Anda di halaman 1dari 104

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

STUDI PROFIL PENGOBATAN OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2016

SKRIPSI

AHMAD WILDANUL AKHYAR

NIM :1113102000072

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

OKTOBER/2018

i
ii
iii
iv
ABSTRAK

Nama : Ahmad Wildanul Akhyar

NIM : 1113102000072

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Studi Profil Pengobatan Osteoporosis Pada Pasien Rawat Jalan

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016

Masalah dari sebagian besar wanita usia diatas 40 tahun dan pria diatas 60 tahun adalah
deregenerasi sel-sel tulang sehingga dari sebagian besar wanita dan pria mengalami
penurunan massa tulang yang menyebabkan berbagai masalah tulang dan persendian, seperti
kekuatan tulang berkurang, radang persendian, dan pengkroposan tulang. Osteoporosis
merupakan penyakit tulang yang disebabkan karena penurunan massa tulang sehingga tingkat
densitas dan kepadatan tulang menurun menyebabkan tulang rawan terkena fraktur.Hal ini
diperoleh variasi kondisi pada penyakit osteoporosis pasien. Oleh sebab itu penelitian ini
ingin memperlihatkan profil pengobatan pasien rawat jalan osteoporosis dengan metode cross
sectional dengan pengambilan sampel secara keseluruhan (total sampling) di rumah sakit
Fatmawati. Total sampel yang diperoleh 58 orang, wanita 49 (84,5 %) dan pria 9 orang (15,5
%). Pasien mulai terdiagnosis osteoporosis pada usia 40 tahun, mayoritas penderita berusia
≥65 tahun 38 pasien (65,5%). Berdasarkan profil pengobatan pada pasien rawat jalan di
rumah sakit Fatmawati menunjukkan mayoritas pasien menderita penyakit penyerta
Osteoarthritis (60,3 %) dan Hipertensi (29,3 %) sisanya gangguan jantung, diabetes mellitus,
dislipidemia. Kemudian peresepan golongan obat osteoporosis terbanyak adalah golongan
kalsium dan vitamin D kemudian diikuti oleh bifosfonat, kalsitonin, strontium ranelate, dan
hormon paratiroid. Beberapa peresepan obat dilakukan secara kombinasi hingga 3 kombinasi
obat, dikarenakan beberapa pasien mengalami keluhan dibeberapa lokasi tulang. Hasil yang
didapat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kombinasi obat yang
digunakan dengan jumlah keluhan nyeri/fraktur tulang.

Kata Kunci : Profil Pengobatan, Osteoporosis, RSUP Fatmawati, Kalsium, Vitamin D,


Bifosfonat.

v
ABSTRACT

Name : Ahmad Wildanul Akhyar

NIM : 1113102000072

Study Program : Strate-1 Pharmacy

Title : Study Profile of Osteoporosis Treatment In Outpatient Patients

Fatmawati Center General Hospital 2016

The problem of most women over the age of 40 and men over 60 is the deregeneration of
bone cells so that most women and men have decreased bone mass causing various bone and
joint problems, such as reduced bone strength, joint inflammation, and bone incubation .
Osteoporosis is a bone disease caused by decreased bone mass so that the density and bone
density decreases causing the cartilage to be fractured. This is obtained by the variation of the
condition in the patient's osteoporosis disease. Therefore, this study would like to show the
profile of outpatient treatment of osteoporosis by cross sectional method with total sampling
at Fatmawati hospital. Total samples obtained 58 people, 49 women (84.5%) and men 9
people (15.5%). Patients began to be diagnosed with osteoporosis at age 40, the majority of
patients aged ≥65 years 38 patients (65.5%). Based on the treatment profile of outpatients at
the Fatmawati hospital showed the majority of patients suffering from Osteoarthritis (60.3%)
and hypertension (29.3%) the rest are heart problems, diabetes mellitus, dyslipidemia. Then
the prescription of the largest class of osteoporosis drugs is the calcium and vitamin D groups
followed by bisphosphonates, calcitonin, strontium ranelate, and parathyroid hormone. Some
drug prescribing is done in combination up to 3 combinations of drugs, because some patients
have complaints in some bone locations. The results show significant relationship between
the combination of drugs used with the number of complaints of bone pain / fracture.

Keywords : Study Profile of Treatment, Osteoporosis, Fatmawati Central General Hospital of


South Jakarta, Calcium, Vitamin D, Biphosphonate.

vi
KATA PENGANTAR

Rasa syukur teramat sangat senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta segala nikmat-Nya kepada kita berupa
kesehatan, pendidikan, kesempatan, serta umur sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini, Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
para sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa setia mengikuti ajaran yang disampaikannya
sehingga menuntun umatnya untuk selalu berada dijalan yang benar hingga akhir zaman

Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat yang telah ditentukan oleh
Universitas Islam Negeri Jakarta pada Program Studi Farmasi untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi. Adapun judul skripsi ini adalah “STUDI PROFIL PENGOBATAN
OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
FATMAWATI TAHUN 2016”

Selama penulisan skripsi berlangsung, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Pembimbing I dan Dr M Yanis Mustja M.Si
Apt. Selaku pembimbing II, dan Dra. Alfina Rianti, M.pharm., Apt, selaku dosen
pembimbing lapangan yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran, dan tenaga serta
dengan sabar membimbing dan mengajari sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kementerian Agama RI yang telah memberikan bantuan beasiswa selama menempuh
pendidikan di Program Studi Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari awal sampai akhir, serta Keluarga besar CSS
MoRA UIN Jakarta yang selalu menjadi penyemangat, inspirasi, serta semua
kebersamaannya selama berkuliah di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. Arif Soemantri M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Nurmaelis M.Si. Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu/Bapak dosen dan staf Akademika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abdul Majid dan Ibunda Siti Nuriyah yang selalu
ikhlas tanpa pamrih memberi kasih sayang, dukungan moral, material, nasihat-
nasihat, serta lantunan doa di setiap waktu

vii
7. Ibu Nelly Suryani, PhD., Apt selaku Sekretaris Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta serta selaku Penasehat Akademik yang selalu membimbing saat masa-masa
kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.
8. Rekan terbaik dan kesayangan Linda Mazroatul Ulya yang selalu membantu,
mengingatkan, dan memotivasi hingga sekarang.
9. Teman-teman farmasi terbaik Haka, Faris, Rijal, Abas, Auliyani, Riris, Enjah,
Geraldi, Selvi atas kebersamaan dan kesenangannya
10. Teman sepenelitianku Najmah Mumtazah, terimakasih sebagai tempat berbagi dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan penelitian farmasi klinis Aza, Riris, Enjah, Zuha, Ria,
terima kasih telah mau berbagi selama menjalani penelitian.
12. Keluarga besar KMPLHK RANITA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kebersamaan dan pengalaman dan ilmu selama menempuh pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Bapak dan ibu dosen pengajar, serta karyawan yang telah memberikan bimbingan
dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
14. Ibu dan bapak seluruh pegawai RSUP Fatmawati Jakarta Selatan yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian
15. Teman-teman program studi Farmasi khususnya 2013.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan
penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Dan semoga
skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Juli 2018

Penulis

viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,
saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Wildanul Akhyar

NIM : 1113102000072

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya dengan
judul :

STUDI PROFIL PENGOBATAN OSTEOPOROSIS PADA PASIEN RAWAT JALAN


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI TAHUN 2016

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library
Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan
akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 8 Oktober 2018

Yang menyatakan,

(Ahmad Wildanul Akhyar)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS………………………………………....ii


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………….……………………………iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… ............................ .iv
ABSTRAK …………………………………………………………………... ................. v
ABSTRACT……………………………………………………………….. ..................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................. ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………..……. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………….. 4
1.3. Tujuan Penelitian…………………………………………………………………... 4
1.3.1. Tujuan Umum……………………………………………………………… 4
1.3.2. Tujuan Khusus……………………………………………………………... 4
1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………………….…,... . 4
1.4.1. Teoritis……………………………………………………………… ........... 4
1.4.2. Metodologi………………………………………………………….……… 5
1.4.3. Aplikatif…………………………………………………………………... .. 5
1.5. Ruang Lingkup………………………………………………………...... ................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………….……………………………………... 6

2.1. Tinjauan Tentang Tulang………………………………………………………….. .. 6


2.1.1. Struktur Tulang………………………………………………………….….. 6
2.1.2. Fisiologi tulang………………………………………………………….…. 7
2.2. Tinjauan Tentang Osteoporosis……………………………………………………. . 9
2.2.1. Definisi Osteoporosis…………………………………………………… ..... 9
2.2.2. Etiologi………………………………………………………………….. ..... 9
2.2.3. Faktor Risiko Osteoporosis……………………………………………… .. 10
2.2.4. Patofisiologi…………………………………………………………… .... .13

x
2.2.5. Tata Laksana Terapi Osteoporosis…………………………………… ...... .15
2.2.5.1. Terapi Farmakologi………………………………………………....... 15
2.2.5.2. Terapi Non Farmakologi…………………………………………... ... .24
2.3. Pemeriksaan Laboratorium Osteoporosis ………………………………………… 28
2.3.1. Pemeriksaan X-ray ..................................................................................... 28
2.3.2. Pemeriksaan CT-Scan................................................................................. 29
2.3.3. Pemeriksaan BMD (Bone Mass Density) ................................................... 29
2.4. Tinjauan Tentang Rumah Sakit ................................................................................ 29
2.4.1. Definisi Rumah Sakit.................................................................................. 29
2.4.2. Klasifikasi Rumah Sakit ............................................................................. 30
2.4.3. Jenis Perawatan Rumah Sakit ..................................................................... 31
2.4.4. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................................... 32

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN……………………………………………… 33

3.1. Desain Penelitian………………………………………………………………….. 33


3.2. Tempat Penelitian…………………………………………………………………. 33
3.3. Waktu Penelitian………………………………………………………………….. 33
3.4. Kerangka Konsep…………………………………………………………………..34
3.5. Definisi Operasional………………………………………………………………. 35
3.6. Populasi dan Sampel Penelitian……………………….………………………….. 37
3.7. Kriteria Inklusi dan Ekslusi……………………………………………………….. 37
3.8. Prosedur Penelitian………………………………………………………………... 38
3.9. Analisis Data………………………………………………………………………. 40

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 41

4.1. Analisis Univariat ..................................................................................................... 41


4.1.1. Karakteristik Pasien (Usia, Pendidikan, Penyakit Penyerta) .......................... 41
4.1.2. Diagnosis Laboratorium ................................................................................. 42
4.1.3. Distribusi Nyeri/Fraktur ................................................................................. 43
4.1.4. Profil Terapi ................................................................................................... 44
4.1.4.1. Terapi Farmakologi ............................................................................... 44
4.1.4.2. Terapi Non Farmakologi ....................................................................... 49
4.1.5. Obat Penyerta ................................................................................................. 49
4.1.6. Analisis Bivariat ............................................................................................. 51

xi
4.2. Pembahasan .............................................................................................................. 52
4.2.1. Karakteristik Pasien........................................................................................ 52
4.2.2. Uji Laboratorium ............................................................................................ 53
4.2.3. Persebaran Nyeri/Fraktur ............................................................................... 55
4.2.4. Profil Terapi ................................................................................................... 55
4.2.4.1. Terapi Farmakologi ............................................................................... 55
4.2.4.2. Terapi Non Farmakologi ....................................................................... 57
4.2.5. Obat Penyerta ................................................................................................. 58
4.2.6. Hubungan Keluhan Nyeri dengan Pemberian Terapi Obat ............................ 60
4.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................ 60
4.3.1. Kendala ........................................................................................................ 60
4.3.2. Kelemahan ................................................................................................... 61
4.3.3. Kekuatan ...................................................................................................... 61

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 62

5.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 62


5.2. Saran ................................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA.………………………………………………………………... 63

LAMPIRAN.………………………………………………………………………….. 67

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Obat yang Digunakan dalam Terapi Osteoporosis………………………… . 18

Tabel 2.2 Profil Farmakokinetik dan Farmakodinamik ................................................. 19

Tabel 2.3 Anjuran Pemberian Harian Kalsium ……………………………………… . 24

Tabel 2.4 Hubungan Faktor Risiko dengan Kekuatan Tulang …..………………… .... 25

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………………………….. . 35

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien Osteoporosis .................................................................. 41

Tabel 4.2 Diagnosis untuk Mengetahui Kondisi Pasien................................................. 42

Tabel 4.3 Distribusi Nyeri Berdasarkan Lokasi Nyeri Pasien Osteoporosis .................. 43

Tabel 4.4 Distribusi Pasien Berdasarkan Jumlah Keluhan ............................................. 44

Tabel 4.5 Distribusi Penggunaan Golongan Obat Osteoporosis .................................... 44

Tabel 4.6 Penggolongan Jenis Terapi Kombinasi Pasien Osteoporosis ......................... 45

Tabel 4.7 Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati ......... 47

Tabel 4.8 Distribusi Penggolongan Terapi Non Farmakologi ....................................... 49

Tabel 4.9 Obat Penyerta Pasien Osteoporosis Diluar Diagnosis Osteoporosis .............. 50

Tabel 4.10 Hubungan Variabel Keluhan Nyeri Pasien terhadap Terapi yang digunakan
........................................................................................................................ 51

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Tulang……………………………………………………… ..... 7

Gambar 2.2 Mikrogafi Tulang Normal dan Osteoporosis ............................................ 14

Gambar 2.3 Algoritma pencegahan osteoporosis wanita ............................................. 15

Gamber 2.8 Algoritma pencegahan osteoporosis pria .................................................. 16

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...................... 67

Lampiran 2 Surat Perizinan Data dan Izin Penelitian dari RSUP Fatmawati ............... 68

Lampiran 3 Hasil Grafik ................................................................................................ 69

Lampiran 4 Rekapitulasi Data ........................................................................................ 73

Lampiran 5 Analisis Univariat dan Bivariat .................................................................. 84

xv
DAFTAR SINGKATAN

BMD : Bone Mineral Density


CBC : Complete Blood Count
CT-SCAN : Computericed Tomography Scanner
CNTF : Ciliary Neurotropic Factor
DEXA/DXA : Densitometry X-ray Absorptiometry
DM : Diabetes Mellitus
ESO : Efek Samping Obat
GM-CSF : Granulocyte Macrophage- Colony Stimulating Factor
IGF : Insulin Growth Factor
IL-1 : Interleukin-1
IRMPDI : Instalasi Rekam Medik dan Pusat Data Informasi
LIF : Leukemia Inhibitory Factor
MWD : Micro Wave Diatermi
OPG : OsteoProgesterin
PBM : Peak Bone Mass
PTH : ParaThyroid Hormone
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
RANKL : Receptor Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SERM : Selective Estrogen Receptor Modulator
SWD :Short Wave Diatermi
TENS : Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
TNF : Tumor Necrosis Factor
TGF : Transforming Growth Factor
TRANCE : TNF Related Activation Induced Cytokine
TSH : Thyroid Stimulating Hormone
US : Ultrasound

xvi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Firman Allah SWT, dalam surat Al Mu’minun ayat 67:

yang artinya : “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak,
kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum
itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan
supaya kamu memahami(nya)”.ayat tersebut menggambarkan proses kehidupan manusia.
Salah satu fase adalah fase manusia lanjut usia. Pada fase ini sering muncul berbagai
penyakit. Salah satu penyakit degeneratif manusia adalah Osteoporosis (Ahmad, 2013).

Osteoporosis merupakan ancaman terbesar baik individu dan masyarakat karena


tingginya morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan itu serta biaya keuangan terkait
kesehatan tulang pun turut mempengaruhinya (Dawson-Hughes 2008). Osteoporosis
bukan hanya menyebabkan fraktur tulang, tetapi juga dapat menimbulkan cacat tubuh
seperti kelainan bentuk tubuh, hingga penderitaan dan komplikasi yang bermacam-
macam (Tandra,2008).

Osteoporosis adalah kelainan tulang yang ditandai dengan menurunnya densitas


tulang, gangguan arsitektur tulang dan penurunan kekuatan tulang yang dapat
mengakibatkan fraktur. Banyak pasien tidak menyadari bahwa mereka mengalami proses
osteoporosis dan hanya datang saat tulang mengalami fraktur. Banyak faktor yang
menyebabkan tulang retak, seperti salah posisi duduk, terjatuh, terbentur benda tumpul ,
dan lain lain (Schwinghammer, 2015).

Saat ini banyak permasalahan osteoporosis terutama bagi kalangan perempuan


yang sudah mengalami menopause Hal ini dikarenakan produksi hormon esterogen yang
menurun. fungsi dari hormon esterogen yaitu membantu pembentukan prekursor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

osteoklast sehingga menyebabkan resorpsi tulang meningkat dan massa tulang


meningkat. Perempuan adalah kelompok yang paling berisiko terkena osteoporosis di
masa tua (Setyorini, 2009).

Pada menopause terjadi defisiensi esterogen yang mengganggu siklus


metabolisme tulang normal. Defisiensi esterogen meningkatkan aktivitas resorpsi
osteoklas tanpa meningkatkan aktivitas osteoblas sehingga resorpsi tulang akan
meningkatkan namun pembentukan oleh osteoblas tidak mampu mencukupi yang dapat
mengakibatkan kehilangan jaringan tulang (Gallagher,2013).

Osteoporosis dapat dijumpai di seluruh dunia dan sampai saat ini merupakan
masalah masyarakat di negara berkembang. Di Amerika Serikat, osteoporosis menyerang
20-25 juta penduduk. 1 diantara 2-3 perempuan post-menopause dan lebih dari 50 %
penduduk diatas umur 75-80 tahun. Data WHO tahun 2009 menunjukkan bahwa di
seluruh dunia ada sekitar 200 juta orang yang menderita osteoporosis. Pada tahun 2050
diperkirakan bahwa angka patah tulang pinggul akan meningkat 2 kali lipat pada
perempuan dan 3 kali lipat pada laki-laki. Laporan WHO menunjukkan bahwa 50 %
patah tulang adalah patah tulang paha atas yang dapat mengakibatkan kecacatan seumur
hidup dan kematian. Hasil penelitian white paper yang dilaksanakan bersama
perhimpunan osteoporosis Indonesia tahun 2007 melaporkan bahwa proporsi penderita
osteoporosis pada penduduk yang berusia diatas 50 tahun adalah 32,3% pada perempuan
dan 28,8% pada laki-laki. Sedangkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS, 2010)
menunjukkan bahwa angka insiden patah tulang paha atas akibat osteoporosis adalah
sekitar 200 dari 100.000 kasus pada usia 40 tahun Angka ini lebih tinggi dibandingkan
negara-negara Asia lainnya (Kemenkes, 2015).

Berdasarkan data Kemenkes RI 2008 menyatakan bahwa dari jumlah sampel


65.727 orang ( 22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan) dilakukan oleh Puslitbang Gizi
Depkes RI dan PT Fonterra Brands Indonesia. pada 16 wilayah di Indonesia secara
selected people (Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat dan 13 provinsi lainnya) dengan
metode pemeriksaan DMT (Densitas Massa Tulang) menggunakan alat diagnostik
clinical bone sonometer, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini)
sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk
Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan
sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia. Prevalensi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

osteopenia dan osteoporosis usia < 55 tahun pada laki-laki cenderung lebih tinggi
dibanding perempuan, sedangkan pada usia >55 tahun peningkatan osteopenia pada
perempuan enam kali lebih besar dari laki-laki dan peningkatan osteoporosis pada
perempuan dua kali lebih besar dari laki-laki (Kemenkes, 2008).

Hasil penelitian Amruta T (2015) yang dilakukan di rumah sakit di India


menunjukan bahwa suplementasi vitamin D dan kalsium merupakan peresepan yang
paling umum terjadi diikuti dengan pemberian analgesik, kalsitonin dan bifosfonat. Dari
suplementasi itu terlihat kenaikan kadar serum kalsium dan fosfor pada penderita
osteoporosis di rumah sakit tersebut (Amruta, 2015).

Menurut penelitian Jorg (2014) menunjukkan bahwa alendronate adalah yang


paling sering dipakai dan bifosfonat yang menjadi paling banyak dipakai selama 2-3
tahun (Jorg,2014).

Keterkaitan timbulnya penyakit osteoporosis tidak terlepas dari karakteristik


pasien diantaranya adalah faktor pendidikan menurut Alev (2011) memaparkan bahwa
jumlah tingkat pendidikan terbanyak diperoleh pada pasien dengan tingkat pendidikan
sekolah dasar. Selanjutnya status pendidikan akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan
pasien dalam mengonsumsi obat yang diresepkan (Alev,et.al 2011).

Rumah sakit yang menjadi rujukan nasional untuk permasalahan penyakit


degeneratif adalah RSUP Fatmawati di daerah Jakarta Selatan. Pelayanan unggulan dari
Rumah Sakit Fatmawati adalah pelayanan orthopaedi, untuk penanganan tulang dan
permasalahan tulang lainnya seperti fraktur, trauma dan sebagainya. Salah satu yang
menjadi permasalahan osteoporosis adalah patah tulang(fraktur) dan trauma akibat
terjatuh atau terpleset. Menurut Clinician’s Guide to Prevention and Treatment of
Osteoporosis timbulnya fraktur dikarenakan faktor risiko terjatuh yang terbagi menjadi
tiga aspek yakni aspek lingkungan, aspek neurologi otot-tulang, dan aspek klinis
(Cosman,2014)

Berdasarkan kesesuaian permasalahan mengenai kasus osteoporosis di RSUP


Fatmawati, terutama pada pelayanan orthopaedi yang berhubungan dengan osteoporosis,
peneliti bermaksud untuk mengetahui profil pengobatan pasien dengan diagnosa
osteoporosis baik terapi secara farmakologi maupun non farmakologi serta mengetahui
karakteristik pasien osteoporosis di Rawat Jalan RSUP Fatmawati periode 2016.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

1.2. Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang menunjukkan bahwa penyakit osteoporosis
merupakan penyakit kronis yang harus diobati yang dapat menimbukan masalah bagi
sebagian besar perempuan pada usia diatas 40 tahun dan laki-laki diatas 50 tahun.
Banyak penelitian penyakit osteoporosis yang sudah dilakukan. Penelitian tentang profil
pengobatan osteoporosis di rumah sakit di India menunjukkan bahwa dari peresepan
obat yang paling banyak dilakukan pada obat golongan vitamin D dan kalsium
(Amruta,2015). Penelitian serupa belum pernah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati,oleh sebab itu perlu diketahui profil pengobatan osteoporosis yang dilakukan
di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk :
1) Mengetahui profil pengobatan osteoporosis pada pasien rawat jalan di
RSUP Fatmawati
2) Mengetahui karakteristik pasien osteoporosis yang dirawat di Rawat Jalan
RSUP Fatmawati

1.3.2. Tujuan Khusus


1) Mengetahui jenis obat yang digunakan pada pengobatan osteoporosis di
RSUP Fatmawati
2) Mengetahui jenis pengobatan osteoporosis secara non farmakologi di
RSUP Fatmawati

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dalam melihat
penyakit osteoporosis terutama melihat dari aspek karakteristik pasien dan
profil pengobatan yang dijalani.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


5

1.4.2. Manfaat Metodologis


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan literatur tambahan
untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan pertimbangan
penelitian lebih lanjut tentang profil pengobatan pasien osteoporosis.

1.4.3. Manfaat Aplikatif


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
informasi mengenai pengobatan osteoporosis di RSUP Fatmawati dan rumah
sakit yang mempunyai karakteristik sama dengan RSUP Fatmawati.

1.5. Ruang Lingkup


Penelitian dengan judul “Studi Profil Pengobatan Osteoporosis Pada Pasien
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Tahun 2016” dibatasi pada
identifikasi profil pengobatan osteoporosis di RSUP Fatmawati tahun 2016.
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi farmasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain penelitian cross-
sectional menggunakan data sekunder berupa rekam medik pasien selama tahun 2016

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Tulang


2.1.1. Struktur Tulang

Tulang adalah substansi paling keras yang ada pada tubuh manusia yang
terdiri dari sel yang berlimpah dan materi ekstraseluler yang keras. Tulang
terdiri dari komponen organik yaitu kolagen dan komponen anorganik yaitu
mineral. Komponen organik mengandung 50 % volume dan 30% berat kering
dari komposit intraseluler kemudian sisanya dibentuk oleh mineral. Mineral
utama dari komposit intraseluler adalah kalsium dan fosfat dimana ketika
pertama kali disimpan mineral berbentuk crystallographically amorf tapi ketika
sudah matang ia akan menjadi mineral apatit yang khas yang komponen
utamanya adalah hidroksiapatit. Komponen kolagen pada tulang memberikan
energi untuk absorbsi dan fleksibilitas tulang sedangkan komponen mineral
membentuk struktur yang kaku dan kuat. Keseimbangan yang baik antara kedua
komponen tersebut dapat mengakibatkan kerusakan tulang dan mengakibatkan
penurunan kekuatan tulang (Rogers, 2011 ; O’Connell M.B. & Vondracek S.,
2008).

Kerangka orang dewasa memiliki dua tipe tulang yaitu tulang kortikal
(compact) dan tulang trabekular (spongy atau cancellous). Jumlah komponen
tulang kortikal dan memiliki efek yang lebih cepat terpengaruh oleh kondisi
yang terkait dengan peningkatan pergantian tulang dibandingkan dengan tulang
kortikal, oleh sebab itu tulang trabecular rentan untuk mengalami kehilangan
massa tulang (David, 2011 ; Walsh, 2014).

Ada empat jenis sel-sel tulang utama yaitu : osteoblas, lining cells,
osteosit dan osteoklas. Osteoblas berasal dari sel induk mesenchymal atau yang
disebut dengan osteoblastic stromal cell yang terletak di sum-sum tulang.
Osteoblas merupakan sel yang berperan pada modulasi pembentukan tulang
baru. Lining cells merupakan sel osteobas yang sedang istirahat atau tidak
bekerja untuk sistem pembentukan tulang. Osteosit merupakan osteoblas yang
tertanam pada tulang selama proses pembentukan dan mineralisasi tulang.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

Osteoklas merupakan sel yang berperan pada proses resorpsi tulang (Geusens
2004)

Gambar 2.1 : Struktur Tulang

Sumber : Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula

2.1.2. Fisiologi Tulang

Sel-sel tulang menjalani modelling dan atau remodelling untuk


memungkinkan tulang tumbuh dan beradaptasi sesuai kebutuhan. Modelling
adalah ketika resorpsi tulang dan pembentukan tulang terjadi pada permukaan
yang terpisah (yaitu pembentukan dan resorpsi tidak digabungkan). Contoh dari
proses ini adalah selama peningkatan panjang dan diameter tulang panjang.
Pemodelan tulang terjadi selama kelahiran sampai dewasa dan bertanggung
jawab untuk memperoleh massa tulang dan perubahan bentuk tulang sedangkan
remodelling adalah penggantian jaringan lama dengan jaringan baru. Yang
terutama terjadi pada kerangka dewasa untuk mempertahankan massa tulang.
Proses Remodelling melibatkan pembentukan tulang dan resorpsi tulang yang
saling berkaitan. Remodelling memungkinkan perubahan arsitektur tulang dalam
menanggapi faktor-faktor seperti beban mekanis, tapi tanpa merubah ukuran
kerangka keseluruhan. Dalam kerangka dewasa, 5-10% dari tulang
diremodelling setiap tahun. Remodelling tidak terjadi merata di seluruh kerangka
80 % dari renovasi terjadi di tulang trabekular (David, 2011).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

Fisiologi yang lengkap mengenai remodelling tulang belum sepenuhnya


diketahui tetapi diawali dengan sinyal dari sel lining atau osteosit yang dipicu
oleh stres, microfrakture, sistem biofeedback, dan penyakit tertentu yang
berpotensi serta pengobatannya. Sinyal dari lining cell melepaskan berbagai
sitokin dan faktor pertumbuhan. Macrophage Colony-Stimulating Factor (M-
CSF) dihasilkan oleh sel stroma untuk proliferasi, kelangsungan hidup, dan
diferensiasi dari prekursor osteoklas. Pada tahap kedua prekursor osteoblas
menghasilkan RANKL (receptor activator of nuclear factor kappa B ligand)
untuk berikatan dengan reseptor yang ada pada permukaan prekursor osteoklas
yaitu RANK, setelah itu akan terbentuk sel osteoklas yang matang dan aktif
untuk meresorbsi tulang. Tahap ketiga yaitu osteoklas yang berikatan dengan
matriks tulang melalui reseptor integrin pada membran osteoklas yang
menghubungkan dengan matriks peptida tulang. Resorbsi tulang oleh osteoklas
menghasilkan ion-ion hidrogen melalui pompa proton H+ -ATPase dan enzim
cathesin K. Ion hidrogen mengasamkan bagian yang tersesorpsi oleh osteoklas
yang bertujuan untuk melarutkan komponen mineral pada matriks tulang,
sedangkan cathesin K mencerna matriks organik yang sebagian besar
mengandung collagen tipe I, setelah tulang selesai diresorbsi dan terbentuk
rongga pada tulang, pada tahap keempat adalah dilepaskannya sitokin-sitokin
dan faktor-faktor pertumbuhan yang merupakan osteoblas dewasa pertama dari
mesenchymal stem cells yang kemudian menstimulasi pembentukan sel
osteoblas. Osteoblas dewasa memproduksi osteoprotegerin (OPG) yang
mengikat RANKL, sehingga ikatan antara RANKL dan RANK pada osteoklas
terganggu akibatnya osteoklas mengalami apoptosis sehingga resorpsi tulang
berhenti. Pada tahap kelima, pembentukan tulang dibagi menjadi dua tahap
yaitu, pertama osteoblas mengisi rongga yang telah diresorpsi dengan osteoid
dan yang kedua terjadi proses mineralisasi. Tahap keenam adalah ketika
pembentukan tulang selesai, osteoblas dewasa mengalami apoptosis atau
berubah menjadi lapisan sel atau osteosit Quisecence adalah fase ketika tulang
beristirahat hingga siklus remodelling lainnya dimulai pada bagian tersebut
(O’Connel M.B 2008).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

2.2. Tinjauan Tentang Osteoporosis


2.2.1. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa
tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikroarsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang
(Tandra, 2008).

Menurut National Institute of Health (NIH) (2001), osteoporosis adalah


kelainan kerangka ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan
dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang
merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas
tulang.

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai berkurangnya massa


tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang berakibat
menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga
tulang mudah patah (Supari,2008).

2.2.2. Etiologi

Menurut etiologinya osteoporosis dapat dikelompokkan dalam


osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi
akibat kekurangan massa tulang yang terjadi karena faktor usia secara alami.
Osteoporosis primer ini terdiri dari dua bagian:

1) Tipe I (Post Menopausal)


Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (usia 53-75 tahun).
Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush, Colles’fracture, dan
berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular
pada tempat tersebut, dimana jaringan trabekular lebih responsif terhadap
defisiensi estrogen.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

2) Tipe II (Senile)
Terjadi pada laki-laki dan perempuan usia ≥70 tahun. Ditandai
oleh fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge. Hilangnya massa
tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut
Osteoporosis sekunder dapat terjadi pada tiap kelompok umur
yang disebabkan oleh penyakit atau kelainan tertentu, atau dapat pula
akibat pemberian obat yang mempercepat pengeroposan tulang.
Contoh penyebab osteoporosis sekunder antara lain gagal ginjal kronis,
hiperparatiroidisme (hormon paratiroid yang meningkat), hipertirodisme
(kelebihan horman gondok), hipogonadisme (kekurangan horman seks),
multiple mieloma, malnutrisi, faktor genetik, dan obat-obatan.

2.2.3. Faktor –faktor Risiko Osteoporosis

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktor-faktor


yang berisiko terkena osteoporosis, antara lain:

1) Riwayat Keluarga

Seseorang termasuk berisiko tinggi bila orang tuanya juga


menderita osteoporosis. Faktor genetik ini terutama berpengaruh pada
ukuran dan densitas tulang. Perempuan yang mempunyai ibu pernah
mengalami patah tulang panggul, dalam usia tua akan dua kali lebih
mudah terkena patah tulang yang sama. Disamping itu keluarga juga
berpengaruh dalam hal kebiasaan makan dan aktifitas fisik.

2) Jenis Kelamin
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada perempuan. Hal ini
disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun
kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, perempuan pun
mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun. Pada
perempuan postmenopause kerapuhan tulang terjadi lebih cepat
dibandingkan dengan pembentukkan tulang .
3) Usia
Kehilangan massa tulang meningkat seiring dengan meningkatnya
usia. Semakin bertambah usia, semakin besar risiko mengalami

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

osteoporosis karena tulang menjadi berkurang kekuatan dan


kepadatannya. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia
antara 30 sampai 35 tahun. Patah tulang meningkat pada perempuan usia
>45 tahun, sedangkan pada laki-laki patah tulang baru meningkat
pada usia >75 tahun. Penyusutan massa tulang sampai 3-6% pertahun
terjadi pada 5-10 tahun pertama pascamenopause. Pada usia lanjut
penyusutan terjadi sebanyak 1% per tahun. Namun, pada perempuan yang
memiliki faktor risiko penyusutan dapat terjadi hingga 3% per tahun.
Selain itu, pada usia lanjut juga terjadi penurunan kadar 1,25 (OH)2D
yang disebabkan oleh kurangnya masukan vitamin D dalam diet,
gangguan absorpsi vitamin D, dan berkurangnya vitamin D dalam kulit.
4) Aktifitas Fisik
Kurang kegiatan fisik menyebabkan sekresi Ca yang tinggi dan
pembentukan tulang tidak maksimum. Namun aktifitas fisik yang
terlalu berat pada usia menjelang menopause justru dapat menyebabkan
penyusutan tulang. Kurang berolahraga juga dapat menghambat proses
pembentukan tulang sehingga kepadatan massa tulang akan berkurang.
Semakin banyak bergerak dan olahraga, maka otot akan memacu tulang
untuk membentuk massa.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa akivitas fisik
seperti berjalan kaki pada dasarnya memberikan pengaruh melindungi
tulang dan menurunkan demineralisasi tulang karena pertambahan umur.
Hasil penelitian Recker et.al dalam Groff dan Gropper (2000),
membuktikan bahwa aktivitas fisik berhubungan dengan penambahan
kepadatan tulang spinal. Aktivitas fisik harus mempunyai unsur
pembebanan pada tubuh atau anggota gerak dan penekanan pada aksis
tulang untuk meningkatkan respon osteogenik dari estrogen.
5) Status Gizi
Zat gizi dan gaya hidup juga mempengaruhi kondisi tulang,
meskipun hal ini mungkin lebih berhubungan dengan variabel luar seperti
zat gizi dan aktivitas fisik yang tidak teratur. Perawakan kurus
cenderung memiliki bobot tubuh cenderung ringan merupakan faktor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

risiko terjadinya kepadatan tulang yang rendah. Hubungan positif terjadi


bila berat badan meningkat dan kepadatan tulang juga meningkat..
6) Kebiasaan Konsumsi Asupan Kalsium
Kalsium (Ca), fosfor (P), dan magnesium (Mg) merupakan
komponen utama pembentuk tulang. Sebagai mineral terbanyak, berat
Ca yang terdapat pada kerangka tulang orang dewasa kurang lebih 1
kilogram. Penyimpanan mineral dalam tulang akan mencapai puncaknya
(Peak Bone Mass atau PBM) sekitar umur 20-30 tahun. Pada periode
PBM ini jika massa tulang tercapai dengan kondisi maksimal akan dapat
menghindari terjadinya osteoporosis pada usia berikutnya. Pencapaian
PBM menjadi rendah jika individu kurang berolahraga, konsumsi Ca
rendah, merokok, dan minum alkohol

Kalsium dan vitamin D dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang


yang kuat. Kalsium juga sangat penting untuk mengatur kerja jantung,
otot, dan fungsi saraf. Semakin bertambahnya usia, tubuh akan semakin
berkurang pula kemampuan menyerap kalsium dan zat gizi lain. Oleh
karena itu, laki-laki dan perempuan lanjut usia membutuhkan konsumsi
kalsium yang lebih banyak.

Konsumsi Ca yang dianjurkan National Osteoporosis


Foundation (NOF) adalah 1000 mg untuk usia 19-50 tahun dan 1200 mg
untuk usia 50 tahun keatas. Sumber - sumber kalsium terdapat pada susu,
keju, mentega, es krim, yoghurt dan lain – lain.
7) Kebiasaan Merokok
Perempuan yang mempunyai kebiasaan merokok sangat rentan
terkena osteoporosis karena zat nikotin di dalamnya mempercepat
penyerapan tulang dan juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen
dalam tubuh berkurang sehingga susunan sel tulang tidak kuat dalam
menghadapi proses pembentukan tulang.
8) Penyakit Diabetes Mellitus
Orang yang mengidap DM lebih mudah mengalami osteoporosis.
Pemakaian insulin merangsang pengambilan asam amino ke sel tulang
sehingga meningkatkan pembentukkan kolagen tulang, akibatnya orang
yang kekurangan insulin atau resistensi insulin akan mudah terkena

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

osteoporosis. Kontrol gula yang buruk juga akan memperberat


metabolisme vitamin D dan osteoporosis (National Institute Health, 2015).
2.2.4. Patofisiologi

Osteoporosis terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan antara


proses resorpsi tulang dan formasi tulang, dimana secara seluler disebabkan
oleh karena jumlah dan aktivitas sel osteoklas (sel resorpsi tulang) melebihi
dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas (sel formasi tulang). Keadaan ini
mengakibatkan penurunan massa tulang.

Pada menopause terjadi defisiensi esterogen yang mengganggu siklus


metabolisme tulang normal. Fungsi esterogen adalah menekan poliferasi dan
diferensiasi dari osteoklas dan meningkatkan apoptosis osteoklas, menurunkan
produksi sitokin yang menstimulasi osteoklas yaitu IL-1 dan IL-6 dan Tumor
Necrosis Factor (TNF), menurunkan produksi RANKL dan meningkatkan
produksi OPG yang keduanya bekerja menurunkan osteoclastogenesis
(O’Connell M.B & Vondracek S.,2008).

Defisiensi esterogen meningkatkan aktivitas resorpsi osteoklas tanpa


meningkatkan aktivitas osteoblas sehingga resorpsi tulang akan meningkat
namun pembentukan oleh osteoblas tidak mampu mencukupi, yang dapat
mengakibatkan kehilangan jaringan tulang. Perubahan seluler yang terjadi
akibat defisiensi esterogen adalah adanya peningkatan produksi sitokin yaitu
Tumor Necrosis Factor –A (TNF-α), IL-1 dan IL-6. Penurunan OPG pun
menurun akibat defisiensi esterogen akibatnya tidak ada yang mengikat
RANKL, sedangkan RANKL menstimulasi pengaktifan kerja osteoklas
dewasa akibatnya tidak ada yang menghambat kerja osteoklas dan akan terus
mengalami peningkatan (Gallagher et.al., 2013).

Defisiensi kalsium dan vitamin D sering didapatkan pada orang tua,


hal ini dapat disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang,
anoreksia, malabsorpsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Akibat
defisiensi kalsium dapat menyebabkan timbulnya hiperparatiroidime sekunder
yang persisten sehingga akan meningkatkan proses resorpsi tulang dan
kehilangan massa tulang. Aspek nutrisi yang lain adalah defisiensi protein

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

yang akan menyebabkan penurunan sintesis IGF-1 (Insulin Growth Factor 1)


yang berfungsi membantu mempromosikan perkembangan dan pertumbuhan
tulang serta jaringan lain yang normal. Defisiensi vitamin K juga akan
menyebabkan osteoporosis (Mukti,2011).

Gambar 2.2 : Mikrografi tulang normal dan Osteoporosis

Sumber :Clinical Guide To Prevention and Treatment of Osteoporosis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

2.2.5. Tata Laksana Terapi


2.2.5.1. Terapi Farmakologi

Algoritma Pencegahan Osteoporosis

Gambar 2.3 Algoritma Pencegahan Osteoporosis Perempuan


Sumber : Dipiro, Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

Gambar 2.4 Algoritma Pencegahan Osteoporosis Laki-laki


Sumber : Dipiro, Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

1) Pengobatan dengan pengukuran BMD (Bone Mineral Density)


Populasi yang perlu pengukuran BMD :
- Untuk perempuan dengan usia ≥ 65 tahun
- Untuk perempuan usia 60-64 tahun postmenopause dengan peningkatan risiko
osteoporotis
- Laki-laki dengan 70 tahun atau yang risiko tinggi
Dari hasil pengukuran BMD, jika T-score >-1, maka nilai BMD termasuk
normal, tetapi tetap diperlukan monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan
pengobatan, maka pilihan pengobatannya adalah Bifosfonat, Raloxifene, Kalsitonin
(Dipiro et.al , 2005).
Jika T-score -1 s/d -2,5, maka termasuk dalam osteopenia. Dapat dilakukan
monitoring DXA setiap 1-5 tahun. Dan jika diperlukan pengobatan, maka pilihan
pengobatannya adalah Bifosfonat, Raloxifene, Kalsitonin
Jika T-score <-2,0 dilakukan pemeriksaan lanjut untuk osteoporosis sekunder,
yaitu dengan pengukuran PTH, TSH, 25-OH vitamin D, CBC, panel kimia, tes
kondisi spesifik. Kemudian dilakukan terapi berdasarkan penyebab, bila ada, yaitu
dengan bifosfonat, jika intoleransi dengan bifosfonat maka pilihan pengobatannya
adalah bifosfonat parenteral, teriparatid, raloxifene dan kalsitonin.
Dari hasil pengukuran osteoporosis dengan skor T < -2,5, terapi dapat
dilakukan dengan bifosfonat, jika intoleran dengan bifosfonat pilihan terapi obat
lainnya adalah raloxifen, kalsitonin nasal, teriparatid, Bifosfonat parenteral. Jika
kerapuhan tetap berlanjut setelah pemakaian bifosfonat, maka pilihan terapi lainnya
adalah teriparatid.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

Tabel 2.1 Obat yang Digunakan Dalam Terapi


Gambaran Pengobatan Osteoporosis yang diakui FDA
Obat(Merek) Dosis Rute Pemberian Efek Samping
Bifosfonat
Alendronat (Fosamax) Pengobatan : 10 mg x 1 Oral Dispepsia, nyeri Abdomen,
hari atau 70 mg x 1 nyeri otot
minggu

Pencegahan : 5 mg x 1
hari atau 35 mg x 1
minggu
Ibandronat ( Boniva) Oral : 2,5 mg x1 hari atau Oral, IV Dispepsia, nyeri punggung,
150 mg 1 x 1 bulan nyeri otot, sakit kepala,
nyeri abdomen.
IV : 3 mg x 1 bulan selama
3 bulan
Risendronat (Actonel, IR (Immediate-release) : 5 Oral Ruam, nyeri perut,
Atelvia) mg x 1 hari atau 35 mg x 1 dispepsia, diare, artharaigia
minggu atau 150 mg x 1
bulan, DR
(Delayed-release) 35 mg x
1 minggu
Zolendronat acid (Reclast) 5 mg x 1 tahun IV Reaksi akut (Flu, demam,
myalgia) mungkin akan
terjadi 3 hari setelah minum
obat ; jipertensi,
kelelahan,inflamasi, mual,
muntah, nyeri dada.

Kalsitonin
Kalsitonin (Fortical) 200 IU /hari Intranasal Rinitis, Iritasi pernapasan,
pusing, pernapasan kering.
Calcitonin (Miacalcin) 100 IU setiap hari lain Subcutan, IM, Intranasal Reaksi tempat injeksi obat,
200 IU alternatif untuk mual muntah, berilusi
pilihan hari.
Selective Estrogen Receptor Modulator
Raloxifene (Evista) 60 mg x 1hari Oral Arthral, kram lengan, flu
Syndrome peripheral edema
Analog Hormon Paratiroid
Teriparatid (Forteo) 20 mcg x 1 hari Subcutan Hiperkalsemia, mual, rinitis,
arthralgia, nyeri
Antibodi Monoklonal
Denosumab (Prolia) 60 mg setiap 6 bulan Subcutan Dermatitis, ruam, nyeri
tulang/otot

Tabel diatas merupakan tabel rekomendasi obat-obat osteoporosis dari FDA salah
satunya adalah bifosfonat yang banyak digunakan oleh penderita osteoporosis di Amerika
Serikat sebagai obat lini pertama untuk terapi osteoporosis. Obat yang masuk dalam golongan
bifosfonat meliputi alendronat, ibandronat, risendronat, dan asam zolendronat. Selanjutnya
lini kedua dan seterusnya adalah golongan kalsitonin, SERM (Selective Estrogen Receptor
Modulator), Parathyroid Hormone Analogue, Antibodi monoklonal.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

Obat yang digunakan dalam terapi osteoporosis, yaitu :


Tabel 2.2 Profil Farmakokinetik dan Farmakodinamik
No Nama Obat Farmakologi
Farmakodinamik Farmakokinetik
1 Vitamin D Mekanisme Kerja Absorbsi : Terabsorbsi dengan baik
Menstimulasi transport kalsium di saluran cerna. Empedu penting
usus dan fosfat sehingga untuk penyerapan di usus. Absorbsi
meningkatkan transport kalsium bisa menurun pada pasien yang
dalam darah dan tulang (Dale, mengalami penurunan reabsorbsi
et.al,.2012) lemak.

Indikasi Distribusi : mengikat ke α-globulin


Sebagai antiosteoporosis, spesifik, dapat disimpan di jaringan
imunomodulator, antikarsinogenik, adiposa dan otot dalam periode
antipsoriatik. (Setyorini, 2009) yang lama, secara lambat dilepas
dari tempat penyimpanan dan kulit
ESO dimana vitamin D terbentuk pada
Hiperkalsemia yang menyebabkan sinar UV.
gangguan ginjal, selain itu juga
menyebabkan sakit kepala, mual, Metabolisme : Dihidroksilasi dalam
muntah, mulut kering dan hati oleh enzim vitamin D 25-
konstipasi.(Sukandar, 2009) hidroksilase ke bentuk calcifediol.
Di ginjal dengan enzim vitamin
D1hidroksilase ke bentuk metabolit
aktif 1,25-dihidrokolekalsiferol
(calcitriol)

Eksresi : Diekresi melalui empedu


dan feses dengan sedikit di urin
(Dewoto, 2007)

Dosis : Dewasa >50 tahun : 400


IU/hari, dosis lazim : 800 – 1000
IU (Drugbank.ca)
2 Kalsium Mekanisme Kerja Absorbsi : Absorpsi kalsium dari
Sebagai kofaktor enzim dan saluran pencernaan dengan difusi
mempengaruhi aktivitas sekresi pasif dan transpor aktif. Kalsium
kelenjar endokrin dan eksokrin harus dalam bentuk larut dan
(Dipiro et.al 2008) terionisasi agar bisa diabsorpsi.
Vitamin D diperlukan untuk
Indikasi absorpsi kalsium dan meningkatkan
Mencegah osteoporosis, menjaga mekanisme absorpsi. Absorbsi
keseimbangan cairan tubuh, meningkat dengan adanya
mencegah penyakit jantung, makanan.
mengatasi kram, sakit pinggang,
rematik. (Setyorini, 2009) Distribusi : Kalsium secara cepat
didistribusikan ke jaringan skelet

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik


ESO Metabolisme : dimetabolisme
Gangguan gastrointestinal ringan, dengan bantuan dari vitamin D
bradikardia, aritmia, dan iritasi disertai kerja hormon paratiroid.
pada injeksi intravena (Rang, et.al,. Adanya metabolit aktif dalam
2012) sirkulasi umum dapat
meningkatkan sintesa protein
pengikat kalsium dalam
enterosit.(DN. Baron, 1995)

Eksresi : Kalsium dieksresikan


melalui feses, urin, dan keringat.

Dosis : 400 - 1400 mg baik dari


asupan diet maupun
makanan.(Burns, et.al 2008)
3 Bifosfonat Mekanisme Kerja Alendronate : diabsorbsi baik
Memicu osteoblas menghasilkan dalam kondisi perut kosong (untuk
substansi yang akan menghambat 2 jam sebelum makan), penurunan
dan menurunkan jumlah osteoklas, penyerapan tidak memiliki dampak
sehingga aktivitas osteoklas yang signifikan terhadap efektivitas
terbatas dan menurun. obat. Didistribusikan di jaringan
lunak, kemudian cepat masuk
Indikasi dalam jaringan tulang. Mengikat
Mencegah osteoporosis, protein plasma sebesar 78 %.
mengurangi kejadian patah tulang. Dieksresikan dalam urin.
(Comston, 2014)
Dosis : oral 1 x 10 mg / hari ; 1 x
ESO 70 mg/minggu (drugs.com)
Mual, Nyeri abdomen dan Ibandronate : Cepat diserap dari
dyspepsia, mempengaruhi fungsi saluran pencernaan bagian atas.
ginjal dan berisiko pada kerusakan Bioavabilitas absolut 0,6 % T maks
ginjal akut. (Kawiyana, 2009) 0,5 – 2 jam. Didistribusikan dalam
sirkulasi sistemik cepat mengikat
tulang mengikat protein plasma 85
– 87 %. Ibandronate menghambat
enzim 1A2, 2A6, 2C9, 2C19, 2D6,
2E1 dan sitokrom P450 3A4.
Eksresi tidak diubah dalam bentuk
urin dan feses melainkan
didistribusikan lagi kedalam darah
dari tulang, total bersihan
ibantronat rendah berkisar 6 – 10
sampai 160 ml/ menit. Pembersihan
ginjal (60 ml/ menit) menyumbang
50 % sampai 60 % dari total
clearence.

Dosis pengobatan/pencegahan :

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik


oral 1 x 150 mg /bulan,
IV : 3 mg /3 bulan (drugs.com)
Risendronate : Pada pemberian
peroral, absorbsinya relatif cepat,
(tmax 1 jam) dan terjadi di saluran
cerna atas. Kira-kira setengah dari
dosis yang telah diabsorpsi akan
diekskresi melalui urin dalam 24
jam. Obat yang tidak diabsorpsi
akan dieliminasi dalam bentuk yang
tidak diubah di tinja.

Dosis postmenopausal osteoporosis


/ pencegahan : 1 x 5 mg /hari ; 1 x
35 mg/ minggu ; 1 x 150 mg/bulan
Dosis meningkatkan massa tulang :
1 x 35 mg/minggu. (drugs.com)
Asam Zolendrenat : buruk diserap
di saluran cerna, sehingga lebih
baik digunakan secara intravena,
asam zolendronat dieksresikan oleh
ginjal dalam beberapa tahap dan
waktu paruh 146 jam dengan
pemberian berulang 28 hari. Hari
pertama ditemukan dalam urin 40 ±
16% dari dosis.Sisa obat disimpan
dalam jaringan tulang dan perlahan-
lahan dilepaskan ke sirkulasi
sistemik.alen dimetabolisme dan
diekskresikan oleh ginjal bentuk
tidak berubah dengan kotoran -
kurang dari 3%
(drugbank.ca)
Dosis : IV 5 mg infus tidak lebih 15
menit setiap tahun
Dosis pencegahan : IV 5 mg infus
tidak lebih 15 menit tiap 2 tahun
(drugs.com)

4 Selective Mekanisme Kerja Absorpsi : Raloxifene diabsorpsi


Estrogen Raloxifene merupakan reseptor secara cepat setelah pemberian oral
Receptor estrogen selektif yang mengurangi dengan sekitar 60% dosis oral
Modulators resorpsi tulang dan menurunkan absorpsi.
(SERMs) pembengkokan tulang. (Dale, Distribusi : Volume distribusi nyata
et.al,.2012 sebesar 2348L/kg dan tidak
tergantung dosis. sekitar 95%
Indikasi raloxifene dan konjugat
Meningkatkan BMD tulang monoglukoronid terikat pada

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik


belakang dan pinggul sebesar 2-3 protein plasma.
% dan menurunkan fraktur tulang Metabolisme : Raloxifene
belakang, pencegahan mengalami metabolisme lintas
postmenopausal osteoporosis pertama menjadi konjugat
(Stevenson, 2005) glukoronid dan tidak
dimetabolisme melalui jalur
ESO sitokrom P450.
Meningkatkan risiko trombosis Ekskresi : Raloxifene terutama
vena dalam sampai tingkat yang diekskresikan pada feses dan urin.
sama dengan yang diamati dengan (drugbank.ca)
estrogen. Bisa juga meningkatkan Dosis : 60 mg /hari (drugs.com)
hot flashes dan menyebabkan kram
kaki (Enrico, 2009)
5 Kalsitonin Mekanisme Kerja Absorbsi : kalsitonin cepat
Kalsitonin menghambat resorpsi terabsorbsi dan tereliminasi.
tulang oleh osteoklas dan Bioavabilitas mengikuti injeksi
mendorong pembentukan tulang subkutan dan intramuskular.
oleh osteoblas. Hal ini Bioavabilitas bervariasi antara 3 – 5
menyebabkan peningkatan massa % , Volume distribusi : 0,15 – 0,3
tulang dan penurunan kadar L/Kg. Ikatan protein 30 -40 %
kalsium dalam plasma.
Kalsitonin meningkatkan ekskresi Metabolisme : termetabolisme
ionik seperti kalsium, fosfat, terutama di ginjal, membentuk
natrium, magnesium, dan kalium fragmen inaktif pada molekul.
dengan mengurangi reabsorbsi Dimetabolisme juga di darah dan
tubulus, karena itu terjadi jaringan perifer.
peningkatan sekresi jejunum air,
sodium, potasium, dan klorida. Eksresi : dieksresi di urin.
(drugbank.ca)
Indikasi Dosis : 1 x 50 UI /hari diberikan
Mencegah kekeroposan tulang, subkutan/intramuskular, dosis
pengobatan osteoporosis pada injeksi dapat ditingkatkan hingga
perempuan yang telah mengalami 200 / 400 UI per hari
sekurang-kurangnya 5 tahun 200 UI diberikan intranasal 1 x 1
postmenopausal. /hari (drug.com)

ESO
Menyebabkan rinitis, epistaksis dan
reaksi alergi
6 Estrogen Mekanisme kerja Absorbsi : diabsorbsi secara baik
dan terapi Estrogen menurunkan aktivitas oleh saluran cerna, larut dalam air.
hormonal. osteoklas, menghambat PTH secara
periferal, meningkatkan konsentrasi Distribusi : estrogen eksogen
kalsitriol dan absorpsi kalsium di distribusinya mirip dengan estrogen
usus, dan menurunkan ekskresi endogen. Estrogen didistribusikan
kalsium oleh ginjal. Penggunaan secara luas ke dalam tubuh dan
estrogen dalam jangka waktu umumnya ditemukan pada
lamatanpa diimbangi progesteron konsentrasi yang lebih tinggi pada

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

No Nama Obat Farmakodinamik Farmakokinetik


meningkatkan risiko kanker organ target hormon seks.
endometrium pada perempuan yang Sirkulasi esterogen dalam darah
uterusnya utuh. (Zhao, 2002) terikat bada albumin, dan Sex
hormone-binding globulin (SHBG)
Indikasi
Terapi pencegahan osteoporosis Metabolisme : Transformasi terjadi
bagi perempuan, menghilangkan di hati, Estrogen juga menjalani
gejala vasomotor dan atrofi resirkulasi enterohepatik melalui
vulvovaginal yang terkait konjugasi sulfat dan glukuronida di
menopause (micromedex) hati, sekresi biliaris konjugasi ke
dalam usus, dan hidrolisis di usus
ESO diikuti dengan reabsorpsi.
Peningkatan risiko infark miokard, estrogen dimetabolisme sebagian
stroke, payudara invasif .kanker, oleh sitokrom P450 3A4
emboli pulmonal dan deep vein (CYP3A4).
thrombosis (Simona, 2012)
Eksresi : Estradiol, estron, dan
estriol diekskresikan dalam urin,
bersama dengan konjugasi
glukuronida dan sulfat.

Dosis : 1 x 0,3 mg/hari (drugs.com)


7 Teriparatid Mekanisme Kerja Absorbsi : Bioavabilitas sebesar
Teriparatide meningkatkan formasi 95% dalam pemberian injeksi
tulang, perubahan bentuk tulang subkutan
dan jumlah osteoblast beserta
aktivitasnya sehingga massa tulang Distribusi : di dalam darah, volume
akan meningkat distribusi 0,12 L/kg
(prasad, 2016)
Metabolisme : Metabolisme
Indikasi periferal PTH diyakini terjadi oleh
Terapi anabolik untuk menjaga dan mekanisme enzimatik non spesifik
memelihara bentuk tulang, di hati
perawatan osteoporosis pada
perempuan pascamenopause dan Ekskresi : ekskresi melalui ginjal
laki-laki berisiko tinggi mengalami
patah tulang. di laki-laki dan Dosis : 60 mg subkutan tiap 6 bulan
perempuan berisiko tinggi (drugs.com)
mengalami fraktur dengan
osteoporosis terkait dengan
glukokortikoid sistemik yang
berkelanjutan terapi
(Narayanan, 2013)

ESO
kram kaki, mual dan pusing,
metastase tulang, hiperkalsemia.
(Narayanan, 2013)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

Tabel 2.3 Anjuran Pemberian Harian Kalsium


Umur Pemasukan Kalsium
Infant 0 – 6 bulan 300 mg dari ASI
400 mg dari non ASI
6 – 12 bulan 400 mg
Anak-anak 1 – 3 tahun 500 mg
4 – 6 tahun 600 mg
7 – 9 tahun 700 mg
Remaja 10 – 18 tahun 1000 mg
Laki-laki 19 – 49 tahun 800 mg
>50 tahun 1000 mg
Perempuan 19 - 49 tahun 800 mg
>50 tahun 1000 mg
Perempuan Hamil dan Tri semester ketiga 1000 mg
menyusui
(Clinical Guidance on Management of Osteoporosis 2012)

2.2.5.2. Terapi Non Farmakologi

Terapi Non Farmakologi ditujukan untuk mendukung proses terapi non


farmakologi agar mencapai terapi yang efektif dan aman.

1) Perubahan gaya hidup


Menurut studi epidemiologi tentang besarnya angka risiko terhadap
fraktur osteoporosis. Faktor risiko ini berhubungan dengan kekuatan tulang,
densitas tulang geometri dan/ atau kualitas atau faktor independen dari
kekuatan tulang. Terutama yang berhubungan dengan faktor risiko jatuh.
Beberapa gaya hidup yang menjadi faktor risiko kejadian osteoporosis
dijelaskan di tabel.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

Tabel 2.4 : Hubungan Faktor Risiko dengan Kekuatan Tulang


Faktor risiko Hubungan kekuatan tulang, jatuh, dll
Peraturan diet
IMT rendah Kekuatan tulang
Obesitas, Overweight Kekuatan tulang (lainnya?)
Asupan kalsium rendah Kekuatan tulang (jatuh?)
Asupan Natrium tinggi Kekuatan tulang
Asupan kafein berlebih Kekuatan tulang
Penggunaan minum bersoda yang Kekuatan tulang
tinggi
Lain-lain
Konsumsi alkohol Kekuatan tulang, jatuh
Merokok Kekuatan tulang (lainnya?)
Paparan sinar matahari rendah Kekuatan tulang, jatuh
Penggunaan obat hipnotik sedatif Jatuh
Kondisi rumah yang tidak tepat Jatuh
Fisik yang tidak aktif Kekuatan tulang, jatuh

Berat badan rendah atau IMT rendah adalah faktor risiko patah tulang
yang diketahui dengan baik, sedangkan kelebihan berat badan dan obesitas
pada umumnya dianggap sebagai pelindung terhadap patah tulang (Kanis JA,
et.al 2005).
Seperti faktor gaya hidup yang lebih spesifik terkait dengan diet,
potensi efek samping yang merugikan dari asupan kalsium rendah, asupan
sodium yang tinggi dan konsumsi kafein yang berlebihan dapat berpengaruh
pada kondisi densitas tulang yang kurang baik. Penggunaan minuman soda
berkarbonasi dan lebih banyak lagi pada cola menyebabkan efek yang kurang
baik dengan massa tulang yang lebih rendah. Sehingga menyebabkan
densitas tulang lebih rendah dibanding pada orang yang tidak pernah
mengonsumsi minuman bersoda dan cola (Tucker, et.al 2006).
Konsumsi alkohol berlebihan umumnya dikenali sebagai penyebab
sekunder osteoporosis dan sebagai faktor risiko patah tulang. Alkohol dapat
mengganggu metabolisme tulang melalui efek toksik langsung pada
osteoblas dan secara tidak langsung melalui efek kerangka kekurangan gizi
pada kalsium, vitamin D, dan protein yang lazim pada peminum berat (Kanis
JA, et.al 2005).
Merokok memiliki efek pada tulang yang merugikan dan merokok
saat ini dikaitkan dengan risiko patah tulang yang meningkat . Meskipun

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

telah dilaporkan bahwa efek buruk pada BMD terlihat setelah usia 50 dan
meningkat seiring bertambahnya usia. Merokok telah terbukti juga
mempengaruhi kesehatan tulang secara negatif pada individu muda selama
pematangan tulang (Taes, et.al 2010).
Kekurangan paparan sinar matahari juga menjadi salah satu faktor
risiko terjadinya osteoporosis. Paparan sinar matahari yang minim
menyebabkan kurangnya vitamin D terhadap kebutuhan kesehatan tulang.
Utamanya pada usia lanjut usia, terutama pada penduduk yang tinggal di
kawasan eropa yang jarang terkena paparan sinar matahari secara langsung
dan cenderung rendah (Kroger, et.al 1995).
Penggunaan obat hipnotik-sedatif berperan dalam permasalahan faktor
risiko osteoporosis hal ini erat berhubungan dengan kondisi rumah yang
tidak tepat, karena berhubungan dengan meningkatnya faktor risiko jatuh,
terutama bagi lansia.
2) Nutrisi
Pasien osteoporosis sebaiknya mendapatkan nutrisi yang cukup dan
pemeliharaan berat badan yang ideal. Diet kalsium penting untuk memelihara
densitas tulang. Nutrisi tersebut dapat berupa vitamin D yang bisa didapatkan
dari brokoli, kacang-kacangan, ikan teri, ikan salmon, susu, kuning telur, hati
dan sarden serta paparan sinar matahari.
3) Olahraga
Olahraga seperti berjalan, jogging, menari dan panjat tebing dapat
bermanfaat dalam mencegah kerapuhan dan fraktur tulang. Hal tersebut
dapat memelihara kekuatan tulang (Chisholm-burns et.al , 2008). Prinsip
latihan fisik untuk kesehatan tulang adalah latihan pembebanan, gerakan
dinamis dan ritmis, serta latihan daya tahan (endurance) dalam bentuk
aerobic low impact. Senam osteoporosis untuk mencegah dan mengobati
terjadinya pengeroposan tulang. Daerah yang rawan osteoporosis adalah area
tulang punggung, pangkal paha dan pergelangan tangan (Anonim, 2011).
Terapi fisik dan olah raga tampaknya lebih efektif lagi bila digunakan
dalam strategi pencegahan patah tulang. Berjalan adalah cara praktis untuk
memulai. Latihan renang atau air juga diuntungkan dengan meningkatkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

kekuatan otot. Latihan gabungan program (ketahanan + aerobic + tubrukan)


direkomendasikan untuk peningkatan BMD tulang belakang (Moreira, 2014).
4) Fisioterapi
Fisioterapi adalah salah satu cabang pelayanan kesehatan yang erat
kaitannya dengan penanganan kelainan fisik dengan mengoptimalkan
gerakan dan fungsi. Secara khusus, fisioterapi melibatkan penilaian,
penentuan jenis penyakit, pengobatan dan pencegahan berbagai penyakit dan
cedera dengan menggunakan berbagai cara dan teknik fisik. Istilah fisoterapi
sering dipakai bergantian dengan terapi fisik (kemenkes, 2008).
Tujuan dari dilakukannya fisioterapi adalah mengembalikan fungsi
tubuh setelah terkena penyakit atau cedera. Jika tubuh menderita penyakit
atau cedera permanen, maka fisioterapi dapat diprioritaskan untuk
mengurangi dampaknya.
Dalam penangangan osteoporosis fisioterapi dilakukan untuk
menghilangkan nyeri dikarenakan adanya fraktur akibat dari osteoporosis
atau penurunan densitas tulang. Fisioterapi dapat memulihkan mobilitas
bagian tulang yang mengalami fraktur dan kekuatan otot pada penderita
osteoporosis.
Penanganan fisioterapi harus dengan “perlakuan khusus”, dikaitkan
dengan problematic yang ditimbulkan dengan mengacu pada Fisiologi Usia
lanjut.Proses penuaan pada orang tidak dapat dihindari karena proses bersifat
alami. Penurunan fungsi fisik dan mental ini dapat dipertahankan (agar tidak
lebih menurun dengan pemberian program latihan “kebugaran fisik”), namun
demikian bisa juga menimbulkan gangguan pada berbagai fungsi system
tubuh, disamping itu para lanjut usia rentang dari berbagai penyakit lanjut
usia (sering menyerang usia-usia lanjut). Oleh karena itu penanganan para
lanjut usia harus melalui pendekatan yang bersifat “holistic” (bukan hanya
penyakit/problematiknya dieliminir tapi juga mempertimbangkan factor
lingkungan keluarga, masyarakat dan social).
Beberapa penanganan manajemen osteoporosis penderita osteoporosis
sebagian besar informasinya didapatkan dari dokter keluarga. Tidak semua
dokter mengetahui peran yang dapat dimainkan oleh terapis fisik. rehabilitasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

dan penanganan gejala osteoporosis. Berikut beberapa metode yang


biasanya diterapkan kepada pasien:
1. Program latihan
Beberapa terapi yang termasuk dalam program ini antara
lain teknik memperbaiki postur tubuh, memperkuat otot, latihan
kardiovaskular, dan peregangan (Zehnacker, 2007).
2. Teknik elektroterapi
Terapi ini menggunakan alat dengan daya listrik. Beberapa
terapi jenis ini antara lain ultrasound, terapi laser, terapi diatermi,
dan terapi syaraf dengan stimulasi elektrik (TENS) (Intan, 2012).
3. Fisioterapi manual
Yang temasuk fisioterapi jenis ini adalah pijat, peregangan,
dan pelatihan resistensi tubuh, serta mobilisasi dan manipulasi
sendi. (Zehnacker, 2007).
4. Metode lainnya
Selain metode-metode yang sudah disebutkan di atas,
fisioterapi juga membantu pasien dengan mengoreksi teknik
berolahraga yang salah dan membantu cara menggunakan alat
bantu dengan tepat. Beberapa metode lainnya yang biasa dipakai
adalah hidroterapi, melatih teknik bernapas yang benar, dan
pengobatan akupuntur.

Selain metodenya yang lengkap dan spesifik, fisioterapi


juga bisa dilakukan dengan fleksibel. Artinya, pasien bisa
melakukan fisioterapi di mana saja sesuai dengan kemampuannya,
apakah mau di rumah atau di rumah sakit (Zehnacker, 2007).

2.3. Pemeriksaan Laboratorium Osteoporosis


2.3.1. Pemeriksaan X-Ray
Salah satu cara dalam mendeteksi adanya fraktur osteoporosis adalah
melalui tes radiografi dengan menggunakan sinar X-ray. Foto rontgen tulang
dapat melihat bentuk dan konsistensi tulang, pada tulang yang keropos,
gambarannya akan lebih gelap mendekati gambaran jaringan lunak. Namun
kelemahan dari pemeriksaan ini adalah dibutuhkan kehilangan massa tulang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

minimal sebesar 30 % agar didapatkan gambaran tulang osteoporosis pada


film foto rontgen, atau jika sudah terjadi patah tulang seperti misalnya fraktur
(patah tulang) kompresi pada tulang belakang. Kelemahan lain dari
pemeriksaan foto rontgen ini adalah tingginya tingkat radiasi dari alat yang
digunakan (Patricia,2016).
2.3.2. Pemeriksaan CT Scan
Teknik pemeriksaan CT Scan menggunakan computerized tomography
(CT) Scanner yang dikombinasikan dengan software komputer untuk
menentukan kepadatan massa tulang biasanya pada tulang belakang.
Quantitative CT (QCT) scans menyediakan detail, gambar tiga dimensi dapat
digunakan untuk mengukur efek penuaan dan penyakit lain disamping
osteoporosis, biasanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit.
membutuhkan radiasi yang besar dibandingkan dengan DXA. Jika DXA
hanya membutuhkan radiasi 1-5 Sv, sedangkan QCT membutuhkan radiasi
sampai 60 Sv (Hadi, 2016).
2.3.3. Pemeriksaan BMD (Bone Mass Density)
Pemeriksaan BMD menggunakan dual energy X-ray absorptiometry
(DXA) mengukur kepadatan massa tulang pada pinggul dan tulang belakang.
Tes ini memberikan hasil yang tepat dan teknik pemeriksaan yang banyak
dipakai secara luas di seluruh dunia untuk mendiagnosis osteoporosis. Bahkan,
DXA ditetapkan sebagai baku emas untuk pengukuran BMD tulang-tulang
sentral (aksial) tubuh, yang meliputi ruas-ruas tulang belakang (vertebrae
lumbal) dan tulang pangkal paha (femur), maupun tulang-tulang perifer (tepi),
seperti tulang-tulang lengan bawah (radius dan ulna).
Adapun tujuan pengukuran densitas tulang atau BMD dengan DXA ini
adalah untuk mendiagnosis osteoporosis, memprediksi risiko patah tulang
(fraktur), dan memonitor terapi atau pengobatan osteoporosis (Hadi,2016).

2.4. Tinjauan Tentang Rumah Sakit


2.4.1. Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi yang merupakan bagian integral dari
organisasi kesehatan dan organisasi sosial dan berfungsi menyediakan
pelayanan kesehatan yang lengkap baik secara kuratif dan preventif bagi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan medis serta perawatan.
Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan
dan riset kesehatan (WHO, dikutip dari Rijadi, 1997).
Rumah Sakit adalah institusi yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan kesehatan individual dengan menggunakan sumber daya secara
efektif dan efisien guna kepentingan masyarakat (Griffith 1987).
Menurut PERMENKES No 340 Rumah Sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
2.4.2. Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum terbagi menjadi beberapa klasifikasi menurut
PERMENKES No 340 yaitu sebagai berikut :
1) Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit ini memiliki pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, 5 pelayanan spesialis penunjang medik, 12 pelayanan
medik spesialis lain dan 13 pelayanan medik sub spesialis. Jumlah tempat
tidur lebih dari 400 buah.
2) Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 4 pelayanan medik spesialis dasar,
4 pelayanan spesialis penunjang medik, 8 pelayanan medik spesialis lainnya
dam 2 pelayanan medik subspesialis dasar. Jumlah kamar tidur sedikitnya
200 buah.
3) Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 4 pelayanan spesialis dasar, 4
pelayanan spesialis penunjang medik, dan jumlah kamar tidur minimal 100
buah.
4) Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit ini memiliki paling sedikit 2 pelayanan medik spesialis dasar.
Jumlah kamar tidur minimal sebanyak 50 buah.
2.4.3. Jenis Perawatan Rumah Sakit
Jenis perawatan yang diadakan di Rumah Sakit :
a. Perawatan penderita rawat tinggal

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

Dalam perawatan penderita rawat tinggal di rumah sakit ada lima unsur
tahap pelayanan yaitu :
1) Perawatan intensif adalah perawatan bagi penderita kesakitan hebat
yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu krisis kesakitannya
atau lukanya. Perawatan dilakukan dalam ruangan perawatan intensif
oleh staf medik dan perawatan khusus
2) Perawatan intermediet adalah perawatan bagi penderita setelah kondisi
kritis membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke
ruang perawatan biasa. Perawatan intermediet merupakan bagian
terbesar dari jenis perawatan di kebanyakan rumah sakit.
3) Perawatan swarawat adalah perawatan yang dilakukan penderita yang
dapat merawat diri sendiri, yang datang ke rumah sakit untuk
diagnostik saja atau penderita yang kesehatannya sudah cukup pulih
dari kesakitan intensif atau intermediet, dapat tinggal dalam suatu unit
perawatan sendiri (self-care unit).
4) Perawatan kronis adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau
ketidakmampuan jasmani jangka panjang. Penderita dapat tinggal
dalam bagian terpisah dari rumah sakit atau dalam fasilitas perawatan
tambahan atau rumah perawatan yang juga dapat dioperasikan oleh
rumah sakit.
5) Perawatan rumah adalah perawatan penderita dirumah yang dapat
menerima layanan seperti biasa tersedia di rumah sakit, dibawah suatu
program yang disponsori oleh rumah sakit. Perawatan rumah ini adalah
penting tetapi sangat sedikit yang diterapkan. Perawatan rumah ini
lebih mudah, dan merupakan jenis perawatan yang efektif secara
psikologis.
b. Perawatan penderita Rawat Jalan

Perawatan ini diberikan pada penderita melalui klinik, yang


menggunakan fasilitas rumah sakit tanpa terikat secara fisik di rumah
sakit. Mereka datang ke rumah sakit untuk pengobatan atau untuk
diagnosis atau datang sebagai kasus darurat (Siregar dan Lia ,2003)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

2.4.4. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian berada di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta


Selatan. Pengambilan data dilakukan di Instalasi Rekam Medik dan Pusat Data
Informasi (IRMPDI) RSUP Fatmawati. Rumah Sakit ini merupakan salah satu
rumah sakit rujukan nasional yang berada di Jakarta. Salah satu pelayanan di
rumah sakit ini adalah rawat Orthopaedi dan Rehab Medik. Pelayanan rawat
orthopaedi adalah salah satu keunggulan dari RSUP Fatmawati, bahkan identik
dengan rumah sakit tulang atau rehabilitasi orthopaedi. Pelayanan Rehab Medik
ditujukan untuk gangguan fisik dan fungsi yang disebabkan oleh keadaan/kondisi
sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterampilan fisik dan
rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fisik yang optimal. Salah satu pelayanan
yang terdapat di rumah sakit ini adalah Muskuloskeletal Rehabilitation (Hands
Rehab, Spine Rehab, Klinik Myofascia, Klinik Shoulder & Elbow Rehabilitation).
Pelayanan ini diberikan pada pasien yang mengalami masalah pada otot dan tulang.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah alat bagi peneliti untuk mengendalikan atau


mengontrol variabel-variabel yang berperan dalam suatu penelitian. Penelitian ini
merupakan penelitian non eksperimental dengan metode cross-sectional yaitu
pengumpulan data variabel untuk mendapatkan profil pengobatan pasien dengan
diagnosa osteoporosis melalui data rekam medik (retrospektif) di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati, besar sampel yang diambil selama tahun 2016.

Analisis dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan profil


pengobatan Osteoporosis dan karakteristik pasien dengan diagnosa osteoporosis.

3.2. Tempat Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati dengan alamat JL RS Fatmawati Cilandak Barat kota Jakarta Selatan
Provinsi DKI Jakarta 12430.

3.3. Waktu Penelitian


Pengambilan survei data awal dilaksanakan pada bulan Mei – Juli 2017.
Penelitian dilaksanakan pada bulan September hingga Oktober 2017.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

3.4. Kerangka Konsep

Pasien Osteoporosis yang memenuhi kriteria


inklusi dan eksklusi

Bagian tulang yang Profil demografi pasien


mengalami fraktur/nyeri (jenis kelamin, usia,
(Pinggul,Tulang pendidikan)
Belakang,Pergelangan
tangan)
Penyakit penyerta pasien
osteoporosis

Penatalaksanaan
Terapi

Farmakologi Non Farmakologi

Obat Osteoprosis Rehab medik,


Nutrisi, Olahraga
Obat penyakit
penyerta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

3.5. Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara ukur Skala Ukur Kategori
Karakteristik Kondisi fisik yang Melihat Nominal 0. Laki-laki
pasien menentukan status data rekam 1. Perempuan
Jenis seseorang laki-laki medik
kelamin atau perempuan
Usia Kategori usia pasien Melihat Nominal 0. 40 - 50 tahun
1) 40 - 50 tahun data rekam 1. >50 – 60 tahun
2) >50 – 60 tahun medik 2. >60 – 70 tahun
3) >60 – 70 tahun 3. > 70 tahun
4) > 70 tahun
Pendidikan Kategori pendidikan Melihat Nominal
pasien data rekam 0. Tidak Sekolah
1) Tidak medik 1. SD
Sekolah 2. SMP
2) SD 3. SMA
3) SMP 4. Perguruan
4) SMA Tinggi
5) Perguruan
Tinggi
Penyakit Penyakit yang Melihat Nominal 0. Hipertensi
penyerta menyertai pasien data rekam 1. OsteoArthritis
yang sedang medis 2. Kelainan
menjalani terapi Jantung
1) Hipertensi Jantung
2) OsteoArthritis Kongestif
3) Kelainan Penyakit Arteri
Jantung Koroner.
Jantung Penurunan Curah
Kongestif Jantung.
Penyakit 3. Diabetes Mellitus
Arteri 4. Dislipidemia
Koroner. 5. Tidak ada
Penurunan
Curah
Jantung.
4) Diabetes
Mellitus
5) Dislipidemia
6) Tidak ada
Jenis Tes laboratorium Melihat Nominal 0. Pemeriksaan X-
Diagnosa tes untuk diagnosa data rekam ray
laboratorium osteoporosis medis 1. Pemeriksaan CT-
bermacam-macam, Scan
yakni sebagai 2. Pemeriksaan
berikut. DEXA untuk
1) Pemeriksaan BMD (Bone
X-ray Mass Density)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Variabel Definisi Cara Ukur Skala Ukur Kategori


2) Pemeriksaan 3. MRI
CT-Scan 4. Tidak ada
3) Pemeriksaan
DEXA untuk
BMD (Bone
Mass
Density)
Tulang Melihat bagian Melihat Nominal 0. Tulang Pinggul
Fraktur tulang yang data rekam 1. Tulang
mengalami fraktur medis Belakang
1 .Pinggul pasien 2. Tulang
2 Tulang Pergelangan
Belakang tangan
3 Pergelangan 3. Lain-lain
tangan (: Cummings and
4 Lain-lain Melton 2002.)

Terapi Pilihan obat yang Melihat Nominal 0. Kalsium


Farmakologi digunakan pada data rekam 1. Vitamin D
pasien osteoporosis medis 2. Bifosfonat
1) Kalsium pasien 3. Agonis Estrogen
2) Vitamin D 4. Kalsitonin
3) Bifosfonat 5. Estrogen/Terapi
4) Agonis Hormon
Estrogen 6. Hormon
5) Kalsitonin Paratiroid
6) Estrogen/Tera 7. Lain-lain
pi Hormon 8. Tidak ada
7) Hormon
Paratiroid
8) Lain lain
Terapi non Pilihan terapi yang Melihat Nominal 0. Perubahan gaya
Farmakologi dijalani data rekam hidup
1) Perubahan medis 1. Nutrisi
gaya hidup pasien 2. Olahragai
2) Nutrisi 3. Fisioterapi
3) Olahraga 4. Lain-lain
4) Fisioterapi 5. Tidak ada
5) Lain-lain
Jenis Pilihan jenis keluhan Melihat Nominal 1. Keluhan tunggal
keluhan yang diderita data rekam 2. Keluhan ganda 2
1) Keluhan medis 3. Keluhan ganda 3
tunggal pasien
2) Keluhan
ganda 2
3) Keluhan
ganda 3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

Variabel Definisi Cara Ukur Skala Ukur Kategori


Jenis terapi Pilihan jenis terapi Melihat Nominal 1. Obat tunggal
farmakologi yang dijalani data rekam 2. Kombinasi 2 obat
1) Obat tunggal medis 3. Kombinasi 3 obat
2) Kombinasi 2 pasien 4. Kombinasi 4 obat
obat 5. Tidak ada
3) Kombinasi 3
obat
4) Kombinasi 4
obat
5) Tidak ada

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian


a) Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua data rekam medik pasien rawat
jalan osteoporosis di RSUP Fatmawati tahun 2016. Terdapat 80 sampel, diambil
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 58 sampel.
b) Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah pasien osteoporosis yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu
pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti berdasarkan kriteria-kriteria
yang sudah ditentukan melalui kriteria inklusi dan ekslusi.
3.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian
a) Kriteria Inklusi
- Pasien dengan diagnosis osteoporosis perempuan dan laki-laki ≥ 40 tahun
- Pasien dengan rekam medik lengkap dan terbaca
- Pasien rawat jalan yang menderita osteoporosis pada bulan Januari –
Desember 2016
b) Kriteria Ekslusi
- Pasien dengan osteoporosis yang berhubungan dengan penyakit yang
berbahaya (tumor, kanker, AIDS, sakit jiwa)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

3.8. Prosedur Penelitian


a) Bagan Alur Penelitian

Survei data awal

Seleksi Rekam medik yang


memenuhi kriteria inklusi

Pengambilan data

Entry Data

Analisis data

Hasil

Interpretasi

b) Persiapan (Permohonan Izin Penelitian)


1) Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian
dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta kepada Direktur
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan
2) Penyerahan surat persetujuan penelitian dari Rumah Sakit kepada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

c) Survei data awal


1) Penelusuran data pasien yang pernah mengalami riwayat osteoporosis pada
periode Januari – Desember tahun 2016 di ruang rawat jalan.
2) Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi
3) Pencatatan data di logbook dari rekam medik sesuai dengan yang
dibutuhkan
4) Pengambilan data dilakukan sebagian yang mewakili untuk melihat
kondisi sesungguhnya di lapangan
d) Pelaksanaan Pengumpulan Data
1) Penelusuran data pasien Osteoporosis di ruang rawat jalan Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan periode Januari – Desember 2016
2) Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi
3) Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam medik di Instalasi
Rekam Medik berupa
a. Nomor rekam medis
b. Identitas pasien (nama,jenis kelamin, dan umur)
c. Tanggal Perawatan
d. Data Demografi pasien (pendidikan, pekerjaan)
e. Data penggunaan obat terapi pada pasien Osteoporosis
f. Data Hasil Lab (jika ada)
4) Konsultasi dengan tenaga medis terhadap interpretasi hasil data yang
didapat baik dengan dokter maupun apoteker.
e) Manajemen Data
Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola terapi pengobatan
Osteoporosis yang dilanjutkan dengan transkrip data yang dikumpulkan ke
dalam logbook dan komputer.
f) Pengolahan Data
1) Coding
Peneliti melakukan pengkodean untuk mempermudah peneliti
memasukkan data yang diperoleh dari laboratorium dan rekam medis.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

2) Editing
Peneliti melakukan penilaian terhadap data mentah, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan
mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian
3) Entry Data
Peneliti memasukkan data yang telah dilakukan proses coding ke dalam
program Microsoft Excel dalam bentuk tabel.
4) Cleaning Data
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan ke
dalam sistem komputer untuk menghindari terjadinya ketidaklengkapan
atau kesalahan data.
3.9. Analisis Data

Analisis data yang pertama dilakukan menggunakan program SPSS versi 2.0,
setelah analisis selesai menggunakan statistik deskriptif. Data yang didapat sesuai
dengan data yang dicatat di lembar pengumpulan data, meliputi data demografi pasien
(Usia, Jenis kelamin, Pendidikan), kemudian data pengobatan farmakologi dan
pengobatan non farmakologi yang dipakai oleh pasien tersebut.

a) Analisis Univariat
Analisis Univariat untuk melihat sebaran data masing-masing variabel
yang ada di kerangka konsep. Adapun variabel yang diteliti berupa
karakteristik pasien osteoporosis meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan.
Kemudian variabel lain yang diteliti berupa keluhan nyeri pasien, diagnosis tes
laboratorium, lalu terapi klinis yang dijalani oleh pasien baik secara
farmakologi maupun non farmakologi.
b) Analisis Bivariat

Analisis Bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi square. Uji
Chi-square adalah uji dengan membandingkan frekuensi yang terjadi
(observasi) dengan frekuensi harapan (ekspetasi). Bila nilai frekuensi
observasi dengan nilai harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan
yang bermakna (signifikan), sebaliknya jika nilai frekuensi observasi dan nilai
frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna
(signifikan).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Univariat


4.1.1. Karakteristik Pasien (Usia, Pendidikan,Penyakit Penyerta)

Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan.


Studi profil pengobatan pada pasien ini menggambarkan secara deskriptif dalam
bentuk persentase. Jumlah pasien yang terdiagnosa osteoporosis di IRMPDI
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan terdapat 80 pasien dalam
setahun. Dan setelah dilakukan penelusuran data rekam medik yang terdiagnosa
osteoporosis terdapat 58 pasien. Jumlah ini sesuai dengan kriteria inklusi dari
penelitian ini.

Tabel 4.1 : Karakteristik Pasien Osteoporosis

No Karakteristik Pasien N= 58 Persentase (%)


1 Jenis Kelamin
Laki-laki 9 15,5
Perempuan 49 84,5
2 Usia
40 – 50 tahun 2 3,4
>50 – 60 tahun 13 22,6
>60 – 70 tahun 19 32,7
> 70 tahun 24 41,3
3 Pendidikan
Tidak Sekolah 2 3,4
SD 9 15,5
SMP 5 8,6
SMA 25 43,1
Perguruan Tinggi 17 29,3
4 Penyakit Penyerta n = 58
Hipertensi 24 41,3
Gangguan Jantung (Jantung 12 20,6
Kongestif, Penyakit Arteri Koroner,
Penurunan Curah Jantung)
Osteoarthritis 39 67,2
Diabetes Mellitus 10 17,2
Dislipidemia 2 3,4
Tidak ada 13 22,4

Dari tabel diatas pasien yang menderita osteoporosis dari jenis


kelaminnya terbanyak dari perempuan ada 49 pasien (84,5 %), sedangkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

sisanya laki-laki terdapat 9 pasien (15,5 %) Berdasarkan usia yang paling


banyak dari usia >70 tahun yakni sebanyak 24 pasien (41,3 %) dan usia >60
– 70 tahun 19 pasien (32,7%), usia mulai osteoporosis >50 tahun. Usia rata-
rata penderita osteoporosis adalah 67±55 tahun.. Berdasarkan tingkat
pendidikan paling banyak dari SMA sebanyak 25 pasien (43,1 %) dan
perguruan tinggi sebanyak 17 (29,3 %).

Beberapa pasien mempunyai riwayat terapi dengan penyakit lain.


Berbagai penyakit meliputi pasien yang dirawat di RSUP Fatmawati. Dari 58
pasien penyakit penyerta pasien meliputi. Berdasarkan pada tabel diatas juga
menunjukkan pasien osteoporosis pada saat menjalani rawat jalan memiliki
beberapa penyakit penyerta dari 58 pasien. Terbanyak memiliki penyakit
penyerta osteoartritis sebanyak 39 orang (67,2 %), dan hipertensi sebanyak 24
orang (41,3 %).

Dari data tersebut beberapa pasien memiliki penyakit penyerta lebih


dari satu penyakit sehingga variasi dari penyakit penyerta dari pasien
bermacam-macam.

4.1.2. Diagnosis Laboratorium

Dalam menunjang diagnosis pasien terhadap penyakit perlu


dilakukannya uji laboratorium. Penyakit osteoporosis dapat diuji oleh beberapa
tes pengujian laboratorium. Pasien osteoporosis sebagian besar melakukan tes
laboratorium untuk mendiagnosis kondisi permasalahan tulang yang diderita.
Data yang diperoleh dari hasil tes laboratorium bersifat objektif. Jumlah pasien
yang melakukan pengujian laboratorium sebagai berikut.

Tabel 4.2 : Diagnosis untuk Mengetahui Kondisi Pasien Osteoporosis

No Uji Laboratorium Jumlah (n = 58) Persentase (%)


1 X-ray (radiografi) 17 29,3
2 CT- Scan 2 3,4
3 MRI 1 1,7
4 DEXA 5 8,6
5 Tidak ada 36 62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pasien osteoporosis yang


melakukan diagnosa osteoporosis menggunakan tes radiografi sebanyak 17
pasien (29,3%), kemudian menggunakan DEXA sebanyak 5 pasien (8,6%),
CT-Scan sebanyak 2 pasien (3,4%), MRI sebanyak 1 pasien (1,7%) dan tidak
menggunakan tes laboratorium sebanyak 36 pasien (62%). Hal ini
menunjukkan bahwa tes laboratorium yang paling sering dilakukan di rumah
sakit Fatmawati adalah tes radiografi, dibandingkan CT-Scan dan DEXA.

4.1.3. Distribusi Nyeri/Fraktur

Berdasarkan distribusi nyeri atau fraktur yang dikeluhkan oleh pasien


terdapat beberapa bagian tulang yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan
diagnosa osteoporosis. Data yang diperoleh dari hasil penilaian dokter dalam
mendiagnosa pasien osteoporosis yang bersifat subjektif dari pasien. Keluhan
masing-masing pasien berbeda-beda, beberapa pasien dari 58 pasien
merasakan keluhan lebih dari satu bagian tulang. Penghitungan persentase
berdasarkan perbandingan jumlah persebaran keluhan pada pasien.

Tabel 4.3 : Distribusi Nyeri Berdasarkan Lokasi Nyeri Tulang Pasien


Osteoporosis
No Lokasi Nyeri Jumlah Persentase (%)
1 Tulang Pinggul 14 24,1
2 Tulang Belakang (vertebra) 34 58,6
3 Tulang Pergelangan Tangan 7 12
4 Tulang Lutut (patela) 9 15,5
5 Tulang Bahu 2 3,4
6 Pergelangan kaki (tibia,fibula) Lain - lain 6 10,3
7 Tulang Paha (femur) 3 5,1

Berdasarkan tabel diatas tulang yang sering dikeluhkan nyeri adalah tulang
belakang sebanyak 34 pasien (58,6 %), tulang pinggul sebanyak 14 pasien (24,1 %),
tulang lutut (patela) sebanyak 9 pasien (15,5 %), tulang pergelangan tangan sebanyak
7 pasien (12 %). tulang pergelangan kaki/ tibia, fibula sebanyak 6 pasien (10,3 %),
tulang paha (femur) sebanyak 3 pasien (5,1 %), tulang bahu terdapat 2 pasien (3,4 %).
Hasil tersebut dari 58 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi.

Data rekam medik yang didapatkan pasien mengalami gangguan nyeri dari
satu bagian tempat hingga beberapa bagian tulang yang dikeluhkan sakit.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

Tabel 4.4 : Distribusi Pasien Berdasarkan Jumlah Keluhan

No Jumlah Keluhan Jumlah (n = 58) Persentase (%)


1 Keluhan Tunggal 39 67,2
2 Keluhan Ganda 2 17 29,3
3 Keluhan Ganda 3 2 3,4

Keterangan :
Keluhan tunggal : Bagian yang dikeluhkan pada satu bagian tulang (misalnya
tulang belakang ; tulang pergelangan tangan ; dst)
Keluhan ganda 2 : Bagian yang dikeluhkan pada dua bagian tulang (misalnya
tulang belakang, tulang pergelangan tangan ; tulang paha,
tulang belakang ; dst)
Keluhan ganda 3 : Bagian yang dikeluhkan pada tiga bagian tulang (misalnya
tulang belakang, tulang lutut, tulang paha ; dst)
Berdasarkan tabel diatas keluhan pasien terbanyak terdiri dari satu bagian
tulang sebanyak 39 pasien (67,2 %) mengalami keluhan tunggal keluhan ganda 2
bagian tulang 17 pasien (29,3 %), dan keluhan ganda 3 bagian tulang sebanyak 2
pasien (3,4 %)

4.1.4. Profil Terapi


4.1.4.1. Terapi Farmakologi

Berdasarkan profil penggunaan obat yang digunakan untuk terapi


osteoporosis pada pasien penderita osteoporosis sebagai berikut, dapat dilihat
dibawah ini.

Tabel 4.5 : Distribusi Penggunaan Jenis Obat Osteoporosis

No Golongan obat osteoporosis Jumlah Persentase (%)


1 Kalsium 34 58,6
2 Vitamin D 22 37,9
3 Bifosfonat 20 34,4
4 Kalsitonin 3 5,1
5 Esterogen 0 0
6 Hormon Esterogen 0 0
7 Hormon Paratiroid 3 5,1
8 Lain-lain (strontium ranelate) 7 12
9 Tidak ada 8 13,7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

Dari tabel diatas pasien yang diberikan terapi terbanyak dengan


menggunakan obat golongan kalsium sebanyak 34 pasien (58,6%), golongan
vitamin D sebanyak 22 pasien (37,9% dan) bifosfonat sebanyak 20 pasien
(34,4%).

Data yang didapat di dalam rekam medik pada setiap pasien terdapat
pemakaian obat lebih dari satu golongan, kombinasi terapi ini banyak
diterapkan oleh dokter-dokter spesialis ortopaedi di RSUP Fatmawati. Oleh
sebab itu penghitungan banyaknya golongan obat yang dipakai berdasarkan
pada pemakaian keseluruhan obat pada pasien penderita osteoporosis yang
masuk dalam kriteria inklusi.

Kondisi klinis pasien akan menentukan dokter memberikan peresepan


kepada pasien tersebut. Beberapa data yang didapat pada rekam medik
menunjukkan beberapa pasien menjalani terapi tunggal maupun kombinasi.
Berikut ini adalah gambaran data yang didapat mengenai terapi yang dijalani
oleh pasien penderita osteoporosis di RSUP Fatmawati.

Tabel 4.6 : Penggolongan Jenis Terapi Kombinasi Pasien Osteoporosis

No Jenis Terapi Jumlah (n=58) Persentase (%)


1 Obat Tunggal 20 34,5
2 Kombinasi 2 obat 21 36,2
3 Kombinasi 3 obat 3 5,2
4 Kombinasi 4 obat 4 6,9
5 Tidak ada 10 17,2

Keterangan :
Obat tunggal : obat yang diberikan ke pasien secara tunggal atau dari
satu golongan obat
Kombinasi 2 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari dua
kombinasi obat atau dari dua golongan obat
Kombinasi 3 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari tiga
kombinasi obat atau dari tiga golongan obat
Kombinasi 4 obat : obat yang diberikan ke pasien terdiri dari empat
kombinasi obat atau dari empat golongan obat
Tidak ada : Tidak diberikan terapi obat kepada pasien selama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

menjalani terapi
Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis terapi yang paling banyak
diberikan yakni kombinasi dua obat sebanyak 21 pasien (36,2 %), selanjutnya
terapi obat tunggal sebanyak 20 pasien (34,5 %), Kombinasi empat obat
sebanyak 4 pasien (6,9 %), Kombinasi tiga obat sebanyak 3 pasien (5,2 %),
dan tidak menjalani terapi obat sebanyak 10 pasien (17,2 %).

Obat-obat yang digunakan pada pasien penderita osteoporosis


kebanyakan dari obat merk dagang, berikut ini adalah obat-obat yang
diresepkan dokter untuk pasien penderita osteoporosis.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Tabel 4.7 : Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati

No Nama Obat Golongan Komposisi Dosis f/hari Efek Samping


1 Kolkatriol Vitamin D Kalsitriol 0,25 mcg 2 x 1 sindroma
(bersama /kapsul hiperkalsemia,
makanan) lunak intoksikasi
kalsium
2 Osteocal Kalsium CaCO3 1250 mg/ 1-2 x 1 Kembung, diare,
(bersama/tanpa 1250 mg tab atau konstipasi
makanan)
3 Actonel Bifosfonat Na Lepas 1 x 1/ Nyeri perut,
(Sebelum Risendrona segera : 5 hari abdomen, ruam
makan) t mg/ tab kulit
lapis film/
hari 1 x 1/
Lepas minggu
tertunda :
35 mg/tab
lapis film/
minggu
4 Cavit D3 Kalsium/ CaHPO4 500 mg 1x1 peningkatan
(Sesudah Suplemen 500 mg, /tab mineral darah
makan) Vitamin D seperti fosfat atau
133 IU kalsium
(hiperkalsemia),
(Hiperfosfatemia)
5 Boniva Bifosfonat As 3 mg/3 ml 1 x 1/ 3 Nyeri kekakuan
(Sebelum Ibandronat larutan bulan sendi, otot , sakit
makan) injeksi kepala, gangguan
150 1 x 1 pencernaan, mual,
mg/tab /bulan diare.
6 Ossoral 800 Lain-lain Ossein 800 mg / 2-4 x 2 Ossoral dapat
(Sebelum hydroxyap kaplet ditoleransi
makan) atite 800 salut
mg selaput
7 Allovel Bifosfonat Alendronat 10 mg/ tab 1 x 1 Nyeri dan distensi
(Sebelum e Na 10 abdomen, diare
makan) mg atau konstipasi,
kembung, nyeri
muskuloskletal,
sakit kepala.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

Tabel 4.7 : Distribusi Penggolongan Obat Pasien Osteoporosis RSUP Fatmawati

No Nama Obat Golongan Komposisi Dosis f/hari Efek Samping


8 Kalsium Sitrat Kalsium Kalsium 1 – 1,5 g 1 x 2 Konstipasi,
Sitrat /tab dalam gangguan
dosis lambung, mual,
terpisah muntah.
9 CaCO3 Kalsium CaCO3 1-1,2 g / 1-2 x 1 Hiperkalsemia,
(Bersama tab gangguan
makanan) lambung, mual
muntah
10 Bone one Vitamin D Alfacalcid 0,5 1x1 Mual, muntah,
(bersama ol 0,5 mcg mcg/tab sembelit, mulut
makanan) kering.
11 Miacalcic 50 Kalsitonin Kalsitonin 100 IU 1 x 1 Wajah memerah,
IU, Miacalcic tiap 2 ml atau 50 IU atau diare, kelelahan,
100 IU untuk terdiri 400 /larutan 2x1 nyeri persendian,
larutan injeksi IU injeksi sakit kepala
(Parenteral)
12 Protos Lain-lain Strontium 2 g/ sachet 1x1 Mual, diare, sakit
(2 jam sesudah ranelate 2 kepala, dermatitis,
makan) g eksim,
tromboemboli
vena, kehilangan
daya ingat, kejang
13 Kalsium 95 Vitamin/ Coral Ca 1100 mg 1-3 x 1 Dapat ditoleransi
Suplemen 500 mg, /kaplet dengan dosis
natural soy salut yang dianjurkan
isoflavone selaput
20 mg, vit
D3 200 iu,
vit K1 25
mcg, Mg
100 mg,
Zn 5 mg,
boron 1
mg.
14 Forteo Hormon Teripatid 250 mcg/ 20 mcg kram kaki, mual
Paratiroid 1 ml x1 dan pusing
larutan (subkut
injeksi an)
15 Hibone Kalsium/ calcium 600 mg/ 1-2 x 1 Dapat ditoleransi
(sesudah Suplemen 600 mg, tab
makan) bonistein
15 mg,
vitamin k1
0.1 mg,
vitamin d3
200 iu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

4.1.4.2. Terapi Non Farmakologi

Berdasarkan profil terapi non farmakologi yang digunakan untuk terapi


osteoporosis pada pasien penderita osteoporosis sebagai berikut, dapat dilihat
dibawah ini.

Tabel 4.8 : Distribusi Penggolongan Terapi Non Farmakologi

No Terapi non farmakologi Jumlah Persentase (%)


1 Perubahan gaya hidup 43 75,8
2 Nutrisi 2 3,4
3 Olahraga 23 39,6
4 Fisioterapi 27 46,5
5 Lain-lain 2 3,4
6 Tidak ada 1 1,7

Dari Tabel diatas dapat ditemukan pasien yang menggunakan terapi


non farmakologi terbanyak adalah dengan anjuran melaksanakan perubahan
gaya hidup sebanyak 43 pasien (75,8 %), lalu anjuran melaksanakan
fisioterapi sebanyak 27 pasien (46,5 %), Olahraga sebanyak 23 pasien (39,6
%), Nutrisi dan terapi lain-lain sebanyak 2 pasien (3,4 %), dan tidak
melakukan terapi non farmakologi 1 pasien (1,7 %).

4.1.5. Obat Penyerta

Disamping adanya penyakit penyerta beberapa obat penyakit penyerta


diresepkan dalam proses berlangsungnya terapi osteoporosis ini. Pasien
menjalani terapi penyakit penyerta disamping menjalani terapi utama
osteoporosis, beberapa penyakit penyerta adalah hipertensi, osteoarthritis,
diabetes mellitus, gangguan jantung (Jantung Kongestif, Penyakit Arteri
Koroner,Penurunan Curah Jantung), dan dislipidemia. Data yang diperoleh
dari hasil kajian rekam medik pada masing-masing pasien yang terdiagnosis
osteoporosis. Jumlah pasien yang memperoleh terapi penyerta sebagai berikut.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Tabel 4.9 Obat penyerta pasien osteoporosis diluar diagnosis osteoporosis.

No Jenis Diagnosis Obat Jumlah


1 Hipertensi 1. Candersartan 4
2. Hidroklorotiazid 1
3. Amlodipin 14
4. Ramipril 2
5. Captopril 2
6. Valsartan 3
7. Micardis 2
2 Gangguan Jantung 1. Ardium 1
2. Digoxin 1
3. Diltiazem 2
4. Clopidogrel 2
5. Concor 3
6. Ascardia 3
7. Simarc 4
8. Amiodaron 1
9. Verapamil 2
10. Nitrokaf 3
11. Spironolakton 1
3 Osteoartritis 1. Ultracet 6
2. Glukosamin 21
3. Na.Diklofenak 6
4. Methotrexate 1
5. Meloxicam 9
6. Forres 1
7. Mecobalamin 7
8. As Mefenamat 2
9. Ibuprofen 1
10. Celebrex 1
4 Diabetes Mellitus 1. Glikuidon 1
2. Glimepirid 2
3. Metformin 7
4. Akarbose 3
5. Lantus 1
5 Dislipidemia 1. Simvastatin 6
2. Atorvastatin 1

Dari tabel diatas dari golongan obat antihipertensi penggunaan


terbanyak adalah amlodipin sebanyak 14 pasien, kemudian obat gangguan
jantung meliputi Jantung Kongestif, Penyakit Arteri Koroner, Penurunan
Curah Jantung adalah Simarc (Warfarin sodium) sebanyak 4 pasien dan
Concor, ascardia, nitrokaf sebanyak 3 pasien, obat osteoartritis adalah
glukosamin sebanyak 21 pasien, obat antidiabetes adalah metformin sebanyak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

7 pasien, obat dislipidemia adalah simvastatin sebanyak 6 pasien. Hal ini


menunjukkan obat-obat diatas adalah obat yang paling umum diresepkan oleh
dokter di RSUP Fatmawati untuk penyakit hipertensi, gangguan jantung,
osteoartritis, diabetes mellitus dan dislipidemia. Sesuai yang disebutkan pada
tabel diatas.

4.1.6. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat korelasi antara keluhan nyeri


pasien dengan jenis terapi obat yang diberikan kepada pasien.

Tabel 4.10 Hubungan variabel Keluhan nyeri pasien terhadap terapi


yang digunakan.

Keluhan Jenis Terapi Total


Nyeri
Tunggal Kombinasi Kombinasi Kombinasi Tidak ada
2 obat 3 obat 4 obat
N % N % N % N % N % N %
K Tunggal 17 43,6 15 38,5 0 0 1 2,6 6 15,4 39 100
K.G 2 3 17,6 6 35,3 2 11,8 3 17,6 3 17,6 17 100
K.G 3 0 0 0 0 1 50,0 0 0 1 50,0 2 100
Total 20 34,5 21 36,2 3 5,2 4 6,9 10 17,2 58 100

Keterangan :

K (Keluhan) Tunggal : Keluhan nyeri pasien terdapat pada satu bagian tulang
(misalnya tulang belakang, tulang paha, tulang pergelangan
tangan, dst)
K.G (Keluhan ganda) : Keluhan nyeri pasien terdapat pada dua atau lebih bagian
tulang yang tercatat di dalam rekam medis pasien.

Uji analisis bivariat ini menggunakan uji chi square yakni


membandingkan hubungan tabel pada baris dan kolom di tabel tersebut.
Variabel yang terlibat dalam analisis ini adalah jumlah keluhan sebagai
variabel independen dan jenis terapi obat sebagai variabel dependen. Lalu
hasil analisis menggunakan uji chi square, nilai A Symp. Sig adalah 0,09
sehingga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap
kedua data tersebut.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

4.2. Pembahasan
4.2.1. Karakteristik Pasien
Terlihat dari tabel ditemukan bahwa penderita osteoporosis mulai
ditemukan pada umur 40 tahun dan banyak didominasi dari golongan umur
diatas 70 tahun, yang tergolong manula (manusia lanjut usia). Hal ini sejalan
dengan Infodatin (Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan) osteoporosis
yang menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia pada prevalensi
osteoporosis meningkat. Studi telah menunjukkan bahwa setelah usia 60 tahun,
hampir ⅓ populasi dipengaruhi oleh osteoporosis. Umur sangat erat kaitannya
dengan kejadian osteoporosis, hal ini dikarenakan pada usia lanjut fungsi organ
tubuh berkurang, tak terkecuali tulang, densitas tulang secara berangsur pun
akan menurun dan dapat memicu terjadinya osteoporosis (Lindhee, 2008).

Penderita osteoporosis banyak didominasi oleh perempuan daripada laki-


laki. Hal ini serupa dengan penelitian Gunawan, dkk tahun 2006 di rumah sakit
Medistra tingkat kejadian osteoporosis pada perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki. Kejadian osteoporosis pada perempuan 4 kali lebih
tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa disebabkan karena menopause dimana
kadar hormon esterogen mulai menurun, sehingga kepadatan tulang menurun
juga. Esterogen sendiri berperan penting dalam pertumbuhan dan pematangan
tulang sebagai pengatur pergantian sel-sel tulang pada tulang dewasa. Pada
perempuan yang mengalami menopause akan mengalami kehilangan korteks
tulang yang diinduksi karena penurunan produksi esterogen, sehingga
peningkatan resorpsi tulang dan arsitektur tulang mengalami destruksi secara
lokal (Vaananen, 1996).

Selain itu karakteristik lain yang tercatat adalah berdasarkan pendidikan


pasien, dari data diatas terdapat pendidikan SMA merupakan jumlah terbanyak,
lalu dari perguruan tinggi, SD sebanyak, SMP sebanyak, Tidak sekolah
sebanyak.. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pendidikan pasien yang
menderita osteoporosis sudah cukup baik, hal ini juga dikarenakan kondisi
wilayah tempat tinggal pasien yang masih berada di sekitar JABODETABEK,
Kondisi wilayah tempat tinggal yang sudah perkotaan dan menunjukkan sarana
dan prasarana pendidikan sudah cukup baik serta mendukung warga-warga yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

tinggal di wilayah tersebut untuk menempuh pendidikan. Kondisi pendidikan


pasien yang tinggi dapat memberikan pengaruh pada penerimaan informasi
dalam melakukan terapi, semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka
semakin mudah penerimaan informasi tentang terapi osteoporosis serta
kepatuhan pasien tinggi, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan maka
semakin sulit penerimaan informasi mengenai terapi serta kepatuhannya rendah.
Pemberian informasi baik berupa informasi penyakit ataupun konseling
pengobatan (Cevikoi, 2011).

Beberapa pasien yang dirawat jalan di rumah sakit Fatmawati memiliki


beberapa keluhan penyakit lain secara bersamaan maupun memiliki riwayat
penyakit yang sedang diderita. Dari data yang diambil di IRMPDI, pasien rawat
jalan osteoporosis di rumah sakit fatmawati memiliki keluhan penyakit penyerta
selain keluhan pada osteoporosis. Data terbesar pasien osteoporosis di fatmawati
memiliki penyakit penyerta berupa masalah peradangan pada tulang seperti
Osteoarthritis, Spondilitis, Spinal Stenosis, kemudian gangguan sirkulasi darah
dan jantung seperti Hipertensi, Jantung Kongestif, Arteri Koroner, Penurunan
Curah Jantung, gangguan metabolik seperti Diabetes Mellitus tipe 2,
Hiperlipidemia.

Pasien osteoporosis di rumah sakit fatmawati kebanyakan berasal dari


golongan usia(40 – 70 tahun) dan (>70 tahun). Pada kondisi usia yang sudah
lanjut terdapat penurunan fungsi tubuh secara alamiah pada pasien yang dirawat
sehingga beberapa pasien mengalami penyakit penurunan fungsi organ tubuh
seperti jantung, pankreas. Menurut data dari RISKESDAS prevalensi penyakit
tidak menular terbanyak adalah penyakit sendi, selanjutnya hipertensi, penyakit
jantung, dan diabetes mellitus (Riskesdas, 2013).

4.2.2. Uji Laboratorium

Dalam meningkatkan diagnosa penyakit osteoporosis, maka dilakukan


pengujian laboratorium terhadap penyakit tersebut. Di rumah sakit Fatmawati
beberapa pengujian dilakukan kepada pasien osteoporosis rawat jalan, Data
terbanyak menunjukkan di rumah sakit ini pasien kebanyakan diperiksa
dengan X-ray atau sinar X, merupakan salah satu bentuk dari radiasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

elektromagnetik dengan pemberian radiasi ionisasi dalam jumlah kecil pada


tubuh untuk menghasilkan citra atau gambaran tubuh bagian dalam. X-ray
sering digunakan untuk melihat fraktur tulang dan bagian dada seseorang.
Kemudian CT Scan dan MRI beberapa cara yang bisa dilakukan dalam
mendiagnosis osteoporosis, namun tes ini jarang dilakukan, CT Scan
merupakan perkembangan dari X-ray, digunakan untuk mendapatkan
gambaran dalam dari berbagai sudut organ di seluruh tubuh. CT Scan sangat
sensitif untuk mendeteksi penyakit di jaringan lunak, dan juga memberikan
gambar organ internal yang tidak mungkin digambarkan dengan bantuan X-
ray. MRI merupakan suatu alat diagnostik untuk memeriksa dan mendeteksi
tubuh menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi
radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif. Kelebihan
MRI jika dibandingkan peralatan lain adalah gambar yang dihasilkan lebih
jelas serta dapat dilihat dari berbagai sisi tanpa melibatkan penggunaan radiasi,
MRI menciptakan gambar yang dapat menunjukkan perbedaan sangat jelas
dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama
otak, sumsum tulang belakang dan susunan saraf dibandingkan pemeriksaan
X-ray dan CT Scan (Sekarsari,2017).
Penyakit osteoporosis salah satunya dapat didiagnosis dengan
pengukuran BMD (Bone Mineral Density) dengan DXA (Dual X-ray
Absormetry). Penggunaan metode ini merupakan metode terbaik dalam
mengukur fraktur tulang. Keuntungan dari DXA tidak invasif, tingkat paparan
radiasi rendah, dan waktu pengujian cepat. Kerugian dari DXA
ketidakmampuan untuk membandingkan keakuratan hasil dari satu pusat ke
yang lain. Dari pengukuran ini densitas tulang dapat diketahui sehingga
diagnosis yang dilakukan terukur dan dapat melakukan tata laksana
pengobatan selanjutnya beserta monitoringnya (Juliana, 2014).
Menurut data yang didapat bahwa di rumah sakit Fatmawati
pemeriksaan BMD (Bone Mineral Density) tergolong jarang dilakukan oleh
pasien, beberapa alasan salah satunya pemeriksaan BMD cukup mahal, dan
tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan pemerintah. Tetapi dari sampel yang
diambil 62 % pasien rawat jalan rumah sakit Fatmawati tidak melakukan uji
laboratorium. Hal ini dikarenakan berdasarkan keputusan dari dokter yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

memeriksa pasien osteoporosis mengenai diagnosis penyakitnya, sehingga


diagnosis dokter hanya berdasarkan penilaian subjektif dari pasien yang
diperiksa.

4.2.3. Persebaran Nyeri/Fraktur

Berdasarkan tingkat persebaran nyeri/fraktur pada pasien penderita


osteoporosis terdapat pada beberapa titik. Menurut catatan rekam medis tulang
yang sering dikeluhkan nyeri adalah tulang belakang, tulang pinggul, tulang
lutut (patela), tulang pergelangan kaki/ tibia, fibula), tulang paha (femur),
tulang bahu. Pada pasien osteoporosis di RSUP Fatmawati ini beberapa pasien
mengalami keluhan nyeri lebih dari satu bagian tulang. Menurut Americans
Academy of Orthopaedic Surgeons bahwa fraktur/keluhan nyeri tulang yang
paling sering terjadi pada bagian tulang belakang (vertebra) fraktur tulang
belakang ini disebut fraktur kompresi vertebral terjadi pada hampir 700.000
pasien setiap tahunnya. Fraktur ini hampir dua kali lebih umum seperti fraktur
lainnya yang biasanya terkait dengan osteoporosis, seperti patah pinggul dan
pergelangan tangan. Fraktur kompresi vertebra menyebabkan nyeri punggung.
Rasa sakit biasanya terjadi di dekat lokasi frakturnya itu sendiri. Fraktur
kompresi vertebra paling sering terjadi di dekat lingkar pinggang, serta sedikit
di atasnya (dada tengah) atau di bawahnya (punggung bagian bawah). Menurut
Amy H Warriner, dkk fraktur yang paling mungkin terjadi karena osteoporosis
meliputi leher femoralis, patah tulang patologis vertebra, fraktur vertebra
lumbal dan toraks, panggul, dan fraktur tertutup pada batang humerus, radius,
ulna dan femoralis. Sebaliknya, fraktur terbuka pada humerus proksimal dan
fraktur tertutup tengkorak, wajah, kaki, skapula, dan jari, fraktur atipikal (yaitu
dada bengkak, laring dan trakea) dan beberapa fraktur bersamaan dinilai paling
tidak mungkin karena osteoporosis. (Amy, 2011). Diantara catatan pasien di
rekam medik mengalami keluhan nyeri pada bagian tulang yang rawan
mengalami pengeroposan.

4.2.4. Profil Terapi


4.2.4.1. Terapi Farmakologi

Profil pengobatan merupakan seluruh obat yang digunakan oleh


pasien penderita osteoporosis, dari beberapa golongan obat yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

diberikan mempunyai masing-masing tujuan pengobatan kepada


pasien. Penelitian ini lebih memfokuskan pada penggunaan obat pada
pasien dengan diagnosa osteoporosis. Aspek yang dilihat adalah
golongan-golongan obat osteoporosis yang digunakan untuk terapi
pasien. Menurut data yang didapat di rekam medis pasien. Terapi yang
paling sering diberikan adalah menggunakan terapi menggunakan obat
golongan kalsium), selanjutnya golongan vitamin D, bifosfonat,
golongan lain-lain (strontium ranelate) , golongan kalsitonin, golongan
hormon, dan tidak menjalani terapi farmakologi sebanyak 8 pasien ,
sedangkan obat golongan esterogen dan hormon esterogen tidak
digunakan pada pasien penderita osteoporosis di RSUP Fatmawati.

Menurut Amruta (2015) menerangkan bahwa pengobatan yang


dilakukan di rumah sakit yang paling umum untuk terapi pengobatan
osteoporosis adalah dengan suplementasi kalsium dan vitamin D.
Peresepan ini diberikan untuk pencegahan patah tulang osteoporosis
atau pengkroposan tulang lebih lanjut. Pada RSUP Fatmawati
pengobatan yang paling sering diresepkan oleh dokter adalah
menggunakan kalsium dan vitamin D. Hal ini berhubungan dengan
studi lain bahwa menyarankan pemberian kalsium dan vitamin D
pengobatan osteoporosis, menerima setidaknya 800-1000 IU per hari
vitamin D bersama dengan kalsium untuk mengurangi risiko terjatuh
dan patah tulang. Asupan kalsium per hari sebanyak 1200-1500 mg.
Kalsium yang dikonsumsi dari asupan makanan dianggap sebagai
sumber yang optimal namun suplemen kalsium dianjurkan jika sumber
makanan tidak memadai (Dawson-Hughes, et.al., 2010)

Amerika Serikat merupakan negara dengan penderita


osteoporosis yang banyak, menurut survei National Health and
Nutrition Examination 2005-2010 terdapat 99 juta penduduk yang
menderita osteoporosis pada usia diatas 50 tahun (Nicole, et.al., 2014).
Peresepan obat terbanyak tentang pengobatan osteoporosis di Amerika
Serikat adalah menggunakan golongan bifosfonat termasuk alendronat,
risedronat, (dosis harian atau mingguan) dan ibadronat (dosis bulanan)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

(Thomas,2007). Hal ini berkaitan dengan golongan obat bifosfonat


yang menjadi pemberian terbanyak setelah kalsium dan vitamin D.
Menurut FDA pada umumnya terapi pengobatan osteoporosis
menggunakan golongan bifosfonat, begitu juga dengan guidelines
lainnya.

Menurut panduan tata laksana terapi farmakologi dari Dipiro


(2015), algoritma pencegahan osteoporosis perubahan gaya hidup
menjadi penanganan pertama pada pasien dengan adanya trauma
fraktur atau nyeri dan gejala osteoporosis. Perubahan gaya hidup ini
didampingi dengan pemberian asupan kalsium 1200 mg/hari dan
vitamin D 800-1000 unit/hari, untuk terapi lini pertamanya adalah
menggunakan bifosfonat hal ini sama dengan yang dilaksanakan di
RSUP Fatmawati. Pengobatan terbanyak yang diberikan adalah dengan
suplementasi kalsium dan vitamin D dan pengobatan lini pertamanya
adalah bifosfonat.

4.2.4.2. Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi merupakan terapi pendukung untuk


masa pengobatan yang dijalani. Dalam pengobatan osteoporosis ini
terdapat beberapa terapi pendukung saat menjalani terapi obat. Ada
beberapa jenis terapi pendukung untuk terapi osteoporosis yang
umumnya disesuaikan dengan faktor usia, ketahanan tubuh, tingkat
gejala yang diderita, dan lama waktu pasien menderita penyakit
tersebut. Menurut catatan rekam medis pasien penderita osteoporosis
mendapatkan terapi non farmakologi berupa, fisioterapi, intervensi
latihan otot, pemberian nutrisi, dan edukasi perubahan gaya hidup.
Dari data yang didapatkan terbanyak adalah dengan anjuran
melaksanakan perubahan gaya, lalu anjuran melaksanakan fisioterapi,
olahraga, nutrisi dan terapi lain-lain, dan tidak melakukan terapi non
farmakologi satu pasien.

Dalam meningkatkan kepatuhan pasien dokter dan apoteker


akan memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

sedang diderita dan pengobatan yang sedang dijalani. Pemberian


edukasi ini menuntut pasien untuk mengubah gaya hidup yang dijalani.
Perubahan gaya hidup tersebut meliputi asupan kalsium dan nutrisi
secara umum seperti kalium, protein, dan mineral-mineral lainnya,
latihan beban, pencegahan jatuh, selain itu juga penggunaan pelindung
pinggul, yang bertujuan mengurangi dampak jatuh ke pinggul telah
disarankan (Bergman, et.al., 2011).

Pemberian terapi non farmakologi dengan fisioterapi


merupakan salah satu pilihan di RSUP Fatmawati. Fisioterapi
dilakukan oleh ahli fisioterapis. Fisioterapi yang dilakukan di RSUP
Fatmawati meliputi TENS, SWD, MWD, Diatermi, US. Penggunaan
fisioterapi dalam terapi penyakit osteoporosis adalah untuk
mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman, selain itu juga mampu
meningkatkan perbaikan kekuatan tulang dan otot dan memperlambat
degenerasi tulang, serta digunakan sebagai pengobatan untuk
meningkatkan keseluruhan mobilitas dan postur tubuh, dan untuk
mencegah jatuh dan patah tulang pada tingkat pencegahan primer dan
sekunder lebih lanjut (Swanenburg,et.al., 2003).

Terapi non farmakologi selanjutnya adalah pemberian latihan


atau olahraga kepada pasien. Beberapa latihan yang diberikan adalah
back exercise, mobilisasi fisik, latihan kekuatan otot, peregangan,
aerobik. Selain itu anjuran untuk melakukan olahraga secara rutin
diberikan kepada pasien. Hal ini serupa dengan International
Osteoporosis Foundation rekomendasi latihan merupakan hal yang
penting untuk memelihara dan membangun kekuatan tulang. Salah satu
anjuran latihan yang dilakukan untuk perempuan postmenopausal yang
rentan terhadap osteoporosis adalah peningkatan ketahanan tubuh,
seperti berjalan, berlari selama 20 menit, lalu dengan latihan lompat,
latihan ini dilakukan setelah 6 bulan latihan ketahanan tubuh, dan
terakhir adalah latihan penguatan tubuh seperti latihan beban. Latihan
dalam porsi cukup dan teratur memberikan rangsangan mekanik pada
kontraksi otot tulang belakang dan bagian lain sehingga menstimulasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

pembentukan tulang (Lane,2006). Selain ketiga latihan tersebut latihan


yang perlu diperhatikan adalah latihan fleksibilitas tubuh yakni
melakukan peregangan pada tubuh. Latihan ini dilakukan sebelum dan
sesudah.

4.2.5. Obat Penyerta

Penyakit penyerta pada pasien osteoporosis akan menjalani prosedur


terapi tersendiri. Dari data yang didapat pertama untuk penyakit hipertensi
obat yang paling sering diresepkan adalah amlodipin. Amlodipin merupakan
obat antihipertensi golongan Calcium Canal Blocker. Menurut National Heart
Foundation of Australia Golongan ini menjadi salah satu rekomendasi umum
dalam terapi hipertensi dengan kombinasi bersama golongan ARB atau ACE
inhibitor. Adanya kombinasi obat ini lebih aman digunakan untuk pasien yang
memiliki riwayat diabetes mellitus dan dislipidemia. Kelebihan amlodipin
tidak memiliki kontraindikasi yang serius seperti golongan obat hipertensi
yang lain, sehingga secara umum penggunaanya lebih aman. Namun risiko
efek samping dari obat ini yang bisa menyebabkan gagal jantung
(Anderson,et.al, 2016).

Kedua untuk penyakit gangguan jantung terdiri dari beberapa jenis


penyakit yaitu jantung kongestif,penyakit arteri koroner,penurunan curah
jantung. Obat yang paling sering digunakan adalah Simarc (warfarin sodium)
sebagai pengencer darah digunakan mencegah penggumpalan darah pada
penderita fibrilasi atrium untuk mencegah stroke , Concor (bisoprolol) sebagai
pengobatan gagal jantung dan menurunkan tekanan darah , Ascardia
(Asetosal) sebagai antiplatelet (menghambat pembekuan darah) digunakan
pada penderita infark miokard dan serangan stroke , Nitrokaf (Gliseril
Trinitrat) digunakan untuk memperlebar pembuluh darah dan membantu
meningkatkan kerja jantung. . Masing-masing penyakit mempunyai karakter
sendiri dalam proses terapinya, namun mempunyai muara yang sama yakni
gagal jantung, dan pengobatannya saling berkesinambungan (Clyde,et.al
2013).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

Kemudian osteoartritis merupakan penyakit penyerta yang umumnya


menyerang penderita osteoporosis. Obat yang paling sering diresepkan adalah
Glukosamin. Glukosamin merupakan suplemen yang digunakan secara luas
untuk pengobatan osteoartritis, bertindak sebagai kondroprotektor yang
membantu memperlambat kerusakan dan membangun kembali tulang rawan,
sehingga dapat membantu mencegah osteoarthritis. Obat ini tergolong aman
untuk dikonsumsi dalam jangka panjang. golongan obat lain seperti NSAID
(non steroidal anti-inflamatory drug) ditujukan untuk mengurangi nyeri akibat
radang dari osteoartritis. Menurut penelitian sebelumnya NSAID
menyebabkan efek samping terhadap gastrointestinal kepada beberapa
penderita osteoartritis sehingga pemakaian perlu dipertimbangkan jika terjadi
efek samping (Karen,et.al. 2000).

Diabetes menjadi penyakit penyerta keempat yang diderita sebagian


pasien osteoporosis di RSUP Fatmawati. Obat yang paling banyak diresepkan
adalah metformin. Menurut American College Physicians memberikan
guideline terbaru bahwa penggunaan metformin menjadi obat lini pertama
untuk pengobatan diabetes tipe 2, sehingga penggunaan obat ini menjadi
paling banyak diresepkan sesuai dengan panduan yang ada. Selain itu
metformin juga tergolong obat yang aman dan efektif untuk pengobatan
diabetes (Romesh, 2018).

Selanjutnya dislipidemia merupakan penyakit kelebihan kadar


kolesterol dalam darah yang memiliki potensi adanya stroke atau penyakit
jantung yang lain. Pada peresepan di RSUP Fatmawati obat yang digunakan
adalah simvastatin. Simvastatin menurut beberapa penelitian golongan statin
merupakan obat yang paling efektif dan aman untuk menurunkan kadar LDL
hingga ≥50 % , selain itu penggunaan statin dikaitkan dengan pengurangan
risiko relatif pada Miokard Infark, revaskularisasi koroner, dan stroke
(Edward, 2017)

4.2.6. Hubungan Keluhan Nyeri dengan Pemberian Terapi Obat

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat, aspek kajian penelitian


ini adalah menghubungkan keluhan nyeri dengan pemberian terapi obat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

Keluhan nyeri meliputi keluhan tunggal dan keluhan ganda. Catatan rekam
medis menjadi acuan dalam menentukan hubungan ini. Hasil yang didapat
hubungan antara keluhan nyeri dengan pemberian terapi memiliki hubungan
yang signifikan. Uji statistik dari analisis bivariat ini menggunakan uji chi-
square. Nilai Asymp. Sig didapat 0,009 dari acuan jika analisis berhubungan
dengan nilai <0,05. Maka analisis antara keluhan nyeri dengan pemberian
terapi obat berhubungan secara signifikan.

4.3. Keterbatasan Penelitian


4.3.1. Kendala
Pengambilan data dan jumlah sampel, pada proses pengambilan data
terdapat beberapa pasien yang mempunyai data-data yang kurang lengkap dan
memiliki diagnosis lain dengan kriteria yang diinginkan peneliti. Sehingga
menyebabkan jumlah sampel yang memenuhi semakin sedikit.

4.3.2. Kelemahan
Penelitian deskriptif retrospektif, pada penelitian deskriptif hanya
dapat dilakukan demografi berupa hasil analisis ketepatan untuk mengetahui
profil pengobatan pada terapi yang digunakan oleh pasien. Selain itu metode
retrospektif , dimana waktu kejadian sudah terjadi , tidak dapat dilakukan
pertanyaan langsung kepada pasien
a) Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang masuk ke dalam penelitian sedikit dikarenakan kasus
penderita osteoporosis yang jarang di RSUP Fatmawati.
b) Penelitian ini tidak bisa dibilang seutuhnya rasional, dikarenakan penilaian
diagnosis tidak dilakukan secara langsung, melainkan menarik kesimpulan
dari diagnosis yang tercatat di rekam medis.

4.3.3. Kekuatan
Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RSUP
Fatmawati, maka diharapkan penelitian ini menjadi referensi dan gambaran
profil pengobatan obat di RSUP Fatmawati, dan diharapkan mampu
dikembangkan lagi oleh peneliti lain terkait dengan kasus penyakit
osteoporosis di RSUP Fatmawati.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari Hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Hasil penelitian menunjukkan terapi obat yang paling sering digunakan di RSUP
Fatmawati adalah terapi menggunakan kalsium dan vitamin D
b. Fisioterapi merupakan terapi non farmakologi yang banyak dilakukan di RSUP
Fatmawati
c. Penyakit penyerta pada pasien rawat jalan osteoporosis paling banyak adalah
osteoarthritis sebanyak 60,3%
d. Obat Penyerta paling banyak digunakan untuk penyakit osteoarthritis adalah
glukosamin, hipertensi amlodipin, penyakit gangguan jantung adalah simarc,
concor, ascardia, nitrokaf, diabetes metformin, dislipidemia simvastatin.
e. Terdapat hubungan antara faktor jumlah keluhan nyeri pasien dengan faktor
pemberian obat kombinasi

5.2. Saran
a. Perlu adanya mencantumkan jangka lama waktu penggunaan obat pasien disaat
menjalani terapi agar menjadi salah satu acuan dalam melihat profil pengobatan
pasien osteoporosis
b. Perlu adanya kolaborasi antartenaga kesehatan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan kepada pasien rawat jalan RSUP Fatmawati Jakarta Selatan,
sehingga didapatkan terapi yang efektif, aman, dan tepat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

DAFTAR PUSTAKA

Cosman Felicia, et al. 2014. The Clinician’s Guide to Prevention and Treatment of
Osteoporosis, 12-16, Washington. National Osteoporosis Foundation

Di Piro, J.T., Tailbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. 2005.
Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach. 6 Th ed.Vol 5, ( pg 1645-1661)
USA : Mc Graw Hill. P 1205407

I Ketut Siki Kawiyana, 2009. Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan


Terkini. Denpasar. FK UNUD

Adlina Elsa, Fariani Syahrul. 2015. Rasio Risiko Osteoporosis Menurut Indeks Massa
Tubuh, Paritas, dan Konsumsi Kafein. Surabaya. FKM Universitas Airlangga

Tripathy, Amruta. et al. 2015. A Retrospective Study of Clinical Profile and Drug
Prescribing Pattern in Osteoporosis in A Tertiary Care Hospital . Manipal .
Kasturba Medical College.

Bowles K Susan, 2010, Drug Induced Osteoporosis,(pg 203-214). New York, PSAP

Ravn Pernille, et.al .2000. Alendronate in Early Postmenopausal Women : Bone Mass
During Long Term Treatment and after Withdrawal. The Journal of Clinical
Endocrinology and Metabolism

Gallager, J.C. & Tella, S.H. 2013. Controversies in Osteoporosis Management:


Antiresorptive Therapy for Preventing Bone Loss:to Use One or Two
Antiresorptive Agents?. Clinical Obstetrics And Gynecology.

Anonim. 2015. Data dan Kondisi Penyakit Osteoporosis di Indonesia. Jakarta.


KEMENKES RI

Anonim. 2008. KMK RI tentang Pedoman Pengendalian Osteoporosis, Jakarta.


KEMENKES RI

Prihatini, Sri. et al. 2010. Faktor Determinan Risiko Osteoporosis di Tiga Provinsi di
Indonesia. Jakarta. Media Litbang Kesehatan

Munawaroh, Arum. 2013. (Skripsi) Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku


Pencegahan Osteoporosis pada Mahasiswi di Universitas Singaperbangsa
Karawang Tahun 2013. Jakarta. FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Cevikoi Alev, et al. 2011. The relationship between bisphosphonate use and demographic
characteristics of male osteoporosis patient. Sao Paulo. US National Library of
Medicine National Institus of Health

Thomson Tommy, et.al. 2004. Bone Health and Osteoporosis : A Report of the Surgeon
General. Rockville. Office of Surgeon General.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

Anonim. 2015. Management of Osteoporosis and the Prevention of Fragility Fractures, (pg
39-40 ; 51-55) Edinburgh, Scottish Intercolleagiete Guidelines Network.

Cosman, F .et,al. 2014, Clinical Guide to Prevention and Treatment of Osteoporosis USA,
(pg 9 ; 12-20 ; 25-28) American Academy of Pain Medicine (AAPM), American
Association of Clinical Endocrinologists (AACE), American Orthopaedic
Association (AOA), American Osteopathic Association (AOA), American
Society for Bone and Mineral Research (ASBMR), and International Society for
Clinical Densitometry (ISCD)

Undang-undang No.44. 2009. Rumah Sakit. Republik Indonesia

Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) No.340. 2010. Klasifikasi Rumah Sakit : Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

lib.ui.ac.id/file?file=digital/125608-S-5852-Analisis%20pelayanan-Literatur.pdf diunduh
pada 6 Juli 2018.

Body, J-J. Et.al. 2011, Non-pharmacological management of osteoporosis: a consensus of


the Belgian Bone Club, Belgia, Springer Osteoporosis International.

Anonim, 2008, Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan, Jakarta, Kemenkes RI

Zehnacker CH, Bemis‐Dougherty, 2007, A. Effect of Weighted Exercises on Bone Mineral


Density in Post Menopausal Women A Systematic Review. Journal of Geriatric
Physical Therapy. 2007; 30(2):79-88.

J. Dawane, Dhande P. 2016. Advances in Non-Pharmacological and Pharmacological


Management of Osteoporosis, Vidyapeeth, Department of Pharmacology, Bharati
Vidyapeeth Deemed University Medical College, India.

Messalli, Enrico. Cono Scaffa. 2009. Long-term Safety and Efficacy of Raloxifene in
Prevention and Treatment of Postmenopausal Osteoporosis : an update.
International Journal of Women’s Health

Kling, Juliana. Et.al. 2014. Osteoporosis Prevention, Screening, and Treatment : A Review.
Journal of Women’s Health.

FJ, Demayo. Et.al. 2002. Mechanism of Action of Estrogen and Progesterone. US National
Library of Medicine National Institutes of Health.

Messalli Enrico, 2010, Long-term safety and efficacy of raloxifene in prevention and
treatment of postmenopausal osteoporosis : an update, International Journal of
women’s Health

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

Anonim, 2015, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI : Data & Kondisi
Penyakit Osteoporosis di Indonesia, Jakarta, Kemenkes RI.

Setyorini, Ayu., Et.al, 2009, Pencegahan Osteoporosis dengan Suplementasi Kalsium dan
Vitamin D pada Penggunaan Kortikosteroid Jangka Panjang, Denpasar. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Schwinghammer, T.L. 2015. Chapter 3 : Osteoporosis. Dalam : J.T. Dipiro penyunt.
Pharmacotherapy Handbook 9thed. United State of America : McGraw-Hill
Companies. Inc. P.16
Siew, Chan Pheng. Et.al,. 2012, Clinical Guidance on Management of Osteoporosis,
Selangor. (pg 28-37 ; 40-42) Persatuan Osteoporosis Malaysia.

Utomo, Margo. Et.al. (skripsi) 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepadatan
Tulang pada Perempuan Postmenopause, Semarang. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.

Tortora dan Derrickson, 2011, Lampung, Tinjauan Pustaka II 1. Sistem Rangka Tulang
Manusia. digilib.unila.ac.id/6846/14/BAB%2011.pdf. diperoleh 20 Maret 2018

Vasiliadis. Haris and Konstantinos Tsikopoulos. 2017. Glucosamine and chondroitin for the
treatment of osteoarthritis. US. World Journal of Orthopedics.

Walker, Bone. et.al. 2000. Medical management of Osteoarthritis. London. The British
Medical Journal.

Anderson, Craig. et.al. 2016. Guideline for the diagnosis and management of hypertension
in adults. (pg 37,38) Melbourne. National Heart Foundation of Australia.

Raz, Itamar. 2013. Guideline Approach to Therapy in Patients With Newly Diagnosed Type
2 Diabetes. Bristol. American Diabetes Association.

Calvert. et.al. 2008. Acute metformin therapy confers cardioprotection against myocardial
infarction via AMPK-eNOS-mediated signaling. US National Library of Medicine
National Institutes of Health.

Khardori, Romesh. 2018. Type 2 Diabetes Mellitus Treatment & Management. Virginia.
Departement of Internal Medicine, Eastern Virginia Medical School.

Carreras, Edward and Donna Polk. 2017. Dyslipidemia : Current Therapies and Guidelines
For Treatment. Boston. Brigham and Women’s Hospital.

Ito MK. 2012. Dyslipidemia : management using optimal lipid-lowering therapy. US


National Library of Medicine National Institutes of Health.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

Stein, James. et.al. 2008. 2008 Guideline for The Diagnosis and Management of
Dyslipidemia for Adults ≥ 18 years of Age. (pg 4) Wisconsin. Group Health
Cooperative HMO.

Yancy, Clyde. et.al. 2013. ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart Failure. (pg
275-284) American College of Cardiology Foundation and the American Heart
Association.

Cassar, Andrew. et.al. 2009. Chronic Coronary Artery Disease : Diagnosis and
Management. The Mayo Foundation for Medical Education and Research.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


67

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari Kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


68

Lampiran 2 : Surat Perizinan Data dan Izin Penelitan dari RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


69

Lampiran 3 : Hasil grafik

Jenis Kelamin
Laki-laki Wanita

16%

84%

Persebaran Golongan Umur


25

20
Axis Title

15

10

0
40 – 50 >50 – 60 >60 – 70 > 70
tahun tahun tahun tahun
Series1 2 13 19 24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


70

Penyakit Penyerta

40
35
30
Axis Title

25
20
15
10
5
0
Hipertens Gangguan Osteoartri Diabetes Dislipide tidak ada
i jantung tis Mellitus mia
Series1 24 12 39 10 2 13

Lokasi Nyeri/Fraktur
35
30
25
Axis Title

20
15
10
5
0
Tulang Tulang Tulang Lutut Tulang Pergelan Femur
Pinggul Belakang Pergelan (patela) Bahu gan
gan kaki/tibi
Tangan a,fibula
Series1 14 34 7 9 2 6 3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


71

Jumlah Keluhan
Keluhan Tunggal Keluhan Ganda 2 Keluhan Ganda 3

3,4%

29,3%

67,2%

Terapi Farmakologi
35

30

25
Axis Title

20

15

10

0
Kalsiu Vitami Bifosfo Kalsito Esterog Hormo Hormo Lain- tidak
m nD nat nin en n n lain ada
Esterog Paratir
en oid
Series1 34 21 20 3 0 0 3 7 8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


72

Penggolongan Jenis Terapi


Obat Tunggal Kombinasi 2 obat
Kombinasi 3 obat Kombinasi 4 obat
Tidak ada

6,9% 17,2%
34,5%
5,2%

36,2%

Terapi Non Farmakologi


Perubahan gaya hidup Nutrisi Olahraga
Fisioterapi Lain-lain Tidak ada
2% 1%

27,5% 43,8%

23,4%

2%

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


73
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

No Nama Pasien No RM Jenis Tanggal Pendidikan Pekerjaan Keluhan Terapi Terapi non Penyakit Hasil Tes*
Kelamin Lahir/Usia Nyeri/Fraktur Farmakologi Farmakologi Penyerta
1 Sardjiyem Karman 01437389 Perempuan 13 Mei 1957 SD Ibu rumah Tulang Tidak ada Fisioterapi = tidak ada tidak ada
/ 59 tangga pinggul, Diatermi,
tulang Tens ;
belakang Olahraga
=Back
exercise ;
Edukasi
2 Ratnawati Urip 01328496 Perempuan 12 Maret SMA Ibu rumah lain-lain : Vitamin D : Edukasi ; Hipertensi, Tes Radiografi
1939 / 77 tangga tulang lutut Kalkatriol Olahraga = OA, ('15) bagian
latihan Penurunan Vertebrae
peregangan, Cardiac lumbosacral
endurance ; Output proyeksi Ap/Lat,
Fisioterapi = dan Genu Bilateral
Tens, Proyeksi Ap/Lat
Diatermi
3 Saanih 01449912 Perempuan 10 Juni SD Pegawai Tulang Kalsium : Edukasi tidak ada tidak ada
1962 / 56 pinggul Osteocal ;
Bifosfonat :
Actonel
4 Marry Poliman 01421713 Perempuan 19 Juni Perguruan Ibu rumah Tulang Bahu Tidak ada Fisioterapi = OA, LBP, tidak ada
1933 / 84 tinggi tangga Diatermi, Jantung
Tens ; kongestif,
Olahraga Hipertensi
5 Liana Ratna 00702101 Perempuan 30 Juni Perguruan Ibu rumah Tulang Kalsium : Cal Fisioterapi = OA, Jantung CT Scan bagian
Budiarso 1935 / 81 tinggi tangga belakang 95 ; vitamin Diatermi, Kongestif pelvis ('16) ; Tes
D : Bone One Tens, Pijat, radiografi bagian
; Bifosfonat = MWD wrist joint kanan
Bonviva proyeksi AP &
Lateral.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


74
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

6 Sri Hartati 00036906 Perempuan 20 April Perguruan Pensiunan Tulang Kalsium = Edukasi tidak ada tidak ada
1948 / 68 tinggi pergelangan Cavit D3 ;
kaki, tulang Vitamin D =
belakang Kolkatriol ;
Bifosfonat =
Actonel,
Bonviva ;
lain-lain =
Ossoral 800
7 Nuraini Umar 00217536 Perempuan 30 SMA Ibu rumah Tulang Bifosfonat = Fisioterapi = OA, tidak ada
November tangga belakang, Renandronate, SWD, Tens ; Hipertensi,
1934 / 82 Tulang Allovel Olahraga = DM
pinggul latihan
punggung
8 Herawati Wahid 00011112 Perempuan 24 April Perguruan Ibu rumah tulang Kalsium = Fisioterapi = OA, ITP Tes Radiografi
1966 / 51 tinggi tangga belakang, osteocal, SWD, Tens ; (17) Vertebra
tulang CaCO3 ; Olahraga thorakal. =
pinggul Vitamin D : osteopenia.
Kalkatriol,
lain-lain :
protos (15')
9 Masrofah Rohmani 00376806 Perempuan 17 April Perguruan Pegawai Tulang Kalsium = Edukasi ; OA Tes radiografi (13)
1976 / 40 tinggi belakang, Cavit D3 Olahraga = Vertebra
Tulang Latihan
pergelangan pergelangan
tangan tangan
10 Sri Suhartinah 01387700 Perempuan 15 Oktober Perguruan Ibu rumah Tulang Vitamin D = Edukasi = Skoliosis tidak ada
1943 / 73 tinggi tangga belakang Kolkatriol ; Pain
Bifosfonat = Management
Bonviva

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


75
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

11 Suryamah 01096347 Perempuan 1 Januari SMP Ibu rumah Tulang Kalsium ; Edukasi Spondilitis, tes radiografi (11)
Muhammad 1953 / 63 tangga pinggul, Bifosfonat = Skoliosis Lumbosakral
tulang Bonviva proyeksi AP dan
belakang Lateral, CT Scan
(17) vertebra
lumbosakral
proyeksi AP dan
Lateral.
Osteopenia.
Radiografi (17)
Vertebra
lumbosacral.
Osteopenia
12 Tukimah Hartono 00068899 Perempuan 30 Juli 1958 SD Ibu rumah lain-lain : Kalsium = Edukasi tidak ada tidak ada
/ 58 tangga tulang lutut ; Cavit D3
Tulang
pinggul
13 Yetti Rismiati 01343799 Perempuan 23 Februari SMA Lain-lain lain-lain = Kalsium = Edukasi ; OA, Fraktur Tidak ada
1950 / 56 tulang lutut ; Cavit D3 ; Olahraga = Kompresi
Tulang Vitamin D = latihan L3L5
belakang Kolkatriol ; berdiri,
Bifosfonat = endurance ;
Pro Fisioterapi =
Bifosfonat Tens, US
14 Nurkhasanah Poniran 00398695 Perempuan 25 Maret SMA Ibu rumah Tulang Kalsium =, Edukasi CKD, OA, tes radiografi (16)
1966 / 50 tangga pergelangan CaCO3; Hipertensi Pedis kiri,
tangan ; lain- Vitamin D = Proyeksi
lain = kaki Kolkatriol AP/Lateral
15 Raminad BA 00663275 Perempuan 29 Juni Perguruan Lain-lain Tulang Bifosfonat = Olahraga = OA, Jantung tes radiografi (16)
1946 / 70 tinggi Belakang Actonel, latihan Kongestif Corpus vertebra
Bonviva kekuatan otot L2 , Densitometri
; Fisioterapi = nilai T score radius
SWD, Tens total = -2,7 ;
Wards = -2,1 ; L4
=-2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


76
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

16 Flora Situmorang 00708759 Perempuan 25 Maret SMA Ibu rumah Lain-lain = tidak ada Fisioterapi = Hipertensi, tidak ada
1949 / 67 tangga lutut MWD, Tens, OA, DM
Diaterni (cek
BMD)
17 Suhandi 01433559 Laki-laki 8 Mei 1964 / SMA Wiraswasta Lain- lain = Tidak ada lain-lain = Pro tidak ada tidak ada
Anggawidjaja 52 kaki Asses,
Diagnosa
18 Madu retno larasati 01339750 Perempuan 14 SMA Ibu rumah Lain - lain = Kalsium : Edukasi OA tes radiografi
November tangga telapak kaki, Osteocal ; straight lumbal
1949 / 67 Tulang
belakang
19 Sudiyanti Djoko 00296330 Perempuan 30 Agustus SMA Ibu rumah Lain -laik = Kalsium = Edukasi DM, Densitometri (08) ,
Pramono 1946 / 70 tangga kaki Cavit D3 ; Dislipidemia AP Spine T score<
Osteocal, -2,5 ; left femur -
Actonel, 2,7 ; left forearm -
kolkatriol 5,2 => (09) AP
(14) , Spine , <-2,5
(perbaikan) ;Left
femur -2,6
(perbaikan) ; left
forearm -5,3
(perbaikan)

20 Yusnidar Herawati 01421622 Perempuan 18 SMA Pegawai Lain-lain = Kalsium = Edukasi OA tes radiografi
Desember sendi-sendi, Cavit D3 (2016)
1958 / 56 telapak kaki
21 Linda Chamiza 00947118 Perempuan 8 September Perguruan Lain-lain Tulang kalsium = Edukasi OA, Tes BMD
1949/ 67 tinggi Belakang, Cavit D3 ; Hipertensi (densitometri)
Lain-lain : Bifosfonat = (2016) , AP Spine
sendi-sendi Actonel T score < -2,5 ,
Left Fore arm -4,7
, Right femur -2,8
; (2017) Ap Spine

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


77
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

< -2,5 (makin


parah), Left
forearm -4,5
(perbaikan) , right
femur -2,4
(perbaikan)
22 Sukarman 01119199 Laki-laki 8 Maret SMA Pensiunan Tulang Lain-lain = Olahraga = CKD, OA, tidak ada
sutodikromo 1941 / 75 Pinggul Protos Latihan ; Hipertensi
Fisioterapi =
MWD, TENS
23 Legiyem Sutrisno 01439357 Perempuan 8 April 1942 SD Ibu rumah Tulang Tidak ada edukasi = OA, Skoliosis, tidak ada
/ 74 tangga belakang menggunakan Hipertensi
alat bantu
jalan ;
Olahraga =
latihan ;
Fisioterapi =
MWD, TENS
24 Mastiara 01470573 Perempuan 7 Juni 1958/ SD Ibu rumah Tulang Vitamin D = Edukasi OA, DM, tidak ada
58 tangga belakang Kolkatriol ; Hipertensi
Kalsitonin =
Miacaleic
25 Siti Anggraeni 00979157 Perempuan 10 SMP Ibu rumah Tulang Kalsium = Edukasi ; OA, tidak ada
September tangga belakang Osteocal Olahraga = Hipertensi ,
1948 / 68 latihan jalan; Riwayat
Fisioterapi = Jantung.
TENS, SWD,
Diatermi,
pijat
26 Minarni Djong 01322069 Perempuan 12 Tidak Lain-lain Tulang Vitamin D = Edukasi, OA, MRI (2016)T1 T2
September Sekolah belakang ; Kolkatriol ; Nutrisi Spondilitis TB fat sat, pot sagital
1933 / 83 Lain-lain = Kalsium = (2015) axial tanpa kontras
tungkai, lutut Cavit D3 ; gada lineum.
Bifosfonat =

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


78
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

Actonel,
Bonviva

27 Feronika Sinaga 01183655 Perempuan 8 September SMP Ibu rumah Tulang Kalsium = Edukasi = Kejang, tidak ada
1946 / 70 tangga pinggul, Kalsium 95 ; Support Hipertensi
tulang Bifosfonat = mental ;
belakang Bonviva ; Olahraga =
Kalsitonin = Latihan
Miocalcic ; berdiri ;
Lain-lain = Fisioterapi =
Protos SWD, TENS,
Diatermi
28 Een binti Nalong 01439662 Perempuan 7 September SD Lain-lain Tulang Vitamin D = Tidak ada Hipertensi tidak ada
1947 / 69 belakang Kolkatriol
29 Martje Lava manu 01446358 Perempuan 24 Maret SMA Ibu rumah Tulang Tidak ada Olahraga :
1947 / 69 tangga Pinggul, Latihan,
Lain-lain : Rehabilitasi
Tungkai kaki

30 Remi Kamsah 01328362 Laki-laki 68 SMA Tidak Tulang Vitamin D = Olahraga = Hipertensi, tidak ada
Bekerja Belakang Kolkatriol ; Latihan ; Batu ginjal,
Kalsium = Fisioterapi = Skoliosis ,
Cavit D3 MWD, TENS kifosis

31 Andi Ratna M 01434285 Perempuan 8 Mei 1944 / SMA Ibu rumah Tulang Tidak ada Edukasi ; OA X ray (16) Perlvis,
72 tangga belakang Olahraga = Radiolografi
latihan jalan ; vertebra
Fisioterapi = lumbosakral (16)
MWD,
TENS,
Program
rehab medik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


79
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

32 Suryanti Abdul 00399088 Perempuan 20 Januari SMA Pensiunan Tulang Vitamin D = Edukasi = OA, Afrial tidak ada
Hamid 1953 / 63 pinggul, Kolkatriol ; Pain fibrilasi
tulang Kalsium = Management ;
belakang Cavit D3 Olahraga =
Back Exrcise
; Fisioterapi =
TENS, MWD
33 Saulan Elisabet 00049846 Perempuan 2 Juli 1942 / Perguruan Ibu rumah Tulang Kalsium= Edukasi = OA, GERD Tes radiografi,
Pardede 74 tinggi tangga belakang Cavit D3 Cek BMD, tulang lumbal.
DLL

34 Chati Ahmad Suhebi 01408201 Perempuan 12 SMA Pensiunan Lain-lain = Kalsium = Fisioterapi ; Close fracture tidak ada
September Femur (paha) Kalsium 95 Olahraga = supracondyler
1945 / 71 Mobilisasi femur post orif
fisik ; Edukasi
35 Zulkarnaen Drs 00793708 Laki-laki 1 Agustus Perguruan Pensiunan Tulang Vitamin D = Edukasi OA, DM , tes radiografi (15)
1938 / 78 tinggi pergelangan Kolkatriol, gangguan Pelvis proyeksi AP
tangan CaCO3 ; eliminasi lateral Manus
Kalsium = BAK, bilateral proyeksi
Cavit D3 gangguan AP/Lateral
curah jantung
36 Tjen Lie Yoen 01451506 Perempuan 27 Agustus SMA Ibu rumah Tulang Tidak ada Edukasi ; Spinal tidak ada
1942 / 74 tangga pinggul, Lain-lain = Stenosis
tulang Explorasi,
belakang Cek BMD,
GDN x GDPP
x-ray lutut
37 Jumeni Karma 01439106 Perempuan 1 Juli 1957 / SD Ibu rumah Lain-lain = Vitamin D= Edukasi Tidak ada tidak ada
59 tangga Femur (paha) Kolkatriol ;
Bifosfonat =
Bonviva

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


80
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

38 Saimin Mardisasmito 01432018 Laki-laki 16 Juni SMA Pensiunan Tulang Kalsium = Edukasi OA, Susp TB, tidak ada
1943 / 73 belakang Osteocal ; hipotyroid
Hormon
Paratiroid =
TSH
39 Haydir Mahfud 01405769 Laki-laki 27 Maret Perguruan Pegawai Lain-lain = Vitamin D = edukasi close fracture tidak ada
1964 / 52 tinggi lutut Kolkatriol ; distal tibia dx
Kalsium = post orif
Cavit D3
oscal
40 Nurbillah 01447363 Perempuan 2 Februari SMP Ibu rumah Tulang Bifosfonat = Edukasi ; tidak ada tidak ada
1963 / 53 tangga belakang Pro bifosfonat Olahraga =
latihan
marker
turunan
41 Silmi Patioran 00213409 Perempuan 24 Juli 1943 Perguruan Ibu rumah Tulang Vitamin D = Fisioterapi = Hipertensi, Tes radiografi (09)
/ 73 tinggi tangga pinggul, Kolkatriol ; SWD, TENS, , Tes BMD,Spine
tulang Kalsium = US ; Edukasi T score, -1,2 s/d -
belakang Cavit D3, , 2,0 left femur -2,1
Cal 95; left forearm radius
Bifosfonat = total -3,0
Actonel ;
Kalsitonin =
Miocalcic
42 Suparni 01255464 Perempuan 1 Februari SD Ibu rumah Tulang Tidak ada Edukasi ; OA, DM tidak ada
Kasandikromo 1948 / 68 tangga belakang, Olahraga =
Lain-lain = Latihan ;
bahu, lutut Fisioterapi =
SWD, TENS,
Hidroterapi
43 Djumilah 00733310 Perempuan 25 Mei 1951 SMP Ibu rumah Tulang Kalsium = Edukasi DM, OA tidak ada
/ 65 tangga pergelangan Cavit D3
tangan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


81
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

44 Lily R Juliatie 00950956 Perempuan 3 Juli 1948 / Perguruan Pensiunan Tulang Kalsium = Edukasi Hipertensi, tes lab vitamin D,
68 tinggi belakang CaCO3 ; DM, OA (15) 6,3 ng/ml =
Cavit D3 ; defisiensi ; 31,5
Bifosfonat = ng/ml = sufisiensi,
Bonviva (17)

45 Maimunah Sudarman 00100617 Perempuan 5 Mei 1941 / SMA Lain-lain Lain-lain = Vitamin D = Edukasi OA, Tes BMD (14)
75 lutut Cavit D3 Hipertensi, Vertebra Tscore : -
1,1 s/d - 2,0 ;
Femur < -2,0 Tes
radiografi (12)
Genu bilateal
proyeksi AP
literal, Vertebra
lumbal AP lateral.

46 Karni SH 00479744 Perempuan 24 April Perguruan Pensiunan Tulang Kalsium = Edukasi ; Dislipidemia, Tes radiografi (17)
1945 / 71 tinggi pinggul, Osteocal , Olahraga = OA, osteopenia
tulang Cavit D3 ; latihan
pergelangan Hormon
tangan Paratiroid
47 Lasem M Sujoko 01407232 Perempuan 5 Desember Tidak Ibu rumah Tulang Kalsium = Edukasi = DM 2, Tidak ada
1965 / 51 Sekolah tangga belakang Cavit D3 menjaga Hipertensi,
kebugaran, Konstipasi
Pijat ;
Fisioterapi =
SWD, TENS
(buat OA)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


82
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

48 Arsyad Ilyas 00538169 Laki-laki 19 Agustus Perguruan Pensiunan Tulang Kalsium = Edukasi ; gangguan tes radiografi (16)
1937 / 79 tinggi belakang ; Cal 95 ; Olahraga = curah jantung Vertebra
lain-lain = Bifosfonat = latihan lumbosacral
femur (paha) Actonel, punggung ; proyeksi AP lateral
Bonviva ; Fisioterapi =
lain-lain = MWD,
Ossoral 800 TENS,
Hidroterapi,
Dry Needle
49 Ng Khioen Tjeuw 01431917 Perempuan 4 Juli 1950 / SMA Ibu rumah Tulang Kalsium = Edukasi , OA tidak ada
66 tangga belakang Osteocal ; Fisioterapi =
Bifosfonat = SWD, TENS
Actonel
50 Abdur rahman H 01393434 Laki-laki 10 Juli 1949 SMA Tidak Tulang Kalsium= Edukasi DM, Tes radiografi (17)
/ 67 Bekerja belakang Cavit D3 ; Hipertensi Thorcolumbosacral
Bifosfonat = AP.
Bonviva
51 Nyi Saripah 00042914 Perempuan 31 SD Tidak Tulang Kalsium = Edukasi = OA, gangguan tidak ada
Desember Bekerja belakang Cal 95, melakuka curah jantung,
1951 / 65 Osteocal ; relaksasi ;
Bifosfonat = Fisioterapi =
Actonel SWD, TENS
52 Syahriar Hamid 00029903 Laki-laki 6 Juni 1932 Perguruan Lain-lain Tulang Kalsium = Olahraga = DM, CAD tes radiografi,
/ 84 tinggi belakang Osteocal Latihan ; vertebra
Fisioterapi = lumbosakral,
MWD, TENS proyeksi AP &
lateral (osteopenia)

53 Maryati Daniel 00414663 Perempuan 19 SMA Pensiunan Tulang Vitamin D = Fisioterapi = OA, CAD tidak ada
September belakang Kolkatriol MWD, Tens
1943 / 73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


83
Lampiran 4 : Rekapitulasi Data

54 Lisnnur Nawangsih 00655355 Perempuan 10 Oktober SMA Pegawai Tulang Vitamin D = Edukasi , kolesistektomi, tidak ada
1960 / 56 belakang Kolkatriol Fisioterapi = hipertensi, OA
SWD, TENS,
US

55 Sri Hastuti Mulyadi 00106672 Perempuan 15 Mei 1942 SMA Ibu rumah Tulang Kalsium = Edukasi, OA, Retensi tidak ada
/ 74 tangga belakang Osteocal, Nutrisi = urin, CHF
Cavit D3* ; paparan sinar
Vitamin D = matahari
Hibone*,
Kolkatriol*;
Bifosfonat =
Allovel* ;
Lain-lain =
Protos,
ossoral 800
56 Ilse Hardianto 01120288 Perempuan 7 Agustus Perguruan Pensiunan Tulang Vitamin D = Edukasi ; OA, CAD tidak ada
1941 / 75 tinggi belakang, Kolkatriol ; Olahraga =
tulang Kalsium latihan
pinggul =Cavit D3
57 Soetarmi 00112591 Perempuan 27 SMA Ibu rumah Tulang Kalsium = Edukasi ; DM , OA tidak ada
Hadiprawoto September tangga pergelangan Osteocal,, Fisioterapi =
1933 / 83 tangan, lain- Cavit D3 ; Penguatan
lain = lutut vitamin D = quadriceps ;
Kolkatriol Olahraga =
Streching,
Aerobik,
Bersepeda

58 Sri Harti 01476777 Perempuan 23 SMA Ibu rumah Tulang Lain-lain = Edukasi = tidak ada tidak ada
September tangga pergelangan Protos, Bon Manajemen
1941 / 75 tangan one nyeri

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


84

Lampiran 5 : Analisis Univariat dan Bivariat

Jenis_kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 9 15,5 15,5 15,5

Perempu
49 84,5 84,5 100,0
an

Total 58 100,0 100,0

Kategori_Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 40-50 2 3,4 3,4 3,4

>50-60 13 22,4 22,4 25,9

>60-70 18 31,0 31,0 56,9

>70 25 43,1 43,1 100,0

Total 58 100,0 100,0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 2 3,4 3,4 3,4

SD 8 13,8 13,8 17,2

SMP 6 10,3 10,3 27,6

SMA 25 43,1 43,1 70,7

PT 17 29,3 29,3 100,0

Total 58 100,0 100,0

Keluhan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


85

Valid Keluhan Tunggal 39 67,2 67,2 67,2

Keluhan Ganda 2 17 29,3 29,3 96,6

Keluhan Ganda 3 2 3,4 3,4 100,0

Total 58 100,0 100,0

Terapi_Obat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Obat tunggal 20 34,5 34,5 34,5

Obat kombinasi 1 21 36,2 36,2 70,7

Obat kombinasi 2 3 5,2 5,2 75,9

Obat kombinasi 3 4 6,9 6,9 82,8

Tidak ada 10 17,2 17,2 100,0

Total 58 100,0 100,0

Penyakit_penyerta

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid OA 34 35,4 35,4 35,4

kelainan jantung 32 33,3 33,3 68,8

Diabetes 14 14,6 14,6 83,3

Dislipidemia 6 6,3 6,3 89,6

Tidak ada 10 10,4 10,4 100,0

Total 96 100,0 100,0

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


86

Jenis_Tes

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid X-ray 17 17,7 28,3 28,3

CT Scan 2 2,1 3,3 31,7

Pemeriksaan DEXA 4 4,2 6,7 38,3

MRI 1 1,0 1,7 40,0

tidak ada 36 37,5 60,0 100,0

Total 60 62,5 100,0


Missing System 36 37,5
Total 96 100,0

Analisis Bivariat
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

keluhan_nyeri *
58 100,0% 0 0,0% 58 100,0%
jenis_terapi_obat

keluhan_nyeri * jenis_terapi_obat Crosstabulation

jenis_terapi_obat

kombinasi 2 kombinasi 3 Kombinasi 4 tidak


obat tunggal obat obat obat ada Total

keluhan_nye keluhan tunggal Count 17 15 0 1 6 39


ri % of
29,3% 25,9% 0,0% 1,7% 10,3% 67,2%
Total

Keluhan ganda 2 Count 3 6 2 3 3 17

% of
5,2% 10,3% 3,4% 5,2% 5,2% 29,3%
Total

Keluhan ganda 3 Count 0 0 1 0 1 2

% of
0,0% 0,0% 1,7% 0,0% 1,7% 3,4%
Total
Total Count 20 21 3 4 10 58

% of
34,5% 36,2% 5,2% 6,9% 17,2% 100,0%
Total

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


87

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 20,396 8 ,009
Likelihood Ratio 17,839 8 ,022
Linear-by-Linear Association 5,594 1 ,018
N of Valid Cases 58

a. 10 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is ,10.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai