AMOEBIASIS
Amoebiasis
Keadaan dimana terjadi infeksi dg
Entamoeba hystolitica dengan atau tanpa
gejala klinik
EPIDEMIOLOGI
Tersebar hampir di seluruh dunia
(daerah tropis dan sub tropis)
diIndonesia dikalimantan selatan infeksi terutama “carrier
12% , dimedan 6,25%, Jakarta 5%
Histolika :
• Patogen
• Ukuran lebih besar dari minuta : 12-60 mikron
• Endoplasma mengandung butiran halus
• Ektoplasma tidak bewarna dan terdapat dibagian luar sel
• Terdapat pseudopodium(bergerak cepat)
Minuta
• 10 – 20 mikron
• Endoplasma berbutir halus
• Pergerakan relatif lambat
2. KISTA
• 10-20 mikron
• Endoplasma terdapat kromatoid (kumpulan ribosom)
• Bentuk kista dapat bertahan 3 bulan tergantung lingkungan yang sesuai
SIKLUS HIDUP
CARA IDENTIFIKASI
1. Pemeriksaan laboratorium. Sampel tinja diperiksa di
laboratorium beberapa kali pada hari yang berbeda.
2. Tes darah.
3. Kolonoskopi. menggunakan alat khusus seperti
selang tipis yang dilengkapi kamera. Jika diperlukan,
biopsi hati (pengambilan sampel jaringan hati untuk
diperiksa di laboratorium
4. Pemindaian, seperti CT scan atau USG, untuk
memeriksa jika terdapat peradangan pada organ
tertentu.s
1. Obat antibiotik untuk membunuh bakteri
yang ada di dalam hati atau organ lainnya.
2. Obat antimual bagi penderita yang
mengalami gejala mual dan muntah.
3. Pasien amebiasis mengonsumsi banyak air
putih dan oralit untuk mengganti cairan yang
hilang. Jika kondisi parah, dokter
memberikan cairan infus di rumah sakit.
4. Dalam kasus tertentu, tindakan operasi
dilakukan jika terjadi pecahnya abses hati
atau jika terdapat lubang di usus.
a. Obat amebisida-kontak
Nitro-imidazol (Metronidazol)
• Indikasi : infeksi parasit ( amoebiasis) bentuk histolytica dan bentuk
kista
• Mekanisme kerja : sebagai amubisid, menghentikan bakteri/protozoa
• Efek samping :mual, muntah dan pusing.
• Dosis : dewasa 3x 750mg selama 5-10 hari. Anak 35-50mg/kgBB dibagi
dalam 3 dosis selama 10 hari
• Kontra indikasi : Hipersensitivitas, kehamilan trimester pertama.
• Interaksi : Disulfiram akan menurunkan metabolisme metronidazole,
Dronabinol akan meningkat toksisitasnya, lomitapide, astemizole
Nitro-imidazol (Tinidazol )
• Indikasi : infeksi parasit ( amoebiasis) bentuk histolytica dan
bentuk kista
• Mekanisme kerja : tereduksi radikal bebas , penghambatan
sintesis asam nukleat yang menyebabkan kematian mikroba.
• Efek samping :sakit kepala, mual, muntah , mulut kering ,
diare dan spasme usus jarang dialami.
• Dosis :dewasa 3x 750mg selama 5-10 hari. Anak 35-
50mg/kgBB dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari
• Kontra indikasi : Hipersensitivitas, kehamilan trimester
pertama.
• Interaksi : Disulfiram akan menurunkan metabolisme
metronidazole, Dronabinol akan meningkat toksisitasnya,
lomitapide, astemizole
Tetrasiklin Eritomisin
• Indikasi : sebagai terapi tambahan • Indikasi :bekerja secara tidak
pada penderita amoebiasis yang langsung sebagai amebisid dengan
disebabkan entamoeba mempengaruhi flora usus.
histolytica. bekerja secara tidak • Mekanisme kerja: menghambat
sinesaprotein bakteri pada
langsung ribosom
• Mekanisme kerja : mengikat • Efek samping : Diare, Gangguan
subunit 30S ribosom, sehingga perut, seperti nyeri dan kram,
mencegah sintesis protein dan Kehilangan nafsu makan., Mual.,
Muntah.
menghambat perutumbuhan sel
• Dosis : 25 mg/kg bb dibagi dalam
bakteri. 4 dosis
• Efek samping : mual muntah nyeri • Kontra indikasi : : hipersensitifitas,
epigastrik, gangguan fungsi ginjal, wanita
hamil
• Dosis : 25 mg/kg bb dibagi dalam
• Interaksi : obat asma (turunan
4 dosis teofilin) , Karbamazepin , Digoksin
• Kontra indikasi : hipersensitifitas, , Klindamisin atau Linkomisin ,
gangguan fungsi ginjal, wanita penisilin
hamil
• Interaksi : penisilin
Diloksanida furoat
• Indikasi : amoebiasis ekstraintestinal
• Farmakologi : pada klinik obat ini lebih
mengobati penderita kista
• Efek samping : kram perut, mual, muntah,
urtikaria
• Dosis : 500mg tiga kali sehari selama 10
hari
• Kontra indikasi : pada wanita hamil dan
anak-anak
b. Obat amebisida jaringan
Emetin Hidroklorida.
• Indikasi : untuk amoebiasis jaringan, bentuk histolitika
• Mekanisme kerja :menghambat perpanjangan rantai
polipeptida memblok sintesis protein dari organisme
eukariotik.
• Efek samping :mual, muntah, lemah, nyeri, tachicardi
• Dosis :dewasa 1-1,5mg/kgbb/hari dosis maksimal 90 mg/hr
dalam dosis terbagi 2x/hr pemberian ulang 2 minggu, anak 1
mg/kg bb/hari selama 5 hari terapinulang setelah6-8 mg dari
pemberian pertama
• Kontra indikasi : Pada orang tua dan orang yang sakit berat,
dosis harus dikurangi, wanita hamil, gangguan jantung dan
ginjal.
• Interaksi : antasida, antikoagulan
Klorokuin.
Indikasi :amoebisid jaringan terhadap bentuk histolytica.
• Mekanisme kerja :menghambat aktifitas heme polimerase, hingga
menyebabkan akumulasi heme bebas pada sel darah. Kondisi ini dapat
dapat bersifat racun bagi parasit. Dimana parasit atau plasmodium yang
ada di dalam sel darah merah harus merubah hemoglobin agar
mendapatkan asam amino esensial untuk kebutuhan pembentukan
protein dan energi.
• Efek samping :mual, muntah, diare, sakit kepala.
• Dosis :dewasa 1g selama 2 hari, diikuti 5oomg per hari selama 2-3 minggu
• Kontra indikasi : Pemberian tidak dianjurkan pada wanita hamil dan ibu
menyusui
• Interaksi : obat antasid, cimetidin, ampicilin, mefloquine dapat
meningkatkan resiko kejang fenilbutazon
Komplikasi Amebiasis
Jangan mengonsumsi susu atau produk olahannya, seperti keju, tanpa dimasak atau
dipasteurisasi