Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI KLINIK
“DIURETIK”

OLEH:
RATIH SRI REZEKI
1901068

TANGGAL PRAKTIKUM:
05 Mei 2020

DOSEN:
Apt. NOVIA SINATA, M.Si

ASISTEN:
JIHAN FAHIRA SASMITO
MARGARETTA FEBIOLA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN UNIV RIAU
2020
BAB IV
DIURETIK

I. TujuanPercobaan

1. Memahami teknik evaluasiobat diuretik.


2. Memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secaraklinis.

II. TinjauanPustaka
Diuretik adalah obat yang bekerja pada ginjal untuk meningkatkan ekskresi air
dan natrium klorida. Secara normal, reabsobsi garam dan air dikendalikan masing – masing
oleh aldosteronvasopiesin (hormonantidiuretik, ADH). Sebagian basar diuretik bekarja
dengan menurukan reabsorbsi elektrolit oleh tubulus. Ekskresielektolit yang meningkat
diikuti oleh peningkatan ekskresi air, yang penting untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik. Diuretik digunakan untuk mengurangi udema pada gagal jantung kongesif,
beberapa penyakit ginjal, dan sirosis hepatis(Neal,2010).
Ada tigafaktorutama yang mempengaruhirespondiuretik:
• Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik
yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natriumbanyak.
• Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosishati, gagal ginjal.
Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadapdiuretik.
• Interaksiantaraobatdenganreseptor.
Obat Tempatkerjautama Cara kerja
Diuretic a. Tubuli prroksimal Penghambat reabsorbsi Na & air melalui
osmotic daya osmotik.

b. Ansahenledesenden Penghambat reansorbsi Na & air oleh


karena hipertonisitas daerah medulla
menurun.
c.Duktuskoligenesis
Penghambat reansirbsi Na & air oleh
karena penghambat ADH.

Penghambat Tubuliproksimal Penghambat terhadap reabsorbsi HCO3-,


e-anhidrase H+, dan Na.
Tiazida Hulu tubuli distal Penghambat terhadapreabsorbsi
natrium klorida.
Diuretic -hilirtubuli distal & duktus - penghambat antiport N+/ K+(reabsorbsi
hematkalium koligentes daerah korteks. natrium dan sekresi kalium) dengan
jalan antagonism (spironolakton) atau
Diuretickuat -ansa henle asenden bagian epitel
secara langsung (triamteren dan
tebal.
amiloria)

- penghambatan terhadap kontraseptor


Na+/K+/cL-

( Gunawan, salistia Gan, 2007)

PenggolonganObat

Pada umumnya, diuretika dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :

1. Diuretikkuat
Berkhasiat kuat dan agak pesat tetapi agak singkat (4-6 jam) dan terutama digunakan
pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru – paru. Diuretic kuat terutama
bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi elektrolit Na2+/K2+/2CL-di ansa henle
asendens bagian epitel tebal; tempat kerjanya di permukaan selepitel bagian luminal (
yang menghadap ke lumen tubuli). Misalnya : Furosemid, Bumetanida, danetarkrinat.
Dosis : Asametakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per
hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinal, dolsisnya 50mg atau 0,5-1 mg/kgBB. Furosemid.
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20, 40, 80 mg dan preparate suntikan. Umumnya
pasienmembutuhkankurangdari600mg/hari.Dosisanak2mg/kgBB,bilaperludapat
ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB. Bumetanid. Tablet 0,5 dan 1 mg digunakan dengan
dosis dewasa 0,5-2 mg sehari. Dosis maksimal perhari 10mg. obatinitersedia juga dalam
bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosisawalatara 0,5-1 mg: dosis diulang 2-3
jam maksimum 10 mg/hari
Efek samping : toksisitas, nefritis interstisialis alergik, dan ketulian sementara.
2. DerivatTiazid
Efeknya lebih lemah dan lembut tapi juga lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan
pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Bekerja pada tubulus
kontrotusdustal ginjal sesudah ansa henle dengan meningkatkan ekskresi sesudah ansa
henle dengan meningkatkan sekresi natrium klorida dan air. Misalnya : Hidroklorotiazid,
Klortalidon, mefrosida, Indapamida, Xipamida dan kropamida.
Dosis : Hidroklortiazid. Tablet 250 dan 50 mg digunakan dalam dosis 25-100 mg/hari
dengan lama kerja 6-12 jam. Klorotiazid. Tablet 250 dan 500 mg digunakan dalam dosis
500-2000 mg/hari dengan lama kerja 6-12 jam.
Efek samping : pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, peningkatan kadar
kolesterol dan trigliserid plasma.
3. Diuretik hematKalium.
Efek obat ini lemah dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya untuk
menghambat ekskresi kalium. Aldosterem menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi
kalium. Proses ini di hambat secara kompetitif (saingan) oleh antagonis dan aldosterm.
Diuretic hemat kalium bekerja pada tubulus distal ginjal untuk meningkatkan ekskresi
natrium dari air dan resistensi kalium. Misalnya : Antagonisaldosteron (spironolakton),
amilomida, dan triamteren.
Dosis : Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25,50 dan 100 mg. dosis dewasa
berkisar antara 25-200 mg, tetapi dosis efektif sehari-hari rata-rata 100 mg dalam dosis
tunggal atau terbagi. terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara sprironolakton 25 mg
dan hidroklorotiazid 25 mg dan, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg.
Triameteren tersedia sebagai kapsul dari 100 mg. dosisnya 100-300 mg sehari. Untuk
tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri. Amilorid dalam bentuk tablet
5 mg. dosis sehari sebesar 5-10 mg.
Efek samping : hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama
dengan asupan kalium yang berlebihan.
4. DiuretikaOsmotis.
Hanya direabsorpsi sedikit atau ditubuli hingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya
adalah diuresis osmotis dengan ekskresi air tinggi dan relative sedikit ekskresi. Diuretic
osmotic bekerja meningkatkan osmolabilita (konsentrasi) plasma dan cairan dalam
tubulus ginjal natrium, kalium dan air di ekskresikan. Misalnya : Manitol dan Sorbitol.
Dosis : Manitol. Untuk suntikan intravena digunakan larutan 5-25% dengan volume
antara 50-1000 ml. Dosis untuk menimbulkan diuresis adalah 50-200g yang diberikan
dalam cairan infus selama 24 jam dengan kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh
diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan
dosis percobaan yaitu 200mg/kgBB yang diberikan melalui infus selama 3-5 menit. Bila
dengan 1-2 kali dosis percobaan diuresis masih kurang dari 30ml per jam dalam 2-3 jam,
maka status pasien harus di evaluasi kembali sebelum pengobatan dilanjutkan. Isosorbid.
Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama,
hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar dari pada gliserin, tanpa
menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisarantara 1-3g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4
kalisehari.
5. Perintang –karbonhidrase
Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase ditubuli proksimal sehingga disamping
karbonat, juga Nadan K diekskresi lebih banyak bersamaan dengan air. Misalnya :
asetazolamid, Diklorofenamid , metazolamid.
Dosis : Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk pemberian
oral. Dosis antara 250-500 mg per kali, dosis untuk chronic simple glaucomayaitu 250-
1000 mg per hari.
Efek samping : Mual, muntah, diare, gangguan rasa, depresi, poliurea, menurunkan
libido, gangguan elektrolit dan asidosis (Tan HoanTjay& Kirana Rahardja 2002, hal490).
III. Bahan danAlat
a. Bahan yang dipakai: tikus, furosemid natrium, kopi 20% dan 30%, air hangat 10
ml/200gbb dan 5ml/200mgBB, dan kertas lakmus.

b. Alat yang dipergunakan: kandang metabolism, pH meter, alat oral, alat suntik, gelas ukur,
stopwatch dan alatgelaslainnya

