Anda di halaman 1dari 82

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kedokteran Skripsi Sarjana

2017

Hubungan Pola Aktifitas Siswa Dengan


Kelainan Refraksi Pada Siswa SD di
Kecamatan Medan Sunggal

Syamlan, Fathi Azwar

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3732
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
HUBUNGAN POLA AKTIFITAS SISWA DENGAN
KELAINAN REFRAKSI PADA SISWA SD
DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

Oleh :

FATHI AZWAR S
140100021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN POLA AKTIFITAS SISWA DENGAN
KELAINAN REFRAKSI PADA SISWA SD
DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kedokteran

Oleh :

FATHI AZWAR S
140100021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


i

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Latar Belakang. Kelainan refraksi merupakan salah satu kelainan mata yang paling sering
terjadi dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, termasuk pada anak.
Kelainan refraksi tersebut dapat berupa miopia, hipermetropia, dan astigmatisma. Sebanyak 51%
dari jumlah populasi di Amerika Serikat menggunakan alat bantu kelainan refraksi. Di Indonesia
hampir 25% dari populasi atau sekitar 55 juta jiwa.Tujuan. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pola aktifitas dengan kejadian kelainan refraksi di SD di Kecamatan
Medan Sunggal. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross
sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara multistage random sampling dan
didapatkan sampel sebanyak 51 orang. Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan
kuesioner dan visus mata. Hasil. Distribusi frekuensi penurunan ketajaman penglihatan akibat
kelainan refraksi pada siswa-siswi sekolah dasar di Kecamatan Medan Sunggal tahun 2017
adalah senilai 39,2% yaitu sekitar 20 orang dari jumlah sampel sebanyak 51 orang. Distribusi
frekuensi pola aktifitas adalah sebanyak 45 orang (88,2%) membaca buku, 38 orang (74,5%)
menggunakan alat elektronik, 47 orang (92,2%) menonton TV, 31 orang (60,8%) menggunakan
komputer, dan 44 orang (86,3%) beraktifitas di luar ruangan. Berdasarkan uji statistik korelasi
Eta tidak ditemukan hubungan yang signifikan pada aktifitas diluar ruangan (p-value 0,279)
dengan kejadian kelainan refraksi. Dan ditemukan hubungan antara membaca buku (p-value
0,543), menggunakan alat elektronik (p-value 0,505) menonton TV (p-value 0,576) dan
menggunakan komputer (p-value 0,594) dengan kejadian kelainan refraksi. Kesimpulan. Tidak
ditemukan hubungan yang signifikan pada aktifitas diluar ruangan dengan kejadian kelainan
refraksi. Dan ditemukan hubungan antara membaca buku, menggunakan alat elektronik,
menonton TV dan menggunakan komputer dengan kejadian kelainan refraksi.

Kata kunci : Kelainan refraksi, Pola Aktifitas, sekolah dasar, anak, mata

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Background. Refractive disorder is one of the most common eye disorders and become a public
health problem worldwide, including children. Refractive disorders may include myopia,
hypermethropia, and astigmatism. As many as 51% of total population in United States using tools
for their refractive disorders. In Indonesia almost 25% of the population or about 55 million
people. Objective. The aim of this study is to determine the relationship between pattern of activity
with the incidence of refractive disorders in elementary school students in Medan Sunggal sub-
district. Method. This research is an analytic research with cross sectional research design.
Sampling was done by multistage random sampling and got 51 samples. Data collected through
interviews with questionnaires and eye visus examination. Results. The frequency distribution of
decreased visual acuity due to refractive abnormalities in elementary school students in Medan
Sunggal sub-district in 2017 is worth 39.2% which is about 20 people from the total sample of 51.
Frequency distribution of activity pattern is 45 people (88,2%) that reading book, 38 people
(74,5%) using electronic appliance, 47 people (92,2%) watching TV, 31 people (60,8%) use
computer, and 44 people (86.3%) that do outdoor activities. Based on Eta correlation test, there
was no significant relationship between outdoor activity (p-value 0,279) with the incidence of
refractive error. And there was a significant relationship between reading book (p-value 0.543),
using electronic devices (p-value 0,505), watching TV (p-value 0,576) and using computer (p-
value 0.594) with the incidence of refractive error. Conclusion. There was no significant
association between outdoor activity with refractive error. And found the relationship between
reading books, using electronic devices, watching TV and using computers with the incidence of
refractive error.

Keywords: Refractive Disorder, Activity Pattern, elementary school, child, eye.

iii

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
petunjuk dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Aktifitas
Siswa Dengan Kelainan Refraksi Pada Siswa SD Di Kecamatan Medan
Sunggal”. Shalawat dan salam tak lupa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta para keluarga dan sahabatnya.

Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pembelajaran semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
sekaligus untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.

Penyusunan skripsi ini terselesaikan tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara.

2. dr. Aryani Atiyatul Amra, Mked (Oph), Sp. M (K) selaku dosen pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan
petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga penulisan Skripsi ini
dapat diselesaikan.

3. dr. Mustafa M Amin, M.Ked., Sp.KJ (K), selaku ketua penguji dan dr. Ariyati
Yosi, M.Ked (KK)., Sp.KK, selaku dosen penguji yang telah memberikan
saran dan masukkan yang membangun untuk penelitian ini .

4. Yang terhormat dr. Cut Adeya Adella, M.Ked(OG), SpOG (K.Onk) selaku
dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama
menempuh pendidikan.

5. Bapak/Ibu dosen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan panduan, tanggapan, dan
saran kepada saya sehingga hasil penelitian ini dapat terselesaikan.

iv

Universitas Sumatera Utara


6. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan perhatian
kepada penulis, teruntuk yang tercinta Ayahanda Drs. H. Azwar Syamlan
M,Si, Ibunda Hj. Fauziah Zubaidi, Ameh Farida Zubaidi serta Abang dan
Kakak tercinta Fahmy Azwar Syamlan, Fakhry Azwar Syamlan dan Fahdina
Azwar Syamlan.

7. Terima kasih kepada beberapa pihak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Medan
Sunggal termasuk Kepala Sekolah yang telah memberikan izin untuk
dilaksanakannya penelitian, juga kepada guru-guru yang telah membantu pada
saat penelitian.

8. Sahabat-Sahabat penulis: Agung PW, Denny Japardi, Dodi Sitepu, Fakhri


Syahnaufal, Farhan Kurnadi, Haryodi Sarmana, Marshal DS, Satria Nugraha,
Amira Nst, Devi Shilvia, Halimatussa'diyah, Ivana Garcia dan Lita Stephani
seluruh teman-teman FK USU stambuk 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu yang senantiasa, mendengar cerita penulis, memberikan semangat
dan dukungan kepada penulis serta membantu penulisan dalam proses
penyusunan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi kita
semua.

Medan, Desember 2017

Fathi Azwar Syamlan

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan ................................................................................. i
Abstrak ....................................................................................................... ii
Abstract ...................................................................................................... iii
Kata Pengantar ........................................................................................... iv
Daftar Isi ..................................................................................................... vi
Daftar Gambar ............................................................................................ viii
Daftar Tabel ............................................................................................... ix
Daftar Singkatan ......................................................................................... x
Daftar Lampiran ......................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................. 2
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4


2.1 Fisiologi Proses Penglihatan dan Media Refraksi .................... 4
2.2 Kelainan Refraksi ...................................................................... 7
2.2.1 Klasifikasi ....................................................................... 8
2.2.1.1 Miopia ................................................................. 8
2.2.1.2 Hipermetropia .................................................... 11
2.2.1.3 Astigmatisma ...................................................... 13
2.3 Pola Aktifitas ............................................................................ 15
2.4 Pemeriksaan Kelainan Refraksi ................................................ 16
2.5 KerangkaTeori........................................................................... 17
2.6 Kerangka Konsep ...................................................................... 17
2.7 Hipotesis Masalah ..................................................................... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................ 19


3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 19
3.1.1 Jenis Penelitian ................................................................. 19

vi

Universitas Sumatera Utara


3.1.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................... 19
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 19
3.2.1 Populasi Target................................................................ 19
3.2.2 Populasi Terjangkau ........................................................ 19
3.2.3 Sampel Penelitian ............................................................ 20
3.2.4 Perhitungan Jumlah Sampel ............................................ 20
3.2.6 Kriteria Inklusi ................................................................ 21
3.2.6 Kriteria Eksklusi .............................................................. 21
3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................... 21
3.4 Indentifikasi Variabel ................................................................ 21
3.5 Definisi Operasional.................................................................. 22
3.5.1 Pola Aktifitas ................................................................... 22
3.5.2 Kelainan Refraksi ........................................................... 22
3.6 Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data ............................ 22
3.6.1 Pengolahan Data .............................................................. 22
3.6.2 Analisis Data ................................................................... 23
3.6.3 Uji Korelasi ............................................................................ 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 25

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 34


5.1 Kesimpulan ............................................................................... 34
5.2 Saran.......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 36


LAMPIRAN

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


2.1 Bagan Kerangka Teori ......................................................... 17
2.2 Bagan Kerangka Konsep ..................................................... 18

viii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


2.1 Classification System for Myopia ........................................ 9
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ........................................... 25
4.2 Disribusi Frekeuensi Pola Aktifitas
Berdasarkan Jam .................................................................. 27
4.3 Lama Durasi Waktu Membaca Buku Dengan
Kelainan Refraksi ................................................................ 28
4.4 Lama Durasi Waktu Menggunakan Alat
Elektronik Dengan Kelainan Refraksi ................................ 28
4.5 Lama Durasi Waktu Menononton TV Dengan
Kelainan Refraksi ................................................................ 29
4.6 Lama Durasi Waktu Menggunakan Komputer
Dengan Kelainan Refraksi .................................................. 30
4.7 Lama Durasi Waktu Beraktifitas Diluar
Ruangan Dengan Kelainan Refraksi................................... 30
4.8 Distribusi Frekuensi Penurunan Visus ................................ 31
4.9 Tabulasi Hubungan Pola Aktifitas Dengan
Kelainan Refraksi ................................................................ 32

ix

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

D : Dioptri
SD : Sekolah Dasar
TV : Televisi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul
1 Biodata Penulis
2 Lembar Orisinalitas
3 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian
4 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian
5 Lembar Kuisioner
6 Ethical Clearance
7 Surat Izin Penelitian
8 Surat Keterangan Selesai Penelitian
9 Data Induk Penelitian
10 Data Statistik SPSS

xi

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kelainan refraksi merupakan salah satu kelainan mata yang paling sering
terjadi dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia,
termasuk pada anak (Rumondor, 2014). Kelainan refraksi adalah penyebab
utama anak mengeluhkan kesulitan dalam penglihatan. Kelainan refraksi
tersebut dapat berupa miopia, hipermetropia, dan astigmatisma (Gilbert dan
Foster, 2001).
Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu gangguan
penglihatan pada anak menyebabkan terganggunya proses belajar dan aktivitas
anak di sekolah. Hal itu dapat menyebabkan menurunnya kemampuan anak
untuk menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk
meningkatkan kecerdasan (Ratanna, 2014).
Kelainan refraksi merupakan penyebab low vision atau penglihatan terbatas
terbanyak kedua setelah katarak (Ratanna, 2014). Sebanyak 51% dari jumlah
populasi di Amerika Serikat menggunakan alat bantu kelainan refraksi.
Sementara di Asia seperti Jepang, Singapura, dan Taiwan, presentasinya
mencapai 44%. Di Australia, prevalensi kelainan refraksi sebesar 17% dan di
Brazil 6,4% pada usia antara 12-59 tahun (Patu, 2010). Di Indonesia, prevalensi
kelainan refraksi sebesar 25% dari total populasi atau sekitar 55 juta jiwa
masyarakat Indonesia (Handayani dan Supradnya, 2012).
Jenis kelainan refraksi paling sering terjadi yaitu miopia. Prevalensi miopia
mencapai 26,1% pada semua umur di Sumatera (Saw. et al, 2006). Insiden
miopia meningkat seiring pertambahan usia. Dalam perkembangannya, miopia
pertama kali terjadi pada usia 5-10 tahun dan meningkat pada usia sebelum 18-
20 tahun (Khurana, 2007 ; American Optometric Association, 2012).
Kelainan refraksi yang lainnya adalah hipermetropia bisa terjadi secara
fisiologis pada saat kelahiran, namun akan mengalami penurunan dalam satu

Universitas Sumatera Utara


2

tahun pertama karena perubahan kekuatan kornea dan lensa sesuai dengan
pertambahan panjang bola mata (American Academy of Ophtalmology, 2012 ;
Vaughan dan Asbury, 2012).
Kelainan refraksi lainnya adalah astigmatisma. Astigmatisma terjadi ketika
bentuk kornea mata tidak bulat tetapi oval. Sebagian dari gambar mungkin
terfokus pada retina sedangkan sebagian gambar lainnya tidak sehingga
menyebabkan penglihatan buram dan berbayang (Singapore National Eye
Center, 2013).
Faktor pola aktifitas seperti kebiasaan membaca, menggunakan komputer,
dan bermain video game jarak dekat memiliki peranan yang besar terhadap
terjadinya kelainan refraksi. Beberapa penelitian menyebutkan faktor pola
aktivitas memiliki peran yang lebih besar terhadap miopia dibandingkan
hipermetropia dan astigmatisma (Jones. et al, 2008).
Meskipun fungsinya bagi aktifitas sehari-hari sangat penting, namun sering
kali kesehatan mata kurang terperhatikan, sehingga penanganan dini akan sangat
membantu mengurangi gangguan yang terjadi terutama pada anak (Ratanna,
2014).
Berdasarkan uraian diatas, dilakukan penelitian mengenai hubungan pola
aktivitas siswa dengan kelainan refraksi pada siswa SD di Kecamatan Medan
Sunggal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Membahas apakah ada hubungan pola aktifitas siswa dengan kelainan refraksi
pada siswa SD di Kecamatan Medan Sunggal?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1.3.1 TUJUAN UMUM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola aktifitas dengan


kejadian kelainan refraksi.

Universitas Sumatera Utara


3

1.3.2 TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui frekuensi penderita kelainan refraksi pada siswa Sekolah
Dasar di Kecamatan Medan Sunggal.
2. Untuk mengetahui frekuensi distribusi penderita kelainan refraksi di Sekolah
Dasar berdasarkan penurunan visus.
3. Untuk megetahui lama membaca buku, menggunakan komputer,
menggunakan gadget, menonton TV dan aktifitas diluar ruangan dalam sehari
pada siswa SD di Kecamatan Medan Sunggal.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Diharapkan dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat lebih memahami


dan memiliki kemampuan dalam mendiagnosis kasus ini, mengetahui faktor
aktifitas yang dapat meningkatkan resikonya serta diharapkan penelitian ini
dapat mengembangkan kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.
2. Penelitian ini nantinya bisa digunakan sebagai informasi tambahan khususnya
pada orang tua dan guru di Sekolah Dasar dalam mendeteksi gejala pada
penyakit ini serta mengetahui faktor aktifitas yang dapat meningkatkan
risikonya.
3. Bagi masyarakat umum diharapkan bisa mengenali apa itu kelainan refraksi
dan mengetahui faktor aktifitas yang dapat meningkatkan resikonya.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FISIOLOGI PROSES PENGLIHATAN DAN MEDIA REFRAKSI

Cahaya yang melewati kornea akan diteruskan melalui pupil, kemudian


difokuskan oleh lensa ke bagian belakang mata, yaitu retina. Fotoreseptor pada
retina mengumpulkan informasi yang ditangkap mata, kemudian mengirimkan
sinyal informasi tersebut ke otak melalui saraf optik. Semua bagian tersebut harus
bekerja simultan untuk dapat melihat suatu objek (Ganong, 2013 ; Sherwood,
2014). Berkas cahaya akan mengalami pembiasan (refraksi) apabila berjalan dari
satu medium ke medium lain yang memiliki kepadatan berbeda kecuali apabila
berkas cahaya tersebut jatuh tegak lurus di permukaan (Ganong, 2013).
Bola mata memiliki empat media refrakta, yaitu media yang dapat
membiaskan cahaya yang masuk ke mata. Pada orang normal susunan pembiasan
oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Media refrakta terdiri dari:
1. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya
dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.
Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada
sambungan ini disebut sulcus scleralis. Dari anterior ke posterior kornea
mempunyai lima lapisan, yaitu:
a. Epitel
1) Tebalnya 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima lapis sel epitel atas 5
lapis sel epitel tidak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal
dan sel gepeng.
2) Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel

Universitas Sumatera Utara


5

gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di
sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan
makula okluden ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit, dan
glukosa yang merupakan barrier.
3) Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren. Epitel
berasal dari ektoderm permukaan
b. Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal
dari bagian depan stroma.
c. Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri
atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serta kolagen ini bercabang.
d. Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus
seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
e. Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, dan
tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan
deturgesensi stroma kornea (Ilyas, 2004).
2. Aqueous humor
Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya
tidak memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini
akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk
dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris,
turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu
saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous humor tidak

Universitas Sumatera Utara


6

dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena


sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga
anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata).
Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan
mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian
terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan
kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika
tidak diatasi (Sherwood, 2014).
3. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang
iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram
yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa
berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata
belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-
menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral
lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan
serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam
kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan
dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan
disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus
lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks
posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks
lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn
yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar (Ilyas,
2004).
4. Vitreous humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Vitreous humor mengandung
air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam

Universitas Sumatera Utara


7

hialuronat, yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel karena


kemampuannya mengikat banyak air (Sherwood,L. 2014). Peranannya
mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan
vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel (Ilyas, 2004).

Agar bayangan dapat jatuh tepat di retina, cahaya yang masuk harus
mengalamai refraksi melalui media-media tersebut. Jika terdapat kelainan pada
media refrakta, cahaya mungkin tidak jatuh tepat pada retina (Ganong, 2013 ;
Sherwood, 2014).
Selain faktor media refrakta, faktor panjangnya sumbu optik bola mata juga
berpengaruh terhadap jatuh tepat atau tidaknya cahaya pada retina. Contohnya,
pada miopia aksial fokus akan terletak di depan retina karena bola mata lebih
panjang (Ganong, 2013 ; Sherwood, 2014).
Lensa mempunyai kemampuan untuk meningkatkan daya biasnya untuk
memfokuskan bayangan dari objek yang dekat. Kemampuan ini disebut dengan
daya akomodasi. Akomodasi dipengaruhi oleh persarafan simpatis, di mana
persarafan ini akan menyebabkan otot polos pada badan siliar yang merupakan
perlekatan ligamen penggantung lensa (zonula Zinii) berkontraksi. Kontraksi dari
badan siliar yang berbentuk melingkar seperti sfingter menyebabkan jarak antara
pangkal kedua ligamen tersebut mendekat. Hal ini akan menyebabkan ketegangan
dari ligamen tersebut berkurang sehingga regangan ligamen terhadap lensa pun
juga berkurang. Bentuk lensa kemudian akan menjadi lebih cembung atau
konveks (Sherwood, 2014).

2.2 KELAINAN REFRAKSI

Kelainan refraksi adalah kejadian yang dapat terjadi apabila bayangan tegas
tidak dapat dibentuk pada retina. Pada kelainan refraksi terjadi ketidak
seimbangan sistem optik pada mata sehingga bayangan kabur dihasilkan. Pada
mata yang normal, kornea dan lensa akan membelokkan sinar pada titik fokus
yang berada tepat pada sentral retina. Keadaan ini memerlukan susunan kornea
dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola mata. Pada kelainan refraksi, sinar

Universitas Sumatera Utara


8

tidak dapat dibias tepat pada bintik kuning tetapi dibias pada depan atau belakang
bintik kuning bahkan tidak terletak pada satu titik yang tajam (Ilyas dan Yulianti,
2011).
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueos humor, lensa, vitreous humor, dan panjangnya bola
mata. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia memiliki susunan
pembiasan oleh media refraksi dengan panjang bola mata yang seimbang sehingga
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Hal ini memungkingkan bayangan benda setelah melalui media
tersebut tepat dibiaskan di retina pada mata yang tidak mengalami akomodasi atau
istirahat untuk melihat jauh, sehingga memliki tajam penglihatan 6/6 (Ilyas,
2004).
Semakin bertambah usia maka status refraksi secara bertahap menjadi
ametropia. Ametropia adalah satu keadaan mata dengan kelainan refraksi dimana
mata yang dalam keadaan tanpa akomodasi atau istirahat memberikan bayangan
sinar sejajar pada fokus yang tidak terletak pada retina (Ilyas, 2004).

2.2.1 KLASIFIKASI

1. Miopia
2. Hipermetropia
3. Astigmatsima

Presbiopia tidak termasuk dalam kelainan refraksi. Presbiopia merupakan


istilah yang digunakan untuk kesalahan akomodasi yang terjadi pada orang-orang
tua, atau orang-orang yang sedang menginjak usia lanjut (Ilyas, 2006).

2.2.1.1 MIOPIA

Miopia atau rabun jauh adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di
depan retina (Perdami, 2014). Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan

Universitas Sumatera Utara


9

di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami
miopia, atau rabun jauh (Vaughan dan Asbury, 2012).

Miopia dapat dibedakan berdasarkan kelainan miopia terbagi menjadi:


1. Miopia aksial, yaitu bila diameter antero-posterior dari bola mata lebih
panjang dari normal.
2. Miopia kurvatura, yaitu apabila terdapat unsur-unsur pembiasan lebih refraktif
dibandingkan dengan rata-rata. Juga disebut miopia refraktif.
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
Kondisi ini disebut miopia indeks.
4. Miopi karena perubahan posisi lensa. Misalnya: posisi lensa lebih ke anterior,
misalnya pasca operasi glaukoma (Yani, 2008).

Ada beberapa klasifikasi untuk miopia, yaitu klasifikasi berdasarkan gambaran


klinis, derajat miopia, dan usia saat terkena miopia

Tabel 2.l. Classification System for Myopia (AOA, 2006)


Type of Classification Classes of Myopia
Clinical Entity - Simple Myopia
- Nocturnal Myopia
- Pseudomyopia
- Degenerative myopia
- Induced myopia
Degree - Low myopia (<3.00 D)
- Medium myopia (3.00 D-6.00 D)
- High myopia (>6.00 D)
Age of Onset -Congenital myopia (present at birth and persisting
through infancy)
- Youth-onset myopia (20 years of age)
-Early adult-onset myopia (20-40 years of age)
- Late adult-onset myopia (>40 years of age)

Simple myopia status refraksinya disebabkan oleh dimensi bola mata yang
terlalu panjang, atau indeks bias kornea maupun lensa kristalin yang terlalu
tinggi. Mata dengan simple myopia adalah mata normal yang memiliki panjang
aksial yang terlalu panjang untuk kekuatan optiknya, atau kekuatan optiknya
terlalu besar untuk panjang aksialnya. Simple myopia, yang merupakan tipe yang

Universitas Sumatera Utara


10

paling sering terjadi daripada tipe lainnya, biasanya kurang dari 6 dioptri (D).
Pada banyak pasien biasanya kurang dari 4 atau 5 D (Ilyas, 2013).
Nokturnal myopia adalah miopia yang hanya terjadi pada saat kondisi di
sekitar kurang cahaya atau gelap. Hal ini dikarenakan fokus titik jauh mata
seseorang bervariasi terhadap level pencahayaan yang ada. Miopia ini
disebabkan oleh pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukkan lebih
banyak cahaya, sehingga menimbulkan aberasi dan menambah kondisi miopia
(Ilyas, 2013).
Pseudomyopia merupakan hasil dari peningkatan kekuatan refraksi okular
akibat overstimulasi terhadap mekanisme akomodasi mata atau spasme siliar.
Disebut pseudomyopia karena pasien hanya menderita miopia oleh karena
respon akomodasi yang tidak sesuai (Ilyas, 2013).
Degenerative myopia disebut juga malignant, pathological, atau progressive
myopia. Perubahan malignant dapat terjadi karena gangguan fungsi penglihatan,
seperti perubahan lapangan pandang (Ilyas, 2013).
Induced myopia merupakan miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat–
obatan, kadar gula darah yang bervariasi maupun terjadinya sklerosis pada
nukleus lensa. Induced myopia bersifat sementara dan reversibel (Ilyas, 2013).
Gejala klinis miopia adalah sebagai berikut:
1. Gejala utamanya kabur melihat jauh.
2. Sakit kepala (jarang).
3.
Cenderung memicingkan mata bila melihat jauh (untuk mendapatkan efek
pinhole), dan selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda pada mata
(American Optometric Association, 2006).
Penatalaksanaan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan koreksi
sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman pengelihatan maksimal. Pada
saat ini telah terdapat berbagai cara pembedahan pada miopia seperti keratotomi
radial (radial keratotomy-RK), keratektomi fotorefraktif (Photorefraktive
Keratectomy-PRK), dan laservasisted in situ interlamelar keratomilieusis
(Lasik) (Perdami, 2014).

Universitas Sumatera Utara


11

2.2.1.2 HIPERMETROPIA
Hipermetropia (farsightedness) adalah keadaan mata tak berakomodasi yang
memfokuskan bayangan di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya panjang sumbu (hiperopia aksial), seperti yang terjadi pada
kelainan kongenital tertentu, atau menurunnya indeks refraksi (hiperopia
refraktif) (Yani, 2008).
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih
pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di
belakang retina (Perdami, 2014).
Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas:
1. Hipermetropia sumbu atau aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola
mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
2. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
3. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada
sistem optik mata (Perdami, 2014).

Hipermetropia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat kelainan


refraksinya, yaitu:
1. Hipermetropia ringan (≤ +2,00 D)
2. Hipermetropia sedang (+2,25 - +5,00 D)
3. Hipermetropia berat (≥+5,00 D)

Berdasarkan Gejala Klinis hipermetropia, yaitu:


1. Biasanya pasien pada usia tua mengeluh pengelihatan jauh kabur.
2. Pengelihatan dekat lebih cepat buram. Akan lebih terasa pada keadaan
kelelahan atau penerangan yang kurang.
3. Sakit kepala pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat dalam
jangka panjang. Jarang terjadi di pagi hari, cenderung terjadi setelah siang hari
dan membaik spontan bila kegiatan melihat dekat dihentikan.
4. Eyestrain / ketegangan pada mata.
5. Sensitif terhadap cahaya.

Universitas Sumatera Utara


12

6. Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp (American Optometric


Association, 2006).

Hipermetropia dikenal dalam bentuk:


1. Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kaca
mata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan
hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa sikloplegik
dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maksimal.
2. Hipermetropia absolut, adalah kelainan refraksi yang tidak diimbangi dengan
akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya
hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini.
Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali
disebut sebagai hipermetropia absolut, sehingga jumlah hipermetropia
fakultatif dengan hipermetropia absolut adalah hipermetropia manifes.
3. Hipermetropia fakultatif, adalah kelainan hipermetropia yang dapat diimbangi
dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya
mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata dan
bila diberikan kaca mata positif akan memberikan penglihatan normal,
sehingga otot akomodasinya akan beristirahat. Hipermetropia manifes yang
masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
4. Hipermetropia laten, adalah kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (atau
dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan
akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia.
Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Makin tua
seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten
menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia
absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi
terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya
masih kuat.
5. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah
diberikan sikloplegia (Ilyas, 2013).

Universitas Sumatera Utara


13

Hipermetropia atau rabun jauh dapat diperbaiki dengan penggunaan kacamata


lensa cembung, lensa kontak ataupun bedah refraktif. Cara kerja lensa kontak
adalah dengan menjadi permukaan refraktif pertama apabila terdapat cahaya yang
memasuki mata, menyebabkan penglihatan yang lebih pasti ataupun fokus. Pada
banyak kasus, lensa kontak dapat menghasilkan pengelihatan yang lebih jelas,
lapangan pandang yang lebih luas serta kenyamanan yang lebih. Lensa kontak
aman digunakan dan merupakan pilihan efektif jika cocok pada pengguna dan
digunakan dengan benar. Bedah refraksi bertujuan untuk mengubah bentuk kornea
yang akan memperbaiki penglihatan refraktif. Pembedahan bisa menurun atau
menghilangkan ketergantungan pada pemakaian kacamata dan lensa kontak
(National Eye Institute, 2013) .

2.2.1.3 ASTIGMASTISMA

Astigmatisma merupakan kelainan refraksi yang umum terjadi. Kelainan ini


merupakan suatu kondisi dimana mata tidak dapat memusatkan atau
memfokuskan cahaya tepat pada retina (National Eye Institute, 2013).
Astigmatisma muncul ketika cahaya dibiaskan berbeda tergantung dimana
cahaya mengenai kornea dan masuk melewati bola mata. Bentuk kornea pada
mata normal adalah bulat. Mata dengan astigmatisma memiliki kornea yang
berbentuk oval. Hal ini dapat menyebabkan bayangan yang terbentuk kabur atau
seperti melebar sehingga mata tidak dapat fokus pada objek dengan jelas
(Dieudonne, 2012).
Gejala Klinis astigmatisma dapat berupa distorsi atau pandangan kabur
pada semua jarak merupakan salah satu gejala astigmatisme yang paling
umum. Distorsi ini dapat terjadi secara vertikal, horizontal, ataupun diagonal.
Terdapat beberapa objek yang tidak jelas, lingkaran terlihat memanjang
seperti oval dan sebuah titik cahaya yang mulai memudar secara perlahan.
Gejala dapat berupa nyeri kepala, fotofobia, dan kelelahan juga merupakan
gejala astigmatisma yang paling umum. Penderita astigmatisma akan
mengalami kesusahan membaca tulisan kecil. Gejala lainnya dapat berupa rasa

Universitas Sumatera Utara


14

tidak nyaman, iritasi, radang atau mata lelah, distorsi lapangan pandang, dan
kesulitan mengemudi di malam hari (Dieudonne, 2012).
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina, astigmatisme dibagi sebagai
berikut (Ilyas, 2010) :
1. Astigmatisme reguler
Astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau
berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian
berikutnya. Bayangan yang terjadi pada astigmatisme reguler dengan bentuk
yang teratur dapat berbentuk garis, lonjong, atau lingkaran,
2. Astigmatisme ireguler
Astigmatisme ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada
meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler.
Astigmatisme ireguler terjadi akibat infeksi kornea, trauma, dan distrofi atau
akibat kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda.
Berdasarkan letak titik vertikal dan horizontal pada retina, astigmatisma dibagi
sebagai berikut (Dieudonne, 2012) :
1. Astigmatisme Miopia Simpleks: Satu fokus cahaya berada pada meridian di
depan retina, yang lainnya tepat pada retina.
2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks: Satu fokus cahaya berada pada meridian
tepat di retina, yang lainnya secara teori berada di belakang retina.
3. Astigmatisme Miopia Kompositus: Kedua fokus cahaya meridian tepat di
retina.
4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus: Kedua fokus cahaya secara teori berada
pada meridian di belakang retina.
5. Astigmatisme Mixtus: Satu fokus cahaya berada pada meridian di depan
retina, yang lainnya berada di belakang retina.
Astigmatisma sering terjadi bersamaan dengan miopia atau hipermetropia.
Penyebab astigmatisma sering kali tidak diketahui. Astigmatisma biasanya ada
sejak lahir. Tahap astigmatisma yang kecil dianggap normal dan biasanya tidak

Universitas Sumatera Utara


15

memerlukan koreksi apapun. Astigmatisma dapat dikoreksi dengan lensa korektif


seperti kacamata atau lensa kontak. Alat bantu penglihatan ini dapat membantu
memfokuskan cahaya yang masuk ke retina mata. Cara lain untuk mengkoreksi
astigmatisma adalah operasi refraktif seperti LASIK, dan implan lensa kontak
(Singapore National Eye Centre, 2014).

2.3 POLA AKTIFITAS

Aktifitas jarak dekat seperti membaca yang dilakukan secara terus menerus
setiap hari dalam jangka waktu lama, lebih dari 2 jam, dapat memicu terjadinya
ametropia (Goh. et al, 2008). Efek dari aktifitas ini merupakan suatu kumulatif.
Hubungan ini dapat disebabkan baik oleh alasan bahwa aktivitas membaca dekat
dapat menyebabkan ametropia atau kenyataan bahwa seseorang yang mengalami
ametropia cenderung untuk membaca pada jarak yang lebih dekat pada saat
mereka tidak menggunakan kaca mata koreksi (Gopalakrishnan. et al, 2011).
Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang mengalami
ametropia melakukan aktifitas di depan komputer dengan waktu setiap kalinya
adalah > 4 jam. Anak-anak yang menderita ametropia lebih banyak
menggunakan waktunya untuk belajar, main komputer, dan bermain video game.
Dengan aktifitas visual dengan waktu lama seperti ini akan meningkatkan risiko
untuk terjadinya kelainan refraksi berupa miopia. Sinar biru yang dihasilkan
oleh layar komputer bersifat miopigenik. Sinar biru adalah sinar dengan panjang
gelombang 400-500 nm (nanometer). Sumber terdekatnya yakni lampu neon,
layar televisi serta komputer. Efek sampingnya pada mata tergantung dari
panjang cahaya, intensitas serta durasi paparan (Mallen. et al, 2005).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh M Dirani dkk, peserta penelitian yang
menghabiskan waktu beraktifitas di luar ruangan lebih lama akan lebih sedikit
kemungkinan mengalami miopia. Demikian, aktifitas di luar ruangan dapat
menjadi faktor pencegahan dari perkembangan miopia pada anak-anak (Dirani,
2010).

Universitas Sumatera Utara


16

2.4 PEMERIKSAAN KELAINAN REFRAKSI

Pinhole berada di depan mata yang sedang diuji kemudian pasien membaca
huruf terakhir yang masih dapat dibaca sebelumnya, bila tidak terjadi perbaikan
penglihatan maka mata tidak dapat dikoreksi lebih lanjut karena media
penglihatan keruh atau terdapat kelainan pada retina atau saraf optik, bila terjadi
perbaikan penglihatan maka ini berarti terdapat astigmatisme atau silinder pada
mata tersebut yang belum dapat koreksi mata (Ilyas, 2015).
Pemeriksaan objektif dapat dilakukan dengan refraksionometer merupakan
alat pengukur anomali refraksi mata atau refraktor automatik yang dikenal
masyarakat alat komputer pemeriksaan kelainan refraksi. Alat ini diharapkan
dapat mengukur dengan tepat kelainan refraksi mata. Retinoskopi adalah
pemeriksaan yang sangat diperlukan pada pasien yang tidak kooperatif untuk
pemeriksaan refraksi biasa. Retinoskopi merupakan alat guna menentukan
kelainan refraksi seseorang secara objektif. Retinoskopi dimasukkan ke dalam
mata atau pupil pasien. Pada keadaan ini terlihat pantulan sinar dari dalam mata,
dan dikenal 2 cara retinoskopi yaitu spot retinoskopi dengan memakai berkas
sinar yang dapat difokuskan dan streak retinoskopi dengan memakai berkas
sinar dengan bentuk celah atau slit (Ilyas, 2015).

Universitas Sumatera Utara


17

2.5 KERANGKA TEORI

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka teori dalam penelitian ini
adalah:

Faktor Risiko:
1. Aktifitas penggunaan alat
elektronik
2. Membaca buku
3. Menonton TV
4. Menggunakan Komputer

Faktor Pencegah:
1. Aktifitas diluar ruangan

Kelainan Refraksi :
1. Miopia
2. Hipermetropi
3. Astigmatisma

Gambar 2.1. Kerangka Teori

2.6 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian


ini adalah:

Variabel independen Variabel dependen

Pola Aktifitas Kelainan Refraksi

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


18

2.7 HIPOTESIS PENELITIAN

Terdapat hubungan antara pola aktifitas dengan kelainan refraksi pada siswa
SD di Kecamatan Medan Sunggal.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN


3.1.1 JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik
dengan desain cross sectional yang bertujuan menilai hubungan pola aktifitas dan
kelainan refraksi pada siswa Sekolah Dasar Kecamatan Medan Sunggal.

3.1.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas 6 Sekolah Dasar Swasta Shafiyyatul


Amaliyyah, Sekolah Dasar Swasta Sultan Iskandar Muda, Sekolah Dasar Swasta
Brigjend Katamso dan Sekolah Dasar Negeri 060831, Sekolah Dasar Negeri
060917, Sekolah Dasar Negeri 060922. Waktu penelitian dilakukan selama
kurang lebih 3 bulan, dari bulan Agustus 2017 hingga November 2017. Alasan
dilakukannya penelitian di SD tersebut dikarenakan terdapat populasi yang
cukup banyak untuk diteliti.

3.2 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


3.2.1 POPULASI TARGET

Populasi target pada penelitian ini adalah semua siswa/i kelas 6 sekolah dasar
di Kecamatan Medan Sunggal.

3.2.2 POPULASI TERJANGKAU

Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subjek yang ingin diteliti
dan memiliki karakteristik tertentu. Oleh karena itu, populasi yang peneliti
tetapkan adalah siswa/i kelas 6 sekolah dasar yang terdaftar di Sekolah Dasar di
Kecamatan Medan Sunggal, yaitu:

19

Universitas Sumatera Utara


20

1. Sekolah Dasar Swasta Sultan Iskandar Muda : 172


2. Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso : 155
3. Sekolah Dasar Swasta Shafiyyatul Amaliyyah : 89
4. Sekolah Dasar Negeri 060831 : 40
5. Sekolah Dasar Negeri 060917 : 55
6. Sekolah Dasar Negeri 060922 : 69
Dari populasi yang ada (N=580), akan diambil sampel yang dianggap dapat
mewakili populasi.

3.2.3 SAMPEL PENELITIAN

Sampel penelitian ini diambil dengan metode Probability Sampling yaitu


semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam
penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Multistage Random
Sampling. Setelah di kelompokkan kemudian dipilih secara acak dan diambil
salah satu kecamatan dan didapati kecamatan medan sunggal, diambil 6 sekolah
dengan cara pengambilan sampel yang digunakan ialah pengambilan sampel
dengan metode probability sampling secara simple random sampling dimana
setiap unit populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel.

3.2.4. PERHITUNGAN JUMLAH SAMPEL

Untuk menentukan sampel ditentukan dengan menggunakan rumus ordinal –


nominal:

Universitas Sumatera Utara


21

Keterangan :
n = Jumlah Sampel
Alpha (ɑ) = Kesalahan tipe satu
Zɑ = Nilai standar alpha
Beta (β) = Kesalahan tipe dua
Zβ = Nilai standar beta
r = Koefisien korelasi minimal yang dianggap bermakna
Berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan jumlah sampel sebanyak (n=51)
siswa–siswi yang ada di beberapa Sekolah Dasar Kecamatan Medan Sunggal.

3.2.5 KRITERIA INKLUSI

Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah:


1. Siswa/i kelas 6 Sekolah Dasar yang berumur 11 sampai dengan 13 tahun
2. Siswa/i yang bersedia mengikuti penelitian

3.2.6 KRITERIA EKSKLUSI

Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah:


1. Siswa/i yang tidak kooperatif

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari data primer, yaitu
data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer diperoleh dari
daftar pertanyaan dan pemeriksaan visus mata.

3.4 IDENTIFIKASI VARIABEL

Dalam penelitian ini ditetapkan variabel bebas dan variabel terikat sebagi
berikut:
Variabel bebas : Pola aktifitas
Variabel tergantung : Kelainan refraksi

Universitas Sumatera Utara


22

3.5. DEFINISI OPERASIONAL


3.5.1. POLA AKTIFITAS

1. Aktifitas melihat dekat seperti lama membaca, menonton televisi, menggunakan


komputer, dan menggunakan gadget serta aktifitas diluar ruangan.
a. Cara Ukur : Wawancara
b. Alat Ukur : Daftar Pertanyaan
c. Hasil Ukur : 0-24 jam / hari
d. Skala Pengukuran : Ordinal

3.5.2 KELAINAN REFRAKSI

1. Kelainan refraksi adalah kejadian yang dapat terjadi apabila bayangan tegas
tidak dapat dibentuk pada retina.
a. Cara Ukur : Pemeriksaan visus
b. Alat Ukur : Optotype Snellen (kartu Snellen), uji pinhole,
hitung jari
c. Hasil Ukur : Kelainan refraksi (+)
: Kelainan refraksi (-)
d. Skala Pengukuran : Nominal

3.6 METODE PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA


3.6.1 PENGOLAHAN DATA

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut:


1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila
data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan
mewawancarai atau memeriksa ulang responden.
2. Coding

Universitas Sumatera Utara


23

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan serta kelengkapannya


kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah di komputer.
3. Entry
Data dimasukkan ke dalam program pengolah statistik.
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Analyzing
Menyimpan data yang telah diolah dan dianalisa. Hasil penelitian akan
ditampilkan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

3.6.2 ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan alat berupa komputer. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan program statistik di komputer. Analisis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis data univariat dan analisis data bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden
dan karakteristik masing-masing variabel dalam penelitian. Variabel yang
berbentuk kategorik (frekuensi distribusi kelainan refraksi) disajikan dalam
bentuk proporsi atau persentase. Penyajian masing-masing variabel dilakukan
dengan menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang
diperoleh.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
korelasi antara variabel independen (independent variable) dengan variabel
dependen/terikat (dependent variable). Kelompok data yang akan dianalisis
yaitu pola aktifitas sebagai variabel independen dan kelainan refraksi sebagai
variabel dependen. Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan pengolahan

Universitas Sumatera Utara


24

data dengan menggunakan program statistik di komputer. Uji bivariat yang


dilakukan adalah uji korelasi Eta. ( Hamdi, 2014)
3.6.3 UJI KORELASI

Setelah data terkumpul dan tersusun, selanjutnya dilakukan analisis


pengolahan data dengan menggunakan perhitungan data statistik dengan
menggunakan Software SPSS 24 for Windows. Analisis dalam mengolah data
hasil penelitian ini adalah dengan menggunakan Eta (η). Penggunaan rumus ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dan mengetahui
seberapa besar perbedaan-perbedaan antara variabel penelitian. Perbedaan
prosedur pengolahan ini didasari karena perbedaan jenis data, karena di dalam
perlakuan statistik data yang berbeda harus diolah secara berbeda.
1. Eta (η)
Prosedur statitistik Eta (η) bertujuan untuk mengetahui asosiasi atau korelasi
antara variabel dengan jenis data ordinal dan nominal.

Rumus korelasi Eta (η) :

Keterangan :
n = Jumlah Sampel
k = Jumlah subkelas pada variabel normal

Universitas Sumatera Utara


BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di 6 Sekolah Dasar yaitu Sekolah Dasar Swasta


Shafiyyatul Amaliyyah, Sekolah Dasar Swasta Sultan Iskandar Muda, Sekolah
Dasar Swasta Brigjend Katamso, Sekolah Dasar Negeri 060831, Sekolah Dasar
Negeri 060917 dan Sekolah Dasar Negeri 060922.
Sekolah Dasar Swasta Shafiyyatul Amaliyyah terletak di Jalan Setia Budi No
191 Medan Sunggal Kota Medan. Sekolah Dasar Swasta Sultan Iskandar Muda di
Jalan Tengku Amir Hamzah Pekan I Gang Bakul Medan Sunggal Kota Medan.
Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso di Jalan Sunggal No 370 Medan
Sunggal Kota Medan. Sekolah Dasar Negeri 060831 di Jalan Sei Batang Hari No
42 Medan Sunggal Kota Medan. Sekolah Dasar Negeri 060917 di Jalan Sunggal
Medan Sunggal Kota Medan, Sekolah Dasar Negeri 060922 di Jalan Kemuning
Medan Sunggal Kota Medan.
Data penelitian yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data
yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer diperoleh dari daftar
pertanyaan dan pemeriksaan visus mata.
Pada penelitian ini karakteristik responden yang ada dibedakan berdasarkan
jenis kelamin, usia, sekolah, pola aktifitas dan kelainan refraksi. Subjek penelitian
adalah siswa siswi Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Sunggal, subjek yang
diteliti sebanyak 51 orang dimana 30 orang perempuan dan 21 orang laki-laki.

Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik N %
Jenis Kelamin
Laki-laki 21 41,2
Perempuan 30 58,8
Jumlah 51 100
Umur
11 41 80,4
12 10 19,6
13 0 0

25

Universitas Sumatera Utara


26

Jumlah 51 100
Lanjutan Tabel 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Sekolah
Sekolah Dasar Swasta Shafiyyatul 9 17,6
Amaliyyah
Sekolah Dasar Swasta Sultan Iskandar Muda 9 17,6
Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso 9 17,6
Sekolah Dasar Negeri 060831 8 15,7
Sekolah Dasar Negeri 060917 8 15,7
Sekolah Dasar Negeri 060922 8 15,7
Jumlah 51 100
Pola Aktifitas
Membaca Buku 45 88,2
Menggunakan Elektronik 38 74,5
Nonton TV 47 92,2
Komputer 31 60,8
Aktifitas Luar Ruangan 44 86,3
Kelainan Refraksi
Ada 20 39,2
Tidak 31 60,8
Jumlah 51 100

Dari data tabel 4.1 terlihat bahwa perempuan sebanyak 30 orang (58,8%)
sedangkan laki-laki 21 orang (41,2%). Berdasarkan usia terlihat distribusi
frekuensi usia 11 tahun sebanyak 41 orang (80,4%), sedangkan usia 12 tahun
sebanyak 10 orang (19,6%). Berdasarkan distribusi sampel yang diambil dari 6
sekolah terlihat bahwa Sekolah Dasar Swasta Shafiyyatul Amaliyyah, Sekolah
Dasar Swasta Sultan Iskandar Muda dan Sekolah Dasar Swasta Brigjend
Katamso masing-masing sebanyak 9 orang (17,6%), sedangkan Sekolah Dasar
Negeri 060831, Sekolah Dasar Negeri 060917 dan Sekolah Dasar Negeri
060922 masing-masing sebanyak 8 orang (15,7%). Berdasarkan pola aktifitas
terlihat bahwa membaca buku sebanyak 45 orang (88,2%), menggunakan
elektronik sebanyak 38 orang (74,5%), nonton tv sebanyak 47 orang (92,2%),
menggunakan komputer sebanyak 31 orang (60,8%), beraktifitas diluar ruangan
sebanyak 44 orang (86,3%). Berdasarkan kelainan refraksi terlihat bahwa yang

Universitas Sumatera Utara


27

mengalami kelainan refraksi sebanyak 20 orang (39,2%), sedangkan yang tidak


mengalami kelainan refraksi sebanyak 31 orang (60,8%).

Tabel 4.2. Disribusi Frekeuensi Pola Aktifitas Berdasarkan Menit


Pola Aktifitas < 90 Menit > 90 Menit Total
Membaca Buku 34 11 45
Menggunakan Alat 20 18 38
Elektronik
Menonton TV 30 17 47
Menggunakan Komputer 15 16 31
Aktifitas Diluar Ruangan 21 23 44

Pada tabel 4.2 berdasarkan durasi terlihat bahwa yang membaca buku selama
dibawah 90 menit sebanyak 34 orang dan diatas 90 menit sebanyak 11 orang.
Pada tabel 4.2 berdasarkan durasi terlihat bahwa yang menggunakan alat
elektronik selama dibawah 90 menit sebanyak 20 orang dan diatas 90 menit
sebanyak 18 orang.
Pada tabel 4.2 berdasarkan durasi terlihat bahwa yang menonton TV selama
dibawah 90 menit sebanyak 30 orang dan diatas 90 menit sebanyak 17 orang.
Pada tabel 4.2 berdasarkan durasi terlihat bahwa yang menggunakan komputer
selama dibawah 90 menit sebanyak 15 orang dan diatas 90 menit sebanyak 16
orang.
Pada tabel 4.2 berdasarkan durasi terlihat bahwa yang beraktifitas diluar
ruangan selama dibawah 90 menit sebanyak 21 orang dan diatas 90 menit sebanyak
23 orang.
Tabel 4.3. Lama Durasi Waktu Membaca Buku Dengan Kelainan Refraksi

Durasi Kelainan Refraksi


Total
Membaca Buku Ada Tidak
< 90 Menit 13 21 34
> 90 Menit 5 6 11
Total 18 27 45

Pada tabel 4.3 dari lama durasi waktu membaca buku selama dibawah 90 menit
ditemukan 13 orang mengalami kelainan refraksi, selama dibawah 90 menit
ditemukan 21 orang tidak mengalami kelainan refraksi sedangkan yang membaca

Universitas Sumatera Utara


28

buku diatas 90 menit ditemukan 5 orang mengalami kelainan refraksi dan diatas 90
menit ditemukan 6 orang mengalami kelainan refraksi.

Tabel 4.4. Lama Durasi Waktu Menggunakan Alat Elektronik Dengan Kelainan Refraksi
Durasi Kelainan Refraksi
Menggunakan Total
Ada Tidak
Alat Elektronik
< 90 Menit 6 14 20
> 90 Menit 11 7 18
Total 17 21 38

Pada tabel 4.4 dari lama durasi waktu menggunakan alat elektronik selama
dibawah 90 menit ditemukan 6 orang mengalami kelainan refraksi, selama dibawah
90 menit ditemukan 14 orang tidak mengalami kelainan refraksi sedangkan yang
menggunakan alat elektronik diatas 90 menit ditemukan 11 orang mengalami
kelainan refraksi dan diatas 90 menit ditemukan 7 orang mengalami kelainan refraksi.

Tabel 4.5. Lama Durasi Waktu Menonton TV Dengan Kelainan Refraksi

Durasi Kelainan Refraksi


Total
Menonton TV Ada Tidak
< 90 Menit 14 16 30
> 90 Menit 6 11 17
Total 20 27 47

Pada tabel 4.5 dari lama durasi waktu menonton TV selama dibawah 90
menit ditemukan 13 orang mengalami kelainan refraksi, selama dibawah 90 menit
ditemukan 21 orang tidak mengalami kelainan refraksi sedangkan yang membaca
buku diatas 90 menit ditemukan 5 orang mengalami kelainan refraksi dan diatas 90
menit ditemukan 6 orang mengalami kelainan refraksi.
Tabel 4.6. Lama Durasi Waktu Menggunakan Komputer Dengan Kelainan Refraksi

Durasi Kelainan Refraksi


Menggunakan Total
Ada Tidak
Komputer
< 90 Menit 3 12 15
> 90 Menit 11 5 16
Total 14 17 31

Universitas Sumatera Utara


29

Pada tabel 4.6 dari lama durasi waktu menggunakan komputer selama dibawah
90 menit ditemukan 3 orang mengalami kelainan refraksi, selama dibawah 90 menit
ditemukan 12 orang tidak mengalami kelainan refraksi sedangkan yang membaca
buku diatas 90 menit ditemukan 11 orang mengalami kelainan refraksi dan diatas 90
menit ditemukan 5 orang mengalami kelainan refraksi.

Tabel 4.7. Lama Durasi Waktu Beraktifitas Diluar Ruangan Dengan Kelainan Refraksi

Durasi Aktifitas Kelainan Refraksi


Total
Diluar Ruangan Ada Tidak
< 90 Menit 8 13 21
> 90 Menit 6 17 23
Total 14 30 44

Pada tabel 4.7 dari lama durasi waktu beraktifitas diluar ruangan selama
dibawah 90 menit ditemukan 8 orang mengalami kelainan refraksi, selama dibawah
90 menit ditemukan 13 orang tidak mengalami kelainan refraksi sedangkan yang
membaca buku diatas 90 menit ditemukan 6 orang mengalami kelainan refraksi dan
diatas 90 menit ditemukan 17 orang mengalami kelainan refraksi.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Penurunan Visus

Visus Visus
Mata
N % Mata Kanan N %
Kiri
6/6 31 60.8 6/6 31 60.8
6/8 3 5.9 6/8 1 2.0
6/9 2 3.9 6/9 3 5.9
6/10 1 2.0 6/10 2 3.9
6/12 6 11.8 6/12 4 7.8
6/18 2 3.9 6/18 2 3.9
6/36 6 11.8 6/24 1 2.0
- - - 6/36 6 11.8
- - - 6/60 1 2.0
Total 51 100 Total 51 100

Berdasarkan tabel 4.8 visus 6/6 pada mata kiri dan kanan ditemukan
sebanyak 31 orang (60,8%), ditemukan penurunan visus mulai dari visus 6/8
pada mata kiri ditemukan 3 orang (5,9%) dan visus 6/8 pada mata kanan

Universitas Sumatera Utara


30

ditemukan 1 orang (2%), visus 6/9 pada mata kiri ditemukan 2 orang (3,9%) dan
visus 6/9 pada mata kanan ditemukan 3 orang (5,9%), visus 6/10 pada mata kiri
ditemukan 1 orang (2%) dan visus 6/10 pada mata kanan ditemukan 2 orang
(3,9%), visus 6/12 pada mata kiri ditemukan 6 orang (11,8%) dan visus 6/12
pada mata kanan ditemukan 4 orang (7,8%), visus 6/18 pada mata kiri dan kanan
ditemukan sebanyak 2 orang (3,9%), visus 6/24 pada mata kanan ditemukan
hanya 1 orang (2%), visus 6/36 pada mata kiri dan kanan ditemukan sebanyak 6
orang (11,8%), visus 6/60 pada mata kanan ditemukan hanya 1 orang (2%).

Tabel 4.9. Tabulasi Hubungan Pola Aktifitas Dengan Kelainan Refraksi

Pola Aktifitas P-Value


Membaca Buku 0,543
Menggunakan Alat Elektronik 0,505
Nonton TV 0,576
Komputer 0,594
Aktifitas Diluar Ruangan 0,279

Pada tabel 4.9 dari hasil analisis menggunakan uji eta didapat hasil membaca
buku dengan nilai p sebesar 0,543 (sedang), menggunakan alat elektronik
dengan hasil nilai p 0,505 (sedang), menonton tv dengan hasil nilai p 0,576
(sedang), menggunakan komputer dengan hasil nilai p 0,594 (sedang) dan
aktifitas diluar ruangan dengan hasil nilai p 0,279 (tidak terdapat hubungan).
Berdasarkan nilai p, maka nilai p membaca buku, menggunakan alat
elektronik, menonton TV dan menggunakan komputer terdapat hubungan
dengan kelainan refraksi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan visus pada 51 orang
siswa SD di Kecamatan Medan Sunggal ditemukan 20 orang (39,2%) yang
mengalami kelainan refraksi dan 31 orang (60,8%) yang tidak mengalami
kelainan refraksi. Dari tabel 4.1 terlihat lebih banyak siswa SD yang tidak
mengalami kelainan refraksi daripada yang mengalami kelainan refraksi.
Hasil penelitian ini juga menunjukan hubungan pola aktifitas dengan
kelainan refraksi pada tabel 4.9 yaitu membaca buku dengan nilai p 0,543
menunjukan hubungan yang sedang berarti terdapat hubungan antara aktifitas

Universitas Sumatera Utara


31

membaca buku dengan kelainan refraksi. Pada tabel 4.9 juga menunjukan
aktifitas menggunakan alat elektronik dengan nilai p 0,505 menunjukan
hubungan yang sedang berarti terdapat hubungan antara aktifitas menggunakan
alat elektronik dengan kelainan refraksi. Pada aktifitas menonton TV dengan
nilai p 0,576 menunjukan hubungan yang sedang antara menonton TV dengan
kelainan refraksi berarti terdapat hubungan antara aktifitas menonton TV dengan
kelainan refraksi. Pada aktifitas menggunakan komputer dengan nilai p 0,594
menunjukan hubungan yang sedang antara aktifitas menggunakan komputer
dengan kelainan refraksi berarti terdapat hubungan antara aktifitas menggunakan
komputer dengan kelainan refraksi. Pada aktifitas di luar ruangan dengan nilai p
0,279 tidak terdapat hubungan antara aktifitas di luar ruangan dengan kelainan
refraksi.
Hasil analisis bivariat di temukan pola aktifitas yang mempunyai hubungan
dengan kelainan refraksi yaitu aktifitas membaca buku, menggunakan
elektronik, menonton TV dan bermain komputer. Dan aktifitas yang tidak
mempunyai hubungan dengan kelainan refraksi yaitu aktifitas di luar ruangan.
Hasil ini memiliki kesamaan dengan Sabirin dan Rina (2014). Menurut Sabirin
dan Rina (2014) hubungan gaya hidup dengan kelainan refraksi diperoleh nilai
p = 0,028 (p<0,05) berarti Ha diterima yaitu ada hubungan antara gaya hidup
seperti kebiasaan membaca yang salah, kurang terkena sinar matahari, terlalu
banyak menonton televisi, memakai komputer dapat menyebabkan kelainan
refraksi pada anak usia sekolah di Puskesmas Gulai Bancah Bukittinggi Tahun
2014 (Sabirin dan Rina, 2014). Sedangkan pada aktifitas di luar ruangan tidak
terdapat hubungan, hal ini memiliki kesamaan dengan penelitian Witantra dan
Putu (2014) Sebanyak 30 subjek (39,5%) yang memiliki kebiasaan bermain di
luar ruangan lebih dari 2 jam memiliki tajam penglihatan normal (Witantra dan
Putu, 2014).

Universitas Sumatera Utara


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Distribusi frekuensi penurunan ketajaman penglihatan akibat kelainan
refraksi pada siswa-siswi sekolah dasar di Kecamatan Medan Sunggal tahun
2017 adalah senilai 39,2% yaitu sekitar 20 orang dari jumlah sampel yang
diteliti sebanyak 51 orang.
2. Distribusi frekuensi pola aktifitas pada siswa-siswi Sekolah Dasar di
Kecamatan Medan Sunggal tahun 2017 adalah sebanyak 45 orang (88,2%)
membaca buku, 38 orang (74,5%) menggunakan alat elektronik, 47 orang
(92,2%) menonton TV, 31 orang (60,8%) menggunakan komputer, dan 44
orang (86,3%) beraktifitas di luar ruangan.
3. Dari uraian yang sudah di paparkan ditemukan penurunan visus sebanyak 20
orang mengalami kelainan refraksi dari total 51 orang.
4. Distribusi frekuensi durasi membaca buku rata-rata 60 menit, menggunakan
elektronik rata-rata 120 menit, menonton TV rata-rata 60 menit, bermain
komputer rata-rata 120 menit, dan aktifitas luar ruangan rata-rata 120 menit.
5. Berdasarkan uji statistik korelasi Eta tidak ditemukan hubungan yang
signifikan antara aktifitas diluar ruangan (nilai p 0,279) dengan kejadian
kelainan refraksi, namun ditemukan hubungan antara membaca buku (nilai p
0,543), menggunakan alat elektronik (nilai p 0,505), menonton TV (nilai p
0,576) dan menggunakan komputer (nilai p 0,594) dengan kejadian kelainan
refraksi.

32

Universitas Sumatera Utara


33

5.2 SARAN

Dari hasil penelitian yang didapat, maka peneliti ingin memberikan beberapa
saran, yaitu :
1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya, agar dapat melakukan penelitian
dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan umur yang lebih bervariasi dan
pemilihan sekolah yang lebih menyeluruh.
2. Disarankan kepada anak-anak yang mengalami kelainan refraksi, agar dapat
memperhatikan faktor resiko seperti gaya hidup membaca, menggunakan
elektronik, menggunakan komputer dan menonton tv yang terlalu dekat.
Untuk memperhatikan dampak yang dapat terjadi jika anak dibiarkan
mengalami kelainan refraksi untuk segera dikoreksi.
3. Disarankan kepada orang tua dan guru di sekolah untuk membantu menjaga
kesehatan mata anak dengan mengajarkan kepada anak-anaknya dengan cara
20-20-20 yaitu, sempatkan 20 detik waktu anak anda untuk melihat sejauh 20
meter setiap 20 menit anak anda menggunakan alat elektronik, membaca
buku, menggunakan komputer.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophtalmology. (2005) BCSC Section 3. Clinical Optics.


Association .; ll9-I22.

American Optometric Association (AOA). (2006). Optometric Clinical


Practice Guideline: Care of the patient with myopia. AOA Consensus
Panel on Care of the Patient with Myopia, AOA Clinical Guidelines
Coordinating Committee. Avaiable from:
http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf

American Optometric Association (2012). Myopia. USA : SLACK inc., pp:


347-350.

ASTIGMATISMA. Singapore National Eye Center (2013). Available from


http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandpe
rawatan/common-problems/Pages/astigmatism.aspx

Czepita D, Lodygowska E, and Czepita M.(2008) Are Children with Myopia


More Intelligent? Annales Academiae Medicae Stetinensis.; 54 (1):
13-16.

Dieudonne Kaimbo Wa Kaimbo (2012). Astigmatism – Definition,


Etiology, Classification, Diagnosis and NonSurgical Treatment,
Astigmatism - Optics, Physiology and Management, Dr. Michael Goggin
(Ed.),ISBN:978-953-51-02304,InTech
Availablefrom:http://www.intechopen.com/books/astigmatism-
optics-physiology-andmanagement/astigmatism-definition-etiology-
classification-diagnosis-and-non-surgical-treatment

Dirani M, Tong L, Gazzard G, Zhang X, Chia A, Young TL, Rose KA,


Mitchell P and Saw SM (2009) Outdoor activity and myopia in Singapore
teenage children. Br. J. Ophthalmol. 93, 997-1000.
doi:10.1136/bjo.2008.150979.

Dwi Ahmad Yani. (2008). Kelainan Refraksi Dan Kacamata. Surabaya:


Surabaya Eye Clinic,17 (5)

Gilbert, C., Foster A., (2001). Childhood blindness in the context of VISION
2020- -the right to sight. Bull World Health Organ. 79 (3), pp509-512

Goh PP, Abqariyah Y, Pokharel GP, and Ellwein LB. (2008) Refractive Error and
Visual Impairment in School-age Children in Gombak District, Malaysia.
Ophthalmology. ; 112(4): 678-685.

34

Universitas Sumatera Utara


35

Gopalakrishnan S, Prakash MVS, and Jha RK. (2011) A Study of Refractive


Errors among Medical students in AIMST University, Malaysia. Indian
Medical Journal.; 105(11): 82-87.

Hamdi, A.S., Bahruddin, E. (2014) Metode penelitian kuantitatif aplikasi dalam


pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.;p.147

Handayani Ariestanti T.,Supradnya Anom,I.G.N.&Pemayun- Dewayani, C.I.


(2012), 'Charateristic of Patients With Refractive Disorder at Eye Clinic of
Sanglah General Hospital Denpasar, Bali-Indonesia Period 1st January -
31st December 2011', Bali Medical Journal, vol. 1,no. 3,pp. 101-107

Hutami Witantra Dhamar., Wulandari Putu Asti. (2014) Prevalensi Penurunan


Tajam Penglihatan Pada Siswa Kelas 3-6 Sekolah Dasar Negeri 1
Manggis, Karangasem Bali Tahun 2014

Ilyas, S., (2004). Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna.
Dalam: Ilyas, S., Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 64-83.

Ilyas, S., (2006). Kelainan Refraksi dan Kacamata Edisi Kedua. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilyas S, dkk., (2010). Ilmu Penyakit Mata.Edisi Kedua.Jakarta: Penerbit


SagungSeto

Ilyas, P., & Yulianti, d. R. (2011). Ilmu Penyakit Mata Edisi 4

Ilyas, S. (2015) Ilmu Penyakit Mata, Edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.p.64-68

Jones LA, Sinnott LT, Mutti DO, Mitchell GL, Moeschberger ML, and Zadnik
K. (2007) Parental Hystory of Myopia, Sports and Outdoor Activities, and
Future Myopia. Investigative Ophthalmology and Visual Science ; 48 (8):
3524-3532

Khurana AA (2007). Comprehensive ophthalmology. Edisi ke 4. New Age


Internasional (P) Ltd : New Delhi, pp: 32-36.

Lauralee Sherwood, (2014) Introduction to human physiology Edisi 8.


Jakarta:PenerbitBukuKedokteranEGC;

Universitas Sumatera Utara


36

Mallen EA, Gillmartin B, and Wolfsohn JS. (2005) Symphatetic Innervation of


Ciliary Muscle and Oculomotor Function in Emmetropic and
Myopic Young Adults. Vision Research.; 45(13): 1641-1651.

National Eye Institute (2013) https://nei.nih.gov/sites/default/files/nehep-


pdfs/Farsightedness.pdf

National Eye Institute (2013) https://nei.nih.gov/sites/default/files/health-


pdfs/FactsAbout_ASTIGMATISM_.pdf

Patu, H.I. (2010). Kelainan Refraski. Available from:


http://cpddokter.com/home/ index
.php?option=com_content&task=view&id=1684&ltemid=38

Perdami.(2014).KelainanRefraksi.Available:
http://perdami.or.id/new/?page_id=41

Ratanna, R.S, Rares, L.M, Saerang ,J.S.M. (2014), 'Kelainan Refraksi Pada Anak
di BLU RSU Prof. DR. R.D. Kandou'. Jurnal e-Clinic, vol 2 ,no 2 pp.
1-2.

Riordan-Eva, P., Whitcher, JP., (2012). Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). pp30-34.

Riordan-Eva, P., Whitcher, JP., (2012). Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Rumondor, N. E. (2014), 'Hubungan Kelainan Refraksi dengan Prestasi belajar di


SMP Kristen Eeben Haezar 2 Manado' . Jurnal e-Clinic, vol. 4,no. 2,
pp.2-7.

Saw SM, Gazzard G, Koh D, Farook M, Widjaja D, Lee J, Tan DT (2006).


Prevalence rates of refractive errors in Sumatera, Indonesia. Investigative
Ophthalmology & Visual Science, 43(10):3174-3180.

Sidarta Ilyas, H., (2013). Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI. pp64-88

Singapore National Eye Centre. (2014). Astigmatism. Available:


http://www.snec.com.sg/eye-conditions-and-treatments/common-eye-
conditions-and procedures/Pages/astigmatism.aspx

Sobirin Cecep.,Rina (2012) Hubungan Gaya Hidup dengan Gangguan Mata Miopi
pada Anak Usia Sekolah di Puskesmas Gulai Bancah Bukittinggi.

Universitas Sumatera Utara


37

William F. (2013) Ganong’s Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22: The
McGraw-Hill Companies, Inc;

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 . Biodata Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :Fathi Azwar S


Jenis Kelamin :Laki - laki
NIM :140100021
Tempat / Tanggal Lahir :Medan, 12 Desember 1996
Agama :Islam
Nama Ayah :Azwar Syamlan
Nama Ibu :Fauziah Zubadi
Alamat :Jl. Deli Tua No. 40, Kel. Pandau Hilir, Kec.
Medan Perjuangan, Medan

Riwayat Pendidikan :
1. TK Miki Mini English School (2000-2002)
2. SD Harapan 1 (2002-2008)
3. SMP Shafiyyatul Amaliyyah (2008-2011)
4. SMA Negeri 1 Medan (2011-2014)
5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2014-Sekarang)

Riwayat Pelatihan :
1. Penerimaan Mahasiswa Baru( PMB ) FK USU 2014
2. Manajemen Mahasiswa Baru( MMB) FK USU 2014

Riwayat Organisasi : -

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2. Lembar Orisinalitas

PERNYATAAN

HUBUNGAN POLA AKTIFITAS SISWA DENGAN


KELAINAN REFRAKSI PADA SISWA SD
DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun sebagai


syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan
Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar
merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan yang penulis lakukan pada bagian tertentu dari hasil
karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penelitian ilmiah.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian
skripsi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam
bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik
yang penulis sandang dan sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Medan, Desember 2017


Penulis,

FATHI AZWAR S
140100021

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Surat Kesediaan Menjadi Responden

Surat Kesediaan Menjadi Responden

Dengan ini, saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Sekolah :
Kelas :
Telah bersedia untuk menjadi responden dan dilakukan pemeriksaan visus dalam
rangka penyelesaian penulisan Karya Tulis Ilmiah oleh Fathi Azwar S (NIM:
140100021) yang berjudul “Hubungan Pola Aktifitas Siswa Dengan Kelainan
Refraksi Pada Siswa SD Di Kecamatan Medan Sunggal” setelah diberikan
penjelasan mengenai kelainan refraksi.
Demikianlah surat kesediaan menjadi responden ini dibuat dalam keadaan
sadar dan tanpa paksaan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, 2017

( )

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4. Lembar Penjelasan

Lembar Penjelasan

Saya, Fathi Azwar S (NIM: 140100021), mahasiswa stambuk 2014 Fakultas


Kedokteran Universitas Sumatera Utara, ingin melakukan pemeriksaan
pemeriksaan visus kepada Saudara/i dalam rangka penyelesaian penulisan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “ Hubungan Pola Aktifitas Siswa Dengan Kelainan
Refraksi Pada Siswa SD Di Kecamatan Medan Sunggal”. Hal ini dikarenakan
angka kejadian masalah kelainan refraksi di Indonesia adalah 25% dari total
populasi atau sekitar 55 juta jiwa masyarakat Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,
saya tertarik untuk meneliti tentang pola aktifitas dengan kejadian kelainan
refraksi pada SD di Kecamatan Medan Sunggal Medan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola aktifitas pada
siswa/i SD di Kecamatan Medan Sunggal secara umumnya dan untuk mengetahui
kejadian kelainan refraksi pada siswa/i SD di Kecamatan Medan Sunggal sesuai
dengan lama baca buku, menggunakan alat elektronik, nonton televisi dan
menggunakan komputer secara khususnya.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya adalah sebagai informasi untuk mengetahui kejadian kelainan refraksi
pada siswa/i SD di Kecamatan Medan Sunggal bagi pihak praktisi medis, sebagai
sumber informasi data epidemiologi untuk penelitian ilmiah tentang kelainan
refraksi di masa mendatang bagi institusi yang akan melakukan penelitian, agar
dapat membantu dalam memilih jurusan yang akan diambil di jenjang pendidikan
yang lebih tinggi masyarakat, khususnya siswa/i SD di Kecamatan Medan
Sunggal dan sebagai bahan bacaan dalam kegiatan belajar bagi perpustakaan di
institusi pendidikan.
Pemeriksaan kelainan refraksi akan dilakukan dengan menggunakan kartu
snellen untuk uji visus dimana Saudara/i nantinya akan diminta untuk membaca
huruf-huruf. Pemeriksaan kelainan refraksi ini akan memakan waktu sekitar 8
menit/orangnya. Jika Saudara/i bersedia untuk dilakukannya pemeriksaan visus,
maka hasil pemeriksaan hanya akan diketahui oleh Saudara/i dan saya selaku

Universitas Sumatera Utara


peneliti. Saudara/i juga akan diberitahu mengenai jurusan apa saja yang dapat
Saudara/i pilih apabila setelah dilakukan pemeriksaan Saudara/i mengalami
normal atau kelainan refraksi.
Demikianlah lembar penjelasan ini saya buat agar dapat dipahami oleh
Saudara/i. Terima kasih atas perhatian dan waktu yang Saudara/i luangkan.
Apabila terdapat kesalahan kata maupun ucapan, saya selaku peneliti
mengucapkan mohon maaf.

Medan, 2017
Peneliti,

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Lembar Kuisioner
Form Status Penelitian
NAMA : _______________________________________
JENIS KELAMIN: _______________________________
UMUR : _______________________________________
KELAS : _______________________________________
1. Membaca buku ____ JAM _____ MENIT/ HARI

2. Menggunakan alat eletronik ____ JAM _____ MENIT/ HARI

3. Nonton televisi ____ JAM _____ MENIT/HARI

4. Komputer ____ JAM _____ MENIT/ HARI

5. Aktifitas diluar ruangan ____ JAM _____ MENIT/HARI

HASIL PEMERIKSAAN VISUS:


1. Pemeriksaan Visus a. Kanan _______ / ______
b. Kiri: ________ /_________
2. Tanpa Pinhole a. Kanan _______ / ______ b. Kiri: ________ / _________
3. Dengan Pinhole a. Kanan: _______ / _______ b. Kiri: _______ / __________

CATATAN UNTUK RESPONDEN YANG TIDAK DAPAT MELIHAT


KARTU SNELLEN ATAU KARTU E → LAKUKAN HITUNG JARI:
1. [ ] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 3 meter → TULIS 03/060
2. [ ] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 2 meter → TULIS 02/060
3. [ ] dapat melihat HITUNG JARI pada jarak 1 meter → TULIS 01/060
4. [ ] hanya dapat melihat GOYANGAN TANGAN pada jarak 1 meter →
TULIS 01/300
5 . Kelainan refraksi : ________

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Ethical Clearance

ETHICAL CLEARANCE

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Surat Izin Penelitian

SURAT IZIN PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Data Induk Penelitian

DATA INDUK
Pola Aktifitas Visus
Jenis Aktivitas Kelainan
Nama Sekolah Umur Kelas Membaca Menggunakan Nonton
Kelamin Komputer luar Refraksi Kanan Kiri
Buku Elektronik TV
Ruangan
MCl SD Sultan 11 1 180 120 120 6/12 6/12
6A
Iskandar Muda Ya
SHN SD Sultan 12 1 6A 30 120 60 60 60 6/12 6/12
Iskandar Muda Ya
JSC SD Sultan 11 2 6C 60 60 60 90 90 6/9 6/9
Iskandar Muda Ya
SH SD Sultan 11 2 6D 60 180 45 150 6/36 6/36
Isakndar Muda Ya
AP SD Sultan 11 1 6D 30 120 180 300 6/36 6/36
Iskandar Muda Ya
AN SD Sultan 11 2 6D 60 60 60 120 6/6 6/6
Iskandar Muda Tidak
STL SD Sultan 11 2 6D 180 360 180 90 6/18 6/12
Iskandar Muda Ya
DS SD Sultan 11 2 6D 60 180 120 6/6 6/6
Iskandar Muda Tidak
AJ SD Sultan 11 1 6C 15 180 180 120 120 6/6 6/6
Iskandar Muda Tidak
MR YPSA 11 1 6B 60 120 180 Tidak 6/6 6/6
TA YPSA 11 2 6B 25 90 120 60 90 Tidak 6/6 6/6
MASH YPSA 11 1 6B 30 120 60 Tidak 6/6 6/6

Universitas Sumatera Utara


RW YPSA 11 2 6B 90 120 60 90 30 Tidak 6/6 6/6
SYK YPSA 11 2 6B 60 120 15 15 20 Tidak 6/6 6/6
BH YPSA 11 2 6B 120 90 20 120 180 Tidak 6/6 6/6
BAP YPSA 11 2 6D 60 120 60 15 30 Tidak 6/6 6/6
RP YPSA 11 1 6B 60 120 120 Tidak 6/6 6/6
ZN YPSA 11 1 6D 60 45 60 30 120 Tidak 6/6 6/6
FBT Brigjen Katamso 12 1 6A 120 120 30 90 120 Tidak 6/6 6/6
PRL Brigjen Katamso 12 2 6A 120 120 Tidak 6/6 6/6
SRL Brigjen Katamso 11 2 6A 120 30 60 90 60 tidak 6/6 6/6
IDN Brigjen Katamso 11 2 6A 60 120 90 120 Ya 6/36 6/36
YP Brigjen Katamso 11 1 6B 60 90 90 120 120 Ya 6/36 6/36
YRK Brigjen Katamso 11 2 6B 120 60 180 Ya 6/36 6/18
AZ Brigjen Katamso 12 2 6A 180 120 90 180 120 Ya 6/18 6/18
SYF Brigjen Katamso 11 2 6A 30 120 120 Tidak 6/6 6/6
STF Brigjen Katamso 11 1 6B 60 30 30 180 Tidak 6/6 6/6
FRL SDN 060917 11 1 6A 90 45 180 180 90 Ya 6/24 6/9
ADT SDN 060917 11 1 6B 120 90 150 Tidak 6/6 6/6
TM SDN 060917 11 1 6B 45 90 120 120 120 Ya 6/36 6/36
VK SDN 060917 11 2 6B 30 60 60 Ya 6/9 6/12
NBL SDN 060917 11 2 6B 60 60 180 30 Ya 6/12 6/12
NS SDN 060917 12 2 6B 60 60 30 30 Tidak 6/6 6/6
SML SDN 060917 12 1 6B 45 30 150 180 150 Tidak 6/6 6/6
NFS SDN 060917 11 2 6B 120 60 90 Tidak 6/6 6/6
MDA SDN 060831 11 1 6A 15 30 120 120 Tidak 6/6 6/6
AP SDN 060831 11 2 6B 30 120 60 240 Ya 6/10 6/10
MF SDN 060831 11 1 6A 90 90 90 60 Ya 6/60 6/36
RKY SDN 060831 11 1 6B 120 120 180 120 Ya 6/10 6/8

Universitas Sumatera Utara


FS SDN 060831 11 2 6A 15 15 120 30 240 Tidak 6/6 6/6
AR SDN 060831 11 2 6A 120 30 10 60 Tidak 6/6 6/6
KSY SDN 060831 12 2 6B 60 60 60 Tidak 6/6 6/6
JS SDN 060831 11 1 6A 15 30 150 90 Tidak 6/6 6/6
RK SDN 060922 11 2 6A 60 60 120 60 Tidak 6/6 6/6
CS SDN 060922 11 2 6A 20 Tidak 6/6 6/6
NZL SDN 060922 11 2 6B 60 120 60 30 60 Tidak 6/6 6/6
FB SDN 060922 12 2 6A 60 60 120 Tidak 6/6 6/6
AP SDN 060922 11 2 6A 120 90 30 Ya 6/12 6/12
FDH SDN 060922 12 1 6B 60 120 60 120 Tidak 6/6 6/6
WDY SDN 060922 11 2 6A 30 120 90 30 Ya 6/8 6/8
RDW SDN 060922 12 1 6A 180 120 120 Ya 6/9 6/8

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 10. Data Statistik SPSS

HASIL UJI STATISTIK

Statistics
Jenis_Kelamin
N Valid 51
Missing 0

Jenis_Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 21 41.2 41.2 41.2
Perempuan 30 58.8 58.8 100.0
Total 51 100.0 100.0

Statistics
Umur
N Valid 51
Missing 0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 11 41 80.4 80.4 80.4
12 10 19.6 19.6 100.0
Total 51 100.0 100.0

Statistics
Sekolah
N Valid 51
Missing 0

Universitas Sumatera Utara


Sekolah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Brigjen Katamso 9 17.6 17.6 17.6
SD Sultan Iskndar Muda 9 17.6 17.6 35.3
SDN 060831 8 15.7 15.7 51.0
SDN 060917 8 15.7 15.7 66.7
SDN 060922 8 15.7 15.7 82.4
YPSA 9 17.6 17.6 100.0
Total 51 100.0 100.0

Statistics
Membaca_Buk Menggunakan_ Aktivitas_Luar
u Elektronik Nonton_TV Komputer _Ruangan
N Valid 45 38 47 31 44
Missing 6 13 4 20 7

Statistics
Kelainan_Refraksi
N Valid 51
Missing 0

Kelainan_Refraksi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 20 39.2 39.2 39.2
tidak 31 60.8 60.8 100.0
Total 51 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Statistics
Membaca_Buku
N Valid 45
Missing 6

Membaca_Buku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15 4 7.8 8.9 8.9
25 1 2.0 2.2 11.1
30 6 11.8 13.3 24.4
45 2 3.9 4.4 28.9
60 18 35.3 40.0 68.9
90 3 5.9 6.7 75.6
120 9 17.6 20.0 95.6
180 2 3.9 4.4 100.0
Total 45 88.2 100.0
Missing System 6 11.8
Total 51 100.0

Statistics
Menggunakan_
Elektronik Nonton_TV Komputer
N Valid 38 47 31
Missing 13 4 20

Menggunakan_Elektronik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15 1 2.0 2.6 2.6
20 1 2.0 2.6 5.3
30 6 11.8 15.8 21.1
45 2 3.9 5.3 26.3
60 5 9.8 13.2 39.5
90 5 9.8 13.2 52.6

Universitas Sumatera Utara


120 14 27.5 36.8 89.5
180 3 5.9 7.9 97.4
360 1 2.0 2.6 100.0
Total 38 74.5 100.0
Missing System 13 25.5
Total 51 100.0

Nonton_TV
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10 1 2.0 2.1 2.1
15 1 2.0 2.1 4.3
20 1 2.0 2.1 6.4
30 3 5.9 6.4 12.8
45 1 2.0 2.1 14.9
60 16 31.4 34.0 48.9
90 7 13.7 14.9 63.8
120 9 17.6 19.1 83.0
150 2 3.9 4.3 87.2
180 6 11.8 12.8 100.0
Total 47 92.2 100.0
Missing System 4 7.8
Total 51 100.0

Komputer
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 15 2 3.9 6.5 6.5
30 4 7.8 12.9 19.4
60 4 7.8 12.9 32.3
90 5 9.8 16.1 48.4
120 9 17.6 29.0 77.4
150 1 2.0 3.2 80.6
180 5 9.8 16.1 96.8
300 1 2.0 3.2 100.0
Total 31 60.8 100.0
Missing System 20 39.2
Total 51 100.0

Universitas Sumatera Utara


Statistics
Aktivitas_Luar_Ruangan
N Valid 44
Missing 7

Aktivitas_Luar_Ruangan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20 1 2.0 2.3 2.3
30 6 11.8 13.6 15.9
60 9 17.6 20.5 36.4
90 5 9.8 11.4 47.7
120 15 29.4 34.1 81.8
150 3 5.9 6.8 88.6
180 3 5.9 6.8 95.5
240 2 3.9 4.5 100.0
Total 44 86.3 100.0
Missing System 7 13.7
Total 51 100.0

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Membaca_Buku * Kelainan_Refraksi 45 88.2% 6 11.8% 51 100.0%
Menggunakan_Elektronik * Kelainan_Refraksi 38 74.5% 13 25.5% 51 100.0%
Nonton_TV * Kelainan_Refraksi 47 92.2% 4 7.8% 51 100.0%
Komputer * Kelainan_Refraksi 31 60.8% 20 39.2% 51 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Crosstab
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
Membaca_Buku 15 0 4 4
25 0 1 1
30 5 1 6
45 1 1 2
60 5 13 18
90 2 1 3
120 3 6 9
180 2 0 2
Total 18 27 45

Crosstab
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
buku <90 menit 13 21 34
>90 menit 5 6 11
Total 18 27 45

Directional Measures
Value
Nominal by Interval Eta Membaca_Buku .153
Dependent
Kelainan_Refraksi .543
Dependent

Universitas Sumatera Utara


Menggunakan_Elektronik * Kelainan_Refraksi
Crosstabulation
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
Menggunakan_Elektronik 15 0 1 1
20 0 1 1
30 0 6 6
45 1 1 2
60 2 3 5
90 3 2 5
120 8 6 14
180 2 1 3
360 1 0 1
Total 17 21 38

Crosstab
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
elek <90 menit 6 14 20
>90 menit 11 7 18
Total 17 21 38

Directional Measures
Value
Nominal by Interval Eta Menggunakan_Elektronik .413
Dependent
Kelainan_Refraksi .505
Dependent

Universitas Sumatera Utara


Nonton_TV * Kelainan_Refraksi
Crosstabulation
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
Nonton_TV 10 0 1 1
15 0 1 1
20 0 1 1
30 0 3 3
45 1 0 1
60 7 9 16
90 6 1 7
120 2 7 9
150 0 2 2
180 4 2 6
Total 20 27 47

Crosstab
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
nonton <90 menit 14 16 30
>90 menit 6 11 17
Total 20 27 47

Directional Measures
Value
Nominal by Interval Eta Nonton_TV Dependent .148
Kelainan_Refraksi .576
Dependent

Universitas Sumatera Utara


Komputer * Kelainan_Refraksi
Crosstabulation
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
Komputer 15 0 2 2
30 0 4 4
60 1 3 4
90 2 3 5
120 5 4 9
150 1 0 1
180 4 1 5
300 1 0 1
Total 14 17 31

Crosstab
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
compute <90 menit 3 12 15
>90 menit 11 5 16
Total 14 17 31

Directional Measures
Value
Nominal by Interval Eta Komputer Dependent .560
Kelainan_Refraksi .594
Dependent

Universitas Sumatera Utara


Aktivitas_Luar_Ruangan * Kelainan_Refraksi
Crosstabulation
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
Aktivitas_Luar_Ruangan 20 0 1 1
30 3 3 6
60 3 6 9
90 2 3 5
120 4 11 15
150 1 2 3
180 0 3 3
240 1 1 2
Total 14 30 44

Crosstab
Count
Kelainan_Refraksi
ya tidak Total
outactivity <90 menit 8 13 21
>90 menit 6 17 23
Total 14 30 44

Directional Measures
Value
Nominal by Interval Eta Aktivitas_Luar_Ruangan .092
Dependent
Kelainan_Refraksi .279
Dependent

Universitas Sumatera Utara


Statistics
Membaca_Buk Menggunakan_ Aktivitas_Luar
u Elektronik Nonton_TV Komputer _Ruangan
N Valid 45 38 47 31 44
Missing 6 13 4 20 7
Mode 60 120 60 120 120

Statistics
kanan kiri
N Valid 51 51
Missing 0 0

kanan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6/6 31 60.8 60.8 60.8
6/8 1 2.0 2.0 62.7
6/9 3 5.9 5.9 68.6
6/10 2 3.9 3.9 72.5
6/12 4 7.8 7.8 80.4
6/18 2 3.9 3.9 84.3
6/24 1 2.0 2.0 86.3
6/36 6 11.8 11.8 98.0
6/60 1 2.0 2.0 100.0
Total 51 100.0 100.0

kiri
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 6/6 31 60.8 60.8 60.8
6/8 3 5.9 5.9 66.7
6/9 2 3.9 3.9 70.6
6/10 1 2.0 2.0 72.5
6/12 6 11.8 11.8 84.3
6/18 2 3.9 3.9 88.2
6/36 6 11.8 11.8 100.0
Total 51 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai