihantarkan ke rongga tubuh lainnya
1. Tablet vaginal
Tablet vaginal adalah tablet yang berbentuk seperti amandel, oval,
digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi, penggunaan hormon secara local.
2. Tablet rektal
Tablet rektal adalah tablet yang penggunaannya ditujukan untuk
dimasukkan melalui dubur, dan dapat memberikan efek lokal maupun
sistemik.
2.2.5 Tablet yang ditanam
Tablet implantasi adalah tablet yang berupa pellet, bulat atau oval
pipih, steril dimasukkan secara implantasi dalam kulit badan.

2.2.6 Tablet untuk menegakkan diagnosis


Tablet diagnostik adalah tablet yang dimaksudkan untuk mendiagnosis
penyakit tertentu. Pengujian biasanya dilakukan oleh pasien sendiri atau dalam
klinik.

2.3 Kriteria Tablet yang Baik


Adapun kriteria utuk memperoleh tablet yang baik adalah sebagai berikut
a. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
b. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
c. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
d. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
e. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
f. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan
g. Bebas dari kerusakan fisik
h. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
i. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
j. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
2.4 Keuntungan dan Kerugian
2.4.1 Keuntungan
Karena penggunaanya yang sangat luas sebagai sediaan obat, tablet terbukti
menunjukkan bentuk yang efisien, praktis dan ideal untuk terapi secara oral.
Berikut beberapa keuntungannya :
a. Rasa obat yang pahit atau tidak enak dapat tertutupi oleh suatu penyalut.
Salut ini dibuat untuk melindungi.
b. Bentuk sediaan paling ringan dan praktis daripada semua bentuk sediaan
oral.
c. Harga pada umumnya relatif lebih murah dibandingkan dengan sediaan
lainnya.
d. Memudahkan pemberian dosis yang tepat. Dosis dapat didistribusiskan
secara merata dalam keseluruhan tablet untuk memberi kemudahan dalam
pembagian dosis yang tepat bila tablet di potong jadi dua bagian atau lebih
untuk pemberian pada anak-anak.

e. Kandungan tablet dapat disesuaikan dengan berbagai dosis zat aktif.


f. Praktis dan mudah dibawah kemana-mana

2.4.2 Kerugian
Tablet selain memeliki keuntungan besar, terdapat juga kerugian sediaan
tablet diantaranya :
a. Obat yang rasanya pahit dan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang
peka terhadap oksigen/kelembapan udara
b. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung
pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
c. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dan dosis yang digunakan tinggi
atau cukupan.
Diantara keuntungan tablet yang banyak ternyata masih ada kerugian
tetapi jauh lebih sedikit dibanding keuntungannya.
2.5 Metode Pembuatan Tablet
2.5.1 Metode granulasi basah
Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk menggunakan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan
campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering
ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan tersendiri.
2.5.2 Metode granulasi kering
Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk menggunakan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan larutan,
suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan
campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering
ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan tersendiri.
Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin
digranulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap pemanasan atau tidak
mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir
bebas. Granulasi kering dialkukan pada campuran seluruh ingredien dalam suatu
formulasi tablet tanpa menggunakan cairan penggranulasi. Granulasi kering
dibuat dengan mengempa langsung seluruh campuran ingredien formulasi dengan
tekanan tinggimenggunakan suatu mesin pembuat bongkah atau mesin
pompaktor.
2.5.3 Metode kempa langsung
Pada proses kempa langsung komponen-komponen tablet dikempakan
dengan mesin cetak tablet atau mesin khusus. Bila campuran serbuk pertama
ditekan kedalam die, yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan
datar, masa yang diperoleh disebut slug dan prosesnya disebut sluging. Slug
kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan bentuk granul yang daya
mengalirnya lebih seragam dari campuran awal.
2.6 Macam-macam Zat Tambahan pada Tablet
2.6.1 Zat Pengisi
Adalah suatu zat inert secara farmakologi yang ditambahkan
kedalam suatu formulasi sediaan tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot,
ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam
pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Selain untuk
penyesuaian bobot, zat pengisi juga dibutuhkan untuk memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit di kempa serta untuk
memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Jumlah bahan
pengisi yang di butuhkan bervariasi, berkisar 5 – 80% dari bobot tablet
tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang di inginkan.
Dalam hal ini penyesuain bobot dilakukan untuk menambahkan
bobot sediaan tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk memenuhi ruah tablet.
Walaupun zat pengisi biasanya dianggap sebagai komponen tablet inert, zat ini
secara signifikan dapat mempengaruhi sifat-sifat biofarmasetik, kimia dan fisik
tablet jadi.Secara umum zat pengisi diklasifikasikan menjdi (1) garam kalsium
mengganggu absorbsi tettrasiklin dari saluran cerna, (2), interaksi a min atau
garamnya dengan laktosa dalam lubrikan basa, misalnya magnesium stearat,
terjadi perubahan warna.
Berbagai zat pengisi merupakan hidrat (dibasik kalsium fosfat atau
kalsium sulfat). Pada pemilihan pengisi akan dijumpai zat pengisi yang
mengandunng dua jenis lembab, yaitu terikat dan tidak terikat. Cara pengisi
mengikat lembab lebih penting dari pada daya tarik zat pada lembab atau jumlah
lembab yag ada, misalnya kalsium sulfat hidrat mengandung lembab 12%
sebagai lembab terikat.
Zat pengisi ada dua jenis yaitu larut dan tidak larut dalam air
Tidak larut Larut
Kalsium fosfat dihidrat (tetra alba) Laktosa
Kalsium fosfat, dibasik dihidrat Sukrosa
Kalsium fosfat, tribasik Dekstrosa
Amylum sorbitol Manitol
Amylum yang dimodifikasi Sorbitol
Mikrokristalin selulosa
Tabel 2.6.1 Macam-macam zat pengisi yang larut dan tidak larut

1. Laktosa
Kelebihan : berbentuk serbuk kasar, sehingga memiliki sifat aliran yang bagus.
Kekurangan : laktosa dalam bentuk murni tidak ada dalam perdangangan.
2. Gula lain (Sukrosa, dekstrosa)
Kelebihan : dapat menghasilkan tablet yang lunak(soft).
Kekurangan : sifat alir yang dimiliki baik, tetapi sifat kempanya buruk.
3. Amylum
Kelebihan : sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur, tergantung tipenya.
Kekurangan : pada formulasi cetak langsung, sifat aliran buruk, daya ikat
menurun.
4. Garam anorganik ( kalsium fosfat, kalsium fosfat tribase, kalsium sulfat)
Kelebihan : dapat digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat dalam tablet
kempa lansung dan sebagai pengisi dalam granulasi basah.
Kekurangan : kecenderungannya melengket pada punch dan dies, dapat
mengganggu dalam disolusi obat.
2.6.2 Zat Pengikat
Zat pengikat ditambahkan dalam formulasi tablet untuk memberi daya
adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk
menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi sehingga memberikan
ikatan yang penting untuk membentuk granul yang membentuk suatu massa yang
kohesif atau kompak yang disebut tablet. Banyaknya larutan pengikat yang
dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada: jumlah bahan,
ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas,
kelarutan dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan.
Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik.
Bahan polomerik terdiri atas dua kelas, yaitu :
a. polimer alam seperti pati atau gom mencakup akasia, tragacanth dan gelatin,
b. polimer sintetis seperti metilselulosa, etilselulosa, hidroksipropilselulosa dan
polivinilpirolidon.
Kriteria utama dalam pemilihan suatu pengikat adalah kompatibilitasannya
dengan komponen tablet lainnya. Kedua, pengikat harus memberi kohesi yang
cukup pada serbuk untuk memungkinkan melakukan proses normal, tetapi tablet
masih mungkin terdisintegrasi dan sediaan terlarut setelah dicerna dan
melepaskan zat aktif untuk absorbsi.
Jenis pengikat yang digunakan :
Zat pengikat Konsentrasi
Avicel PH MCC 2%- 5%
Povidon (USC) 2%-5%
Kopolovidon 1%-5%
Gelatin NF 1%-3%
Gom alam (gom arab, tragakant, 1%-5%
gom guar, pektin)
Amylum 2%-5%
Amylum pregelatinasi 10%-20%
Sukrosa 50%-70% (pengikat basah)
Na-aglinat 0,5%-3%
Tabel 2.6.2 Jenis-jenis pengikat

2.6.3 Disintegran (penghancur)


Keefektifan suatu tablet tergantung pada absorpsi obatnya. Absorpsi obat
tergantung pada kelarutan obat dalam cairan gastrointestinal dan permeabilitas
obat melintasi membran. Kecepatan kelarutan suatu obat dalam tablet tergantung
pada sifat fisika-kimia obat, dan juga kecepatan disintegrasi dan disolusi dari
tablet. Untuk mempercepat disintegrasi tablet, maka ditambahkan disintegran/
bahan penghancur. Bahan penghancur akan membantu hancurnya tablet menjadi
granul, selanjutnya menjadi partikel partikel penyusun sehingga akan
meningkatkan kecepatan disolusi tablet.
Untuk tablet yang ditelan secara keseluruhan dan kemudian terdisintegrasi
sewaktu tablet masuk lambung atau bahkan tablet yang didispersikan dalam air
sebelum diberikan, gaya kohesif yang dimasukkan dalam massa oleh pengempaan
dan pengikat harus ditangani.
Ada dua metode yang digunakan untuk memasukkan zat disintegran dalam
tablet metode ini disebut penambahan eksternal dan penambahan internal. Dalam
metode penambahan eksternal, disintegran ditambah sebagai fase luar pada granul
yang telah dihaluskan dengan pengadukan tepat pada saat dikempa. Dalam
metode penambahan internal, disintegran dicampur dengan serbuk lain sebelum
campuran serbuk dibasahi dengan larutan penggranulasi. Jadi disintegran
dimasukkan kedalam granul. Penambahan internal adalah penambahan pada fase
dalam sedangkan penambahan eksternal adalah penambahan fase luar.
Mekanisme kerja zat disintegran sebagai zat penghancur tablet pada
umumnya terdiri atas tiga teori klasifikasi, antara lain :
a. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil diseluruh matriks yang
memungkinkan air tertarik kedalam struktur dengan kerja kapiler sehingga
menyebabkan tablet menjadi pecah
b. Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan butir-butir pati pada
pemaparan dengan air, sebuah fenomena yang secara fisik memutuskan ikatan
partikel-partikel dalam matriks tablet.
c. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet.
Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air kedalam tablet, kemudian
mengembang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisah-pisah. Keefektifan
banyak disintegran dipengaruhi oleh posisinya dalam tabet. Zat yang paling
sering digunakan dalam disintegrator dan mempunyai mekanisme pengembangan
untuk membantu tablet menjadi hancur.

Jenis penghancur yang digunakan:


Zat Konsentrasi
Crospovidon NF 2%-5%
Amilum 5%-20%
Starce 1500 5%-15%
Croscarmelose Na 2%-4%
Asam alginat 5%-10%
CMC 5%-10%
Tabel 2.6.3 Jenis-jenis penghancur

1. Crospovidon NF
Kelebihan : bersifat hidrofilik
Kekurangan : BM yang tinggi dan sambung silang membuat bahan tidak
larut.
2. Starce 1500
Kelebihan : sifat hidrofilik tinggi
Kekurangan : tidak dapat melarut sempurna dalam air.
3. Croscarmelose Na
Kelebihan : dapat mengabsorbsi air dengan jumlah beberapa kali bobotnya.
Kekurangan : adanya sambung silang, mengurangi kelarutan dalam air.
4. CMC
Kelebihan : mempermudah tablet pecah menjadi partikel halus dalam saluran
cerna.
2.6.4 Lubrikan (pelincir)
Adalah suatu eksipien tablet yang digunakan dalam formulasi sediaan tablet
untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang kempa, dan
untuk mencegah pelekatan pada pons dan dinding lubang kempa. Lubrikan
berfungsi dengan menunjukkan suatu film dengan kekuatan geser rendah pada
antar permukaan antara tablet dinding lubang kempa dan permukaan pons. Fungsi
utama lubrikan adalah untuk mengurangi gesekan yang timbul pada antar
permukaan tablet dan dinding lubang kempa selama pengempaan dan
pengeluaran tablet dari lubang kempa.
Mekanisme lubrikan adalah membantu suatu film pada antar permukaan
tablet dan dinding lubang kempa dan permukaan pons. Jika lubrikan ditambahkan
pada suatu granulasi, zat ini membentuk salut disekeliling tiap partikel yang
kurang lebih tetap utuh selama pengempaan. Salut ini juga dapat meluas pada
permukaan tablet. Karena lubrikan yang terbaik bersifat hidrofobik, keberadaan
salut lubrikan dapat menyebabkan peningkatan waktu disintegrasi dan
berkurangnya laju disolusi. Karena kekuatan tablet bergantung pada daerah
kontak antar partikel, adanya lubrikan juga dapat mempengaruhi ikatan partikel
ke partikel dan menyebabkan kurang kohesiv dan secara mekanik memperlemah
tablet.
Beberapa lubrikan yang sering diunakan :
Lubrikan larut air Lubrikan tidak larut air
Polietilenglikol 4000 Magnesium stearat
Polietilenglikol 6000 Zink stearat
Polietilenglikol 8000 Kalsium stearat
Natrium laurel ssulfat Asam stearat
Magnesium laurel stearat Talk
Natrium benzoate Minyak tumbuh-tumbuhan yang dihidrogenasi
Polietilen monostearat Minyak mineral ringan
Gliserin triasetat Gliserin behanat
Sukrosa monolaurat Malam
Tabel 2.6.4 Jenis-jenis lubrikan

2.6.5 Glidan
Glidan adalah zat yang memperbaiki karakteristik aliran granulasi dengan
mengurangi gesekan antar partikulat. Zat ini meningkatkan aliran zat dari lubang
corong yang lebih besar ke lubang yang lebih kecil dan akhirnya kedalam lubang
kempa mesin tablet. Glidan berfungsi menempatkan partikel-partikelnya diantara
partikel-partikel komponen lainnya. Glidan cenderung mengurangi adesif
sehingga menurunkan gesekan antar partikulat dari sisem secara menyeluruh.

