Anda di halaman 1dari 55

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Skripsi Sarjana

2016

Prevalensi Malnutrisi Berdasarkan


Antropometri pada Pasien Lansia di
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Tahun 2016

Arif, Shafira Hazmi


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/18462
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
1

SKRIPSI

PREVALENSI MALNUTRISI BERDASARKAN ANTROPOMETRI


PADA PASIEN LANSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK TAHUN 2016

Oleh :
SHAFIRA HAZMI ARIF
130100146

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


2

PREVALENSI MALNUTRISI BERDASARKAN ANTROPOMETRI


PADA PASIEN LANSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
HAJI ADAM MALIK TAHUN 2016

SKRIPSI

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran”

Oleh :
SHAFIRA HAZMI ARIF
130100146

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


3

Universitas Sumatera Utara


i
4

ABSTRAK

Malnutrisi merupakan satu dari sekian banyak permasalahan yang terjadi pada
lanjut usia. Tingginya prevalensi malnutrisi pada lansia serta banyaknya dampak
yang ditimbulkan membuat penilaian status nutrisi menjadi penting untuk
dilakukan sebagai langkah awal untuk mempertahankan atau memperbaiki status
nutrisi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status nutrisi lansia di
RSUP H. Adam Malik.

Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 49 orang.


Pengumpulan data dilakukan dengan teknik consecutive sampling dengan kriteria
lansia berusia 60 tahun keatas, kooperatif dan dapat berkomunikasi serta
berbahasa Indonesia.

Hasil penelitian diperoleh bahwa 32% lansia berstatus nutrisi normal dan 68%
lansia mengalami malnutrisi. Berdasarkan jenis kelamin 53% kasus malnutrisi
terjadi pada laki-laki dan 47% kasus terjadi pada perempuan. Berdasarkan usia
82.4% kasus malnutrisi terjadi pada kelompok usia elderly dan 17.6% kasus
terjadi pada kelompok usia old. Berdasarkan IMT 61.8% kasus malnutrisi terjadi
pada pasien dengan Indeks Massa Tubuh underweight dan 38.2% kasus terjadi
pada pasien dengan Indeks Massa Tubuh normoweight.

Kata Kunci : Malnutrisi, Status gizi, Lansia.

ii Universitas Sumatera Utara


5

ABSTRACT

Malnutrition is one of numerous problems happening to the elderly. High


prevalence of malnutrition in the elderly and with plenty of impacts caused make
grading nutrition status crucial to undergo as an initial step to maintain or
improve nutrition status of the elderly.

This research aimed to figure out nutrition status of the elderly in RSUP H. Adam
Malik Medan. The research design used was descriptive involving 57 people.
Data collection was carried out by consecutive sampling technique with the
criterions of elderly aged at least 60 years of old, cooperative, and able to
communicate in Bahasa.

Result obtained was that 68.4% elderly were categorized normal and 31.6%
elderly was categorized having malnutrition issue. By sex 53% cases of
malnutrition occur in men and 47% of cases occur in women. By age 82.4%
cases of malnutrition occur in the elderly age and 17.6% of cases occur in old
age. 61.8% based on BMI malnutrition cases occurred in patients with an
underweight and 38.2% of cases occurred in patients with a normoweight.
Nutrition status of the elderly was caused by Mid Upper Arm Circumference Body
of the elderly ability to stay active and illness condition suffered by the elderly for
the past the months.

Keywords : Malnutrition, Nutrition status, the elderly

iii
Universitas Sumatera Utara
6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Skripsi ini dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sangatlah sulit untuk
dapat menyelesaikan Skripsi ini tanpa bimbingan dari berbagai pihak .

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan


kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatra Utara.
2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
3. Dr. dr. Imam Budi Putra, Sp.KK(K), selaku Wakil Dekan I Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
4. Dr. Zaimah Z. Tala, MS, Sp.GK, selaku Wakil Dekan II Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
5. Dr. dr. Dina Kemala Sari, MS, Sp.GK, selaku Wakil Dekan III Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
6. dr. Sumi Ramadani, Sp.PD, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan banyak arahan dan masukan kepada peneliti sehingga skripsi
ini dapat terlaksanakan dengan baik.
7. dr. Denny R. Siregar, SpB(K)Onk, M.Kes, selaku dosen pembimbing II
yang sangat membantu dan membimbing penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. dr. Sri Suryani Widjaya, M.Kes dan dr. Mahrani Lubis, M.Ked.(Ped),
Sp.A., selaku penguji yang telah memberikan arahan dan membantu
penulis dalam menyempurnakan skripsi ini.
9. Keluarga tercinta yaitu Ayah, Muhammad Arif MS, SE, MM, Mama,
Asga Dewi Lubis, SE, serta Adik penulis, M. Hafidz Yazid Arif, M.

Universitas Sumatera Utara


iv
7

Hanafi Azra Arif, dan M. Fadlan Fadillah atas segala hal, cinta, kasih
sayang, doa serta dukungan yang tidak ada habis-habisnya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Rekan satu dosen pembimbing penulis, Milki Suci Purwanti yang saling
membantu dan memberikan masukan terhadap penulisan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat penulis, Ade Ayu Lanniari Harahap, Yulitami Annisa
Pandia, Annisa Maghfirah, Ditha Mayasari Utami, Syahirah Ismah, Helmi
Fauzi Situmorang, Egy Frien Situmorang, Muhammad Ridho Lubis, Ardy
Batubara, dan Dinna Rosa Qisthina atas bantuan, semangat dan motivasi
untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki
oleh penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk
meningkatkan kualitas penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua orang
dalam bidang pengetahuan khususnya di bidang Kedokteran. Terima Kasih.

Medan, 13 Desember 2016

Shafira Hazmi Arif

NIM. 130100146

v
Universitas Sumatera Utara
8

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
ABSTRAK....................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xi

BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................


1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Malnutrisi .................................................................................... 4
2.1.1 Definisi ............................................................ .................. 4
2.1.2 Epidemiologi ...................................................................... 4
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Malnutrisi ............................. 5
2.2. Status Gizi .................................................................................... 6
2.2.1. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi............................ .... 6
2.3. Lansia ........................................................................................... 7
2.3.1. Definisi .............................................................................. 7
2.3.2. Karakteristik Kesehatan Lanjut Usia ................................ 7
2.3.3. Perubahan Fisiologis yang Mempengaruhi Status Gizi .... 8
2.3.4. Pengukuran Status Gizi Secara Antropometri................... 11

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN


3.1. Kerangka Teori Penelitian............................................................ 16
3.1. Kerangka Konsep Penelitian........................................................ 17

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1. Rancangan Penelitian ................................................................... 18
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 18
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 18

vi Universitas Sumatera Utara


9

4.4. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 20


4.5. Variabel dan Definisi Operasonal ................................................ 22
4.6. Metode Analisis Data ................................................................... 24
4.7. Waktu Penelitian ......................................................................... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 26


5.1. Hasil Penelitian .............................................................................. 26
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................. 26
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian .......................... 27
5.1.3. Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian ........................... 27
5.1.4. Hasil Ananlisis data ............................................................. 27
5.2. Pembahasan.................................................................................... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 32


6.1. Kesimpulan .................................................................................. 32
6.2. Saran ............................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 34

LAMPIRAN

vii Universitas Sumatera Utara


10

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kemunduran dan Kelemahan Lansia ...................................... 8


2.2 Kategori Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT (Depkes RI) ... 16
5.1 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan jenis
kelamin, usia, LLA, dan IMT.................................................. 26
5.2 Distribusi malnutrisi berdasarkan jenis kelamin...................... 28
5.3 Distribusi malnutrisi berdasarkan usia .................................... 29
5.4 Distribusi malnutrisi berdasarkan IMT…................................ 29

viii
Universitas Sumatera Utara
11

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1.1 Skema Kerangka Teori (Depkes RI)............................... 17


Gambar 1.2 Kerangka Konsep Penelitian .......................................... 18

ix
Universitas Sumatera Utara
12

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Riwayat Hidup


Lampiran 2 Surat Izin Survei Awal Penelitian
Lampiran 3 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Ethical Clearance
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian RSUP HAM

x
Universitas Sumatera Utara
13

DAFTAR SINGKATAN

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat


RSPAD : Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
KMS : Kartu Menuju Sehat
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
LLA : Lingkar Lengan Atas
IMT : Indeks Massa Tubuh

xi Universitas Sumatera Utara


1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malnutrisi adalah suatu keadaan tidak terpenuhinya energi, protein atau


keduanya dari asupan makanan. Malnutrisi pada pasien bisa terjadi karena dua hal
yaitu 1) proses penyakit yang dideritanya yang bisa mempengaruhi asupan
makanan, meningkatkan kebutuhan, merubah metabolisme dan dapat
menyebabkan malabsorpsi; 2) tidak adekuatnya asupan kalori makanan yang
dikonsumsi oleh pasien.1

Status Gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan
fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-
hal yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah gizi pada lanjut usia. 2

Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien selama


dirawat jalan menjadi suatu masalah kesehatan karena angka prevalensinya cukup
tinggi tidak hanya di negara berkembang tetapi juga negara maju. Penelitian di
Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2009 mencatat prevalensi
malnutrisi sebesar 45,9% pasien di bagian bedah digestif menderita malnutrisi, di
bagian penyakit dalam RSPAD Gatot Subroto Jakarta tahun 2001 sebanyak
47,76% pasien yang menderita gizi kurang, sedangkan di bagian penyakit dalam
RSHS Bandung menunjukkan pasien malnutrisi sebanyak 71,8% dan malnutrisi
berat 28,9%.3

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan


asupan protein dan energi. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Dalam hal ini malnutrisi bisa ditegakkan
berdasarkan antropometri yang dapat dilakukan dalam beberapa macam

1
Universitas Sumatera Utara
2

pengukuran yaitu pengukuran berat badan (BB), tinggi badan (TB) dan lingkar
lengan atas (LLA).4

Berdasarkan latar belakang di atas tentang tingginya risiko malnutrisi pada


lansia, diperlukan adanya penelitian yang membahas mengenai “Prevalensi
Malnutrisi Berdasarkan Antropometri pada Pasien Lansia di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka


rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Berapa prevalensi malnutrisi pasien
lansia di RSUP H. Adam Malik?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi berdasarkan LLA pada pasien


lansia di RSUP H. Adam Malik.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien lansia berdasarkan LLA di


RSUP H. Adam Malik.
2. Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien lansia berdasarkan jenis
kelamin di RSUP H. Adam Malik.
3. Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien lansia berdasarkan umur di
RSUP H. Adam Malik.
4. Untuk mengetahui prevalensi malnutrisi pasien lansia berdasarkan IMT di
RSUP H. Adam Malik.

Universitas Sumatera Utara


3

1.3.3 Manfaat Penelitian

1. Bidang Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian lebih lanjut mengenai prevalensi malnutrisi berdasarkan
antropometri pada pasien lansia dan selanjutnya dapat digunakan sebagai
rujukan dalam upaya mengontrol malnutrisi pada lansia.
2. Bidang Pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara
logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian
berdasarkan metode yang baik dan benar.
3. Bidang Pelayanan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
benar bagi masyarakat, khususnya lansia mengenai informasi yang
berhubungan dengan malnutrisi.

Universitas Sumatera Utara


4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malnutrisi

2.1.1 Definisi

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang
cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk
mempertahankan kesehatan. Hal ini terjadi karena asupan makan terlalu sedikit
ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi
dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan
metabolik.5

2.1.2 Epidemiologi

Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien lansia serta
menjadi suatu masalah kesehatan karena angka prevalensinya cukup tinggi tidak
hanya di negara berkembang tetapi juga negara maju. 6 Berdasarkan hasil berbagai
penelitian yang dilakukan di Negara maju maupun berkembang, ditemukan
angka prevalensi malnutrisi mencapai 40%, Swedia 17- 47%, Denmark 28%,
Amerika dan Inggris antara 40-50% di Australia 40%. Studi di Indonesia
yang dilakukan di Jakarta, menghasilkan data bahwa dari sekitar 20-60%
pasien yang telah menyadang status malnutrisi dan 69%-nya mengalami
penurunan status gizi selama rawat inap di rumah sakit.1

Penelitian di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta tahun


2009 mencatat prevalensi malnutrisi sebesar 45,9% pasien di bagian bedah
digestif menderita malnutrisi, di bagian penyakit dalam RSPAD Gatot Subroto
Jakarta tahun 2001 sebanyak 47,76% pasien yang dirawat menderita gizi kurang
sedangkan di bagian penyakit dalam RSHS Bandung menunjukkan pasien
malnutrisi sebanyak 71,8% dan malnutrisi berat 28,9%.6

4
Universitas Sumatera Utara
5

Prevalensi malnutrisi rumah sakit di RSPAD Gatot Subroto mencapai


41,42%, dan di RS Hasan Sadikin Bandung ada sekitar 71,8% kasus
malnutrisi serta 28,9% masuk kategori malnutrisi berat. Seiring waktu,
kondisi ini tidak juga membaik, bahkan kasusnya masih cukup tinggi. Pada
penelitian yang diadakan pada tahun 2007 di RS Cipto Mangunkusumo
menunjukkan angka kejadian malnutrisi rumahsakit sebesar 52%. Sedangkan
di RS Dr Soetomo pada tahun 2000 terdapat 58,5% penderita yang
mengalami penurunan berat badan, tahun 2001 sebesar 53,4% dan 58,4% pada
tahun 2002.7

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Malnutrisi

Malnutrisi adalah suatu kondisi ketidakcukupan atau ketidakseimbangan


gizi pada tubuh. Malnutrisi mencakup kelainan yang disebabkan oleh defisiensi
asupan nutrien, gangguan metabolisme nutrien, atau kelebihan nutrient. 8

Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaranya tingkat konsumsi


(dinilai dari jumlah dan kualiti makanan). Asupan makanan dipengaruhi oleh
faktor ekonomi, ketersediaan makanan dan perilaku masyarakat.9

Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan dan kurang gizi merupakan suatu
fenomena yang saling terkait, oleh karena itu meningkatkan status gizi suatu
masyarakat erat kaitannya dengan peningkatan ekonomi. Tingkat social
ekonomi mempengaruhi kemampuan berpengaruh tidak saja pada macam
makanan tambahan dan waktu pemberian, tetapi juga pada kebiasaan hidup sehat
dan kualitas sanitasi lingkungan.10

Universitas Sumatera Utara


6

2.2 Status Gizi

2.2.1 Tinjauan umum tentang status gizi

Gizi berasal dari bahasa Arab “Qizzi” adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melaui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.11

Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat keseimbangan dari
intake makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai
dimensi. Status gizi dapat dinilai dari setiap jenis zat gizi baik zat gizi makro
maupun mikro. Zat gizi mikro yang utama adalah energi, protein, lemak, dan
karbohidrat. Lemak dan karbohidrat adalah unsur utama penghasil energi,
sehingga ukuran status gizi untuk zat gizi untuk zat gizi makro adalah energi dan
protein, disebut juga dengan status energi dan protein.12

Gizi dan masalah gizi selama ini dipahami sebagai hubungan sebab-akibat
antara makanan (input) dan kesehatan (outcome). Pada satu pihak masalah gizi
dapat dilihat sebagai masalah input, tetapi juga sebagai outcome. Dalam
menyusun kebijakan harus jelas mana yang dipakai sebagai titik tolak apakah
input atau outcome.13

Penilaian status gizi pada pasien di rumah sakit sangat penting untuk
dilakukan, terutama pasien dengan resiko malnutrisi yang tinggi. Identifikasi dan
skrining malnutrisi secara dini dapat mendukung ketepatan intervensi gizi oleh
ahli gizi terhadap pasien sehingga outcome pasien yang lebih baik dan efektivitas
biaya kesehatan secara keseluruhan dapat diwujudkan. 14

Universitas Sumatera Utara


7

2.3. Lansia

2.3.1 Definisi

Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia.


Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja
tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh.15

Berdasarkan WHO, lansia dibagi menjadi tiga golongan:

a. Umur lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun


b. Umur tua (old) : usia 76-90 tahun
c. Umur sangat tua (very old) : usia > 90 tahun

2.3.2 Karakteristik Kesehatan Lanjut Usia

Kesehatan lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua didefenisikan


sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
detrimental. Keadaan ini menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan dan kemampuan bertahan hidup berkurang. Proses menua setiap
individu dan setiap organ tubuh berbeda, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup,
lingkungan, dan penyakit degeneratif.16

Proses menua dan perubahan fisiologis pada lansia mengakibatkan beberapa


kemunduran dan kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit kronik dan
infeksi. Hal ini digambarkan pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara


8

Tabel 2.1 Kemunduran dan Kelemahan Lansia


No. Kemunduran dan Kelemahan Lansia

1. Pergerakan dan kestabilan terganggu


2. Intelektual terganggu
3. Isolasi diri (depresi)
4. Inkontinensia
5. Defisiensi imunologis
6. Infeksi, konstipasi, dan malnutrisi
7. Iatrogenesis dan insomnia
8. Kemunduran penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan,
komunikasi dan integritas kulit
9. Kemunduran proses penyembuhan

2.3.3 Perubahan Fisiologis yang Mempengaruhi Status Gizi pada Lansia

Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya


penurunan anatomik dan fungsional atas organ tubuhnya makin besar. Peneliti
Andres dan Tobin17 menjelaskan bahwa fungsi organ-organ akan menurun
sebanyak satu persen setiap tahunnya setelah usia 30 tahun.

Penurunan fungsional dari organ-organ tersebut akan menyebabkan lebih


mudah timbulnya masalah kesehatan pada lanjut usia. Masalah gizi yang
seringkali terjadi pada lanjut usia juga dipengaruhi oleh sejumlah perubahan
fisiologis.18 Adapun perubahan fisiologis tersebut sebagai berikut:

a. Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh dapat memberikan indikasi status gizi dan tingkat


kebugaran jasmani seseorang. Pada abad ke-19 ditemukan berbagai senyawa
kimiawi yang ternyata ada pula pada jaringan dan cairan tubuh. 18

Akibat penuaan pada lansia massa otot berkurang sedangkan massa lemak
bertambah. Massa tubuh yang tidak berlemak berkurang sebanyak 6,3%,

Universitas Sumatera Utara


9

sedangakan sebanyak 2% massa lemak bertambah dari berat badan perdekade


setelah usia 30 tahun. Jumlah cairan tubuh berkurang dari sekitar 60% berat badan
pada orang muda menjadi 45% dari berat badan wanita usia lanjut. 15

Penurunan massa otot akan mengakibatkan penurunan kebutuhan energi


yang terlihat pada lansia. Keseimbangan energi pada lansia lebih lanjut
dipengaruhi oleh aktifitas fisik yang menurun. Pemahaman akan hubungan
berbagai keadaan tersebut penting dalam membantu lansia mengelola berat badan
mereka.18

b. Gigi dan Mulut

Gigi merupakan unsur penting untuk pencapaian derajat kesehatan dan


gizi yang baik. Perubahan fisiologis yang terjadi pada jaringan keras gigi sesuai
perubahan pada gingiva anak-anak. Setelah gigi erupsi, morfologi gigi berubah
karena pemakaian atau aberasi dan kemudian tanggal digantikan gigi permanen.
Pada usia lanjut gigi permanen menjadi kering, lebih rapuh, berwarna lebih gelap,
dan bahkan sebagian gigi telah tanggal.15

Hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan
bawah dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun yang semula maksimal
dapat mencapai 300 poinds per square inch dapat mencapai 50 pound per square
inch. Selain itu, terjadinya atropi gingiva dan procesus alveolaris yang
menyebabkan akar gigi terbuka dan sering menimbulkan rasa sakit semakin
memperparah penurunan daya kunyah. Pada lansia saluran pencernaan tidak dapat
mengimbangi ketidaksempurnaan fungsi kunyah sehingga akan mempengaruhi
kesehatan umum.18

c. Indera Pengecap dan Pencium

Dengan bertambahnya umur, kemampuan mengecap, mencerna, dan


mematobolisme makanan berubah. Penurunan indera pengecap dan pencium pada
lansia menyebabkan sebagian besar kelompok umur ini tidak dapat lagi
menikmati aroma dan rasa makanan. Gangguan rasa pengecap pada proses

Universitas Sumatera Utara


10

penuaan terjadi karena pertambahan umur berkorelasi negatif dengan jumlah


‟taste buds‟ atau tunas pengecap pada lidah. Cherie Long (1986) dan Ruslijanto
(1996) dalam Darmojo (2010) menyatakan 80% tunas pengecap hilang pada usia
80 tahun. Wanita pasca monopause cenderung berkurang kemampuan merasakan
manis dan asin. Keadaan ini dapat menyebabkan lansia kurang menikmati
makanan dan mengalami pemurunan nafsu makan dan asupan makanan.
Gangguan rasa pengecap juga merupakan manifestasi penyakit sistemik pada
lansia disebabkan kandidiasis mulut dan defisiensi nutrisi terutama defisiensi
seng.19

d. Gastrointestinal

Motilitas lambung dan pengosongan lambung menurun seiring dengan


meningkatnya usia. Lapisan lambung lansia menipis. Di atas usia 60 tahun,
sekresi HCL dan pepsin berkurang. Akibatnya penyerapan vitamin dan zat besi
berkurang sehingga berpengaruh pada kejadian osteoporosis dan osteomalasia
pada lansia.

Esofagus terutama berfungsi untuk menyalurkan makan dari faring ke


lambung, dan gerakannya diatur secara khusus untuk fungsi tersebut. Pada
manusia lanjut usia, reseptor pada esofagus kurang sensitif dengan adanya
makanan. Hal ini menyebabkan kemampuan peristaltik esofagus mendorong
makanan ke lambung menurun sehingga pengosongan esofagus terlambat.18

Berat total usus halus (di atas usia 40 tahun) berkurang, namun penyerapan
zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali kalsium dan zat besi
(di atas usia 60 tahun). Di usus halus juga ditemukan adanya kolonisasi bakteri
pada lansia dengan gastritis atrofi yang dapat menghambat penyerapan vitamin B.
Selain itu, motilititas usus halus dan usus besar terganggu sehingga menyebabkan
konstipasi sering terjadi pada lansia.16

Universitas Sumatera Utara


11

e. Hematologi

Berbagai kelainan hematologi dapat terjadi pada usia lanjut sebagai akibat
dari proses menua pada sistem hematopoetik. Berdasarkan pengamatan klinik dan
laboratorik, didapatkan bukti bahwa pada batas umur tertentu, sumsum tulang
mengalami involusi, sehingga cadangan sumsum tulang pada usia lanjut menurun.
Beberapa variabel dalam pemeriksaan darah lengkap (full blood count) seperti
kadar hemoglobin, indeks sel darah merah (MCV, MCH, MCHC), hitung
leukosit, trombosit menunjukkan perubahan yang berhubungan dengan umur.

Anemia kekurangan zat besi adalah salah satu bentuk kelainan hematologi
yang sering dialami pada lansia . Penyebab utama anemia kekurangan zat besi
pada usia lanjut adalah karena kehilangan darah yang terutama berasal dari
perdarahan kronik sistem gastrointestinal akibat berbagai masalah pencernaan
seperti tukak peptik, varises esofagus, keganasan lambung dan kolon.18
Menurunnya cairan saluran cerna (sekresi pepsin) dan enzim-enzim pencernaan
proteolitik mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien.

2.3.4 Pengukuran Status Gizi Secara Antropometri

Penilaian status gizi menggunakan antropometri. Antropometri berasal


dari kata Anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metrosartinya
ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran tubuh. Antropometri sangat umum
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan
antara asupan energy dan protein. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air
dalam tubuh

i. Keunggulan antropometri4:
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
yang besar.
2. Relative tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yang dilatih.

Universitas Sumatera Utara


12

3. Alatnya murah dan mudah dibawa, tahan lama.


4. Metode yang murah dan akurat karena dapat dibakukan
5. Dapat mendeteksi dan menggambarkan riwayat gizi masa lampau.
6. Umumnya dapat mengidentifikasi dan menggambarkan status gizi sedang,
kurang dan buruk karena sudah memiliki ambang batas yang jelas.
7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tahun tertentu atau
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap status
gizi.

ii. Kelemahan antropometri:

1. Tidak sensitive sebab tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu yang
singkat disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan gizi tertentu
seperti defisiensi besi.
2. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran.
3. Kesalahan yang terjadi pada pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran.
4. Kesalahan ini dapat terjadi pada pengukuran, analisis dan asusmsi
yang salah
5. Kesalahan biasanya bersumber dari kurang terlatihnya petugas
pengukur, kesalahan alat atau alat yang tidak tertera, dan kesulitan dalam
pengukuran.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan


dengan mengukur beberapa parameter yang meliputi umur, berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lengkar pinggul, dan
lemakdi bawah kulit. Kombinasi antara beberapa parameter antropometri
disebut juga sebagai indeks antropometri.20

Universitas Sumatera Utara


13

a. Berat badan

Berat badan dapat memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh


sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak bila terserang
penyakit, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting. Berat badan
menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada
remaja, lemak meningkat dan protein otot menurun. Pada pasien tumor, hal ini
dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang
kekurangan gizi. Terdapat alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan
pilihan utama, yaitu20:

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam


waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan
periodic memberikan gambaran pertumbuhan
3. Umum dan luas dipakai di Indonesia
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur
5. Digunakan dalam KMS
6. BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur
7. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian
tinggi, seperti: dacin

b. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter yang menggambarkan pertumbuhan


skeletal. Tinggi badan kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi
dalam waktu yang singkat karena pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi
badan akan timbul dalam waktu yang lama. Tinggi Badan (TB) merupakan
parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika
umur tidak diketahui dengan tepat.

Universitas Sumatera Utara


14

Tinggi badan juga merupakan ukuran kedua yang penting, karena


dengan menghubungkan BB terhadap TB faktor umur dapat dikesampingkan.
Defisit berdasarkan indeks disebut sebagai stunting.20

i. Kelebihan indeks TB:


1. Baik untuk melihat gizi masa lampau.
2. Alat pengukur yang murah, sederhana dan mudah dibawa.

ii. Kekurangan indeks TB:


1. Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun.
2. Pengukuran relative sulit karena harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan dua orang umtuk melakukannya.
3. Ketepatan umur sulit didapat

c. Lingkar lengan atas (LLA)

Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena


mudah, murah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadangsusah
diperoleh.Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan
otot dan lapisan lemak di bawah kulit Lingkar Lengan Atas merupakan parameter
yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga non-profesional.
Lingkar lengan atas merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan
cepat, sehingga merupakan indeks yang menggambarkan status saat ini.

Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai berikut:

1. LLA < 21 = buruk


2. LLA 21 sampai ≤ 22 = sedang
3. LLA > 22 = baik/normal

Universitas Sumatera Utara


15

Keuntungan indeks LLA21:

1. Alat ukur yang murah, sangat ringan


2. Alat ukur yang diberi kode warna untuk meentukan tingkat
keadaan gizi, sehingga dapat digunakan oleh yang tidak dapat
membaca dan menulis.

d. Indeks Massa Tubuh

IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakan untuk
menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18 tahun dan mempunyai hubungan
yang cukup tinggi dengan persen lemak dalam tubuh.22 IMT juga merupakan
sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk
menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan berat
badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus
atau cara menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram
dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2).

IMT = Berat Badan

Tinggi Badan (m)2

Pengukuran berat badan menggunakan timbangan dengan ketelitian hingga


0,5 kg dengan pakaian seminimal mungkin dan tanpa alas kaki. Pengukuran
tinggi badan dapat menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaan 0,1
cm. pengukuran dilakukan pada posisi berdiri lurus dan tanpa menggunakan alas
kaki. Status gizi ditentukan berdasarkan indeks IMT.

Universitas Sumatera Utara


16

Tabel 2.2 Kategori Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT


Status Gizi IMT (kg/m2)
Gizi Kurang <18,50
Gizi Normal 18,50-25,00
Gizi Lebih >25,00

Universitas Sumatera Utara


17

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan tujuan penelitian, maka variable yang


diteliti dalam penelitian ini adalah lingkar lengan atas (LLA).

Indikator LLA merupakan indikator yang baik untuk menggambarkan


status gizi saat ini. Oleh karena karakteristik LLA bersifat sederhana dan mudah
dilakukan pada pasien tirah baring.

Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat proses antara makanan, tubuh
manusia, dan lingkungan hidup manusia. Untuk mengetahui status gizi seseorang
diperlukan parameter yang dalam penelitian ini adalah secara antropometrik.

Karakteristik Lansia
Fungsi Budaya - Umur
- Adat Istiadat - Pendidikan akhir
- Geografis - Pekerjaan akhir
Agama/Kepercayaan - Agama
- Pantangan / larangan
- Status perkawinan
Status ekonomi
- Pemilihan makanan
- Pembelian makanan
Pola Makan Status Gizi
Psikososial
- Menarik diri
- Kepercayaan diri - Penggunaan obat
- Motivasi diri dan alkohol
- Perasaan dan emosi Malnutrisi
- Gangguan motorik
- Dukungan Keluarga
- Perubahan
Personal preference
psikologis (kesepian)
- Perasaan suka terhadap makanan
- Pensiun
- Perasaan tidak suka terhadap
- Pikun
makanan
Kesehatan - Kurang aktifitas
- Gigi berkurang
Gambar 1.1 Skema Kerangka Teori
Sumber: Depkes RI, dan modifikasi dari beberapa sumber

17
Universitas Sumatera Utara
18

3.2 Kerangka Konsep Penilitian

Berdasarkan kerangka teori yang dikemukakan di atas, maka disusunlah


pola variable sebagai berikut.

Variabel independen Variabel dependen

Motivasi diri
Kejadian malnutrisi pada lansia
Perasaan dan
berdasarkan antropometri
Emosi

Kondisi Lansia

Penggunaan obat dan alkohol,


Gangguan motorik, Perubahan
psikologis (kesepian), Pensiun, Pikun,
Kurang aktifitas, Gigi berkurang,
Hilang fungsi pengecapan

Keterangan : diteliti

: tidak diteliti

Gambar 1.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


19

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan


menggunakan pendekatan cross-sectional survey untuk mengetahui prevalensi
malnutrisi pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik. Pemilihan lokasi penelitian


dilakukan dengan pertimbangan bahwa RSUP H. Adam Malik merupakan rumah
sakit tipe A, yang merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A
yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Dengan
demikian data yang diperoleh lebih lengkap dan lebih bervariasi.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai bulan September
2016 sampai dengan bulan Oktober 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penilitian

Populasi pada penelitian adalah seluruh pasien Lansia di RSUP H. Adam


Malik.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah penderita malnutrisi yang bekunjung ke RSUP H. Adam


Malik yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam kriteria ekslusi.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, yaitu semua

19
Universitas Sumatera Utara
20

subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam


penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

Lansia berusia ≥ 60 tahun

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi

Pasien lansia yang sedang menderita penyakit infeksi

4.3.3 Besar Sampel

Sesuai dengan jenis penelitian dengan sampel proporsi tunggal. Maka


digunakan rumus sampel sebagai berikut :

( )

: Jumlah sampel
𝛼2 : tingkat kepercayaan 1,96%
P : Perkiraan proporsi kejadian pada sampel 50%
Q : 1-P = 0,5
D : ketepatan relatif 0,1

Dengan perhitungan rumus sampel di atas, diperlukan besar sampel untuk


kelompok Lansia penderita malnutrisi sebanyak 49 orang dan dibulatkan menjadi
50 orang.

Universitas Sumatera Utara


21

4.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan


data primer dan data sekunder yaitu data identitas yang diperoleh dengan
anamnesis dan pemeriksaan LLA dilakukan oleh peneliti menggunakan Insertion
tape (meteran) pada penderita malnutrisi yang berkunjung RSUP H. Adam Malik
yang memenuhi kriteria inklusi serta bersedia dijadikan sampel penelitian.

1. Data Primer

Teknik pengukuran LLA

a. Alat : Insertion tape (meteran)

b. Cara Pengukuran :

1. Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon), tangan


harus ditekuk 90 derajat.
2. Letakkan pita pengukur antara bahu dan siku.
3. Tentukan titik tengah lengan.
4. Lingkarkan pita LLA tepat pada titik tengah lengan.
5. Pita jangan terlalu ketat, jangan pula terlau longgar.
6. Pembacaan skala yang tertera pada pita dalam cm (centi meter),
posisi tangan lurus

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keterangan pasien yang
datang ke RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


22

4.5 Variabel dan Definisi Operasional

4.5.1. Variabel

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah LLA, IMT,


jenis kelamin, lansia, usia, dan status gizi.

4.5.2. Definisi Operasional

1. Antropometrik

Definisi : adalah ukuran tubuh pasien yang meliputi lingkar lengan atas
berdasarkan jenis kelamin

2. Malnutrisi

a. Definisi : adalah keadaan gizi yang terdiri dari gizi kurang dan gizi
buruk yang diperoleh dari pemeriksaan LLA
b. Alat Ukur : pengukuran LLA
c. Cara Ukur : melihat pengukuran LLA
d. Hasil Ukur : 1. Gizi kurang <23,5 cm
2. Gizi baik 23,5 cm

3. Lingkar Lengan Atas

a. Definisi : LLA adalah lingkar lengan atas pasien yang diukur pada saat
penelitian
b. Alat ukur : insertion tape (meteran)
c. Cara ukur : LLA dilakukan pada pertengahan antara pangkal lengan
atas dan ujung siku dalam ukuran cm (centi meter).
Langkah-langkah pengukuran LLA secara urut yaitu:
Tetapkan posisi bahu (acromion) dan siku (olecranon),
tangan harus ditekuk 90 derajat, letakkan pita pengukur
antara bahu dan siku, tentukan titik tengah lengan,
lingkarkan pita LLA tepat pada titik tengah lengan, pita
jangan terlalu ketat,

Universitas Sumatera Utara


23

jangan pula terlalu longgar, pembacaan skala yang tertera


pada pita dalam cm (centi meter), posisi tangan lurus.
d. Hasil ukur : Angka yang tertera pada insertion tape (meteran) yang
dinyatakan dalam cm.

4. Indeks Massa Tubuh

a. Definisi : Cara sederhana untuk memantau status gizi

b. Cara kerja : Sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan


timbangan kemudian diukur tinggi badannya.
c. Hasil Ukur : a. Underweight (>18,5)
b. Normoweight (18,5 – 22,5)

5. Jenis Kelamin

a. Definisi : Penentuan seseorang berdasarkan data pada rekam medik


b. Alat ukur : Data rekam medik
c. Cara ukur : Melihat data rekam medik
d. Hasil ukur : 1. Pria
2. Wanita

6. Usia

a. Definisi : Penentuan seseorang berdasarkan hari lahir sampai tanggal,


bulan dan tahun terhitungnya pendataan di rumah sakit
b. Alat ukur : Data rekam medik
c. Cara ukur : Melihat data rekam medik
d. Hasil ukur : 1. 60-74 tahun
2. 74-90 tahun

Universitas Sumatera Utara


24

7. Status Gizi

Definisi : Keadaan fisik pasien yang didapatkan berdasarkan hasil pengkuran


lingkar lengan atas, dengan memakai standar pengukuran % LLA.

8. Lansia

Definisi : adalah tahap siklus kehidupan yang dimulai pada usia 60 tahun

Cara ukur : responden dianamnesa atau dilihat berdasarkan data rekam


medik
Alat ukur : Anamnesa
Kategori :
 Lansia
 Tidak lansia
Skala : nominal

4.6 Metode Analisa Data

Pada penelitian ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:


(1) editing,
dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan dari data-data yang
dikumpulkan
(2) coding,
yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan,
(3) entry,
yakni memasukkan data-data ke dalam program atau software computer,
dan

Universitas Sumatera Utara


25

(4) cleaning,
pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian
dilakukan pembetulan atau koreksi.
(5) Data yang dikumpulkan kemudian diolah menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution).
(6) Hasil disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, table tabulasi
silang, serta diagram sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui prevalensi malnutrisi berdasarkan antropometri pada pasien
lansia di RSUP H. Adam Malik Medan pada September 2016 sampai
oktober 2016.

4.7 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Apl Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Menyusun
proposal
2. Presentasi
proposal
3. Mengumpulkan
data
4. Analisis data
5. Pembuatan
laporan
6. Presentasi hasil

Universitas Sumatera Utara


26

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi
di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan
Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan Rumah Sakit Tipe A sesuai dengan
SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. RSUP Haji Adam Malik Medan telah
memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang
kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan Rumah
Sakit Pusat Rujukan untuk daerah pembangunan A yang meliputi propinsi
Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien-
pasien dengan latar belakang yang bervariasi. Selain alasan diatas, berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September
1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai Rumah Sakit
Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pengambilan data langsung kepada pasien


lansia yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik Medan
sebanyak 67 pasien rawat jalan. Dari jumlah tersebut, sampel yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 17 sampel.

5.1.3. Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 5.1. distribusi Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin, IMT,


usia, dan LLA.

26
Universitas Sumatera Utara
27

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 25 50

2. Perempuan 25 50

Total 50 100.0

Usia (Tahun)

1. Elderly (60-74) 42 84

2. Old (75-90) 8 16

Total 50 100.0

LLA (cm)

1. <23,5 34 68

2. >23,5 16 32

Total 50 100.0

IMT

1. Underweight (<18.5) 22 44

2. Normoweight (18.5 – 22.5) 28 56

Total 50 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1 mengenai distribusi frekuensi berdasarkan jenis


kelamin responden di RSUP H. Adam Malik tahun 2016, dapat dilihat bahwa
lansia yang menderita malnutrisi yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 25
orang (50%) dan laki-laki sebanyak 50 orang (50%). Dalam hal ini jumlah
responden laki-laki dan perempuan memiliki frekuensi yang seeimbang.

Universitas Sumatera Utara


28

Berdasarkan usia, mayoritas responden lansia adalah elderly (60-74 tahun), yaitu
42 orang (84%), sedangkan old (70-90 tahun) sebanyak 8 orang (16%).
Pada tabel diatas, distribusi responden di RSUP H. Adam Malik tahun
2016 berdasarkan status gizi, dapat dilihat bahwa lansia dengan status gizi baik
sebanyak 16 orang (32%), sedangkan lansia dengan status gizi kurang sebanyak
34 orang (68%).

5.1.4 Hasil Analisis Data


5.1.4.1. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui frekuensi malnutrisi paling banyak


pada responden adalah status gizi kurang dengan jenis kelamin laki-laki dengan
persentase sebesar 53%. Sedangkan pada jenis kelamin perempuan memiliki
persentase sebesar 47%.

Tabel 5.2 Distribusi malnutrisi berdasarkan jenis kelamin


Status Gizi
No Jenis kelamin Baik Kurang Total
n % n %
1. Laki-laki 7 43.75 18 53 25
2. Perempuan 9 56.25 16 47 25
Total 16 34 50

5.1.4.2 Usia
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat distribusi malnutrisi paling banyak
terdapat pada kelompok usia Elderly (60-74 tahun) dengan persentase sebesar
87.5%. Sedangkan pada kelompok usia Old (75-90) memiliki persentase sebanyak
12.5%.

Universitas Sumatera Utara


29

Tabel 5.3 distribusi malnutrisi berdasarkan usia


Status Gizi
No Usia Baik Kurang Total
n % n %
1. Elderly 14 87.5 28 82.4 42
2. Old 2 12.5 6 17.6 8
Total 16 34 50

5.1.4.3 Indeks Massa Tubuh


Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat distribusi malnutrisi paling banyak
terdapat pada kelompok underweight yakni sebesar 61,8%. Sedangkan pada
kelompok normoweight sebanyak 38,2%

Tabel 5.4 distribusi malnutrisi berdasarkan Indeks Massa Tubuh


Status Gizi
Indeks Massa
No Baik Kurang Total
Tubuh
n % N %
1. Underweight 1 6.25 21 61.8 22
2. Nomoweight 15 93.75 13 38.2 28
Total 16 34 50

Universitas Sumatera Utara


30

5.1 Pembahasan

Prevalensi malnutrisi berdasarkan antropometri pada pasien rawat jalan di


RSUP H. Adam Malik tahun 2016 sebesar 68% dari 50 orang lansia yang diteliti
mayoritas adalah pasien mengalami gizi buruk dengan parameter ukur
menggunakan LLA. Hasil penelitian ini tidak sama perbandingannya dengan
penelitian yang di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2009
mencatat prevalensi malnutrisi sebesar 45,9% pasien. Faktor yang mempengaruhi
terjadinya malnutrisi adalah asupan energi yang tidak adekuat, pasien dengan
penyakit non-infeksi mempunyai resiko malnutrisi lebih tinggi dibandingkan
dengan pasien infeksi, bentuk makanan khusus yang diperoleh pasien merupakan
faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi. Penilaian prevalensi malnutrisi
pada pasien rawat jalan di RSUP H. Adam dilakukan dengan metode pengukuruan
antropometri yaitu LLA yang meliputi, pengukuran status gizi berdasarkan jenis
kelamin dan usia.
Pada tabel 5.2. diketahui bahwa lansia yang menderita malnutrisi yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (47%) dan laki-laki sebanyak 18
orang (53%). Dari hasil penelitian yang di dapatkan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pujo pada Tahun 2013, yang mengatakan bahwa pasien laki-laki
lebih banyak menderita gizi buruk daripada pasien perempuan. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh faktor lebih rendahnya pengetahuan mengenai gizi dikalangan
pria dibanding wanita. Chong Hui Hsien, seorang ahli gizi senior di Rumah Sakit
Umum Changi, menyatakan bahwa dibandingkan wanita, laki-laki lebih tidak
perduli mengenai makanan mereka. Hal ini tampak dari pola makan mereka, pria
cenderung memiliki pola makan yang kurang seimbang dibandingkan dengan
wanita, dan mereka tampaknya tidak peduli mengenai pilihan yang sehat. Dimana
mereka lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat sederhana,
seperti nasi putih, yang menawarkan nilai gizi yang sedikit. Makanan mereka
seringkali kurang vitamin dan serat dari buah, sayuran dan gandum, protein dari
ikan dan daging, mineral seperti zat besi dari polong-polongan dan kalsium dari
produk susu.

Universitas Sumatera Utara


31

Status gizi berdasarkan umur, persentase gizi kurang mayoritas pada pasien
lanjut usia berumur 60-74 tahun (82.4%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pablo yang menunjukkan bahwa pada pasien lanjut usia kelompok
elderly memiliki prevalensi malnutrisi yang paling tinggi dibandingkan kelompok
usia lainnya. Hal tersebut terbukti oleh karena orang lanjut usia menagalami
penuranan asupan makanan karena perubahan kadar hormon dan fungsi
pencernaan, atau obat-obatan, yang dapat mengurangi nafsu makan mereka.
Kurangnya rasa lapar dapat diperburuk dengan adanya masalah mengunyah atau
kesehatan gigi yang buruk. Gizi kurang pada pasien usia lanjut juga berhubungan
dengan penurunan status fungsional, gangguan fungsi otot, penurunan massa
tulang, gangguan sistem kekebalan tubuh, anemia, penurunan fungsi kognitif,
penyembuhan luka yang buruk, perlambatan penyembuhan luka bedah, lama dan
tingkat perawatan, perawatan ulang rumah sakit, peningkatan morbiditas dan
mortalitas, serta penggunaan sumber daya kesehatan yang lebih besar.
Status gizi berdasarkan IMT, persentase gizi kurang mayoritas pada pasien
yang memiliki Indeks Massa Tubuh underweight (<18,5) yakni sebesar 61.8%.
Sedangkan normoweight (18,5 – 22,5) sebanyak 38.2%. Hal ini nerkaitan dengan
teori yang mengemukakan bahwa Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass
Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan.

Universitas Sumatera Utara


32

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kaarkteristik malnutrisi pada pasien lansia di
RSUP H. Adam Malik tahun 2016 diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi malnutrisi berdasarkan LLA pada pasien lansia di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2016 sebesar 68%.
2. Prevalensi malnutrisi berdasarkan umur di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2016 sebesar 82.4% pada kelompok usia Elderly.
3. Prevalensi malnutrisi berdasarkan jenis kelamin di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2016 sebesar 53% pada pasien dengan jenis
kelamin laki-laki.
4. Status gizi berdasarkan IMT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2016 sebesar 61.8% pada pasien lansia yang memiliki Indeks Massa
Tubuh underweight.

6.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan adalah :
1. Peneliti merasa perlunya dilakukan pencatatan sumber-sumber data
yang lebih lengkap sehingga dapat membantu kebutuhan penelitian
lain yang akan datang.
2. Untuk institusi rumah sakit sebagai pusat rujukan, untuk
mempersiapkan sarana dan prasarana dalam perawatan malnutrisi dan
komplikasinya.
3. Diharapkan melalui penelitian ini, petugas gizi dan tenaga kesehatan
yang terkait lebih memperhatikan nutrisi dan sumber pangan pada
pasien lansia.
4. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan
Instansi terkait lainnya lebih dapat mengoptimalkan terlaksananya

32
Universitas Sumatera Utara
33

program-program pemerintahan dalam meningkatkan status gizi


masyarakat.
5. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar sebagai acuan
untuk penelitian-penelitian berikutnya terutama yang berkaitan dengan
Malnutrisi.

Universitas Sumatera Utara


34

DAFTAR PUSTAKA

1. Lipoeto N, Megasari N, Putra AE. Malnutrisi dan Asupan kalori pada


Pasien Inap di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Indonesia 2006; Vol 56
No.11
2. Potter & Perry. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi 4. EGC; 2005.
3. Sunatrio dkk. Pedoman penyelenggaraan tim terapi gizi di rumah sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.
4. Supariasa IDN, Bachyar B, Ibnu F. Metode Penelitian Status Gizi. Dalam:
Penelitian Status Gizi. EGC 2005: 17-83.
5. Burton, J.L, et al. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed. New York:
Oxford University; 2007 Press:524.
6. Nasar SS, Susanto JC, Lestari ED, Djais J, Prawitasari T. Malnutrisi
rumah sakit. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. Jidil I
Revisi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.
7. Sukmaniah, S. Malnutrition Facts and the Importance of Nutrition
Screening and Assesment. Proceeding on International Symposium on
Nutrition an 6th Asia Pasific Clinical Nutritional Society Conference;
2009.
8. Wiryana, M. Nutrisi pada penderita sakit kritis. Jurnal Penyakit Dalam 8:
2007. 176-186.
9. Soekirman. Hidup Sehat. Dalam: Gizi Seimbang Dalam Siklus
Kehidupan Manusia. Jakarta: Primamedia Pustaka; 2006.
10. Azwar A. Kecenderungan Masalah Gizi dan tantangan di Masa Datang.
Dalam: Advokasi perbaikan gizi menuju keluarga sadar gizi. Jakarta:
2004; Page 1-6.
11. Hartriyanti Y, Triyant. Penilaian Status Gizi. Dalam: Departemen Gizi dan
kesehatan Masyarakat Fakultas Keehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Raja GrafindoPersada; 2007 Hal 261-289.
12. Notoatmodjo S. Ilmu keseharan masyarakat. Jakarta : Rineka cipta; 2003.
13. Hadju V. Diktat gizi Dasar Edisi III. Makassar: Universitas Hasanuddin;
2001
14. Wyszynski F. Diego, Crivelli Adriana, Ezquerro Silvia, Rodriguez
Adriana. Assessment of nutritional status in a population of recently
hospitalized patient. Medicina; 1998. 58:51-57.
15. Arisman. Gizi dalam ddaur Kehidupan. Editor, Palupi Widyastuti. Jakarta
: EGC; 2004.
16. Setiati, S. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan: untuk Pengasuh Orang
Usia lanjut. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.
17. Kane,R.L., Ouslander, JG., Abrass, IB. Essentials of Clinical Geriatric,
ed.5. McGraw-hill companies: United states of America; 2004.

34
Universitas Sumatera Utara
35

18. Darmojo,B. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-4. Balai
Penerbit FK UI; 2010.
19. Seymour,R. „Masalah Farmakologi Gigi pada Lansia dalam Hutauruk, C
(editor), Perawatan gigi Terpadu untuk Lansia. EGC; 2006.
20. Satriono. Diktat Ilmu Gizi. Ujung Pandang: Universitas Hasanuddin;
1998. H:36-71.
21. Ali O, Isa MZ. Nutritional Status Of The Rural Population in Malaysia,
especially Women And Children. Asia Pacific Journal Clinic Nutrition;
1995.
22. Fatmah. Gizi Usia Lanjut. Erlangga: Jakarta; 2000.
23. Kusmayanti, IGA dkk. Faktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi
pasien dewasa di ruang rawat inap rumah sakit. Jurnal gizi Klinik
Indonesia; 2013. Vol.1 P-11.
24. Pujo. Pengaruh Pelaksanaan Asuhan Gizi dengan Pendekatan Terapi Gizi,
Universitas Gadjah Mada; 2013.
25. Pablo. Prevalensi Malnutrisi Pada Kelompok Lansia; 2003.

Universitas Sumatera Utara


36

LAMPIRAN 1

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Shafira Hazmi Arif


NIM : 130100146
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 31 Agustus 1995
Agama : Islam
Alamat Email : shafirahazmi@ymail.com
Riwayat Pendidikan :
1. TK Kesuma Medan (2000-2001)
2. SD Al-Azhar Medan (2001-2007)
3. SMP Al-Azhar Medan (2007-2010)
4. SMA Al-Azhar Medan (2010-2013)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(2013-Sekarang)
Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Pendidikan dan Pelatihan


Himpunan Mahasiswa Islam FK USU (2013-
2014)

Universitas Sumatera Utara


37

2. Anggota Departemen Pengembangan Sumber


Daya Mahasiswa FK USU (2013-2014)
3. Sekretaris Departemen Pengembangan Sumber
Daya Mahasiswa FK USU (2014-2015)
4. Anggota Divisi HUMAS SCORA FK USU
(2014-2015)
5. Anggota Publikasi dan Dokumentasi
Pengabdian Masyarakat HMI FK USU 2013
6. Koordinator Konsumsi Manajemen Mahasiswa
Baru FK USU 2014
7. Anggota Administrasi Kesekriatan LKMM FK
USU 2014
8. Ketua Latihan Kepemimpinan Manajemen
Mahasiswa FK USU 2015

Universitas Sumatera Utara


38

LAMPIRAN 2

LAMPIRAN 3

Universitas Sumatera Utara


39

LAMPIRAN 3

Universitas Sumatera Utara


40

LAMPIRAN 4

Universitas Sumatera Utara


41

LAMPIRAN 5

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai