Pengertian Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine.
Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya
penambahan volume urine yang di produksi dan kedua menunjukan jumlah
pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Fungsi utama diuretic adalah untuk mobilisasi cairan udema, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstrasel kembali menjadi normal.
Pengaruh diuretik terhadap ekskresi zat terlarut penting artinya untuk
menentukan tempat kerja diuretic dan sekaligus untuk meramalkan akibat
penggunaan suatu diuretic. Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi 2
golongan besar, yaitu :
1. diuretik osmotic
2. penghambat mekanisme transport elektrolit di dalam tubuli ginjal
Obat yang dapat menghambat transport elektrolit di dalam tubuli ginjal adalah :
1. Penghambat karbonik anhidrase
2. Benzotiazid
3. Diuretik hemat kalium
4. Diuretic kuat
2. Penggolongan Diuretik
A. Diuretik osmotik
Istilah diuretik osmotic biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang
mudah dan cepat diekskresi pleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai
diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat:
1. Di filtrasi secara bebas oleh gromerolus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsopsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
Dengan sifat-sifat ini, maka diuretic osmotik dapat diberikan dalam jumlah
yang cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolaritas plasma filtrat
gromerulus dan cairan tubuli. Contoh golongan ini adalah manitol, urea,
gliserin, isosorbit.
1. Manitol
a. Indikasi : profilaksis gagal ginjal akut, menurunkan tekanan maupun
volume cairan intaokular, menurunkan tekanan atau volume cairan
serebrospinal, pengobatan sindrom disekulibrium pada hemodialisis.
b. Mekanisme kerja : Penghambat reabsorpsi natrium dan air melalui
daya osmotiknya.
c. Efek samping : pemberian larutan manitol hipertonis akan
meningkatkan osmolaritas cairan ekstrase sehingga dapat menambah
jumlah cairan ekstrase. hal ini berbahaya bagi pasien payah jantung.
Kadang-kadang manitol juga dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
d. Kontraindikasi : manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal
anuria atau pada keadaan oliguria yang tidak responsif dengan dosis
percobaan kongesti atau edema paru yang berat, dehidrasi hebat dan
pendarahan intracranial kecuali bila akan dilakukan kraniotomi. Infuse
manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan
fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.
e. Interaksi penggunaan manitol : interaksi dari penggunaan manitol
dapat terjadi akibat penggunaan pada waktu bersamaan dengan obat-
obatan tertentu seperti arsenic trioxide, lithium, cisplatin, digoxin,
noradrenaline, metaraminol, droperidol, sotalol, levomethadyl,
potassium chloride, sodium chloride, tetracycline, tobramicyn,
licorice, streptomycin sulphate. Selain itu manitol dapat berinteraksi
pada kondisi kesehatan tertentu seseorang seperti penyakit paru-paru,
batuk, infeksi saluran pernapasan.
f. Sediaan dan posologi : untuk infuse intrafena digunakan larutan
20%. Dosis dewasa berkisar antara 50-100 g (250-500 ml) dengan
kecepatan infuse 30-50 ml/jam. Untuk mengurangi edema otak
diberikan 0,25-2 g/kgBB selama 30-60 menit. Untuk edema dan esites
dan untuk mengatasi GGA pada keracunan digunakan dosis 500 ml
dalam 6 jam.
2. Urea
Suatu Kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalam air,
sediaan intravena mengandung urea sampai 30% dalam dextrose 5% (iso-
osmotik) sebab larutan urea murni dapat menimbulkan hemolisis. Pada
tindakan bedah saraf, urea diberikan intravena dengan dosis 1-1,5 g/kgBB.
Sebagai diuretic, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan manitol,
karena hampir 50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli ginjal.
3. Gliserin
Diberikan peroral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan tujuan
menurunkan tekanan intraokuler. Efek maksimal terlihat 1 jam sesudah
pemberian obat dan menghilang setelah 5 jam.
4. Isosorbid
Diberikan peroral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya
juga sama, hanya isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada
gliserin, tanpa menimbulkan hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3
g/kgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari.
3. Benzotiazide
Sintesis golongan ini merupakan hasil dari penelitian zat penghambat
enzim karbonik anhidrase. Prototype golongan benzotiazide ialah kortiazid,
yang merupakan obat tandingan pertama yang telah mendominasi diuretic
selama lebih dari 30 tahun.