Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PARACETAMOL

Disusun oleh :
NAMA : ENDAH RETNO SULISTYOWATI
NIM : P1337424421035

PROGRAM STUDI
ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN
PROFESI BIDAN POLTEKKES SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat beserta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Tujuan kami membuat makalah ini sebagai tambahan referensi bagi para
mahasiswa yang membutuhkan ilmu tentang obat paracetamol.

Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah


Farmakologi yang telah membimbing dan memberikan tugas makalah ini. Kami
menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini karena kesalahan adalah milik semua orang dan kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran.

Kebumen, 01 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2

1.3 Tujuan …………………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paracetamol ………………………………………………… 3

2.2 Deskripsi ……………………………………………………………….. 6

2.3 Tentang Paracetamol …………………………………………………… 7

2.4 Obat Paracetamol ………………………………………………………. 7

2.5 Indikasi Paracetamol …………………………………………………… 8

2.6 Dosis Paracetamol ……………………………………………………… 10

2.7 Mekanisme Kerja ……………………………………………………… 13

2.8 Indikasi dan Kontraindikasi …………………………………………… 14

2.9 Toksisitas ……………………………………………..………………… 16

2.10 Macam-macam obat Analgetik Non Narkotik ………………………….. 19

2.13 Efek Racun dan Akibat pada pasien anak ………………………………. 20


BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. 22

3.2 Saran …………………………………………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 24


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman sekarang ini semakin tidak menentunya cuaca atau iklim di Negara
Indonesia maupun di Negara-negara lain merupakan akibat dari tingkah laku dan
perbuatan manusia. Mulai dari penebangan hutan yang merajalela sampai pola hidup
yang tidak baik. Seiring dengan musim yang berjalan dengan tidak menentu sehingga
menyebabkan seseorang mudah sakit. Di era sekarang obat-obatan banyak dijual
bebas di apotek dan toko obat, sehingga banyak dari kita sering menggunakan obat-
obatan tanpa pengawasan dokter. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan
atau petunjuk dokter sangat berbahaya bagi tubuh akibat atau efeknya bisa langsung
kelihatan dan bahkan mungkin baru beberapa tahun kedepan.

Setiap orang tentunya pernah merasakan rasa nyeri. Mulai dari nyeri ringan
seperti sakit kepala, nyeri punggung, nyeri haid, reumatik dan lain-lain seperti nyeri
yang berat. Obat nyeri itu dinamakan obat analgesik. Analgesik yang sering
digunakan salah satunya adalah paracetamol. Selain sebagai analgesik, paracetamol
juga dapat digunakan untuk obat antipirek (demam). Paracetamol banyak digunakan
karena disamping harganya mura, paracetamol adalah anti nyeri yang aman untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri).

Paracetamol adalah golongan obat analgesik non apioid yang dijual secara
bebas. Indikasi paracetamol adalah untuk sakit kepala,nyeri otot sementara, sakit
menjelang menstruasi, dan diindikasikan juga untuk demam. Paracetamol itu aman
terhadap lambung juga merupakan analgesik pilihan untuk ibu hamil maupun
menyusui. Tapi bukan berarti paracetamol tidak mempunyai efek samping. Efek
samping paracetamol berdampak pada liver atau hati. Paracetamol bersifat toksik di
hati jika digunakan dalam dosis besar.
Paracetamol (Asetaminofen) merupakan senyawa organik yang banyak
digunakan dalam obat sakit kepala karena bersifat analgesik(menghilangkan sakit),
sengal-sengal, sakit ringan, dan demam. Paracetamol juga digunakan dalam sebagian
besar resep obat analgesik salesma dan flu. Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang
paracetamol, kita akan membahas mengenai apa pengertian paracetamol, apa saja
kegunaan atau manfaat dari paracetamol serta dampak atau efek samping
paracetamol yang tidak sesuai dengan dosis.

1.2 Rumusan Masalah 

1. Apa yang dimaksud dengan paracetamol ?

2. Apa kegunaan paracetamol di bidang kesehatan ?

3. Apa dampak atau efek samping paracetamol ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui yang di maksud dengan paracetamol.

2. Mengetahui kegunaan paracetamol di bidang kesehatan.

3. Mengetahui dampak atau efek samping paracetamol.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paracetamol

            Sebelum penemuan asetaminofen atau paracetamol, zaman dahulu kulit


sinkona digunakan sebagai agen antipiretik, selain digunakan untuk menghasilakn
obat antimalaria, kina. Karena pohon sinkona semakin berkurang pada 1880-an,
sumber alternatif mulai dicari. Terdapat dua agen antupiretik yang dibuat pada 1880-
an, asetanilida pada 1886 dan fenasetin pada 1887. Pada masa ini, paracetamol pada
masa ini telah disintesis oleh Hormon Northrop Morse melalui pengurangan p-
nitrofenol bersama timahdalam asam asetat gletser. Walaupun proses ini telah di
jumpai tahun 1873, paracetamol tidak digunakan dalam bidang pengobatan hingga
dua decade setelahnya. Pada 1893, paracetamol telah di temui di dalam air kencing
seseorang yang mengambil fanasetin, yang memekat kepada hablur camouran
berwarna putih dan berasa pahit.

