ANDI ASRIANTY
P2500215012
Tesis
Program Studi
Farmasi Klinik
ANDI ASRIANTY
Kepada
iv
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
NIM : P2500215012
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa
Andi Asrianty
iv
KATA PENGANTAR
2017’’.
Ta’ala, dan berkat dukungan do’a serta bimbingan dari semua pihak yang
1. Prof. Dr. rer nat Hj. Marianti A. Manggau., Apt selaku Komisi
3. Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt selaku penguji I. Ibu Dr. Hj.
Latifah Rahman, DESS., Apt selaku penguji II dan Ibu Dr. Risfah
Yulianty, M.Si., Apt selaku penguji III yang telah memberikan arahan
iv
dan masukan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
penulisan.
4. Bapak Prof. Dr. Gemini Alam, M.Si., Apt sebagai Dekan Fakultas
5. Ibu Dr. Hj. Latifah Rahman, DESS., Apt sebagai Ketua Program
8. Bapak Andi Amir Daus dan Hj. A. Fatmawaty, BA selaku Orang Tua
suami dan anak yang telah memberikan dorongan moril bagi penulis
10. Teman mahasiswa tahun 2015 yang telah memberi bantuan dan
iv
Penyusun menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penyun
Penulis
iv
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
iv
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN PERNYATAAN............................................................ iv
ABSTRACT ................................................................................... ix
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 5
iv
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ........... 30
A. Hipotesis ................................................................................. 31
A. Kesimpulan …………………………………………………….……. 65
B. Saran …………………………………………………………………. 66
LAMPIRAN ........................................................................................ 72
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
iv
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang rasional adalah jika pasien menerima obat yang tepat, dalam dosis
yang sesuai kebutuhan untuk periode waktu yang cukup dan pada biaya
obat dengan biaya mahal dan bentuk sediaan obat baru. Salah satu
parasetamol oral.
Agency) sejak tahun 2002 dan tahun 2010 disetujui oleh US Food and
atau jika rute lain tidak memungkinkan untuk pasien (MIMS Indonesia,
2012).
iv
paparan panas. Sengatan panas (heat stroke) didefinisikan sebagai
pharmacist, 2010 yaitu risiko terjadi infeksi (nosokomial) atau nyeri dan
bersamaan dengan obat oral dan adanya efek samping gangguan fungsi
>50 kg berat badan). Dosis toksik paracetamol terjadi jika kadar di dalam
plasma mencapai 150 mg/L atau kurang lebih sekitar 7,5-10 gram
mg/L dalam 5 menit di dalam plasma dan untuk infus paracetamol 1 gram
iv
Kerusakan hati yang tidak berat dapat pulih dalam beberapa minggu
fungsi hati (2,4%) dan malnutrisi (18,8%). Pada 90% kasus ditemui bahwa
ini di Makassar.
iv
B. Rumusan Masalah
penginduksi hati pada pasien interna dan ICU (Intensive Care Unit) sudah
samping.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
luar. Suhu tubuh yang tidak normal memicu peningkatan tonus otot serta
menggigil dan dapat mengindikasikan adanya suatu infeksi. Hal ini biasa
lingkungan internal (di dalam) yang ideal dan stabil ketika berhadapan
kelompok usia adalah suhu normal anak – anak berkisar 36,3 – 37,7oC
dan suhu normal dewasa berkisar 36,5 – 37,5oC. Suhu tubuh tinggi diatas
maka akan timbul menggigil yang dipicu melalui spinal dan supraspinal
iv
motor system, yang bertujuan agar tubuh mencapai titik suhu yang baru
setiap kenaikan 1°C suhu tubuh, asalkan menggigil tidak terjadi. Jika
dan kejang demam. Pada tahap akhir jika suhu tubuh menurun mencapai
infeksi. Heat shock proteins (HSP) adalah salah satu penelitian fever-
demam dan sangat penting untuk kelangsungan hidup sel selama stres.
iv
Studi menunjukkan bahwa protein ini mungkin memiliki efek anti-inflamasi
Beberapa bakteri menjadi kurang ganas dan tumbuh lebih lambat pada
1. Fisiologi nyeri
pada pasien-pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan
saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia,
suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-
sensitisasi perifer.
iv
2) Proses Transmisi (Garry et al, 2013, Gautam 2016)
analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri
Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk
iv
4) Persepsi (Garry et al, 2013, Gautam 2016)
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,
sensorik.
iv
nyeri pasca pembedahan yang efektif. Skala penilaian nyeri dan
identitas nyeri numeric dan skala analog visual. Skala nyeri yang
nyeri ringan dan secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik,
angka 4-6 dinyatakan nyeri sedang dan secara obyektif pasien mendesis,
dapat mengikuti perintah dengan baik, angka 7-9 dinyatakan nyeri berat
dan secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
panjang dan angka 10 dinyatakan nyeri sangat berat dan pasien sudah
tidak mampu lagi berkomunikasi (Smeltzer et al, 2009, Potter et al, 2005).
2. Patofisiologi Nyeri
tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian sel. Nyeri cepat (fast
pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow
tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti. (Corwin, 2000, Garry et al,
2013).
iv
Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah
zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan
efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak 1893. Efek
iv
antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di
(Bertolini, 2006).
kombinasi dengan obat lain melalui resep dokter atau yang dijual bebas.
Overdosis parasetamol tidak bisa dianggap hal yang wajar karena dapat
menyebabkan kerusakan hati yang fatal dan obat ini sering dikaitkan
iv
1. Mekanisme Kerja
menghambat kerja COX pada sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan
sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan peroksida tinggi.
iv
2. Farmakodinamik
tidak telihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan
3. Farmakokinetik
Bioavailabilitas
iv
mencapai konsentrasi plasma puncak jauh lebih lama dari setelah
pemberian.
konjugat
Populasi khusus
iv
gangguan ginjal moderat (sedang) sampai berat, konjugat
Oral :
Dosis anak 6-12 bulan 60 mg/kali, maks. 6 kali
Sehari; 1-6 tahun 60-120 mg/kali, maks. 6 kali/hari
6-12 tahun 150-300 mg/kali, maks.1,2 gram/hari;
Dewasa 300 mg-1 gram/kali, maks. 4 gram/hari
Infus :
BB >50 kg 100 mL secara infus IV selama 15 mnt, berikan hingga
4 x/hari. Dosis harian maks : 4 gram.
BB <50 kg & anak dengan BB >33 kg (usia sekitar 11 thn) : 1.5
mL/kg BB, berikan hingga 4 x/hari.
Dosis harian maks: 60 mg/kgBB atau 3 gram. Dosis hrs diberikan
dengan selang waktu (interval) sekurang-kurangnya tiap 4 jam.
Rektal
Dosis dewasa : 3-4 x sehari 0.5-1 gram, maksimal 4 gram/hari.
Dosis anak usia 7-12 tahun : 3-4 x sehari 250 mg,maks. 1 gram/hari
Dosis anak usia 1-6 tahun : 3-4 x sehari 125 mg, maks. 750 mg/hari
Dosis anak usia kurang dari 1 tahun : 3-4 x sehari 60 mg
iv
Efek samping parasetamol biasanya terbagi dalam 4 fase, yaitu
Fase 1
Fase 2
Fase 3
munculnya gejala awal) serta terlihat gejala awal gagal hati seperti
(encephalopathy). Pada fase ini juga mungkin terjadi gagal ginjal dan
Fase 4
iv
Carbamazepine, fenobarbital dan fenitoin : meningkatkan potensi
kerusakan hati.
paracetamol.
fungsi hati.
8. Mekanisme Toksisitas
iv
Diperkirakan ada lebih dari 250 obat atau bahan kimia yang
langsung yang tergantung kepada dosis obat atau bisa juga merupakan
toksik dari parasetamol yang paling serius adalah nekrosis hati. Pada
proses ekskresi. Selain itu, proses juga berperan dalam mengakhiri kerja
adalah obat analgesik dan antipiretik yang banyak digunakan. Pada dosis
oleh Von Mering pada tahun 1893, namun tidak banyak digunakan sampai
pada sel tubulus proksimal ginjal diamati pada salah satu pasien
utama sebagai perkembangan mual dan muntah dalam waktu 2-3 jam
setelah disusul oleh nyeri perut. Disfungsi hati terjadi dalam 24 jam dan
1971). Dalam hubungannya dengan gejala klinis ini, waktu paruh eliminasi
iv
dapat mengalami nefrotoksisitas selain hepatotoksisitas (Boyer dan Rouff
lainnya belum dapat digambarkan dengan baik. Selain itu, data yang ada
dalam jumlah kecil melalui sistem enzim sitokrom P450. Sitokrom P450
makromolekul vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan
D. Efektifitas Paracetamol
1. Analgesik
bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat
aktivitas dari reseptor reseptor opioid. Tubuh dapat mensintesis zat zat
system saraf pusat, hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Tetapi bila
2007).
2. Antipiretik
pirogen dari dalam lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh
bekerja pada fagosit untuk menghasilkan IL-1, suatu polipetida yang juga
dikenal sebagai pirogen endogen. IL-1 mempunyai efek luas dalam tubuh.
Zat ini memasuki otak dan bekerja langsung pada area preoptika
cepat dan praktis tuntas, secara rectal lebih lambat. Dalam hati diuraikan
terletak pada afinitas enzim dan tipe inhibitor untuk masing masing obat
(Garry et al , 2013).
dalam jaringan tubuh, terutama dalam jantung dan hati. Enzim itu
karena itu konsentrasi dalam serum (AST) dapat meningkat pada penyakit
iv
infark miokard atau kerusakan akut pada sel-sel hati. AST juga disebut
Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan
otot rangka. Pada umumnya nilai tes ALT lebih tinggi daripada AST pada
Pada hasil test fungsi hati dapat dilihat kadar ALT dan AST yang
Meningkatnya kadar ALT dan AST dapat disebabkan oleh banyak faktor,
C), kegemukan, obat – obat anti nyeri, kerusakan usus kecil, infeksi,
kelebihan zat besi, kanker hati dan keracunan obat (Sacher et al, 2004).
iv
E. Kerangka Teori
EFEKTIFITAS
- Oral - Analgetik
BENTUK
- Infus (Pereda Nyeri)
SEDIAAN
- Rektal - Antipiretk
(Penurun Panas)
iv
46
BAB III
A. Kerangka Konsep
Paracetamol Infus
Keterangan :
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
: Variabel Moderat
.
B. Defenisi Operasional
secara intravena.
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Waktu Penelitian
2. Lokasi Penelitian
1. Populasi Penelitian
3. Kriteria Inklusi
4. Kriteria Eksklusi
Pengamatan
Pencatatan Data Pasien penggunaan obat lain
Data Penelitian :
Nilai Fungsi Hati (AST/ALT)
penelitian
E. Pengolahan Data
Dari lembar pengumpul data dibuat tabel induk kemudian dianalisis secara
sampel.
F. Analisis Data
ulang data yang belum lengkap dan kebenaran data. Selanjutnya data
paracetamol infus pada bulan April – Juni 2017. Sampel adalah pasien
usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh), kondisi klinis pasien (hasil
laboratorium, skala nyeri dan suhu) dan data profil pengobatan meliputi
regimen terapi (jenis obat, jumlah obat, dosis pemberian, dan aturan
Secara umum resiko kematian karena gangguan fungsi hati lebih tinggi 2
kali lipat pada laki-laki dibandingkan perempuan (Guy & Petters, 2013).
masa balita (0-5 tahun), masa kanak-kanak (5 -11 tahun), remaja (12 -17
tahun), dewasa (18-40 tahun), tua (41-65 tahun), dan lanjut usia (≥65
tahun). Dari data presentase umur di atas menunjukkan bahwa pada usia
disebabkan oleh obat – obatan dan pengaruh lain. Usia ini merupakan
karena faktor keturunan atau genetik. Pada usia dewasa faktor yang
selain disebabkan oleh keturunan atau gen dapat juga disebabkan oleh
zat-zat toksik seperti obat-obatan, alkohol dan gaya hidup orang dewasa
2017
tidak berubah.
glutation dari hati. Pada dosis berlebih, hati tidak mampu lagi
hati.
skala nyeri 0-1 sebanyak 3 pasien, 2-3 sebanyak 18 pasien, 4-5 sebanyak
infus dapat dilihat dari penggunaan terapi obat paracetamol infus dengan
skala nyeri yang berdasarkan skala nyeri numeric (angka) yaitu angka 0
dan secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik, angka 4-6
dapat mengikuti perintah dengan baik, angka 7-9 dinyatakan nyeri berat
dan secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
panjang dan angka 10 dinyatakan nyeri sangat berat dan pasien sudah
tidak mampu lagi berkomunikasi. Sehingga dapat dikatakan pemberian
2005).
paracetamol infus dengan suhu tubuh diatas nilai normal. Rata-rata suhu
tubuh normal yang diukur secara oral berdasarkan kelompok usia adalah
suhu normal anak – anak berkisar 36,3 – 37,7oC dan suhu normal dewasa
berkisar 36,5 – 37,5oC. Suhu tubuh tinggi diatas nilai normal adalah 38 –
infus apabila suhu tubuh tinggi diatas nilai normal adalah 38 – 40oC
(Greg, 2006).
Grafik 2. Karakteristik penggunaan paracetamol infus berdasarkan nilai
statistik dari efek samping dan efektifitas obat
penggunaan obat paracetamol infus belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari
nilai deviasi dari suhu dan skala nyeri yang mengalami penurunan. Nilai
deviasi suhu terjadi penurunan grafik dari 0.97 menjadi 0.85 sedangkan
nilai deviasi skala nyeri dari 1.79 menjadi 1.52. Hal ini dikarenakan bahwa
penggunaan obat yang tidak efektif dengan lama pemberian obat yang
(Aspartate Transaminase) yaitu 57.77 menjadi 71.53, dan nilai deviasi dari
kenaikan ALT (Alanin Transaminase) yaitu 63.99 menjadi 192.60. Hal ini
Tabel 3. Persentase kombinasi pemakaian obat paracetamol infus dengan penggunaan obat lain penginduksi kenaikan
fungsi hati.
Persen %
Kelas Terapi Nama Obat Akibat Jumlah (n=100)
Antitukak Ranitidin ↑ ALT (Deng et al, 2009) 8 26.6
Omeprazole Hepatoseluller (Navarro, 2006) 18 60
Pantoprazole ↑ ALT(Navarro, 2006) 0 0
Lansoprazole ↑ Gamma GT, SGPT (Thomson et al, 2012) 3 10
Antibiotik Amoxicillin Kolestatis (Navarro, 2006) 0 0
Ceftriaxone Kolestasis, Hepatitis (NBCL, 2013) 17 56.6
Ceftazidine Kolestatis (Navarro, 2006) 4 13.3
Cefotaxime Kolestatis (Sonderup, 2006) 0 0
Kloramfenikol Hepatitis (Tandon, 2012) 0 0
Analgetik NSAID Ketorolac Hepatotoksisitas (Tandon, 2012) 9 30
Asam Mefenamat Hepatotoksisitas (Tandon, 2012) 2 6.6
Anti Simvastatin Hepatotoksisitas (Navarro, 2006) 2 6.6
Dislipidemia Atorvastatin Hepatotoksisitas (Navarro, 2006) 2 6.6
Antiemetik Methoclorpramide Kolestatis (Magueur e al, 2001) 1 3.3
Antidiare Loperamide Kolestatis, Hepatitis (Mims, 2008) 0 0
Antiansietas Diazepam Kolestatis, Hepatitis (Andreasen et al, 1976) 0 0
Amitriptilin Kolestatis, Hepatitis (Navarro, 2006) 0 0
Antihipertensi Amlodopin Kolestatis, Hepatitis(Zinsser et al, 2004) 4 13.3
valsartan Hepatitis (Vatansever et al, 2012) 3 10
Ramipril Kolestasis(Navarro, 2006) 1 3.3
Antihipertensi/ Hidroklortiazide Kolestasis(Arinzon et al, 2004) 0 0
Diuretik Furosemide Enselopati hepatic (Gerber et al, 2000) 4 13.3
Spironolactone Kolestatis (Depkes RI, 2007) 0 0
Antiplatelet Klopidogrel Kolestasis Hepatitis (Navarro, 2006) 0 0
Kortikosteroid Metil prednisolone Hepatitis (Gutkowski et al, 2011) 3 10
Vasodilator Siticolin ↑ALT, AST (Conant et al, 2004) 1 3.3
Antipirai Allopurinol Hepatoseluler (Navarro, 2006) 1 3.3
Antiepilepsi Na Fenobarbital Kolestatis, Hepatitis (Mims, 2008) 0 0
51
KETERANGAN
A Antitukak
B Antibiotik
C Analgetik NSAID
D Antidislipidemia
E Antiemetik
F Antidiare
G Antiansietas
H Antihipertensi
I Antihipertensi / Diuretik
J Antiplatelet
K Kortikosteroid
L Vasodilator
M Antiangina
N Antiepilepsi
O Antipirai
Grafik 4. Grafik kombinasi pemakaian obat paracetamol infus dengan penggunaan obat lain penginduksi kenaikan fungsi
hati.
52
(GERD), dan tukak lambung akibat infeksi bakteri H.Pylori dan Sindrom
oral sekali sehari sebelum makan selama 4-8 minggu. Dosis omeprazole
ini bisa ditingkatkan menjadi 40 mg per hari berdasarkan respon klinis dan
toleransi pasien. Penelitian telah dilakukan untuk perawatan dan terapi
hingga 120 mg, 3 kali sehari. Dosis harian yang lebih dari 80 mg harus
20 mg oral sekali sehari sebelum makan selama 4-8 minggu. Dosis ini
ini bisa diubah berdasarkan respon yang diinginkan dan toleransi pasien.
Dosis pemeliharaan = dosis hingga 120 mg, 3 kali sehari. Dosis harian
makan. Dosis ini bisa diubah berdasarkan respon yang diinginkan dan
toleransi pasien. Dosis pemeliharaan: dosis hingga 120 mg, 3 kali sehari.
adalah kenaikan suhu tubuh, gejala flu, sakit tenggorokan, sakit perut,
buang angin, mual, muntah, diare ringan dan sakit kepala (MIMS
Indonesia, 2012).
mg dan dosis maksimal 6 gram per hari (BPOM RI, 2008). Secara umum
ranitidin dapat meningkatkan nilai ALT. Efek ranitidin terhadap hati akan
(Deng et al., 2009). Pada pasien lanjut usia dan memiliki ganguan fungsi
penggunaan obat dapat meningkatkan Gamma GT, nilai tes fungsi hati
pasien adalah sebagai terapi didasarkan pada penyerta penyakit lain yang
infeksi saluran kemih, infeksi gonore, sepsis, meningitis, infeksi tulang dan
diberikan adalah 1 gram per hari. Sedangkan untuk infeksi parah, dosis
dapat diberikan antara 2 hingga 4 gram per hari, khususnya untuk infeksi
biasa terjadi adalah lelah, sariawan, nyeri tenggorokan dan diare (MIMS
Indonesia, 2012).
Penggunaan obat ceftriaxone yang melebihi dosis maksimum dan
oleh sel hati akan dialirkan masuk kedalam kantong empedu. Hal ini dapat
(NBCL, 2013).
umumnya diberikan tiap 8-12 jam sebanyak 1-6 gram per hari atau 2-3 kali
per hari dengan dosis yang berbeda-beda mengikuti jenis infeksi, tingkat
keparahan, dan kondisi fisik pasien. Efek samping yang biasa terjadi
adalah warna kemerahan pada kulit bekas suntikan, ruam, gatal, demam,
mual, sakit perut, muntah, diare, rasa kantuk yang berat, linglung, hilang
dari hasil profil farmakologisnya dan tidak normalnya enzim pada hati yang
IM: Pasien kurang dari 65 tahun: satu dosis 60 mg. Pasien dengan
gangguan ginjal, dan/atau kurang dari 50 kg: satu dosis 30 mg, IV: Pasien
kurang dari 65 tahun: satu dosis 30 mg. Pasien dengan gangguan ginjal,
sesuai kebutuhan. Dosis maksimal harian tidak lebih dari 120 mg, pasien
atau IV setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal harian tidak lebih
dari 60 mg. Efek samping dari ketorolak yaitu nyeri dada, lemas, sesak,
darah atau muntah seperti kopi, bengkak, mual, nyeri perut, demam
ringan, nafsu makan menurun, urine gelap, sakit kuning (kulit atau mata
menguning), kulit pucat, mudah memar, kesemutan berat, nyeri dan lemah
(Tandon, 2012)
otot atau sendi, dan nyeri setelah melahirkan. Dosis awal diberikan 500
diminum lebih dari 2500 mg/hari dengan tidak melebihi 7 hari. Efek
samping asam mefenamat yang umum ditemui berupa nyeri perut, nyeri
telinga, nyeri saat buang air kecil, telinga berdenging, pusing, diare, mual,
sulit tidur, penurunan nafsu makan, dan kelelahan. Efek samping lain yang
adalah 10-20 mg sekali sehari pada malam hari, dengan dosis maksimum
adalah sulit buang air besar (konstipasi), infeksi saluran napas atas,
banyak buang gas, peningkatan enzim hati, nyeri otot dan nyeri perut,
liver function test dan Kekeruhan lensa mata (MIMS Indonesia, 2012).
10-14 kg: 1 mg, 3 kali sehari, >3 – 5 tahun, 15-19 kg: 2 mg, 3 kali sehari,
>5 – 9 tahun, 20-29 kg: 2.5 mg, 3 kali sehari, >9 – 18 tahun, 30-60 kg: 5
mg, 3 kali sehari. Durasi maksimal: 48 hari. Efek samping yang biasa
kepala, sulit tidur (insomnia), mual, muntah, diare, payudara sakit atau
sering dari biasanya (MIMS Indonesia, 2012). Selain itu, penggunaan obat
tekanan darah tinggi. Obat ini juga bisa digunakan untuk membantu
untuk orang dewasa adalah 5-10 mg per hari. Dosis untuk orang tua lebih
rendah, yaitu 2,5 mg per hari. Sedangkan dosis untuk anak-anak dan
remaja adalah 2,5-5 mg per hari. Efek samping dari amlodipin adalah
merasa lelah atau pusing, jantung berdegup kencang, merasa mual dan
Indonesia, 2012).
160 mg dua kali sehari harus dilakukan pada dosis tertinggi yang dapat
yang diberikan pada uji klinik adalah 320 mg pada dosis terbagi. Efek
tekanan darah, dimana kedua obat ini bila diberikan bersamaan dengan
amlodipine dalam jangka waktu yang relatif panjang (Zinsser, Wyss and
Rich, 2004).
tinggi), nefropati diabetik, dan beberapa jenis gagal jantung kronis. Dosis
awal : 1 x sehari 2.5 mg secara oral. Obat sebaiknya diberikan pada waktu
tidur, dosis pemeliharaan : 2.5 – 20 mg/ hari, dalam dosis tunggal atau
dibagi dalam 2 dosis secara oral (MIMS Indonesia, 2012). Efek samping
dari obat ramipril adalah adalah sakit kepala, kelelahan, nyeri perut dan
dapat terjadi adalah kenaikan kadar asam urat dan kadar gula darah, mual
muntah, nafsu makan menurun, iritasi pada mulut dan lambung, diare,
ionic dan amin lainnya kedalam system syaraf pusat (Gerber et al, 2000).
satu atau dua dosis (MIMS Indonesia, 2012). Efek samping yang dapat
otak termasuk pada stroke iskemik. Dosis yang dianjurkan adalah 250-500
mg, 1-2 kali sehari drip iv atau bolus iv, untuk keadaan kronik 100-300 mg,
obat paracetamol infus dapat menyebabkan kenaikan fungsi hati dari ALT
2004).
kalsium oksalat dan gout. Dosis yang dianjurkan adalah dosis awal
dosis terbagi (MIMS Indonesia, 2012). Efek samping yang dapat terjadi
adalah sakit perut, nyeri dada, sembelit, mulut kering, pusing, kenaikan
suhu tubuh dan diare. Selain itu, penggunaan bersamaan dengan obat
paracetamol infus dapat menyebabkan hepatoseluler (kanker yang
obat, penambahan zat lain yang dapat mengurangi efek toksik dan perlu
A. Kesimpulan
Fancher, T.L., Kamboj, A., Onate, J., 2007, Patients’ elevated LFT
results can indicate hepatocyte injury, cholestasis, or both,
Current Psychiatry, 6(5): 61-68
Fontana, B.J., Shakil, O., Greenson, J.K., Boyd, I., & Lee, W.M., 2005,
Acute Liver Failure Due to Amoxocillin and
Amoxicillin/Clavulanate, Digestive Dieases and Sciences,
50(10);1785-1790.
Friedman, S.L., 2008, Clinins in Liver Disease, Division of liver diseases,
NewYork.
Graham, Scott., 2005, Mechanism of action of paracetamol, US
National Library of Medicine National Institutes of Health , edition 1:;
46-55
MacIntyre PE, Schug SA, Scott DA, Visser EJ, Walker SM., 2010, Acute
Pain Management: Scientific Evidence. Third Edition. APM: SE
Working Group of the Australian and New Zealand College of
Anaesthetists and Faculty of Pain Medicine ANZCA & FPM,
Melbourne
Magueur, R., Hagege, H., Attali, P., Singlas, E., Etienne, J.P., & Taburet,
A.m., 2001, Pharmacokinetics of Metoclopramide in Patients
with Liver Cirhosis, Br J clin Pharmac, 31;185-187.
Navarro, VJ., Senior, J.R., 2006, Drug Related hepatotoxicity, N
England Journal Med, 354, 731.9
Nederlands Bijwerkingen Centrum Lareb, 2013, Ceftriaxone and
Hepatitis, Nederlands Bijwerkinged Centrun Nederland
Pharmacovigilance Center.
Oktaviani, I., 2012, Aspek Farmakokinetik Klinik Obat-Obatan yang
Digunakan Pasien Sirosis Hati di Bangsal Interne RSUP Dr. M.
Djamil Padang Periode Oktober 2011- Januari 2012, Laporan
Penelitian, Padang.
Potter., Perry., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume 1, EGC. Jakarta