Glidan yang umum digunakan dan rentang kosentrasi lazim


Glidan Persen penggunaan
Talk 1-5
Amylum 1-10
Seng stearat 0,2-1
Kalsium stearat 0,5-2
Magnesium stearat 0,2-2
Magnesium oksida berat 1-3
Tabel 2.6.5 Jneis-jenis gildan

a. Mekanisme kerja glidan yaitu pengurangan gesekan antar partikel dan


kekerasan permukaan dengan lekatnya glidan pada pengikat granulasi
b. Keefektifan glidan
c. Glidan yang efektif jika keragaman bobot menunjukkan simpangan baku
relative kurang dari atau sama dengan 6 %
2.6.6 Anthiaderen
Beberapa zat memiliki adesiv yang kuat terhadap logam pons dan lubang kempa,
walaupun tidak berefek terhadap penggesekan. Hal ini mengakibatkan zat lebih
condong melekat pada permukaan dan menimbulkan permukaan kasar pada tablet.
Pengaruh ini disebut “terkupil”, yang dapat timbul dalam formulasi yang mengandung
lembab secara berlebihan.
Zat Rentang penggunaan lazim (%)
Talk 1-5
Amilum maydis 3-10
Cab – o – sil 0,1-0,5
Syloid 0,1-0,5
DL – leusin 3-10
Natrium laurel sulfat <1
Logam stearat <1
Tabel 2.6.6 Jenis-jenis Antiaderen

2.6.7 Zat Pengaroma


Biasanya digunakan untuk memperbaiki rasa tablet kunyah. Pengaroma
dimasukkan dalam bentuk semprot-semprot kering dan sebagai minyak, biasanya
pada tahap lubrilkasi karena kepekaan zat-zat ini terhadap lembab dan
cenderungannya menguap jika dipanaskan. Pengaroma berair atau larut air kurang
dapat diterima karena stabilitasnya berkurang seirig bertambahnya waktu.
Pemanis ditambahkan pada tablet kunyah jika tablet pembawa yang biasa
digunakan seperti manitol, sukrosa, dan dekstrosa tidak cukup menutupi rasa
komponen.
2.6.8 Zat Pewarna
Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat
meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan
kedalam sediaan tablet untuk fungsi menutupi warna obat yg kurang baik,
identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik.
Pewarna dimasukkan dalam tablet pada umumnya untuk satu atau lebih dari
tiga tujuan, pertama, pewarna dapat digunakan untuk memberi identitas pada
produk yang kelihatannya sama dalam suatu jalur produk dalam satu industry
farmasi atau dalam hal tersebut yang penampilannya sama dengan produksi
farmasi yang berbeda. Hal ini tertama penting ketika mengidentifikasi produk
(karena over dosis atau keracunan dan penyalahgunaan obat) merupakan suatu
masalah. Kedua warna dapat membantu meminimalkan kemungkinan
kesimpangsiuran selama pembuatan. Ketiga, kemungkinan kurang penting adalah
penambahan pewarna pada tablet untuk nilai estetik atau nilai pemasarannya. Jadi
sesuai hal tersebut peranan utama pewarna adalah memudahkan identifikasi dan
meningkatkan penampilan estetika produk.
 Jenis zat pewarna
Zat pewarna terdiri atas tiga bentuk, yaitu :
a. Pewarna yang larut air, memberikan warna yang jernih
b. Pigmen yang tidak larut yang harus didispersikan dalam produk.
c. Pewarna dalam bentuk kusus atau laks.

 Stabilitas pewarna
Kepekaan pewarna terhadap cahaya akan dipengaruhi zat aktif, eksipien,
dan metode pembuatan dan metode penyimpanan dalam produk. Bahan kimia
pengabsorbsi ultra violet ditambahkan dalam tablet untuk meminimalkan
kepekaannya terhadap cahaya.
2.7 Uji Granulasi
Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi
syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu
pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tablet.
2.7.1 Waktu Alir
Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui
corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan
dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan bahan pelican.
2.7.2 Sudut Diam
Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan
mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut,
kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan,
semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).
Granul yang mempunyai sifat yang baik mempunyai sudut diam lebih kecil dari
35o.
2.7.3 Indeks Tablet
Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk
atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat
volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur ke
atas dan ke bawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang
dari 20%.
2.8 Uji praformulasi
2.8.1 Uji organoleptik
Uji praformulasi harus dimulai dari pemerian zat aktif. Berikut ini
adalah beberapa hal yang harus di uji pada zat aktif, antara lain :
a. Warna
Warna pada umumnya merupakan fungsi dari struktur kimia inheren
yang lazimnya terkait dengan tingkat ketidakjenuhan molekul. Warna sediaan
tablet bets harus dicatat dengan menggunakan metode terminology deskriptif
agar bias dimanfaatkan pada saat produksi selanJutnya.
b. Bau
Bahan aktif obat perlu di uji dengan cara membaui dengan berhati–hati
udara yang terdapat pada bagian atas bahan aktif dari kontener obat sebelumnya
tertutup sehingga memungkinkan senyawa yang bersifat atsiri memekat.
Selanjutnya deskripsi bau harus dicatat agar menjadi data untuk produksi.
c. Rasa
Pada umumnya zat aktif memiliki rasa yang berkarakter. Ketika
mencoba rasa zat aktif, hendaknya harus berhati – hati. Jika rasa dianggap enak,
hendaknya dipertimbangkan untuk menggunakan bahan kimia yang kurang larut.
d. Bentuk
Bentuk dari zat aktif harus benar – benar dicatat agar data tersebut bias
digunakan dalam produksi tablet selanjutnya.
2.8.2 Uji titik lebur
Titik lebur suatu zat adalah suhu dimana suatu zat dapat berubah bentuk
dari keadaan padat menjadi bentuk cair Untuk zat murni harga titik leburnya
selalu tetap dan satu. Karena ketidakmurnian maka harganya tidak merupakan
satu angka melainkan dua angka sebagai jarak suhu yang dikenal dengan istilah
jarak lebur.
Suatu zat bisa melebur / mempunyai titik lebur karena adanya panas yang
merupakan salah satu bentuk energi sehingga bisa mengakibatkan ikatan antar
molekul dalam suatu zat memisah / merenggang, kemudian zat tersebut
mengalami perubahan wujud.
Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang diperoleh dari percobaan
sama dengan yang ada dalam literatur. Tetapi bila suatu zat itu tidak murni
( terdapat campuran / campuran eutentik ) maka ikatan antar molekulnya semakin
kecil dan ikatannya mudah lepas sehingga titik leburnya akan lebih kecil dari
pada zat murni.
2.9 Evaluasi Sediaan Tablet
2.9.1 Uji waktu hancur
Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan
disintegratin tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI
adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk
tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut
selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna.
2.9.2 Uji keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu
persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang
mempunyai penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu
tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B.
2.9.3 Uji keseragaman ukuran
Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selama percetakan,
perubahan ketebalan merupakn indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak
atau pada pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji
keseragaman ukuran adalah jangka sorong.
2.9.4 Uji ukuran kerapuhan
Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap
gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan
penyimpanan. Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet
yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang
digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test.
2.9.5 Uji kekerasan
Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan
pada saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip
pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau
pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3. Alat yang
digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester.
2.10 Sejarah Antalgin
2.10.1 Sifat fisika dan kimia
Nama : Antalgin
Sinonim : Methampiron
Rumus molekul : C13H16N3NaO4S . H2O
BM : 351,37
Kadar bahan aktif : mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari
101,0%
Titik Lebur : 1720C.
2.10.2 Mekanisme Kerja
Pada fase ini, antalgin mengalami proses absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak
langsung melintasi sel membrane.
2.10.3 Farmakologis
Antalgin termasuk derivase metasulfonat dari amidopirin yang mudah
larut dalam air dan cepat diserap kedaalm tubuh. bekerja secara sentral pada otak
untuk menghilangakan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan
rheumatic. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas
reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh.
Kontra indikasi : Alergi dipiron, granulasi topenia, porfiria intermiten,
defisiensi GGPD payah jantung, wanita hamil 3 bulan pertama dan 6 minggu
terkir, bayi.
Efek samping : Infeksi lambung hiperdrosis, retensi cairan dan garam,
reaksi alergi sukup sering reaksi kulit edema angioneuretik, agranulositosis,
panistopenia, dan netrosis.
Interaksi obat
 Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida.
 Tidak boleh diberikan bersama etakrinat
 Toksisitas salisilat meningkat bila diberikan secara bersamaan
 Mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek suksinolkolin dan obat
antihipertensi 
2.11 Rancangan Formulasi
 Zat aktif : Antalgin
 Pengikat : PVP
 Pengisi : Avicel
 Lubrikan : Magnesium Stearat
 Glidan : Talkum
 Penghancur luar : Amylum manihot
 Pewarna : Biru

Alasan Pemilihan Bahan


a. Avicel sebagai pengisi
Karakter Avicel
Pemerian : jernih, kadang berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, kadang
terlihat seperti bubuk kristal.
Titik lebur : 260 - 2700C
Kelarutan : sedikit larut dalam 5% b/v larutan sodium hidroksida, praktis tidak
larut dalam air, asam encer dan sebagian pelarut organik. Pemilihan avicel sebagai
pengisi agar tablet yang dihasilkan berasa manis dengan demikian akan lebih
mudah untuk diterima oleh pasien. Konsentrasi avicel sebagai pengisi adalah 2-
20%. Selain itu, dapat mengalami deformasi yang plastis didalam pencetakan
sehingga penggunaannya sebagai bahan pengisi tablet sangat menguntungkan, dan
juga avicel memiliki sifat alir yang baik.
b. Amylum manihot kering sebagai penghancur dalam dan penghancur luar
Rumus Molekul : (C6H10O5)n
Sinonim : Potato Starch
Pemerian bahan : amilum tidak berbau dan tidak berasa, halus, putih, putih
kecoklatan. Amilum terdiri dari bola yang sangat kecil atau butiran – butiran , yang
ukuran dan bentuk tergantung karakteristik tanamannya.
Kelarutan : Praktis tidak larut pada etanol 96% dingin dan pada air dingin. Pati
langsung mengembang dalam air panas pada temperatur diatas suhu gelatinisasi.
Pati serbagian larut dalam dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.
Ukuran partikel : 2 – 32 μm
pH : 4.0 – 8.0
Suhu pengembangan: 64oC
Inkompabitilitas : senyawa pengoksidasi kuat
Penyimpanan : wadah kedap udara di tempat kering yang sejuk
Pemilihan amylum manihot kering sebagai penghancur dalam karena amylum
merupakan penghancur luar yang umum digunakan. Biasa digunakan dengan
dengan konsentrasi 5-25%. Penggunaan amylum sebagai penghancur harus
dikombinasikan dengan bahan lain apabila akan digunakan dalam konsentrasi yang
tinggi karena dapat menyebabkan hasil kompresi tidak baik dan tablet yang
dihasilkan memiki friabilitas dan capping yang tinggi. 
Alasan pemilihan amilum karena amilum manihot terdiri dari ikatan rantai
karbon, sehingga saat rantai karbon tersebut terputus karena air panas maka pati
akan menyerap air sehingga pati tersebut akan mengembang. Selain itu, karena
ukuran partikel amilum yang sangat kecil sehingga akan lebih rentan hancur bila
terkena air.
c. PVP sebagai pengikat
Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat partikel yang
berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi pertumbuhan/pembesaran granul.
Setelah proses pengayakan dilakukan proses pengeringan yang mengakibatkan
terbentuknya jembatan padat antara partikel yang saling mengikat membentuk
granul.

d. Magnesium Stearat sebagai lubrikan


Rumus Molekul : C36H70MgO4
Sinonim : Dibasic magnesium stearat
Pemerian bahan : serbuk sangat halur, berwarna putih terang, sedikit berminyak
jika
disentuh, lengket di kulit
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air, sedikit larut dalam
benzen hangat dan etanol (95%) hangat
Titik leleh/ lebur : 117-150ºC
Inkompabitilitas : asam kuat, alkalis gdan garam Fe
Penyimpanan : wadah tertutup baik, tempat kering
Magnesium Stearat digunakan sebagai lubrikan karena zat ini stabil dan tahan
pada tempat kering dan dingin. Pemilihan Mg starat sebagai lubrikan harus
dikombinasikan dengan bahan lain karena Mg Stearat bersifat baik sebagai
lubrikan dan antiadheren tapi kurang baik sebagai glidant. Mg stearat sebagai
lubrikan konsentrasinya 0,5-5% tapi apabila dikombinasikan maka kombinasinya
tidak boleh lebih dari 5% karena sifatnya yang hidrofob. Lubrikan hidrofobik
seperti magnesium stearat akan membentuk film hidrofobik yang tipis di sekeliling
eksipien tablet sehingga mencegah penetrasi air melewati pori tablet dan menunda
disintegrasi tablet, dan biasanya hal ini dapat berpengaruh pada kecepatan disolusi
zat aktifnya. Karena itu pemakaian lubrikan harus dalam jumlah yang tepat dan
waktu pencampurannya dengan seluruh eksipien (serta zat aktif) harus dalam
waktu yang tepat pula agar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap waktu
hancur dan disolusi zat aktifnya. 
e. Talkum sebagai glidan
Rumus Molekul : Mg3Si4O10(OH)2
Sinonim : altalc
Pemerian bahan : serbuk kristal sangat halus, berwarna putih hingga putih
keabu-abuan, tidak berbau dan tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam asam encer
Ukuran partikel : 74 μm atau 44 μm
pH : 7-10 untuk untuk 20 % w/v dispersi aqueos
Inkompabitilitas : Senyawa yang mengandung amonium kuarterner
Pemilihan talkum sebagai glidan adalah karena talkum merupakan glidan yang
baik. Konsentrasi talkum sebagai glidan adalah 1-4 %. Talkum merupakan glidan
yang baik tapi kurang baik sebagai anti adheren.
Talkum digunakan karna talkum tidak OTT (Obat Tidak Tercampur) dengan
komponen lain, akan menutupi partikel yang tidak berraturan, tablet mudah di
cetak dan tidak lengket. Komponen pemilihan talkukm sebagai glidan karena
talkum adalah glidan yang baik dan dapat dikombinasikan dengan Mg stearat untuk
memeperbaiki sifat aliran dari granul. sifat fisika kimia talkum sangat halus, tidak
berbau, mudah digunakan, berbentuk bubuk sehingga talkum mudah melekat,
dapat melapisi granul, lembut jika disentuh dan bebas dari bongkahan kecil. Talek
ginakan sebagai pelicir dalam tablet dengan konsentrasi 5%.

BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Preformulasi / Monografi Zat Aktif
3.1.1 Antalgin
Rumus molekul :C13H16N3NaO4S.H2O

Pemerian :Serbuk hablur putih atau putih kekuningan

Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 N

Stabilitas :Tidak stabil terhadap udara lembab, dan


harus terlidungi dari cahaya matahari

Inkompatibilitas :Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama


aminoglikosida, tidak boleh diberikan bersama
etakrinal, toksisitas salisilat meningkat bila diberikan
secara bersamaan, mangatagonis tubokurarin dan
meningkatkan efek suksinolkolin dan obat
antihipertensi.

Kegunaan : Sebagai bahan aktif

Susut pengeringan :Tidak lebih dari 5,5 %

Titik Lebur : 172o C

3.2 Preformulasi / Monografi Eksipien

3.2.1 PVP

Rumus Molekul : ( C3H4O2)n

Pemerian : Serbuk sangat halus,berwarna putih sampai krem,tidak


atau hampir tidak berbau, higroskopik

Kelarutan : Larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol


dan air. Praktiis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
dan minyak.

Kegunaan : Sebagai bahan pengikat

Inkompatibilitas : Ditambahkan thimorosol akan membentuk senyawa


kompleks, kompatibel terhadap gerak organikalami,
resin sintetik dan senyawa lainnya. akan terbentuk
senyawa sulfathiazole, sodium salisilat, asam salisilat,
fenol barbital dan komponen lainnya.

3.2.2 Amylum

Rumus molekul : (C6H10O5)n

Pemerian : Tidak berbau dan tidak berasa, serbuk


halus dan putih
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95%
dan air dingin.

Kegunaan : Sebagai penghancur

Stabilitas : Amilum yang kering dan tidak dipanasi stabil jika


terlindung dari cahaya saat digunakan sebagai pelincir
atau disintegran pada sediaan padat, amilu
dipertimbangkan sebagai bahan inert dibawah kondisi
penyimpanan normal. Namun larutan amilum yang
dipanaskan atau pasta amilum secara fisik tidak stabil
dan rentan serangan mikroorganisme.

Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan zat pengoksidasi kuat


3.2.3 Pewarna Biru
Rumus Molekul : C37H34N2Na2O9S3
Kelarutan : Larut dalam glikol dan gliserol, Agak larut dalam
alkohol 95%
Kegunaan : Sebagai pewarna
3.2.4 Aerosil
Rumus Molekul :SiO2
Pemerian : mengkilap, tidak teratur, kebiru-biruan agak putih,
mempunyai bau dan rasa yang khas, serbuk tidak
berbentuk.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam pelarut organic, air, dan
asam, kecuali asam hidroflorik, larut dalam larutan
panas alkali hidroksida.
Kegunaan : sebagai adsorben
Inkompabilitas : inkompabilitas dengan diethyls

3.2.5 Avicel

Rumus Molekul : ( C6H10O5)n


Pemerian :Serbuk hablur sangat halus, Putih, Tidak berbau
Kelarutan : Sukar larut dalam NaOH 5%, Praktis tidak larut
dalam air, asam encer, dan sebagian besar pelarut
organik.
Kegunaan : Sebagai pengisi
Stabilitas : Stabil. meskipun higroskopis
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen-agen oksidator kuat

3.3 Rasionalisasi Formula


No Nama Bahan Fungsi Alasan
1 Antalgin Sebagai zat aktif Karena bermanfaat sebgai obat
penghilang rasa sakit
( analgesik) turunan NSAID , atau Non-
Steroidal anti inflammatory drugs
2 PVP Sebagai bahan pengikat Bahan pengikat ditambahkan pada
formulasi tablet untuk memberikan daya
kohesif serbuk untuk berikatan
membentuk granul, sehingga bila
dikempa akan menghasilkan tablet yang
kompak.
3 Amylum Sebagai bahan Bahan penghancur dimaksudkan untuk
pengancur dalam memudahkan pecahnya tablet setelah
digunakan atau dimasukkan kedalam
gelas berisi air untuk diminum
4 Pewarna Biru Sebagai zat pewarna Digunakan untuk memudahkan
membedakan produk yang sama satu
sama lainnya
5 Aerosil Sebagai adsorben Digunakan dalam jumlah yang sesuai
dengan berapa banyak kandunga cairan
dalam bahan yang akan diubah
bentuknya atau dikurangi kadar uapnya.
6 Avicel Sebagai bahan pengisi Bahan ini dimaksudkan untuk mencapai
bobot tablet dan volume yang
diinginkan, terutama untuk bahan aktif
dalam jumlah sedikit

3.4 Formulasi
R/ Antalgin 500 mg
PVP 5%
Amylum 3%
Pewarna Biru 0,1%
Aerosil 1%
Avicel 11,47%

3.5 Perhitungan Formula/ Bahan


A KOMPONEN FORMULA
No Fungsi Bahan Nama Pemakaian Bahan
Lazim % Per Tablet Per Batch ( bobot
Bahan
(% x bobot per tablet x besar
tablet) batch)
FASE DALAM (92%)
1 Bahan aktif Antalgin 500 mg 71,43% 500 mg 125.000 mg
2 Pengikat PVP 2-5% 5% 35 mg 8.750 mg
3 Pelarut/cairan Air 80,5 ml
pembasah
4 Penghancur Amylum 5-20% 3% 21 mg 5.250 mg
dalam
5 Pewarna Pewarna 0,1% 0,7 mg 175 mg
biru
6 Pemanis
7 Adsorben Aerosil 1-3% 1% 7 mg 1.750 mg
8 Pengisi Avicel 11,47% 80,3 mg 2.0075 mg
Jumlah Total Fase Dalam 92% 644 161.000 mg
FASE LUAR (8%)
1 Penghancur Amylum 3% 21 mg 5.250 mg
dalam
2 Lubricant Mg skalat 0,25-2% 2% 14 mg 3.500 mg
3 Glidan Talkum 2% 14 mg 3.500 mg
4 Antiandheren Talkum 1% 7 mg 1.750 mg
Jumlah total fase luar 8% 56 mg 175.000 mg (175 g)
JUMLAH TOTAL 100 % 700 mg 336.000 mg (336 g)

B PERHITUNGAN FORMULA
 Fase Dalam
No Nama Bahan Bobot / tablet (mg) Perbatch (g)
Fase dalam : 92% Rumus :
Rumus : 92/100 x bobot tablet (mg) = 644 mg Bobot /tablet x besar batch
1 Antalgn 500 mg 125.000 mg
2 PVP 35 mg 8.750 mg
3 Amylum 21 mg 5.250 mg
4 Pewarna Biru 0,7 mg 175 mg
5 Aerosil 7 mg 1.750 mg
6 Avicel 80,5 mg 20.075 mg
TOTAL GRANUL FASE DALEM 161.000 mg
Perhitungan cairan pengikat:
PVP 5% → 5% x 161 g = 8,05 g
Suspensi 10% →100% / 10% x 8,05 g = 80,5 ml →8,75 g / PVP
 Fase Luar

Penghancur dalam =

Lubricant =

Glidan =

Antiadheren =

3.6 Cara Kerja ( Pembuatangranul Dan Tablet )

1 Zat aktif dan semua bahan eksipien fasa dalam ditimbang sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan

2 jika diperlukan, zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan ( tersendiri)


terlebih dahulu

3 pencampuran zat aktif, bahan pengisi, bahan penghancur dalam mesin


pencampur

4 buat dan siapkan larutan pengikat

5 larutan pengikat dicampur kedala campuran fase dalam (secukupnya) hingga


didapat massa lembab yang tidak terlalu basah dan terlalu kering

6 massa lembab dibentuk menjadi granul dengan ayakan berukuran 12 mesh


secara manual

7 granul lembab kemudian dikeringkan didalam oven 50-60 derajat celcius


hingga menjadi granul kering dengan kandungan lembab 2-5% ( jika belum
memenuhi syarat, maka dikeringkan kembali)

8 granul kering kemudian dilakukan uji distribusi ukuran patikel dengan sieving
analyzer.Apabila granul yang dihasilkan kurang baik menghasilkan
serbuk halus/ fines >30% maka sisa serbuk pada wadah (fines) di granul
kembali ( ulangi proses 5-7)

9 granul kering ditimbang untuk menentukan fase luar yang ditambahkan


( penghancur luar, lubrikan, glidan, dan antiadheren) sebagai massa kempa

10 campur granul kering dengan fase luar lalu dievaluasi mutunya

11 ranul yang memenuhi syarat kemudian dikempa dengan ukuran cetakan tablet
yang sesuai
12 tablet yang diperoleh kemudian dievaluasi

3.7 Evaluasi (Bahan Aktif, Granul, dan Tablet)

A Evaluasi serbuk

 Bulk Density

Timbang seksama 40-50 g serbuk, atau sampai volume 100 ml, catat
bobot serbuk,masukkan kdalam gelas ukur,catat volume serbuk

 Tapped Density

Timbang seksama 40-50 serbuk, catat bobotnya, masukkan kedalam gelas


ukur, ketuk gelas ukur sebanyak 10,500,1250 kali, catat volume serbuk
setelah diketuk

 Rasio Housner

 Komprebilitas

 Sudut Istirahat

Serbuk seberat 100 g dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian


atas corong sementara bagian bawah ditutup, setelah semua serbuk
dimasukkan penutup dibuka danserbuk dibiarkan keluar catat waktu alir
serbuk, ukur dan catat tinggi serta diameter tumpukkan (kerucut) yang
terbentuk, hitung sudut istirahat

 Kadar Lembab

Masukkan wadah alumunium foil kedalam alat,tutup alat, kemudian


tara,setelah selesai ditara, buka penutup alat, timbang bahan + 5 g ( sampai
indikator berwarna hijau),catat hasil penimbangan (bobot basah), tutup
alat kembali, jalankan alat sampai selesai, catat waktu dimulai ketika suhu
sudah mencapai 105o C , tunggu hingga proses pengeringan selesai/telah
mencapai bobot konstan (indikator berwarna hijau dan tertulis ( “Drying is
over”), catat bobot kering dan % MC yang adapada layar alat

 Distribusi ukuran partikel

timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan pada wadah
( bobot wadah kosong ), timbang seksama 100 serbuk, masukkan kedalam
sieving analyzer, jalankan sieving analyzer (10 menit), masukkan serbuk
yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah,timbang masing-
masing serbuk yang terdapat pada setiap mesh (bobot wadah + serbuk),
hitung bobot serbuk, hitung % bobot serbuk ada tiap mesh.

B Evaluasi Granul

 Distribusi Ukuran Partikel

timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan pada wadah
( bobot wadah kosong ), timbang seksama 100 serbuk, masukkan kedalam
sieving analyzer, jalankan sieving analyzer (10 menit), masukkan serbuk
yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah,timbang masing-
masing serbuk yang terdapat pada setiap mesh (bobot wadah + serbuk),
hitung bobot serbuk, hitung % bobot serbuk ada tiap mesh.

 Bulk Density

Timbang seksama 40-50 g serbuk, atau sampai volume 100 ml, catat
bobot serbuk,masukkan kdalam gelas ukur,catat volume serbuk

 Tapped Density

Timbang seksama 40-50 serbuk, catat bobotnya, masukkan kedalam gelas


ukur, ketuk gelas ukur sebanyak 10,500,1250 kali, catat volume serbuk
setelah diketuk

 Rasio Housner

 Komprebilitas

 Sudut Istirahat

Serbuk seberat 100 g dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian


atas corong sementara bagian bawah ditutup, setelah semua serbuk
dimasukkan penutup dibuka danserbuk dibiarkan keluar catat waktu alir
serbuk, ukur dan catat tinggi serta diameter tumpukkan (kerucut) yang
terbentuk, hitung sudut istirahat

 Kadar Lembab atau Susut Pengeringan

Masukkan wadah alumunium foil kedalam alat,tutup alat, kemudian


tara,setelah selesai ditara, buka penutup alat, timbang bahan + 5 g ( sampai
indikator berwarna hijau),catat hasil penimbangan (bobot basah), tutup
alat kembali, jalankan alat sampai selesai, catat waktu dimulai ketika suhu
sudah mencapai 105o C , tunggu hingga proses pengeringan selesai/telah
mencapai bobot konstan (indikator berwarna hijau dan tertulis ( “Drying is
over”), catat bobot kering dan % MC yang adapada layar alat

C Evaluasi tablet

 Organoleptis

ambil sejumlah tablet, cium bau tablet yang ada, rasakan tablet yang ada,
amati warna tablet yang ada, amati apakah ada kerusakan pada tablet
( berupa capping, laminating, mottling dll)

 Keseragaman Ukuran

Diambil 20 tablet, diukur tebal dan diameter tablet, dihitung bobot rata-
rata dan standar deviasinya.

 Keseragaman Bobot

Diambil 20 tablet, ditimbang, dihitung bobot rata-rata dan standar


deviasinya.

 Kekerasan

Ambil 20 tablet secara acak sebagai sampel, ukur kekerasan tablet satu
persatu, tablet ditaruh dibawah alat penghancur ‘9 hardness tester), saat
tablt retak / pecah, jarum akan berhenti pada suatu angkat yang dinyatakan
dalam k/cm2, catat angka tersebut sebagai nilai kekerasan tablet

 Friabilitas

Diambil sejumlah tablet dengan bobot minimal 6500 mg, dibersihkan dari
debu kemudian ditimbang, tablet dimasukan dalam alat, alat dinyalakan
selama 4 menit, tablet dibersihkan lalu ditimbang, dihitung friabilitasnya.

 Uji Waktu hancur

Dimasukan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,


dimasukan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, diset suhu air
pada 370, dicatat waktu tablet pertama hancur dan tablet hancur semua
sejak alat dinyalakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum pembuatan tablet ini menggunakan bahan-bahan :


Zat aktif : Antalgin
Zat tambahan:
a. Bahan Penghancur dalam : Amylum kering
b. Bahan Pengikat : Acivel
c. Bahan Pengisi : Laktosa
d. Bahan Penghancur luar : Amylum kering e. Lubrikan : Mg stearat
f. Glidan : Talk
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah granulasi basah. Dimana zat
aktif dan zat tambahan dibasahi dengan cairan granulasi. Granul dibentuk dengan cara
melewatkan massa yang basah melalui ayakan mesh 16 kemudian dikeringkan dalam oven.
Massa granul yang kering diayak kembali dengan ayakan mesh 18 dan selanjutnya dicetak.

Dalam pembuatan tablet hal pertama yang dilakukan adalah pencampuran Fase dalam
yang terdiri Zat aktif dan zat tambahan fase dalam pengisi, penghancur dalam, dan pengikat.
Setelah fase dalam jadi kemudian ditambahkan fase luar yang terdiri dari penghancur luar,
lubrikan dan glidan. Fase dalam dan fase luar dicampurkan menjadi satu dalam wadah
sampai homogen lalu dicetak. Sebelum tablet dicetak harus dilakukan terlebih dahulu
evaluasi bahan aktif, evaluasi granul dan setelah tablek dicetak dilakukan evaluasi tablet.
4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif

A. Bulk Density

Bulk density dari bahan aktif serbuk antalgin yang dievaluasi didapatkan hasil 0,5226
g
/mL.

B. Tap Density

Tap density dari bahan aktif serbuk antalgin yang dievaluasi didapatkan hasil 0,6670
g
/mL.

C. Rasio Housner

Bahan aktif yang dievaluasi memiliki angka rasio housner 1,27. Bila dilihat dari
parameter yang ada serbuk antalgin ini dapat digolongkan kedalam kategori passeble/
agak mudah mengalir yaitu berada diantara range 1,26 – 1,34

D. Komprebilitas

Komprebilitas dari serbuk antalgin yang dievaluasi adalah 21,05%. Bila dilihat dari
parameter kompresibilitas yang ada maka serbuk antalgin ini dapat digolongkan ke
dalam kategori passable/ agak mudah mengalir yaitu berada di antara range 21 % –
25 %

E. Sudut Istirahat

Serbuk antalgin yang kami evaluasi memiliki sudut henti 37,23°. Bila dilihat dari
parameter sudut henti yang ada maka serbuk antalgin ini dapat digolongkan ke
dalam kategori passable/ mengalir yaitu berada di antara range 30 o – 40 o.

F. Kadar Lembab dan Susut Pengeringan

Dari evaluasi serbuk yang dilakukan didapatkan hasil kadar susut pengeringan
0,595% dan kadar lembab MC 0,596 %. Hasil pengujian ini menunjukan bahwa
serbuk antalgin tidak memenuhi syarat susut pengeringan dan kadar lembab yaitu 2
– 5 %. Hal ini bisa terjadi karena faktor penyimpanan serbuk yang kurang baik
sehingga meningkatkan kadar lembab serbuk tersebut

G. Distribusi Ukuran Partikel

Pada evaluasi distribusi ukuran partikel didapat serbuk pada wadah paling bawah
sebanyak 97,36 %. Hal ini menunjukan bahwa ukuran partikel serbuk antalgin tidak
homogen karena terlalu banyak partikel halus yang seharusnya hanya 30 %. Ini
mungkin terjadi karena penyimpanan serbuk yang kurang baik.

4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Granul

A. Distribusi Ukuran Partikel


B. Bulk Density

Dari granul yang kami buat didapatkan hasil evaluasi buld density 0,61 g/mL.

C. Tap Density

Dari granul yang kami buat didapatkan hasil evaluasi tap density 0,64 g/mL

D. Rasio Housner

Nilai rasio housner yang diperoleh dari evaluasi granul adalah 1,05, yang
berarti granul tersebut exell/ sangat mudah mengalir karena berada pada range
1,00 – 1,11.

E. Komprebiltas

Kompresibilitas dari granul yang kami hasilkan adalah 4,7 %. Bila dilihat
dari parameter kompresibilitas yang ada maka granul ini dapat digolongkan
ke dalam kategori sangat mudah mengalir yaitu berada di antara range <10 %.
Kompresibilitas berhubungan dengan proses pencetakan dari tablet. Apabila
kompresibilitas baik berarti granul akan mudah untuk dicetak.

F. Sudut Istirahat

Granul yang kami hasilkan memiliki sudut henti 23,20°. Bila dilihat dari
parameter sudut henti yang ada maka granul ini dapat digolongkan ke dalam
kategori sangat mudah mengalir yaitu berada di antara range <25o.

G. Kadar Air dan Susut Pengeringan

Kadar air dari granul yang kami hasilkan adalah 1,86 % dan susut
pengeringan 2 % (granul ideal memiliki kadar air 2-5%), karena kadar air
yang kecil maka granul yang dihasilkan menjadi sangat keras dan sulit untuk
di lewatkan pada mesh. Kadar air yang kecil ini menyebabkan tablet yang
kami hasilkan menjadi rapuh.
4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Tablet

A. Organoleptik

Warna biru homogen tidak ada bintik-bintik atau noda, bau sesua spesifikasi, dan
rasa sesuai spesifikasi

B. Keseragaman Ukuran

Untuk menjamin penampilan tablet yang baik maka dilakukan evaluasi keseragaman
ukuran, berikut adalah tabel hasil evaluasi keseragaman ukuran tablet antalgin :

No Tablet Diameter Tablet (mm) Tebal Tablet

1 11,53 5,76

2 11,54 5,84

3 11,57 5,81

4 11,50 5,86

5 11,43 5,88

6 11,53 5,87

7 11,47 5,84

8 11,54 5,83

9 11,57 5,86
10 11,55 5,89
11 11,52 5,87
12 11,51 5,87
13 11,54 5,85
14 11,57 5,76
15 11,59 5,81
16 11,53 5,81
17 11,50 5,83
18 11,54 5,80
19 11,52 5,76
20 11,53 5,83
Rata-rata 11,53 5,83

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan tablet antalgin yang dihasilkan memenuhi
standard tablet yang ditetapkan oleh FI 3 yaitu diameter tablet tidak boleh lebih dari 3x dan
tidak boleh kurang dari 11/3 tebal tablet.

C. Keseragaman Bobot
Untuk menjamin kualitas tablet yang baik secara kualitatif berdasarkan bobot
dilakukan uji keseragaman bobot, berikut adalah tabel hasil dari evaluasi
keseragaman bobot yangtelah dilakukan;

No Tablet Bobot per-tablet Selisih Bobot Persen


(mg) Tablet Penyimpangan
1 690 0,5 0,07
2 700 9,5 1,38
3 680 10,5 1,52
4 700 9,5 1,38
5 700 9,5 1,38
6 700 9,5 1,38
7 690 0,5 0,07
8 670 20,5 2,96
9 680 10,5 1,52
10 700 9,5 1,38
11 680 10,5 1,52
12 690 0,5 0,07
13 690 0,5 0,07
14 670 20,5 2,96
15 690 0,5 0,07
16 700 9,5 1,38
17 690 0,5 0,07
18 700 9,5 1,38
19 700 9,5 1,38
20 690 0,5 0,07
Rata-rata 690,5 7,6 1,1
 Persyaratan : Tidak boleh ada 2 tablet yang presentase
penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada
kolom A, dan tidak bolelh ada satupun tablet yang presentase
penyimpangannya lebih dari harga yang ditetapkan pada kolom
B

Bobot Rata-Rata Penyimpangan Bobot Rata-Rata


A (%) B (%)
25 mg atau 15 30
kurang
26 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
Lebih dari 300 5 10
mg

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tablet antalgin yang kita buat dengan bobot
700 mg telah memenuhi persyaratan karena tidak ada presentase penyimpangan lebih dar 5%

D. Kekerasan Tablet
Untuk menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses, pengemasan,
dan penghantaran maka dilakukan evaluasi kekerasan tablet, berikut dalah tabel
hasil evaluasi kekrasan tablet antalgin:
No Tablet Kekerasan Tablet (kg/cm2)
1 3
2 4
3 5
4 3
5 4
6 3
7 4
8 3
9 3,,5
10 3
11 3,5
12 3
13 4
14 4
15 3
16 3
17 3,5
18 3,5
19 3
20 4
Rata – Rata 3,5

Syarat untuk kekerasan tablet yang baik menurut FI yaitu tablet dengan bobot
400 – 700 mg kekerasannya 7 -9 kg/cm2, namun dari hasil evaluasi kita
mendapatkan rata- rata 3,5 kg/cm2 yang artinya tablet antalgin yang kita buat
tidak memenuhi persyaratan kekerasan tablet. Hal ini terjadi dikarenakan
kadar air yang kecil maka granul yang dihasilkan menjadi sangat keras dan
sulit untuk di lewatkan pada mesh. Kadar air yang kecil ini menyebabkan
tablet yang kami hasilkan menjadi rapuh.

E. Keregasan Tablet
Untuk menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses,
pengemasan, dan penghantaran maka dilakukan evaluasi keregasan tablet.
Diuji dengan menggunakan alat Friabilator menggunakan 20 tablet dengan
kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan
suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Friabilitas
tablet Antalgin yang dihasilkan dalam praktikum adalah 7,02 %. Tablet yang
dihasilkan tidak memenuhi standar friabilitas yang seharusnya < 1%. Akibatnya
tablet yang dihasilkan menjadi sangat rapuh. Hal ini mungkin dapat disebabkan
karena kurangnya kadar air pada granul.
F. Waktu Hancur Tablet
Untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur maka
dilakukan uji waktu hancur. Namun pada saat evaluasi waktu hacur didapatkan
hasil tidak ada satupun tablet yang hancur selama 15 menit. Pada uji ini tablet
tidak memenuhi syarat karena tablet harus hancur tidak boleh lebih atau sama
dengan 15 menit.
Hal ini terjadi karena pada saat tablet yang sudah dikempa terlalu rapuh
sehingga ditambahkan lagi talkum sebagai glidan sehingga berpengaruh pada
waktu hancuur tablet
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tablet adalah sediaan bahan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Dalam pembuatan tablet hal pertama yang dilakukan adalah pencampuran Fase dalam yang
terdiri Zat aktif dan zat tambahan fase dalam pengisi, penghancur dalam, dan pengikat.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet adalah granulasi basah
Bulk density dari bahan aktif serbuk antalgin yang dievaluasi didapatkan hasil 0,5226 g/mL.
Dari granul yang kami buat didapatkan hasil evaluasi bulk density 0,61 g/mL.

Tap density dari bahan aktif serbuk antalgin yang dievaluasi didapatkan hasil 0,6670 g/mL.
Dari granul yang kami buat didapatkan hasil evaluasi tap density 0,64 g/mL

Bahan aktif yang dievaluasi memiliki angka rasio housner 1,27. Nilai rasio housner yang
diperoleh dari evaluasi granul adalah 1,05, yang berarti granul tersebut exell.

Komprebilitas dari serbuk antalgin yang dievaluasi adalah 21,05%. Kompresibilitas dari
granul yang kami hasilkan adalah 4,7 %.

Serbuk antalgin yang kami evaluasi memiliki sudut henti 37,23°. Granul yang kami hasilkan
memiliki sudut henti 23,20°

Kadar Lembab dan Susut Pengeringan dari evaluasi serbuk yang dilakukan didapatkan hasil
kadar susut pengeringan 0,595% dan kadar lembab MC 0,596 %. Kadar air dari granul yang
kami hasilkan adalah 1,86 % dan susut pengeringan 2 % (granul ideal memiliki kadar air 2-
5%), karena kadar air yang kecil maka granul yang dihasilkan menjadi sangat keras dan sulit
untuk di lewatkan pada mesh. Kadar air yang kecil ini menyebabkan tablet yang kami
hasilkan menjadi rapuh.

Distribusi Ukuran Partikel pada evaluasi distribusi ukuran partikel didapat serbuk pada
wadah paling bawah sebanyak 97,36 %.

Organoleptik

Warna biru homogen tidak ada bintik-bintik atau noda, bau sesua spesifikasi, dan rasa sesuai
spesifikasi

Keseragaman Ukuran

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan tablet antalgin yang kita hasilkan
memenuhi standard tablet yang ditetapkan oleh FI 3 yaitu diameter tablet tidak boleh lebih
dari 3x dan tidak boleh kurang dari 11/3 tebal tablet.

Keseragaman Bobot
Berdasarkan data yang di peroleh dapat disimpulkan bahwa tablet antalgin yang kita buat
dengan bobot 700 mg telah memenuhi persyaratan karena tidak ada presentase penyimpangan
lebih dar 5%. Sedangkan Persyaratan Tidak boleh ada 2 tablet yang presentase
penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak bolelh ada
satupun tablet yang presentase penyimpangannya lebih dari harga yang ditetapkan pada
kolom B
Kekerasan Tablet
Syarat untuk kekerasan tablet yang baik menurut FI yaitu tablet dengan bobot 400 – 700 mg
kekerasannya 7 -9 kg/cm2, namun dari hasil evaluasi kita mendapatkan rata- rata 3,5 kg/cm2
yang artinya tablet antalgin yang kita buat tidak memenuhi persyaratan kekerasan tablet.

Keregasan Tablet

Friabilitas tablet Antalgin yang dihasilkan dalam praktikum adalah 7,02 %. Tablet yang
dihasilkan tidak memenuhi standar friabilitas yang seharusnya < 1%. Akibatnya tablet yang
dihasilkan menjadi sangat rapuh. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena kurangnya kadar
air pada granul.
Waktu Hancur Tablet
Untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur maka dilakukan uji waktu
hancur. Namun pada saat evaluasi waktu hacur didapatkan hasil tidak ada satupun tablet yang
hancur selama 15 menit. Pada uji ini tablet tidak memenuhi syarat karena tablet harus hancur
tidak boleh lebih atau sama dengan 15 menit. Hal ini terjadi karena pada saat tablet yang
sudah dikempa terlalu rapuh sehingga ditambahkan lagi talkum sebagai glidan sehingga
berpengaruh pada waktu hancur tablet.
5.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih berhati – hati dalam praktikum. Diharapkan
kepada dosen pembimbing agar lebih membimbing praktikan dalam praktikum. Dan
diharapkan agar menambah fasilitas laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III. 1979. Jakarta.


Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Ed VI. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Sulistiawati, Farida dan Nelly Suryani. Buku Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Padat
Laboratorium Farmasi. Jakarta : UIN Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai