SKRIPSI
OLEH:
MAHYA ULFA
NIM 131524035
SKRIPSI
OLEH:
MAHYA ULFA
NIM 131524035
Disetujui Oleh:
Panitia Penguji,
Dosen Pembimbing I
Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt. Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt.
NIP 196206101992032001 NIP 197803142005011002
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah
ini yang berjudul “Identifikasi Drug Related Problems Pada Pasien Stroke di
Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S.,
Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan. Kepada Ibu Prof. Dra.
Azizah Nasution, M.Sc., Ph.D., Apt., dan Ibu Dra. Nurminda Silalahi, M.Si.,
nasihat selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Kepada Ibu
Khairunnisa, M.Pharm., Ph.D., Apt., Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc.,
Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan, kritikan dan saran
dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt.,(Alm.),
selama masa pendidikan serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi
pendidikan.
kedua orang tua Bapak Muhammad Yahya (Alm.), dan Ibu Nurul Fataniah, Abang
Hafiful Rasyidin dan Adik Mutia Husna, Akmal Shah atas doa dan dorongan baik
Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
kefarmasian.
Mahya Ulfa
NIM 131524037
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Medan, April2017
Yang Membuat Pernyataan,
Mahya Ulfa
NIM 131524035
ABSTRAK
ABSTRACT
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii
3.1Jenis Penelitian............................................................................ 25
LAMPIRAN ................................................................................................... 45
Tabel Halaman
4.4 DRPs yang Terjadi Pada Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode
Desember 2015 - Februari 2016 .............................................................. 34
Gambar Halaman
Lampiran Halaman
1 Data Pasien............................................................................................ 45
4 Rekapitulasi DRPs 65
PENDAHULUAN
Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau
bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses
pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar
merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Stroke akut baik
sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun
global, yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari
Angka kejadian stroke terus meningkat dengan tajam,jika tidak ada upaya
penanggulangan stroke yang lebih baik maka jumlah penderita stroke pada tahun
2020 diprediksikan akan meningkat 2 kali lipat, bahkan saat ini Indonesia
merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia dan
penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 sebanyak 1.236.825 orang (7% per 1000
stroke terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang (7,4% per 1000 penduduk),
sedangkan Provinsi Papua Barat memiliki jumlah penderita paling sedikit yaitu
Kesehatan, 2013).
sehat. Selain itu meningkatnya usia harapan hidup, kemajuan di bidang ekonomi
sosial, serta perbaikan di bidang pangan yang tidak diikuti dengan kesadaran
sejak usia muda sudah dimanjakan dengan gaya hidup sembarangan, yang kurang
hasil sesuaiyang diharapkan yaitu kesembuhan, namun tidak sedikit yang gagal
bahkan berujung pada kematian akibat penggunaan berbagai macam obat dalam
terapi yang termasuk DRPs. Oleh karena itu dibutuhkan kontribusi dalam
terapi obat yang secara nyata maupun potensial berpengaruh terhadapout come
yang diinginkan pada pasien. Pada tahun 1997 di Amerika Serikat (AS) tercatat
160.000 kematian dan 1 juta pasien dirawat dirumah sakit akibat kejadian obat
obat yang diresepkan adalah 7 milliar dolar setiap tahun (Strand, et al., 1990).
farmasi. Dari pasien tersebut, 5544 orang mengalami DRPs, 235 (4,2%)
mendapat obat tanpa indikasi, 6% dosis terlalu tinggi dan 16% dosis terlalu
penting dan membutuhkan perhatian yang mendesak. Data dari program riset
26.462 pasien perawatan medis 0,9% per 1000 pasien meninggal akibat obat.
Penyebab paling utama dari keadaan tersebut adalah 21,6% penyakit jantung
iskemi; 9,9% kasus keracunan akut dan yang paling menarik adalah masalah
DRPs pada pasien stroke. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif yang
Adam Malik Medan. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian bagi pihak
instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
menggunakan metode Strand. Dalam metode Strand terdiri dari 8 kategori DRPs
tetapi dalam penelitian ini yang digunakan hanya 7 kategori DRPs saja dimana
kategori ke-8 yaitu kepatuhan pasien tidak dimasukkan karena pada penelitian ini
hanya melihat hasil dari rekam medis saja atau tidak bertemu dengan pasiennya
secara langsung. Dalam penelitian ini obat-obat yang diberikan kepada pasien
indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis obat kurang, dosis obat
berlebih, reaksi obat merugikan, dan interaksi obat sebagai variabel terikat
Obat-obat Kategori:
yang a. Indikasi tanpa obat
diberikan b. Obat tanpa indikasi
kepada c. Obat salah
Identifikasi DRPs
pasien yang d. Dosis obat kurang
tercatat e. Dosis obat lebih
dalam f. Reaksi obat merugikan
rekam g. Interaksi obat
medis.
(Strand, et al., 1990)
Gambar 1.1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat
penelitian adalah: apakah terjadi DRPs kategori indikasi tanpa obat, obat tanpa
indikasi, obat salah, dosis obat kurang, dosis obat berlebih, reaksi obat merugikan,
dan interaksi obat pada pasien stroke di instalasi rawat inap di Rumah Sakit
1.4 Hipotesis
terjadi DRPskategori indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis
obat kurang, dosis obat berlebih, reaksi obat merugikan, dan interaksi obat pada
pasien stroke di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan.
obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis obat kurang, dosis obat lebih, reaksi
obat merugikan, dan interaksi obat pada pasien stroke di instalasi rawat inap di
b. Untuk rumah sakit, diharapkan dari hasil penelitian dapat digunakan untuk
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 PengertianDRPs
pasien terkait terapi obat yang secara nyata maupun potensial berpengaruh pada
outcome yang diinginkan pada pasien. Suatu kejadiaan dapat disebut DRPsapabila
terdapat dua kondisi, yaitu: (a) adanya kejadiaan tidak diinginkan yang dialami
pasien, kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosis penyakit,
fisiologis, sosiokultur atau ekonomi; dan (b) adanya hubungan antara kejadian
c. Pasien mempunyai kondisi medis tetapi mendapatkan obat yang tidak aman,
d. Pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi
e. Pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan obat yang benar tetapi
diresepkan.
NetworkEurope.,2006):
Pasien mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki seperti efeksamping atau
toksisitas.
Masalah pemberian dosis obat berarti pasien memperoleh dosis yang lebihbesar
5. Interaksi obat
or leadding to death with no apparent cause other than vascular signs. Stroke
mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, akibat gangguan aliran
darah otak.
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai
bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani
Stroke iskemik terjadi karena suplai darah ke otak terhambat atau terhenti.
Walaupun berat otak hanya sekitar 1.400 gram, namun menuntut suplai darah
yang relatif sangat besar yaitu sekitar 20% dari seluruh curah jantung (Junaidi,
2011).
Kejadian stroke iskemik sekitar 70-80% dari total kejadian stroke. Jenis
Institute of Neurological Disorders Stroke Part III trial (NINDS III) dibagi dalam
(hipotensi).
2.3.2 StrokeHemoragik
pecahnya pembuluh darah di otak.Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat
Walaupun kejadian stroke hemoragik tidak besar, tetapi stroke hemoragik sering
Menurut Junaidi (2011), stroke hemoragik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri
2.4 DiagnosisStroke
yang dilakukan harus diusahakan tidak memakan waktu terlalu lama, demi
gejala yang mirip dengan stroke akut. Junaidi (2006) menyatakan, diagnosa
Todd’s).
h. Gangguan psikiatrik/kejiwaan.
a. Fase akut: umumnya berlangsung antara 4-7 hari. Sasaran pada fase ini
bicara.
Pasien biasanya dianjurkan untuk melakukan kontrol tensi secara rutin dan
langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu memodifikasi faktor risiko dengan
cara:
pada faktor risiko.Pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui terapi obat untuk
dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan
a. Faktor Keturunan
Hingga sekarang faktor keturunan masih belum dapat dipastikan gen mana
yang menjadi penentu terjadinya stroke. Menurut Brass dkk yang meneliti lebih
dari 1.200 kasus kembar monozygot dibandingkan 1.100 kasus kembar dizygot,
berbeda bermakna antara 17,7% dan 3,6%. Jenis strokebawaan adalah cerebral
(CADASIL) telah diketahui lokasi gennya pada kromosom 19q12 (Junaidi, 2011).
b. Umur
Umur merupakan faktor risiko stroke iskemik yang tidak dapat diubah.
baik stroke hemoragik maupun stroke iskemik sering dianggap sebagai penyakit
monopoli orang tua, namun sekarang ada kecenderungan juga diderita oleh
kelompok usia muda (<40 tahun). Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya
siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok,
2011).
c. Jenis Kelamin
wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan wanita
hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan hidup
sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita
d. Ras
Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang
dan Cina. Menurut Broderick dkk melaporkan orang negro Amerika cenderung
berisiko 1,4 kali lebih besar mengalami perdarahan intraserebral (dalam otak)
2011).
a. Stres
tubuh. Stres jika tidak dikontrol dengan baik akan menimbulkan kesan pada tubuh
adanya keadaan bahaya sehingga direspon oleh tubuh secara berlebihan dengan
tekanan darah dan denyut jantung. Hal ini bila terlalu keras dan sering dapat
tekanan darah di atas normal.Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran
tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum
iskemik.Dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg.
Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar,
arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin cepat. Jika
c. Merokok
merokok masih saja dilakukan oleh banyak orang dengan berbagai alasan.Perokok
iskemik.Bagi perokok diperlukan waktu yang lama yaitu sekitar setahun untuk
aterosklerosis.
menanggulangi stres karena zat kimia dalam rokok terutama karbon monoksida
akan mengikat oksigen dalam darah sehingga kadar oksigen dalam darah
2011).
d. Minum Alkohol
yaitu efek yang menguntungkan dan yang merugikan. Apabila minum sedikit
alkohol secara merata setiap hari akan mengurangi kejadian stroke iskemik
dengan jalan meningkatkan kadar HDL dalam darah. Akan tetapi jika minum
banyak alkohol yaitu lebih dari 60 gram sehari maka akan meningkatkan risiko
stroke. Alkohol merupakan racun pada otak dan pada tingkatan yang tinggi dapat
racun. Oleh karenanya tubuh dalam hal ini hati akan memfokuskan kerjanya untuk
dalam tubuh seperti karbohidrat dan lemak yang bersirkulasi dalam darah harus
menunggu giliran sampai proses pembuangan alkohol pada kadar yang normal
Aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah dan gula
darah, gula darah, kolesterol, membakar habis produk sampingan hormon, dapat
f. Diabetes Melitus
peningkatan kadar lemak darah akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan
jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita stroke iskemik akan
memperbesar meluasnya area infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat
jaringan otak. Peningkatan risiko stroke pada apsien diabetes diduga karena
terutama bila disertai dengan dislipidemia dan atau hipertensi, melalui proses
snoring atau mendengkur dan sleep apnea, karena terhentinya suplai oksigen
h. Hiperkolesterolemia
darah jantung. Kolesterol total mencakup kolesterol LDL dan HDL, serta lemak
lain di dalam darah dengan kadar tidak boleh lebih dari 200 mg/dl. Kolesterol
merupakan salah satu faktor resiko yang sangat besar peranannya pada penyakit
stroke. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa tiap peningkatan kadar
kolesterol satu persen, berarti menigkatkan risiko stroke dua persen. Makanan
i. Minum Kopi
kafein yang terdapat dalam kopi. Kafein yang berlebihan dapat menyebabkan
darah. Hal inilah yang merupakan faktor risiko pada pembentukan plak
j. Pola Makan
Pola makan dapat memengaruhi risiko stroke iskemik melalui efeknya pada
tekanan darah, kadar kolesterol serum, gula darah, berat badan dan sebagai
trombus sering terjadi karena aktivasi patologik dari hemostasis yang mungkin
ditemukan pada kerusakan sel endotel pada arteri aterosklerotik preserebral atau
l. Fibrinogen
tinggi terhadap penyakit jantung koroner dan stroke. Peningkatan kadar fibrinogen
dengan stroke iskemik pada dewasa muda. Peningkatan kadar fibrinogen dan
stroke dihubungkan dengan respon fase akut yang dihasilkan dari iskemik otak
2.8.1 Hipertensi
secara konsisten yang dapat diterima penderita dan tidak sampai menyebabkan
dosis rendah satu macam obat. Kalau perlu ditambah obat kedua dan ketiga
channel bloker (amlodipin dan nifedipin). Untuk penderita infark miokard akut
lebih baik diberikan beta bloker karena akan mengurangi risiko berulangnya
penyakit. ACEI juga dapat digunakan, terutama pada penderita disfungsi sistolik
Berdasarkan uji klinik yang dilakukan, jika diberikan modifikasi diet dan
Memang belum diketahui secara pasti apakah gula darah yang terkontrol
mellitus dengan stroke atau penyakit aterosklerotik lainnya. Akan tetapi, kontrol
gula darah akan berpengaruh baik pada penderita diabetes melitus dengan
2011).
asetosal.
seperti penyakit jantung.Dosis warfarin 20-30 mg/hari diberikan 2-3 kali dan
METODE PENELITIAN
observasi, pengumpulan data dan faktor risiko yang akan dipelajari dan
3.2.1 Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medis pasien
memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi dijadikan sebagai
populasi studi.
3.2.2 Sampel
Sampel penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat dipilih sebagai sampel. Yang termasuk kriteria
inklusi adalah:
a. Rekam medis dengan diagnosis stroke yang dirawat di instalasi rawat inap di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-
Februari 2016.
Kriteria eksklusi
diikutsertakan.Adapun yang menjadi kriteria ekslusi adalah data pasien yang tidak
rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, meliputi
datakualitatif dan kuantitatif serta kelengkapan data pasien. Data yang diambil
strokedi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan menjadi beberapa
kelompok. Adapun rekam medis yang dikelompokkan dalam penelitian ini adalah:
laboratorium pasien.
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif, data
kuantitatif diuraikan dalam bentuk tabel dan grafik sedangkan data kualitatif
Pengelompokan
Rekam medis Identifikasi DRPs
data berdasarkan
pasien
kreteria inklusi
Kategori:
a. Indikasi tanpa obat
b. Obat tanpa indikasi
c. Obat salah
d. Dosis obat kurang
e. Dosis obat lebih
f. Reaksi obat merugikan
g. Interaksi obat
Analisis data
Penarikan kesimpulan
c. Mengumpulkan semua data rekam medis yang masuk pada periode Desember
2015-Februari 2016.
d. Mencatat data rekam medis pasien stroke di instalasi rawat inap di Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan pada periode Desember 2015-
Februari 2016.
penelitian.
Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah obat-obatan yang tercatat
dalam rekam medis pasien, dan sebagai variabel terikat adalah indikasi tanpa obat,
obat tanpa indikasi, obat salah, dosis obat kurang, dosis obat berlebih, reaksi obat
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari rekam medis pasien
stroke dengan keseluruhan jenis kelamin di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam
Malik Medan.
a. Drug related problems adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait
terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome
membutuhkan terapi obat tetapi pasien tidak mendapatkan obat untuk indikasi
tersebut.
c. Obat tanpa indikasi adalah pasien mempunyai kondisi medis dan menerima
d. Obat salah adalah pasien mendapatkan obat yang tidak aman, tidak paling
e. Dosis obat kurang adalah pasien mempunyai kondisi medis dan mendapatkan
g. Reaksi obat merugikan adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat reaksi
h. Interaksi obat adalah suatu kejadian atau keadaan terapi obat yang dapat
pasien stroke di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Medan sebanyak 70 pasien. Data yang diperoleh dari rekam medis yang
memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 25 pasien yaitu pasien yang pulang
dengan cara berobat jalan, sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebagai subjek
pulang atas permintaan pasien sendiri sebanyak 2 pasien (2,85%), pasien yang
pindah ruangan sebanyak 7 pasien (10%) dan 4 pasien (5,7%) dengan data yang
tidak lengkap atau tidak sesuai dalam penelitian, seperti yang di tunjukkan pada
Tabel 4.1.
Jumlah Pasien
No Cara Pulang %
(n=70)
1 Pulang Berobat Jalan (PBJ) 25 35,7
2 Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 2 2,85
3 Meninggal (Exitus) 32 45,7
4 Pindah ruang inap 7 10
5 Data tidak sesuai 4 5,7
instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, 20
mengalami penyakit stroke hemoragik. Seperti yang di tunjukkan pada Tabel 4.2
dibawah ini.
atau Asia kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%. Stroke
iskemik disebabkan antara lain oleh thrombosis otak (penebalan dinding arteri)
hemoragik akan berujung pada kematian, sedangkan pada stroke iskemik hanya
ruangan rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-
terdiagnosis penyakit stroke di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat
H. Adam Malik Medan. Tetapi jika ditinjau dari jumlah pasien secara keseluruhan
terbesar dari rokok adalah merusak lapisan pembuluh darah pada tubuh (Arum,
2015).
Hal ini juga dapat terjadi mungkin dikarenakan pengaruh hormon laki-laki
dan perempuan. Pada laki-laki terdapat hormon testosteron, dimana hormon ini
dapat meningkatkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein), apabila kadar LDL
tinggi maka dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah yang merupakan
Berdasarkan hasil penelitian dari segi usia pasien yang menderita stroke
didominasi oleh pasien yang mempunyai kelompok usia 61-70 tahun sebanyak 8
pasien (32%) diikuti kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 6 pasien (24%) dan
Umur dan jenis kelamin merupakan dua diantara faktor risiko stroke yang
tidak dapat dimodifikasi. Stroke dapat menyerang semua umur, tetapi lebih sering
dijumpai pada populasi usia tua. Setelah berumur 55 tahun, risikonya berlipat
Hal ini terkait dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah.
Pada orang-orang yang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena banyak
4.4Kejadian DRPs
Drug related problems merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dari
pengalaman pasien akibat terapi obat, sehingga secara aktual maupun potensial
1990).
rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan periode Desember
2015-Februari 2016, dari 25 rekam medis pasien stroke terdapat 21 pasien (84%)
yang mengalami DRPs(+) dan 4 pasien (16%) tidak mengalami DRPs(-) seperti
Persentase (%)
80%
60%
84 %
40%
20% 16 %
0%
DRP's (+) DRP'S (-)
Gambar 4.1 Grafik Kejadian DRPsPada Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap
di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode
Desember 2015-Februari 2016.
sebanyak 11 kasus (21,15%); obat tanpa indikasi tidak ada kasus (0%);obat salah
tidak ada kasus (0%); dosis obat kurang tidak ada kasus (0%); dosis obat lebih
sebanyak 2 kasus (3,84%); reaksi obat merugikan tidak ada kasus (0%); dan
Tabel 4.4 DRPsyang Terjadi pada Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Periode Desember
2015 - Februari 2016.
Indikasi tanpa obat adalah kondisi medis yang membutuhkan terapi obat
tetapi tidak mendapatkan obat untuk indikasi yang sesuai (Priyanto, 2009). Jumlah
terapi antihiperlipidemia.
HDL, serta lemak lain didalam darah dengan kadar tidak boleh lebih dari 200
mg/dl. Kolesterol merupakan satu faktor resiko yang sangat besar peranannya
dimana pasien yang mengalami hiperurisemia (asam urat > 6 mg/dL) tetapi tidak
tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara kadar asam urat dengan stroke,
diabetes melitus, dan hipertensi, namun prevalensi hiperurisemia yang tinggi pada
pasien stroke akut dan juga berhubungan dengan peningkatan trigliserida dan
kadar kolesterol LDL, asam urat dapat dikatakan sebagai faktor risiko terhadap
stroke (Mehrpour et al, 2012). Selain itu, kadar asam urat juga berperan sebagai
faktor independen pada faktor prognostik yang menyebabkan outcome yang lebih
terinfeksi yang ditandai dengan jumlah leukosit diatas 11000/mcL tetapi tidak
sering terjadi dan 20-60% penyebab stroke iskemik di Asia (Lakhan et al., 2009).
Obat tanpa indikasi adalah kondisi medis pasien yang menerima pengobatan
yang tidak sesuai terhadap indikasi medis tersebut (Priyanto, 2009). Berdasarkan
hasil penelitian, tidak ditemukan dosis obat tanpa indikasi yang diberikan pada
pasien stroke di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Obat salah adalah pasien mendapatkan obat yang tidak aman, tidak paling
stroke di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut kurang (Priyanto, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan dosis obat kurang pada pasien
stroke di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut lebih (Priyanto,
2009).Angka kejadian DRPspada kategori dosis obat berlebih dapat dilihat pada
lebih sebanyak 2 kasus (3,85%) yang terjadi pada pasien dengan kondisi klirens
seharusnya diberikan kepada pasien dengan klirens kreatinin < 50 ml/min yaitu 50
mg/24 jam.
reaksi obat yang merugikan (Priyanto, 2009). Berdasarkan hasil penelitian, tidak
ditemukan reaksi obat merugikan pada pasien stroke di instalasi rawat inap di
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-
Februari 2016.
Interaksi obat adalah aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat
penelitian ini ditemukan pasien yang mengalami interaksi obat sebanyak 39 kasus
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas pasien mengalami DRPs paling banyak 4 kasus
kasus (6 pasien), dan tidak ada kasus (4 pasien). Hasil uji SPSS versi 17 dengan
kasus DRPs tidak berpengaruh secara signifikan terhadap lama perawatan pada pasien
stroke di instalasi rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
5.1 Kesimpulan
stroke, terdapat 21 pasien (84%) mengalami DRPs. Jenis DRPsyang paling banyak
terjadi adalahinteraksi obat sebanyak 39 kasus (75%). Drug related problems yang
lain berturut-turut adalah indikasi tanpa obat sebanyak 11 kasus (21,15%) dan dosis
5.2 Saran
yang diberikan.
b. Disarankan dokter lebih teliti lagi dalam melihat hasil laboratorium agar tidak
Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C. (2004). Pharmaceutical Care Practice:
The Clinician’s Guid. Edisi ke-2. New York: McGraw-Hill. Diunduh dari
http://www.ebooks.downappz.com/?page=book&id=E2CGKZR7P6#do
wload.Diakses tanggal 18 September 2015.
Info Datin Situasi Kesehatan Jantung .Pusat Data Dan Informasi Kementerian
Kesehatan R I. (2013) Diunduh dari
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjs_aick53PAhWJro8KHT0lAy0QFg
gaMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3
Ffile%3Ddownload%2Fpusdatin%2Finfodatin%2Finfodatinjantung.pdf&
usg=AFQjCNFBqImaIpNO5uWR7gv5O8QWgd3cA&bvm=bv.1333877
55,d.c2I. Diakses 24 Agustus 2015.
Koppula, R., Kaul, S., Rao, A.V., Jyothy, A., Munshi, A.(2013). Association of
serum uric acid level with ischemic stroke, stroke subtypes and clinical
outcome. Neurology Asia 18(4):349-353.
Mehrpour, M., Khuzan, M., Najimi, N., Motamed, M.R., Fereshtehnejad, S.M.,
(2012). Serum uric acid level in acute stroke patients. MJIRI.26(2): 66-
72.
Strand, L.M., Morley, P.C., Cipolle, R.J., dan Ramsey, R. (1990). DICP. Drug-
Related Problems: Their Sructure and Function. 24(11): 1093-1097.
Sudoyo, A. W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi V, Jilid III.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Wu TH, Chien KL, Lin HJ, Hsu HC, Su TC, Chen MF, Lee YT. (2013). Total
White Blood Cell Count or Neutrophil Count Predict Ischemic Stroke
Events Among Adult Taiwanese: Report from a Community-Based
Cohort Study. BMC Neurology. 13: 1-8.
Keterangan:
A = Indikasi Tanpa Obat E = Dosis Obat Lebih
B = Obat Tanpa Indikasi F = Reaksi Obat Merugikan
C = Obat Salah G = Interaksi Obat
D = Dosis Obat Kurang
Kejadian DRPs
80
70
60
PERSENTASE
50
40 75,48
30
20
20,75
10
0 0 0 3,77 0
0
Indikasi Tanpa Obat Tanpa Obat Salah Dosis Obat Dosis Obat Lebih Reaksi Obat Interaksi Obat
Obat Indikasi Kurang Merugikan
KATEGORI DRPS
3 Th - - - -
4 HH - - - -
5 YT - - - -
6 Ti Hiperkolesterolemia: Kolesterol total = 266 Kolesterol total < 200 Pada hari ke-2 pasien masuk rumah sakit,
Antihiperkolesterolemi mg/dL mg/dL hasil lab menunjukkan bahwa jumlah
a kolesterol total pasien di atas normal tetapi
sampai pasien PBJ antihiperkolesterolemia
tidak diberikan.
7 JBT Hiperurisemia: Asam urat = 9,9 mg/dL Asam urat = 2,6 mg/dL Pada hari ke-2 pasien masuk rumah sakit,
Antihiperurisemia - 6,0 mg/dL hasil lab menunjukkan bahwa jumlah asam
urat pasien di atas normal, pada hari ke-4
antihiperurisemia baru diberikan.
8 MAP - - - -
9 MBS Hiperleukositemia: Leukosit = 14,90 103/µL Leukosit = 4 103/µL - Pada hari pertama pasien masuk rumah
Antibiotik 11 103/µL sakit, hasil lab menunjukkan bahwa jumlah
leukosit pasien di atas normal, tetapi sampai
pasien PBJ antibiotik tidak diberikan.
Hiperkolesterolemia: Kolesterol total 240 Kolesterol total < 200 Pada hari ke-3 pasien masuk rumah sakit,
Antihiperkolesterolemi mg/dL mg/dL hasil lab menunjukkan bahwa jumlah
a kolesterol total pasien di atas normal, tetapi
sampai pasien PBJ antihiperkolesterolemia
tidak diberikan.
Keterangan :
1. 6 Pasien hiperlipidemia tanpa antihiperlipidemia.
No Nama BB/Umur Nama Obat CrCl mil/min Dosis Pakai Dosis Standar Tindakan
1 RNP - - - - - -
2 Ir - - - - - -
3 Th - - - - - -
4 HH - - - - - -
5 YT - - - - - -
6 Ti - - - - - -
63 kg/ 69 Ranitidin <50 (31,06) 50mg/12jam 50mg/24jam Apotekker menyarankan
7 JBT tahun regimentasi pemberian
ranitidin menjadi 50mg/24
jam jika CrCl<50 ml/min
tetapi ranitidin tetap
diberikan sesuai aturan
pakai yang diresepkan.
8 MAP - - - - - -
9 MBS - - - - - -
10 RBT - - - - - -
11 ITP - - - - - -
12 Ho - - - - - -
13 RBM - - - - - -
14 FP - - - - - -
15 Sa - - - - - -
16 NBS - - - - - -
17 Na - - - - - -
18 NP - - - - - -
Keterangan:
Descriptive Statistics
N Mean Std. Minimum Maximum
Deviation
Jumalah Kasus DRPs 25 3.08 1.441 1 5
Lama perawatan 25 9.64 3.546 4 16
Ranks
Lama
perawata
n N Mean Rank
Jumalah 4 2 2.75
Kasus DRPs 5 2 2.25
Total 4
Test Statisticsa,b
Jumalah
Kasus DRPs
Chi-Square .167
df 1
Asymp. Sig. .683
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Lama perawatan