IV. CaraKerja
1. Semua tikus dipuasakan semalam ( ± 16 jam).
2. Timbang tikus dantandai.
3. Hitung dosis untuk hewan.
4. Untuk kelompok 1 dan 3, berikan air hangat secara oral pada masing-masing tikus
sebanyak10ml/200gbb.
5. Suntikkan 1 ekor hewan dengan furosemid pada masing-masing 0,5 dan 1mg/kgbb secara
subkutan segera setelah pemberian airhangat.
6. Untuk kelompok 2 dan 4, berikan air seduhan kopi hangat sebanyak 10 dan 5ml secara
oral pada satu ekor hewan. Untuk kelompok 4, cukup kan volume seduhan kopi yang
diberikan dengan air hangat sampai volume menjadi 10ml/200gbb.
7. Untuk masing-masing hewan kontrol, tiap kelompok, berikan air hangat secara oral
10ml/200gbb dan urea 1g/kgbb juga secaraoral.
8. Masukkan tikus kekandangmetabolisme.
9. Ukur volume pengeluaran urine pada waktu 15, 30, 45, 60menit.
10. Tentukanrasio T/U ( value ), yakni perbandingan urine per 100 g bb antara hewan yang
diberiobat dan yang diberi urea. Harga ini dihitung untuk tiapinterval.
11. Tabelkan hasil saudara dan buat grafik hubungan antaradisis, waktu dan nilaiLipschitz.
12. Bila harga nilai Lipschitz ≥ 1, menandakan adanyaefekdiuretika.
13. Bahas dantarikkesimpulandaripercobaanini.
V. Hasil danPembahasan
a. HasilPengamatan

BB VAO
KLP Obat gram (ml)
Waktu

15’ 30’ 45’ 60


1 Air hangat 5 150 gram VAO air= 0 0 0 0
ml/200g

2 Air hangat 5 130 gram VAO air = 2 ml 5 ml 3 ml 1m


ml/200g +
furosemid 0,72 VAO
mg/200g furosemide:
Kosentrasinya
0,072 mg/ml
3 Air hangat 200 gram VAO air = 0 3 ml 2 ml 0,6
5ml/200g +
furosemid 0,36 VAO
mg/200g furosemide:
Kosentrasinya
0,36 mg/ml
4 Air hangat 150 gram VAO air= 0 0 0,5 ml 0.5
5ml/200g VAO kopi=
Kopi 30% 5
ml/200g
5 Air hangat 160 gram VAO air= 0 0 1 ml 1m
5ml/200g VAO kopi=
Kopi 60% 5
ml/200g

Perhitungan:

BERAT TIKUS : 150 gram

AIR HANGAT = 5ml/200 g BB

BERAT TIKUS = 130 gram


VAO AIR HANGAT = 5 ml/200 g BB 130 gram = 3,25 ml

DOSIS FUROSEMID = 40 mg 0,018 = 0,72 mg/200 g BB

BERAT TIKUS = 200 gram

VAO AIR HANGAT = 5 ml/200 g BB 200 gram = 5 ml

DOSIS FUROSEMID = 20 mg 0,018 = 0,36 mg/200 g BB

BERAT TIKUS = 150 gram

VAO AIR HANGAT = 5 ml/200 g BB 150 gram = 3,75 ml

BERAT TIKUS = 160 gram

VAO AIR HANGAT = 5 ml/200 g BB 160 gram = 4 ml

VAO KOPI = 0,006


b. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami akan melakukan praktikum tentang diuretik. Diuretik
adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin sehingga mempercepat
pengeluaran urine dari dalam tubuh. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan
udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel Kembali menjadi normal. Berdasarkan mekanisme kerjanya, secara umum diuretic
dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu diuretic osmotic yaitu yang bekerja dengan cara
menarik air ke urin, tanpa mengganggu sekresi atau absorbsi ion dalam ginjal dan penghambat
mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal, seperti diuretic tiazid (menghambat
reabsorbsi natrium dan klorida pada ansa Henle parsascendens), Loop diuretik (lebih poten dari
pada tiazid dan dapat menyebabkan hipokalemia), diuretic hemat kalium (meningkatkan
ekskresi natrium sambal menahankalium).
Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah furosemid. Furosemid merupakan
suatu derivate asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Furosemid termasuk kedalam jenis
diuretic kuat. Efek kerjanya cepat dan dalam waktu yang singkat. Mekanisme kerja furosemide
adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh seltubuli ginjal. Furosemida
meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah
yang normal. Onset secara injeksi adalah 5 menit dan diuresis berlangsung selama 2 jam.
Resorpsinya dari usushanya lebih kurang 50%, t ½ plasmanya 30-60 menit. Ekskresinya melalui
kemih secara utuh, pada dosis tinggi juga lewatempedu.
Pada praktikum kali ini, hewan uji yang digunakan adalah tikus. Sebelum pemberian obat,
seharusnya tikus dipuasakan terlebih dahulu. Fungsi mempuasakan
tikussebelumperlakuanadalahuntukmenghindaripengeluaranurin yang dieksresikan dari hasil
makanan yang telah tiku skonsumsi, karena dalam pengujian ini yang akan dilihat adalah volume
urin yang disekresikan oleh hewan uji. Makanan yang dikonsumsi tikus akan mempengaruhi
metabolism dari tikus tersebut.
Pada kelompok tikus pertama diberikan 5ml/200gBB air hangat dan Nacl 1%. Sedangkan
tikus kelompok 2 diberikan furosemide 20mg dan air hangat 5ml/200mgBB. Tikus kelompok 3
diberikan furosemide 40mg dan air 5ml/200mgBB. Kelompok 4 diberikan furosemide 80mg dan
air hangat 5ml/200mgBB. Kelompok 5 diberikan air hangat 5ml/200mgBBdan kopi 20%.
Kelompok 5 diberikan air hangat 5ml/200mgBB dan kopi 30%. Pemberian air hangat bertujuan
untuk mempercepat dan memperbanyak urin yang akan dikeluarkan oleh tikus.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada 60 menit setelah diinjieksikan obat furosemide
secara oral didapatkan bahwa jumlah akumulasi volume urin yang keluar pada tikus kelompok 1
(kontrolnegatif) sebanyak 1 ml; tikus kelompok 2 tidak ada urin; tikus kelompok 3 sebanyak 8ml;
tikuskelompok 4 sebanyak 9ml; tikus kelompok 5 sebanyak 2 ml; tikus kelompok 6 sebanyak 2
ml.
Menurut hasil pengamatan, tikus yang diberikan furosemide memiliki jumlah volume
urin lebih banyak bila dibandingkan dengan tikus yang hanya diberikan air panas saja
(kontrolnegatif). Hal inimembuktikan bahwa furosemide efektif memberikan efek diuresis pada
tikus. Pemberian kopi juga meningkatkan jumlah urin tetapi lebih kecil dibandingkan dengan
pemberian furosemide. Furosemid merupakan diuretik yang efekutamanya pada pars
ascendensansahenle. Obat-obat yang bekerja di salah satubagian nefroninime miliki efektivitas
yang tertinggi dalam memobilisasi Na+dan Cl-daritubuh sehingga merupakan diuretik yang
paling efektif dalam meningkatkan volume urin. Hal ini disebabkan karena pars ascendens
bertanggung jawab untuk reabsorpsi 25-30% NaCl yang disaring.
Berdasarkan literatur, baik pada hewan maupun manusia, respon yang ditimbulkan oleh
suatu obat dalam dosis yang rendah, biasanya akan meningkat berbanding lurus dengan
peningkatan dosis (Katzung, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis, maka
respon tubuh terhadap obat akan semakin besar yang mengakibatkan obat lebih cepat bekerja.
Hal ini juga sesuai dengan praktikum bahwa jumlah volume urin dengandosis80 mg/60 KgBB
lebih banyak bila dibandingkan dengan dosis 20 mg/60 KgBB.. Untuk beberapa obat, perubahan
dalam faktor-faktor farmakodinamik merupakan sebab utama yang menimbulkan keragaman
respons penderita. Variasi dalam berbagai factor farmakokinetik dan farmakodinamik ini berasal
dari perbedaan individual dalam kondisifisiologik, kondisipatologik, faktorgenetik, interaksiobat
dan toleransi. Pada kelompok 1 menggunakan control negative dengan hanya memberikan air
hangat tidak menggunakan obat diuretic. Control negative merupakan control tanpa perlakuan
dalam hal ini yaitu tidak menggunakan obat furosemid dengan adanya control negative ini dapat
dihasilkan suatu baseline sehingga perubahan pada variabeltertentu / pada perlakuan dengan obat
furosemide dapat terlihat. Dalam hal ini dapat terlihat hewan dengan control positif
mengeluarkan urin lebih cepat dan lebih banyak dari pada hewan uji controlnegative.
Pada praktikum kali inipengujian yang dilakukan adalah dengan obat diuretic. Diuretik
adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin sehingga mempercepat
pengeluaran urin dari dalam tubuh. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi carianudem,
yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel
Kembali menjadi normal. Obat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah furosemid,
dengan control negative menggunakan aquadest. Obat furosemid yang digunakan dengan
bermacam-macam dosis sehingga dapat dilihat perbedaan efek dari setiap pemberiandosisnya.
Sebelum pemberian obat, tikus terlebih dahulu diberikan air hangat secara oral. Air hangat yang
diberikan melalui perhitungan yaitu 15 ml air dikali dengan berat badan tikus.

Menurut literatur, Furosemid merupakan obat diuretik yang bekerja pada bagian ansa
henleasenden dengan efek yang cepat dan volume urin yang banyak pula. Cara kerja obat
furosemid, karena furosemid adalah diuretik kuat yang digunakan untuk menghilangkan air dan
garam daritubuh. Pada ginjal, bahan bahan seperti garam,air dan molekul kecil lainnya yang
biasanya akan disaring keluar dari darah dan masuk kedalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan
yang disaring menjadi air seni. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah
diserap kedalam darah sebelum cairan disaring menjadi air kencing dan dihilangkan dari tubuh.
Furosemid bekerja menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air daricairan yang disaring
dalam tubulusginjal, menyebabkan peningkatan mendalam output urin. Dari hasil pengamatan
tersebut, menunjukkan bahwa Furosemid bekerja lebih lambat dan volume diuresisnya lebih
sedikit. Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap hewan uji ini, dengan hasil pengamatan
yang sesuai dengan literature. Kesalahan dalam laboratorium mungkin terjadi seperti kesalahan
dalam pemberian obat misalnya karena konsntrasi obat atau volume pemberian obat yang belum
cukup. Kesalahan lain pada prraktikum diantaranya, beberapa obat tidak menimbulkan efek yang
diinginkan pada hewan coba yaitu diuresis. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kesalahan
pada saat pembuatan sediaan obat sebelum diberikan kepada hewan coba, obat yang sudah tidak
layak pakai, atau kesalahan cara pemberian dan karena tikus sudah diperlakukansebelumnya.
VI. Kesimpulan
1. Efek utama dari obat efek diuretik ialah meningkatkan volume urin yang
diproduksi serta meningkatkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut danair
2. Volume urine yang dihasilkan oleh hewan akibat pemberian obat diuretik semakin
bertambah
3. Mekanisme kerja obat diuretic yaitu menghambat reabsorpsi elektrolit Na+ pada
bagian-bagian nefron yang berbeda, akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl-
memasuki urin dalam jumlah yang banyak dibandingkan bila dalam keadaan
normal bersama-sama air, yang mengangkkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik sehingga meningkatkan volumeurin

4. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhirespondiuretik:

a) tempat kerjadiuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang


reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan
dengandiuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natriumbanyak.

b) status fisiologidari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosishati,


gagalginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap
diuretik.

c) interaksiantaraobatdenganreseptor.

VII. Jawaban pertanyaan


1. Gambarkanlah sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat diuretika. Berikan
contoh obat masing-masingnya dengan mekanis mekerja yangberbeda?
2. Dengan memahami mekanisme kerja obat diuretika, kemukakan efeksamping yang dapat
muncul akibatpenggunaannya.
3. Bagaimana pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa penggunaan suatu
obat sudah membahayakan?
4. Untukpenyakitapa diuretic digunakansecaraklinis?jelaskan.
5. Sebutkanpenggolongandiuretikberdasarkanmekanismekerjanya.
6. Apa yang dimaksuddengan Renal Clearence? Bagaimnana cara menentukannya ? dan
kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil renal clearance?

Jawab:
1.Tubuli Proksimal : ulta filtrat mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorpsi
secara aktif untuk 70% antara ion Na dan air,begitu pula glukosa dan ureum,karena reabsorpsi
berlansung secara proporional,maka susunan filtrate tidak berubah dan tetap isotonis terhadap
plasma. Diuretik osmosis bekerja ditubulus proksimal dengan merintangi reabsorpsi air dan
natrium, Contoh:asetazolamid
2.Lengkung henle : dibagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi
direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan k+, tetapi tanpa air
,hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretik lengkunan bekerja terutama disini dengan
merintangi transport cl- begitu pula reabsorpsi Na+ , pengeluaran air dan k+ diperbanyak.
Contoh : furosemid (bagianasenden)
3.Tubuli distal : dibagian pertamanya Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrate
menjadi lebih cair dari lebih hipotonis. senyawa tiazida dan klortalidon bekerja ditempat ini
denganmemperbanyak

eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+
atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis Aldosteron
dan zat-zat penghemat kalium bekerja disini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+.
4.Saluran pengumpul : hormone antidiuretik ( ADH ) dan hipofisa bekerja disini dengan
mempengaruhi permiabilitas bagi air-air dari sel-sel saluran ini. Contoh : spironolakton.

2.Dengan memahami mekanisme kerja obat diuretika, kemukakan efek samping yang dapat
muncul akibatpenggunaannya.
a. Diuretik Osmosis, Efek samping : GGA,sakitkepala,mual,muntah
b. penghambat karbonik anhidrase, Efek samping :diorientasi mental pada CH
c. Benzotiadiazide, Efek samping : -Sekresi insulin << (respon dari glukosa darah meningkat),
Glikogenolisis meningkat, Glikogenesismenurun
d. Diuretik hemat kalium, Efek samping :hiperkalemia,ginekomastia

3.Bagaimana pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa penggunaan suatu
obat sudah membahayakan?
Pendekatan utama yang perlu disampaikan adalah memberikan informasi selengkap-
lengkapnya kepada pasien tentang obat tersebut. pasien wajib mengetahui indikasi, efek
samping dan cara penggunaan dari suatu obat yang dikonsumsi. sehingga ketika suatu pasien
merasakan suatu hal yang tidak sebagaimana mestinya, pasien dapat memeriksakan diri
kembali kepada dokter yang memberikan dia obat karena efek samping dari suatu obat dapat
menyebabkan komplikasi suatu penyakit.

4.Untuk penyakit apa diuretic digunakan secara klinis ?jelaskan.


a. Edemayangdisebabkanolehgagaljantung,penyakithatidan ganguan ginjal.
b. Non edema seperti, hipertensi, glukoma, dan mountainsickness.
Diuretik kuat: Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak danparu-
paru.
Diuretik hemat kalium : Daya diuretiknya agak lemah sehingga dikombinasikan dengan
diuretic lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Digunakan pada gagal jantungberat.
c. Golongan diuretik tiazid : Digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan
kelemahanjantung.
d. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrasi : Obat ini dapat digunakan sebagai
obat antiepilepsi.
e. Diuretik osmotic : Manitol dapat digunakan sebagai infuse untuk menurunkan tekanan
intraokuler padaglukoma.

5.Sebutkan penggolongan diuretik berdasarkan mekanismekerjanya.


a. Diuretikkuat
b. Diuretik hematkalium
c. Diuretik golonganthiazide
d. DiuretikOsmosis
e. Diuretik golongan penghambat enzim karbonikanhidrase

6.ApayangdimaksuddenganRenalClearence?bagaimnanacaramenentukannya
? dan kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil renal clearance ?
RenalClereanceadalahkemampuanginjalmembersihkan sejumlah volume darah dari
suatu bahan tertentu yang dikeluarkanurinedalamwaktu1menit.Dipengaruhioleh berat badan,
umur, kelamin, zat yang digunakan dalam
test,luaspermukaanubuh(setiap1,73m2)Misalnyacara pelaksanaan penentuan klirens kreatinin:

1.Tentukan volume urine penderita selama 24 jam, kemudian hitung volume produksi urine
per menit, dan hal ini disebut V (CC/menit)
2.Tentukan kadar kreatinin di dalam urine : U (MG%)
3.Tentukan kadar kreatinin di dalam plasma :P (mg%)
4.Tentukan tinggi badan, berat badan, danhitung luas permukaan tubuh dengan memakai
rumus dubois.
5.Klirens kreatinin dihitung berdasarkan rumus: K kreatinin = U X / P X 1,78/Lpt
Nilai normal klirens kreatinin pria : 72-141 ml/ menit, Wanita : 74-130 ml/ menit. Dari
pengukuran kliren keratin dapat
diketahui :
Mengetahui adanya kerusakan pada ginjal dan mengetahui derajat kerusakan pada ginjal
DAFTAR PUSTAKA

Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C., 1997, FarmakologiUlasanBergambarEdisiKedua,


PenerbitWidyaMedika : Jakarta, Hal. 230-231.
Neal, M.J., 2010 , Ata Glance FarmakologiMedis, PenerbitErlangga: Jakarta.

Katzung, Bertram G.1986. Farmakologi Dasar dan Klinik , SalembaMedika : Jakarta.


Tan Hoan, Tjay, Kirana Rahardja, 2007, Obat-obatPentingEdisi 6 , PT. Elemen. MediaKomputindo:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai