Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi yang semakin modern ini, dunia telah banyak mengalami
perkemabangan. Di antaranya dalam dunia farmakologi. Obat-obatan telah diracik
sedemikian rupa hingga dapat memenuhi kebutuhan manusia dalam dunia kesehatan.
Berbagai macam obat telah beredar di perdagangan dengan berbagai macam merek dagang
baik dijual bebas maupun terbatas.
Pada makalah ini akan dibahas tentang konsep dasar dari obat diuretik. Mulai dari
definisi, macam, cara kerja, indikasi, dosis, beserta efek samping.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari obat diuretika?
2. Apa macam-macam dari obat diuretika?
3. Bagaimana cara kerja/khasiat obat diuretika?
4. Apa indikasi/kontraindikasi obat diuretika?
5. Bagaimana dosis yang digunakan obat diuretika?
6. Bagaimana efek samping dan cara mengatasi obat diuretika?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar obat diuretika
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diuretik
Diuretik berasal dari kata dioureikos yang berarti merangsang berkemih
atau merangsang pengeluaran urin (Dorland, 1996). Diuretika ialah obat yang dapat
menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama
menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua
menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air (Sunaryo, 1995).
Fungsi utama diuretika adalah untuk mobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi
normal.

B. Macam-Macam Obat Diuretik


Secara umum diuretik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu: (1) penghambat
mekanisme transpor elektrolit di dalam tubuli ginjal; (2) diuretik osmotik. Obat yang dapat
menghambat transpor elektrolit di tubuli ginjal ialah: (1) benzotiadiazid; (2) diuretik kuat; (3)
diuretik hemat kalium; (4) penghambat karbonik anhidrase. Xantin yang juga berefek diuretik
tidak dibahas karena kegunaannya sebagai diuretik telah terdesak oleh diuretik yang lebih
kuat.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Inhibitor Karbonik Anhidrase (Asetazolamid).
Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 + H2O H2CO3. Enzim
ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit
dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi
produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja
pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen
karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang
termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
Asetazolamid
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan karbonik
anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan pearubahan
terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.
Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan
terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh
tiazid.
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui saluran cerna,
kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna
dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direabsorpsi
secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam
sel yang banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Distribusi
penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada tidaknya enzim karbonik
anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke dalam sel.
Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.
2. Loop Diuretik (Furosemid, As Etakrinat, Torsemid, Bumetanid)
Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam
etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parenteral dengan hasil
yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antranilat masih
tergolong derivat sulfonamid. Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium,
klorida, dan kalium pada segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi
pembawa klorida. Obat ini termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan
untuk pengobatan hipertensi, edema, serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal.
Pengobatan bersamaan dengan kalium diperlukan selama menggunakan obat ini.
Farmakokinetik
Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-
beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat
terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi
cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira
2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh
dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N-asetil sistein.
Sebagian lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskresi dengan cara yang
sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi
dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit.
3. Tiazid (Klorotiazid, Hidroklorotiazid, Klortalidon)
Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik maksimal
yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid,
seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini
menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan
klorida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan
hipertensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Obat-obat
diuretik yang termsuk golongan ini adalah; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon,
dan indapamid.
Farmakodinamika
Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi natrium, klorida
dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan
reabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan
tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap
arteriol sehingga terjadi vasodilatasi.
Farmakokinetik :
Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak setelah 1
jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses
aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dalam 3-6
jam sudah diekskresi dari badan.
4. Hemat Kalium (Amilorid, Spironolakton, Triamteren)
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium
dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan
amilorid.
Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama
aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar
ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing
dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium
dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan
diuretik loop. Diuretik
yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus
pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok
saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan
diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis
hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
Farmakokinetik
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan
metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami
interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif.