            Pada tahun 1899, paracetamol dijumpai sebagai metabolit asetanilida. Namun
penemuan ini tidak dipedulikan pada saat itu. Pada 1946, Lembaga Studi Analgesik
dan Obat-obatan Sedatif telah memberi bantuan kepada Dapartemen Kesehatan New
York untuk mengkaji masalah yang berkaitan dengan agen analgesik. Bernard dan
Julius Axelord telah ditugaskan untuk mengkaji mengapa agen bukan aspirin
dikaitkan dengan adanya methemoglobinemia, sejenis keadaan darah tidak
berbahaya. Di dalam tulisan mereka pada 1948, Brodie dan Axelord mengaitkan
penggunaan asetanilida dengan methemoglobinemia dan mendapati pengaruh
analgesik asetanilida adalah disebabkan metabolit paracetamol aktif. Mereka
membela pnggunaan paracetamol karena memandang bahan kimia ini tidak
menghasilakn racun asetanilida.

            Obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) adalah sekelompok besar obat yang
memiliki sifat anti-inflamasi, antipiretik, dan analgesik dengan derajat yang
bervariasi. Obat golongan ini menghambat 2 enzim siklo-okigenase (COX-1 dan
COX-2) yang diperlukan untuk sintesis prostaglandin (yang meningkatkan inflamasi
dan menyebabkan nyeri). OAINS dapat diklasifikasikan berdasarkan kekuatannya.
Paracetamol termasuk dalam OAINS lemah. Paracetamol ini analgesik yang lebih
lemah dari pada aspirin, dan tidak mempunyai efek anti-inflamasi. Obat ini tidak
mengiritasi lambung dan dapat diberikan secara aman pada pasien dengan riwayat
dyspepsia atau tukak lambung. Sediaan alixir paracetamol untuk anak-anak lebih
disukai dari pada aspirin.

            Paracetamol juga dikenal dengan asetaminofen. Obat ini memiliki khasiat
yang sama seperti aspirin tetapi lebih aman bagi lambung. Analgesik Asetaminofen
(derivate-para-fenol) adalah obat tanpa resep yang popular yang di pakai oleh bayi,
anak-anak, dewasa, orang lanjut usia untuk nyeri, rasa tidak enak dan demam.
Hampir smua obat sakit kepala atau demam yang berda di pasaran menggunakan zat
aktif paracetamol ini. Penggunaan paracetamol yang berlebihan dapat menimbulakn
gangguan pada ginjal dan hati. Kata asetaminofen dan paracetamol berasal dari
singkatan nama kimia bahan tersebut. Versi Amerika yaitu N-asetil-para-aminofenol
Asetaminofen dan versi Inggris yaitu para-asetil-amino-fenol Paracetamol.

            Paracetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara
bebas. Indikasi paracetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit
menjelang menstruasi, dan indikasi juga untuk demam. Paracetamol itu aman
terhadap lambung juga merupakan analgesik pilihan untuk ibu hamil maupun
menyusui. Tapi bukan berarti paracetamol bersifat toksik di hati jika digunakan
dalam dosis besar.

            Asetaminofen atau paracetamol memiliki efek antipiretik dan nonnarkotik


yang hampir sama dengan aspirin. Asetaminofen atau paracetamol tidak
menghambat agregasi trombosit juga tidak menyebabkan distress atau pendarahan
lambung. Ia hanya mempunyai respons inflamasi yang lemah. Asetaminofen
diabsorpsi oleh saluran gastrointestinal dan dimetabolisme dalam hati untuk
mngektifkan zat-zat metabolisme dalam hati. Waktu puncak bagi asetaminofen
terjadi dalam 2 jam dan waktu paruhnya 3 jam.
            Paracetamol (Panadol, Tylenol) adalah obat anti nyeri dan antidemam paling
banyak digunakan karena pada takaran biasa bersifat aman, tanpa memberikan efek
samping, juga aman bagi anak kecil dan wanita hamil apabila dimakan dalam waktu
singkat. Daya kerja paracetamol hampir sama kuatnya dengan setosal dan lama
kerjanya cenderung lebih singkat.

            Paracetamol merupakan senyawa kimia organic yang banyak digunakan


dalam obat sakit kepala karena bersifat analgesik (menghilangkan sakit).
Paracetamol atau 4-hidroksiasetanilida dengan rumus molekul dan bobot molekul
152.16.

            Paracetamol adalah drivat p-amifenol yang mempunyai sifat


antipiretik/analgesik. Paracetamol utamnya digunakan untuk menurunkan panas
badan yang disebabkan karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu,
paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas
ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati,
overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.

            Obat yang mempunyai nama generic acetaminophen ini dijual  dipasaran
dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah sanmol, panol, fasidol,
panadol, itramol dan lain sebagainya.

            Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya


di duga berdasarkan efek sentral. Paracetamol memiliki sebuah cincin benzene,
tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada pisis
para (1,4). Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asam fenol yang dinitritasikan
menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Paracetamol dapat pula terbentuk
apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.

            Paracetamol termasuk dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti
pegel linu, dan anti inflamatorry. Inflammation adalah kondisi pada darah pasa saat
luka pada bagian tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada
darah putih (leukosit). Contoh pada bagian luar tubuh jika terluka hingga timbul
nanah itu tandanya leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah
iritasi kulit.

            Sifat antiinflammasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai


antirematik. Pada penggunaan per oral paracetamol diserap dengan cepat melalui
saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam 30 menit sampai 60
menit setelah pemberian. Paracetamol dieksresikan melalui ginjal, kurang dari 5%
tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

            Karena paracetamol memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang) rendah,


sehingga tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek kardiorenal yang
tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada semua golongan usia.

2.2 Deskripsi

            Rumus molekul C8H9NO2 : berat molekul 151,16 g/mol

Berat jenis : 1.293 (air=1) Titik lebur : 169-170 oC Titik didih >500oC
Oktanol/koefisien partisi air (P) long P 0,49. Penampilan Kristal berwarna atau
bubuk Kristal putih. Sangat sedikit larut dalam air dingin, cukup larut dalam air
panas.

            Sifat zat berkhasiat menurut Dirjen POM. (1995), sifat-sifat paracetamol
adalah sebagai berikut :

 Sinonim Hidroksiasetanilida               : 4-

 Berat molekul                                      : 151.16

 Rumus empiris                                    : C8H9NO2

Sifat fisika dan  kimia paracetamol :

 Sinonim asetaminofen                         : Paracetamolum

 Nama kimia hidroksiasetanilida          : 4-

 Rumus molekul                                   : C8H9NO2


 Rumus bangun                                    : HO NHCOCH3

 Kandungan                                         : tidak kurang dari 98,0 % dan tidal


lebih dari 101,0 % C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.

 Pemerian                                             : serbuk hablur putih, tidak berbau,


rasa sedikit pahit.

 Kelarutan                                            : larut dalam air mendidih dan


dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.

 Jarak lebur                                           : Antara 168o dan 172o

2.3 Tentang Paracetamol

            Golongan analgesik, kategori obat bebas manfaatnya dapat meredakan rasa


sakit dan demam dikonsumsi oleh dewasa dan anak-anak. Nama lainnya adalah
Acetaminophen bentuk obatnya tablet, kapsul, obat larut, cairan yang diminum,
supositoria, suntik dan infus. Paracetamol adalah jenis obat yang umum dan bisa
dibeli secara bebas di apotek. Obat ini bisa berbentuk tablet,kapsul,atau cairan.
Terdapat banyak merek obat-obatan paracetamol.

2.4 Obat Paracetamol

            Paracetamol digunakan sebagai penurun demam. Selain itu paracetamol juga


dapat digunakan untuk mengatasi kepala pusing (headache). Paracetamol memiliki
efek analgesik dan antipiretik yaitu mengurangi rasa nyeri dan demam. Obat
paracetamol memiliki aksi utama di CNS (Central Nervous System). Tidak bekerja
dijaringan parifer (tepi) sehingga efek gangguan lambung rendah.

            Berikut ini terdapat beberapa merek dangan atau nama dagang obat obat yang
mengandung paracetamol baik sediaan tunggal atau pun kombinasi :

1. Aphamol                                             20. Omegrip


2. Panadol                                               21. Ottopan                            

3. Scopma Plus                                        22. Pacetik

4. Sanmol                                                23. Pamol

5. Analpin                                               24. Paracetol

6. Buscopan Plus                                     25. Paradyn

7. Calapol                                                26. Procet

8. Citamol                                               27. Progesic

9. Cymacold                                            28. Propyretic

10. Erphamol                                             29. Pyrexin

11. Farmadol                                             30. Pyridol

12. Fasidol                                                 31. Samconal

13. Fasidol Forte                                       32. Sistemol

14. Grafadon                                             33. Sumagesic

15. Hufagesic                                            34. Tempra

16. Mirasik                                                35. Terrmagon

17. Nalgesik                                              36. Termagon Forte

18. Nasamol                                              37. Tropigesic

19. Novagesic                                          38. Xepamol

2.5 Indikasi Paracetamol

            Paracetamol berguna untuk menurukan panas dan nyeri ringan sedang seperti
sakit kepala,myalgia, nyeri pasca persalinan dan keadaan lain, dimana aspirin efektif
sebagai analgesik. Paracetamol atau asetaminofen saja adalah terapi yang tidak
adekuat untuk inflamasi seperti arthritis rheumatioid, sekalipun ia dapat dipakai
sebagai tambahan analgesik terhadap terapi anti inflamasi. Untuk analgesik ringan,
asetaminofen adalah obat yang lebih disukai pasien yang alergi terhadap aspirin
bilamana salisilat tidak bisa di toleransi. Ia lebih disukai dari pada aspirin pada
pasien dengan hemophilia atau degan riwayat ulkus peptikum dan pada mereka yang
mengalami bronkospasme yang dipicu oleh aspirin. Berbeda dengan aspirin,
asemetaminofen tidak engantagonis efek-efek, agen-agen urikosurik.

            Seseorang anak dikatakan demam jika suhu tubuhnya meningkat diatas


normal. Suhu tubuh yang normal berkisar antara 36,5OC-37,5OC. Pengukuran suhu
tubuh anak sebaiknya menggunakan thermometer agar hasilnya lebih akurat. Ketika
anak mengalami demam, salah satu langkah yang bisa dilakukan orang tua adalah
dengan memberikan obat penurun demam. Obat penurun demam anak yang terkenal
adalah paracetamol. Paracetamol mempuntai efek analgesik yaitu bekerja dengan
meningkatkan ambang rasa sakit atau pereda nyeri. Efek lain dari paracetamol adalah
antipiretik (diduga bekerja langsung pada pusat pengetur panas atau penurun
demam). Di pasaran, seperti di apotek, banyak sekali dijumpai merek dagang
paracetamol. Paracetamol juga mempunyai sediaan barmacam-macam seperti
suspense, sirup, tablet, obat tetes, dan suppositoria. Walaupun pada umumnya
paracetamol telah mencantumkan dosis dan takaran pemakaiannya sesuai dengan
usia anak, orangtua juga perlu mengetahui perhitungan dari dosis pemakaian
paracetamol supaya tidak terjadi kelebihan dosis. Dosis paracetamol disarankan
diberikan berdasarkan berat badan. Pertimbanagan dosis menurut berat badan dipilih
karena berat badan anak pada umur yang sama belum tentu mempunyai berat badan
yang sama pula. aturan pakai paracetamol berdasarkan berat badan adalah 10-15 mg
paracetamol per kilogram berat badan (mg/kg berat badan). Dengan melihat aturan
pakai diatas, dapat diilustrasikan dengan contoh di bawah ini :

1. Umur anak 2 tahun dengan berat badan 10 kg, artinya anak isa diberikan
obat penurun demam anak paracetamol dengan dosis minimal 100 mg
paracetamol (10 mg paracetamol x 10 kg berat badan) dan maksimal 150
mg paracetamol (15 mg paracetamol x 10 kg berat badan).
2. Umur anak 6 tahun dengan berat badan 20 kg, artinya bisa diberikan
obat penurun demam anak paracetamol dengan dosis minimal 200 mg
paracetamol (10 mg paracetamol x 20 kg berat badan).

            Salah satu sediaan dari paracetamol yang mudah diberikan kepada anak dan
praktis adalah sediaan suspensi dan sirup. Sediaan suspensi dan sirup mudah dihitung
berdasarkan berat badan anak. Komposisi yang sering ditemui pada kemasan obat
demam anak paracetamol adalah setiap 5 ml suspensi atau sirup mengandung 120 mg
paracetamol atau setiap 5 ml suspense/sirup mengandung 250 mg paracetamol.

            Dari keterangan komposisi yang tercantum pada kemasan dan dengan melihat
berat badan anak, bisa diartikan untuk anak umur 2 tahun dengan berat badan 10 kg
seperti ilustrasi di atas bisa diberikan paracetamol dengan dosis minimal 100 mg
paracetamol (10 mg paracetamol x 10 kg berat badan) tiap 1 sendok takar (5 ml) dan
dosis maksimal 150 mg paracetamol (15 mg paracetamol x 10 kg berat badan).

            Sementara untuk anak berumur 6 tahun dengan berat badan 20 kg seperti
ilustrasi di atas dapat diberikan paracetamol dengan dosis minimal 200 mg
paracetamol (10 mg paracetamol x 20 kg berat badan) tiap satu sendok takar (5 ml)
dan dosis maksimal 300 mg paracetamol (15 mg paracetamol x 20 kg berat badan)
tiap 1 sendok takar (5 ml) paracetamol bisa diberikan kembali paling cepat 4-6 jam
setelah pemberian sebelumnya dengan maksimal pemberian 4 kali selama 24 jam.

2.6 Dosis dan aturan pakai  :

Paracetamol Tablet

1. Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet , 3-4 kali sehari.

2. Anak-anak 6-12 tahun : ½-1, 3-4 tablet kali sehari.

Paracetamol Sirup 125 mg/5 ml

1. Anak usia 0-1 tahun : ½ sendok takar (5 mL), 3-4 kali sehari.
2. Anak usia 1-2 tahun : 1 sendok takar (5 mL), 3-4 kali sehari.

3. Anak usia 2-6 tahun : 1-2 sendok takar (5 mL), 3-4 kali sehari.

4. Anak usia 6-9 tahun : 2-3 sendok takar (5 mL), 3-4 kali sehari.

5. Anak usia 9-12 tahun : 3-4 sendok takar (5 mL), 3-4 kali sehari.

Kemasan  :

1. Paracetamol tablet 500 mg.

2. Parcetamol sirup 125 mg/ 5 ml.

3. Paracetamol sirup 160 mg/ 5 ml.

4. Paracetamol sirup 250 mg/ 5 ml.

5. Paracetamol suppositoria.

 Dosis Paracetamol Dewasa untuk Demam dan Nyeri :

 Pedoman umum : 325-650 mg diminum setiap 4 sampai 6 jam atau 1000


mg setiap 6 sampai 8 jam.

 Paling sering adalah paracetamol 500 mg tablet : 500 mg tablet oral


setiap 4 sampai 6 jam.

 Dosis Paracetamol untuk Anak Demam dan Nyeri :

            Untuk mengukur dosis paracetamol anak dengan tepat maka kita harus
mengetahui berat badan dan umur anak menjadi pertimbangan.

 < = 1 bulan : 10-15 mg/kg BB/ dosis setiap 6 sampai 8 jam sesuai
kebutuhan.

 1 bulan -12 tahun : 10-15 m/ kg BB/ dosis sampai setiap 4 sampai 6 jam
sesuai kebutuhan (maksimum : 5 dosis dalam 24 jam).

            Obat paracetamol tidak dianjurkan melebihi dosis yang direkomendasikan.


Jumlah maksimum untuk orang dewasa adalah 1 gram (1000 mg) per dosis dan 4
gram (4000 mg) per hari. Penggunaan paracetamol yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan hati.

            Pada anak-anak, gunakanlah sediaan sirup atau suppositoria. Hati-hati dan
selalu ikuti petunjuk dosis pada label obat. Jangan memberikan paracetamol untuk
anak dibawah usia 2 tahun tanpa nasihat dari dokter.

            Berhenti menggunakan paracetamol dan hubungi dokter jika :

 Selama 3 hari penggunaan masih demam.

 Selama 7 hari penggunaan masih terasa sakit (nyeri belum teratasi) atau
5 hari pada anak-anak.

 Terjadi reaksi alergi seperti ruam kulit, sakit kepala terus menerus, atau
kemerahan atau bengkak.

            Analgesik asetaminofen (devirat-para-venol) adalah obat tanpa resep yang


popular yang dipakai oleh bayi, anak-anak, dewasa, orang lanjut usia untuk nyeri,
rasa tidak enak dan demam. Paracetamol sebagai obat penurun panas sekaligus
pereda nyeri. Jadi bisa digunakan untuk demam dan sakit seperti sakit gigi, sakit
lambung, dan sebagainya.berbeda dengan obat pereda nyeri golongan NSAID seperti
ibuprofen, piroksikam, atau asam mefetamat, paracetamol ini lebih aman buat
lambung sehingga cocok bagi penderita maag atau gastritis.

            Selama bertahun-tahun digunakan, informasi tentang cara kerja paracetamol


dalam tubuh belum sepenuhnya diketahui dengan jelas hingga pada tahun 2006
dipublikasikan dalam salah satu jurnal Bertolini A, et. Al dengan topik paracetamol :
New Vistas Of An Old Drug, mengenai aksi pereda nyeri dari paracetamol ini.
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari paracetamol masih menjadi bahan
perdebatan. Paracetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun paracetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah
dibuktikan bahwa paracetamol mampu mengurangi bentuk teroksisdasi enzim
siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa
penyebab inflamasi. Paracetamol juga bekerja pada pusat pengaturan suhu pada otak.
Tetapi mekanisme secara spesifik belum diketahui.

            Ternyata didalam tubuh efek analgetik dari paracetamol diperantarai oleh
aktivitas tak langsung reseptor cannabinoid CB1. Didalam otak dan sumsum tulang
belakang, paracetamol mengalami reaksi deasetilasi dengan asam arachidonat
membentuk N-arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal sebagai zat
endogenous cababinoid.

            Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar cannabinoid


endogen dalam tubuh, disamping juga menghambat enzim siklooksigenase yang
memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek canabino-mimetik inilah
terkadang paracetamol digunakan secara berlebihan.

            Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada


metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2 suatu molekul yang tidak
stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi. Kemungkinan
lain mekanisme kerja paracetamol ialah bahwa paracetamol menghambat enzim
siklooksigenase seperti halnya aspirin mengurangi produksi prostaglandin, yang
berperan dalam proses nyeri dan demam sehingga meningkatkan ambang nyeri,
namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi
peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi paracetamol juga tinggi, sehingga
menghambat aksi anti inflamsi. Hal ini menyebabkan paracetamol tidak memiliki
khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem saraf pusat
untuk menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.       

2.7 Mekanisme Kerja

            Paracetamol bekerja dengan mengurangi produksi prostaglandin dengan


mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Paracetamol menghambat kerja (COX)
pada sistem saraf pusat yang efektif dan sel endothelial dan bukan pada sel kekbalan
dengan peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang
dihasilkan otak inilah yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala
dan dapat menurunkan demam tanpa menyebabkan efek samping, tidak seperti
analgesik-analgesik yang lainnya.

              Paracetamol atau acetaminophen adalah obat yang menurunkan demam


(antipiretik). Paracetamol menurunkan demam dengan cara menghambat pusat
pengatur panas tubuh di hipotalamus. Selain untuk demam, paracetamol digunakan
juga untuk analgetik yaitu obat yang dapat mengurangi rasa nyeri dengan cara
menghambat impuls/rangsang nyeri di perifer.

              Paracetamol sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti


sakit kepala,nyeri otot, radang sendi, sakit gigi, flu dan demam. Paracetamol
mempunyai efek mengurangi nyeri pada radang sendi (arthiritis) tapi tidak
mempunyai efek mengobati penyebab peradangan dan pembengkakan sendi.

              Paracetamol tidak menimbulkan iritasi lambung sehingga aman dikonsumsi.


Hanya saja obat ini tidak boleh diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi hati
berat dan penderita yang alergi dengan paracetamol.

2.8 Indikasi dan Kontraindikasi

              Paracetamol atau asetaminofen diindikasikan untuk mengurangi rasa nyeri


ringan samapi sedang, seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, dan nyeri setelah
pencabutan gigi serta menurunkan demam. Selain itu, paracetamol juga mempunyai
efek anti-radang yang lemah. Paracetamol tidak boleh diberikan pada orang yang
alergi terhadap obat anti-inflamasi non-steroid (AINS), menderita hepatitis,
gangguan hati atau ginjal, dan alkoholisme. Pemberian paracetamol juga tidak boleh
diberikan berulang kali kepada penderita anemia dan gangguan jantung, paru, dan
ginjal.

              Paracetamol terdapat dalam berbagai bentuk dan dalam berbagai campuran
obat sehingga perlu diteliti jumlahnya untuk menghindari overdosis. Risiko
kerusakan hati lebih tinggi daripada peminum alkohol, pemakai paracetamol dosis
tinggi yang lama atau pemakai lebih dari satu produk yang paracetamol.

              Indikasi utama paracetamol yaitu digunakan sebagai obat penurun panas
(analgesik) dan dapat digunakan sebagai obat penghilang rasa sakit dari segala jenis
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri sehubungan dengan pilek,
nyeri otot pasca trauma, dan lain-lain. Sakit kepala migraine, dismenore dan nyeri
sendi juga dapat diringankan dengan obat paracetamol ini. Pada pasien kanker
paracetamol digunakan untuk mengatasi nyeri ringan atau dapat diberikan dalam
kombinasi dengan opioid (misalnya kodein).

              Paracetamol telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain dan dianggap
kurang equipotentn jika dibandingkan denga aspirin (asam asetisalisilat). Dengan
demikian, secara umum, paracetamol kurang mujarab ketimbang salisilat dan agaen
antirematik lainnya jika digunakan sebagai obat anti nyeri.

              Paracetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan alternative


uyang lebih disukai ketika aspirin (asam asetilisilisat) merupakan kontra indikasi
(misalnya karena riwayat ulkus atau infeksi virus pada anak).

              Efek samping paracetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa


gejala ringan seperti pusing sampai efek samping berat seperti gangguan ginjal,
gangguan hati, reaksi alaergi dan gangguan darah. Reaksi alaergi dapat berupa
bintik-bintik merah pada kulit, biduran, sampai reaksi alaergi berat yang mengancam
nyawa. Gangguan darah dapat berupa pendarahan saluran cerna, penurunan kadar
trombosit dan leukosit, serta gangguan sel darah putih. Penggunaan paracetamol
jangka pendek aman pada ibu hamil pada semua trimester dan ibu menyusui.

              Peristiwa interaksi obat terjadi sebagai akibat penggunaan bersama-sama


dua macam obat atau lebih. Interaksi ini dapat menghasilkan efek yang
menguntungkan tetapi sebaliknya juga dapat menimbulkan efek yang merugikan atau
membahayakan. Meningkatnya kejadian interaksi obat dengan efek yang tidak
diinginkan adalah akibat makin banyaknya dan makin seringnya penggunaan apa
yang dinamakan “Polypharmacy” atau “Multiple Drug Therapy”. Sudah kita
maklumi bersama bahwa biasanya penderita menerima resep dari dokter yang
memuat lebih dari dua macam obat. Dan penderita biasanya mengonsumsi obat
dengan makanan apabila obat tersebut diminum, setelah itu penderita makan
makanan yang berinteraksi dengan obat itu sendiri dan mengakibatkan toksik atau
merugikan kesehatan bagi tubuh penderita. Belum lagi kebiasaan penderita yang
pergi berobat ke beberapa dokter untuk penyakit yang sama dan mendapat resep obat
yang baru.

              Obat dapat berinteraksi dengan obat lain maupun dengan makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh pasien. Hal ini dapat terjadi karena dalam kehidupan
sehari-hari, tidak jarang seorang penderita mendapat obat lebih dari satu macam obat,
menggunakan obat ethical, obat bebas tertentu selain yang diresepkan oleh dokter
maupun mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu seperti alkohol, kafein.

              Perubahan efek obat akibat interkasi obat dapat bersifat membahayakan
dengan meningkatnya toksisitas obat atau berkurangnya khasiat obat. Namun,
interaksi dari beberapa obat juga dapat bersifat menguntungkan seperti efek
hipotensif diuretic bila dikombinasikan dengan beta-bloker dalam pengobatan
hipertensi.

              Kemungkinan lain terjadinya interaksi obat adalah akibat kebiasaan


beberapa penderita untuk mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dapar
dibeli di toko-toko secara bebas. Interaksi obat yang tidak diinginkan dapat dicegah
bila kita mempunyai pengetahuan farmakologi tentang obat-obatan yang
dikombinasikan. Tetapi haruslah diakui bahwa pencegahan itu tidaklah semudah
yang kita sangka, mengingat jumlah interaksi yang mungkin terjadi pada orang
penderita yang menerima pengobatan polypharmacy cukup banyak. Mekanisme
interaksi obat bermacam-macam dan kompleks.

              Paracetamol sudah digunakan secara luas, dan pada dosis yang dianjurkan
efek sampingnya ringan dan jarang terjadi. Laporan mengenai efek yang tidak
diinginkan, jarang. Kebanyakan laporan dari efek samping paracetamol berhubungan
dengan dosis yang berlebihan. Paracetamol harus digunakan dengan hati-hati pada
penderita payah hati dan disfungsi ginjal.
2.9 Toksisitas

              Sulfat dan glukuronida pada liver tersaturasi parasetamol banyak ke CYP


NAPQI bertambah suplai glutation tidak mencukupi. NAPQI bereaksi dengan
membrane sel hepatosik rusak Nekrosis. Resorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas,
secara reptal lebih lambat. PP-nya ca 25%, plasma t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar
plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi
metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat-
glukoronida dan sulfat.

              Obat yang nasuk kedalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umumnya
akan mengalami absorbsi, distribusi dan pengikatan untuk sampai ketempat kerja dan
menimbulkan efek. Selanjutnya dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi
dari tubuh. Seluruh proses inilah yang disebut dengan proses farmakokinetik dan
berjalan serentak. Didalam tubuh manusia obat harus menembus sawar (Barrier) sel
di berbagai jaringan. Pada umumnya obat melintasi lapisan sel ini dengan
menembusnya, bukan dengan melewati celah antar sel, kecuali pada endotel kapiler.

              Pada pemberian obat secara oral, obat harus mengalami berbagai proses
sebagai berikut, antara lain :

1. Absorbsi

        Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian


menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Absorbs kebanyakan obat
melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif, karena itu absorbsi
mudah terjadi bila obat dalam bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak.

        Paracetamol yang diberikan secara oral diserap secara cepat dan mencapai kadar
serum puncak dalam waktu 30-120 menit. Adanya makanan dalam lambung akan
sedikit memperlambat penyerapan sediaan paracetamol lepas lambat.

2. Distribusi
        Obat didistribusikan keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah. Selain tergantung
dari alairan darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat fisikokimianya.
Distribusi obat dibedakan atas dua fase berdasarkan penyebarannya didalam tubuh.
Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang
perfusinya sangat baik misalnya : jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya,
distribusi fase dua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak
sebaik organ pada distribusi fase pertama misalnya: visera, kulit, dan jaringan lemak.
Distribusi ini baru Selanjutnya, distribusi fase dua jauh lebih luas yaitu mencakup
jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ pada distribusi fase pertama misalnya:
visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai kesetimbangan setelah
waktu yang lama. Paracetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh
jaringan tubu. Lebih kurang 25% paracetamol dalam darah terikat pada protein
plasma.

3. Metabolisme

        Paracetamol berikatan dengan sulfat glukuronida terjadi di hati. Metabolisme


utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang
dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetebolismekan dengan
bantuan enzim sitokrom P450. Hanya sedikit paracetamol yang bertanggung jawab
terhadap efek toksik (racun) yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p-
benzo-kuinon imina). Bila pasiean mengonsumsi paracetamol pada dosis normal,
metabolit toksik NAPQI ini segera didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak
toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal. Perlu diketahui bahwa sebagian kecil
dimetebolisme cytochrome P450(CYP) atau N-acetyl-p-benzo-quinone-imine
(NAPQI) bereaksi dengan sulfidril.

        Namun apabila pasien mengonsumsi paracetamol pada dosis tinggi, konsentrasi
metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. Pada
dosis normal bereaksi dengan sulfidril pada glutation metabolit non-toxic diekskresi
oleh ginjal.
4. Eliminasi

        Eliminasi sebagian besar obat dari tubuh terdiri dari dua proses yaitu
metabolisme (biotransformasi) dan eksresi. Seperti halnya biotransformasi, ekskresi
suatu obat dan metabolitnya menyebabkan penurunan konsentrasi bahan berkhasiat
dalam tubuh. Eksresi dapat terjadi tergantung pada sifat fisiokimia (bobot molekul,
harga pKa, kelarutan).

              Obat analgesik Non-narkotik dalam ilmu farmakologi juga sering dikenal


dengan istilah analgetik/analgesik parifer. Analgetik parifer (non-narkotik), yang
terdiri dari oabat-obat yang tidak bersifat narkoti dan tidak bekerja sentral.
Penggunaan obat analgetik non narkotik atau obat analgesik parifer ini cenderung
mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada susunan
simtem saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat
analgesik non narkotik/obat analgesik parifer ini juga tidak mengakibatkan efek
ketagihan pada pengguna (berbeds halnya dengan penggunaan obat analgesik jenis
analgetik narkotik). Efek samping obat-obat analgesik parifer, kerusakan pada
lambung, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.

2.10 Macam-macam obat analgetik non narkotik:


1. Ibupopen

        Ibupropen merupakan devirat asam propionate yang diperkenalkan banyak


Negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu
kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak
dianjurkan meminum obat ini.

2. Paracetamol/asetaminofen

        Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan paracetamol


sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
analgesik paracetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat
menimbulkan nefropati analgesik.
        Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak
menolong. Dalam sediaanya sering dikombinasikan dengan cofein yang berfungsi
meningkatkan efektinitasnya tanpa meningkatkan dosisnya.

3. Asam Mefetamat

        Asam mefetamat digunakan sebagai obat analgesik. Asam mefetamat sangat
kuat terikat pada protein plasma. Sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dipepsia
dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.

         Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau
menganggu penggumpalan darah, ginjal atau duktus arterious dan janin. Paracetamol
relative aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan
hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila pasien juga meminum alkohol.

         Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang
aman dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis),
paracetamol dapat menimbulkan kematian. Paracetamol dapat dijumpai di dalam
berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat
lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis parasetamol adalah N-
asetilsistein (N-acetylcyteine,NAC). Antidotum ini efektif jika diberikan dalam 8 jam
setelah mengkonsumsi paracetamol dalam jumlah besar. NAC juga dapat mencegah
kerusakan hati jika diberikan lebih dini.

         Hal ini jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah.
Pada penggunaan krosis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di
atas 6 g mengakibatkan nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan
oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation
(suatu tripeptida dengan –SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptide tersebut
habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein dengan-SH di sel-sel hati, dan
terjadilah kerusakan irreversible. Paracetamol dengan dosis di ats 20 g sudah berefek
fatal. Over dosis dapat menimbulkan antara lain mual, muntah dan anorexia.
Penanggulangannya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar
(asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10
jam setelah intoksiskasi wanita hamil dapat menggunakan paracetamol dengan aman,
juga selam laktasi walaupun mencapai air susu ibu.

2.11 Efek Racun dan Akibat pada Pasien Anak

         Penggunaan paracetamol terus menerus dapat menyebabkan overdosis dan


keracunan. Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan
kegagalan liver dan kematian. Kematian akibat overdosis paracetamol jarang terjadi
pada anak-anak. Penggunaan paracetamol berbahaya pada seseorang yang memiliki
kelainan hati, terutama konsumen alkohol.

         Jangan meminum paracetamol selama lebih dari 10 hari berturut-turut tanpa
berkonsultasi dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan pada anak
dibawah 3 tahun tanpa terlebih dahulu meminta saran dari dokter.

         Segera ke dokter jika salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda
meminum paracetamol. Tanda-tanda itu antara lain :

 Terjadi perdarahan ringan sampai berat

 Keluhan demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang


kemungkinan disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan
lebih lanjut.

         Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini melebih
dosis maksimum tadi maka akan terjadi kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan
hati yang perlu mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter antara lain :

 Mual sampai muntah

 Kulit dan mata berwarna kekuningan

 Warna air seni yang pekat seperti the

 Nyeri diperut kanan atas


 Rasa lemah dan lemas

         Beberapa alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain :

 Kemerahan pada kulit

 Gatal

 Bengkak

 Kesulitan bernafas.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

              Paracetamol merupakan senyawa kimia organic yang banyak digunakan


dalam obat sakit kepala karena sifatnya analgesic (menghilangkan rasa sakit).
Paracetamol atau 4-hidroksiasetanilida dengan rumus molekul dan bobot
molekul152.16. Paracetamol sebagai obat penurun panas sekaligus pereda nyeri.
Paracetamol bisa digunakan untuk demam dan sakit seperti sakit gigi, sakit lambung,
dan sebagainya. Paracetamol ini lebih aman bagi lambung sehingga cocok bagi
penderita maag atau gastritis. Tetapi dibalik keampuhannya tersebut, paracetamol
memiliki bahaya yang cukup besar yakni dapat menurunkan fungsi paru-paru,
merusak ginjal dan dapar mengakibatkan asma, bronchitis. Selain itu, overdosis dari
asetaminofen atau parasetamol dapat menyebabkan kematian. Dan kematian itu
dapat terjadi dalam watu 1-4 hari setalah mengonsumsi aetaminofen atau
paracetamol yang berlebih karena timbulnya nekrosis hati.
3.2 Saran

 Bagi pengguna paracetamol

Para pengguna paracetamol diharapkan untuk menggunakan dosis yang tepat, tidak
berlebihan, bila dosis berlebihan dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan
ginjal. Pengguna setia paracetamol diharapkan untuk mengurangi ketergantungan
dalam mengonsumsi paracetamol agar tidak menimbulkan efek yang berlebih seperti
dapat menurunkan fungsi paru-paru, merusak ginjal dan dapat mengakibatkan
asthma, bronchitis, serta dapat menyebabkan kematian.

 Bagi orang tua

Orang tua diharapkan menjaga serta menyimpan paracetamol atau asetamiofen agar
jauh dari jangkauan anak-anak. Dan orang tua diharapkan memberikan obat
paracetamol sesuai dengan dosis dan tak berlebihan.

 Bagi penulis dan penyusun

Penyusun diharapkan mampu mensosialisasikan kepada masyarakat agar tidak


berlebihan dalam penggunaan paracetamol atau asetaminofen. Dan diharapkan,
penyusun dapat meningkatkan kualitas makalah yang di buat.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.landasanteori.com/2015/09/parasetamol-efek-samping-sejarah-dosis.html
https://toksikologi519.wordpress.com/2015/01/06/paracetamol/
http://farmasicare.blogspot.co.id/2015/10/farmakologi-paracetamol.html
http://ngintips-kesehatan.blogspot.co.id/2013/01/aturan-pakai-parasetamol-untuk-
anak.html
http://ririamelia69.blogspot.com/2014/06/asam-mefenamat.html
http://www.academia.edu/11951984/MAKALAH_PARACETAMOL

Anda mungkin juga menyukai