SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi
beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,
saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan
Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar
Sumatera Utara.
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada
kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan
4. Fitri Ardiani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu
vi
Universitas Sumatera Utara
5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan Dr. Dra. Jumirah,
Apt., M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang memberikan masukan dan saran
6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
Masyarakat USU.
7. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan
8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak
Samosir, S.T.
Management.
10. Teristimewa untuk Orangtua tercinta Rudi Syahputra, S.E. dan Erni Triana
Mulyati yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis.
11. Terkhusus untuk saudara dan saudari tercinta Nindy, Isnaini, Nadia dan
12. Teman Terdekat saya Chaidir Bahri Nasution yang selalu membantu serta
13. Teman-teman yang selalu membantu saya Adilah, Ulfa, Puspa, Bayu, Aliyah,
vii
Universitas Sumatera Utara
14. Teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat 2015 dan teman-teman
lainnya yang memberikan motivasi serta berbagai ilmu kepada penulis dalam
itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Tinjauan Pustaka 8
Remaja 8
Gizi Seimbang 8
Kebiasaan Makan 14
Penilaian Konsumsi Makan 15
Masalah Gizi pada Remaja 16
Pengetahuan 17
Pengetahuan Gizi 19
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 21
Kurang Energi Kronis (KEK) 22
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian KEK 24
Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK 25
Landasan Teori 26
Kerangka Teori 26
Kerangka Konsep 27
Hipotesis Penelitian 28
ix
Universitas Sumatera Utara
Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 31
Metode Pengukuran .................................................................................. 31
Metode Analisis Data ................................................................................ 34
Pembahasan ......................................................................................................... 50
Pengetahuan Gizi Kurang Energi Kronis (KEK) ...................................... 50
Kebiasaan Makan ..................................................................................... 52
Jenis Makan ............................................................................................... 53
Jumlah Makanan ....................................................................................... 54
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Remaja Putri ..................................... 58
Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK ............................... 60
Hubungan Kecukupan Energi dengan Kejadian KEK 62
Hubungan Kecukupan Karbohidrat dengan Kejadian KEK ..................... 64
Hubungan Kecukupan Lemak dengan Kejadian KEK.............................. 65
Hubungan Kecukupan Protein dengan Kejadian KEK ............................. 66
Hubungan Kecukupan Zat Besi dengan Kejadian KEK ........................... 67
Hubungan Kecukupan Vitamin C dengan Kejadian KEK ........................ 68
Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 68
x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel
No Judul Halaman
xi
Universitas Sumatera Utara
15. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Kebiasaan
Makan di Agency Elmode Management 45
xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1. Kerangka teori 26
2. Kerangka konsep 27
xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran
1. Kuisioner Penelitian 77
2. Master Data 84
3. Output SPSS 88
xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah
xv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup
13 Oktober 1997. Penulis beragama islam, anak dari Rudi Syahputra, S.E. dan
Erni Triana Mulyati. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.
Tahun 2002. Pendidikan sekolah dasar di SD N 101786 Helvetia lulus pada Tahun
2009, sekolah menengah pertama di SMP N 1 Labuhan Deli lulus pada Tahun
2012, sekolah menengah keatas di SMK Dharma Analitika Medan lulus pada
Tahun 2015 dan pada tahun yang sama penulis terdaftar masuk ke Program Studi
Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN).
xvi
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Latar Belakang
menjadi fokus utama sebuah negara karena sangat berkaitan dengan kualitas hidup
manusia. Masalah di bidang gizi sangatlah kompleks yakni kasus gizi kurang
karena kurangnya asupan gizi pada jangka pendek maupun panjang. Kurangnya
menyantap zat gizi tertentu bisa menyebabkan gizi kurang. Seperti : kurang energi
protein (KEP), kurang vitamin A (KVA), gangguan akibat kurang yodium (Gaky).
Sebaliknya kasus gizi lebih disebabkan berlimpahnya asupan zat gizi yang masuk
ke dalam tubuh.
Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi di Indonesia
masalah tersebut akan terjadi kalau asupan energi, protein, tidak kuat untuk
mencukupi kebutuhan tubuh manusia. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang
bersamaan, meskipun lebih sering dominan pada salah satu dibandingkan yang
lainnya. Salah satu bentuk KEP adalah Kurang Energi Kronis (KEK), yang cukup
banyak terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu kelompok wanita remaja
atau dewasa.
dimana seseorang berada dalam keseimbangan energi, yaitu asupan energi dan
pengeluaran energi dalam keadaan seimbang ataupun sama, walaupun berat badan
rendah dan persediaan energi tubuh rendah. Kondisi tubuh pada penderita KEK
1
Universitas Sumatera Utara
2
berada dalam keadaan peningkatan risiko terhadap gangguan fungsi dan kesehatan
pada tubuhnya.
wanita usia subur. Asupan energi dan protein yang tidak tercukupi pada WUS
dapat menyebabkan KEK. Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dengan
rentang usia 15-49 tahun. Salah satu indikator untuk mengetahui status gizi serta
mendeteksi risiko KEK pada WUS adalah pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LiLA). Di Indonesia digunakan ambang batas nilai rerata LiLA <23,5 cm untuk
Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri yaitu kurangnya asupan
zat gizi yang mengakibatkan kurang gizi yaitu terlalu kurus yang dapat memicu
terjadinya Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan dapat terkena anemia karena
Kronik (KEK) pada remaja putri yang tidak hamil pada tahun 2007 yaitu 30,9%,
pada tahun 2013 meningkat menjadi 46,6%, dan menurun kembali pada tahun
Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun.
Menurut BKKBN (2018) remaja usia 10-24 tahun. Remaja adalah masa yang
kehidupan. Masa tersebut dapat dilihat dengan pertumbuhan dan perubahan yang
cepat dari masa kanak-kanak menjadi dewasa muda. Perubahan biologis yang
dan berat badan, akumulasi massa tulang dan juga perubahan komposisi tubuh.
moral dan etika harga diri, persepsi bentuk tubuh dan kesadaran seksualitas
Adanya ketertarikan dengan lawan jenis juga merupakan salah satu alasan
dan motivasi remaja putri untuk menjadi lebih kurus, sehingga memungkinkan
mereka untuk mempunyai body image negatif, terlebih lagi adanya majalah
fashion wanitayang menonjolkan tipe ideal wanita yang sangat kurus. Khususnya
pada model remaja putri hal ini dapat menyebabkan mereka kecewa dengan
bentuk tubuh mereka.Karakteristik fisik yang paling menonjol dari model remaja
putri adalah mereka memiliki badan yang cukup kurus. Paparan model majalah
Faktor lain yaitu pengaruh sosial budaya, terutama media, keluarga dan
bentuk tubuhnya. Hal ini menyebabkan diet dan upaya lainnya untuk mengejar
bentuk tubuh kurus, yang akhirnya berdampak pada gejala eating disorder Gaya
hidup yang tidak sehat serta kurangnya kesadaran remaja akan kesehatan
mengakibatkan banyak remaja yang makan tidak sesuai dengan kebutuhan pada
pengetahuan tentang gizi yang baik lebih memilih makanan yang sehat dan jarang
Menurut hasil Depkes RI (2008) sebanyak 93,6% remaja usia 10-14 tahun
dan 93,8% usia 15-24 tahun kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Menyantap
sayur dan buah kurang dari lima kali sehari termasuk dalam kategori kurang.
jumlah asupan konsumsi makan dan zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan
nantinya akan berdampak terhadap status gizi yang tidak baik (Artika, 2016).
Pertumbuhan fisik dan perkembangan dramatis yang dialami oleh remaja secara
mencapai pertumbuhan yang optimal dibutuhkan asupan gizi yang cukup. Asupan
gizi yang tidak cukup akan berpengaruh terhadap masalah gizi. Asupan gizi
memperoleh asupan gizi dalam jumlah berlebihan akan mengakibatkan gizi lebih
(Almatsier, 2004)
Kegagalan mencapai status gizi yang optimal akan berdampak pada status
gizi dan kesehatan saat ini dan juga berdampak pada status gizi generasi penerus.
Status gizi kurang akan meningkatkan resiko terhadap penyakit, terutama akan
Management harus memiliki beberapa kriteria, terutama untuk remaja putri harus
memiliki badan minimal bentuk tubuh yang ideal tujuannya agar terlihat lebih
tes sehingga remaja yang resmi menjadi murid di Agency Elmode Management
kota Medan benar-benar orang yang terpilih. Maka tidak heran jika murid di
Agency Elmode Management memiliki jumlah murid yang tidak terlalu banyak
(terbatas).
kategori SD umur 9-12 tahun yaitu 23 orang, kategori SMP umur 13-15 tahun
yaitu 10 orang, kategori SMA umur 16-19 tahun yaitu 33 orang. Model remaja
putri di Agency Elmode memiliki aktifitas bersekolah dan berkuliah dari pagi
hingga sore (selama 12 jam) hampir setiap hari. Ada juga yang mengikuti les atau
Management yang dilakukan mulai dari jam 7 malam sampai jam 10 malam.
Berat badan pada model remaja putri di Agency Elmode Management kota
Medan termasuk kategori kurus (Hasil Z-Score = -3 SD – <-2 SD). Para model
biasanya lebih fokus pada risiko kelebihan berat badan, mereka tidak mengetahui
kondisi bobot tubuh di bawah angka normal dapat menyebabkan penyakit asam
lambung, paru-paru, gagal jantung, gizi kurang, penyebab badan terlalu kurus juga
Untuk mengetahui lebih jelas ada tidaknya hubungan pengetahuan gizi dan
kebiasaan makan dengan kejadian KEK pada remaja putri di Agency Elmode
Perumusan Masalah
masalah dari penelitian ini yaitu masih banyak terdapat model remaja putri yang
berpostur tubuh kurus di Agency Elmode Management, oleh karena itu penting
kiranya dilakukan penelitian tentang pengetahuan gizi dan kebiasaan makan pada
memiliki postur tubuh kurus serta apakah kebutuhan gizi mereka tercukupi atau
tidak. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dan kebiasaan makan
dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada model remaja putri di Agency
Tujuan Penelitian
remaja putri dengan kejadian KEK di Model Agency Elmode Management kota
Medan.
Manfaat Penelitian
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk instansi yang terkait agar
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, panduan dan referensi
kebiasaan makan pada model remaja putri yang Kurang Energi Kronis (KEK).
Remaja
Remaja atau adolescentia yaitu masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun
dan proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun. Masauremaja
merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan
dan budaya, masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan
Gizi Seimbang
Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan, setiap tahap daur
kehidupan terkait dengan zat gizi yang berbeda. Semua orang sepanjang
kehidupan membutuhkan zat gizi yang sama, namun dalam jumlah yang berbeda.
Zat gizitertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang
spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat dibutuhkan untuk
Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
8
Universitas Sumatera Utara
9
mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau
nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam
pada kebijakan repelita V tahun 1995 dan menjadi bagian dari program perbaikan
gizi. Pada tahun 2009 secara resmi PGS diterima oleh masyarakat, sesuai dengan
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
Gizi remaja. Pada usia remaja 10-18 tahun terjadi proses pertumbuhan
jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, disamping
aktivitas fisik yang tinggi. Besar kecilnya angka kecukupan energi sangat
2001).
kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut.
pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung
berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan
diabetes mellitus, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, dan berbagai
gangguan kulit.
Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang
untuk hidup sehat. Kebutuhan zat gizi masing-masing orang berbeda, salah
sebagai baku evaluasi konsumsi pangan dan gizi, perencanaan menu atau
jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang atau rata-rata kelompok orang agar
hampir semua orang dapat hidup sehat. Penentuan kebutuhan akan zat gizi secara
konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti
15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat.
Secara garis besar, remaja putra membutuhkan lebih banyak energi daripada
remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal
perhari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja
putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi
Tabel 1
Pentingnya gizi pada remaja. Kebutuhan energi dan zat gizi diusia
remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan
zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan usia sebelum dan
nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena
kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual
dan hambatan pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk
mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak,
matangnya organ reproduksi. Laju pertumbuhan badan berbeda antara wanita dan
pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan pria. Karena tubuh
wanita dipersiapkan untuk reproduksi. Sementara pria baru dapat menyusul dua
tahun kemudian. Pertumbuhan cepat ini juga ditandai dengan pertambahan pesat
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pada masa tersebut pertambahan BB
pertambahan pesat TB terjadi pada usia 11 tahun pada wanita dan usia 14 tahun
yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini, remaja
sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun olahraga.
Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan untuk persiapan
perubahan psikologik dan sosial. Terdapat variasi waktu dan lamanya berlangsung
masa transisi dari anak menjadi manusia dewasa yang dipengaruhi oleh faktor
sosio-kultural dan ekonomi. Selain itu, remaja bukanlah kelompok yang homogen
walaupun berada dalam lingkungan sosio-kultural yang sama dengan variasi lebar
dalam hal perkembangan, maturitas dan gaya hidup. Penelitian Blum (1991) pada
remaja 15-18 tahun, didapatkan bahwa remaja lelaki lebih percaya diri, merasa
lebih bahagia dan sehat serta lebih tidak rentan dibandingkan remaja perempuan
yang cenderung merasa kurang puas akan keadaan tubuhnya, kepribadian serta
kesehatannya.
makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55%
dari karbohidrat.
berikut.
kronologis.
5. Zat gizi mikro. Selain zat gizi makro tersebut, zat gizi mikro juga sangat
Tabel 2
Kebiasaan Makan
dan manfaat zat zat gizi yang terkandung didalamnya. Untuk memperoleh
kesehatan tubuh yang optimal, perlu diketahui kualitas sistematis makanan yang
baik dan juga jumlah makanan yang seharusnya dimakan. Kebiasaan makan
merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi status gizi dan kesehatan
seseorang khususnya remaja yang membutuhkan asupan gizi yang cukup dalam
khususnya faktor budaya, secara umum sulit untuk diubah. Kebanyakkan orang
membatasi makanan yang dimakan sesuai dengan apa yang mereka sukai. Remaja
Metode food recall 24 jam. Dalam metode food recall 24 jam mengingat
asupan makan yang dimakan selama 1x24 jam atau hari sebelumnya. Untuk
ukuran porsi. Asupan nutrisi dapat dihitung dengan data komposisi bahan
makanan. Recall 24 jam dilakukan dengan cara mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang berlalu atau 1 hari yang lalu
(Gibson, 2005).
Pencatatan ini menggunakan interview atau wawancara dan dapat dengan cara
mengisi kuisioner yang di isi sendiri. Kuisioner dapat berupa semi kuantitatif,
ketika subjek menanyakan ukuran porsi yang digunakan setiap makanan, dengan
psikologis yang serius. Berdasarkan data dari Riskesdas 2013, prevalensi obesitas
sentral pada usia 15-24 tahun adalah 8,09%. Obesitas memiliki efek samping yang
ini karena meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab
dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab
diabetes mellitus tipe 2, gangguan pada sistem reproduksi, penyakit tulang sendi
(Fliet et al,2015)
secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2002). Pada remaja
badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK) pada umumnya
disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara drastis
pada remaja perempuan memiliki hubungan erat dengan faktor emosional seperti
takut gemuk seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis (Depkes,
2010). Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein
termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan
yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu
eritrosit lebih rendah dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 –
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu
21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%
penderita berumur 15-24 tahun. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba
yaitu:
terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan
secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau 12 penggunaan hukum, rumus, metode,
obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari
mengelompokkan.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
Pengetahuan Gizi
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga
tidak menimbulkan penyakit dancara mengolah makanan yang baik agar zat gizi
dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmojo, 2003).
pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang
bersangkutan.
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi
makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan erat dengan gizi
dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa sebenarnya
bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan kesadaran
perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati & Fachrurozi 1992 dalam Khomsan et
al, 2004).
mineral). Selain itu, jenis-jenis makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tersebut, baik secara kualitataif dan kuantitatif, akibat atau
(Notoatmodjo, 2007).
kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam
memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al, 1985). Suatu
hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga
kenyataan, yaitu : 1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan. 2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang
tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3) Ilmu gizi memberikan fakta-
fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan
Williams (1993) dalam (Khomsan et al, 2004), menyatakan bahwa masalah yang
menyebabkan gizi tidak baik adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi dan
kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. Pada usia belasan
masih sering dijumpai pengertian yang kurang tepat mengenai konstribusi gizi
dari berbagai makanan. Oleh karena itu timbullah penyakit gizi salah yang
informal. Pendidikan yang dimaksud adalah proses yang dilakukan secara sadar,
berhubungan erat dengan tingkat pendidikan formal ibu. Semakin tinggi tingkat
pendidikan formal ibu, maka akan semakin luas wawasan berpikirnya sehingga
dan protein pada wanita usia subur (WUS) dan orang hamil yang berlangsung
secara terus menerus dan menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu. Kurangnya
asupan energi dan protein tersebut terjadi pada waktu yang lama sehingga
menyebabkan ukuran indeks massa tubuh berada di bawah normal (kurang dari
malnutrisi atau keadaan patologis akibat kekurangan secara relatif atau absolut
satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2013).Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari
segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan
kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi
dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu
yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau
tahapan yaitu: pertama, ketidak cukupan zatgizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi
untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka
akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan adanya penurunan berat
badan (BB). Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan
ditandai dengan adanya tanda yang khas. Kelima, telah terjadi perubahan anatomi
yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik (Supariasa dkk, 2012).
zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi yang ada pada tubuh digunakan untuk
zatgizi akan habis dan akhirnya akan terjadi kemerosotan jaringan (Supariasa dkk,
2012).
faktor yang dapat memengaruhi kejadian KEK l adalah faktor langsung dan faktor
tidak langsung. Faktor langsung terdiri atas asupan makanan atau pola konsumsi
dan infeksi, sedangkan faktor tidak langsung terdiri atas sosial ekonomi yang
utama KEK adalah kekurangan energi pada ibu hamil sejak belum hamil.
Kebutuhan energi yang meningkat saat hamil tidak dapat terpenuhi sehingga
langsung dan tidak langsung. Yang termasuk dalam penyebab langsung adalah
asupan makanan atau pola konsumsi dan infeksi yang diderita. Sedangkan yang
termasuk penyebab tidak langsung ialah penurunan nafsu makan dan konsumsi
ekonomi, pendidikan rendah, produksi pangan yang tidak mencukupi, hygiene dan
sanitasi yang kurang baik, paritas/jumlah anak terlalu banyak, penghasilan rendah,
dll. KEK disebut sebagai penyakit multikausa faktor yang berarti bahwa banyak
dipahami oleh setiap orang termasuk anak usia remaja, kesalahan pemahaman
kebiaasaan makan yang buruk, hal ini berpotensi pada status gizi yang buruk
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dan tertentu dengan
aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal
dengan eating disorder dan status gizi (IMT) remaja di rw 01 tegowanu kulon,
hasil analisis chi square diperoleh nilai p 0.549 yang artinya tidak ada hubungan
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yani (2013) dengan judul
“hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan overweight dan obesitas
dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode survei cross
yang dilakukan ialah nivariat dan bivariat dengan menggunakan uji-chi square.
Hasil penelitian yang didapat tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, asupan
energi, protein, karbohidrat, dan serat dengan obesitas pada mahasiswa UNHAS
angkat 2013.
hubungan antara asupan energi dengan kejadian KEK pada WUS (p=0.589), tidak
(p=0.455) dan tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian
hasil uji analisis antara pola makan dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)
0,02 (p ≤ 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan
Landasan Teori
wanita usia subur. Asupan energi dan protein yang tidak tercukupi pada WUS
dapat menyebabkan KEK. Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dengan
rentang usia 15-49 tahun. Salah satu indikator untuk mengetahui status gizi serta
mendeteksi risiko KEK pada WUS adalah pengukuran Lingkar Lengan Atas
(LiLA). Di Indonesia digunakan ambang batas nilai rerata LiLA <23,5 cm untuk
Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri yaitu kurangnya asupan
zat gizi yang mengakibatkan kurang gizi yaitu terlalu kurus yang dapat memicu
terjadinya Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan dapat terkena anemia karena
Kerangka Teori
Pengetahuan Gizi
Model Remaja
Putri
Faktor Internal :
Faktor Eksternal :
1. kebutuhan dan
1. Karakteristik
Kebiasaan karakteristik
keluarga
Makan dan fisiologis
2. Kebiasaan makan
pola makan 2. Gambaran Tubuh
keluarga
seseorang 3. Kepercayaan diri
3. Teman sebaya
4. Kesukaan makan
4. Fast Food
5. Perkembanan
5. Pengetahuan Gizi
Psikologis
6. Pengalaman pribadi
6. Riwayat penyakit
7. Ketersediaan
Status Gizi dan
Kurang Energi Kronik
(KEK)
Kerangka Konsep
perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada
adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan, tata cara
distibusi makanan dalam anggota keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara
pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan model remaja putri yang bergabung
didunia permodelan.
kebiasaan makan dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada model
Pengetahuan Gizi
Kebiasaan Makan
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian.
Jenis penelitian
dengan kejadian KEK pada remaja putri di Agency Elmode Management Kota
Medan.
Medan.
Populasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja putri berumur 13-
karena populasi dalam penelitian ini relatif mudah dijangkau serta dibantu oleh
pegawai dan pemilik Agency Elmode Management dengan melihat kriteria inklusi
yaitu remaja putri berumur 13-19 tahun, sudah mengalami menstruasi, bersedia
29
Universitas Sumatera Utara
30
(KEK).
berdasarkan dengan jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi sehari-
tentang tingkat kecukupan zat gizi yang dikonsumsi remaja putri sehari-hari yang
KEK. KEK adalah kondisi atau keadaan status gizi remaja putri yang
kuesioner.
Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari data-data yang telah ada
Metode Pengukuran
pengetahuan gizi dan kebiasaan makan dan Kurang Energi Kronis (KEK), dimana
recall 24 jam. Jenis makanan dapat dilihat dari kelengkapan jumlah makanan
kelompok makanan yang dianjurkan dalam 1 hari (2) tidak beragam apabila
Tabel 3
KelompokMakanan JenisMakanan
Kelompok 1 Biji-bijiandanumbi-umbian
Kelompok 2 Kacang-kacangan
Kelompok 3 Kacang-kacangandanbiji-bijian
Kelompok 4 Susu
Kelompok 5 Dagingdanikan
Kelompok 6 Telur
Kelompok 7 Sayuranberwarnahijaugelap
Kelompok 8 Buahdansayuran kaya vitamin A
Kelompok 9 Sayuran
Kelompok 10 Buah-buahan
Sumber : FAO 2016
Kuesioner berisi tentang jenis makanan dan frekuensi makannya dalam hari,
minggu, bulan, tahun atau tidak pernah. Dengan kategori selalu (>1x/hari), kadang
metode food recall 24 jam dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi pada periode 24 jam penuh menggunakan kuesioner food recall.
Kuesioner ini berisi waktu makan, nama masakan jenis bahan makanan yang
dikonsumsi dan dikonversikan menjadi zat gizi (energi dan protein) kemudian
dihitung zat gizi yang dikonsumsi dan hasilnya dibandingkan dengan AKG yang
Kurang apabila < 80% dari total AKG (2) Baik 80-110% dari total AKG (3) Lebih
Tingkat kecukupan zat besi dan vitamin C dibagi menjadi : (1) kurang
apabila <100% dari AKG (2) cukup apabila 100% dari AKG (3) lebih apabila
jumlah makanan yang dikonsumsi dengan kategori : (1) baik, jika jenis makanan
vitamin C dan zat besi baik dan frekuensi makan yang dikonsumsi selalu. (2) tidak
baik, jika jenis makanannya tidak beragam, jumlah energi, protein, karbohidrat,
lemat, vitamin C dan zat besi tidak baik, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi
jarang.
Angka kecukupan gizi (AKG) per orang per hari umur 13-15 tahun, 16-18
Tabel 4
Angka Kecukupan Gizi Per Hari Umur 13-15 Tahun, 16-18 Tahun dan 19-29
Tahun pada Perempuan
berdasarkan IMT/Udengan kategori : (1) Sangat kurus apabila <-3 SD, (2) Kurus
apabila -3 SD– <-2 SD, (3) Normal apabila -2 SD – 1 SD, (4) Gemuk apabila>1
SD – 2 SD. Dapat dikatakan KEK apabila hasil IMT/U yaitu <-3 SD (sangat
kurus).
Jika umur 19 tahun diukur berdasarkan IMT dengan kategori : (1) sangat
kurus apabila < 17,0 (2) Kurus apabila 17-<18,5 (3) normal apabila 18,5-25,0 (4)
2. Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
dilakukan koreksi.
sebagaiberikut:
variabel bebas dan terikat yang bertujuan untuk melihat variasi masing-masing
variabel tersebut berdasarkan hasil dari recall 24 jam dan Form Food Frequency
Questionnaires.
menggunakan uji statistik, uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Uji Chi-Square dengan α = 0, 05. Apabila nilai p kurang dari 0,05maka ada
syarat-syarat penggunaan uji Chi-Square tidak terpenuhi maka akan dilakukan uji
alternatif yaitu Uji Fisher exact dimana uji tersebut digunakan untuk melakukan
analisis pada dua sampel independen yang jumlah sampelnya relatif kecil
didik dengan tujuan melatih kepercayaan diri peserta didik, meningkatkan baik
penampilan luar maupun citra diri dan serta mempelajari materi seperti public
yang bermoral dan berkualitas. Berlokasi di jalan Eka Rukun kecamatan gedung
johor, Agency Elmode Management berdiri pada tanggal 14 februari 1998 oleh
responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan status gizi.
putri yang paling banyak ada pada kelompok umur 15 sampai 17 tahun yaitu 30
orang (69,8%), umur 18-19 tahun yaitu 11 orang (25,6%) dan paling sedikit pada
kelompok umur 13 sampai 14 tahun yaitu 2 orang (4,7%). Data tentang umur
36
Universitas Sumatera Utara
37
Tabel 5
Umur Responden n %
13-14 tahun 2 4,7
15-17 tahun 30 69.8
18-19 tahun 11 25,6
Total 43 100,0
Pendidikan
akademik. Tabel 6 dapat dilihat bahwa pendidikan remaja putri kelompok yang
lebih banyak ada pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu 35 orang (81,4%)
dan paling sedikit ada pada kelompok tingkat pendidikan SMP yaitu 3 orang
(7,0%). Data tentang pendidikan remaja putri tersebut disajikan pada Tabel 6
berikut.
Tabel 6
Pendidikan Responden n %
SMP 3 7,0
SMA 35 81,4
Akademik 5 11,6
Total 43 100,0
tingkat kurus yaitu 23 orang (53,5%), dan paling sedikit yaitu kelompok sangat
kurus yaitu 4 orang (9,3%). Data tentang gambaran status gizi remaja putri
Tabel 7
Status Gizi n %
Sangat Kurus 4 9,3
Kurus 23 53,5
Normal 16 37,2
Total 43 100,0
Hasil distribusi remaja putri terkait dengan Kurang Energi Kronis (KEK).
Diketahui bahwa remaja putri yang tidak terjadi KEK yaitu 39 orang (90,7%)dan
remaja putri yang KEK yaitu 4 orang (9,3%). Data tentang KEK remaja putri
Tabel 8
Kategori n %
KEK 4 9,3
Tidak KEK 39 90,7
Total 43 100,0
sedangkan pada tingkat pengetahuan yang cukup yaitu 13 orang (30,2%). Data
tentang pengetahuan gizi remaja putri tersebut disajikan pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9
Kategori n %
Baik 30 69,8
Cukup 13 30,2
Total 43 100,0
kecukupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, Fe, Vitamin C) dan frekuensi
makanan.
rata-rata konsumsi makan remaja putri di Agency Elmode untuk setiap kali makan
makanan dalam sehari yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah.
Sebanyak 10 orang (23,3%) remaja putri dengan jenis makanan yang beragam
dan sebanyak 33 remaja putri (76,7%) menurut jenis makan tidak beragam karena
hanya jenis makan yang dikonsumsi yaitu makanan pokok, lauk pauk, dan sayur
disukai remaja putri. Distribusi jenis makanan remaja putri di Agency Elmode
Tabel 10
Kategori n %
Beragam 10 23,3
Tidak Beragam 33 76,7
Total 43 100,0
dikonsumsi remaja putri dalam satu hari yang diperoleh melalui formulir food
recall 24 jam. Hasil analisis menunjukkan proporsi terbesar adalah remaja putri
adalah 4 orang (9,3%) dan lebih tidak ada(0,0%). Proporsi terbesar remaja
diikuti baik adalah 3 orang(7,0%) dan lebih tidak ada(0,0%). Proporsi terbesar
diikuti baik adalah 6 orang (14,0%) dan lebih tidak ada (0,0%). Proporsi terbesar
diikuti baik adalah 13 orang(30,2%) dan lebih tidak ada (0,0%). Pada zat gizi
mikro proporsi terbesar remaja putri dengan tingkat kecukupan vitamin C kurang
adalah 36 orang (83,7%), diikuti cukup adalah 7 orang(16,3%) dan lebih tidak ada
(0,0%). Proporsi terbesar remaja putri dengan tingkat kecukupan zat besi (fe)
tidak ada (0,0%). Distribusi asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi
(fe) dan vitamin C pada remaja putri di Agency Elmode dapat dilihat pada Tabel
11 dibawah ini.
Tabel 11
Kategori n=43 %
Energi
Kurang 39 90,7
Baik 4 9,3
Lebih 0 0,0
Karbohidrat
Kurang 40 93,0
Baik 3 7,0
Lebih 0 0,0
Lemak
Kurang 37 86,0
Baik 6 14,0
Lebih 0 0,0
Protein
Kurang 30 69,8
Baik 13 30,2
Lebih 0,0 0,0
Vitamin C
Kurang 36 83,7
Cukup 7 16,3
Lebih 0 0,0
Zat Besi
Kurang 40 93,0
Cukup 3 7,0
Lebih 0 0,0
jenis makanan dimakan oleh remaja putri pada waktu tertentu. Frekuensi makanan
yaitu nasi dengan frekuensi >1x/hari sebesar 79,1% (34 orang) diikuti roti sebesar
39,5% dan mie 9,3%. Proporsi terbesar lemak hewani remaja putri yaitu ayam dan
ikan dengan frekensi 1x/hari masing-masing sebesar 37,2%, dan diikuti telur
46,5%, udang 18,6%, sapi dan kerang memiliki besar yang sama yaitu 7,0%.
Proporsi terbesar protein nabati remaja putri yaitu tempe dengan frekuensi 4-
6x/minggu sebesar 41,9% (18 orang) dan tahu 27,9%. Proporsi terbesar sayuran
remaja putri yaitu kangkung dengan frekuensi 4-6x/minggu sebesar 65,1% (28
orang), dan diikuti bayam 58,1%, daunubi 58,1%, sawi 48,8% dan kol 27,9%.
6x/minggu sebesar 39,5% (17 orang), dan diikuti mangga 37,2%, pisang 34,9%,
jeruk 32,6%, apel 30,2%, semangka 30,2%, dan alpukat 14,0%. Proporsi terbesar
jajanan remaja putri yaitu gorengan dengan frekuensi 4-6x/minggu sebesar 27,9%
(12 orang), dan diikuti kue manis 14,0%, somay 9,3%, bakso 7,0%, dan mie ayam
4,7%.
Tabel 12
Makanan
Pokok
Nasi 34 79,1 9 20,9 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Mie 4 9,3 10 23,3 14 32,6 14 32,6 1 1,2 0 0,0
Roti 17 39,5 14 32,6 7 16,3 3 7,0 1 1,2 1 1,2
Protein
Hewani
Ayam 8 18,6 16 37,2 14 32,6 5 11,6 0 0,0 0 0,0
Sapi 2 4,7 3 7,0 7 16,3 16 37,2 8 18,6 7 16,3
Ikan 9 20,9 16 37,2 13 30,2 4 9,3 0 0,0 1 2,3
Kerang 0 0,0 3 7,0 9 20,9 14 32,6 4 9,3 13 30,2
Udang 2 4,7 8 18,6 11 25,6 19 44,2 3 7,0 0 0,0
Telur 12 27,9 20 46,5 7 16,3 4 9,3 0 0,0 0 0,0
(bersambung)
Tabel 12
Kebiasaan Makan
yaitu baik jika jenis makan beragam, jumlah menurut energi, protein, arbohidrat,
vitamin C dan zat besi baik dan frekuensi makan selalu dan tidak baik jika jenis
vitamin C dan zat besi tidak baik dan frekuensi makan yang dikonsumsi jarang.
Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa kebiasaan makan remaja putri di Agency
Elmode Management yang paling banyak yaitu kategori tidak baik ada 39 orang
(90,7) dan kebiasaan makan remaja putri yang paling sedikit yaitu baik ada 4
orang (9,3) . Distribusi kebiasaan makan remaja putri dapat dilihat pada tabel 13
berikut.
Tabel 13
Kebiasaan Makan n %
Baik 4 9,3
Tidak Baik 39 90,7
Total 43 100,0
dengan tingkat pengetahuan gizi baik pada remaja putri Kurang Energi Kronis
putri Kurang Enegi Kronis (KEK). Hasil uji statistik dengan menggunakan
analisis chi square diperoleh nilai p>0,297 sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan Kurang Energi Kronis (KEK).
Tabel 14
menurut kebiasaan makan diketahui bahwa remaja putri yang memiliki kebiasaan
makan baik dengan kondisi KEK ada sebanyak 1 orang (25,0%) dan remaja putri
yang memiliki kebiasaan makan tidak baik dengan kondisi KEK ada sebanyak 3
orang (75,0%)
tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan kejadia
Kurang Energi Kronis (KEK) pada remaja putri (p>0,256). Data hubungan
kebiasaan makan dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada remaja putri
Tabel 15
Kronis (KEK) terlihat bahwa 4 orang (10,3%) yang tingkat kecukupan energinya
kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan tidak
Kurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai p>1,000, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan energi dengan kejadian
Tabel 16
Energi Kronis (KEK) terlihat bahwa 4 orang (10,0%) yang tingkat kecukupan
karbohidrat kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan
tidak ditemukannya remaja putri dengan tingkat kecukupan karbohidrat baik pada
remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai
Tabel 17
Kronis (KEK) terlihat bahwa 3 orang (91,9%) yang tingkat kecukupan lemak
kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), ditemukannya remaja
putridengan tingkat kecukupan lemak baik yaitu 1 orang (16,7%) pada remaja
putriKurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,465
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan lemak dengan
Tabel 18
Kronis (KEK) terlihat bahwa 4 orang (13,3%) yang tingkat kecukupan protein
kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan tidak
ditemukannya remaja putri dengan tingkat kecukupan protein baik pada remaja
putriKurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai p>0,297,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan protein dengan
Tabel 19
Hasil analisis tingkat kecukupan Zat besi (Fe) dengan kejadian Kurang
Energi Kronis (KEK) terlihat bahwa 4 orang (10,0%) yang tingkat kecukupan zat
besi kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan tidak
ditemukannya remaja putri dengan tingkat kecukupan zat besi cukup pada remaja
putri Kurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai p>1,000,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan zat besi dengan
Tabel 20
Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe)
Remaja Putri
Energi Kronis (KEK) terlihat bahwa 3 orang (8,3%) yang tingkat kecukupan
vitamin C kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), dan
remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu 1 orang (14,3%). Hasil uji
Tabel 21
oleh model remaja putri mengenai gizi seimbang. Metode yang digunakan adalah
memiliki pengetahuan gizi yang baik sementara 30,2% memiliki pengetahuan gizi
yang cukup. Hal ini dikarenakan remaja putri memiliki wawasan dan informasi
yang luas mengenai kesehatan gizi seimbang yang dipelajari disekolah maupun di
luar sekolah. Untuk kuisioner pegetahuan gizi meliputi tentang gizi seimbang,
pengetahuan seseorang adalah: (1) Media cetak. Media cetak adalah alat-alat yang
dapat memberi informasi, media cetak tersebut antara lain: tulisan pada surat
kabar atau majalah yang membahas suatu informasi tentang gizi seimbang, leafet
adalah bentuk penyampaia informasi atau pesan mengenai pengetahuan gizi pada
remaja, poster adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan yang
pesan atau informasi kesehatan. Jenis-jenis media elektronik antara lain: televisi,
Radio, dan Video, dan (3) Media Papan. Media papan merupakan suatu media
50
Universitas Sumatera Utara
51
gizi dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) dengan p>0,297. Dikarenakan
lebih banyak remaja putri sudah memiliki pengetahuan gizi yang baik akan tetapi,
remaja putri dengan pengetahuan gizi baik justru Kurang Energi Kronis (KEK)
bila dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki pengetahuan gizi cukup. Ini
sehari-hari dikarenakan remaja putri takut memiliki badan yang obesitas (Gemuk)
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian dilakukan oleh Dwi (2012),
status gizi dengan uji fisher’s exact test telah didapat nilai p hitung adalah 0,536
yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi.
disorder dan status gizi remaja di rw 01 tegowanu kulon, hasil analisis chi-square
didapat nilai p 0,549 yang artinya tidak ada hubungannya antara pengetahuan gizi
sekolah. Remaja putri terbanyak rata-rata fullday disekolah dan mereka hanya
mencari makanan akan tetapi untuk menemukan makanan sehat dan bergizi
Remaja Putri lebih menyukai mengkonsumsi seperti makanan ringan atau snack.
jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang akan
berdampak pada status gizi berdasarkan jumlah makanan, food frequency dan
recall 24 jam.
remaja putri dengan kategori baik adalah sebesar 9,3% sedangkan yang kategori
kebiasaan makan yang tidak baik sebesar 90,7%. Kebiasaan makan yang baik
apabila jika jenis makannya beragam. Jumlah menurut energi, protein, lemak,
karbohidrat, zat besi dan vitamin C baik serta frekuensi makan selalu.Sedangkan
kebiasaan makan kategori tidak baik jika jenis makannya tidak bergaram, jumlah
menurut energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi dan vitamin C dan frekuensi
makannya kadang-kadang.
lebih banyak memilih jenis makanan yang disukainya tanpa harus melihat
kecukupan zat gizinya tidak terpenuhi. dan jenis makannya tidak lengkap
putri juga sering tidak makan malam dikarenakan setelah pulang latihan mereka
dan nabati) sayur-sayuran dan buahan. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa
remaja putri yang mengkonsumsi jenis makanan yang beragam adalah sebesar
adalah sebesar 76,7%. Dikatakan jenis makanan beragam apabila dalam sehari
remaja putri mengkonsumsi makanan pokok, protein (hewani atau nabati). Sayur-
ini sangat baik dikarenakan tidak satu pun jenis makanan yang mengandung
semua zat gizi yang mampu membuat remaja putri untuk hidup sehat, tumbuh dan
berkembang. Oleh karena itu setiap remaja putri perlu mengkonsumsi aneka
ragam makanan. Karena jika kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu
jenis makanan maka akan dilengkapi oleh zat gizi yang sama dari makanan yang
terpenuhinya kebutuhan tubuh dan kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun,
masing remaja putri jarang memasak daging sapi yang harganya mahal. Dan
Sedangkan lauk nabati seperti tahu dan tempe dikonnsumsi remaja putri
putri adalah sayur kangkung, sayur bayam, sayuran wortel, dan sayuran daun ubi
dirumah.
sesuai umur yaitu umur 13-18 tahun masih kurang dari 2125 kkal/hari. Hal ini
menunjukan bahwa rata-rata konsumsi energi remaja putri KEK dalam sehari
masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang telah dianjurkan.
Kecukupan energi remaja putri sebesar 9,3% dalam kategori baik sedangkan
Management bahwa rata rata konsumsi energi kurang dari 2125 kkal/hari
dilingkungan sekolah seperti batagor, rujak dan lain sebagainya dalam jumlah
porsi yang sedikit hanya 1/2 porsi bahkan lebih kecil sehingga untuk asupan
baik adalah sebesar 30,2 % dan kategori kurang 69,8%. Dari hasil diperoleh lebih
banyak remaja putri yang proteinnya kurang, anjuran AKG protein pada remaja
putri yaitu umur 13-15 tahun 69 g/hari dan umur 16-18 tahun 59 g/hari. Dari hasil
Protein pada remaja putri masih belum tercukupi dikarena remaja putri
mengkonsumsi ikan dalam porsi yang kecil dan tidak setiap hari dikonsumsi.
jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang telah rusak, jika kebutuhan protein
kurang atau tidak terpenuhi maka proses regenerasi sel tubuh pun melambat
(Kusharisupeni 2007).
kurang dari AKG yaitu berdasarkan umur 13-18 tahun 292 g dan 19 tahun 309 g.
Remaja putri lebih banyak memilki karbohidrat yang kurang yaitu sebesar 93,0%
dan yang baik hanya 7,0%. Hal ini dikarenakan remaja putri sering sekali
jumlah karbohidrat yang tidak tercukupi dan mereka juga sering sekali memilih
makanan yang disukainya tanpa harus melihat kandungan gizi yang sangat
dibutuh oleh tubuh. Misalnya bubur ayam dalam jumlah ukuran ½ porsi.
Berdasarkan kategori, kecukupan zat besi pada remaja putri untuk kategori
kurang 93,0 % dan kategori cukup hanya 7,0%. Dari hasil wawancara kepada
remaja putri di Agency Elmode Management telah didapat bahwa remaja putri
kurangnya kesadaran akan pentingnya zat besi (Fe) untuk remaja putri, tetapi ada
beberapa remaja putri yang mengkonsumsi tablet atau suplemen penambah darah
dikarenakan remaja putri memiliki darah rendah yang sering membuat kepala
menjadi pusing. Dari hasil jumlah makanan yang dikonsumsi sehari hari sedikit
sekali kandungan zat besi sehingga zat besi yang terjadi kepada remaja tidak
tercukupi. Maka dari itu remaja putri sangat dianjurkan untuk meminum tablet
penambah darah agar zat besinya tercukupi. Zat besi atau fe sangat berperan
penting khususnya pada remaja putri untuk membentuk hemoglobin. Agar tidak
terjadi anemia pada remaja putri hal ini dikarenakan remaja putri pasti mengalami
putri dalam kategori kurang 83,7% dan yang cukup hanya 16,3%. Dari hasil
banyak mengandung Vitamin C. Misalnya meminum jus jeruk atau jus mangga 1x
seminggu jika lagi ingin saja. Remaja putri juga pernah mengkonsumsi permen
dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan, dan vitamin C
2016)
remaja putri dalam sehari. Adapun frekuensi makan terbagi atas dua yaitu
frekuensi makan menurut makan utama dan frekuensi makan menurut jenis, rata
rata remaja putri mengkonsumsi maknaan dengan frekuensi selalu lebih dari tiga
kali per hari sebesar 79,1 % yaitu terdiri dari makanan utama. Biasanya dengan
jadwal makan yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB sebelum melakukan aktifitas
sekolah , dan siang hari pukul 13.00 WIB pada jam istirahat sekolah dan malam
pukul 19.15 WIB. Hal ini diketahui berdasarkan wawancara dengan remaja putri.
Management bahwa konsumsi makanan pokok remaja putri adalah nasi dengan
ferkuensi sering. Hal ini dikarenakan makanan dalam keluarga selalu di sajikan
nasi, selain itu mie dan roti juga dikonsumsi pada saat sarapan dengan frekuensi
3-5 kali perminggu ketika remaja putri tidak ingin memakan nasi.
pauk remaja putri rata-rata dengan konsumsi ikan dan ayam. Hal ini dikarenakan
gampang di temui di pasar oleh ibu remaja putri untuk disajikan konsumsi sehari-
hari. Konsumsi telur, tempe dan tahu juga dikonsumsi tetapi hanya sekitar 25 g
saja yang dimakan sebagai penambah asupan protein hewani dan nabati.
atau kopi dan kue lainnya, remaja putri jarang meminum teh dan kopi, tetapi
mereka sering memakan sejenis kue dan gorengan. Dikarenakan remaja putri
kurang menyukai kopi dan jarang membuat teh dirumah untuk di minum.
dan asupan energi dalam waktu lama pada remaja putri yang berlangsung secara
terus menerus dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada remaja putri
langsung dan tidak langsung, yang termasuk dalam penyebab langsung adalah
asupan makanan atau pola konsumsi dan infeksi yang diderita. Sedangkan yang
termasuk penyebab tidak langsung ialah penurunan nafsu makan dan konsumsi
ekonomi, pendidikan rendah, produksi pangan yang tidak mencukupi, hygiene dan
sanitasi yang kurang baik, paritas/jumlah anak terlalu banyak, penghasilan rendah,
dll. KEK disebut sebagai penyakit multikausa faktor yang berarti bahwa banyak
spurt pada masa remaja terjadi di fase terakhir masa transisi antara anak-anak dan
ukuran kaki, tulang membesar, nafsu makan meningkat. Dimana di fase ini remaja
putri harus lebih memperhatikan kebiasaan makan yang dkonsumsi. Jika Asupan
zat gizi yang dikonsumsi kurang maka tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang
putri.
terhadap masalah gizi terutama KEK adalah wanita yang mengalami kehamilan
diusia remaja 15-19 tahun. Kehamilan yang terjadi pada usia remaja disertai
dengan kondisi KEK yang asupan gizi yang kurang merupakan kehamilan yang
beresiko tinggi karena terjadi kompetisi nutrisi pada ibu hamil usia remaja dengan
janin yang dikandungnya. Remaja putri pasti akan mengalami proses kehamilan,
jika kehamilan itu terjadi pada saat kondisi KEK maka berdampak terhadap
dirinya sendiri dan juga kepada calon bayi yang akan dilahirkan. Resiko yang
timbul yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan
dari resiko yang di timbulkan maka kebutuhan zat gizi remaja putri meliputi zat
gizi makro dan zat gizi mikro harus tercukupi dengan baik.
yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan seseorang khususnya remaja yang
menurut kebiasaan makan diketahui bahwa remaja putri yang memiliki kebiasaan
makan baik dan dengan kondisi KEK ada sebesar 25,0% dan yang tidak baik
dengan kondisi KEK 75,0%. Sedangkan remaja putri kebiasaan makan baik
dengan kondisi tidak KEK sebesar 7,7% dan remaja putri yang memiliki
kebiasaan makan tidak baik dengan kondisi tidak KEK ada sebesar 92,3%.
tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan kejadian
Management melalui food recall dan food frequency bahwa remaja putri tidak
memiliki kebiasaan makan yang baik secara kategori dilihat dari jenis beragam,
frekuensi makanan sehari hari yang dikonsumsi oleh remaja putri jarang. dilihat
secara Angka Kecukupan Gizi (AKG) jumlah menurut zat mikro dan zat makro
masih kurang. Menurut jenis makan tidak beragam dikarenakan dalam makan
kacangan.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah di dapat bahwa ada remaja yang
memiliki kondisi KEK tetapi memiliki kategori jenis makan yang beragam, dan
kecukupan zat makro dan zat mikronya tercukupi dikarenakan faktor keturunan,
dimana keluarganya memiliki bentuk tubuh rata-rata yang sangat kurus. Hal ini
pada remaja putri di Agency Elmode Management juga disebabkan remaja putri
tersebut masih dalam masa pertumbuhan yaitu umur 13-19 tahun sedangkan hasil
nilai pengukuran KEK yang seharusnya dilakukan pada Wanita Usia Subur
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aisyah 2017 hasil
uji analisis antara hubungan kebiasaan makan dengan IMT menggunakan analisis
Chi-Square, telah didapatkan nilai nilai p yaitu 0,321 (p ≤ 0.05). Hal ini
IMT.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2016,
IMT pada mahasiswa semester 2”. Didapatkan hasil analisis uji statistik Chi
Square anatar pola makan dengan IMT menunjukkan nilai p >0,106 yang artinya
tidak ada hubungan pola makan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
makan pokok dan lauk dengan status gizi dengan hasil uji statistik chi square
faktor, termasuk pengaruh teman sebaya yang ada di sekolah, dan ketersediaan
makanan. Namun menurut khumaidi 1994 ada dua faktor yang mempengaruhi
kebiasaan makan manusia yaitu faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia)
dan instrinsik (yang berasal dari dalam manusia). Kebiasaan makan remaja
dipengaruhi oleh lingkungan, teman sebaya, kehidupan sosial dan kegiatan yang
juga dipengaruhi oleh faktor pemilihan makanan yang disukai remaja danfaktor
umur remaja putri di Agency Elmode Management yang masih dalam masa
remaja putri diperoleh sebanyak 90,7% yang memiliki tingkat energi yang kurang
dan yang memiliki tingkat kecukupan energi baik 9,3%. Sedangkan pada semua
remaja putri asupan energi kurang dengan kondisi KEK ada sebesar 10,3%.
Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja putri lebih banyak yang memiliki
tingkat kecukupan energi kurang. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kejadan Kurang Energi Kronis
Management melalui food recall dan food frequency bahwa di peroleh hasil rata-
rata remaja putri dengan kondisi KEK jumlah energi dibawah jumlah anjuran
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang telah ditentukan yaitu 2125 kkal/hari
dikarenakan sebagian remaja putri yang kurang nafsu makan dan remaja putri
batagor, rujak dan lain sebagainya dalam jumlah porsi yang sedikit hanya 1/2
porsi bahkan lebih kecil sehingga untuk asupan energi tidak terpenuhi dengan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Deny Yuliansih (2007)
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status
gizi. Hal ini dilihat dari responden pada kelompok yang memiliki asupan energi
Asupan energi yang rendah akan berdampak pada status gizi, kurangnya
asupan energi berpengaruh pada ketersediaan zat gizi lainnya seperti karbohidrat,
protein, dan lemak yang merupan sumber energi alternatif. Apabila tubuh
untuk menjadi sumber energi. sehingga fungsi utama dari ketiga zat gizi tersebut
akan menurun. Jika berlangsung lama dalam waktu lama akan terjadi perubahan
Remaja putri mengonsumsi nasi >1x/hari. Selain dari nasi, asupan karbohidrat
remaja putrijuga didapat dari bahan makan lainnya seperti mie dan roti. Sebagian
putri yang mengonsumsi karbohidrat kurang sebesar 10,0% yang KEK dan remaja
putri yang mengonsumsi karbohidrat baik sebesar 0,0% yang KEK. Walaupun p
kecenderungan yang ada dapat dilihat bahwa remaja putri yang mengonsumsi
berat badan mereka sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi asupan
makan yang mereka konsumsi, karena mereka membatasi asupan makanan yang
Asupan zat gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di fakultas kesehatan
memiliki tingkat kecukupan lemak kurang sementara baik 14,0%. Remaja putri
sering mengonsumsi jajanan seperti gorengan, kue manis dan makanan bersantan
tetapi dengan jumlah ½ porsi. Selama remaja putri mengikuti pelatihan di Agency
kecukupan lemak dengan kejadian KEK dengan p value 0,465. Pada tingkat
kecukupan lemak kurang 91,9% yang KEK dan remaja putri dengan tingkat
Asupan lemak remaja putri yang kurang juga di sebabkan oleh karena
jumlah porsi dan frekuensi makan remaja putri yang kurang sehingga belum mapu
memiliki tingkat kecukupan protein kurang dan kecukupan protein dalam ketegori
baik yaitu 30,2%. Ayam dan ikan merupakan sumber protein yang paling banyak
dikonsumsi remaja putri. Untuk sumber protein nabati lebih banyak didapat dari
tempe.
protein dengan kejadian KEK dengan p value <0,297. Walaupun tidak telihat
adanya hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kejadian KEK tetapi,
pada hasil penelitian terlihat kecenderungan bahwa semua responden yang KEK
berat badan karena kelebihan asupan protein tidak disimpan oleh tubuh seperti
Menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara asupan protein dengan kejadian
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Ausa dan syaffuddin
(2013) yang mendapatkan hasil bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna
antara asupan protein dengan kejadia KEK (p=0,208). Namun penelitian ini tidak
sejalan dengan pnelitian oleh Simarmata dan Muchlisa yang menemukan hasil
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status
Gizi (P<0.05)
Zat besi atau fe sangat berperan penting khususnya pada remaja putri
untuk membentuk hemoglobin agar tidak terjadi anemia pada remaja putri hal ini
dikarenakan remaja putri pasti mengalami haid setiap bulan yang dapat
Tingkat kecukupan zat besi remaja putri diperoleh sebanyak 90,0% yang
memiliki tingkat kecukupan zat besi yang kurang dengan kondisi tidak KEK,
sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat zat besi yang kurang dengan
kondisi KEK adalah sebesar 10,0%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya
hubungang antara zat besi dengan kejadian KEK dengan P value <1,000.
Dari hasil wawancara kepada remaja putri telah didapat bahwa konsumsi
zat besi yang kurang pada remaja putri dikarenakan remaja putri lebih banyak
mengkonsumsi makanan atau sayuran yang zat besinya relatif lebih sulit diserap
dan daging putih yaitu ikan atau daging ayam dibandingkan daging merah yaitu
daging sapi, kambing, atau daging domba yang memiliki sumber zat besi relatif
lebih tinggi.
Menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara asupan zat besi dengan
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Hamid (2014) yang
melihat bahwa tidak adanya hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian
dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan, dan vitamin C
2016)
sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang cukup
dengan kondisi KEK adalah sebesar 14,3%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak
adanya hubungang antara vitamin Cdengan kejadian KEK dengan P value <0,523
asupanvitamin C, asam folat dan kalsium tidak terdapat hubungan yang sigifikan
dengan status status gizi (IMT dan LILA) pada remaja putri FKM UNHAS.
Keterbatasan Penelitian
dan food frequency remaja putri susah untuk mengingat jenis makanan yang
22:00 WIB sehingga terkadang jawaban yang diberikan oleh remaja putri tidak
Kesimpulan
besar (69,8%) berusia 15-17 tahun, dengan pendidikan terbanyak adalah SMA
sebesar 81,4%.
2. Sebagian besar remaja putri berstatus gizi kurus sebesar 53,5% dan untuk
remaja putri lebih banyak memiliki jenis makan tidak beragam sebesar 76,7%,
menurut kebiasaan makan remaja putri sebagian besar dengan kategori tidak
baik yaitu sebesar 90,7%. Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan antara
pengetahuan gizi dan kebiasaan makan dengan kejadian KEK pada remaja
remaja putri sudah memiliki pengetahuan gizi yang baik akan tetapi, remaja
putri dengan pengetahuan gizi baik justru Kurang Energi Kronis (KEK) bila
dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki pengetahuan gizi cukup. Ini
sehari-hari.
69
Universitas Sumatera Utara
70
rata remaja putri dalam kategori kurang sebesar 93,0%. Berdasarkan tingkat
kecukupan protein rata-rata remaja putri dalam kategori kurang yaitu 69,8%.
kurang yaitu 86,0%. Menurut tingkat kecukupan zat besi rata-rata remaja putri
dalam kategori kurang sebesar 93,0%, begitu juga menurut tingkat kecukupan
vitamin C rata-rata remaja putri dalam kategori kurang yaitu sebesar 83,7%.
Tingkat kecukupan zat gizi ini sebagian besar termasuk dalam kategori
kurang dikarenakan remaja putri kurang nafsu makan dan remaja putri lebih
batagor, rujak dan lain sebagainya dalam jumlah porsi yang sedikit hanya 1/2
porsi bahkan lebih kecil sehingga untuk asupan energi tidak terpenuhi dan
juga remaja putri masih lebih sering memilih makanan yang disukainya tanpa
5. Resiko-resiko KEK yang terjadi jika asupan gizi terus berkurang ialah
melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), janin mati dalam
kematian.
Saran
2. Diharapkan bagi remaja putri untuk menerapkan pola makan sehat sehari-
hari, mengosumsi vitamin seperti vitamin C dan Zat besi, dan menjaga
Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi (Edisi ke-2). Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Almatsier, S. (2016). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Arisman, M. B. (2014). Buku ajar ilmu gizi dalam daur kehidupan (Edisi 2).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ausa, E. S., Jafar, N. & Indriasari, R. (2013). Hubungan pola makan dan status
gizi ekonomi dengan kejadian KEK pada WUS di Kabupaten Gowa Tahun
2013 (Skripsi, Universitas Hasanuddin). Diakses dari
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2Y
wMjIxMmNhOGVmNmI3ZDUzZTNhMWY5NjUyMDM1MzEzMzg3N
mQ4Nw==.pdf
Azizah, B. & Nita, S. (2014). Hubungan kebiasaan makan gizi seimbang dengan
status gizi (Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan). Diakses
dari http://repository.usd.ac.id/32611/2/158114071_full.pdf
Brown, J. E., Isaacs, J. S., Krinkle, U. B., Lechtenberg, E., Murtaugh, M. A., &
Sharbaug, C. (2011). Nutrition trought the life cycle 2 nd edition. United
States of America: Thomson Wadsworth.
Clay, A. J. (2015). Hubungan body image. Pola konsumsi dan aktifitas fisik
dengan status gizi siswi SMA 21 Bandung (Skripsi, Universitas Pasundan
Bandung). Diakses dari http://repository.unpas.ac.id/29841/.
72
Universitas Sumatera Utara
73
Della, A. & Enny, P. (2017). Tingkat kecukupan zat gizi dan kadar hemoglobin
pada atlet sepak bola tahun 2017. Jurnal of Nutrition College, 6(1), 28-34.
Diakses dari http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc.
Deny, Y. (2007). Hubungan asupan gizi dan gangguan makan pada remaja wanita
Tahun 2007. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(1) 9-17. Diakses dari
http://ejournal.unair.ac.id/JBE/article/download/9499/5350.
Kalanda, B. F. (2007). Maternal antropometry and weight gain as risk factor for
poor pregnancy outcomes is a Rural Area of Southern Malawi. Malawi
Medical Journal, 19(4), 149-153.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Umum Gizi Seimbang. Diakses dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-sepuluh-
pedoman-gizi-seimbang
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Diakses
dari https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20
Riskesdas%202013.pdf.
Khosman, A., Budi, S., Clara, M. K., Diah, K. P., Emmy, S. K., Faisal, A., &
Yayuk, F. B. (2010). Pengantar pangan dan gizi (Edisi ke-3). Depok :
Penebar Swadaya.
Marlenywati. (2010). Risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil remaja
(usia 15-19 tahun) di Kota Pontianak. Tahun 20120 (Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat). Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/
20308990-T%2031704-Risiko%20kurang-full%20text.pdf
Ningsih, F. (2014). Hubungan pola makan dan status sosial ekonomi dengan
kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Tompo
bulu Kabupaten Gowa Tahun 2014 (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar). Diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/
1694/1/firianingsih.pdf
Sediaoetama, A. D. (2010). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta : Dian
Rakyat.
Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya: untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.Supariasa, I. D. N., Bakri,
B. & Fajar, I. (2012). Penilaian status gizi. Jakarta : EGC.
Yani, S., Syam, A., & Alharini, S. (2013). Hubungan pengetahuan gizi dan pola
makan dengan overweight dan obesitas pada mahasiswa Universitas
Hasanuddin (Tesis, Universitas Hasanuddin). Diakses dari
https://core.ac.uk/reader/25496396
KUESIONER
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK pada
Remaja putri di Model Agency Elmode Management kota Medan.
Nomor
Responden
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden
Tempat / Tanggal Lahir
Umur
Pendidikan
Alamat
No HP
* BB
* TB
PENGETAHUAN GIZI
Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut anda benar
NO PERTANYAAN PILIHAN JAWABAN
1. Gizi seimbang adalah a. Pangan yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh
b. Pangan yang menggandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang banyak
c. Pangan yang tidak memiliki zat gizi
didalamnya
2. Apa yang responden a. Makanan yang mahal
ketahui tentang makanan b. Makanan yang menggandung zat-zat gizi
sehat c. Makanan yang mengenyangkan dan enak
rasanya
3. Remaja putri sangat a. Karbohidrat
Jumlah Benar =
Jumlah Salah =
Skor =
Klasifikasi pengetahuan responden :
Cukup, apabila jawaban benar >50 % jawaban benar
FOOD FREQUENCY
Berilah tanda ceklis (√) jika anda mengonsumsi makanan sesuai waktu yang
disediakan
No Nama Bahan Frekuensi Konsumsi
Makanan
>1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3/mg 1-2/thn Tidak
pernah
1. Makanan
Pokok
a. Nasi
b. Mie
c. Roti
d. Lainnya
2. Lemak
Hewani
a. Ayam
b. Daging
sapi
c. Ikan basah
d. Kerang
e. Udang
f. Telur
g. Lainnya
3. Protein
Nabati
a. Tahu
b. Tempe
c. Lainnya
4. Sayuran
a. Bayam
b. Kangkung
c. Sawi
d. Daunubi
e. Tauge
No Nama Bahan Frekuensi Konsumsi
Makanan
>1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3/mg 1-2/thn Tidak
pernah
f. Kol
g. Lainnya
c Buah-buahan
a. Alpukat
b. Apel
c. Jeruk
d. Mangga
e. Pepaya
f. Pisang
g. Semangka
h. Lainnya
6. Jajanan
a. a. Bakso
b. b. Somay
c. c. Mie ayam
d. d. gorengan
e. Kue manis
f. Lainnya
FOOD RECALL
Nama Responden :
Waktu Nama Hidangan Bahan Makanan Zat Gizi
Makan
Jenis Banyaknya E K P L Fe C
Makanan URT Gram
Pagi
Snack
Pagi
Siang
Snack
Sore
Malam
Jumlah Makanan
1. Energi : Kurang < 80% Baik 80-110% Lebih > 110%
1 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,1 Tidak Kek
Kurus
2 19 P Kuliah Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang 15,4 Kurus Tidak Kek
3 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 15,8 Kurus Tidak Kek
Sangat
4 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,1 KEK
Kurus
Sangat
5 13 P SMP Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 14,7 KEK
Kurus
6 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 19,1 Normal Tidak Kek
7 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Baik Baik Baik Kurang Cukup 17,3 Normal Tidak Kek
8 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Cukup Kurang 16,1 Kurus Tidak Kek
9 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang 20,4 Normal Tidak Kek
Sangat
10 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,1 KEK
Kurus
11 15 P SMP Cukup Tidak Beragam Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 18,7 Normal Tidak Kek
12 18 P Kuliah Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek
13 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek
14 19 P Kuliah Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek
15 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Kurang 15,6 Normal Tidak Kek
16 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek
17 18 P Kuliah Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 18,2 Normal Tidak Kek
18 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang 20,8 Normal Tidak Kek
19 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Baik Kurang Kurang Kurang Cukup Cukup 18,4 Normal Tidak Kek
20 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang 15,8 Kurus Tidak Kek
21 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek
22 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek
23 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,4 Kurus Tidak Kek
24 14 P SMP Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Baik Lebih Kurang Kurang 18,5 Normal Tidak Kek
25 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,7 Kurus KEK
26 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,8 Normal Tidak Kek
27 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 17,5 Normal Tidak Kek
28 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 16,9 Normal Tidak Kek
29 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 17,5 Normal Tidak Kek
30 18 P SMA Cukup Beragam Baik Kurang Baik Baik Kurang Cukup 20,8 Normal Tidak Kek
31 19 P Kuliah Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek
32 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek
33 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 22,5 Normal Tidak Kek
34 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Cukup Kurang 16,2 Kurus Tidak Kek
35 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek
36 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,8 Kurus Tidak Kek
37 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Baik Kurang Cukup Kurang 17,6 Normal Tidak Kek
Sangat
38 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Baik Kurang Cukup Kurang 15,2 Tidak Kek
Kurus
39 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,6 Kurus Tidak Kek
40 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 15,9 Kurus Tidak Kek
41 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,2 Kurus Tidak Kek
42 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,4 Kurus Tidak Kek
43 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek
Keterangan
No Res = Nomor Responden
JK = Jenis Kelamin
P = Pendidikan
PG = Pengetahuan Gizi
JM = Jenis Makan
IMT = Indeks Massa Tubuh
E = Energi
K = Karbohidrat
L = Lemak
P = Protein
VitC = Vitamin C
Fe = Zat Besi
KEK = Kurang Energi KronisLampiran 4. Output Analisis Data
Frequencies
Statistics
Umur Remaja
Valid 43
N
Missing 0
Umur Remaja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Statistics
Pendidikan
Valid 43
N
Missing 0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Statistics
Skor Pengetahuan
Valid 43
N
Missing 0
Skor Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Statistics
Jenis FR1 FR1_Karbohirat FR1_Lemak FR1_Protein FR1_Besi FR1_Vitamin
Makanan Energi C
Valid 43 43 43 43 43 43 43
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Jenis Makanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Kebiasaan Makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
FR1 Energi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
FR1_Karbohirat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
FR1_Lemak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
FR1_Protein
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
FR1_Besi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
FR1_Vitamin C
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Count 4 26 30
Baik
% within Skor Pengetahuan 13,3% 86,7% 100,0%
Skor Pengetahuan
Count 0 13 13
Cukup
% within Skor Pengetahuan 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within Skor Pengetahuan 9,3% 90,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,911 1 ,167
b
Continuity Correction ,657 1 ,417
Likelihood Ratio 3,055 1 ,081
Fisher's Exact Test ,297 ,222
Linear-by-Linear 1,867 1 ,172
Association
N of Valid Cases 43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,21.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Count 1 3 4
Baik
% within Kebiasaan Makan 25,0% 75,0% 100,0%
Kebiasaan Makan
Count 3 36 39
Tidak Baik
% within Kebiasaan Makan 7,7% 92,3% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within Kebiasaan Makan 9,3% 90,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,37.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
a
Error
Count 4 35 39
Kurang
% within FR1 Energi 10,3% 89,7% 100,0%
FR1 Energi
Count 0 4 4
Baik
% within FR1 Energi 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1 Energi 9,3% 90,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,37.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Count 4 36 40
Kurang
% within FR1_Karbohirat 10,0% 90,0% 100,0%
FR1_Karbohirat
Count 0 3 3
Baik
% within FR1_Karbohirat 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Karbohirat 9,3% 90,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,331 1 ,565
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,608 1 ,435
Fisher's Exact Test 1,000 ,741
Linear-by-Linear ,323 1 ,570
Association
N of Valid Cases 43
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,28.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Count 3 34 37
Kurang
% within FR1_Lemak 8,1% 91,9% 100,0%
FR1_Lemak
Count 1 5 6
Baik
% within FR1_Lemak 16,7% 83,3% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Lemak 9,3% 90,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,448 1 ,503
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,385 1 ,535
Fisher's Exact Test ,465 ,465
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,56.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Count 4 26 30
Kurang
% within FR1_Protein 13,3% 86,7% 100,0%
FR1_Protein
Count 0 13 13
Baik
% within FR1_Protein 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Protein 9,3% 90,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,911 1 ,167
b
Continuity Correction ,657 1 ,417
Likelihood Ratio 3,055 1 ,081
Fisher's Exact Test ,297 ,222
Linear-by-Linear 1,867 1 ,172
Association
N of Valid Cases 43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,21.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Count 4 36 40
Kurang
% within FR1_Besi 10,0% 90,0% 100,0%
FR1_Besi
Count 0 3 3
Cukup
% within FR1_Besi 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Besi 9,3% 90,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,331 1 ,565
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,608 1 ,435
Fisher's Exact Test 1,000 ,741
Linear-by-Linear ,323 1 ,570
Association
N of Valid Cases 43
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,28.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Count 3 33 36
Kurang
% within FR1_Vitamin C 8,3% 91,7% 100,0%
FR1_Vitamin C
Count 1 6 7
Cukup
% within FR1_Vitamin C 14,3% 85,7% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Vitamin C 9,3% 90,7% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,246 1 ,620
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,221 1 ,638
Fisher's Exact Test ,523 ,523
Linear-by-Linear ,240 1 ,624
Association
N of Valid Cases 43
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,075 ,620
Interval by Interval Pearson's R -,076 ,176 -,486 ,630c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,076 ,176 -,486 ,630c
N of Valid Cases 43
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Foto bersama dengan pemilik agency dan beberapa model remaja putri