Triamteren dan Amilorid


Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan eksresi
kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan.
Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli
distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga
lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti.
Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral.
Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral
diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.
5. Diuretik Osmotik (Manitol, Urea)
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan
cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah; manitol, urea, gliserin dan
isosorbid. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat :
1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus
2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal
3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert
4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik.
Diuresis osmotik merupakan zat yang secara farmakologis lembam, seperti manitol
(satu gula). Diuresis osmotik diberikan secara intravena untuk menurunkan edema serebri
atau peningkatan tekanan intraoukular pada glaukoma serta menimbulkan diuresis setelah
overdosis obat. Diuresis terjadi melalui tarikan osmotik akibat gula yang lembam (yang
difiltrasi oleh ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi gula tersebut terjadi.
Manitol
Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol tidak mengalami
metabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi tubuli bahkan praktis
dianggap tidak direabsorpsi. Manitol harus diberikan secara IV.
C. Cara Kerja/Khasiat Obat Diuretik
1. Inhibitor Karbonik Anhidrase
Tempat kerja utama di Tubuli Proksimal. Dengan cara kerja penghambatan terhadap
reabsorsi HCO3-, H+, dan Na+
2. Loop Diuretik
Tempat kerja utama Ansa Henle pada bagian dengan epitel tebal. Cara kerja loop
diuretik, yaitu penghambatan terhadap kontraspor Na+/K+/Cl-
3. Tiazid
Tempat kerja utama Hulu Tubuli Distal. Sedangkan cara kerja penghambatan terhadap
reabsorsi Natrium Klorida
4. Diuretik Hemat Kalium
Tempat kerja utama di Hilir Tubuli Distal dan Duktus Koligentas daerah korteks. Cara
kerjanya penghambatan antiport Na+/K+ (reabsorsi natrium dan sekresi kalium) dengan jalan
antagonisme kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triemteren dan amilorid)
5. Diuretik Osmotik
1. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air melalui daya osmotiknya.
2. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
3. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang
tinggi, atau adanya faktor lain.
D. Indikasi/Kontra Indikasi
1. Inhibitor Karbonik Anhidrase
a. Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi
mental pada penderita sirosis hepatis.
b. Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi
c. renal mirip reaksi sulfonamid.
d. Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada hewan percobaan
e. obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.
Indikasi
a. Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit glaukoma.
b. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness.
c. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi
d. urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.
2. Loop Diuretik
Indikasi
a. Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran cerna
b. yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat
c. gangguan jantung, hati atau ginjal.
3. Tiazid
a. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan
sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada penderita
yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yang
memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis.
b. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai obat tunggal
atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain.
c. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiuria pada
penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih.
4. Diuretik Hemat Kalium
Indikasi
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem
yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengurangi
ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis.
Triamteren dan Amilorid
Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat
bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid.
5. Diuretik Osmotik
Kontraindikasi
Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem
paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilakukan
kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan fungsi
ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.

E. Dosis yang Digunakan


Tabel Dosis Tipikal Agen-Agen Diuretik Loop
Obat Dosis Oral Harian Total1
Bumetanid 0.5-2 mg
Asam etakrinat 50-200 mg
Furosemid 20-80 mg
Torsemid 5-20 mg
1
sebagai dosis tunggal atau terbagi dalam dua dosis

Tabel Dosis Tiazid Dan Diuretik Terkait3


Obat Total Dosis Oral Frekuensi
Harian Pemberian
Bendroflumetiazid 2.5-10 mg Dosis tunggal
Klorotiazid 0.5-2 mg Dua dosis terbagi
Klortalidon1 25-50 mg Dosis tunggal
Hidroklorotiazid 25-100 mg Dosis tunggal
Hidroflumetiazid 12.5-50 mg Dua dosis terbagi
Indapamid 2.5-10 mg Dosis tunggal
Metilklotiazid 2.5-10 mg Dosis tunggal
Metolazon1 2.5-10 mg Dosis tunggal
Politiazid 1-4 mg Dosis tunggal
1
Quinethazon 25-100 mg Dosis tunggal
Triklormethiazid 1-4 mg Dosis tunggal
1
bukan suatu tiazid tapi sulfonamida yang secara kualitatif serupa dengan tiazid

Tabel Dosis Diuretik Hemat Kalium Dan Preparat Kombinasi3


Nama Dagang Diuretik Hemat Kalium Hidroklorotiazid
Aldactazid Spironolakton 25 mg 50 mg
Aldacton Spironolakton 25, 50, atau 100 mg ---
Dyazid Triamteren 37.5 mg 25 mg
Dyrenium Triamteren 50 atau 100 mg ---
1
Inspra Eplerenon 25, 50, atau 100 mg ---
Maxzid Triamteren 75 mg 50 mg
Maxzide-25 mg Triamteren 37.5 mg 25 mg
Midamor Amilorid 5 mg ---
Moduretic Amilorid 5 mg 50 mg
1
eplerenon saat ini disetujui penggunaannya hanya untuk hipertensi

Tabel Dosis Diuretik Inhibitor Karbonik Anhidrase Yang Digunakan Per Oral Dalam
Terapi Glaukoma3
Obat Dosis Oral Normal
Acetazolamide 250 mg 1-4 kali sehari
Diklorfenamide 50 mg 1-3 kali sehari
Methazolamide 50-100 mg 2-3 kali sehari

F. Efek Samping Dan Cara Mengatasinya


1. Inhibitor Karbonik Anhidrase
Asetalozamid
a. Asidosis metabolik hiperkloremik
b. Batu ginjal
c. Pembuangan kalium ginjal
d. Rasa mengantuk, paresthesia, toksisitas sistem saraf, dan reaksi hipersensitivitas
e. Depresi sum-sum tulang
f. Toksisitas pada kulit
2. Loop Diuretik
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran
cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat
gangguan jantung, hati atau ginjal.
a. Alkalosis metabolik hipokalemik
b. Ototoksisitas
c. Hiperurisemia
d. Hipomagnesemia
e. Reaksi alergik dan reaksi lainnya
3. Tizaid
a. Gangguan toleransi karbohidrat
b. Hiperlipidemia
c. Hiponatremia
d. Reaksi alergi
e. Rasa lemah, letih, paresthesia, dan impotensi
f. Hipertensi
g. Gagal jantung ringan
h. Edema resisten parah
i. Diabetes insipidus nefrogenik
4. Diuretik Hemat Kalium
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila
obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik
ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita
dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel
diantranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna.
a. Hiperkalemia
b. Asidosis metabolik hiperkloremia
c. Ginekomastia
d. Gagal ginjal akut
e. Batu ginjal
5. Diuretik Osmotik
Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif.
a. Ekspansi cairan ekstrasel
b. Dehidrasi, hiperkalemia, dan hipernatremia
c. Sakit kepala, mual, dan muntah
d. Edema paru (pada pasien gagal jantung dan kongesti paru)

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Diuretik merupakan obat yang berfungsi untuk meningkatkan volume urin dan ekskresi
dari Na+ dan elektrolit lainnya. Diuretik dibagi menjadi 2 jenis menurut mekanisme kerjanya
yaitu secara langsung pada sel nefron ginjal (diuretik loop, tiazid, antagonis aldosteron/
diuretik hemat kalium, dan inhibitor karbonik anhidrase) dan tidak langsung melalui
perubahan pada komposisi filtrat (diuretik osmotik). Efek samping penggunaan diuretik
bermacam-macam, dan yang paling sering adalah gangguan keseimbangan elektrolit pada
tubuh.
MAKALAH
DIURETIK
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FARMAKOLOGI
Dosen : Elit Ramayanti, S.Farm.,Apt

Disusun oleh:

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA
KENCANA
KOTA TASIKMALAYA
2012

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penyusun haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
jualah penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
DIURETIK guna memenuhi tugas mata kuliah FARMAKOLOGI.
Penyusun sangat menyadari, bahawa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
maupun kesalahan, untuk itu kepada para pembaca yang budiman harap memaklumi adanya
mengingat keberadaan penyusunlah yang masih banyak kekurangannya. Dalam kesempatan
ini pula penyusun mengharapakan kesediaan pembaca untuk memberikan saran yang bersifat
perbaikan, yang dapat menyempurakan isi makalah ini dan dapat bermanfaat dimasa yang
akan datang.
Ucapan terimakasih sangat perlu penyusun haturkan kepada dosen mata kuliah
Framakologi, sekaligus sebagai pembimbing dalam pembuatan makalah ini, semoga atas atas
kebesaran hati dan kebaikan beliau mendapat rahmat dari Allah SWT. Amin
Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa wawasan, khususnya bagi penyusun
dan umumnya bagi para pembaca yang budiman.

Tasikmalaya, Oktober 2012

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine disebut diuretic.
Obat-obat ini merupakan penghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na + pada
bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya, Na+ dan ion lain Cl- memasuki urine dalam
jumlah banyak dibandingkan dengan keadaan normal bersama-sama air, yang mengangkut
secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan osmotic. Jadi, diuretik meningkatkan
volume urine dan sering mengubah pH-nya serta komposisi ion dan didala urine dan darah.
Pemakaian diuretik sebagai terapi edema telah dimulai sejak abad ke-16 HgCl2
diperkenalkan oleh Paracelcus sebagai diuretic. 1930 Swartz menemukan bahwa
sulfanilamide sebagai antimicrobial dapat juga digunakan untuk mengobati edema pada
pasien payah jantung, yaitu dengan meningkatkan ekskresi dari Na+. Diuretik modern
semakin berkembangsejak ditemukannya efek samping dari obat-obat anti mikroba yang
mengakibatkan perubahan komposisi dan output urine. Terkecuali spironolakton, diuretic
kebanyakan berkembang secara empiris tanpa mengetahui mekanisme system transport
spesifik di nephron. Diuretic adalah obat yang terbanyak diresepkan di USA, cukup efektif,
namun memiliki efek samping yang banyak pula.
Diuretik dapat dibagai menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. Diuretik golongan tiazid
4. Diuretik hemat kalium
5. Diuretik kuat
6. Xantin

BAB II
PEMBAHASAN

Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang
diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut
dan air. Fungsi utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali
menjadi normal.
Fungsi utama diuretic adalah untuk memobalisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi
normal.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan :
1. Diuretik Osmotik
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi
4 syarat: 1) difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, 2) tidak atau hanya sedikit direabsorpsi
sel tubuli ginjal, 3) secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan 4) umumnya resisten
terhadap perubahan-perubahan metabolik. Contoh golongan obat ini adalah : Manitol, Urea,
Gliserin, Isosorbid.
Diuretik osmtik terutama bermanfaat pada pasien oligura akut akibat syok hivovolemik yang
tealh dikoreksi, reaksi transfuse atau sebab lain yang menimbulkan nekrosis tubuli, karena
dalam keadaan ini obat yang kerjanya mempengaruhi fungsi tubuli tidak aktif.
Yang termasuk golongan ini adalah :
A. Manitol
Manitol merupakan obat yang sering digunakan diantara obat lain, karena manitol tidak
mengalami metabolisme dalam badan dan hanay sedikit sekali di reabsorpsi
Manitol digunakan misalnya untuk mencegah gagal ginjal akut atau untuk mengatasi oliguria,
dosis manitol total yang diberikan untuk dewasa 50-100gr, untuk menurunkan tekanan
intracranial yang meninggi, menurunkan tekanan intraokuler pada serangan akut glaucoma
kongestiv atau sebelum operasi mata, digunakan manitol 1,5 2 g/kg BB sebagai larutan 15-
20%, yang diberikan melalui infuse selama 30-60 menit.
Manitol dikontrainsikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau udem paru
yang berat, dehidrasi hebat dan pendarahan intracranial kecuali bila akan dilaukan
kraniotonomi. Infuse monitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gangguan
fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru.
B. Urea
Merupakan suatu Kristal putih dengan rasa agak pahit dan mudah larut dalam air. Sediaan
intravena mengandug urea sampai 30% dalam dekstrose 5% (iso-osmotik) sebab urea murni
dapat menimbulkan hemolisis. Pada tindakan bedah syaraf, urea diberikan intravena dengan
dosis 1-1,5g/KgBB. Sebagai diuretic, urea potensinya lebih lemah dibandingkan dengan
monitol, karena 50% senyawa urea ini akan direabsorpsi oleh tubuli ginjal
C. Gliserin
Diberikan peroral sebelum suatu tindakan optalmologi dengan tujuan menurunkan tekanan
intraokuler. Efek maksimal terlihat satu jam sesudah pemberian obat dan menghilang sesudah
5 jam.
Dosis untuk orang dewasa yaitu 1-1,5g/KgBB dalam larutan 50 atau 75%. Gliserin ini cepat
dimetabolisme, sehingga efek diuresisnya relative kecil.
D. Isosorbid
Diberikan secara oral untuk indikasi yang sama dengan gliserin. Efeknya juga sama, hanaya
isosorbid menimbulkan diuresis yang lebih besar daripada fliserin, tanpa menimbulkan
hiperglikemia. Dosis berkisar antara 1-3g/KgBB, dan dapat diberikan 2-4 kali sehari

2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase


Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat didalam sel korteks renalis,pancreas, mukosa
lambung, mata, eritrosit dan SSP tetapi tidak terdapat dalam plasma.
Yang termasuk kedalam golongan ini adalah asetazolamid.
Mekanisme Kerja :
Asetazolamid menghambat karbonik anhidrase yang terletak didalam sel dan membrane
tubulus proksimal. Karbonik anhidrase mengkatalisis reaksi CO2 dan H2O menjadi H+ dan
HCO3 (bikarbonat). Penurunan kemampuan untuk menukar NA+ untuk H+ dengan adanya
asetazolamid menyebabkan diuresis ringan. Selain itu, HCO3 dipertahankan dalam lumen
yang ditandai dengan penigkatan PH urine. Hilangnya HCO3 menyebabkan asidosis
metabolism hiperkloremik dan penurunan kemampuan diuresis setelah beberapa hari
pengobatan.
Penggunaan dalam Terapi
a. Pengobatan Glaukoma: penggunaan klinik asetazolamid yang paling umum adalah untuk
menurukan kenaikan tekanan dalam bola mata glukoma sudut terbuka. Aetazolamid
menurunkan produksi aqueous humor, ungkin dengan menghambat karbonik anhidrase pada
corvus siliaris mata. Obat ini berguna untuk pengobatan kronis glaucoma tetapi tidak
digunakan untuk serangan akut.
b. Epilepsi : asetazolamid kadang-kadang digunakan pada pengobatan epilepsy baik yang grand
mal maupun petit mal. Obat ini mengurangi berat dan tingkat serangan kejang. Asetazolamid
sering digunakan secara kronis bersam-sama dengan obat-obat antiepilepsi untuk
meningkatkan kerja obat-obat.
c. Mountain Sickness : sedikit asetazolamid dapata digunakan untuk pencegahan mountain
sickness akut.
Farmakokinetik
Asetazolamid diberikan peroral setiap hari.
Efek Samping
Asedosis metabolic ( ringan), penurunan kalium, pembentukan batu ginjal, mengantuk, dan
parestasia mungkin akan terjadi.

3. Diuretik Golongan tiazid


Tiazid merupakan obat diuretik yang paling banayak digunakan. Obat-obat ini merupakan
derifat sulfonamide dan setrukturnya berhubungan dengan penghambat karbonik anhidrase.
Tiazid memiliki aktivitas diuretic lebih besar daripada asotazolamid, da obat-obat ini bekerja
di ginjal dengan mekanisme yang berbeda-beda. Semua tiazid mempengaruhi tubulus distal,
dan semuanya memiliki efek diuretic maksimum yang sama, berbeda hanya dalam potensi,
dinyatakan dalam per milligram basa.
Adapun yang termasuk kedalam golongan tiazid diantaranya :
A. Klorotiazid
Klorotiazid merupakan golongan tiazid modern pertama yang aktif peroral dan mampu
mempengaruhi edema berat yang disebabkan oleh sirosis hati dan gagal jantung kongestif
dengan efek samping yang minimum. Sifat-sifatnya memiliki kelompok tiazid walaupun
derifat yang lebih baru seperti hidroklotiazid atau klortalidon yang sekarang lebih sering
digunakan.
Penggunanan dalam terapi :
a. Hipertensi : Secara klinis, tiazid telah lama digunakan sebagai obat pertama dalam
pengobatan hipertensi karena tidak mahal, mudah diberikan, dan ditoleransi dengan baik oleh
tubuh. Obat-obat ini efektif menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic untuk jangka
waktu yang lama pada kebanyakan pasien dengan hipertensi esensial ringan dan sedang.
b. Gagal Jantung Kongestif : tiazid dapat menjadi diuretic pilihan utama dalam penurunan
volume cairan ekstraselular pada gagal jantung ringan ampai sedang.
c. Hiperklasiuria : Tiazid dapat berguna dalam mengobati hiperklasiuria idiopatik karena
penghambatan ekskresi Ca++ urine. Hal ini terutama berguna untuk pasien dengan batu
kalsium oksalat didalam salura kemih.
d. Diabetes Insipidus : Tiazid meiliki kemampuan yang unik untuk membentuk urine yang
hiperosmolar. Tiazid dapat menggantikan hormone antidiuretik untuk mengobati diabetes
insipidus nefrogenik. Volume urine pada pasien seperti ini dapat turun dari 11 liter/hari
menjadi sekiter 3liter/hari b ila diobati dengan obat ini.
Farmakokinetik :
Obat-obatan ini efektif peroral. Kebanyakan tiazid, memerlukan waktu 1-3 minggu untuk
mencapai penurunan tekanan darah yang stabil, dan obat ini menunjukan waktu paruh
biologis yang panjang (40 jam). Seua tiazid disekresi oleh system sekresi asam organic gijal.
Efek Samping:
Kehilangan kalium, Hiperurisemia, Pengurangan volume, hiperkalsemia, hiperglikemia,
hipersensitifitas.
B. Hidroklorotiazid
Hidroklorotiazid adalah direvat tiazd yang telah terbukti lebih popular dibandingkan obat
induk. Hal ini karena kemampuannya untuk menghambat karbonik anhidrase kurang
dibandingkan klorotiazid. Obat ini juga lebih kuat, sehinga dosis yang diperlukan kurang
dibandingkan klorotiazid. Selain itu, efektivitas sama dengan obat induknya.
C. Klortalidon
Klortalidon adalah merupakan suatu derivat tiazid yang bersifat seperti hidroklorotiazid.
Memiliki ,asa kerja yang panjang dank arena itu sering digunakan untuk mengobati
hipertensi. Diberikan sekali sehari untuk indikasi ini.
D. Analog Tiazid
1) Metolazon : lebih kuat dari tiazid dan tidak seperti tiazid, obat ini menyebabkan Na+ pada
gagal ginjal lanjut.
2) Indapamid : larut dalam lipid, merupakan diuretic bukan gologan tiazid yang memiliki
masa kerja panjang. Pada dosis rendah, obat ini memperlihatkan efek anti hipertensi yang
bermakna dengan efek diuretic yang minimal. Indapamid sering digunakan pada gagal ginjal
yang lanjut untuk merangsang diuresis tambahan diatas duresis yang telah dicapai oleh
diuretic kuat. Indapamid di metabolism dan diekresi oleh saluran pencernaan dan ginjal, oleh
karena itu sedikit kemungkinan untuk terakumulasi dengan pasien dengan gagal ginjal dan
mungkin berguna untuk pengobatan.

4. Diuretik Hemat Kalium


Obat-obat ini bekerja di tubulus renalis rektus utuk menghambat reabsorpsi Na +, sekresi K+
dan H+. diuretic hemat kalium digunakan terutama vila aldosteron berlebihan. Penggunaan
utama obat-obatan hemat kalium ialah untuk pengobatan hipertensi, paling sering dalam
kombinasi dengan tiazid. Pasien yang diobati dengan diuretic hemat kalium dipantau kadar
kaliumnya. Pemberian kalium tambahan biasanya
Yang termasuk diuretic hemat kalium, dintaranya :
A. Spironolakton
Spirinolakton merupakan antagonis aldosteron yang bersaing dengan aldosteron untuk
mencapai reseptor sitoplasma intraselullar.
Digunakan dalam terapi :
a. Diuretik : meskipun spirinolakton memiliki efektifitas yang rendah dalam memobilisasi Na +
dari tubuh dibandingkan dengan obat-obat lain, namun obat ini memiliki sifat yang berguna
dalam menyebabkan retensi K+.
b. Hiperaldosteronisme sekunder : merupakan satu-satunya diuretic hemat kalium yang
digunakan tunggal secara rutin untuk menimbulkan efek negative bersih keseimbangan
garam. Obat ini terutama efektif dalam keadaan klinik yang disertai hiperaldosteronisme
sekunder.
Farmakokinetik
Spirnolakton diabsorpsi sempurna peroral dan terikat erat pada protein.
Efek Samping
Hiperkalemia, mual, alergi, dan kebingungan mental.
B. Triamteren dan amilorid
Merupakan penghambat saluran transport Na+ menyebabkan penurunan pertukaran Na+ - K+,
obat-obatan ini memiliki efek diuretic hemat kalium sama dengan spironolakton. Namun,
kemampuan obat ini untuk menghambat tempat pertukaran K+ -Na+ di tubulus renalis rektus
tidak tergantung pada kehadiran aldosteron jadi obat ini memiliki aktifitas diuretic walaupun
pada individu pada penyakit adison.

Efek Samping
Kejang pada kaki dan kemungkinan meningkatkan nitrogen darah serta asam urat dan retensi
K+.

5. Diuretik Kuat
Diuretik mencakup sekelompok diuretic yang efeknya sangat kuat dibandingkan dengan
diuretic lain. Tempat kerja utamanya dibagian epitel tebal ansa henle bagian asenden, karena
itu kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics, Yang termasuk golongan ini adalah
bumetanid, furosemid, torsemid dan asam etakrina.
Penggunaan terapi
Merupakan obat pilihan utama untuk menurunkan edema paru-paru akut pada gagal jantung
kongestiv karena cara kerja cepat, maka obat ini berguna untuk situasi darurat seperti edema
paru-paru akut yang memerlukan diuresis yang cepat.
Farmakokinetik
Diberikan peroral atau parenteral, masa kerja relative singkat 1-4 jam.
Efek samping
Ototoksisitas,hiperurisemia,hipopolemia akut, kekurangan kalium.

6. Xantin
Xantin mempunyai efek diuresis. Efek stimulasinya pada jantung, menimbulkan dugaan
bahwa diuresis sebagian disebabkan oleh peningkatannya aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus. Namun, semua derivate xantin ini berefek langsung pada tubuli ginjal yaitu
menyebabkan peningkatan ekskresi Na+ dan Cl- tanpa disertai perubahan yang nyata pada
pengasaman urine. Efek diuresis ini hanya edikit dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa,
tetapi mengalami potensiasi bila diberikan bersama penghambat karbonik anhidrase.
Diantara kelompok xantin, teofilin memperlihatkan efek diuresis yang paling kuat. Xatin
sangat jarang digunakan sebagai diuretic utama, namun bila digunakan untuk tujuan lain
terutama sebagai bronkodilator adanya efek diuresis harus tetap diingat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. Istilah diuresis
mempunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan urine yang diproduksi
dan yang kedua menunjukkkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air.
Fungsi utama diuretic ialah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah
keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volue cairan ekstrasel kembali menjadi
normal.
Diuretik dapat dibagai menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. Diuretik golongan tiazid
4. Diuretik hemat kalium
5. Diuretik kuat
6. Xantin

Anda mungkin juga menyukai