Anda di halaman 1dari 121

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBIASAAN

MAKAN DENGAN KEJADIAN KEK PADA REMAJA


PUTRI DI MODEL AGENCY ELMODE
MANAGEMENT KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh

ERDINA RAHMAYANI SYAHFITRI


NIM. 151000419

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBIASAAN
MAKAN DENGAN KEJADIAN KEK PADA REMAJA
PUTRI DI MODEL AGENCY ELMODE
MANAGEMENT KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERDINA RAHMAYANI SYAHFITRI


NIM. 151000419

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 8 September 2020

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Fitri Ardiani, S.K.M., M.P.H.


Anggota : 1. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes.
2. Dr. Dra. Jumirah, Apt., M.Kes.

ii
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK

pada Remaja Putri di Model Agency Elmode Management Kota Medan”

beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini,

saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila

kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2020

Erdina Rahmayani Syahfitri

iii
Universitas Sumatera Utara
Abstrak

Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan menderita kekurangan


makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan. Berdasarkan kebiasaan makan remaja putri dengan kondisi
KEK, tercatat bahwa rata-rata jenis makan sehari-hari remaja putri mengkonsumsi
makanan tidak beragam, dan menurut jumlah makan sehari-hari bahwa rata-rata
mengkonsumsi makanan setengah porsi sekali makan karena nafsu makan kurang
dan remaja putri suka memili-milih makanan. Sedangkan dalam menurut
frekuensi makan menunjukkan bahwa rata-rata remaja putri memiliki frekuensi
makan 3x perhari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan gizi dan kebiasaan makan (jenis, jumlah, dan frekuensi) dengan
kejadian KEK pada remaja putri di Agency Elmode Management kota Medan.
Penelitian ini adalah merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan desain cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 43 remaja putri
di Agency Elmode Management. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan
kuesioner penelitian, form food recall 24 jam dan form food frequency. Uji
statistik yang digunakan adalah uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan
remaja putri masuk dalam kategori KEK sebesar 9,3% dan 90,7% remaja putri
kategori tidak KEK. remaja putri memiliki status gizi dalam kategori kurus
sebesar 53,5%, sedangkan remaja yang memiliki hasil Z-score normal sebesar
37,2%. Hampir seluruh remaja putri memiliki pengetahuan gizi kategori baik
sebesar 69,8%. Berdasarkan hasil uji statistik tidak ditemukannya hubungan
bermakna antara pengetahuan gizi dan kebiasaan makan dengan kejadian KEK
pada remaja putri di Agency Elmode Management Medan.

Kata kunci : Pengetahuan gizi, kebiasaan makan, CED

iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract

Chronic Energy Deficiency (CED) is a condition of suffering from a chronic


shortage of food which results in health problems. Based on the eating habits of
young women with CED conditions, it was noted that the average type of daily
diet for young women did not vary, and according to the amount of daily meals
that the average food consumption was half a portion of food due to lack of
appetite and young women liked choosing food. Meanwhile, the frequency of
eating shows that the average young woman has a frequency of eating 3 times per
day. This study aimed to determine the relationship between knowledge and
eating habits (type, amount, frequency) with the incidence of CED in young
women in the Elmode Management Agency model in Medan. This research is an
analytic observational study with a cross sectional design approach. The sample
of this research was 43 girls in Elmode Management Agency Elmode. Data
obtained by interview using research questionnaire, 24 hour food recall form,
food frequency form, and Z-Score results. The statistical test used was the chi
square test. The results showed that 9.3% of young women were categorized as
CED and 90.7% of girls were not categorized as CED. 9.3% of adolescent girls
had Z-scores in the very thin category and 53.5% of girls had Z-scores in the thin
category, while adolescents who had normal Z-scores were 37.2%. Teenage girls
have good nutritional knowledge of 69.8%. Based on the results of statistical
tests, there was no significant relationship between nutritional knowledge (p>
0.297), eating habits (p> 0.256) and the incidence of CED among young women
in the Elmode Management Agency Model Medan.

Keywords: Nutritional knowledge, eating habits, CED

v
Universitas Sumatera Utara
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan

rahmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK

pada Remaja Putri di Model Agency Elmode Management Kota Medan”.

Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si. selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Fitri Ardiani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu

dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada

penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes. selaku Dosen Penguji I dan Dr. Dra. Jumirah,

Apt., M.Kes. selaku Dosen Penguji II yang memberikan masukan dan saran

untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah

membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat USU.

7. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat USU atas ilmu yang telah diajarkan

selama ini kepada penulis.

8. Pegawai dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terkhusus Marihot Oloan

Samosir, S.T.

9. Pemilik Agency Elmode Management Kota Medan yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Agency Elmode

Management.

10. Teristimewa untuk Orangtua tercinta Rudi Syahputra, S.E. dan Erni Triana

Mulyati yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis.

11. Terkhusus untuk saudara dan saudari tercinta Nindy, Isnaini, Nadia dan

Nadhifa yang telah memberikan semangat kepada penulis.

12. Teman Terdekat saya Chaidir Bahri Nasution yang selalu membantu serta

menyemangatin dalam penyelesaian skripsi.

13. Teman-teman yang selalu membantu saya Adilah, Ulfa, Puspa, Bayu, Aliyah,

Dini, Adjie, dan Intan.

vii
Universitas Sumatera Utara
14. Teman-teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat 2015 dan teman-teman

lainnya yang memberikan motivasi serta berbagai ilmu kepada penulis dalam

meyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari penelitian ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab

itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam

rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan kontribusi yang positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, September 2020

Erdina Rahmayani Syahfitri

viii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Daftar Istilah xv
Riwayat Hidup xvi

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 6
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6

Tinjauan Pustaka 8
Remaja 8
Gizi Seimbang 8
Kebiasaan Makan 14
Penilaian Konsumsi Makan 15
Masalah Gizi pada Remaja 16
Pengetahuan 17
Pengetahuan Gizi 19
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 21
Kurang Energi Kronis (KEK) 22
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian KEK 24
Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK 25
Landasan Teori 26
Kerangka Teori 26
Kerangka Konsep 27
Hipotesis Penelitian 28

Metode Penelitian ................................................................................................. 29


Jenis Penelitian .......................................................................................... 29
Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 29
Populasi dan Sampel ................................................................................ 29
Variabel dan Definisi Operasional ............................................................ 30

ix
Universitas Sumatera Utara
Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 31
Metode Pengukuran .................................................................................. 31
Metode Analisis Data ................................................................................ 34

Hasil Penelitian ..................................................................................................... 36


Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 36
Gambaran Karakteristik Remaja Putri ...................................................... 36
Umur Remaja Putri 36
Pendidikan 36
Gambaran Status Gizi Remaja Putri ......................................................... 37
Gambaran Kurang Energi Kronis (KEK) .................................................. 38
Gambaran Pengetahuan Gizi ..................................................................... 38
Gambaran Kebiasaan Makan Remaja Putri .............................................. 39
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian KEK pada Remaja .......... 44
Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK pada Remaja ......... 45
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Kejadian KEK................. 45
Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Kejadian KEK ........ 46
Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Kejadian KEK ................ 47
Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Kejadian KEK ................ 47
Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi dengan Kejadian KEK .............. 48
Hubungan Tingkat Kecukupan Vitamin C dengan Kejadian KEK .......... 48

Pembahasan ......................................................................................................... 50
Pengetahuan Gizi Kurang Energi Kronis (KEK) ...................................... 50
Kebiasaan Makan ..................................................................................... 52
Jenis Makan ............................................................................................... 53
Jumlah Makanan ....................................................................................... 54
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Remaja Putri ..................................... 58
Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK ............................... 60
Hubungan Kecukupan Energi dengan Kejadian KEK 62
Hubungan Kecukupan Karbohidrat dengan Kejadian KEK ..................... 64
Hubungan Kecukupan Lemak dengan Kejadian KEK.............................. 65
Hubungan Kecukupan Protein dengan Kejadian KEK ............................. 66
Hubungan Kecukupan Zat Besi dengan Kejadian KEK ........................... 67
Hubungan Kecukupan Vitamin C dengan Kejadian KEK ........................ 68
Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 68

Kesimpulan dan Saran .......................................................................................... 69


Kesimpulan ............................................................................................... 69
Saran ......................................................................................................... 70

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 72


Lampiran 77

x
Universitas Sumatera Utara
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Tabel Kecukupan Energi dan Protein Rata-Rata yang


Dianjurkan pada Remaja 11

2. Kecukupan Zat Gizi pada Remaja Perempuan dan Remaja


Laki-laki 14

3. Kelompok Makan yang Dianjurkan dalam 1 Hari 32

4. Angka Kecukupan Gizi Perhari Umur 13-15 tahun,


16-18 tahun dan 19-29 tahun pada Remaja Perempuan 33

5. Distribusi Remaja Putri Menurut Umur di Agency Elmode


Management Tahun 2020 37

6. Distribusi Remaja Putri Menurut Pendidikan di Agency Elmode


Management Tahun 2020 37

7. Distribusi Remaja Putri Menurut Hasil Z-Score di Agency


Elmode Management Tahun 2020 38

8. Distribusi Remaja Putri Menurut Kurang Energi Kronis (KEK)


di Agency Elmode Management tahun 2020 38

9. Distribusi Remaja Putri Menurut Pengetahuan Gizi di Agency


Elmode Management tahun 2020 39

10. Distribusi Remaja Putri Menurut Jenis Makan di Agency


Elmode Management tahun 2020 39

11. Distribusi Remaja Putri Menurut Tingkat Kecukupan


Konsumsi Zat Gizi (Energi, Karbohidrat, Protein, Lemak,
Vitamin C dan Zat Besi) 41

12. Distribusi Remaja Putri Menurut Food Frequency di Agency


Elmode Management 42

13. Distribusi Remaja Putri Menurut Kebiasaan Makan di Agency


Elmode Management 44

14. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Pengetahuan


Gizi di Agency Elmode Management 44

xi
Universitas Sumatera Utara
15. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Kebiasaan
Makan di Agency Elmode Management 45

16. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Tingkat


Kecukupan Energi di Agency Elmode Management 46

17. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Tingkat


Kecukupan Karbohidrat di Agency Elmode Management 46

18. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Tingkat


Kecukupan Lemak di Agency Elmode Management 47

19. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Tingkat


Kecukupan Protein di Agency Elmode Management 48

20. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Tingkat


Kecukupan Zat Besi (Fe) di Agency Elmode Management 48

21. Distribusi Kurang Energi Kronis (KEK) Menurut Tingkat


Kecukupan Vitamin C di Agency Elmode Management 49

xii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1. Kerangka teori 26

2. Kerangka konsep 27

xiii
Universitas Sumatera Utara
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian 77

2. Master Data 84

3. Output SPSS 88

4. Dokumentasi Penelitian 101

5. Surat Selesai Penelitian 106

xiv
Universitas Sumatera Utara
Daftar Istilah

AKG Angka Kecukupan Gizi


BB Berat Badan
BMI Body Mass Index
DKBM Daftar Komposisi Bahan Makanan
FAO Food And Agriculture Organization
FFQ Food Frequency Questionnaire
GAKY Gangguan Akibat Kurang Yodium
IMT Indeks Massa Tubuh
KEK Kurang Energi Kronis
KEP Kurang Energi Protein
KVA Kurang Vitamin A
PGS Pedoman Gizi Seimbang
PUGS Pedoman Umum Gizi Seimbang
RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar
TB Tinggi Badan
URT Ukuran Rumah Tangga
WHO World Health Organization

xv
Universitas Sumatera Utara
Riwayat Hidup

Penulis bernama Erdina Rahmayani Syahfitri, lahir di Medan pada tanggal

13 Oktober 1997. Penulis beragama islam, anak dari Rudi Syahputra, S.E. dan

Erni Triana Mulyati. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh dimulai di TK Al-Mukhlisin

Tahun 2002. Pendidikan sekolah dasar di SD N 101786 Helvetia lulus pada Tahun

2009, sekolah menengah pertama di SMP N 1 Labuhan Deli lulus pada Tahun

2012, sekolah menengah keatas di SMK Dharma Analitika Medan lulus pada

Tahun 2015 dan pada tahun yang sama penulis terdaftar masuk ke Program Studi

S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri

(SBMPTN).

Medan, September 2020

Erdina Rahmayani Syahfitri

xvi
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan

Latar Belakang

Masalah gizi merupakan masalah penting di Indonesia, masalah ini masih

menjadi fokus utama sebuah negara karena sangat berkaitan dengan kualitas hidup

manusia. Masalah di bidang gizi sangatlah kompleks yakni kasus gizi kurang

(undernutrition) dan gizi lebih (overnutrition). kasus gizi kurang disebabkan

karena kurangnya asupan gizi pada jangka pendek maupun panjang. Kurangnya

menyantap zat gizi tertentu bisa menyebabkan gizi kurang. Seperti : kurang energi

protein (KEP), kurang vitamin A (KVA), gangguan akibat kurang yodium (Gaky).

Sebaliknya kasus gizi lebih disebabkan berlimpahnya asupan zat gizi yang masuk

ke dalam tubuh.

Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi di Indonesia

masalah tersebut akan terjadi kalau asupan energi, protein, tidak kuat untuk

mencukupi kebutuhan tubuh manusia. Kedua bentuk defisiensi ini tidak jarang

bersamaan, meskipun lebih sering dominan pada salah satu dibandingkan yang

lainnya. Salah satu bentuk KEP adalah Kurang Energi Kronis (KEK), yang cukup

banyak terjadi pada Wanita Usia Subur (WUS) yaitu kelompok wanita remaja

atau dewasa.

Kurang Energi Kronis (KEK) adalah “keadaan menetap” (steady state)

dimana seseorang berada dalam keseimbangan energi, yaitu asupan energi dan

pengeluaran energi dalam keadaan seimbang ataupun sama, walaupun berat badan

rendah dan persediaan energi tubuh rendah. Kondisi tubuh pada penderita KEK

1
Universitas Sumatera Utara
2

berada dalam keadaan peningkatan risiko terhadap gangguan fungsi dan kesehatan

pada tubuhnya.

Menurut Arisman (2010) Kurang Energi Kronis sering menyerang pada

wanita usia subur. Asupan energi dan protein yang tidak tercukupi pada WUS

dapat menyebabkan KEK. Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dengan

rentang usia 15-49 tahun. Salah satu indikator untuk mengetahui status gizi serta

mendeteksi risiko KEK pada WUS adalah pengukuran Lingkar Lengan Atas

(LiLA). Di Indonesia digunakan ambang batas nilai rerata LiLA <23,5 cm untuk

meggambarkan adanya risiko KEK pada WUS.

Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri yaitu kurangnya asupan

zat gizi yang mengakibatkan kurang gizi yaitu terlalu kurus yang dapat memicu

terjadinya Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan dapat terkena anemia karena

kekurangan zat besi.

Menurut Riskesdas (2018) mengatakan bahwa proporsi Kurang Energi

Kronik (KEK) pada remaja putri yang tidak hamil pada tahun 2007 yaitu 30,9%,

pada tahun 2013 meningkat menjadi 46,6%, dan menurun kembali pada tahun

2018 yaitu sebesar 36,6%.

Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun.

Menurut BKKBN (2018) remaja usia 10-24 tahun. Remaja adalah masa yang

sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama

kehidupan. Masa tersebut dapat dilihat dengan pertumbuhan dan perubahan yang

cepat dari masa kanak-kanak menjadi dewasa muda. Perubahan biologis yang

Universitas Sumatera Utara


3

terjadi selama pubertas remaja meliputi pematangan seksual, peningkatan tinggi

dan berat badan, akumulasi massa tulang dan juga perubahan komposisi tubuh.

Selama masa remaja terjadi perkembangan identitas pribadi, sistem nilai,

moral dan etika harga diri, persepsi bentuk tubuh dan kesadaran seksualitas

masalah psikososial. Perubahan dramatis bentuk tubuh dan ukuran tubuh

menyebabkan banyak terjadi pada kalangan remaja putri, yang mengarah ke

pengembangan citra tubuh yang buruk dan gangguan makan.

Adanya ketertarikan dengan lawan jenis juga merupakan salah satu alasan

dan motivasi remaja putri untuk menjadi lebih kurus, sehingga memungkinkan

mereka untuk mempunyai body image negatif, terlebih lagi adanya majalah

fashion wanitayang menonjolkan tipe ideal wanita yang sangat kurus. Khususnya

pada model remaja putri hal ini dapat menyebabkan mereka kecewa dengan

bentuk tubuh mereka.Karakteristik fisik yang paling menonjol dari model remaja

putri adalah mereka memiliki badan yang cukup kurus. Paparan model majalah

memiliki efek negatif pada body image perempuan.

Faktor lain yaitu pengaruh sosial budaya, terutama media, keluarga dan

rekan-rekan model, sehingga membuat mereka memiliki ketidakpuasan pada

bentuk tubuhnya. Hal ini menyebabkan diet dan upaya lainnya untuk mengejar

bentuk tubuh kurus, yang akhirnya berdampak pada gejala eating disorder Gaya

hidup yang tidak sehat serta kurangnya kesadaran remaja akan kesehatan

mengakibatkan banyak remaja yang makan tidak sesuai dengan kebutuhan pada

tubuhnya (Arisman, 2010).

Universitas Sumatera Utara


4

Remaja mengekspresikan kemampuan dan kesediaan mereka untuk

menyesuaikan diri pada kelompok kelompok teman sebayanya dengan cara

pemilihan makanan dan membuat pilihan makanan berdasarkan pengaruh teman

sebaya, misalnya pemilihan makanan Siap saji (Brown, 2013).

Pengetahuan yang baik akan menstimulasi perubahan sikap seseorang

sehingga menjadikannya praktik sehari-hari. Seseorang yang mempunyai

pengetahuan tentang gizi yang baik lebih memilih makanan yang sehat dan jarang

mengkonsumsi makanan siap saji.

Menurut hasil Depkes RI (2008) sebanyak 93,6% remaja usia 10-14 tahun

dan 93,8% usia 15-24 tahun kurang mengkonsumsi sayur dan buah. Menyantap

sayur dan buah kurang dari lima kali sehari termasuk dalam kategori kurang.

Kebiasaan konsumsi makan dan pengetahuan gizi akan mempengaruhi

jumlah asupan konsumsi makan dan zat gizi yang masuk kedalam tubuh dan

nantinya akan berdampak terhadap status gizi yang tidak baik (Artika, 2016).

Pertumbuhan fisik dan perkembangan dramatis yang dialami oleh remaja secara

signifikan meningkatkan kebutuhan mereka untuk asupan gizi dan untuk

mencapai pertumbuhan yang optimal dibutuhkan asupan gizi yang cukup. Asupan

gizi yang tidak cukup akan berpengaruh terhadap masalah gizi. Asupan gizi

dibawah kebutuhan mengakibatkan kekurangan gizi, sedangkan jika tubuh

memperoleh asupan gizi dalam jumlah berlebihan akan mengakibatkan gizi lebih

(Almatsier, 2004)

Kegagalan mencapai status gizi yang optimal akan berdampak pada status

gizi dan kesehatan saat ini dan juga berdampak pada status gizi generasi penerus.

Universitas Sumatera Utara


5

Status gizi kurang akan meningkatkan resiko terhadap penyakit, terutama akan

terjadi penyakit infeksi (Sediaoetama, 2013)

Agency Elmode Management merupakan tempat murid-murid yang

bergabung didalamnya diajarkan dan dididik menjadi seorang model, presenter,

dan pemain film (actor). Murid-murid yang tergabung di Agency Elmode

Management harus memiliki beberapa kriteria, terutama untuk remaja putri harus

memiliki badan minimal bentuk tubuh yang ideal tujuannya agar terlihat lebih

menarik. Remaja yang telah bergabung sebelumnya sudah melakukan beberapa

tes sehingga remaja yang resmi menjadi murid di Agency Elmode Management

kota Medan benar-benar orang yang terpilih. Maka tidak heran jika murid di

Agency Elmode Management memiliki jumlah murid yang tidak terlalu banyak

(terbatas).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang sudah dilakukan di Agency

Elmode Management kota Medan.Jumlah murid remaja putri adalah 66 orang,

kategori SD umur 9-12 tahun yaitu 23 orang, kategori SMP umur 13-15 tahun

yaitu 10 orang, kategori SMA umur 16-19 tahun yaitu 33 orang. Model remaja

putri di Agency Elmode memiliki aktifitas bersekolah dan berkuliah dari pagi

hingga sore (selama 12 jam) hampir setiap hari. Ada juga yang mengikuti les atau

bimbingan belajar mata pelajaran di luar sekolah. Latihan di Agency Elmode

Management yang dilakukan mulai dari jam 7 malam sampai jam 10 malam.

Berat badan pada model remaja putri di Agency Elmode Management kota

Medan termasuk kategori kurus (Hasil Z-Score = -3 SD – <-2 SD). Para model

biasanya lebih fokus pada risiko kelebihan berat badan, mereka tidak mengetahui

Universitas Sumatera Utara


6

kondisi bobot tubuh di bawah angka normal dapat menyebabkan penyakit asam

lambung, paru-paru, gagal jantung, gizi kurang, penyebab badan terlalu kurus juga

rentan kehilangan nyawa.

Untuk mengetahui lebih jelas ada tidaknya hubungan pengetahuan gizi dan

kebiasaan makan dengan kejadian KEK pada remaja putri di Agency Elmode

Management maka akan dilakukan penelitian.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan maka rumusan

masalah dari penelitian ini yaitu masih banyak terdapat model remaja putri yang

berpostur tubuh kurus di Agency Elmode Management, oleh karena itu penting

kiranya dilakukan penelitian tentang pengetahuan gizi dan kebiasaan makan pada

model remaja putri di Agency Elmode Management yang mengakibatkan mereka

memiliki postur tubuh kurus serta apakah kebutuhan gizi mereka tercukupi atau

tidak. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dan kebiasaan makan

dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada model remaja putri di Agency

Elmode Management kota Medan.

Tujuan Penelitian

Mengetahui adanya hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan makan pada

remaja putri dengan kejadian KEK di Model Agency Elmode Management kota

Medan.

Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk instansi yang terkait agar

hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, panduan dan referensi

Universitas Sumatera Utara


7

serta dapat memberikan gambaran tentang hubungan pengetahuan gizi dan

kebiasaan makan pada model remaja putri yang Kurang Energi Kronis (KEK).

Universitas Sumatera Utara


Tinjauan Pustaka

Remaja

Remaja atau adolescentia yaitu masa muda yang terjadi antara 17-30 tahun

dan proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-22 tahun. Masauremaja

merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan

masa perubahan atauperalihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang

meliputi perubahan biologik, psikologik, dan sosial. Sebagian besar masyarakat

dan budaya, masa remaja pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan

berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo 2007).

Tahap perkembangan remaja (Brown, 2005):

a. Remaja awal (early adolescent), usia 11-14 tahun.

b. Remaja madya/tengah (middle adolescent), usia 15-17 tahun.

c. Remaja akhir (late adolescent), usia 18-22 tahun.

Gizi Seimbang

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan, setiap tahap daur

kehidupan terkait dengan zat gizi yang berbeda. Semua orang sepanjang

kehidupan membutuhkan zat gizi yang sama, namun dalam jumlah yang berbeda.

Zat gizitertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang

spesifik dan tidak tergantung pada nutrien yang lain, sangat dibutuhkan untuk

hidup dan sehat (Kusharisupeni, 2007).

Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara

jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi

8
Universitas Sumatera Utara
9

mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau

nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam

cairan tubuh (Almatsier, 2012).

Indonesia menerapkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yang berdasarkan

pada kebijakan repelita V tahun 1995 dan menjadi bagian dari program perbaikan

gizi. Pada tahun 2009 secara resmi PGS diterima oleh masyarakat, sesuai dengan

Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit

“Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi (Yayasan Kegizian

Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia, 2011).

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-

zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan

memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik,

kebersihan, dan Berat Badan (BB) ideal.

Gizi remaja. Pada usia remaja 10-18 tahun terjadi proses pertumbuhan

jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, disamping

aktivitas fisik yang tinggi. Besar kecilnya angka kecukupan energi sangat

dipengaruhi oleh lama serta intensitas kegiatan jasmani tersebut (Almatsier,

2001).

Kebiasaan makan yang diperoleh semasa remaja akan berdampak pada

kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut.

Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan

pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung

berlanjut hingga ke dewasa, dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan

Universitas Sumatera Utara


10

salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular,

diabetes mellitus, penyakit kantong empedu, beberapa jenis kanker, dan berbagai

gangguan kulit.

Kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi minimal yang diperlukan seseorang

untuk hidup sehat. Kebutuhan zat gizi masing-masing orang berbeda, salah

satunya karena faktor genetika. Kegunaan perhitungan kebutuhan gizi adalah

sebagai baku evaluasi konsumsi pangan dan gizi, perencanaan menu atau

konsumsi pangan, perencanaan produksi dan ketersediaan pangan. Sedangkan

kecukupan gizi yang dianjurkan (recommended dietary allowances/ RDA) adalah

jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang atau rata-rata kelompok orang agar

hampir semua orang dapat hidup sehat. Penentuan kebutuhan akan zat gizi secara

umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA) yang disusun

berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika

konsumsi energi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti

kebutuhannya berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis,

biokimiawi, antropometris, diet serta psikososial.

WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-

15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat.

Secara garis besar, remaja putra membutuhkan lebih banyak energi daripada

remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan sekitar 3.470 kkal

perhari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja

putri memuncak pada usia 12 tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi

2.200 kkal pada usia 18 tahun.

Universitas Sumatera Utara


11

Tabel 1

Kecukupan Energi dan Protein Rata-Rata yang Dianjurkan pada Remaja

Jenis Kelamin Umur (Tahun) BB (kg) Energi (Kkal) Protein (Gr)


Laki laki 10-12 35 2050 50
13-15 46 2400 60
16-19 55 2600 65
Perempuan 10-12 37 2050 50
13-15 48 2350 57
16-19 50 2200 50

Pentingnya gizi pada remaja. Kebutuhan energi dan zat gizi diusia

remaja ditunjukkan untuk deposisi jaringan tubuhnya. Total kebutuhan energi dan

zat gizi remaja juga lebih tinggi dibandingkan dengan usia sebelum dan

sesudahnya. Fenomena pertumbuhan pada masa remaja menuntut kebutuhan

nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal karena

nutrisi dan pertumbuhan merupakan hubungan integral. Tidak terpenuhinya

kebutuhan nutrisi pada masa ini dapat berakibat terlambatnya pematangan seksual

dan hambatan pertumbuhan linear. Pada masa ini pula nutrisi penting untuk

mencegah terjadinya penyakit kronik yang terkait nutrisi pada masa dewasa kelak,

seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker dan osteoporosis (IDAI, 2013).

Perubahan fisik ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat dan

matangnya organ reproduksi. Laju pertumbuhan badan berbeda antara wanita dan

pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu dibandingkan pria. Karena tubuh

wanita dipersiapkan untuk reproduksi. Sementara pria baru dapat menyusul dua

tahun kemudian. Pertumbuhan cepat ini juga ditandai dengan pertambahan pesat

berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Pada masa tersebut pertambahan BB

wanita 16 gram dan pria 19 gram setiap harinya. Sedangkan pertambahan TB

Universitas Sumatera Utara


12

wanita dan pria masing-masing dapat mencapai 15 cm per tahun. Puncak

pertambahan pesat TB terjadi pada usia 11 tahun pada wanita dan usia 14 tahun

pada pria. Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi

yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini, remaja

sangat aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun olahraga.

Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan untuk persiapan

reproduksi (Arisman, 2004).

Selain perubahan biologik dan fisiologik, remaja juga mengalami

perubahan psikologik dan sosial. Terdapat variasi waktu dan lamanya berlangsung

masa transisi dari anak menjadi manusia dewasa yang dipengaruhi oleh faktor

sosio-kultural dan ekonomi. Selain itu, remaja bukanlah kelompok yang homogen

walaupun berada dalam lingkungan sosio-kultural yang sama dengan variasi lebar

dalam hal perkembangan, maturitas dan gaya hidup. Penelitian Blum (1991) pada

remaja 15-18 tahun, didapatkan bahwa remaja lelaki lebih percaya diri, merasa

lebih bahagia dan sehat serta lebih tidak rentan dibandingkan remaja perempuan

yang cenderung merasa kurang puas akan keadaan tubuhnya, kepribadian serta

kesehatannya.

Kebutuhan gizi remaja. WHO menganjurkan rata-rata konsumsi energi

makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55%

dari karbohidrat.

Adapun kebutuhan gizi remaja menurut Brown (2005) adalah sebagai

berikut.

Universitas Sumatera Utara


13

1. Energi. Kebutuhan energi remaja dipengeruhi oleh tingkat aktivitas, angka

metabolik basal, dan peningkatan kebutuhan untuk mendukung

pertumbuhan dan perkembangan pubertas. Karena variasi yang besar pada

waktu pertumbuhan dan kematangan pada remaja, perhitungan kebutuhan

energi lebih baik didasarkan pada tinggi badan daripada berdasarkan

rekomendasi total kalori.

2. Protein. Kebutuhan protein remaja dipengaruhi oleh kebutuhan protein

untuk mempertahankan lean body mass (massa tubuh tanpa lemak),

ditambah penerimaan untuk jumlah kebutuhan untuk penambahan lean

body mass selama puncak pertumbuhan remaja. Karena kebutuhan protein

bervariasi pada derajat pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan

berdasarkan usia akan lebih akurat daripada rekomendasi berdasarkan usia

kronologis.

3. Karbohidrat. Karbohidrat merupakan sumbr energi utama. Kebutuhan

karbohidrat mutlak bagi remaja belum ditemukan. Namun

direkomendasikan untuk mengonsumsi 50% atau lebih dari total

kebutuhan energi berasal dari karbohidrat.

4. Lemak. Tubuh manusia membutuhkan lemak dan asam lemak esensial

untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Lemak sebaiknya

dikonsumsi sebesar 25-35% dari total kebutuhan energi.

5. Zat gizi mikro. Selain zat gizi makro tersebut, zat gizi mikro juga sangat

penting untuk menopang pertumbuhan remaja, termasuk dalam

perkembangan psikososial. Beberapa zat gizi mikro yang sangat penting

Universitas Sumatera Utara


14

bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja adalah kalsium, zat besi,

seng, folat, vitamin A, vitamin E, dan vitamin C.

Tabel 2

Kecukupan Zat Gizi pada Remaja Perempuan dan Remaja Laki-Laki

Umur Laki Laki Perempuan


16-18 Thn 19-29 Thn 16-18 Thn 19-29 Thn
Berat Badan (kg) 56 60 50 54
Tinggi Badan (Cm) 165 168 158 159
Energi (Kkal) 2675 2725 2125 2250
Protein (Gr) 66 62 59 56
Lemak (g) 89 91 71 75
Karbohidrat (g) 368 375 292 309
Vitamin C (mg) 90 90 75 75
Assam Folat (ug) 400 400 400 400
Kalsium (mg) 1200 1100 1200 1100
Besi (mg) 15 13 26 26
Seng (mg) 17 13 14 10
Sumber: Depkes RI (2013)

Kebiasaan Makan

Makanan merupakan kebutuhan utama yang sangat dibutuhi oleh tubuh

manusia. Makanan tidak berfungsi untuk mengenyangkan, tetapi yang lebih

penting adalah fungsinya dalam memelihara kesehatan tubuh melalui kandungan

dan manfaat zat zat gizi yang terkandung didalamnya. Untuk memperoleh

kesehatan tubuh yang optimal, perlu diketahui kualitas sistematis makanan yang

baik dan juga jumlah makanan yang seharusnya dimakan. Kebiasaan makan

merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi status gizi dan kesehatan

seseorang khususnya remaja yang membutuhkan asupan gizi yang cukup dalam

memenuhi kebutuhan serta masa perkembangannya.

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan. Faktor tersebut

adalahfaktor lingkungan seperti lingkungan budaya, alam serta populasi

Universitas Sumatera Utara


15

khususnya faktor budaya, secara umum sulit untuk diubah. Kebanyakkan orang

membatasi makanan yang dimakan sesuai dengan apa yang mereka sukai. Remaja

telah memiliki pilihan tersendiri terhadap makanan yang digemari atau di

senangi.pada masa remaja kebiasaan makan telah terbentuk (Khomsan, 2004).

Penilaian Konsumsi Makan

Metode food recall 24 jam. Dalam metode food recall 24 jam mengingat

asupan makan yang dimakan selama 1x24 jam atau hari sebelumnya. Untuk

membantu mengingat banyaknya makanan maka digunakan food model atau

ukuran porsi. Asupan nutrisi dapat dihitung dengan data komposisi bahan

makanan. Recall 24 jam dilakukan dengan cara mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang berlalu atau 1 hari yang lalu

yang dilakukan hanya sekali, pencatatan di deskripsikan secara mendetail, dan

sebaiknya dilakukan berulang pada hari yang berbeda /tidak berturut-turut

(Gibson, 2005).

Frekuensi makanan (food frequency questionnaire). Kuesioner

frekuensi makan menggunakan daftar makanan yang spesifik untuk mencatat

asupan makanan selama periode waktu tertentu (hari/minggu/bulan/tahun).

Pencatatan ini menggunakan interview atau wawancara dan dapat dengan cara

mengisi kuisioner yang di isi sendiri. Kuisioner dapat berupa semi kuantitatif,

ketika subjek menanyakan ukuran porsi yang digunakan setiap makanan, dengan

atau tanpa menggunakan food model (Gibson, 2005).

Universitas Sumatera Utara


16

Masalah Gizi pada Remaja

Beberapa Masalah gizi yang biasa dijumpai pada remaja.

Obesitas. Obesitas adalah kegemukan atau kelebihan berat badan.

Obesitas merupakan permasalahan yang merisaukan dikalangan remaja karena

dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan

psikologis yang serius. Berdasarkan data dari Riskesdas 2013, prevalensi obesitas

sentral pada usia 15-24 tahun adalah 8,09%. Obesitas memiliki efek samping yang

besar pada kesehatan. Obesitas berhubungan dengan meningkatnya mortalitas, hal

ini karena meningkatnya 50 sampai 100% resiko kematian dari semua penyebab

dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya, dan terutama oleh sebab

kardiovaskular. Beberapa dampak dari obesitas adalah resistensi insulin dan

diabetes mellitus tipe 2, gangguan pada sistem reproduksi, penyakit tulang sendi

(Fliet et al,2015)

Kurang Energi Kronis (KEK). KEK merupakan salah satu keadaan

malnutrisi, malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan

secara relatif atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2002). Pada remaja

badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK) pada umumnya

disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat badan secara drastis

pada remaja perempuan memiliki hubungan erat dengan faktor emosional seperti

takut gemuk seperti ibunya atau dipandang kurang seksi oleh lawan jenis (Depkes,

2010). Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan protein

termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan

Universitas Sumatera Utara


17

yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu

perlu dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.

Anemia. Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dan

eritrosit lebih rendah dari normal. Pada laki-laki hemoglobin normal adalah 14 –

18 gr % dan eritrosit 4,5 -5,5 jt/mm3. Sedangkan pada perempuan hemoglobin

normal adalah 12 – 16 gr % dengan eritrosit 3,5 – 4,5 jt/mm3 (WHO, 2001).

Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu

21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4%

penderita berumur 15-24 tahun. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling

tinggi terutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013).

Pengetahuan

Pengetahuan adalah hal mengenai segala sesuatu yang diketahui.

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal,

informal dan non-formal.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif. mempunyai enam tingkatan,

yaitu:

Tahu. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajarisebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall (mengingat kembali)

terhadap suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

Universitas Sumatera Utara


18

Memahami. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi

tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

Aplikasi. Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil (sebenarnya).

Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau 12 penggunaan hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Analisa. Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan

masih ada kaitan satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari

penggunaan kata karena dapat menggambarkan, membedakan, dan

mengelompokkan.

Sintesis. Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada.

Evaluasi. Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini

berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria

yang telah ada sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


19

Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,

sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga

tidak menimbulkan penyakit dancara mengolah makanan yang baik agar zat gizi

dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmojo, 2003).

Menurut Almatsir (2002), pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui

tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Tingkat

pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam

pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang

bersangkutan.

Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang

kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi

dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan

produktifitas. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan

programpendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan

gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku

anak terhadap kebiasaan makannya (Soekirman, 2000).

Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana memilih

makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan erat dengan gizi

dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa sebenarnya

bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan dan kesadaran

tentang kebiasaan makan dan gaya hidup yang sehat.

Universitas Sumatera Utara


20

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

keadaan seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan

semakin baik pula keadaan gizinya (Irawati & Fachrurozi 1992 dalam Khomsan et

al, 2004).

Pengetahuan tentang gizi yang harus dimiliki masyarakat antara lain

kebutuhan-kebutuhan bagi tubuh (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan

mineral). Selain itu, jenis-jenis makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi

yang dibutuhkan tubuh tersebut, baik secara kualitataif dan kuantitatif, akibat atau

penyakit-penyakit yang disebabkan karena kekurangan gizi dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting dalam pembentukan

kebiasaan makan seseorang, sebab hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam

memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Harper et al, 1985). Suatu

hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga

kenyataan, yaitu : 1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan

kesejahteraan. 2) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang

dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3) Ilmu gizi memberikan fakta-

fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan

baik bagi kesejahteraan gizi

Menurut Khomsan (2004), individu memiliki pengetahuan yang baik akan

mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan

Universitas Sumatera Utara


21

maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencakupi kebutuhan .

Williams (1993) dalam (Khomsan et al, 2004), menyatakan bahwa masalah yang

menyebabkan gizi tidak baik adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi dan

kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik. Pada usia belasan

masih sering dijumpai pengertian yang kurang tepat mengenai konstribusi gizi

dari berbagai makanan. Oleh karena itu timbullah penyakit gizi salah yang

merugikan kecerdasan dan produktivitas.

Artika (2016) mengungkapkan, pengetahuan termasuk di dalamnya

pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan pendidikan

informal. Pendidikan yang dimaksud adalah proses yang dilakukan secara sadar,

terus menerus, sistematis, dan terarah yang mendorong terjadinya perubahan-

perubahan pada setiap individu di dalamnya. Tingkat pengetahuan gizi ibu

berhubungan erat dengan tingkat pendidikan formal ibu. Semakin tinggi tingkat

pendidikan formal ibu, maka akan semakin luas wawasan berpikirnya sehingga

akan lebih banyak informasi zat gizi yang dapat diserap.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmotjo (2003), mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

Tingkat pendidikan. Pendidikan adalah upaya untuk memberikan

pengetahuan sehinga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

Informasi. Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih

banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

Universitas Sumatera Utara


22

Budaya. Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi

kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

Pengalaman. Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informasi.

Sosial ekonomi. Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan dalam hidup.

Kurang Energi Kronis (KEK)

Kurang energi kronis (KEK) adalah keadaan kekurangan asupan energi

dan protein pada wanita usia subur (WUS) dan orang hamil yang berlangsung

secara terus menerus dan menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu. Kurangnya

asupan energi dan protein tersebut terjadi pada waktu yang lama sehingga

menyebabkan ukuran indeks massa tubuh berada di bawah normal (kurang dari

18,5) (Almatsier, 2009).

Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu keadaan

malnutrisi atau keadaan patologis akibat kekurangan secara relatif atau absolut

satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2013).Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak

mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik (dari

segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan tambahan

kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan infeksi

lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidakmengkonsumsi makanan

dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun waktu

yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau

disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.

Universitas Sumatera Utara


23

Patofisiologi KEK. Patofisiologi penyakit gizi kurang terjadi melalui 5

tahapan yaitu: pertama, ketidak cukupan zatgizi. Apabila ketidakcukupan zat gizi

ini berlangsung cukup lama maka persediaan/cadangan jaringan akan digunakan

untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila ini berlangsung lama, maka

akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai dengan adanya penurunan berat

badan (BB). Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat dideteksi dengan

menggunakan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi yang

ditandai dengan adanya tanda yang khas. Kelima, telah terjadi perubahan anatomi

yang dapat dilihat dari munculnya tanda klasik (Supariasa dkk, 2012).

Proses terjadinya Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan akibat dari

faktor lingkunganodan faktor manusia yang didukungoleh kekurangannasupan

zat-zat gizi, maka simpanan zat gizi yang ada pada tubuh digunakan untuk

memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama makaasimpanan

zatgizi akan habis dan akhirnya akan terjadi kemerosotan jaringan (Supariasa dkk,

2012).

Penyebab KEK. Menurut Supariasa (2002) dalam Fitriana (2016), faktor-

faktor yang dapat memengaruhi kejadian KEK l adalah faktor langsung dan faktor

tidak langsung. Faktor langsung terdiri atas asupan makanan atau pola konsumsi

dan infeksi, sedangkan faktor tidak langsung terdiri atas sosial ekonomi yang

meliputi pendapatan keluarga, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan. Penyebab

utama KEK adalah kekurangan energi pada ibu hamil sejak belum hamil.

Kebutuhan energi yang meningkat saat hamil tidak dapat terpenuhi sehingga

munculah KEK pada ibu hamil.

Universitas Sumatera Utara


24

Menurut Sediaoetama (2010), penyebab KEK terdiri atas penyebab

langsung dan tidak langsung. Yang termasuk dalam penyebab langsung adalah

asupan makanan atau pola konsumsi dan infeksi yang diderita. Sedangkan yang

termasuk penyebab tidak langsung ialah penurunan nafsu makan dan konsumsi

makan, hambatan absorbsi akibat penyakit infeksi atau kecacingan, rendahnya

ekonomi, pendidikan rendah, produksi pangan yang tidak mencukupi, hygiene dan

sanitasi yang kurang baik, paritas/jumlah anak terlalu banyak, penghasilan rendah,

dll. KEK disebut sebagai penyakit multikausa faktor yang berarti bahwa banyak

hal yang menyebabkan timbulnya penyakit KEK.

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian KEK

Pengetahuan tentang gizi seimbang tentunya sangat penting untuk

dipahami oleh setiap orang termasuk anak usia remaja, kesalahan pemahaman

mengenai gizi seimbang dapat berkontribusi dan berdampak negatif terhadap

kebiaasaan makan yang buruk, hal ini berpotensi pada status gizi yang buruk

(Kemenkes RI, 2014).

Pengetahuan gizi seimbang adalah segala sesuatu hal yang diketahui

kaitannya dengan gizi seimbang yaitu susunan pangan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dan tertentu dengan

kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan,

aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal

untuk mencegah masalah gizi tersebut (Kemenkes RI, 2014).

Hasil penelitian Ananda (2016) yang berjudul hubungan pengetahuan gizi

dengan eating disorder dan status gizi (IMT) remaja di rw 01 tegowanu kulon,

Universitas Sumatera Utara


25

hasil analisis chi square diperoleh nilai p 0.549 yang artinya tidak ada hubungan

antara pengetahuan gizi dengan status gizi (IMT) remaja.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yani (2013) dengan judul

“hubungan pengetahuan gizi dan pola makan dengan overweight dan obesitas

pada mahasiswa universitas hasanudin angkatan 2013”, metode yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode survei cross

sectional. Populasi sebanyak 411 orang. Pengambilan sampel menggunakan

proportional random sampling dengan banyak sampel 71 orang. Analisis data

yang dilakukan ialah nivariat dan bivariat dengan menggunakan uji-chi square.

Hasil penelitian yang didapat tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, asupan

energi, protein, karbohidrat, dan serat dengan obesitas pada mahasiswa UNHAS

angkat 2013.

Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK

Hasil penelitian Putri (2017) telah diketahui bahwa tidak terdapat

hubungan antara asupan energi dengan kejadian KEK pada WUS (p=0.589), tidak

terdapat hubungan antara asupanzkarbohidrat dengan kejadian KEK pada WUS

(p=0.455) dan tidak terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian

KEK pada WUS dio(p=0.230).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ningsih (2014),

hasil uji analisis antara pola makan dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

menggunakan analisis Chi-Square, telah didapatkan nilai signifikansi nilai p yaitu

0,02 (p ≤ 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan

dengannkejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK).

Universitas Sumatera Utara


26

Landasan Teori

Menurut Arisman (2010) Kurang Energi Kronis sering menyerang pada

wanita usia subur. Asupan energi dan protein yang tidak tercukupi pada WUS

dapat menyebabkan KEK. Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita dengan

rentang usia 15-49 tahun. Salah satu indikator untuk mengetahui status gizi serta

mendeteksi risiko KEK pada WUS adalah pengukuran Lingkar Lengan Atas

(LiLA). Di Indonesia digunakan ambang batas nilai rerata LiLA <23,5 cm untuk

meggambarkan adanya risiko KEK pada WUS.

Masalah gizi yang sering terjadi pada remaja putri yaitu kurangnya asupan

zat gizi yang mengakibatkan kurang gizi yaitu terlalu kurus yang dapat memicu

terjadinya Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan dapat terkena anemia karena

kekurangan zat besi.

Kerangka Teori

Pengetahuan Gizi
Model Remaja
Putri
Faktor Internal :
Faktor Eksternal :
1. kebutuhan dan
1. Karakteristik
Kebiasaan karakteristik
keluarga
Makan dan fisiologis
2. Kebiasaan makan
pola makan 2. Gambaran Tubuh
keluarga
seseorang 3. Kepercayaan diri
3. Teman sebaya
4. Kesukaan makan
4. Fast Food
5. Perkembanan
5. Pengetahuan Gizi
Psikologis
6. Pengalaman pribadi
6. Riwayat penyakit
7. Ketersediaan
Status Gizi dan
Kurang Energi Kronik
(KEK)

Gambar 1. Kerangka teori


Sumber : Shils (2006)

Universitas Sumatera Utara


27

Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam memilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

keadaan seseorang. Semakain tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang

diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Kemudian kebiasaan makan

adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan dan makanan, tata cara

makan, frekuensi makan seseorang, pola makanan yang dimakan, pantangan,

distibusi makanan dalam anggota keluarga, preferensi terhadap makanan dan cara

memilih bahan pangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan gizi dengan kebiasaan makan model remaja putri yang bergabung

didunia permodelan.

Kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan gizi dan

kebiasaan makan dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada model

remaja putri adalah sebagai berikut:

Pengetahuan Gizi

KEK pada Model


Remaja Putri

Kebiasaan Makan

Gambar 2. Kerangka konsep

Universitas Sumatera Utara


28

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian.

1. Ada hubungannya pengetahuan gizi dengan kejadian KEK.

2. Ada hubungannya kebiasaan makan dengan kejadian KEK.

Universitas Sumatera Utara


Metode Penelitian

Jenis penelitian

Penelitian menggunakan metode survei dengan desain cross sectional.

Peneliti mempelajari hubungan mengenai pengetahuan gizi dan kebiasaan makan

dengan kejadian KEK pada remaja putri di Agency Elmode Management Kota

Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi. Penelitian dilakasanakan di Agency Elmode Management kota

Medan.

Waktu. Penelitian dimulai dengan penyusunan proposal penelitian pada

bulan April 2019 sampai dengan bulan Mei 2020.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja putri berumur 13-

19 tahun yang berjumlah 43 orang di Agency Elmode Management Kota Medan.

Sampel. Sampel penelian ini adalah seluruh populasi yaitu 43 orang di

Agency Elmode Management Medan. Alasan peneliti mengambil total sampling

karena populasi dalam penelitian ini relatif mudah dijangkau serta dibantu oleh

pegawai dan pemilik Agency Elmode Management dengan melihat kriteria inklusi

yaitu remaja putri berumur 13-19 tahun, sudah mengalami menstruasi, bersedia

diwawancarai, sudah memahami body image.

29
Universitas Sumatera Utara
30

Variabel dan Definisi Operasional

Penelitian terdiri dari variabel independent yaitu pengetahuan gizi, dan

kebiasaan makan sedangkan variabel dependentnya yaitu Kurang Energi Kronik

(KEK).

Definisi operasional. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan

karakteristik yang diteliti. Definisi operasional dapat bermanfaat untuk

mengarahkan kepada pengukuran/pengamatan terhadap variabel–variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrumen dan alat ukur (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan gizi. Pengetahuan gizi adalah segala sesuatu yang diketahui

dan dimengerti oleh model remaja putri mengenai gizi seimbang.

Kebiasaan makan. Kebiasaan makan adalah perilaku makan remaja putri

berdasarkan dengan jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi sehari-

hari. Jenis makanan yaitu berbagai macam makanan yang menggambarkan

tentang keanekaragaman makanan sehari-hari. Jumlah makanan yaitu gambaran

tentang tingkat kecukupan zat gizi yang dikonsumsi remaja putri sehari-hari yang

diperoleh dari hasil recall 24 jam, kemudian dikonversikan menggunakan daftar

komposisi makanan (DKBM) kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan

gizi (AKG). Frekuensi makan yaitu keseringan mengonsumsi jenis makanan

selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.

Remaja putri. Remaja putri adalah remaja berjenis kelamin perempuan

yang berumur 13-19 tahun.

Universitas Sumatera Utara


31

KEK. KEK adalah kondisi atau keadaan status gizi remaja putri yang

buruk disebabkan kurangnya asupan makanan energi yang berlangsung lama

sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada remaja putri.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer berupa observasi langsung terhadap remaja

putri di Agency Elmode Management serta wawancara langsung dan memberikan

kuesioner.

Data sekunder. Data sekunder diperoleh dari data-data yang telah ada

dari pihak Agency Elmode Management, serta penelurusan keperpustakaan yang

berhubungan dengan penelitian.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

pengetahuan gizi dan kebiasaan makan dan Kurang Energi Kronis (KEK), dimana

masing-masing variabel dikategorikan berdasarkan skala ordinal.

Jenis Makanan diukur dengan menggunakan form food recall 24 jam.

Jenis makanan. Jenis makanan diukur dengan menggunakan metode food

recall 24 jam. Jenis makanan dapat dilihat dari kelengkapan jumlah makanan

yang dikonsumsi dengan kategori (1) beragam apabila mengonsumsi minimal 5

kelompok makanan yang dianjurkan dalam 1 hari (2) tidak beragam apabila

mengonsumsi < 5 kelompok makanan yang dianjurkan dalam 1 hari.

Universitas Sumatera Utara


32

Tabel 3

Kelompok Makanan yang Danjurkan dalam 1 Hari

KelompokMakanan JenisMakanan
Kelompok 1 Biji-bijiandanumbi-umbian
Kelompok 2 Kacang-kacangan
Kelompok 3 Kacang-kacangandanbiji-bijian
Kelompok 4 Susu
Kelompok 5 Dagingdanikan
Kelompok 6 Telur
Kelompok 7 Sayuranberwarnahijaugelap
Kelompok 8 Buahdansayuran kaya vitamin A
Kelompok 9 Sayuran
Kelompok 10 Buah-buahan
Sumber : FAO 2016

Frekuensi makanan. Diukur menggunakan metode food frequency.

Kuesioner berisi tentang jenis makanan dan frekuensi makannya dalam hari,

minggu, bulan, tahun atau tidak pernah. Dengan kategori selalu (>1x/hari), kadang

( 3-6x/minggu), jarang (1-2x/minggu), tidak pernah. (Gibson, 2005)

Jumlah makanan. Jumlah makanan ini akan diukur menggunakan

metode food recall 24 jam dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsi pada periode 24 jam penuh menggunakan kuesioner food recall.

Kuesioner ini berisi waktu makan, nama masakan jenis bahan makanan yang

dikonsumsi dan dikonversikan menjadi zat gizi (energi dan protein) kemudian

dihitung zat gizi yang dikonsumsi dan hasilnya dibandingkan dengan AKG yang

dianjurkan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tingkat kecukupan energi = ( )


. 100%

Tingkat kecukupan protein = ( )


. 100%

Tingkat kecukupan karbohidrat = ( )


. 100%

Universitas Sumatera Utara


33

Tingkat kecukupan lemak = ( )


. 100%

Tingkat kecukupan konsumsi zat gizi kemudian dibagi menjadi : (1)

Kurang apabila < 80% dari total AKG (2) Baik 80-110% dari total AKG (3) Lebih

≥ 110% dari total AKG (Kemenkes RI, 2013).

Tingkat kecukupan zat besi dan vitamin C dibagi menjadi : (1) kurang

apabila <100% dari AKG (2) cukup apabila 100% dari AKG (3) lebih apabila

>100% dari AKG (Della, 2017).

Kebiasaan makan. Diukur berdasarkan jenis makan, frekuensi, dan

jumlah makanan yang dikonsumsi dengan kategori : (1) baik, jika jenis makanan

beragam, jumlah makanan berdasarkan energi, protein, karbohidrat, lemak,

vitamin C dan zat besi baik dan frekuensi makan yang dikonsumsi selalu. (2) tidak

baik, jika jenis makanannya tidak beragam, jumlah energi, protein, karbohidrat,

lemat, vitamin C dan zat besi tidak baik, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi

jarang.

Angka kecukupan gizi (AKG) per orang per hari umur 13-15 tahun, 16-18

tahun dan 19-29 tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Angka Kecukupan Gizi Per Hari Umur 13-15 Tahun, 16-18 Tahun dan 19-29
Tahun pada Perempuan

Energi Protein Karbohidrat Lemak Vit. C Fe


Umur
(kkal) (g) (g) (g) (mg) (mg)
13-15 2125 69 292 71 65 26
Perempuan 16-18 2125 59 292 71 75 26
19-29 2250 56 309 75 75 26
Sumber : AKG, 2013

Universitas Sumatera Utara


34

Pengukuran Kurang Energi Kronis (KEK) umur 13-18 tahun diukur

berdasarkan IMT/Udengan kategori : (1) Sangat kurus apabila <-3 SD, (2) Kurus

apabila -3 SD– <-2 SD, (3) Normal apabila -2 SD – 1 SD, (4) Gemuk apabila>1

SD – 2 SD. Dapat dikatakan KEK apabila hasil IMT/U yaitu <-3 SD (sangat

kurus).

Jika umur 19 tahun diukur berdasarkan IMT dengan kategori : (1) sangat

kurus apabila < 17,0 (2) Kurus apabila 17-<18,5 (3) normal apabila 18,5-25,0 (4)

Gemuk apabila >25,0-27,0.

Pengukuran pengetahuan gizi dilakukan dengan menggunakan

Kuesioner.Pengetahuan gizi : Pengetahuan gizi responden diperoleh melalui

kuesioner yang berisi 20 pertanyaan seputar gizi seimbang. Klasifikasi

pengetahuan responden : baik15-20 jawaban benar, cukup 11-14 jawaban benar

dan kurang 0-10 jawaban benar (Khomson, 2000).

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah melalui langkah sebagai berikut:

1. Editing, yaitu kegiatan pengecekan dan perbaikan isian kuesioner.

2. Coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan.

3. Data Entry, yaitu memasukkan data-data dari responden ke dalam program

komputer untuk dilakukan pengolahan data.

4. Cleaning, yaitu kegiatan pengecekan kembali untuk melihat adanya

kemungkinan kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian

dilakukan koreksi.

Universitas Sumatera Utara


35

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan

diolahmenggunakan program analisis statistika, kemudian dianalisis

sebagaiberikut:

Analisis univariat. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan

variabel bebas dan terikat yang bertujuan untuk melihat variasi masing-masing

variabel tersebut berdasarkan hasil dari recall 24 jam dan Form Food Frequency

Questionnaires.

Analisis bivariat. Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan

menggunakan uji statistik, uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Uji Chi-Square dengan α = 0, 05. Apabila nilai p kurang dari 0,05maka ada

hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen. Apabila

syarat-syarat penggunaan uji Chi-Square tidak terpenuhi maka akan dilakukan uji

alternatif yaitu Uji Fisher exact dimana uji tersebut digunakan untuk melakukan

analisis pada dua sampel independen yang jumlah sampelnya relatif kecil

(biasanya kurang dari 20 sampel) dengan skala nominal atau ordinal.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penelitian

Gambaran Lokasi Penelitian

Agency Elmode Management adalah wadah pengembangan bakat peserta

didik dengan tujuan melatih kepercayaan diri peserta didik, meningkatkan baik

penampilan luar maupun citra diri dan serta mempelajari materi seperti public

speaking, master of ceremony (MC), acting, dan bernyanyi di dunia entertaiment

yang bermoral dan berkualitas. Berlokasi di jalan Eka Rukun kecamatan gedung

johor, Agency Elmode Management berdiri pada tanggal 14 februari 1998 oleh

pemilik bernama Bpk.Adi Gumara

Gambaran Karakteristik Remaja Putri

Responden dalam penelitian ini adalah remaja putri di Agency Elmode

Management yang berumur dari 13-19 tahun sebanyak 43 orang. Karakteristik

responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, dan status gizi.

Umur Remaja Putri

Hasil distribusi remaja putri menurut umur menunjukkan kelompok remaja

putri yang paling banyak ada pada kelompok umur 15 sampai 17 tahun yaitu 30

orang (69,8%), umur 18-19 tahun yaitu 11 orang (25,6%) dan paling sedikit pada

kelompok umur 13 sampai 14 tahun yaitu 2 orang (4,7%). Data tentang umur

remaja putri disajikan pada tabel 5 berikut.

36
Universitas Sumatera Utara
37

Tabel 5

Distribusi Remaja Putri Menurut Umur di Agency Elmode Management


Tahun 2020

Umur Responden n %
13-14 tahun 2 4,7
15-17 tahun 30 69.8
18-19 tahun 11 25,6
Total 43 100,0

Pendidikan

Tingkat pendidikan remaja putri bervariasi mulai dari SMP sampai

akademik. Tabel 6 dapat dilihat bahwa pendidikan remaja putri kelompok yang

lebih banyak ada pada kelompok tingkat pendidikan SMA yaitu 35 orang (81,4%)

dan paling sedikit ada pada kelompok tingkat pendidikan SMP yaitu 3 orang

(7,0%). Data tentang pendidikan remaja putri tersebut disajikan pada Tabel 6

berikut.

Tabel 6

Distribusi Remaja Putri Menurut Pendidikan di Agency Elmode


Management Tahun 2020

Pendidikan Responden n %
SMP 3 7,0
SMA 35 81,4
Akademik 5 11,6
Total 43 100,0

Gambaran Status Gizi Remaja Putri

Hasil distribusi status gizi remaja putri menurut hasil Z-Score

menunjukkan remaja putrikelompok yang lebih banyak ada pada kelompok

tingkat kurus yaitu 23 orang (53,5%), dan paling sedikit yaitu kelompok sangat

Universitas Sumatera Utara


38

kurus yaitu 4 orang (9,3%). Data tentang gambaran status gizi remaja putri

tersebut disajikan pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7

Distribusi Remaja Putri Menurut Hasil Status Gizi di Agency Elmode


Management Tahun 2020

Status Gizi n %
Sangat Kurus 4 9,3
Kurus 23 53,5
Normal 16 37,2
Total 43 100,0

Gambaran Kurang Energi Kronis (KEK)

Hasil distribusi remaja putri terkait dengan Kurang Energi Kronis (KEK).

Diketahui bahwa remaja putri yang tidak terjadi KEK yaitu 39 orang (90,7%)dan

remaja putri yang KEK yaitu 4 orang (9,3%). Data tentang KEK remaja putri

tersebut disajikan pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8

Distribusi Remaja Putri Kurang Energi Kronis (KEK) di Agency Elmode


Management Tahun 2020

Kategori n %
KEK 4 9,3
Tidak KEK 39 90,7
Total 43 100,0

Gambaran Pengetahuan Gizi

Hasil analisis mengenai tingkat pengetahuan gizi remaja putri

menunjukkan tingkat pengetahuan gizi kategori baik yaitu 30 orang ( 69,8%)

sedangkan pada tingkat pengetahuan yang cukup yaitu 13 orang (30,2%). Data

tentang pengetahuan gizi remaja putri tersebut disajikan pada Tabel 9 berikut.

Universitas Sumatera Utara


39

Tabel 9

Distribusi Remaja Putri Menurut Pengetahuan Gizi di Agency Elmode


Management Medan Tahun 2020

Kategori n %
Baik 30 69,8
Cukup 13 30,2
Total 43 100,0

Gambaran Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan dalam penelitian ini meliputi jenis makanan, tingkat

kecukupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, Fe, Vitamin C) dan frekuensi

makanan.

Jenis makanan. Berdasarkan Tabel 10 dibawah ini dapat dilihat bahwa

rata-rata konsumsi makan remaja putri di Agency Elmode untuk setiap kali makan

mengkonsumsi makanan yang tidak beragam atau tidak mengkonsumsi 4 jenis

makanan dalam sehari yaitu makanan pokok, lauk-pauk, sayur dan buah.

Sebanyak 10 orang (23,3%) remaja putri dengan jenis makanan yang beragam

dan sebanyak 33 remaja putri (76,7%) menurut jenis makan tidak beragam karena

hanya jenis makan yang dikonsumsi yaitu makanan pokok, lauk pauk, dan sayur

tetapi jarang memakan buah-buahan dikarenakan pemilihan makanan yang hanya

disukai remaja putri. Distribusi jenis makanan remaja putri di Agency Elmode

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10

Distribusi Remaja Putri Menurut Jenis Makanan di Agency Elmode


Management Tahun 2020

Kategori n %
Beragam 10 23,3
Tidak Beragam 33 76,7
Total 43 100,0

Universitas Sumatera Utara


40

Jumlah makanan. Jumlah makanan merupakan banyaknya zat gizi yang

dikonsumsi remaja putri dalam satu hari yang diperoleh melalui formulir food

recall 24 jam. Hasil analisis menunjukkan proporsi terbesar adalah remaja putri

dengan tingkat kecukupan energi kurang adalah 39 orang(90,7%), diikuti baik

adalah 4 orang (9,3%) dan lebih tidak ada(0,0%). Proporsi terbesar remaja

putridengan tingkat kecukupan karbohidrat kurang adalah 40 orang (93,0%)

diikuti baik adalah 3 orang(7,0%) dan lebih tidak ada(0,0%). Proporsi terbesar

remaja putri dengan tingkat kecukupan lemak kurang adalah 37 orang(86,0%),

diikuti baik adalah 6 orang (14,0%) dan lebih tidak ada (0,0%). Proporsi terbesar

remaja putri dengan tingkat kecukupan protein kurang adalah 29 orang(67,4%),

diikuti baik adalah 13 orang(30,2%) dan lebih tidak ada (0,0%). Pada zat gizi

mikro proporsi terbesar remaja putri dengan tingkat kecukupan vitamin C kurang

adalah 36 orang (83,7%), diikuti cukup adalah 7 orang(16,3%) dan lebih tidak ada

(0,0%). Proporsi terbesar remaja putri dengan tingkat kecukupan zat besi (fe)

kurang adalah 40 orang(93,0%), diikuti cukup adalah 3 orang(7,0%) dan lebih

tidak ada (0,0%). Distribusi asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, zat besi

(fe) dan vitamin C pada remaja putri di Agency Elmode dapat dilihat pada Tabel

11 dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


41

Tabel 11

Distribusi Remaja Putri Menurut Tingkat Kecukupan Konsumsi Zat


Gizi (Energi, Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin C, dan Zat Besi) di
Agency Elmode Management Tahun 2020

Kategori n=43 %
Energi
Kurang 39 90,7
Baik 4 9,3
Lebih 0 0,0
Karbohidrat
Kurang 40 93,0
Baik 3 7,0
Lebih 0 0,0
Lemak
Kurang 37 86,0
Baik 6 14,0
Lebih 0 0,0
Protein
Kurang 30 69,8
Baik 13 30,2
Lebih 0,0 0,0
Vitamin C
Kurang 36 83,7
Cukup 7 16,3
Lebih 0 0,0
Zat Besi
Kurang 40 93,0
Cukup 3 7,0
Lebih 0 0,0

Frekuensi makanan. Frekuensi makanan merupakan berapa kali setiap

jenis makanan dimakan oleh remaja putri pada waktu tertentu. Frekuensi makanan

ditentukan menggunakan food frequency questionnaire.

Hasil analisis menunjukkan proporsi terbesar makanan pokok remaja putri

yaitu nasi dengan frekuensi >1x/hari sebesar 79,1% (34 orang) diikuti roti sebesar

39,5% dan mie 9,3%. Proporsi terbesar lemak hewani remaja putri yaitu ayam dan

ikan dengan frekensi 1x/hari masing-masing sebesar 37,2%, dan diikuti telur

Universitas Sumatera Utara


42

46,5%, udang 18,6%, sapi dan kerang memiliki besar yang sama yaitu 7,0%.

Proporsi terbesar protein nabati remaja putri yaitu tempe dengan frekuensi 4-

6x/minggu sebesar 41,9% (18 orang) dan tahu 27,9%. Proporsi terbesar sayuran

remaja putri yaitu kangkung dengan frekuensi 4-6x/minggu sebesar 65,1% (28

orang), dan diikuti bayam 58,1%, daunubi 58,1%, sawi 48,8% dan kol 27,9%.

Proporsi terbesar buah-buahan remaja putri yaitu pepaya dengan frekuensi 4-

6x/minggu sebesar 39,5% (17 orang), dan diikuti mangga 37,2%, pisang 34,9%,

jeruk 32,6%, apel 30,2%, semangka 30,2%, dan alpukat 14,0%. Proporsi terbesar

jajanan remaja putri yaitu gorengan dengan frekuensi 4-6x/minggu sebesar 27,9%

(12 orang), dan diikuti kue manis 14,0%, somay 9,3%, bakso 7,0%, dan mie ayam

4,7%.

Tabel 12

Distribusi Remaja Putri Menurut Food Frequency di Agency Elmode


Management Tahun 2020

Bahan >1x/hari 1x/hari 4-6x/minggu 1-3/minggu 1-2/tahunTidak


Makanan pernah
n % n % n % n % n % n %

Makanan
Pokok
Nasi 34 79,1 9 20,9 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Mie 4 9,3 10 23,3 14 32,6 14 32,6 1 1,2 0 0,0
Roti 17 39,5 14 32,6 7 16,3 3 7,0 1 1,2 1 1,2
Protein
Hewani
Ayam 8 18,6 16 37,2 14 32,6 5 11,6 0 0,0 0 0,0
Sapi 2 4,7 3 7,0 7 16,3 16 37,2 8 18,6 7 16,3
Ikan 9 20,9 16 37,2 13 30,2 4 9,3 0 0,0 1 2,3
Kerang 0 0,0 3 7,0 9 20,9 14 32,6 4 9,3 13 30,2
Udang 2 4,7 8 18,6 11 25,6 19 44,2 3 7,0 0 0,0
Telur 12 27,9 20 46,5 7 16,3 4 9,3 0 0,0 0 0,0
(bersambung)

Universitas Sumatera Utara


43

Tabel 12

Distribusi Remaja Putri Menurut Food Frequency di Agency Elmode


Management Tahun 2020

Bahan >1x/hari 1x/hari 4-6x/minggu 1-3/minggu 1-2/tahunTidak


Makanan pernah
n % n % n % n % n % n %
Protein
Nabati
Tahu 5 11,6 14 32,6 12 27,9 11 25,6 0 0,0 1 2,3
Tempe 11 25,6 11 25,6 18 41,9 3 7,0 0 0,0 0 0,0
Sayuran
Bayam 0 0,0 3 7,0 25 58,1 15 34,9 0 0,0 0 0,0
Kangkung 1 2,3 3 7,0 28 65,1 11 25,6 0 0,0 0 0,0
Sawi 0 0,0 4 9,3 21 48,8 14 32,6 0 0,0 4 9,3
Daunubi 1 1,2 5 11,6 25 58,1 10 23,3 2 4,7 0 0,0
Kol 0 0,0 3 7,0 12 27,9 19 44,2 2 4,7 7 16,3
Buah
Alpukat 0 0,0 10 23,3 6 14,0 15 34,9 3 7,0 9 20,9
Apel 0 0,0 11 25,6 13 30,2 14 32,6 1 2,3 4 9,3
Jeruk 1 1,2 13 30,2 14 32,6 13 30,2 1 2,3 1 2,3
Mangga 0 0,0 7 16,3 16 37,2 17 39,5 1 2,3 2 4,7
Pepaya 1 2,3 7 16,3 17 39,5 15 34,9 0 0,0 3 7,0
Pisang 4 9,3 12 27,9 15 34,9 9 20,9 1 2,3 2 4,7
Semangka 0 0,0 8 18,6 13 30,2 19 44,2 0 0,0 3 7,0
Jajanan
Bakso 0 0,0 0 0,0 3 7,0 31 72,1 8 18,6 1 2,3
Somay 0 0,0 0 0,0 4 9,3 22 53,5 8 18,6 8 18,6
Mie 0 0,0 0 0,0 2 4,7 34 79,1 4 9,3 3 7,0
Ayam
Gorengan 2 4,7 8 18,6 12 27,9 15 34,9 1 2,3 5 11,6
Kue 3 7,0 6 14,0 6 14,0 20 46,5 1 2,3 7 16,3
Manis

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan di Agency Elmode Management dikategorikan menjadi 2

yaitu baik jika jenis makan beragam, jumlah menurut energi, protein, arbohidrat,

vitamin C dan zat besi baik dan frekuensi makan selalu dan tidak baik jika jenis

makannya tidak beragam, jumlah menurut energi, protein,karbohidrat, lemak,

vitamin C dan zat besi tidak baik dan frekuensi makan yang dikonsumsi jarang.

Universitas Sumatera Utara


44

Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa kebiasaan makan remaja putri di Agency

Elmode Management yang paling banyak yaitu kategori tidak baik ada 39 orang

(90,7) dan kebiasaan makan remaja putri yang paling sedikit yaitu baik ada 4

orang (9,3) . Distribusi kebiasaan makan remaja putri dapat dilihat pada tabel 13

berikut.

Tabel 13

Distribusi Menurut Kebiasaan Makan Remaja Putri

Kebiasaan Makan n %
Baik 4 9,3
Tidak Baik 39 90,7
Total 43 100,0

Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK)


Pada Remaja Putri

Berdasarkan Tabel 14 dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara

pengetahuan gizi dengan kejadian KEK diperoleh sebanyak 4 orang (13,3%)

dengan tingkat pengetahuan gizi baik pada remaja putri Kurang Energi Kronis

(KEK), sedangkan tingkat pengetahuan gizi cukup tidak ditemukannya remaja

putri Kurang Enegi Kronis (KEK). Hasil uji statistik dengan menggunakan

analisis chi square diperoleh nilai p>0,297 sehingga dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan pengetahuan gizi dengan Kurang Energi Kronis (KEK).

Tabel 14

Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Pengetahuan Gizi Remaja Putri

Kurang Energi Kronik


Pengetahuan Total
Tidak KEK KEK P value
Gizi n % n % n %

Baik 26 86,7 4 13,3 30 100 0,297


Cukup 13 100 0 0,0 13 100

Universitas Sumatera Utara


45

Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Kurang Energi Kronis


(KEK) pada Remaja Putri

Berdasarkan Tabel 15 dilihat bahwa pengelompokkan remaja putri

menurut kebiasaan makan diketahui bahwa remaja putri yang memiliki kebiasaan

makan baik dengan kondisi KEK ada sebanyak 1 orang (25,0%) dan remaja putri

yang memiliki kebiasaan makan tidak baik dengan kondisi KEK ada sebanyak 3

orang (75,0%)

Analisa statistik dengan menggunakan chi square menunjukan bahwa

tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan kejadia

Kurang Energi Kronis (KEK) pada remaja putri (p>0,256). Data hubungan

kebiasaan makan dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada remaja putri

disajikan pada tabel 15 dibawah ini.

Tabel 15

Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Kebiasaan Makan Remaja Putri

Kurang Energi Kronik


Kebiasaan Total
Tidak KEK KEK P value
Makan
n % n % n %
Baik 3 7,7 1 25,0 4 100 0,256
Tidak baik 36 92,3 3 75,0 39 100

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Kejadian Kurang Energi


Kronis (KEK)

Hasil analisis tingkat kecukupan energi dengan kejadian Kurang Energi

Kronis (KEK) terlihat bahwa 4 orang (10,3%) yang tingkat kecukupan energinya

kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan tidak

ditemukannya remaja putridengan tingkat kecukupan energi baik pada responden

Kurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai p>1,000, sehingga

Universitas Sumatera Utara


46

dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan energi dengan kejadian

Kurang Energi Kronis (KEK).

Tabel 16

Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Tingkat Kecukupan Energi


Remaja Putri

Tingkat Kurang Energi Kronik


Total
Kecukupan Tidak KEK KEK P value
Energi n % n % n %
Kurang 35 89,7 4 10,3 39 100 1,000
Baik 4 100 0 0,0 4 100

Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Kejadian Kurang


Energi Kronis (KEK)

Hasil analisis tingkat kecukupan karbohidrat dengan kejadian Kurang

Energi Kronis (KEK) terlihat bahwa 4 orang (10,0%) yang tingkat kecukupan

karbohidrat kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan

tidak ditemukannya remaja putri dengan tingkat kecukupan karbohidrat baik pada

remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai

p>1,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan

karbohidrat dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK).

Tabel 17

Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Tingkat Kecukupan


Karbohidrat Remaja Putri

Tingkat Kurang Energi Kronik


Total
Kecukupan Tidak KEK KEK P value
Karbohidrat n % n % n %
Kurang 36 90,0 4 10,0 40 100 1,000
Baik 3 100 0 0,0 3 100

Universitas Sumatera Utara


47

Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Kejadian Kurang Energi


Kronis (KEK)

Hasil analisis tingkat kecukupan lemak dengan kejadian Kurang Energi

Kronis (KEK) terlihat bahwa 3 orang (91,9%) yang tingkat kecukupan lemak

kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), ditemukannya remaja

putridengan tingkat kecukupan lemak baik yaitu 1 orang (16,7%) pada remaja

putriKurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,465

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan lemak dengan

kejadian Kurang Energi Kronis (KEK).

Tabel 18

Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Tingkat Kecukupan Lemak


Remaja Putri

Tingkat Kurang Energi Kronik


Total
Kecukupan Tidak KEK KEK P value
Lemak n % n % n %
Kurang 34 8,1 3 91,9 37 100 0,465
Baik 5 83,3 1 16,7 6 100

Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Kejadian Kurang Energi


Kronis (KEK)

Hasil analisis tingkat kecukupan protein dengan kejadian Kurang Energi

Kronis (KEK) terlihat bahwa 4 orang (13,3%) yang tingkat kecukupan protein

kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan tidak

ditemukannya remaja putri dengan tingkat kecukupan protein baik pada remaja

putriKurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai p>0,297,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan protein dengan

kejadian Kurang Energi Kronis (KEK).

Universitas Sumatera Utara


48

Tabel 19

Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Tingkat Kecukupan Protein


Remaja Putri

Tingkat Kurang Energi Kronik


Total
Kecukupan Tidak KEK KEK P value
Protein n % n % n %
Kurang 26 86,7 4 13,3 30 100 0,297
Baik 13 100 0 0,0 13 100

Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe) dengan Kejadian Kurang


Energi Kronis (KEK)

Hasil analisis tingkat kecukupan Zat besi (Fe) dengan kejadian Kurang

Energi Kronis (KEK) terlihat bahwa 4 orang (10,0%) yang tingkat kecukupan zat

besi kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), sedangkan tidak

ditemukannya remaja putri dengan tingkat kecukupan zat besi cukup pada remaja

putri Kurang Energi Kronis (KEK). Hasil uji statistik diperoleh nilai p>1,000,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan zat besi dengan

kejadian Kurang Energi Kronis (KEK).

Tabel 20

Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Tingkat Kecukupan Zat Besi (Fe)
Remaja Putri

Kurang Energi Kronik


Tingkat Total
Tidak KEK KEK P value
Kecukupan Fe
n % n % n %
Kurang 36 90,0 4 10,0 40 100 1,000
Cukup 3 100 0 0,0 3 100

Hubungan Tingkat Kecukupan Vitamin C dengan Kejadian Kurang Energi


Kronis (KEK)

Hasil analisis tingkat kecukupan vitamin C dengan kejadian Kurang

Energi Kronis (KEK) terlihat bahwa 3 orang (8,3%) yang tingkat kecukupan

Universitas Sumatera Utara


49

vitamin C kurang pada remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK), dan

ditemukannya remaja putri dengan tingkat kecukupan vitamin C cukup pada

remaja putri Kurang Energi Kronis (KEK) yaitu 1 orang (14,3%). Hasil uji

statistik diperoleh nilai p 0,523 . Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan

analisis chi square,ditunjukan bahwa tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen pada remaja putri.

Tabel 21

Distribusi Kurang Energi Kronis Menurut Tingkat Kecukupan Vitamin C remaja


Putri

Tingkat Kurang Energi Kronik


Total
Kecukupan Tidak KEK KEK P value
Vit.C n % n % n %
Kurang 33 91,7 3 8,3 36 100 0,523
Cukup 6 85,7 1 14,3 7 100

Universitas Sumatera Utara


Pembahasan

Pengetahuan Gizi Remaja Putri di Agency Elmode Management

Pengetahuan gizi adalah segala sesuatu yang diketahui dan dimengerti

oleh model remaja putri mengenai gizi seimbang. Metode yang digunakan adalah

dengan menjawab pertanyaan tentang gizi seimbang dalam bentuk kuisioner.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebanyak 69,8% remaja putri

memiliki pengetahuan gizi yang baik sementara 30,2% memiliki pengetahuan gizi

yang cukup. Hal ini dikarenakan remaja putri memiliki wawasan dan informasi

yang luas mengenai kesehatan gizi seimbang yang dipelajari disekolah maupun di

luar sekolah. Untuk kuisioner pegetahuan gizi meliputi tentang gizi seimbang,

remaja putri masih lemah menjawab bagian pertanyaan mengenai kelompok

makanan protein hewani dan kelompok makanan protein nabati.

Teori menyatakan bahwa, media informasi yang dapat menstimulasi

pengetahuan seseorang adalah: (1) Media cetak. Media cetak adalah alat-alat yang

dapat memberi informasi, media cetak tersebut antara lain: tulisan pada surat

kabar atau majalah yang membahas suatu informasi tentang gizi seimbang, leafet

adalah bentuk penyampaia informasi atau pesan mengenai pengetahuan gizi pada

remaja, poster adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan yang

biasanya ditempel ditembok-tembok, di tempat umum atau kendaraan umun, (2)

Media Elektronik. Media elektronik adalah sebagai sarana untuk menyampaikan

pesan atau informasi kesehatan. Jenis-jenis media elektronik antara lain: televisi,

Radio, dan Video, dan (3) Media Papan. Media papan merupakan suatu media

50
Universitas Sumatera Utara
51

yang terdapat di tempat-tempat umum, dapat diisi informasi pengetahuan, seperti

halnya informai tentang gizi (Notoatmodjo, 2003).

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan

gizi dengan kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) dengan p>0,297. Dikarenakan

lebih banyak remaja putri sudah memiliki pengetahuan gizi yang baik akan tetapi,

remaja putri dengan pengetahuan gizi baik justru Kurang Energi Kronis (KEK)

bila dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki pengetahuan gizi cukup. Ini

menunjukkan bahwa meskipun seseorang mengetahui teori mengenai gizi

seimbang belum tentu sudah menerapkan teori tersebut dalam kehidupannya

sehari-hari dikarenakan remaja putri takut memiliki badan yang obesitas (Gemuk)

dan terlihat jelek untuk di pandang.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian dilakukan oleh Dwi (2012),

dalam penelitiannya ditemukan bahwa korelasi antara Pengetahuan gizi dengan

status gizi dengan uji fisher’s exact test telah didapat nilai p hitung adalah 0,536

yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi.

Hal ini juga didukung penelitian oleh Ananda (2016), didalam

penelitiannya berjudul hubungan pengetahuan gizi dengan kejadian eating

disorder dan status gizi remaja di rw 01 tegowanu kulon, hasil analisis chi-square

didapat nilai p 0,549 yang artinya tidak ada hubungannya antara pengetahuan gizi

dengan status gizi remaja.

Faktor lain yaitu ketersediaan makanan, berdasarkan hasil wawancara

kepada remaja putri di Agency Elmode bahwa ketersediaan makanan dilingkungan

sekolah. Remaja putri terbanyak rata-rata fullday disekolah dan mereka hanya

Universitas Sumatera Utara


52

makan makanan yang tersedia di lingkungan sekolah. Sangat mudah memang

mencari makanan akan tetapi untuk menemukan makanan sehat dan bergizi

seimbang diperlukan keinginan yang kuat dari masing-masing remaja putri.

Remaja Putri lebih menyukai mengkonsumsi seperti makanan ringan atau snack.

Kebiasaan Makan Remaja Putri di Agency Elmode Management

Kebiasaan makan adalah perilaku makan remaja putri berdasarkan dengan

jenis, jumlah dan frekuensi makanan yang dikonsumsi sehari-hari yang akan

berdampak pada status gizi berdasarkan jumlah makanan, food frequency dan

recall 24 jam.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa kebiasaan makan

remaja putri dengan kategori baik adalah sebesar 9,3% sedangkan yang kategori

kebiasaan makan yang tidak baik sebesar 90,7%. Kebiasaan makan yang baik

apabila jika jenis makannya beragam. Jumlah menurut energi, protein, lemak,

karbohidrat, zat besi dan vitamin C baik serta frekuensi makan selalu.Sedangkan

kebiasaan makan kategori tidak baik jika jenis makannya tidak bergaram, jumlah

menurut energi, protein, lemak, karbohidrat, zat besi dan vitamin C dan frekuensi

makannya kadang-kadang.

Berdasarkan kebiasaan makan dengan kategori baik sebesar 25,0% remaja

KEK di Agency Elmode Management. Sedangkan yang termasuk dalam kategori

tidak baik sebesar 75,0% remaja KEK di Agency Elmode Management.

Berdasarkan hasil wawancara kepada remaja putri, bahwa remaja putri

lebih banyak memilih jenis makanan yang disukainya tanpa harus melihat

kandungan gizinya. Lalu remaja putri jarang memakan buah-buahan sehingga

Universitas Sumatera Utara


53

kecukupan zat gizinya tidak terpenuhi. dan jenis makannya tidak lengkap

dikarenakan tidak tersedianya buah-buahan di menu makan keluarga. Remaja

putri juga sering tidak makan malam dikarenakan setelah pulang latihan mereka

sudah kelelahan dan langsung tidur.

Jenis Makan Remaja Putri

Jenis makan adalah berbagai macam makanan yang dikonsumsi oleh

remaja putri yang dikelompokkan berdasarkan makanan pokok, protein (hewani

dan nabati) sayur-sayuran dan buahan. Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa

remaja putri yang mengkonsumsi jenis makanan yang beragam adalah sebesar

23,3% sedangkan yang mengkonsumsi jenis makanan yang tidak beragaram

adalah sebesar 76,7%. Dikatakan jenis makanan beragam apabila dalam sehari

remaja putri mengkonsumsi makanan pokok, protein (hewani atau nabati). Sayur-

sayuran dan buah-buahan.

Konsumsi bahan makanan perlu menunjukan adanya keanekaragaman. Hal

ini sangat baik dikarenakan tidak satu pun jenis makanan yang mengandung

semua zat gizi yang mampu membuat remaja putri untuk hidup sehat, tumbuh dan

berkembang. Oleh karena itu setiap remaja putri perlu mengkonsumsi aneka

ragam makanan. Karena jika kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu

jenis makanan maka akan dilengkapi oleh zat gizi yang sama dari makanan yang

lain. Jadi mengkonsumsi makanan yang beranekaragam akan menjamin

terpenuhinya kebutuhan tubuh dan kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun,

dan zat pengatur.

Universitas Sumatera Utara


54

Berdasarkan hasil penelitian umumnya remaja putri jarang sarapan nasi

mereka menggantinya dengan memakan roti sebagai makanan pokok sebelum

berangkat sekolah dikarenakan ketersediaan makanan di dalam keluarga.

Umumnya daging hanya sedikit dikonsumsi, dikarenakan dirumah masing-

masing remaja putri jarang memasak daging sapi yang harganya mahal. Dan

dikarenakan penyediaan makanan sehari hari jarang di sajikan di keluarga.

Sedangkan lauk nabati seperti tahu dan tempe dikonnsumsi remaja putri

dikarenakan sangat gampang di temukan. Sayuran yang sering dikonsumsi remaja

putri adalah sayur kangkung, sayur bayam, sayuran wortel, dan sayuran daun ubi

dikarenakan mereka mengikuti kebiasaan makanan keluarga yang sering disajikan

dirumah.

Jumlah Makanan Remaja Putri

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan dihitung dari jumlah

makanan remaja putri adalah menghitung kecukupan energi dan kecukupan

protein pada remaja putri di Agency Elmode Management kota Medan.

Kecukupan Energi Remaja Putri

Berdasarkan hasil penelitian konsumsi rata-rata energi remaja putri KEK

sesuai umur yaitu umur 13-18 tahun masih kurang dari 2125 kkal/hari. Hal ini

menunjukan bahwa rata-rata konsumsi energi remaja putri KEK dalam sehari

masih kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang telah dianjurkan.

Kecukupan energi remaja putri sebesar 9,3% dalam kategori baik sedangkan

remaja putri yang energinya kurang sebesar 90,7%.

Universitas Sumatera Utara


55

Berdasarkan hasil wawancara kepada remaja putri KEK di Agency Elmode

Management bahwa rata rata konsumsi energi kurang dari 2125 kkal/hari

dikarenakan remaja putri lebih sering mengkonsumsi makanan yang ada

dilingkungan sekolah seperti batagor, rujak dan lain sebagainya dalam jumlah

porsi yang sedikit hanya 1/2 porsi bahkan lebih kecil sehingga untuk asupan

energi tidak terpenuhi.

Kecukupan Protein Remaja Putri

Berdasarkan kategori, kecukupan protein pada ibu hamil untuk kategori

baik adalah sebesar 30,2 % dan kategori kurang 69,8%. Dari hasil diperoleh lebih

banyak remaja putri yang proteinnya kurang, anjuran AKG protein pada remaja

putri yaitu umur 13-15 tahun 69 g/hari dan umur 16-18 tahun 59 g/hari. Dari hasil

wawancara didapatkan bahwa remaja putri di Agency Elmode Management rata-

rata mengkonsumsi ikan sebanyak 4-6 kali dalam seminggu.

Protein pada remaja putri masih belum tercukupi dikarena remaja putri

mengkonsumsi ikan dalam porsi yang kecil dan tidak setiap hari dikonsumsi.

Protein digunakan untuk proses zat pembangun dimasa pertumbuhan sedangkan

ketika dewasa dan manula protein berguna untuk mempertahankan jaringa-

jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang telah rusak, jika kebutuhan protein

kurang atau tidak terpenuhi maka proses regenerasi sel tubuh pun melambat

(Kusharisupeni 2007).

Kecukupan Karbohidrat Remaja Putri

Berdasarkan hasil wawancara konsumsi karbohidrat remaja putri masih

kurang dari AKG yaitu berdasarkan umur 13-18 tahun 292 g dan 19 tahun 309 g.

Universitas Sumatera Utara


56

Remaja putri lebih banyak memilki karbohidrat yang kurang yaitu sebesar 93,0%

dan yang baik hanya 7,0%. Hal ini dikarenakan remaja putri sering sekali

mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan porsinya sehingga di dapat

jumlah karbohidrat yang tidak tercukupi dan mereka juga sering sekali memilih

makanan yang disukainya tanpa harus melihat kandungan gizi yang sangat

dibutuh oleh tubuh. Misalnya bubur ayam dalam jumlah ukuran ½ porsi.

Kecukupan Zat Besi pada Remaja Putri

Berdasarkan kategori, kecukupan zat besi pada remaja putri untuk kategori

kurang 93,0 % dan kategori cukup hanya 7,0%. Dari hasil wawancara kepada

remaja putri di Agency Elmode Management telah didapat bahwa remaja putri

sangat jarang sekali mengkonsumsi suplemen penambah darah dikarenakan

kurangnya kesadaran akan pentingnya zat besi (Fe) untuk remaja putri, tetapi ada

beberapa remaja putri yang mengkonsumsi tablet atau suplemen penambah darah

dikarenakan remaja putri memiliki darah rendah yang sering membuat kepala

menjadi pusing. Dari hasil jumlah makanan yang dikonsumsi sehari hari sedikit

sekali kandungan zat besi sehingga zat besi yang terjadi kepada remaja tidak

tercukupi. Maka dari itu remaja putri sangat dianjurkan untuk meminum tablet

penambah darah agar zat besinya tercukupi. Zat besi atau fe sangat berperan

penting khususnya pada remaja putri untuk membentuk hemoglobin. Agar tidak

terjadi anemia pada remaja putri hal ini dikarenakan remaja putri pasti mengalami

haid yang dapat menyebabkan kadar darah berkurang.

Universitas Sumatera Utara


57

Kecukupan Vitamin C pada Remaja Putri

Berdasarkan hasil penelitian konsumsi rata-rata vitamin C pada remaja

putri dalam kategori kurang 83,7% dan yang cukup hanya 16,3%. Dari hasil

wawancara kepada remaja putri di Agency Elmode Management bahwa rata-rata

masih banyak vitamin C yang masih kurang dikarenakan faktor pemilihan

makanan, remaja putri jarang mengkonsumsi makanan atau minuman yang

banyak mengandung Vitamin C. Misalnya meminum jus jeruk atau jus mangga 1x

seminggu jika lagi ingin saja. Remaja putri juga pernah mengkonsumsi permen

vitamin C 500 mg tetapi itu sangat jarang di konsumsi.

Vitamin C sangat sangat berperan dalam absorbsi besi dengan jalan

meningkatkan absorbsi zat besi, vitamin C juga membantu absorbsi kalsium

dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan, dan vitamin C

membantu untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.(Almatsier,

2016)

Frekuensi Makan Remaja Putri

Frekuensi Makan adalah tingkat keseringan makan yang di lakukan oleh

remaja putri dalam sehari. Adapun frekuensi makan terbagi atas dua yaitu

frekuensi makan menurut makan utama dan frekuensi makan menurut jenis, rata

rata remaja putri mengkonsumsi maknaan dengan frekuensi selalu lebih dari tiga

kali per hari sebesar 79,1 % yaitu terdiri dari makanan utama. Biasanya dengan

jadwal makan yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB sebelum melakukan aktifitas

sekolah , dan siang hari pukul 13.00 WIB pada jam istirahat sekolah dan malam

pukul 19.15 WIB. Hal ini diketahui berdasarkan wawancara dengan remaja putri.

Universitas Sumatera Utara


58

Berdasarkan hasil wawancara kepada remaja putri di Agency Elmode

Management bahwa konsumsi makanan pokok remaja putri adalah nasi dengan

ferkuensi sering. Hal ini dikarenakan makanan dalam keluarga selalu di sajikan

nasi, selain itu mie dan roti juga dikonsumsi pada saat sarapan dengan frekuensi

3-5 kali perminggu ketika remaja putri tidak ingin memakan nasi.

Berdasarkan hasil wawancara kepada remaja putri bahwa konsumsi lauk

pauk remaja putri rata-rata dengan konsumsi ikan dan ayam. Hal ini dikarenakan

gampang di temui di pasar oleh ibu remaja putri untuk disajikan konsumsi sehari-

hari. Konsumsi telur, tempe dan tahu juga dikonsumsi tetapi hanya sekitar 25 g

saja yang dimakan sebagai penambah asupan protein hewani dan nabati.

Berdasarkan hasil wawancara bahwa yang lainnya seperti : minuman teh

atau kopi dan kue lainnya, remaja putri jarang meminum teh dan kopi, tetapi

mereka sering memakan sejenis kue dan gorengan. Dikarenakan remaja putri

kurang menyukai kopi dan jarang membuat teh dirumah untuk di minum.

Kurang Energi Kronis (KEK) pada Remaja Putri

Kurang Energi Kronis (KEK) adalah suatu keadaan kekurangan makanan

dan asupan energi dalam waktu lama pada remaja putri yang berlangsung secara

terus menerus dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada remaja putri

dengan menggunakan hasil Z-Score.

Menurut Sediaoetama (2010), penyebab KEK terdiri atas penyebab

langsung dan tidak langsung, yang termasuk dalam penyebab langsung adalah

asupan makanan atau pola konsumsi dan infeksi yang diderita. Sedangkan yang

termasuk penyebab tidak langsung ialah penurunan nafsu makan dan konsumsi

Universitas Sumatera Utara


59

makan, hambatan absorbsi akibat penyakit infeksi atau kecacingan, rendahnya

ekonomi, pendidikan rendah, produksi pangan yang tidak mencukupi, hygiene dan

sanitasi yang kurang baik, paritas/jumlah anak terlalu banyak, penghasilan rendah,

dll. KEK disebut sebagai penyakit multikausa faktor yang berarti bahwa banyak

hal yang menyebabkan timbulnya penyakit KEK.

Remaja putri akan mengalami growth spurt (pertumbuhan pesat), growth

spurt pada masa remaja terjadi di fase terakhir masa transisi antara anak-anak dan

dewasa meliputi bertambahnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya

ukuran kaki, tulang membesar, nafsu makan meningkat. Dimana di fase ini remaja

putri harus lebih memperhatikan kebiasaan makan yang dkonsumsi. Jika Asupan

zat gizi yang dikonsumsi kurang maka tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang

seharusnya di butuhkan. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tubuh remaja

putri.

Menurut Marlenywati (2010), salah satu kelompok yang paling rawan

terhadap masalah gizi terutama KEK adalah wanita yang mengalami kehamilan

diusia remaja 15-19 tahun. Kehamilan yang terjadi pada usia remaja disertai

dengan kondisi KEK yang asupan gizi yang kurang merupakan kehamilan yang

beresiko tinggi karena terjadi kompetisi nutrisi pada ibu hamil usia remaja dengan

janin yang dikandungnya. Remaja putri pasti akan mengalami proses kehamilan,

jika kehamilan itu terjadi pada saat kondisi KEK maka berdampak terhadap

dirinya sendiri dan juga kepada calon bayi yang akan dilahirkan. Resiko yang

timbul yaitu bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan

akan terjadi stunting (Kalanda,2007;WHO dan UNICEF, 2004). Agar terhindar

Universitas Sumatera Utara


60

dari resiko yang di timbulkan maka kebutuhan zat gizi remaja putri meliputi zat

gizi makro dan zat gizi mikro harus tercukupi dengan baik.

Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Kurang Energi Kronis


(KEK) pada Remaja Putri

Menurut Wirakususmah 1994, kebiasaan makan adalah faktor penting

yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan seseorang khususnya remaja yang

membutuhkan asupan gizi yang cukup dalam perkembangannya

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa pengelompokkan remaja putri

menurut kebiasaan makan diketahui bahwa remaja putri yang memiliki kebiasaan

makan baik dan dengan kondisi KEK ada sebesar 25,0% dan yang tidak baik

dengan kondisi KEK 75,0%. Sedangkan remaja putri kebiasaan makan baik

dengan kondisi tidak KEK sebesar 7,7% dan remaja putri yang memiliki

kebiasaan makan tidak baik dengan kondisi tidak KEK ada sebesar 92,3%.

Analisa statistik dengan menggunakan analisis Chi Square, menunjukkan bahwa

tidak adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan kejadian

Kurang Energi Kronis (KEK) pada remaja putri (p>0,256).

Berdasarkan hasil wawancara kepada remaja putri di Agency Elmode

Management melalui food recall dan food frequency bahwa remaja putri tidak

memiliki kebiasaan makan yang baik secara kategori dilihat dari jenis beragam,

jumlah menurut energi,protein, karbohidrat, vitamin C dan zat besi, serta

frekuensi makanan sehari hari yang dikonsumsi oleh remaja putri jarang. dilihat

secara Angka Kecukupan Gizi (AKG) jumlah menurut zat mikro dan zat makro

masih kurang. Menurut jenis makan tidak beragam dikarenakan dalam makan

Universitas Sumatera Utara


61

sehari-hari remaja putri jarang mengkonsumsi buah-buahan, dan kacang-

kacangan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah di dapat bahwa ada remaja yang

memiliki kondisi KEK tetapi memiliki kategori jenis makan yang beragam, dan

kecukupan zat makro dan zat mikronya tercukupi dikarenakan faktor keturunan,

dimana keluarganya memiliki bentuk tubuh rata-rata yang sangat kurus. Hal ini

menunjukkan tidak ada hubungannya kebiasaan makan dengan kejadian KEK

pada remaja putri di Agency Elmode Management juga disebabkan remaja putri

tersebut masih dalam masa pertumbuhan yaitu umur 13-19 tahun sedangkan hasil

nilai pengukuran KEK yang seharusnya dilakukan pada Wanita Usia Subur

(WUS) rentang usia 20-29 tahun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aisyah 2017 hasil

uji analisis antara hubungan kebiasaan makan dengan IMT menggunakan analisis

Chi-Square, telah didapatkan nilai nilai p yaitu 0,321 (p ≤ 0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan makandengan

IMT.

Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho 2016,

dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan pola makan dengan perubahan

IMT pada mahasiswa semester 2”. Didapatkan hasil analisis uji statistik Chi

Square anatar pola makan dengan IMT menunjukkan nilai p >0,106 yang artinya

tidak ada hubungan pola makan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Azizah 2014 Hubungan kebiasaan

makan pokok dan lauk dengan status gizi dengan hasil uji statistik chi square

Universitas Sumatera Utara


62

Pvalue masing-masing sebesar p<0,964 dan p<0,858 yang dapat disimpulkan

bahwa tidak adanya ditemukan hubungan yang signifikan.

Kebiasaan makan remaja dan dewasa muda di pengaruhi oleh banyak

faktor, termasuk pengaruh teman sebaya yang ada di sekolah, dan ketersediaan

makanan. Namun menurut khumaidi 1994 ada dua faktor yang mempengaruhi

kebiasaan makan manusia yaitu faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia)

dan instrinsik (yang berasal dari dalam manusia). Kebiasaan makan remaja

dipengaruhi oleh lingkungan, teman sebaya, kehidupan sosial dan kegiatan yang

dilakukan diluar rumah (Almatsier et al., 2011)

Tidak didapatnya hubungan antara kebiasaan makan dengan kejadian KEK

juga dipengaruhi oleh faktor pemilihan makanan yang disukai remaja danfaktor

umur remaja putri di Agency Elmode Management yang masih dalam masa

pertubuhan yaitu umur 13-19 tahun.

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Kejadian Kurang Energi


Kronis (KEK)

Tingkat kecukupan energi berdasarkan hasil penellitian didapat bahwa

remaja putri diperoleh sebanyak 90,7% yang memiliki tingkat energi yang kurang

dan yang memiliki tingkat kecukupan energi baik 9,3%. Sedangkan pada semua

remaja putri asupan energi kurang dengan kondisi KEK ada sebesar 10,3%.

Penelitian ini menunjukkan bahwa remaja putri lebih banyak yang memiliki

tingkat kecukupan energi kurang. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada

hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kejadan Kurang Energi Kronis

(KEK) dengan nilai p> 1,000.

Universitas Sumatera Utara


63

Berdasarkan hasil wawancara kepada remaja putri di Agency Elmode

Management melalui food recall dan food frequency bahwa di peroleh hasil rata-

rata remaja putri dengan kondisi KEK jumlah energi dibawah jumlah anjuran

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang telah ditentukan yaitu 2125 kkal/hari

dikarenakan sebagian remaja putri yang kurang nafsu makan dan remaja putri

lebih sering mengkonsumsi makanan yang ada dilingkungan sekolah seperti

batagor, rujak dan lain sebagainya dalam jumlah porsi yang sedikit hanya 1/2

porsi bahkan lebih kecil sehingga untuk asupan energi tidak terpenuhi dengan

alasan takut terlihat gemuk.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Deny Yuliansih (2007)

yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan energi dengan status

gizi. Hal ini dilihat dari responden pada kelompok yang memiliki asupan energi

kurang, sebagian besar memiliki status gizi normal.

Menurut Moehji (2003) yang mengatakan bahwa asupan energi yanng

kurang dari kebutuhan berpotensi terjadinya penurunan status gizi.

Asupan energi yang rendah akan berdampak pada status gizi, kurangnya

asupan energi berpengaruh pada ketersediaan zat gizi lainnya seperti karbohidrat,

protein, dan lemak yang merupan sumber energi alternatif. Apabila tubuh

kekurangan energi maka karbohidrat, protein, lemak akan mengalami perubahan

untuk menjadi sumber energi. sehingga fungsi utama dari ketiga zat gizi tersebut

akan menurun. Jika berlangsung lama dalam waktu lama akan terjadi perubahan

berat badan dan kerusakan jaringan tubuh.

Universitas Sumatera Utara


64

Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Kejadian Kurang


Energi Kronis (KEK)

Tingkat kecukupan karbohidrat remaja putri diperoleh sebanyak 93,0%

memiliki tingkat kecukupan karbohidrat kurang sementara baik 7,0%. Nasi

merupakan sumber karbohidrat yang paling banyak dikonsumsi remaja putri.

Remaja putri mengonsumsi nasi >1x/hari. Selain dari nasi, asupan karbohidrat

remaja putrijuga didapat dari bahan makan lainnya seperti mie dan roti. Sebagian

remaja putri mengonsumsi roti sebagai sarapan pagi mereka.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat

kecukupan karbohidrat dengan kejadan Kurang Energi Kronis (KEK) dengan p

value >1,000. Pada tingkat kecukupan karbohidrat terlihat kecenderungan remaja

putri yang mengonsumsi karbohidrat kurang sebesar 10,0% yang KEK dan remaja

putri yang mengonsumsi karbohidrat baik sebesar 0,0% yang KEK. Walaupun p

value yang dihasilkan tidak menunjukkan adanya hubungan, tetapi dari

kecenderungan yang ada dapat dilihat bahwa remaja putri yang mengonsumsi

karbohidrat kurang memiliki kondisi Kurang Energi Kronis (KEK).

Hasil dari wawancara singkat dengan remaja putri didapatkan bahwa

mereka berfikir kebanyakkan mengkonsumsi makanan pokok akan menambah

berat badan mereka sehingga hal tersebut juga dapat mempengaruhi asupan

makan yang mereka konsumsi, karena mereka membatasi asupan makanan yang

di anggap dapat membuat berat badan mereka bertambah dari sebelumnya,

dengan mengurangi porsi makan perhari.

Menurut hasil penelitian Muchalisa 2013, yang berjudul Hubungan

Asupan zat gizi dengan Status Gizi pada Remaja Putri di fakultas kesehatan

Universitas Sumatera Utara


65

masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar 2013 telah di dapatkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan status gizi

berdasarkan IMT dengan nilai significancy yaitu p=0,000.

Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Kejadian Kurang Energi


Kronis (KEK)

Tingkat kecukupan lemak remaja putri diperoleh sebanyak 86,0%

memiliki tingkat kecukupan lemak kurang sementara baik 14,0%. Remaja putri

sering mengonsumsi jajanan seperti gorengan, kue manis dan makanan bersantan

tetapi dengan jumlah ½ porsi. Selama remaja putri mengikuti pelatihan di Agency

Elmode Management mereka membatasi makanan yang banyak mengandung

lemak upaya untuk mengurangi kegemukan pada tubuh.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat

kecukupan lemak dengan kejadian KEK dengan p value 0,465. Pada tingkat

kecukupan lemak dapat dilihat kecenderungan remaja putri dengan tingkat

kecukupan lemak kurang 91,9% yang KEK dan remaja putri dengan tingkat

kecukupan lemak baik 16,7% yang Kurang Energi Kronis (KEK).

Asupan lemak remaja putri yang kurang juga di sebabkan oleh karena

jumlah porsi dan frekuensi makan remaja putri yang kurang sehingga belum mapu

mencukupi kebutuhan lemak remaja putri.

Universitas Sumatera Utara


66

Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Kejadian Kurang Energi


Kronis (KEK)

Tingkat kecukupan protein remaja putri diperoleh sebanyak 69,8%

memiliki tingkat kecukupan protein kurang dan kecukupan protein dalam ketegori

baik yaitu 30,2%. Ayam dan ikan merupakan sumber protein yang paling banyak

dikonsumsi remaja putri. Untuk sumber protein nabati lebih banyak didapat dari

tempe.

Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara asupan

protein dengan kejadian KEK dengan p value <0,297. Walaupun tidak telihat

adanya hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kejadian KEK tetapi,

pada hasil penelitian terlihat kecenderungan bahwa semua responden yang KEK

tingkat kecukupan proteinnya kurang yaitu sebesar 13,3%.

Asupan protein kurang atau lebih tidak berpengaruh terhadap perubahan

berat badan karena kelebihan asupan protein tidak disimpan oleh tubuh seperti

yang terjadi pada kelebihan asupan energi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Meriska Cesia (2017) yang

Menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara asupan protein dengan kejadian

KEK pada wanita usia subur di kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Ausa dan syaffuddin

(2013) yang mendapatkan hasil bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna

antara asupan protein dengan kejadia KEK (p=0,208). Namun penelitian ini tidak

sejalan dengan pnelitian oleh Simarmata dan Muchlisa yang menemukan hasil

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan status

Gizi (P<0.05)

Universitas Sumatera Utara


67

Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Besi atau Fe dengan Kejadian Kurang


Energi Kronis (KEK)

Zat besi atau fe sangat berperan penting khususnya pada remaja putri

untuk membentuk hemoglobin agar tidak terjadi anemia pada remaja putri hal ini

dikarenakan remaja putri pasti mengalami haid setiap bulan yang dapat

menyebabkan darah berkurang

Tingkat kecukupan zat besi remaja putri diperoleh sebanyak 90,0% yang

memiliki tingkat kecukupan zat besi yang kurang dengan kondisi tidak KEK,

sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat zat besi yang kurang dengan

kondisi KEK adalah sebesar 10,0%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya

hubungang antara zat besi dengan kejadian KEK dengan P value <1,000.

Dari hasil wawancara kepada remaja putri telah didapat bahwa konsumsi

zat besi yang kurang pada remaja putri dikarenakan remaja putri lebih banyak

mengkonsumsi makanan atau sayuran yang zat besinya relatif lebih sulit diserap

dan daging putih yaitu ikan atau daging ayam dibandingkan daging merah yaitu

daging sapi, kambing, atau daging domba yang memiliki sumber zat besi relatif

lebih tinggi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Meriska Cesia (2017) yang

Menyatakan bahwa tidak adanya hubungan antara asupan zat besi dengan

kejadian KEK pada wanita usia subur di kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian oleh Hamid (2014) yang

melihat bahwa tidak adanya hubungan antara asupan zat besi dengan kejadian

KEK dengan nilai Significancynya sebesar p<0,783.

Universitas Sumatera Utara


68

Hubungan Tingkat Kecukupan Vitamin C dengan Kejadian Kurang Energi


Kronis (KEK)

Vitamin C sangat sangat berperan dalam absorbsi besi dengan jalan

meningkatkan absorbsi zat besi, vitamin C juga membantu absorbsi kalsium

dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan, dan vitamin C

membantu untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. (Almatsier,

2016)

Tingkat kecukupan vitamin C remaja putri yang meiliki tingkat kecukupan

vitamin C yang kurang dengan kondisi KEK diperoleh sebanyak 8,3%

sedangkan remaja putri yang memiliki tingkat kecukupan vitamin C yang cukup

dengan kondisi KEK adalah sebesar 14,3%. Hasil uji statistik menunjukkan tidak

adanya hubungang antara vitamin Cdengan kejadian KEK dengan P value <0,523

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Muchlisa dkk (2013),

asupanvitamin C, asam folat dan kalsium tidak terdapat hubungan yang sigifikan

dengan status status gizi (IMT dan LILA) pada remaja putri FKM UNHAS.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur

ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan seperti dalam proses

wawancara mengenai kebiasaan makan menggunakan formulir food recall 24 jam

dan food frequency remaja putri susah untuk mengingat jenis makanan yang

dikonsumsi. Remaja putri juga memiliki waktu yang terbatas dikarenakan

pertemuan untuk wawancara dilakukan setelah selesai latihan modelling pukul

22:00 WIB sehingga terkadang jawaban yang diberikan oleh remaja putri tidak

menunjukkan keadaan sesungguhnya.

Universitas Sumatera Utara


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh beberapa hal

yang dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut :

1. Karakteristik remaja putri yang ada di Agency Elmode Management sebagian

besar (69,8%) berusia 15-17 tahun, dengan pendidikan terbanyak adalah SMA

sebesar 81,4%.

2. Sebagian besar remaja putri berstatus gizi kurus sebesar 53,5% dan untuk

remaja putri yang mengalami KEK sebesar 9,3%

3. Berdasarkan tingkat pengetahuan lebih banyak remaja putri dengan

pengetahuan gizi kategori baik sebesar 69,8%, berdasarkan jenis makan

remaja putri lebih banyak memiliki jenis makan tidak beragam sebesar 76,7%,

menurut kebiasaan makan remaja putri sebagian besar dengan kategori tidak

baik yaitu sebesar 90,7%. Hasil menunjukkan tidak adanya hubungan antara

pengetahuan gizi dan kebiasaan makan dengan kejadian KEK pada remaja

putri di Agency Elmode Management Kota Medan, dikarena lebih banyak

remaja putri sudah memiliki pengetahuan gizi yang baik akan tetapi, remaja

putri dengan pengetahuan gizi baik justru Kurang Energi Kronis (KEK) bila

dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki pengetahuan gizi cukup. Ini

menunjukkan bahwa meskipun seseorang mengetahui teori mengenai gizi

seimbang belum tentu sudah menerapkan teori tersebut dalam kehidupannya

sehari-hari.

69
Universitas Sumatera Utara
70

4. Berdasarkan tingkat kecukupan energi rata-rata remaja putri dalam kategori

kurang yaitu sebesar 90,7%. Berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat rata-

rata remaja putri dalam kategori kurang sebesar 93,0%. Berdasarkan tingkat

kecukupan protein rata-rata remaja putri dalam kategori kurang yaitu 69,8%.

Berdasarkan tingkat kecukupan lemak rata-rata remaja putri dalam kategori

kurang yaitu 86,0%. Menurut tingkat kecukupan zat besi rata-rata remaja putri

dalam kategori kurang sebesar 93,0%, begitu juga menurut tingkat kecukupan

vitamin C rata-rata remaja putri dalam kategori kurang yaitu sebesar 83,7%.

Tingkat kecukupan zat gizi ini sebagian besar termasuk dalam kategori

kurang dikarenakan remaja putri kurang nafsu makan dan remaja putri lebih

sering mengkonsumsi makanan yang ada dilingkungan sekolah seperti

batagor, rujak dan lain sebagainya dalam jumlah porsi yang sedikit hanya 1/2

porsi bahkan lebih kecil sehingga untuk asupan energi tidak terpenuhi dan

juga remaja putri masih lebih sering memilih makanan yang disukainya tanpa

harus mengetahui kandungan zat gizi didalam makanan tersebut.

5. Resiko-resiko KEK yang terjadi jika asupan gizi terus berkurang ialah

melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), janin mati dalam

kandungan (asfiksia intra parftum), gizi buruk, penyakit infeksi, dan

kematian.

Saran

1. Diharapkan kepada Agency Elmode Management membuat kebijakan setiap

bulannya untuk memperhatikan status gizi remaja putri seperti memberi

Universitas Sumatera Utara


71

edukasi melalui nonton bersama mengenai pentingnya kesehatan tubuh dan

menempel poster-poster kesehatan.

2. Diharapkan bagi remaja putri untuk menerapkan pola makan sehat sehari-

hari, mengosumsi vitamin seperti vitamin C dan Zat besi, dan menjaga

asupan makanan yang dikonsumsi agar zat gizinya terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


Daftar Pustaka

Almatsier, S. (2004). Prinsip dasar ilmu gizi (Edisi ke-2). Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Almatsier, S. (2016). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Ananda, R. (2016). Hubungan pengetahuan gizi dengan eating disorder dan


status gizi pada remaja laki laki di RW 01 Desa Tegowanu Kulon
Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan (Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Semarang). Diakses dari
http://repository.unimus.ac.id/87/

Artika, Y. (2016). Hubungan pengetahuan gizi, kebiasaan makan dan gangguan


makan pada penari remaja wanita Tahun 2016. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 6(1) 9-17. Diakses darihttp://ejournal.unair.ac.id/JBE/
article/download/9499/5350.

Arisman, M. B. (2014). Buku ajar ilmu gizi dalam daur kehidupan (Edisi 2).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ausa, E. S., Jafar, N. & Indriasari, R. (2013). Hubungan pola makan dan status
gizi ekonomi dengan kejadian KEK pada WUS di Kabupaten Gowa Tahun
2013 (Skripsi, Universitas Hasanuddin). Diakses dari
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/M2Y
wMjIxMmNhOGVmNmI3ZDUzZTNhMWY5NjUyMDM1MzEzMzg3N
mQ4Nw==.pdf

Azizah, B. & Nita, S. (2014). Hubungan kebiasaan makan gizi seimbang dengan
status gizi (Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan). Diakses
dari http://repository.usd.ac.id/32611/2/158114071_full.pdf

BKKBN. (2018). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017: Kesehatan


Reproduksi Remaja. Diakses dari https://e-koren.bkkbn.go.id/wp-
content/uploads/2018/10/Laporan-SDKI-2017-Remaja.pdf

Brown, J. E., Isaacs, J. S., Krinkle, U. B., Lechtenberg, E., Murtaugh, M. A., &
Sharbaug, C. (2011). Nutrition trought the life cycle 2 nd edition. United
States of America: Thomson Wadsworth.

Clay, A. J. (2015). Hubungan body image. Pola konsumsi dan aktifitas fisik
dengan status gizi siswi SMA 21 Bandung (Skripsi, Universitas Pasundan
Bandung). Diakses dari http://repository.unpas.ac.id/29841/.

72
Universitas Sumatera Utara
73

Della, A. & Enny, P. (2017). Tingkat kecukupan zat gizi dan kadar hemoglobin
pada atlet sepak bola tahun 2017. Jurnal of Nutrition College, 6(1), 28-34.
Diakses dari http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnc.

Deny, Y. (2007). Hubungan asupan gizi dan gangguan makan pada remaja wanita
Tahun 2007. Jurnal Berkala Epidemiologi, 6(1) 9-17. Diakses dari
http://ejournal.unair.ac.id/JBE/article/download/9499/5350.

Departemen Kesehatan RI. (1995). Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Erpridawati, D. D. (2012). Hubungan pengetahuan tentang gizi dengan status


gizi siswa smp di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyer (Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta). Diakses dari
http://eprints.ums.ac.id/22551/

Fitriana, D. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kek pada ibu


hamil di Puskesmas Baturraden II Kabupaten Banyumas (Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto). Diakses dari http://repository.
ump.ac.id/875/

Food and Agriculture Organization. (2016). Minimum Dietary Diversity for


Women. Diakses dari http://www.fao.org/3/a-i5486e.pdf

Gibson, R. S. (2005). Principles of nutritional and assessment (Second Edition).


New York, USA: Oxford University Press Inc.

Hamid, F. (2014). Analisis faktor-faktor resiko kekurangan energi kronis (KEK)


pada wanita usia subur di Kota Makassar Tahun 2014 (Skripsi,
Universitas Hassanudin). Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/
25496658.pdf

Kalanda, B. F. (2007). Maternal antropometry and weight gain as risk factor for
poor pregnancy outcomes is a Rural Area of Southern Malawi. Malawi
Medical Journal, 19(4), 149-153.

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi


Makanan dan Aktifitas Fisik untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular.
Diakses dari http://r2kn.litbang.kemkes.go.id:8080/handle/123456789/
75434

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Umum Gizi Seimbang. Diakses dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-sepuluh-
pedoman-gizi-seimbang

Universitas Sumatera Utara


74

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 75 Tahun 2013


tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Diakses
dari https://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20
Riskesdas%202013.pdf.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2015. Diakses dari https://www.pusdatin.kemkes.go.id/article/view/
16091600001/profil-kesehatan-indonesia-tahun-2015.html

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Situasi Gizi di Indonesia.


Diakses dari https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/16061400002/
situasi-gizi-di-indonesia.html

Khosman, A. (2000). Teknik pengukuran pengetahuan gizi. (Edisi ke-1). Bogor :


Institut Pertanian Bogor

Khosman, A., Budi, S., Clara, M. K., Diah, K. P., Emmy, S. K., Faisal, A., &
Yayuk, F. B. (2010). Pengantar pangan dan gizi (Edisi ke-3). Depok :
Penebar Swadaya.

Khumaidi. (1994). Bahan pengajaran gizi masyarakat. Jakarta : BPK Gunung


Muka.

Kusharisupeni. (2007). Gizi dalam dasar kehidupan (prinsip-prinsipdasar) dalam


gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Lubis, L. A. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan


energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Langsa Lama Kota
Langsa Tahun 2015. Jurnal USU, 3(2). Diakses dari
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/12318

Marlenywati. (2010). Risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil remaja
(usia 15-19 tahun) di Kota Pontianak. Tahun 20120 (Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat). Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/
20308990-T%2031704-Risiko%20kurang-full%20text.pdf

Moehji, S. (2003). Penanggulangan gizi buruk. Jakarta : Papar Sinar Sinanti.

Muchlisa, Citrakesumasari, & Indriasari, R. (2013). Hubungan asupan zat gizi


dengan status gizi pada remaja di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanudin Makasar Tahun 2013 (Skripsi, Universitas
Hasanudin). Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/25490842.pdf

Universitas Sumatera Utara


75

Ningsih, F. (2014). Hubungan pola makan dan status sosial ekonomi dengan
kejadian kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Tompo
bulu Kabupaten Gowa Tahun 2014 (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar). Diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/
1694/1/firianingsih.pdf

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku


kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta : PT Rineka


Cipta

Nursalam. (2013). Konsep penerapan metode penelitian ilmu keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Putri, M. C. (2017). Hubungan Asupan makan dengan kejadian kurang energi


kronis (KEK) pada wanita usia subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi
Besar Kabupaten Lampung Tengah (Skripsi, Universitas Lampung).
Diakses dari https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/
view/2260

Riduwan. (2013). Dasar-dasar statistika. Bandung: Alfabeta.

Sediaoetama, A. D. (2000). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi di Indonesia.


(Edisi ke-1). Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.

Sediaoetama, A. D. (2010). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta : Dian
Rakyat.

Shills. (2006). Nutrisi modern. North Carolina, USA: Lippincott Williams&


Wilkins.

Simarmata, M. (2008). Hubungan pola konsumsi, ketersediaan pangan,


pengaturan gizi dan status kesehatan dengan kejadia KEK pada ibu hamil
di Kabupaten Simalungun Medan (Skripsi, Universitas Sumatera Utara).
Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/
6724/?sequence=3

Soekirman. (2000). Ilmu gizi dan aplikasinya: untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.Supariasa, I. D. N., Bakri,
B. & Fajar, I. (2012). Penilaian status gizi. Jakarta : EGC.

Supariasa, I. D. N. (2013). Penilaian status gizi (Edisi Revisi). Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Universitas Sumatera Utara


76

Suharsimi, A. (2010). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Wirakusumah. (1994). Cara aman efektif menurunkan berat badan dan


kesehatan tubuh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Yani, S., Syam, A., & Alharini, S. (2013). Hubungan pengetahuan gizi dan pola
makan dengan overweight dan obesitas pada mahasiswa Universitas
Hasanuddin (Tesis, Universitas Hasanuddin). Diakses dari
https://core.ac.uk/reader/25496396

Universitas Sumatera Utara


77

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden kepada :
Nama : Erdina Rahmayani Syahfitri
NIM : 151000419
Instansi : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Gizi


dan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK pada Remaja Putri di Agency
Model Elmode Management kota Medan”. Saya bersedia mengisi kuesioner
penelitian dengan jawaban yang sejujurnya dan apabila ada kekurangan di
kemudian hari, maka saya bersedia dihubungin untuk dimintai informasi lebih
lanjut.

Universitas Sumatera Utara


78

KUESIONER
Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kebiasaan Makan dengan Kejadian KEK pada
Remaja putri di Model Agency Elmode Management kota Medan.

Nomor
Responden

PETUNJUK PENGISIAN IDENTITAS RESPONDEN

1. Yang tidakdiberi tanda bintang(*) diisi oleh responden


2. Yang diberitanda bintang (*) diisi oleh peneliti

IDENTITAS RESPONDEN
Nama Responden
Tempat / Tanggal Lahir
Umur
Pendidikan
Alamat
No HP
* BB
* TB

PENGETAHUAN GIZI

Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut anda benar
NO PERTANYAAN PILIHAN JAWABAN
1. Gizi seimbang adalah a. Pangan yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh
b. Pangan yang menggandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang banyak
c. Pangan yang tidak memiliki zat gizi
didalamnya
2. Apa yang responden a. Makanan yang mahal
ketahui tentang makanan b. Makanan yang menggandung zat-zat gizi
sehat c. Makanan yang mengenyangkan dan enak
rasanya
3. Remaja putri sangat a. Karbohidrat

Universitas Sumatera Utara


79

memerlukan zat mikro b. Zat besi dan asam folat


(vitamin dan mineral). c. Lemak
Zat mikro tersebut adalah
4. Pangan berikut sumber a. Kacang Hijau, kacang kedelai dan kacang
protein nabati yaitu merah
b. Nasi, biskut dan kentang
c. Bihun, makaroni dan havernut
5. Manakah yang termasuk a. Kacang Hijau, kacang kedelai dan kacang
jenis sayuran merah
b. Bayam, brokoli dan kangkung
c. Bihun, biskuit dan kentang
6. Manakah yang termasuk a. Bayam, brokoli dan kangkung
jenis buah-buahan b. Bihun, biskuit dan kentang
c. Alpokat, apel dan jeruk
7. Sumber kalsium yang a. Keju, Daging, Nasi
baik adalah b. Susu, Yogurt, Keju
c. Bihun, Roti, Kol

NO PERTANYAAN PILIHAN JAWABAN


8. Sayuran dan buah-buahan a. Mineral dan protein
merupakan sumber b. Vitamin, mineral dan serat pangan
c. Lemak dan zinc
9. Berikut ini yang termasuk a. Makan sembarangan
perilaku b. Malas berolahraga
hidup bersih sehat c. Mencuci tangan sebelum makan
10. Berikut yang termasuk a. Daging, ikan, dan telur
sumber protein hewani b. Bihun, biskuit, dan kentang
c. Apel, anggur, dan pisang
11. Berikut yang termasuk a. Daging ayam, daging sapi dan telur
kelompok pangan manis ayam
b. Madu, gula aren dan sirup
c. Ikan asin, ikan teri kering dan ikan
kakap
12. Lauk pauk sumber protein a. Nasi ketan putih, nasi beras giling
yaitu merah dan nasi beras giling hitam
b. Bihun, kentang dan biskuit
c. Ikan lele, ikan kembung dan ikan
kakap
13. Berikut yang termasuk a. Hot Dog
makanan cepat saji b. Ikan goreng
c. Telur dadar
14. Berikut yang termasuk a. Daging ayam, daging sapi, dan telur
pangan karbohidrat b. Beras, jagung, dan singkong
c. Apel, pisang, dan jeruk

Universitas Sumatera Utara


80

15. Jadwal makan yang ideal a. 2x sehari


dalam sehari adalah b. 1x sehari
c. 3x sehari
16. Bahan makanan berikut a. Agar-agar dan jelly
mengandung karbohidrat, b. Singkong dan nasi
kecuali c. Kentang dan ubi
17. Berapa gelas minum air putih a. 7 gelas
dalam 1 hari b. 8 gelas
c. 9 gelas

NO PERTANYAAN PILIHAN JAWABAN


18. Pangan berikut yang bisa a. Daging sapi, daging ayam dan telur
sebagai penukar nasi ayam
b. Ikan lele, ikan kembung dan ikan
kakap
c. Bihun, biskuit dan kentang
19. Diantara penyakit berikut, a. Obesitas/kegemukan
manakah yang terkait dengan b. Anemia
kekurangan sel darah merah? c. Asam Urat
20. Apa penyebab kekurangan a. kurangnya hemoglobin dalam tubuh
energi kronis pada wanita? b. Asupan makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh
c. kekurangan vitamin

Jumlah Benar =
Jumlah Salah =
Skor =
Klasifikasi pengetahuan responden :
Cukup, apabila jawaban benar >50 % jawaban benar

Kurang, apabila jawaban benar ≤50%

Universitas Sumatera Utara


81

FOOD FREQUENCY
Berilah tanda ceklis (√) jika anda mengonsumsi makanan sesuai waktu yang
disediakan
No Nama Bahan Frekuensi Konsumsi
Makanan
>1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3/mg 1-2/thn Tidak
pernah
1. Makanan
Pokok
a. Nasi
b. Mie
c. Roti
d. Lainnya

2. Lemak
Hewani
a. Ayam
b. Daging
sapi
c. Ikan basah
d. Kerang
e. Udang
f. Telur
g. Lainnya

3. Protein
Nabati
a. Tahu
b. Tempe
c. Lainnya

4. Sayuran
a. Bayam
b. Kangkung
c. Sawi
d. Daunubi
e. Tauge
No Nama Bahan Frekuensi Konsumsi
Makanan
>1x/hr 1x/hr 4-6x/mg 1-3/mg 1-2/thn Tidak
pernah
f. Kol
g. Lainnya

Universitas Sumatera Utara


82

c Buah-buahan
a. Alpukat
b. Apel
c. Jeruk
d. Mangga
e. Pepaya
f. Pisang
g. Semangka
h. Lainnya

6. Jajanan
a. a. Bakso
b. b. Somay
c. c. Mie ayam
d. d. gorengan
e. Kue manis
f. Lainnya

FOOD RECALL
Nama Responden :
Waktu Nama Hidangan Bahan Makanan Zat Gizi
Makan
Jenis Banyaknya E K P L Fe C
Makanan URT Gram

Pagi

Snack
Pagi

Siang

Snack
Sore

Malam

Universitas Sumatera Utara


83

Jenis Makanan : Beragam Tidak Beragam

Jumlah Makanan
1. Energi : Kurang < 80% Baik 80-110% Lebih > 110%

2. Karbohidrat : Kurang < 80% Baik 80-110% Lebih > 110%

3. Lemak : Kurang < 80% Baik 80-110% Lebih > 110%

4. Protein : Kurang < 80% Baik 80-110% Lebih > 110%

Universitas Sumatera Utara


84

Lampiran 2. Master Data

No Res Umur JK P PG JM E K L P VitC FE IMT Z-score KEK

1 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,1 Tidak Kek
Kurus

2 19 P Kuliah Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang 15,4 Kurus Tidak Kek

3 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 15,8 Kurus Tidak Kek

Sangat
4 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,1 KEK
Kurus
Sangat
5 13 P SMP Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 14,7 KEK
Kurus

6 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 19,1 Normal Tidak Kek

7 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Baik Baik Baik Kurang Cukup 17,3 Normal Tidak Kek

8 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Cukup Kurang 16,1 Kurus Tidak Kek

9 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang 20,4 Normal Tidak Kek

Sangat
10 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,1 KEK
Kurus

11 15 P SMP Cukup Tidak Beragam Baik Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 18,7 Normal Tidak Kek

12 18 P Kuliah Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek

13 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek

Universitas Sumatera Utara


85

14 19 P Kuliah Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek

15 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Baik Kurang Kurang Kurang 15,6 Normal Tidak Kek

16 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek

17 18 P Kuliah Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 18,2 Normal Tidak Kek

18 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Baik Kurang Baik Kurang Kurang 20,8 Normal Tidak Kek

19 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Baik Kurang Kurang Kurang Cukup Cukup 18,4 Normal Tidak Kek

20 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Cukup Kurang 15,8 Kurus Tidak Kek

21 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek

22 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek

23 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,4 Kurus Tidak Kek

24 14 P SMP Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Baik Lebih Kurang Kurang 18,5 Normal Tidak Kek

25 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,7 Kurus KEK

26 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,8 Normal Tidak Kek

27 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 17,5 Normal Tidak Kek

28 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 16,9 Normal Tidak Kek
29 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 17,5 Normal Tidak Kek
30 18 P SMA Cukup Beragam Baik Kurang Baik Baik Kurang Cukup 20,8 Normal Tidak Kek

Universitas Sumatera Utara


86

31 19 P Kuliah Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek

32 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,5 Kurus Tidak Kek

33 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 22,5 Normal Tidak Kek

34 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Cukup Kurang 16,2 Kurus Tidak Kek

35 15 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek

36 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,8 Kurus Tidak Kek

37 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Baik Kurang Cukup Kurang 17,6 Normal Tidak Kek
Sangat
38 16 P SMA Cukup Beragam Kurang Kurang Baik Kurang Cukup Kurang 15,2 Tidak Kek
Kurus

39 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,6 Kurus Tidak Kek

40 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Baik Kurang Kurang 15,9 Kurus Tidak Kek

41 18 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,2 Kurus Tidak Kek

42 16 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 16,4 Kurus Tidak Kek

43 17 P SMA Cukup Tidak Beragam Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang 15,6 Kurus Tidak Kek

Keterangan
No Res = Nomor Responden
JK = Jenis Kelamin

Universitas Sumatera Utara


87

P = Pendidikan
PG = Pengetahuan Gizi
JM = Jenis Makan
IMT = Indeks Massa Tubuh
E = Energi
K = Karbohidrat
L = Lemak
P = Protein
VitC = Vitamin C
Fe = Zat Besi
KEK = Kurang Energi KronisLampiran 4. Output Analisis Data

Universitas Sumatera Utara


88

Lampiran 3. Output SPSS

Frequencies
Statistics
Umur Remaja

Valid 43
N
Missing 0

Umur Remaja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

13-14 2 4,7 4,7 4,7

15-17 30 69,8 69,8 74,4


Valid
18-19 11 25,6 25,6 100,0

Total 43 100,0 100,0

Statistics
Pendidikan

Valid 43
N
Missing 0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

SMP 3 7,0 7,0 7,0

SMA 35 81,4 81,4 88,4


Valid
Kuliah 5 11,6 11,6 100,0

Total 43 100,0 100,0

Statistics
Skor Pengetahuan

Valid 43
N
Missing 0

Universitas Sumatera Utara


89

Skor Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Baik 30 69,8 69,8 69,8

Cukup 13 30,2 30,2 100,0


Valid
43 100,0 100,0
Total

Statistics
Jenis FR1 FR1_Karbohirat FR1_Lemak FR1_Protein FR1_Besi FR1_Vitamin
Makanan Energi C

Valid 43 43 43 43 43 43 43
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Jenis Makanan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Beragam 10 23,3 23,3 23,3

Valid Tidak beragam 33 76,7 76,7 100,0

Total 43 100,0 100,0

Kebiasaan Makan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Baik 4 9,3 9,3 9,3

Valid Tidak Baik 39 90,7 90,7 100,0

Total 43 100,0 100,0

FR1 Energi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Kurang 39 90,7 90,7 90,7

Valid Baik 4 9,3 9,3 100,0

Total 43 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


90

FR1_Karbohirat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Kurang 40 93,0 93,0 93,0

Valid Baik 3 7,0 7,0 100,0

Total 43 100,0 100,0

FR1_Lemak
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Kurang 37 86,0 86,0 86,0

Valid Baik 6 14,0 14,0 100,0

Total 43 100,0 100,0

FR1_Protein
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Kurang 30 69,8 69,8 69,8

Valid Baik 13 30,2 30,2 100,0

Total 43 100,0 100,0

FR1_Besi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Kurang 40 93,0 93,0 93,0

Valid Cukup 3 7,0 7,0 100,0


Total 43 100,0 100,0

FR1_Vitamin C
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Kurang 36 83,7 83,7 83,7

Valid Cukup 7 16,3 16,3 100,0

Total 43 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


91

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Skor Pengetahuan * KEK 43 100,0% 0 0,0% 43 100,0%

Skor Pengetahuan * KEK Crosstabulation


KEK Total

KEK Tidak KEK

Count 4 26 30
Baik
% within Skor Pengetahuan 13,3% 86,7% 100,0%
Skor Pengetahuan
Count 0 13 13
Cukup
% within Skor Pengetahuan 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within Skor Pengetahuan 9,3% 90,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,911 1 ,167
b
Continuity Correction ,657 1 ,417
Likelihood Ratio 3,055 1 ,081
Fisher's Exact Test ,297 ,222
Linear-by-Linear 1,867 1 ,172
Association
N of Valid Cases 43

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,21.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,206 ,167


Interval by Interval Pearson's R ,211 ,059 1,381 ,175c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,211 ,059 1,381 ,175c
N of Valid Cases 43

Universitas Sumatera Utara


92

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kebiasaan Makan * KEK 43 100,0% 0 0,0% 43 100,0%

Kebiasaan Makan * KEK Crosstabulation


KEK Total

KEK Tidak KEK

Count 1 3 4
Baik
% within Kebiasaan Makan 25,0% 75,0% 100,0%
Kebiasaan Makan
Count 3 36 39
Tidak Baik
% within Kebiasaan Makan 7,7% 92,3% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within Kebiasaan Makan 9,3% 90,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 1,288a 1 ,256


b
Continuity Correction ,053 1 ,817
Likelihood Ratio ,964 1 ,326
Fisher's Exact Test ,334 ,334
Linear-by-Linear 1,258 1 ,262
Association
N of Valid Cases 43

a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,37.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
a
Error

Universitas Sumatera Utara


93

Interval by Interval Pearson's R ,173 ,215 1,125 ,267c


Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,173 ,215 1,125 ,267c
N of Valid Cases 43

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

FR1 Energi * KEK 43 100,0% 0 0,0% 43 100,0%

FR1 Energi * KEK Crosstabulation


KEK Total

KEK Tidak KEK

Count 4 35 39
Kurang
% within FR1 Energi 10,3% 89,7% 100,0%
FR1 Energi
Count 0 4 4
Baik
% within FR1 Energi 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1 Energi 9,3% 90,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square ,452a 1 ,501


b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,822 1 ,365
Fisher's Exact Test 1,000 ,666
Linear-by-Linear ,442 1 ,506
Association
N of Valid Cases 43

a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,37.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Sumatera Utara


94

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,102 ,501


Interval by Interval Pearson's R ,103 ,036 ,660 ,513c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,103 ,036 ,660 ,513c
N of Valid Cases 43

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

FR1_Karbohirat * KEK 43 100,0% 0 0,0% 43 100,0%

FR1_Karbohirat * KEK Crosstabulation


KEK Total

KEK Tidak KEK

Count 4 36 40
Kurang
% within FR1_Karbohirat 10,0% 90,0% 100,0%
FR1_Karbohirat
Count 0 3 3
Baik
% within FR1_Karbohirat 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Karbohirat 9,3% 90,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,331 1 ,565
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,608 1 ,435
Fisher's Exact Test 1,000 ,741
Linear-by-Linear ,323 1 ,570
Association
N of Valid Cases 43

Universitas Sumatera Utara


95

a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,28.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,087 ,565


Interval by Interval Pearson's R ,088 ,033 ,564 ,576c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,088 ,033 ,564 ,576c
N of Valid Cases 43

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

FR1_Lemak * KEK 43 100,0% 0 0,0% 43 100,0%

FR1_Lemak * KEK Crosstabulation


KEK Total

KEK Tidak KEK

Count 3 34 37
Kurang
% within FR1_Lemak 8,1% 91,9% 100,0%
FR1_Lemak
Count 1 5 6
Baik
% within FR1_Lemak 16,7% 83,3% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Lemak 9,3% 90,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,448 1 ,503
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,385 1 ,535
Fisher's Exact Test ,465 ,465

Universitas Sumatera Utara


96

Linear-by-Linear ,438 1 ,508


Association
N of Valid Cases 43

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,56.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,102 ,503


Interval by Interval Pearson's R -,102 ,186 -,657 ,515c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,102 ,186 -,657 ,515c
N of Valid Cases 43

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

FR1_Protein * KEK 43 100,0% 0 0,0% 43 100,0%

FR1_Protein * KEK Crosstabulation


KEK Total

KEK Tidak KEK

Count 4 26 30
Kurang
% within FR1_Protein 13,3% 86,7% 100,0%
FR1_Protein
Count 0 13 13
Baik
% within FR1_Protein 0,0% 100,0% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Protein 9,3% 90,7% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


97

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1,911 1 ,167
b
Continuity Correction ,657 1 ,417
Likelihood Ratio 3,055 1 ,081
Fisher's Exact Test ,297 ,222
Linear-by-Linear 1,867 1 ,172
Association
N of Valid Cases 43

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,21.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,206 ,167


Interval by Interval Pearson's R ,211 ,059 1,381 ,175c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,211 ,059 1,381 ,175c
N of Valid Cases 43

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

FR1_Besi * KEK 43 100,0% 0 0,0% 43 100,0%

FR1_Besi * KEK Crosstabulation


KEK Total

KEK Tidak KEK

Count 4 36 40
Kurang
% within FR1_Besi 10,0% 90,0% 100,0%
FR1_Besi
Count 0 3 3
Cukup
% within FR1_Besi 0,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


98

Count 4 39 43
Total
% within FR1_Besi 9,3% 90,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,331 1 ,565
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,608 1 ,435
Fisher's Exact Test 1,000 ,741
Linear-by-Linear ,323 1 ,570
Association
N of Valid Cases 43

a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,28.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,087 ,565


Interval by Interval Pearson's R ,088 ,033 ,564 ,576c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation ,088 ,033 ,564 ,576c
N of Valid Cases 43

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

FR1_Vitamin C * KEK 43 100,0% 0 0,0% 43 100,0%

Universitas Sumatera Utara


99

FR1_Vitamin C * KEK Crosstabulation


KEK Total

KEK Tidak KEK

Count 3 33 36
Kurang
% within FR1_Vitamin C 8,3% 91,7% 100,0%
FR1_Vitamin C
Count 1 6 7
Cukup
% within FR1_Vitamin C 14,3% 85,7% 100,0%
Count 4 39 43
Total
% within FR1_Vitamin C 9,3% 90,7% 100,0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,246 1 ,620
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,221 1 ,638
Fisher's Exact Test ,523 ,523
Linear-by-Linear ,240 1 ,624
Association
N of Valid Cases 43

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,65.
b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.
Errora
Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,075 ,620
Interval by Interval Pearson's R -,076 ,176 -,486 ,630c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -,076 ,176 -,486 ,630c
N of Valid Cases 43
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.

Universitas Sumatera Utara


100

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


101

Pengisian data kuisioner

Pengukuran berat badan (BB)

Universitas Sumatera Utara


102

Penjelasan mengenai pengisian kusioner penelitian

Foto bersama dengan pemilik agency dan beberapa model remaja putri

Universitas Sumatera Utara


103

Lampiran 5. Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai