Anda di halaman 1dari 92

“The Relationship Between the use of Gadgets with a Decreased of

Visus Junior High School of Muhammadiyah


Makassar”

HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DENGAN


PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN PADA SISWA SMP
UNISMUH MUHAMMADIYAH MAKASSAR

REZKY KANZA PUTRI


10542052613

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan

Penelitian Skripsi Sarjana Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, 01 Maret 2019

Rezky Kanza Putri, dr. Ami Febriza, M. Kes.


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
(10542052613).
2
Pembimbing

“HUBUNGAN PENGGUNAAN GEDGET DENGAN PENURUNAN


TAJAM PENGLIHATAN PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH
MAKASSAR”
ABSTRAK

Latar Belakang: Gadget tidak hanya sekedar dijadikan media hiburan semata
tapi dengan aplikasi yang terus diperbaharui gadget wajib digunakan oleh semua
kalangan, termasuk anak-anak. Berdasarkan penelitian American Optometric
Association tahun 2010, anak dan remaja menggunakan gadget rata-rata lebih dari
7 jam. Pemakaian gadget berlebihan didefinisikan pada anak berusia di atas 2
tahun yang menggunakan gadget itu lebih dari 2 jam per hari.
Tujuan: Untuk mengetahui adanya hubungan penggunaan gadget dengan
penurunan tajam penglihatan pada Siswa SMP Unismuh Makassar.
Metode: Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan menggunakan
rancangan penelitian analitik observasional dan desain cross sectional (potong
lintang). Peneliitan dilakukan dengan menggunakan Snellen Chart dan melibatkan
112 sampel siswa SMP Muhammadiyah Makassar. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan metode
simple random sampling, dan pengolahan data dengan uji statistic chi-square.
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa murid yang menggunakan gadget
dengan durasi, frekuensi dan jarak yang tidak normal dengan visus yang menurun
sebanyak 62 murid (55,4%) dan durasi yang tidak normal dengan visus yang
normal sebanyak 10 murid (8,9%), sedangkan murid yang menggunakan gadget
dengan durasi yang normal dengan yang visus yang normal yaitu sebanyak 23
murid (20,5%) dan durasi yang normal dengan visus yang menurun sebanyak 17
murid (15,2%). Hasil uji Chi Square untuk durasi diperoleh P=0,000 (P<0,05)
juga didapatkan nilai OR (Odds Ratio) sebesar, 8,388 dengan CI 95% 3,356-
20,965. Dan uji Chi Square untuk frekuensi diperoleh P=0,000 (P<0,05) juga
didapatkan nilai OR (Odds Ratio) sebesar 6,352 dengan CI 95% 2,597-15,540.
Sementara uji Chi Square jarak diperoleh P=0,001 (0,05) dengan menunjukkan
nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,249 dengan CI 95% 1.801-10,025.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi penurunan tajam
penglihatan pada siswa-siswi SMP Unismuh Makassar Kecamatan Rappocini
Kota Makassar yang memiliki visus menurun lebih tinggi daripada visus yang
normal, terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan gadget (durasi,
frekuensi, dan jarak) dengan penurunan tajam penglihatan, dan penggunaan
gadget merupakan salah satu faktor terjadinya penurunan tajam penglihatan

Kata Kunci: Gedget, Penurunan tajam penglihatan

i
FACULTY OF
MEDICINE UNIVERSITY OF
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Undergraduate Thesis, March
1st 2019

Rezky Kanza Putri, dr. Ami Febriza, M. Kes.


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar
(10542052613).
2
Pembimbing

"THE RELATIONSHIP OF THE USE OF GEDGETS WITH THE


LOWERING OF VISION LOANS IN SMP MUHAMMADIYAH
MAKASSAR STUDENTS"
ABSTRACT
Background: Gadgets are not just used as entertainment media but with
applications that are constantly updated gadgets must be used by all people,
including children. Based on a 2010 study by the American Optometric
Association, children and adolescents use gadgets for an average of more than 7
hours. Excessive gadget usage is defined for children over 2 years who use the
gadget for more than 2 hours per day.
Objective: To determine the relationship between the use of gadgets with a sharp
decrease in vision in Unismuh Makassar Middle School Students.
Method: This type of research is a study using observational analytic research
designs and cross sectional designs. The research was conducted using the Snellen
Chart and involved 112 samples of Muhammadiyah Makassar Middle School
students. The sampling technique used in this study is probability sampling with a
simple random sampling method, and data processing with chi-square statistical
tests.
Results: This study showed that students who used gadgets with abnormal
duration, frequency and distance with decreased vision were 62 students (55.4%)
and abnormal duration with normal vision were 10 students (8.9%) , while
students who used gadgets with normal duration with normal vision were 23
students (20.5%) and normal duration with decreased vision were 17 students
(15.2%). Chi Square test results for the duration obtained P = 0,000 (P <0.05) also
obtained an OR (Odds Ratio) of .3838 with 95% CI 3.356-20.965. And Chi
Square test for frequency obtained P = 0,000 (P <0.05) also obtained an OR (Odds
Ratio) of 6.352 with 95% CI 2.597-15.540. While the Chi Square test obtained
distance P = 0.001 (0.05) by showing an OR (Odd Ratio) of 4.249 with 95% CI
1.801-10.025.
Conclusion: From the results of the study found the prevalence of a sharp
decrease in vision in Unismuh Makassar Junior High School students in the
Rappocini District of Makassar City which has a higher decreased visual vision
than normal vision, there is a significant relationship between the use of gadgets
(duration, frequency, and distance) with a sharp decrease vision, and the use of
gadgets is one of the factors causing a sharp decline in vision
Keywords: Gedget, Sharp decrease in vision.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul Hubungan Penggunaan Gadget dengan Penurunan Tajam

Penglihatan pada Siswa SMP Muhammadiyah Makassar. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rasulullah SAW. Yang telah menunjukkan jalan kebenaran bagi umat

Islam dan tak pernah berhenti memikirkan ummatnya hingga di akhir

hidupnya

2. Kepada kedua orang tua saya, Ibu saya Yusmarni, S.E., M.H. dan Ayah

saya Drs. Hamzah Laptur, M.H. yang telah memberikan doa, dukungan

dan semangatnya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan

tepat waktu.

3. Dosen Pembimbing Skripsi dr. Ami Febriza, M.Kes. yang telah

meluangkan banyak waktu dan wawasannya dalam membantu serta

memberikan pengarahan dan koreksi hingga skripsi ini dapat selesai.

4. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar,

Ayahanda dr. H.Mahmud Ghaznawie, Ph.D.,Sp.PA(K) yang telah

iii
memberikan sarana dan prasarana sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan ini dengan baik.

5. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

6. dr. H.Mahmud Ghaznawie, Ph.D.,Sp.PA(K) selaku pembimbing akademik

saya yang telah memberikan semangat dan motivasi agar penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

7. Kepada keluarga saya yang dengan setulus hati telah membantu saya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman Riboflavin (20-13) yang telah banyak membuka

pandangan dan pemikiran saya dalam membuat skripsi ini.

9. Kepada sahabat saya yang telah menemani saya: Nurmultazam, Rasyidah,

Warda, Anti, Usi, Nunu, Umar, Yadi, Alfon.

10. Kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak

langsung yang telah memberikan semangat dan dukungan.

Penulis menyadari Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun penulis

berharap semoga tetap dapat memberikan manfaat pada pembaca, masyarakat dan

penulis lain. Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu.

Makassar, 1 Maret 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERTANYAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PERNYATAAN

PERSETUJUAN PENGUJI PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK

PLAGIAT RIWAYAT HIDUP

ABSTRACT .................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gadget ................................................................................ 7

B. Jenis-Jenis Gadget................................................................................ 7

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Gadget .................... 8

D. Dampak Positif dan Negatif Gadget .................................................... 10

E. Kelainan Refraksi................................................................................. 12

v
F. Definisi Miopia ................................................................................... 12

G. Etiologi Miopia .................................................................................... 13

H. Patofisiologi Miopia............................................................................. 15

I. Klasifikasi Miopia................................................................................ 16

J. Manifestasi Klinis Miopia ................................................................... 18

K. Diagnosis Miopia ................................................................................. 20

L. Perjalanan Alami Kelainan Refraksi.................................................... 21

M. Progresivitas Miopia ............................................................................ 22

N. Hal-Hal yang Mempengaruhi Progresivitas Miopia ............................ 23

O. Komplikasi Miopia............................................................................... 25

P. Pencegahan Miopia .............................................................................. 26

Q. Kesehatan Mata Dalam Islam .............................................................. 28

R. Kerangka Teori..................................................................................... 33

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Konsep Pemikiran ................................................................................ 34

B. Variabel Penelitian ............................................................................... 35

C. Hipotesis............................................................................................... 37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian................................................................................... 38

B. Metode Penelitian................................................................................. 39

C. Teknik Pengambilan Sampel................................................................ 39

D. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 41

E. Teknik Analisis Data............................................................................ 42

vi
F. Etika Penelitian .................................................................................... 43

G. Prosedur/Alur Penelitian ...................................................................... 44

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi ..................................................................... 45

B. Gambaran Umum Populasi dan Sampel .............................................. 45

C. Analisis Variabel.................................................................................. 46

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat .................................................................................. 53

B. Analisis Bivariat .................................................................................... 56

C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 60

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................ 62

B. Saran ...................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Data frekuensi responden berdasarkan durasi penggunaan gadget.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi penggunaan

gadget

Tabel 5.3 Data frekuensi responden berdasarakan jarak penggunaan gadget.

Tabel 5.4 Data frekuensi responden berdasarkan hasil pemeriksaan visus yang

dilakukan.

Tabel 5.5 Hubungan durasi penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus

Tabel 5.6 Hubungan frekuensi penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan

visus

Tabel 5.7 Hubungan jarak pengguanaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Inform Consent Responden

Lampiran 2 Data Pengukuran

Lampiran 3 Hasil Uji SPSS

Lampiran 4 Surat Hasil Penelitian

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gadget tidak hanya sekedar dijadikan media hiburan semata tapi

dengan aplikasi yang terus diperbaharui gadget wajib digunakan oleh orang-

orang yang memiliki kepentingan bisnis, ataupun pengerjaan tugas kuliah dan

kantor, akan tetapi pada faktanya gadget tak hanya digunakan oleh orang

dewasa atau lanjut usia, remaja, tapi pada anak-anak.1

Berdasarkan penelitian American Optometric Association tahun 2010,

anak dan remaja menggunakan gadget rata-rata lebih dari 7 jam. Pemakaian

gadget berlebihan didefinisikan pada anak berusia di atas 2 tahun yang

menggunakan gadget itu lebih dari 2 jam per hari.2

Saat ini sangat kurang perhatian mengenai gangguan penglihatan

khususnya pada anak sekolah, kelainan refraktif merupakan salah satu

gangguan penglihatan yang paling sering terjadi. Penglihatan merupakan cara

utama manusia untuk mengintegrasikan dirinya dengan lingkungan eksternal.3

Pada orang normal, pada saat melihat jarak dekat mata akan

berakomodasi untuk bisa memfokuskan cahaya untuk jatuh tepat di retina.

Namun jika pada aktifitas melihat dekat yang berlebihan seperti bermain

gadget maka muskulus ciliaris akan berkontraksi terus-menerus sehingga lensa

akan mencembung secara berlebihan dan dalam waktu yang lama akan

menyebabkan cahaya yang di biaskan akan jatuh di depan retina. 4

1
Membaca terus-menerus selama lebih dari 30 menit dapat

meningkatkan faktor risiko miopia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

miopia lebih banyak dialami oleh siswa yang membaca buku selama 2 jam

atau lebih. Pada saat membaca terdapat komponen mata yang mempengaruhi

kerja otot mata, sehingga kelelahan mata lebih cepat timbul dan risiko

timbulnya miopia lebih besar. Penggunaan gadget juga termasuk aktivitas

dengan jarak pandang dekat.5

Menurut Kairupan dalam Lely I. Porotu’o salah satu klasifikasi yang

sering di pakai ialah berdasarkan rekomendasi waktu maksimum dari The

American Academy of Pediaatrics. Asosiasi ini merekomendasikan

maksimum 2 jam sehari/ untuk anak dan remaja di atas 2 tahun untuk aktivitas

di depan layar kaca media elektronik.

Glimartin menjelaskan bahwa diketahui aktifitas melihat dekat

menyebabkan stress induces distant accommodation yang terus menerus dan

mengakibatkan perubahan biokimia dari sclera yaitu fibroblast sklera yang

merupakan suatu mekanisme kimia untuk peregangan, terjadi setelah 30 menit

saat berakomodasi. Akumulasi akomodasi yang terus menerus menyebabkan

memanjangnya waktu mekanisme peregangan yang berdampak pada

meregangnya sclera, sehingga bayangan objek pada aktivitas melihat dekat

jatuh di depan retina.6

Di Indonesia terutama anak-anak remaja yang golongan ekonomi

keluarganya menengah keatas mempunyai angka kejadian miopia yang

semakin meningkat. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan miopia, salah

2
satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan miopia adalah aktivitas

melihat dekat atau nearwork. Faktor resiko yang paling nyata adalah

berhubungan dengan aktivitas jarak dekat, seperti membaca, menulis,

menggunakan komputer dan bermain video game. 7

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 angka

kelainan refraksi pada penduduk yang berusia lebih 6 tuhan adalah sebesar

9,2%, sedangkan kelainan severe low vision adalah 0,3% dan angka kebutaan

adalah 0,2%. Di Indonesia, gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi

yang prevalensinya sebesar 22,1%, menjadi masalah yang harus segera

ditangani. Sekitar 10% dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) menderita

kelainan refraksi. Tetapi, sampai saat ini angka pemakaian kacamata koreksi

masih sangat rendah yaitu sekitar 12,5% dari prevalensi tersebut.8

Cedera dan penyakit mata bisa mempengaruhi penglihatan. Kejernihan

penglihatan disebut visus. Jika ketajaman penglihatan menurun, penglihatan

menjadi kabur,. Ketajaman penglihatan seseorang pada jarak 6 meter. Visus

6/6 artinya seseorang melihat benda jarak 6 meter dengan tajam penuh.9

Para ahli mengatakan bahwa smartphone semakin sering diproduksi

dengan layar lebih cerah digunakan siang dan malam, dan kemungkinan akan

lebih sering terjadi. Menggunakan smartphone di tempat tidur dan dalam gelap

dapat menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.10

Ketajaman penglihatan atau visus adalah kemampuan untuk

membedakan bagian-bagian detail yang kecil , baik terhadap objek maupun

permukaan. Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia

3
adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan

glaucoma. Sebagaimana kita ketahui mata merupakan indra penglihatan yang

dapat menangkap berkas cahaya yang dipantulkan dari sebuah benda. Jika

lensa yang dilalui cahaya menjadi sangat kecil sehingga ukurannya mendekati

panjang gelombang dari cahaya tersebut, maka muncullah fenomena

difraksi.11

Berdasarkan hasil penelitian antara durasi bermain video game dengan

ketajaman penglihatan memiliki hubungan. Bermain video game dengan

durasi tidak normal (lebih 2 jam/ hari) memiliki peluang 3 kali mengalami

kelainan ketajaman penglihatan dibandingkan siswa yang bermain video game

degan durasi normal.12

Sedangkan dari hasil penelitian yang lain menyatakan bahwa terdapat

pengaruh jarak pandang saat menggunakan gadget terhadap ketajaman

penglihatan . Responded yang memiliki kebiasaan menggunakan gadget

dengan jarak kurang dari 30 cm mengalami kelainan ketajaman penglihatan

sebesar 66,7%. Sedangkan hanya sebesar 39,3% responden mengalami

kelainan ketajaman penglihatan dengan kebiasaan menggunakan gadget

berjarak lebih dari 30 cm. Penggunaan gadget dengan jarak kurag dari 30 cm

dapat meningkatkan risiko 3 kali lipat terjadinya kelainan ketajaman

penglihatan.13

Berdasarkan pemaparan diatas, semakin maraknya anak-anak sekolah

yang mengguanakan gadget memungkinkan untuk berlama-lama

menggunakan gadget tanpa meghiraukan dampak yang akan terjadi terhadap

4
kesehatannya terutama kesehatan mata. Maka penulis terdorong untuk

melakukan penelitian agar dapat mengetahui hubungan penggunaan gadget

dengan penurunan tajam penglihatan pada Siswa-Siswi SMP Muhammadiyah

Makassar.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan penggunaan gadget dengan penurunan tajam

penglihatan pada Siswa SMP Unismuh Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya hubungan penggunaan gadget dengan

penurunan tajam penglihatan pada Siswa SMP Unismuh Makassar.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui durasi penggunaan gadget pada Siswa SMP

Unismuh Makassar.

b. Untuk mengetahui frekuensi penggunaan gadget dengan penurunan

tajam penglihatan pada Siswa SMP Unismuh Makassar.

c. Untuk mengetahui jarak penggunaan gadget dengan penurunan tajam

penglihatan pada Siswa SMP Unismuh Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

a. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami langkah-langkah

penelitian yang meliputi pembuatan proposal, proses penelitian dan

5
pembuatan laporan penelitian.

b. Menambah pengetahuan mengenai penegakan diagnosis miopia

c. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam mengelola

penelitian

d. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari penelitian

2. Bagi Instansi Pendidikan

a. Melaksanakan kegiatan tridarma perguruan tinggi sebagai lembaga

penyelenggara pendidikan, penelitian dan pengabdian bagi masyarakat

b. Meningkatkan hubungan kerjasama dan saling pengertian antara

pendidik dan siswa/siswi

3. Bagi Pengembangan Penelitian

Sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang

ingin melakukan penelitianyang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Bagi Kalangan Medis

Didapatkan keterkaitan tingkat penggunaan media elektronik dengan

angka kejadian miopia. Sehingga dapat bermanfaat dalam melakukan

tindakan pencegahan terhadap kejadian tersebut.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Gedget

Secara istilah gadget berasal dari bahasa Inggris yang artinya

perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Dalam bahasa

Indonesia, gadget disebut “acing. Gadget adalah sebuah teknologi yang

berkembang pesat dan memiliki fungsi khusus diantaranya yaitu smartphone, i

phone, dan blackberry. Gadget merupakan barang canggih yang diciptakan

dengan berbagai aplikasi yang dapat menyajikan berbagai media berita,

jejaring sosial, hobi, bahkan hiburan. 12

Gadget adalah media yang dipakai sebagai alat komunikasi modern

dan semakin mempermudah kegiatan komunikasi manusia. Gadget yang saat

ini banyak digemari masyarakat khususnya kalangan remaja, mempunyai

beberapa jenis-jenis gadget yang sering digunakan.12

B. Jenis-jenis gadget

1. Iphone Merupakan sebuah telepon yang memiliki koneksi internet. Selain

itu memiliki aplikasi multimedia yang dapat digunakan untuk mengirim

pesan gambar.

2. Ipad Merupakan sebuah gadget yang memiliki ukuran lebih besar. Alat ini

serupa dengan komputer tablet yang memiliki fungsi-fungsi tambahan

yang ada pada sistem operasi.

3. Blackberry Merupakan sebuah perangkat genggam nirkabel dengan

7
berbagai kemampuan. Alat ini dapat digunakan untuk SMS, faksimili

internet, dan juga telepon seluler.

4. Netbook Merupakan sebuah alat perpaduan antara komputer portabel. Alat

ini seperti halnya dengan notebook dan internet.

5. Handphone Merupakan sebuah alat atau perangkat komunikasi elektronik

tanpa kabel. Sehingga alat ini dapat dibawa kemanamana dan memiliki

kemampuan dasar yang sama halnya dengan telepon konvensional saluran

tetap.12

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan gadget

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja dalam penggunaan

gadget. Faktor-faktor tersebut meliputi:

1. Iklan yang merajalela di dunia pertelevisian dan di media sosial 10 Iklan

seringkali mempengaruhi remaja untuk mengikuti perkembangan masa

kini. Sehingga hal itu membuat remaja semakin tertarik bahkan penasaran

akan hal baru.

2. Gadget menampilkan fitur-fitur yang menarik.

Fitur-fitur yang ada didalam gadget membuat ketertarikan pada remaja.

Sehingga hal itu membuat remaja penasaran untuk mengoperasikan

gadget.

3. Kecanggihan dari gadget

Kecanggihan dari gadget dapat memudahkan semua kebutuhan remaja.

Kebutuhan remaja dapat terpenuhi dalam bermain game, sosial media

bahkan sampai berbelanja online.

8
4. Keterjangkauan harga gadget

Keterjangkauan harga disebabkan karena banyaknya persaingan

teknologi. Sehingga dapat menyebabkan harga dari gadget semakin

terjangkau. Dahulu hanyalah golongan orang menengah atas yang mampu

membeli gadget, akan tetapi pada kenyataan sekarang orang tua

berpenghasilan pas-pasan mampu membelikan gadget untuk anaknya.

5. Lingkungan

Lingkungan membuat adanya penekanan dari teman sebaya dan juga

masyarakat. Hal ini menjadi banyak orang yang menggunakan gadget,

maka masyarakat lainnya menjadi enggan meninggalkan gadget. Selain

itu sekarang hampir setiap kegiatan menuntut seseorang untuk

menggunakan gadget.

6. Faktor budaya

Faktor budaya berpengaruh paling luas dan mendalam terhadap perilaku

remaja. Sehingga banyak remaja mengikuti trend yang ada didalam

budaya lingkungan mereka, yang mengakibatkan keharusan untuk

memiliki gadget.

7. Faktor social

Faktor sosial yang mempengaruhinya seperti kelompok acuan, keluarga

serta status sosial. Peran keluarga sangat penting dalam faktor sosial,

karena keluarga sebagai acuan utama dalam perilaku remaja.

8. Faktor pribadi

Faktor pribadi yang memberikan kontribusi terhadap perilaku remaja

9
seperti usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi,

gaya hidup, dan konsep diri. Kepribadian remaja yang selalu ingin

terlihat lebih dari teman- 12 temannya, biasanya cenderung mengikuti

trend sesuai perkembangan teknologi.13

D. Dampak positif dan negatif gadget

Penggunaan gadget dikalangan remaja tentunya akan menimbulkan

dampak bagi remaja. Dampak yang terjadi berupa dampak positif dan negatif.

1. Dampak positif

a. Memudahkan untuk berinteraksi dengan orang banyak lewat media

sosial. Sehingga memudahkan untuk saling berkomunikasi dengan orang

baru dan memperbanyak teman.

b. Mempersingkat jarak dan waktu. Karena dalam era perkembangan

gadget yang canggih didalamnya terdapat media sosial seperti sekarang

ini .

c. Hubungan jarak jauh tidak lagi menjadi masalah dan menjadi halangan.

Hal ini dikarenakan kecanggihan dari aplikasi yang ada didalam gadget.

d. Mempermudah para remaja mengonsultasikan pelajaran dan tugas-tugas

yang belum dimengerti. Hal ini biasa dilakukan remaja dengan sms atau

bbm kepada guru mata pelajaran

2. Dampak negatif

a. Remaja menggunakan media sosial didalam gadget mereka, sehingga

menimbulkan lebih banyak waktu yang digunakan untuk bermain

gadget. Hal ini biasanya digunakan remaja untuk berkomunikasi dimedia

10
sosial dibandingkan dengan belajar.

b. Aplikasi yang ada didalam gadget membuat remaja lebih mementingkan

diri sendiri. Seringkali remaja mengabaikan orang disekitarnya bahkan

tidak menganggap orang yang mengajaknya mengobrol.

c. Remaja menjadi kecanduan dalam bermain gadget. Awalnya remaja

menggunakan gadget hanya untuk bermain game. Akan tetapi remaja

lama-kelamaan menemukan kesenangan dengan gadget sehingga hal ini

akan menjadi sebuah kebiasaan.

d. Gadget memudahkan remaja mengakses berbagai situs yang tidak

selayaknya diakses. Berbagai hal yang marak diakses remaja adalah

bermacam bentuk pornografi dan video kekerasan.

e. Media sosial yang ada didalam gadget sering menimbulkan berbagai

kasus. Dimana kasus tersebut seperti penculikan, pemerkosaan. Hal ini

biasanya diawali dengan perkenalan di media social

f. Remaja seringkali tidak dapat mengontrol kata-katanya. Mereka

menggunakan kata-kata kasar, mengejek, serta seringkali remaja

mencemooh dengan sesama teman sebaya di media sosial yang ada

didalam gadget.

g. Bagi remaja gadget tidak menguntungkan. Hal ini dalam upaya untuk

membangun kemampuan dan keterampilan sosialnya.

h. Gadget membuat remaja menjadi malas bergerak dan beraktifitas.

Biasanya remaja dalam keseharian penuh untuk bermain gadget.15

11
E. Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana bayangan tidak di

bentuk tepat di retina, melainkan di bagian dpan atau belakang bintik kuning

dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam

beberapa bentuk, yaitu: miopia, hipermetropia, dan astigmat.18

Refraksi adalah titik fokus jauh dasar (tanpa bantuan alat) yang

bervariasi di antara mata individu normal, tergantung bentuk bola mata dan

korneanya.mata emetrop secara alami memiliki fokus yang optimal untuk

penglihatan jauh. Mata ametrop (yakni, mata miopia, hipermetropia, atau

astigmat) memerlukan lensa koreksi agar terfokus dengan baik untuk melihat

jauh. Gangguan optik ini disebut kalainan refraksi. Refraksi adalah prosedur

untuk menenukan dan mengukur setiap kelainan optik.14

F. Definisi Miopia

Miopia adalah kelainan refraksi mata, di mana mata mempunyai

kekuatan pembiasan berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dari jarak

tak terhingga difokuskan di depan retina oleh mata dalam keadaan tanpa

akomodasi.20

Kelainan refraksi mata adalah suatu keadaan di mana bayangan tegas

tidak terbentuk tepat pada retina tetapi terbentuk di bagian depan atau

belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Bentuk

kelainan refraksi lain yang dikenal selain miopia yaitu hipermetropia dan

astigmatisma.20

12
G. Etiologi Miopia

Miopia disebabkan karena terlalu kuatnya pembiasan sinar di dalam mata

untuk panjangnya bola mata akibat dari :

Beberapa hal yang bisa menyebabkan mata minus :

1. Jarak yang terlalu dekat pada waktu membaca buku, menonton televisi,

bermain video games, bermain komputer, bermain telepon selular/ponsel,

dan sebagainya. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata itu sendiri.

2. Genetik atau keturunan.

3. Terlalu lama beraktivitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di

depan komputer, di depan layar monitor, di depan berkas, dan lain-lain.

Mata membutuhkan istirahat yang teratur dan cukup agar tidak terus

berkontraksi secara monoton.

4. Kebisaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti

membaca sambil tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca

di bawah matahari langsung yang silau, menatap sumber terang langsung,

dan lain sebagainya.

5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok

dengan mata dapat mengganggu kesehatan mata seperti terlalu lama

memakai helm, terlalu lama memakai kacamata/lensa kontak yang tidak

sesuai dengan mata normal kita, dan sebagainya.

6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata

sehingga kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika

mata bekerja terlalu dipaksakan. Vitamin A, betakaroten, alpukat

13
merupakan beberapa makanan yang baik untuk kesehatan mata. Selain itu,

beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya miopia yaitu

usia, status gizi, onset miopia, tekanan intraokular, stress dan faktor sosial

ekonomi.20

Pada penelitian Hartanto menjelaskan, miopia lebih banyak terdapat

apada orang-orang yang pekerjaannya memerlukan focus mata jarak dekat

dalam kurun waktu yang lama seperti pekerjaan yang berhubungan dengan

computer/laptop.15

Penelitian Lisa dan kawan-kawan juga mengatakan bahwa ada

hubungan antara riwayat miopia orang tua dengan miopia (p<0,0001),

mengindikasikan bahwa kemungkinan anak memiliki risiko tinggi menjadi

miopia meningkat seiring jumlah orang tua yang mengalami miopia.16

Penelitian secara genetic juga pernah dilakukan untuk mengidentifikasi

lokus genetic yang berhubungan dengan kejadian miopia, terutama miopia

ekstrim. Penelitian secara genetic, telah mengidentifikasi lokus gen untuk

miopia (2q, 4q, 7q, 12q, 15q, 17q, 18p, 22q, dan Xq) dan gen 7p15, 7q36,

dan 22q11 dilaporkan ikut mengatur kejadian miopa. 17

Penelitian lain juga menemukan 7q36 berhubungan dengan kejadian

miopia berat (> -6D). hal ini membuktikan bahwa riwayat miopia di

keluarga merupakan factor risiko yang penting dalam kejadian miopia.18

Glimartin menjelaskan baha diketahui aktifitas melihat dekat

menyebabkan stress induces distant accommodation yang terus menerus

dan mengakibatkan perubahan biokimia dari sclera yaitu fibroblast sklera

14
yang merupakan suatu mekanisme kimia untuk peregangan, terjadi setelah

30 menit saat berakomodasi. Akumulasi akomodasi yang terus menerus

menyebabkan memanjangnya waktu mekanisme peregangan yang

berdampak pada meregangnya sclera, sehingga bayangan objek pada

aktivitas melihat dekat jatuh di depan retina.19

H. Patofisiologi Miopia

Penelitian-penelitian terdahulu mengemukakan bahwa miopia

disebabkan oleh pemanjangan sumbu bola mata, namun penyebab yang

mendasarinya masih belum jelas sepenuhnya. Terdapat dua teori utama

tentang terjadinya pemanjangan sumbu bola mata pada miopia. Yang pertama

adalah teori biologik, menganggap bahwa pemanjangan sumbu bola mata

sebagai akibat dari kelainan pertumbuhan retina (overgrowth) sedangkan teori

yang kedua adalah teori mekanik yang mengemukakan adanya penekanan

(stres) sklera sebagai penyebab pemanjangan tersebut.20

Salah satu mekanisme pemanjangan sumbu bola mata yang diajukan

pada teori mekanik adalah penekanan bola mata oleh muskulus rektus medial

dan obliq superior. Seperti diketahui, penderita miopia selalu menggunakan

konvergensi berlebihan. Von Graefe mengatakan bahwa otot ekstraokular

terutama rektus medial bersifat miopiagenik karena kompresinya terhadap

bola mata pada saat konvergensi. 20

Jakson menganggap bahwa konvergensi merupakan faktor etiologik

yang penting dalam perkembangan miopia. Dikemukakan juga bahwa

muskulus oblik superior juga menekan bola mata pada waktu melihat atau

15
bekerja terlalu lama. Konvergensi berlebihan disebabkan oleh karena

penderita miopia memiliki jarak pupil yang lebar.20

Di samping lebar, orbita juga lebih rendah sehingga porsi muskulus

oblik superior yang menekan bola mata lebih besar. Jadi di sini ada pengaruh

dari anatomi mata terhadap terjadinya miopia. Kebenaran akan hal ini telah

dikonfirmasi oleh beberapa ahli lain. Possey dan Vandergift mengemukakan

bahwa anatomi merupakan faktor yang terpenting dalam terjadinya miopia.

Fox mengidentifikasikan orbita bagian dalam akan lebih memungkinkan untuk

terjadinya pemanjangan sumbu bola mata.20

I. Klasifikasi Miopia

Miopia dapat diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan bola mata,

etiologi, onset terjadinya dan derajat beratnya miopia. Berdasarkan

pertumbuhan bola mata, miopia dikelompokkan menjadi miopia fisiologis

yang terjadi akibat peningkatan diameter aksial yang dihasilkan oleh

pertumbuhan normal sedangkan miopia patologis merupakan pemanjangan

abnormal bola mata yang sering dihubungkan dengan penipisan sclera.

Sedangkan klasifikasi berdasarkan onset terjadinya terbagi menjadi miopia

congenital yang terjadi saat lahir, miopia juvenile atau miopia usia sekolah

yang ditemukan pada usia 20 tahun atau lebih. Berdasarkan etiologinya,

miopia terbagi atas aksial akibat perubahan panjang bola mata melebihi 24

mm dan refraktif akibat kelainan kondisi elemen bola mata.

Sedangkan berdasarkan derajat beratnya miopia terbagi kedalam :

1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri

16
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3- dioptric

3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri

Miopia berdasarkan penyebabnya:

1. Miopia aksial yaitu sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter

antero-posterior lebih panjang, bola mata lebih panjang).

2. Miopia kurvatur/refraktif yaitu kurvatur kornea atau lensa lebih kuat dari

normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang

lebih kuat).

3. Miopia indeks yaitu dimana indeks bias mata lebih tinggi dari normal.

Menurut perjalanan penyakitnya, miopia dibagi menjadi :

1. Miopia stasioner, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.

2. Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pda usia dewasa

akibat bertambah panjangnya bola mata.

3. Miopia maligna, yaitu miopia berjalan progresif dan dapat mengakibatkan

ablasi retina serta kebutaan. Miopia ini dapat juga disebut miopia

pernisiosa atau miopia maligna atau miopia degenerative. Disebut miopia

degenerative atau miopia maligna, bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai

kelainan pada fundus okuli dan panjang bola mata sehingga terbentuk

stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai

dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah

terjadinya atrofi sclera dan kadang – kadang terjadi rupture membrane

Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya

neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak fuch berupa

17
hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar,

dan degenerasi papil saraf optic.21

J. Manifestasi Klinis Miopia

Pasien miopia akan melihat jelas bila dalam jarak pandang dekat dan

melihat kabur jika pandangan jauh. Penderita miopia akan mengeluh

sakitkepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit.

Selain itu, penderita miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya

untuk mencegah sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).

Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masihdilihat

jelas) yang dekat sehigga mata selalu dalam keadaan konvergensi.hal ini

menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini

menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia.

Penderita miopia menyenangi membaca, apakah hal ini disebabkan

kemudahan untuk membaca dekat tidak diketahui dengan pasti.

- Gejala subyektif :

1. Kabur bila melihat jauh

2. Membaca atau melihat benda kecil harus dengan jarak dekat

3. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

akomodasi), astenovergens.

- Gejala objektif :

1. Miopia simpleks

a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang

relative lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak

18
menonjol.

b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau

dapat disertai cresen miopia (miopia cresent) yang ringan di sekitar

papil saraf optic.

2. Miopia patologik

a. Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks

b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-

kelainan pada :

1) Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan

degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-

benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-

kadang ditemukan ablasi vadan kaca yang dianggap

belum jelas hubungannya dengan kadaan miopia.

2) Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia,

papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke

bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh

lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi

oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang

tidak teratur.

3) Macula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-

kadang ditemukan perdarahan subretina pada daerah

macula.

4) Retina bagian perifer : berupa degenerasi sel retina bagian perifer.

19
5) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan

retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih

jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.22

K. Diagnosis Miopia

Untuk mendiagnosis miopia dapat di lakukan dengan beberapa

pemeriksaan mata. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Refraksi subyektif

Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dengan optotipe Snellen. Adapun

syarat-syarat pemeriksaan in,antara lain:

a. Jarak pemeriksa dan penderita sejauh 6 m.

b. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan tenang, baik pemeriksa

maupun penderita.

c. Pada pemeriksaan terlebih dahulu ditentukan tajam pengihatan tau

visus VOD (visus oculi dextra) dan VOS (visus oculi sinistra).

Ketajaman penglihatan yang kurang baik dapat dikoreksi dengan

menggunakan lensa sferis + (S+), sferis – (S-), silindris +/- (C+/-). Pada

kelainan refraksi miopia, ketajaman penglihatan dapat dikoreksi dengan

menggunakan sferis negative terkecil yang akan memberikan ketajaman

penglihatan terbaik tanpa akomodasi.

Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan system penglihatan

seseorang pada jarak 6 meter dengan seseorang yang memiliki ketajaman

penuh. Ketajaman penglihatan dinyatakan baik jika pada pemeriksaan

20
didapatkan visus 6/6 (20/20) artinya seseorang melihat benda jarak 6 meter

(20 kaki) dengan ketajaman penuh.

2. Refraksi Obyektif

a. Pemeriksaan oftalmoskopi direk bertujuan untuk melihat kelainan dan

keadaan fundus okuli, dengan dasar cahaya yang dimasukkan ke dalam

fundus akan memberikan reflex fundus dan akan terlihat gambaran

fundus. Pemeriksaan oftalmoskopi pada kasus yang disertai dengan

kelainan refraksi akan memperlihatkan gambaran fundus yang tidak

jelas, terkecuali jika lensa koreksi yang digunakan daoat menentukan

macam dan besar kelainan refraksi pada penderita secara kasar.

b. Pemeriksaan streak retinoskopi dengan lensa kerja +2.00D. Pemeriksa

mengamati refleks fundus yang bergerak berlawanan arah dengan

gerakan retinoskop (against movement) kemudian dikoreksi dengan

lensa negative sampai tercapai netralisasi.23

L. Perjalanan Alami Kelainan Refraksi

Ketika bayi lahir, sebagian besar cenderung mengalami hiperopia

ringan. Hal tersebut seiring dengan pertumbuhan tubuh akan berkurang saat

remaja untuk mencapai emetropia. Panjang sumbu saat bayi lahir pendek yang

akan memanjang dengan cepat dalam 2 hingga 3 tahun pertama, kemudian

melambat hingga usia 6 tahun dan akan stabil pada usia sekitar 10-15 tahun.

Kelengkungan kornea jauh lebih curam saat lahir (radius 6.59 mm) dan akan

mendatar sampai mendekati kelengkungan dewasa (radius 7.71 mm) pada usia

21
sekitar 1 tahun. Lensa jauh lebih sferis pada saat lahir dan mencapai bentuk

dewasa pada usia sekitar 6 tahun.24

M. Progresivitas Miopia

Progresivitas adalah besarnya perubahan derajat miopia mulai dari

pertama kali didiagnosis menderita miopia sampai pada waktu sekarang.

Besarnya progresivitas derajat miopia didapat dari selisih derajat miopia

sekarang dengan derajat miopia pertama kali, kemudian dibagi lama menderita

dalam tahun. Jadi nilai ini merupakan nilai rata-rata progresivitas miopia.

Nilai progresivitas miopia didapat dengan menggunakan rumus:

M = (dt-do)

Keterangan :

M = nilai rata-rata progresivitas miopia (dioptri/tahun)

dt = derajat miopia sekarang (dioptri)

do = derajat miopia sebelumnya (dioptri)

T = waktu ( 2 tahun terakhir )

Rata-rata progresivitas mata miopia fisiologis atau intermediat -0.5D

per tahun. Progresivitas lebih cepat terjadi pada miopia dengan kelainan

retina, tekanan intraokuar >16 mmHg, miopia lebih dari -3 dioptri saat usia <

11 tahun.

22
Seseorang yang menderita miopia dikatakan progresif apabila ada peningkatan

miopia ≥ -0.5D, dan miopia dikatakan tidak progresif bila peningkatan derajat

miopia < -0.5D.25

N. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Progresivitas Miopia

a. Usia, semakin muda usia semakin besar pertumbuhan anatomis bola mata.

b. Lama aktivitas melihat dekat. Membaca merupakan aktivitas yang

memerlukan penglihatan jarak dekat. Penelitian yang dilakukan Kinge

pada tahun 2000 terhadap mahasiswa teknik menemukan adanya

hubungan yang bermakna antara lama membaca dan kerja jarak dekat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ip pada tahun 2008

ditemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara miopia dengan lama

membaca.

Membaca terus-menerus selama lebih dari 30 menit dapat

meningkatkan faktor risiko miopia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa

miopia lebih banyak dialami oleh siswa yang membaca buku selama 2 jam

atau lebih. Pada saat membaca terdapat komponen mata yang

mempengaruhi kerja otot mata, sehingga kelelahan mata lebih cepat timbul

dan risiko timbulnya miopia lebih besar. Penggunaan gadget juga

termasuk aktivitas dengan jarak pandang dekat.

Status refraksi miopia lebih banyak didapatkan pada siswa yang

beraktivitas di depan komputer lebih dari 4 jam setiap kalinya. Dengan

duduk di depan komputer terus menerus dapat memperberat kerja otot

mata. Penggunaan komputer yang berlebihan dapat mempercepat angka

23
kejadian miopia. Blue- turquoise light memberi pengaruh yang baik bagi

tubuh dengan membantu regulasi jam biologis tubuh manusia. Sedangkan

blue-violet light memberi pengaruh yang tidak baik bagi tubuh karena

dapat merusak sel-sel di mata termasuk sel-sel otot mata dan paparan yang

terus-menerus dapat meningkatkan risiko terkena Age-Related Macular

Degeneration (AMD).

Berdasarkan survei, rata-rata orang dewasa menghabiskan waktu

sekitar 7 jam setiap harinya untuk beraktivitas di depan layar dan lebih

dari dua pertiga orang dewasa di bawah 24 tahun mendeskripsikan dirinya

kecanduan gadget. Bekerja dalam jarak dekat meningkatkan risiko

menderita miopia sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan pekerja yang tidak

melakukan aktivitas jarak dekat. Membaca dengan jarak kurang dari 30 cm

dapat meningkatkan faktor risiko terkena miopia.

c. Intensitas cahaya

Berdasarkan literatur, intensitas cahaya yang kurang dapat menimbulkan

kelelahan mata. Hal ini diakibatkan adanya kontraksi otot siliaris yang

terus menerus untuk mendapatkan penglihatan yang baik. Kelelahan mata

dapat memicu terjadinya miopia. Dalam sebuah penelitian, ditemukan

bahwa intensitas cahaya yang kurang memadai, cenderung membuat

pekerja mendekatkan objek ke mata guna memperoleh penglihatan yang

lebih jelas.

d. Posisi tubuh ketika membaca

Dalam sebuah literatur disebutkan bahwa pembaca cenderung

24
menempatkan dirinya pada posisi yang membuatnya merasa nyaman

ketika membaca. Posisi tidur ataupun tengkurap sebaiknya dihindari ketika

membaca.Pada posisi-posisi tersebut secara tidak sadar jarak mata dengan

buku bacaan akan menjadi terlalu dekat dan durasi membaca cenderung

lebih panjang karena pembaca merasa lebih nyaman.

e. Pendidikan tinggi

Beberapa studi menunjukkan bahwa dewasa muda yang berpendidikan

tinggi mengalami tingkat progresi miopia yang tinggi (86%) dalam masa

pendidikan hukum.Penelitian lain di Fakultas Kedokteran Grant Norwegia

menunjukkan bahwa 78% mahasiswa kedokteran tahun pertama

mengalami miopia, dan prevalensi miopia pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran dua kali lebih tinggi daripada populasi biasa di lingkungan

yang sama.25

O. Komplikasi Miopia

Komplikasi yang dapat timbul pada penderita miopia, yaitu:

1. Ablasio retina

Merupakan komplikasi tersering. Biasanya didahului dengan timbulnya

hole pada daerah perifer retina akibat proses-proses degenerasi dari daerah

ini.

2. Vitreal Liquefaction dan Detachment

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98%

air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair

secara perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita

25
miopia tinggi. Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal

kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan

kecil (floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus

sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan

menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan

retina. Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya

volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.

3. Glaukoma

Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia

sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi

dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur

jaringan ikat penyambung pada trabekula.

4. Trombosis dan perdarahan koroid

Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil. Biasanya terjadi

di daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan

tajam penglihatan.

5. Katarak

Transparansi lensa berkurang. Dilaporkan bahwa pada orang dengan

miopia, onset katarak muncul lebih cepat.25

P. Pencegahan Miopia

Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah jangan sampai menjadi

parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan

laser, obat tetes tertentu untk membantu penglihatan, operasi, penggunaan

26
lensa kontak dan penggunaan kacamata. Pencegahan lainnya adalah

melakukan visual hygine berikut ini:

1. Mencegah terjadinya kebiasaan buruk

a. Hal yang perlu diperhatikan adalah anak dibiasakan duduk dengan

posisi tegak sejak kecil.

b. Memegang alat tulis dengan benar.

c. Lakukan istirahat setiap 30 menit setelah melakukan kegiatan

membaca atau menonton TV.

d. Batasi jam membaca.

e. Aturlah jarak baca yang tepat (30cm), dan gunakanlah penerangan

yang cukup.

f. Kalau memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa

diatur tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30cm.

g. Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang

baik.

2. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melihat jauh atau

meliat jauh dan secara bergantian dapat mencegah miopia.

3. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan

menunggu sampai ada gangguan pada mata. Jika tidak diperbaiki sejak

awal, maka kelainan yang ada bisa menjadi permanen, misalnya bayi

premature hatus terus dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang

incubator untuk melihat apakah ada tanda-tanda retinopati.

27
4. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kuran,

segeralah melakukan pemeriksaan.


5.
Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil

tetap perlu memperhatikan nutrisi, pahami perkembangan kemampuan

melihat bayi.25

Q. Kesehatan Mata Dalam Islam

Sesuai dengan Sunnah Nabi umat Islam diajarkan untuk senantiasa

mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan bisa

dikatakan Kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus

diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah

SWT karena telah diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa menjaga

kesehatan Firman Allah dan Al-Qur’an,

ُ‫ْﻢ إِ ﱠن َﻋ َﺬاﺑِﻰ ﻟَ َﺸ ِﺪﯾ ٌﺪ َوإِ ْذ ﺗَﺄ َ ﱠذنَ َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ ﻟَﺌِﻦ َﺷﻜَﺮْ ﺗُ ْﻢ َﻷَ ِزﯾ َﺪﻧ ﱠ ُﻜ ْﻢ َوﻟَﺌِﻦ َﻛﻔَﺮْ ﺗ‬

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema’lumkan: “Sesungguhnya jika

kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika

kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat

pedih”.(Q.S. Ibrahim [14]:7).

Sebagai seorang Muslim, keyakinan atas kondisi sehat seseorang

terkait takdir pula. Meski sudah berperilaku sehat, apabila Allah SWT

mentakdirkan ia sakit maka seseorang akan menderita kesakitan. Apabila

seseorang ditakdirkan oleh Allah SWT untuk sehat maka sehatlah ia. Janji

Allah SWT dalam surah Asy Syu’araa’ [26]:78-82:

28
“78. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan Aku, Maka Dialah yang

menunjuki Aku, 79. dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum

kepadaKu, 80. dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, 81.

dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),

82. dan yang Amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari

kiamat”. (asy-Syu’araa’: 78-82)

Menjaga Kesehatan Mata

Mata yang sehat adalah anugerah yang di berikan Allah SWT. Dengan

melihat indahnya dunia, bahkan dengan mata pula kita bisa membedakan mana

hal yang baik dan yang buruk karena dengan mata kita mampu mengartikan

gambar atau wujud yang tampak di depan kita. Oleh karena itu, penting sakali

bagi kita untuk tetap menjaga kesehatan mata. Kita harus senantiasa menjaga

kesehatan mata kita agar terhindar dari berbagai penyakit mata.

Banyak sekali punya penyakit mata yang dapat menyerang mata kita

sewaktu-waktu. Seperti seseorang sering membaca buku, bermain game terlalu

lama, dan sebagainya sdapat terserang penyakit miopia.

Penyakit mata yang sudah taka sing lagi kita dengar seperti miopia

atau rabun jauh, hipermetropia atau rabun dekat, presbiopia, atau tidak dapat

melihat berbagai macam warna. Ada banyak hal yang dapat anda lakukan

29
untuk menjaga kesehatan matadan dapat terhindar dari penyakit mata tersebut.

Berikut adalah tips menjaga matadalam Islam.

1. Memakai celak mata ketika hendak tidur

Para ahli medis mengatakan bahwa celak mata memiiki daya guna dan

faedah. Diantara kegunaan yang paling utama adalah untuk menjaga

kesehatan mata, menjaga kejernihan pandangan mata, dan menambah

ketajaman daya pandang serta penglihatan mata, sehingga bisa memandang

dengan jelas dan terang. Celak mata juga berfungsi untuk membersihkan

kotoran-kotoran mata dan memperindah mata.

Adapun saat paling tepat untuk mencelak mata adalah ketika hendak

tidur. Karena pada saat itu ketenangan mata dan kestabilan gerak mta

sangat terjaga, sehingga fungsi celak mata akan berjalan secara optimal di

saat manusia tidur.

2. Melihat warna hijau

Dilaporkan bahwa warna-warna cerah membuat mata kita dengan

mudah lelah, warna gelap membuat kita suram dan warna-wana terang

membuat kita nyaman.

Hijau termasuk warna terang. Selebihnya yaitu, warna merah dan

kuning memberikan kesan kecemerlangan sementara cyan dan hijau

memberi kita kesan kedamaian dan kenyamanan. Untuk sistem saraf,

korteks serebral dan retina manusia, cyan dan hijau lebih cocok karena

cyan dan hiaju dapat menyerap sinar lebih ultraviolet yang tidak

membahayakan untuk mata kita dan mengurangi cahaya lebih terang

30
daripada warna lainnya. Tapi apa warna hijau baik untuk kesehatan mata

tidak berarti bahwa dapat melindungi mata kita. Ini berarti bahwa melihat

keindahan alam d sekitar kita dapat membantu mata kita menghilangkan

rasa lelah.

Warna hijau ini disebutkan dalam beberapa ayat dari Kitab Allah,

Al-Qur’an. Firman Allah SWT sebagai berikut:

‫ﻋ ﺒْ ﻘ َ ﺮِ ﱟ‬
‫ي ِﺣ ﺴَ ﺎ ٍن‬ ْ ‫ﺧ‬
َ ‫ﻀ ﺮ ٍ َو‬ ٍ ‫ﻣُ ﺘ ﱠ ﻜ ِ ﺌ ِ ﯿ َﻦ ﻋَ ﻠ َ ﻰٰ َر ﻓ ْ َﺮ‬
ُ ‫ف‬

“Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-


permadani yang indah. “(Q.S. Ar-Rahman [55]:76).
Dalam Al-Qur’an ayat lain, Allah berfirman:
‫ﺣ ﻠ ﱡ ﻮ ا أ َ ﺳَ ﺎ و ِ َر ِﻣ ْﻦ ﻓ ِ ﱠ‬
ٍ‫ﻀ ﺔ‬ ُ ‫ﺳ ﺘ َ ﺒ ْ َﺮ قٌ ۖ َو‬
ْ ِ ‫ﻀ ٌﺮ َو إ‬ ُ ٍ ‫ب ﺳُ ﻨ ْ ﺪ ُ س‬
ْ ‫ﺧ‬ ُ ‫ﻋ ﺎ ﻟ ِ ﯿ َ ﮭ ُ ْﻢ ﺛ ِ ﯿ َ ﺎ‬
َ

‫ﺳ ﻘ َ ﺎ ھ ُ ْﻢ َر ﺑ ﱡ ﮭ ُْﻢ ﺷَ َﺮ ا ﺑ ً ﺎ ط َ ﮭ ُ ﻮ ًر ا‬
َ ‫َو‬

“Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan
dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan
memberikan kepada mereka minuman yang bersih. “(Q.S. Al-
Insan[76]:21).

Dalam ayat yang ketiga, Allah juga berfirman:

ٍ ‫ﻋ ْﺪ ٍن ﺗ َ ْﺠ ﺮ ِ ي ِﻣ ْﻦ ﺗ َ ْﺤ ﺘ ِ ﮭ ِ ﻢُ ا ْﻷ َ ﻧ ْ ﮭ َ ﺎ ُر ﯾ ُ َﺤ ﻠ ﱠ ْﻮ َن ﻓ ِ ﯿ ﮭ َ ﺎ ِﻣ ْﻦ أ َ ﺳَ ﺎ و ِ َر ِﻣ ْﻦ ذَ ھ َ ﺐ‬ َ ِ ‫أ ُو ﻟَٰ ﺌ‬
ُ ‫ﻚ ﻟ َ ﮭ ُ ْﻢ َﺟ ﻨ ﱠ ﺎ‬
َ ‫ت‬

‫ب‬ ِ ِ ‫ﻋ ﻠ َ ﻰ ا ْﻷ َ َر ا ﺋ‬
ُ ‫ﻚ ۚ ﻧ ِ ْﻌ َﻢ ا ﻟ ﺜ ﱠ َﻮ ا‬ َ ‫ﺳ ﺘ َ ﺒ ْ َﺮ ق ٍ ﻣُ ﺘ ﱠ ﻜ ِ ﺌ ِ ﯿ َﻦ ﻓ ِ ﯿ ﮭ َ ﺎ‬
ْ ِ ‫ﻀ ًﺮ ا ِﻣ ْﻦ ﺳ ُ ﻨ ْ ﺪ ُ س ٍ َو إ‬ ُ ‫َو ﯾ َ ﻠ ْ ﺒ َ ﺴ ُ ﻮ َن ﺛ ِ ﯿ َ ﺎ ﺑ ً ﺎ‬
ْ ‫ﺧ‬

‫ﺖ ﻣُ ْﺮ ﺗ َ ﻔ َ ﻘ ً ﺎ‬
ْ َ ‫َو َﺣ ﺴُ ﻨ‬

Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-
sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan
mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang
mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala
yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah; “(Q.S. Al-Kahfi
[18]:31).

31
Doa Menjaga Kesehatan Mata

Mata adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan oleh Allah

SWT kepada semua hamba-Nya. Dengan mata kita nisa melihat indahnya

dunia, bisa melihat mana hal-hal yang baik dan mana hal yang buruk. Maka

bersyukurlah kita semua hingga sampai saat ini masih diberi anugerah yang

luar biasa, kenikmatan yang begitu nikmat yakni kesehatan mata.

Ketika kita dicoba dengan cobaan sakit mata, tentu ini sangat

mengganggu penglihatan kita, kita tidak bisa menikmati indahnya alam

semesta dengan sempurna, tidak seperti biasanya saat mata kita sehat. Maka

bersyukurlah bagi kita semua yang masih diberi kesehatan. Namun jika ada

teman-teman yang kebetulan sedang sakit mata, jangan lupa berusaha untuk

menyembuhkannya. Selain itu juga jangan lupa untuk berdoa agar supaya

penyakit yang mengganggu penglihatan kita ini cepat di angkat oleh Allah

SWT.

Berikut Doa yang dapat di panjatkan ketika kita mengalami rabun atau

mengalami gangguan ketajaman penglihatan pada mata.

ٌ‫ك ا ﻟ ْ ﯿ َ ْﻮ َم َﺣ ِﺪ ﯾ ﺪ‬ َ ‫ﻚ ِﻏ ﻄ َ ﺎ َء‬
َ َ‫ك ﻓَﺒ‬
َ ‫ﺼ ُﺮ‬ َ ‫ﻏ ﻔ ْ ﻠ َ ﺔ ٍ ِﻣ ْﻦ ھ ٰ َ ﺬَ ا ﻓ َ ﻜَ ﺸَ ﻔ ْ ﻨ َ ﺎ‬
َ ْ‫ﻋ ﻨ‬ َ ْ ‫ﻟ َ ﻘ َ ْﺪ ﻛُ ﻨ‬
َ ‫ﺖ ﻓ ِﻲ‬

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami
singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu
pada hari itu amat tajam. “(Q.S. Qaf[50]:22).

32
R. Kerangka Teori

Gadget

1. Komputer
2. Ipad
3. Telepon seluler
4. Laptop
5. Dll

1. Frekuensi penggunaan gadget


2. Durasi penggunaan gadget
3. Jarak penggunaan gadget

Dampak Positif Dampak Negatif

Penurunan Tajam
Snellen Chart
Penglihatan

33
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Pemikiran

Pada penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independen) yaitu

Penggunaan Gadget dan variabel terikat (dependen) yaitu kejadian miopia.

Kerangka konsep dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Durasi penggunaan gadget

Penurunan
Frekuensi penggunaan
Tajam
gadget
Penglihatan

Jarak penggunaan gadget

34
B. Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Definisi Cara Ukur Dan Hasil


No Variabel Skala
Operasional Alat Ukur Ukur

1. Durasi Lamanya waktu Mengisi kuesioner, 1. Durasi Kategori

penggunaan yang digunakan dalam kuesioner Baik k

gadget oleh responden akan diberikan jika

dalam pertanyaan untuk <2

menggunakan mencakup jam

gadget dalam satu penggunaan Buruk

hari, baik di gadget dengan jika

rumah, di sekolah, memberikan >2

maupun di warung skoring 1 pada jam

internet. setiap jawaban

yang benar, dan

skoring 0 untuk

jawaban yang

salah

35
2. Frekuensi Jumlah penggunaan Mengisi kuesioner, ≤ 3 kali Kategori

menggunaka gadget dalam dalam kuesioner dalam k

n gadget sehari. akan diberikan sehari

pertanyaan untuk ≥ 3 kali

mencakup dalam

penggunaan sehari

gadget dengan

memberikan

skoring 1 pada

setiap jawaban

yang benar, dan

skoring 0 untuk

jawaban yang

salah

3. Jarak Angka yang Pengukuran Jauh Kategori

pada saat menunjukkan langsung ≥ 30 cm k

menggunaka seberapa jauh posisi menggunakan Dekat

n gadget mata dengan gadget mistar ke bagian ≤ 30 cm

tengah layar

gadget (mistar)

Miopia Penurunan visus Pemeriksaan visus Baik Numerik

dibawah 6/6 (Snellen chart) jika

dengan koreksi visus

36
lensa negatif, visus 20/20 F

membaik atau 6/6

Buruk

jika >

20/20 F

atau >

6/6

C. Hipotesis

1. H0 (Hipotesis Null)

Tidak terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan penurunan

tajam penglihatan.

2. Ha (Hipotesis Alternatif)

Terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan penurunan tajam

penglihatan.

37
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

1. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Siswa-siswi SMP

Muhammadiyah Unismuh Makassar.

b. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi SMP Muhammadiyah

Unismuh Makassar yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

(1) Kriteria Inklusi

(a) Terdaftar sebagai Siswa-siswi SMP Muhammadiyah Unismuh

Makassar.

(b) Tidak memiliki riwayat trauma atau gangguan penglihatan

selain kelainan refraksi

(c) Bersedia mengikuti penelitian ini

(2) Kriteria Eksklusi

(a) Siswa-siswi SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar yang

memiliki gangguan penglihatan selain kelainan refraksi,

seperti gangguan saraf mata dan trauma pada mata.

(b) Tidak hadir pada saat penelitian .

38
2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar.

B. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan menggunakan

rancangan penelitian analitik observasional dan desain cross sectional

(potong lintang). Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu

kejadian pada waktu yang bersamaan (sekali waktu).

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Besar Sampel

Menggunakan rumus:

(Zα 2PQ + Zβ P1Q1+P2Q2)


1= 2=
(P1 − P2)

Keterangan:

· Kesalahan tipe I = 5%

Zα = 1,960

· Kesalahan tipe II = 20%

Zβ = 0,842

· P2 = Proporsi pajanan pada kelompok kasus sebesar 22,1% = 0.221

· Q2 = 1 - P2

Q2 = 1 - 0,221 = 0,779

P1 = P2 + 0,20

P1 = 0,221 + 0,20 = 0,421

39
· Q1 = 1 - P1

Q1 = 1 – 0,421 = 0,579

· P1 - P2 = selisih proporsi pajanan yang dianggap bermakna, ditetapkan

sebesar =

P1 - P2 = 0,779 – 0,579 = 0,2

· P = Proporsi total = ( P1 + P2 ) / 2

P = ( 0,779 + 0,579 ) / 2

P = 1,358 / 2 = 0,679

· Q=(1-P)

Q = ( 1 – 0,679 ) = 0,321

Nilai diatas dimasukkan ke dalam rumus yaitu sebagai berikut:

( P1Q1+P2Q2) 2
1= 2=[ ( )
]

(1,960√2 X 0,679 X 0,321 + 0,842 0,421 X 0,579+0221, X 0,779)


=
(0,421 – 0,221)

(1,960 0,435 + 0,842 0,243+0,172)


=
(0,421 – 0,221)

(1,960 0,435 + 0,842 0,415)


(0,421 – 0,221)

(1,960 X 0,659 + 0,842X 0,644)


=
(0,421 – 0,221)

(1,29 + 0,54)
=
(0,421 – 0,221)

40
1,29 + 0,54 + 2 1,29 0,54 1,664 + 0,291 + 1,393
= =
0,421 + 0,221 − 2 0,421 0,221 0,17 + 0,04 − 0,18

3,348
=
0,03

= 111,6

Jadi: 1 = 2 = 111,6, maka besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian

ini yaitu minimal 112 orang

2. Metode Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah probability sampling dengan metode simple random sampling.

simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi.

D. Teknik Pengambilan Data

1. Jenis dan Sumber data

Cara pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan data primer

berupa kuisioner.

2. Manajemen Pengolahan data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data.

Pengolahan data dilakukan secara manual. Tujuan pengolahan data adalah

menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dan menyajikannya dalam

susunan yang lebih baik dan rapi. Pengolahan data manual ini melalui 4

tahapan:

a. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban yang kurang

41
lengkap menjadi lengkap. Editing dilakukan di tempat penelitian

sehingga bila terjadi kekurangan atau ketidaksengajaan kesalahan

pengisian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan. Editing

dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, memperjelas

serta melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.

b. Coding

Pada tahapan ini dilakukan kode pada jawaban pertanyaan

dalam kuisioner. Kegunaan koding adalah untuk mempermudah pada

saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

c. Skoring

Memberikan nilai terhadap variabel-variabel dengan mengikuti

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

d. Cleaning

Cleaning yaitu melakukan pengecekan dan pembersihan

terhadap isian data yang tidak lengkap untuk mengindari kesalahan

sebelum data di analisa.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu univariat dan

analisis bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik

dari variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam

kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk pertanyaan.

42
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan

antara variabel independen dan dependen. Untuk melihat apakah ada

hubungan antara penggunaan gadget terhadap kejadian MIOPIA sebagai

digunakan uji chi square. Dasar pengambilan hipotesis penelitian

berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p), yaitu :

a. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak

b. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian diterima

F. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek antara lain

menjamin kerahasiaan identitas responden, hak privasi dan martabat dan hak

untuk bebas dari resiko cedera intrinsik (fisik, sosial, dan emosional).

Dalam penelitian ini, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari

pihak lain dengan mengajukan permohonan izin. Setelah mendapat

persetujuan, barulah penulis menekankan masalah etika yang melalui :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian, bila responden

menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

hak responden.

2. Anonimity

43
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden, tetapi lembaran yang diberikan kode.

3. Confidentialy (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

G. Prosedur/Alur Penelitian

Siswa SMP Muhammadiyah


Unismuh Makassar

Wawancara dengan Pemberian Kuesioner

Pengukuran visus

Visus normal Penurunan


(6/6) tajampenglihatan
(<6/6)

Pegolahan data SPSS

Penjabaran Hasil ‘Hubungan Penggunaan


Gadget Dengan Penurunan Tajam
Penglihatan pada Siswa-siswi SMP
Muhammadiyah Unismuh Makassar
BAB V
HASIL PENELITIAN

44
A. Gambaran Umum Lokasi

Penelitian ini berlangsung selama 1 hari pada tanggal 14 Oktober

2018 di SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar. Sekolah ini terletak di

Jalan Talasapang No.40 D, Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Rappocini,

Kota Makassar Sulawesi Selatan.

B. Gambaran Umum Populasi dan Sampel

Sampel penelitian ini diambil dari data primer dengan menggunakan

kuesioner yang ditanyakan langsung kepada responden serta hasil

pemeriksaan visus yang dilakukan terhadap responden. Total sampel yang

didapat dari penelitian ini sebanyak 112 sampel. Karakteristik sampel dari

penelitian ini yang terdiri dari data mengenai pengetahuan responden tentang

gadget, durasi responden menggunakan gadget dalam sehari, frekuensi,

responden menggunakan gadget dalam sehari, jarak mata responden dengan

gadget ketika menggunakan gadget, serta pemeriksaan visus pada responden.

Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut disusun dalam table

induk (master tabel) dengan menggunakan program komputerisasi yaitu

Microsoft Excel. Dari tabel induk tersebutlah kemudian data dipindahkan dan

diolah menggunakan program SPSS (Statistical Package for the Social

Sciences) for windows version dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi maupun tabel silang (cross tabel).

1. Populasi

45
Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi kelas VIII di SMP

Muhammadiyah Unismuh Makassar.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 112 siswa-siswi kelas VIII di

SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar yang terdiri dari beberapa

kelas yaitu:

Kelas VIII A1 :
29 siswa

Kelas VIII A2 :
26 siswa

Kelas VIII B1 : 16 siswa

Kelas VIII B2 :
20 siswa

Kelas VIII B3 :
21 siswa

C. Analisis Variabel

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dan hasil penelitian

dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan

distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti.

Data tentang penggunaan gadget dibagi menjadi tiga variabel yang terdiri

dari frekuensi penggunaan gadget, durasi penggunaan gadget dan jarak

penggunaan gadget. Durasi diklasifikasikan dalam dua kriteria yaitu

normal dan tidak normal, frekuensi diklasifikasikan dalam dua kriteria

yaitu normal dan berlebihan, serta jarak diklasifikan dalam dua kriteria

yaitu jauh dan dekat. Sedangkan data tentang penurunan tajam penglihatan

46
terdiri dari hasil pemeriksaan visus diklasifikasikan dalam dua kriteria

yaitu normal dan menurun.

a. Tabel 5.1 Data frekuensi responden berdasarkan durasi penggunaan

gadget.

Jumlah (orang) Persentase (%)

Normal 40 35,7

Tidak normal 72 64,3

Total 112 100

Dari hasil penelitian tabel 5.1 diketahui bahwa dari 112 responden

yang di wawancarai peneliti dapat menyimpulkan bahwa paling banyak

murid dengan durasi penggunaan gadget yang tidak normal yaitu

sebanyak 72 murid (64,3%), sedangkan durasi penggunaan gadget yang

normal hanya 40 murid (64,3%).

b. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan frekuensi

penggunaan gadget

Jumlah (orang) Persentase (%)

Normal 44 39,3

Berlebihan 68 60,7

Total 112 100

Sumber : Data Primer

47
Dari hasil penelitian tabel 5.2 bahwa frekuensi penggunaan gadget

yang berlebihan yaitu sebanyak 68 murid (60,7%), sedangkan frekuensi

penggunaan gadget yang normal 44 murid (39,3%).

c. Tabel 5.3 Data frekuensi responden berdasarakan jarak penggunaan

gadget.

Jumlah (orang) Persentase (%)

Jauh 41 36,6

Dekat 71 63,4

Total 112 100

Dari hasil penelitian tabel 5.3 jarak penggunaan gadget yang paling

banyak yaitu jarak dekat sebanyak 71 (63,4%) murid sedangkan jarak

penggunaan gadget yang jauh sebanyak 41 (36,6%) murid.

d. Tabel 5.4 Data frekuensi responden berdasarkan hasil pemeriksaan visus

yang dilakukan.

Jumlah (orang) Persentase (%)

Menurun 33 29,5

Normal 79 70,5

Total 112 100

Dari hasil penelitian tabel 5.4 didapatkan bahwa dari hasil

pemeriksaan visus yang dilakukan lebih banyak yang penglihatannya

menurun yaitu 79 murid (70,5%) dibandingkan dengan penglihatan yang

normal yaitu 33 murid (29,5%).

48
2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dengan

variabel dependen. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi

Square.

a. Tabel 5.5 Hubungan durasi penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan

visus

95%
Hasilpemeriksaan visus
P POR CI
Variabel
Menurun Normal Total Lower Upper
N % N % N % Value
Durasi
Tidak nomal 62 55,4 10 8,9 72 64,3 8,388 3,356 20,695
0,000
Normal 17 15,2 23 20,5 40 35,7
Total 79 70,5 33 29,5 112 100,0

Dari hasil penelitian tabel 5.5 terdapat hasil analisis bivariat hubungan

antara durasi penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus. Dari data diatas

dapat di ketahui bahwa murid yang menggunakan gadget dengan durasi yang

tidak normal dengan visus yang menurun sebanyak 62 murid (55,4%) dan durasi

yang tidak normal dengan visus yang normal sebanyak 10 murid (8,9%),

sedangkan murid yang menggunakan gadget dengan durasi yang normal dengan

yang visus yang normal yaitu sebanyak 23 murid (20,5%) dan durasi yang normal

dengan visus yang menurun sebanyak 17 murid (15,2%).

Dari hasil analisis bivariat uji Chi Square di peroleh P=0,000 (P<0,05)

yang artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel durasi penggunaan

gadget dengan penurunan tajam penglihatan pada Siswa SMP Muhammadiyah

Unismuh Makassar. Dari hasil tes tersebut juga di dapatkan nilai OR (Odds Ratio)

49
sebesar, 8,388 dengan CI 95% 3,356- 20,965 artinya durasi penggunaan gadget

merupakan faktor yang mempengaruhi penurunan tajam penglihatan pada Siswa

SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar.

b. Tabel 5.6 Hubungan frekuensi penggunaan gadget dengan hasil

pemeriksaan visus

95%
Hasilpemeriksaan visus
Total P POR CI
Variabel
Menurun Normal Lower Upper
N % N % N % Value
Frekuensi
58 51,8 10 8,9 68 60,7 6,352 2,597 15,540
Berlebihan
0,000

Normal 21 18,8 23 20,5 44 39,3


Total 79 70,5 33 29,5 112 100,0

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.6 didapatkan hasil bivariat hubungan

antara frekuensi penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus menunjukkan

bahwa murid yang menggunakan gadget dengan frekuensi yang berlebihan

dengan visus yang menurun sebanyak 58 murid (51,8%), dan dengan visus yang

normal yaitu sebanyak 10 murid (8,9%), sedangkan murid yang menggunakan

gadget dengan frekuensi yang normal dengan visus yang normal yaitu sebanyak

23 murid (20,5%), dan murid yang menggunakan gadget dengan frekuensi yang

normal dengan visus yang menurun yaitu sebanyak 21 murid (18,8%).

Dari analisis bivariat uji Chi Square diperoleh P=0,000 (P<0,05) yang

artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel frekuensi penggunaan gadget

dengan penurunan tajam penglihatan pada murid SMP Muhammadiyah Unismuh

50
Makassar. Hasil tes tersebut menunjukkan nilao OR (Odds Ratio) sebesar 6,352

dengan CI 95% 2,597-15,540 artinya frekuensi penggunaan gadget merupakan

faktor yang mempengaruhi penurunan tajam penglihatan pada murid SMP

Unismuh Muhammadiyah Makassar.

c. Tabel 5.7 Hubungan jarak pengguanaan gadget dengan hasil

pemeriksaan visus

Hasil pemeriksaan 95%


visus Total P POR CI
Variabel
Menurun Normal Lower Upper
N % N % N % Value
Jarak
58 51,8 13 11,6 71 63,4 4,249 1,801 10,025
Dekat
0,001

Jauh 21 18,8 20 17,9 41 36,6


Total 79 70,5 33 29,5 112 100,0

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.7 didapatkan hasil analisis bivariat

hubungan antara jarak penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus

menunjukkan bahwa murid yang menggunakan gadget dengan jarak yang dekat

dengan visus yang menurun sebanyak 58 murid (51,8%) dan visus normal

sebanyak 13 murid (11,6%), sedangkan murid yang menggunakan gadget dengan

jarak yang jauh dengan visus yang menurun yaitu sebanyak 21 murid (18,8%)

dan visus yang normal yaitu sebanyak 20 murid (17,9%).

Hasil analisis bivariate uji Chi Square diperoleh P=0,001 (0,05) yang

artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel jarak penggunaan gadget

dengan penurunan tajam penglihatan pada siswa SMP Muhammadiyah Unismuh

Makassar. Hasil tes tersebut menunjukkan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,249

51
dengan CI 95% 1.801-10,025 artinya jarak penggunaan gadget merupakan faktor

yang mempengaruhi penurunan tajam penglihatan pada siswa SMP

Muhammadiyah Unismuh Makassar.

52
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisis Univariat

1. Durasi Penggunaan Gadget

Menurut Kairupan T dalam Lely I. Porotu’o salah satu klasifikasi

yang sering di pakai ialah berdasarkan rekomendasi waktu maksimum dari

The American Academy of Pediaatrics. Asosiasi ini merekomendasikan

maksimum 2 jam sehari/ untuk anak dan remaja di atas 2 tahun untuk

aktivitas di depan layar kaca media elektronik.26

Berdasarkan pernyataan di atas, durasi penggunaan gadget pada

penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu normal ≤ 2 jam dan tidak

normal > 2 jam. Dari hasil univariat didapatkan bahwa paling banyak

murid dengan durasi penggunaan gadget yang tidak normal yaitu sebanyak

72 murid (64,3%), sedangkan durasi penggunaan gadget yang normal

sebanyak 40 murid (35,7%).

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lely I. Porotu’o pada pelajar

Sekolah Dasar Katolik Santa Theresia 02 Kota Manado yang memiliki

screen based activity > 2 jam/hari yang tinggi yaitu 80%. Kairupan T juga

mendapatkan hasil yang sama di SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado

yang menunjukkan bahwa siswa yang memiliki screen time >2 jam/hari

lebih banyak dengan persentase 93,2%.26

53
2. Frekuensi Penggunaan Gadget

Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini di dapatkan

paling banyak frekuensi penggunaan gadget yang normal hanya 44 murid

(39,3%), sedangkan frekuensi penggunaan gadget yang berlebihan yaitu

sebanyak 68 murid (60,7%).

Menurut Wedia Ernawati dalam penelitiannya mengatakan bahwa

tidak terdapat pengaruh secara statistic antar frekuensi lamanya

menggunakan gadget terhadap kejadian miopia pada anak usia sekolah.

Serupa dengan Wedia Ernawati, Ningsih juga dalam penelitiannya tentang

Hubungan Penggunaan Laptop terhadap Fungsi Penglihatan mengatakan

tidak terdapat hubungan antara rata-rata waktu penggunaan laptop dengan

gangguan pada mata.

Berbeda dengan Wedia Ernawati dan Ningsih penelitian yang

dilakukan oleh Fitri Suciana menunjukkan bahwa ada hubungan antara

lama penggunaan gadget dengan kelelahan mata pada anak usia sekolah.27

3. Jarak Penggunaan Gadget

Jarak mata terhadap monitor gadget merupakan hal yang perlu

mendapat perhatian karena turut menetukan kenyamanan pandangan mata


gadget
pengguna , terutama untuk melihat jarak dekat dalam waktu yang

cukup lama. Hasil uji univariat dalam penelitian ini menunjukkan jarak

penggunaan gadget yang paling banyak yaitu jarak dekat sebanyak 71

murid (63,4%), sedangkan jarak jauh hanya 41 murid (36,6%).

54
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh

Rudhiati dimana dari segi jarak terdapat pengaruh jarak pandang saat

menggunakan gadget terhadap ketajaman penglihatan. Responden yang

memiliki kebiasaan menggunakan gadget dengan jarak kurang dari 30 cm

mengalami kelainan ketajaman penglihatan sebesar 66,7%. Sedangkan

hanya sebesar 39,3% responden mengalami kelainan ketajaman

penglihatan dengan kebiasaan menggunakan gadget berjarak lebih dari 30

cm. Penggunaan gadget dengan jarak kurang 30 cm dapat meningkatkan

risiko 3 kali lipat terjadinya miopia karena mata akan berusaha untuk

focus pada objek yang ada di depannya sehingga menyebabkan otot mata

mengalami kelelahan.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dian pada

pekerja pengguna computer di Coporate Customer Care Center (C4) PT.

Telekomunikasi Indonesia yang menunjukkan bahwa 21, 6% responden

yang bekerja dengan jarak monitor >30cm.28

4. Hasil Pemeriksaan Visus

Tajam penglihatan pada anak usia sekolah merupakan masalah

kesehatan yang penting. Deteksi dini dan publikasi mengenai prevalensi

dan faktor yan berhubungan dengan kelainan tajam penglihatan pada

pelajar di Indonesia masih jarang di lakukan. Tajma penglihatan yang baik

sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. Gangguan penglihatan

mempunyai efek negatif terhadap proses pembelajaran dan interkasi sosial

55
sehingga dapat mempengaruhi perkembangan ilmiah dan intelegensi

maupun kemampuan akademis, profesi dasn sosial.29

Hasil uji univariat dari penelitian ini di dapatkan hasil pemeriksaan

visus yang dilakukan lebih banyak yang penglihatannya menurun yaitu 79

murid (70,5%) dibandingkan dengan penglihatan yang normal yaitu 33

murid (29,5%).

Menurut penelitian dari Fachrian dkk persentasi siswa dengan

visus tidak normal 51,9% dan menurut penelitian dilakukan oleh Lely I.

Porotu’o menunjukkan bahwa siswa yang memiliki ketajaman penglihatan

yang tidak normal yaitu berjumlah 65,7%.30

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan durasi penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa murid yang

menggunakan gadget dengan durasi yang tidak normal dengan visus yang

menurun sebanyak 62 murid (55,4%) dan durasi yang tidak normal dengan

visus yang normal sebanyak 10 murid (8,9%), sedangkan murid yang

menggunakan gadget dengan durasi yang normal dengan yang visus yang

normal yaitu sebanyak 23 murid (20,5%) dan durasi yang normal dengan

visus yang menurun sebanyak 17 murid (15,2%).

Hasil uji Chi Square di peroleh P=0,000 (P<0,05) yang

artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel durasi penggunaan

gadget dengan penurunan tajam penglihatan pada Siswa SMP

Muhammadiyah Unismuh Makassar. Dari hasil tes tersebut juga di

56
dapatkan nilai OR (Odds Ratio) sebesar, 8,388 dengan CI 95% 3,356-

20,965 artinya durasi penggunaan gadget merupakan faktor yang

mempengaruhi penurunan tajam penglihatan pada Siswa SMP

Muhammadiyah Unismuh Makassar dan yang menggunakan gadget

dengan durasi >2 jam/hari memiliki peluang 8,3 kali mengalami

penurunan tajam penglihatan dibandingkan dengan murid yang bermain

gadget dengan durasi yang normal yaitu < jam/hari.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian wati yang

mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lama menonton

televisi dengan gangguan tajam penglihatan dengan nilai P=0,000. Hal ini

disebabkan karena screen based activity atau waktu di depan layar kaca

pada anak usia sekolah terlalu tinggu sehingga mempengaruhi ketajaman

penglihatan.30

2. Hubungan frekuensi penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan

visus

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara frekuensi

dengan penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus menunjukkan

bahwa murid yang menggunakan gadget dengan frekuensi yang berlebihan

dengan visus yang menurun sebanyak 58 murid (51,8%), dan dengan

visus yang normal yaitu sebanyak 10 murid (8,9%), sedangkan murid

yang menggunakan gadget dengan frekuensi yang normal dengan visus

yang normal yaitu sebanyak 23 murid (20,5%), dan murid yang

57
menggunakan gadget dengan frekuensi yang normal dengan visus yang

menurun yaitu sebanyak 21 murid (18,8%).

Hasil analisis bivariat uji Chi Square diperoleh P=0,000 (P<0,05)

yang artinya terdapat hubungan signifikan antara variabel frekuensi

penurunan tajam penglihatan dengan kejadian miopia pada murid SMP

Muhammadiyah Unismuh Makassar. Hasil tes tersebut menunjukkan nilao

OR (Odds Ratio) sebesar 6,352 dengan CI 95% 2,597-15,540 artinya

frekuensi penggunaan gadget merupakan faktor yang mempengaruhi

penurunan tajam penglihatan pada murid SMP Unismuh Muhammadiyah

Makassar dan murid yang menggunakan gadget dengan frekuensi yang

berlebihan 6,3 kali lebih beresiko untuk mengalami penurunan tajam

penglihatan.

Penurunan tajam penglihatan pada anak yang frekuensi lamanya

menggunakan gadget dalam kategori berlebihan disebabkan oleh stres

yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stres pada otot akomodasi dapat

terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada objek berukuran

kecil dan pada jarak dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian,

otot-otot akomodasi makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat

dan sebagai akibatnya kelelahan pada mata , stress pada retina dapat

terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan

dan waktu pengamatan yang cukup lama.27

58
3. Hubungan jarak penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus

Berdasarkan hasil analisis bivariat hubungan antara jarak

penggunaan gadget dengan hasil pemeriksaan visus menunjukkan bahwa

murid yang menggunakan gadget dengan jarak yang dekat dengan visus

yang menurun sebanyak 58 murid (51,8%) dan visus normal sebanyak 13

murid (11,6%), sedangkan murid yang menggunakan gadget dengan jarak

yang jauh dengan visus yang menurun yaitu sebanyak 21 murid (18,8%)

dan visus yang normal yaitu sebanyak 20 murid (17,9%).

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh P=0,001 (0,05) yang artinya terdapat hubungan signifikan antara

variabel jarak penggunaan gadget dengan penurunan tajam penglihatan

pada siswa SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar. Hasil tes tersebut

menunjukkan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,249 dengan CI 95% 1.801-

10,025 artinya jarak penggunaan gadget merupakan faktor yang

mempengaruhi penurunan tajam penglihatan pada siswa SMP

Muhammadiyah Unismuh Makassar dan murid yang menggunakan gadget

dengan jarak dekat 4,2 kali lebih beresiko mengalami penurunan tajam

penglihatan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh

Rudhiati dimana dari segi jarak terdapat pengaruh jarak pandang saat

menggunakan gadget terhadap ketajaman penglihatan. Responden yang

memiliki kebiasaan menggunakan gadget dengan jarak kurang dari 30 cm

mengalami kelainan ketajaman penglihatan sebesar 66,7%. Sedangkan

59
hanya sebesar 39,3% responden mengalami kelainan ketajaman

penglihatan dengan kebiasaan menggunakan gadget berjarak lebih dari 30

cm. Penggunaan gadget dengan jarak kurang 30 cm dapat meningkatkan

risiko 3 kali lipat terjadinya miopia karena mata akan berusaha untuk

focus pada objek yang ada di depannya sehingga menyebabkan otot mata

mengalami kelelahan.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dian pada

pekerja pengguna computer di Coporate Customer Care Center (C4) PT.

Telekomunikasi Indonesia yang menunjukkan bahwa 21, 6% responden

yang bekerja dengan jarak monitor >30cm.31

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian hubungan penggunaan gadget dengan penurunan tajam

penglihatan pada siswa SMP Muhammadiyah Unismuh Makassar terdapat

beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Keterbatasan sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat kurang

sehingga data yang diapatkan oleh peneliti masih minimal.

2. Keterbatasan waktu

Masih banyak faktor yang mempengaruhi penurunan tajam penglihatan,

namun karena kemampuan peneliti terbatas dalam hal waktu maka

variabel independen yang digunakan terbatas.

3. Adanya penilaian responden yang tidak maksimal

Hal tersebut juga dapat menjadi keterbatasan penelitian, yaitu masih

60
adanya responden yang masih ragu dalam memberikan jawaban dalam

wawancara yang dilakukan peneliti sehingga tidak mendapat hasil yang

akurat dalam wawancara.

61
BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi penurunan tajam penglihatan

pada siswa-siswi SMP Unismuh Makassar Kecamatan Rappocini Kota

Makassar yang memiliki visus menurun lebih tinggi daripada visus yang

normal.

2. Dari hasil uji analisis didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara penggunaan gadget (durasi, frekuensi, dan jarak) dengan penurunan

tajam penglihatan siswa-siswi SMP Unismuh Makassar Kecamatan

Rappocini Kota Makassar.

3. Dari hasil uji analisis didapatkan bahwa penggunaan gadget merupakan

salah satu factor terjadinya penurunan tajam penglihatan pada siswa-siswi

SMP Unismuh Makassar Kecamatan Rappocini Kota Makassar.

B. Saran

1. Siswa-siswi yang memiliki penurunan tajam penglihatan diharapkan

segera memeriksakan mata ke dokter spesialis mata agar segera bisa

diatasi dan tidak semakin memburuk.

2. Sebaiknya orang tua memberikan gadget kepada anak hanya pada waktu

tertentu saja seperti pada hari libur agar dapat mengurangi faktor risiko

terjadinya penurunan tajam penglihatan.

62
3. Diharapkan orangtua juga memperhatikan makanan yang diberikan kepada

anak, disarankan agar memberikan makanan yang mengandung banyak

vitamin A.

4. Kepada instansi kesehatan sebaiknya melaksanakan program preventif

bekerjasama dengan pihak sekolah seperti mengadakan pemeriksaan tajam

penglihatan secara rutin dan edukasi tentang kesehatan mata tidak

diperhatikan.

5. Diharapkan penelitian selanjutnya agar mengkaji dalam mengenai faktor-

faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tajam penglihatan.

63
DAFTAR PUSTAKA

1. Alisyahbana, Iskandar. 1980. Teknologi dan perkembangan. Jakarta: Yayasan


Idayu.
2. Anies. Electrical Sensitivity Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi
Elektromagnetik. Jakarta:PT Elex Media Komputindo;2005.
3. Battung RO. Hubungan radiasi gelombang elektromagnetik telepon seluler
terhadap fungsi pendengaran mahasiswa angkatan 2009 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.[skripsi]. [Manado].Fakultas Kedokteran
Unsrat;2013.
4. Definition of smartphone. [diakses 2016 Agustus 21] tersedia dari
http://www.oxforddictionaries.com/d efinition/english/smartphone.
5. Ernawati, Budiharto, Winarianti. (2015). Pengaruh Penggunaan Gadget
Terhadap Penurunan Tajam Penglihatan pada Anak Usia Sekolah (6- 12
Tahun) di SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan. Jurnal ProNers, 3, (1).
6. Flynn, Risa Palley. Myopia. c2005 [cited 2005 Dec 31]. Available from:
http://www.healthatoz.com/healthatoz/ Atoz/ency/myopia.jsp.
7. Goss, D. Practice Guideline Care of The Patient with Myopia American
Optometric Association. Optometric Clinical.
8. Handriani, M. (2016). Pengaruh Unsafe Action Penggunaan Gadget Terhadap
Ketajaman Penglihatan Siswa Sekolah Dasar Islam Tunas Harapan. Skripsi,
tidak dipublikasikan, Semarang, Universitas Dian Nuswantoro, Indonesia.
9. Ilyas, S. (2013). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
10. Ilyas H, Sidarta. Kelainan refraksi dan koreksi penglihatan. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2004
11. Ilias S. Kelainan Refraksi dan Kacamata. Edisi kedua. Jakarta; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
12. Midelfart A and Hertes S. Myopia Among Medical Student in Norway Invest
Ophthlamol 45 sci 46: E. Abstract 2005 ;562

64
13. Melita PA. Hubungan Antara Riwayat Miopia di Keluarga dan Lama
Aktivitas Melihat Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa PSPD UNTAN
angkatan 2010- 13 JOM FK Vol 1, No 2, Oktober 2014 2012. [skripsi]
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura . 2013
14. Mohammad Jimbo Helmi Wibisono. Kelainan Refraksi. Diunduh dari:
http://www.scribd.com/116345970/3154- 3271-1-PB
15. Pullicino, Peter. Myopia: an example of how an uncertain medical theory
leads to public ignorance, and industry capitalization
16. Rani B, Singh U, Maheshwari R. Cell phone radiation and health : an
outlook. Bulletin of Environment, Pharmacology & Life Sciences.
2011:8;108
17. Raudhah el jannah, Kemajuan teknologi dan pengaruh terhadap kehidupan
remaja, (on–line) (http://www. Bawean net.com), diakses pada tanggal 24
Oktober 2010
18. RNIB. High degree myopia. c2005 [cited 2005 Dec 31]. Available from:
http://www.rnib.org.uk/xpedio/groups/public/documents/PublicWebsite/publi
c_rnib003657.hcs p.htm
19. Vaughan D, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Edisi 14. Jakarta:
Widya Medika; 2000
20. Windsor, Richard L, Windsor, Laura K. Understanding vision loss from
pathological myopia. c2005 [cited 2005 Dec 31]. Available from:
http://www.eyeassociates.com/
images/understanding_vision_loss_from_p.htm
21. Christo F.N. Bawelle., Fransiska Lintong., Jimmy Rumampuk, 2016. Hubungan
Penggunaan Smarthphone Dengan Fungsi Penglihatan Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan 2016. Available from :
https://media.neliti.com/media/publications/68414-ID-hubungan-
penggunaan-smartphone-dengan-fu.pdf
22. Trisna Ika Fitri. 2017. Hubungan Lama Penggunaan Dan Jarak Pandang Gadget
Dengan Ketajaman Penglihatan Pada Anak Sekolah Dasar Kelas 2 Dan 3 di SDN
027 KOTA Samarinda

65
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/192/SKRIPSI.pdf?seque
nce=2&isAllowed=y
23. Putri A. 2016. Skripsi Miopia Univesitas Andalas. Available from :
http://scholar.unand.ac.id/10344/1/BAB%20I%20%28Pendahuluan%29.pdf
24. Widyastuti.2010. Hubungan Penggunaan Smartphone Dengan Kejadian Myopia
Pada Remaja SMP di Yogyakarta. Available from :
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=Peneli
tianDetail&act=view&typ=html&buku_id=102654&obyek_id=4
25. Inez Sharfina Primadani. KTI Tinjauan Pustaka Availabe from:
http://eprints.undip.ac.id/57598/3/INEZ_SHARFINA_PRIMADIANI_22010
113120056_Lap.KTI_Bab2.pdf
26. http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab3/2007-2-00539%20BAB%20III.pdf
27. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/45817/Chapter%20II.
pdf?sequence=4
28. file:///C:/Users/User/Downloads/S2-2015-302902-chapter1.pdf

66
KATEGORI KATEGORI KATEGORI
NO NAMA KELAS FREKUENSI DURASI JARAK VOD VOS HASIL
FREKUENSI DURASI JARAK

1 NHRA VIII A2 > 3kali Berlebihan > 2 jam tidak normal < 30 cm Dekat 6 per 20 6 per 20 menurun

2 NF VIII A2 < 3kali normal > 2 jam tidak normal > 30 cm Jauh 6 per 6 6 per 6 normal

3 MFAF VIII B1 > 3kali Berlebihan < 2 jam normal < 30 cm dekat 6 per 6 6 per 6 normal

4 MAAG VIII B1 > 3kali Berlebihan > 2 jam tidak normal < 30 cm dekat 6 per 6 6 per 6 normal

5 AZR VIII B1 < 3kali normal < 2 jam normal > 30 cm Jauh 6 per 6 6 per 6 normal

6 MAAO VIII A1 > 3kali Berlebihan > 2 jam tidak normal < 30 cm dekat 6 per 6 6 per 20 menurun

7 MAY VIII B2 > 3kali Berlebihan > 2 jam tidak normal < 30 cm dekat 6 per 6 6 per 6 normal

8 AAT VIII B2 < 3kali normal < 2 jam normal < 30 cm dekat 6 per 6 6 per 6 normal

9 MRP VIII B2 > 3kali Berlebihan > 2 jam tidak normal < 30 cm dekat 6 per 6 6 per 6 normal

10 YS VIII B2 > 3kali Berlebihan < 2 jam normal > 30 cm Jauh 6 per 20 6 per 20 menurun

11 NHRA VIII A2 > 3kali Berlebihan > 2 jam tidak normal < 30 cm Dekat 6 per 20 6 per 20 menurun
NO NAMA KELAS FREKUENSI SKOR DURASI SKOR JARAK SKOR HASIL SKOR

TIDAK
1 NHRA VIII A2 BERLEBIHAN 1 1 DEKAT 1 MENURUN 1
NORMAL
TIDAK
2 NF VIII A2 NORMAL 0 1 JAUH 0 NORMAL 0
NORMAL

3 MFAF VIII B1 BERLEBIHAN 1 NORMAL 0 DEKAT 1 NORMAL 0

TIDAK
4 MAAG VIII B1 BERLEBIHAN 1 1 JAUH 0 NORMAL 0
NORMAL

5 AZR VIII B1 NORMAL 0 NORMAL 0 JAUH 0 NORMAL 0

TIDAK
6 MAAO VIII A1 BERLEBIHAN 1 1 DEKAT 1 MENURUN 1
NORMAL
TIDAK
7 MAY VIII B2 BERLEBIHAN 1 1 DEKAT 1 NORMAL 0
NORMAL

8 AAT VIII B2 NORMAL 0 NORMAL 0 DEKAT 1 NORMAL 0

TIDAK
9 MRP VIII B2 BERLEBIHAN 1 1 DEKAT 1 NORMAL 0
NORMAL

10 YS VIII B2 BERLEBIHAN 1 NORMAL 0 JAUH 0 MENURUN 1

11 NHRA VIII A2 BERLEBIHAN 1 NORMAL 0 JAUH 0 MENURUN 1


INFORM CONCENT SISWA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk ikut
ber-partisipasi pada penelitian yang berjudul “Hubungan Penggunaan Gadget
Dengan Penurunan Tajam Penglihatan pada Siswa-Siswi SMP Unismuh
Makassar”. Selanjutnya saya telah membaca lembaran informasi penelitian dan
telah diterangkan beberapa poin berikut ini :
1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Hubungan Penggunaan
Gadget Dengan Penurunan Tajam Penglihatan pada Siswa-Siswi SMP
Unismuh Makassar Penelitian ini akan melibatkan partisipasi saya sebagai
individual.
2. Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela dan saya dapat
mengundurkan diri kapan saja tanpa adanya hukuman, tekanan maupun denda
dari pihak peneliti.
3. Saya mengerti bahwa informasi yang saya berikan tidak akan dipublikasikan
kepada pihak yang tidak berkepentingan dalam penelitian ini.

Setelah mempertimbangkan poin-poin diatas, saya menyetujui untuk


berpartisipasi dalam penelitian ini.
Data Responden :
Nama Responden :
Tempat/tanggal lahir :
Makassar, September 2018
Responden Penelitian
KUESIONER PENELITIAN

Mohon diberikan tanda centang (√) pada jawaban yang sesuai!

1. Apakah anda tahu tentang gadget?


Ya
Tidak

2. Apa saja yang bisa dikategorikan sebagai gadget?


Komputer
Laptop
Ipad
Televis
Radio
Handphone/smartphone

3. Setelah mengetahui contoh gadget di atas, gadget mana yang sudah anda
miliki?
Komputer
Laptop
Ipad
Televis
Radio
Handphone/smartphone

4. Gadget mana yang paling anda suka untuk anda gunakan?


Komputer
Laptop
Ipad
Televis
Radio
Handphone/smartphone

5. Berapa lama anda menggunakan gadget dalam sehari?


≤ 2 jam
> 2 jam

6. Berapa kali anda main gadget dalam sehari?


≤ 3 kali dalam sehari
> 3 kali dalam sehari
ANALISIS UNIVARIAT

Frequencies

Statistics

interpretas
Durasi frekuensi jarak i

N Valid 112 112 112 112

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

Durasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 40 35.7 35.7 35.7

tidak normal 72 64.3 64.3 100.0

Total 112 100.0 100.0

Frekuensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 44 39.3 39.3 39.3

berlebihan 68 60.7 60.7 100.0


Frekuensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 44 39.3 39.3 39.3

berlebihan 68 60.7 60.7 100.0

Total 112 100.0 100.0

Jarak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Jauh 41 36.6 36.6 36.6

dekat 71 63.4 63.4 100.0

Total 112 100.0 100.0

Hasil pemeriksaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 33 29.5 29.5 29.5

Menurun 79 70.5 70.5 100.0

Total 112 100.0 100.0


ANALISIS BIVARIAT

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

durasi * tidak
112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
normal

DURASI* HASIL PEMERIKSAAN

Crosstabulation

Hasil Pemeriksaan

Normal menurun Total

Durasi normal Count 23 17 40

% of Total 20.5% 15.2% 35.7%

tidak normal Count 10 62 72

% of Total 8.9% 55.4% 64.3%

Total Count 33 79 112

% of Total 29.5% 70.5% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value Df (2-sided) sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 23.532a 1 .000

Continuity Correctionb 21.481 1 .000

Likelihood Ratio 23.230 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 112

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.79.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for durasi


8.388 3.356 20.965
(normal / tidak normal)

For cohort hasil


4.140 2.196 7.803
pemeriksaan = normal

For cohort hasil


.494 .340 .716
pemeriksaan = menurun

N of Valid Cases 112


FREKUENSI* HASIL PEMERIKSAAN

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

frekuensi * hasil
112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
pemeriksaan

Crosstabulation

Hasil Pemeriksaan

Normal Menurun Total

frekuensi Normal Count 23 21 44

% of Total 20.5% 18.8% 39.3%

Berlebihan Count 10 58 68

% of Total 8.9% 51.8% 60.7%

Total Count 33 79 112

% of Total 29.5% 70.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Exact
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 18.140a 1 .000


Continuity Correctionb 16.378 1 .000

Likelihood Ratio 18.106 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 112

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.96.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for frekuensi


6.352 2.597 15.540
(normal / berlebihan)

For cohort hasil


3.555 1.878 6.729
pemeriksaan = normal

For cohort hasil


.560 .404 .774
pemeriksaan =menurun

N of Valid Cases 112

JARAK* HASIL PEMERIKSAAN

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total


N Percent N Percent N Percent

durasi * tidak
112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
normal

Crosstabulation

Hasil Pemeriksaan

normal menurun Total

durasi normal Count 23 17 40

% of Total 20.5% 15.2% 35.7%

tidak normal Count 10 62 72

% of Total 8.9% 55.4% 64.3%

Total Count 33 79 112

% of Total 29.5% 70.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Exact
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 23.532a 1 .000

Continuity Correctionb 21.481 1 .000

Likelihood Ratio 23.230 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 112


a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.79.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for durasi


8.388 3.356 20.965
(normal / tidak normal)

For cohort Miopi = tidak


4.140 2.196 7.803
miopia

For cohort Miopi = miopia .494 .340 .716

N of Valid Cases 112

Anda mungkin juga menyukai