SKRIPSI
MULIANA
1006770873
i
UNIVERSITAS INDONESIA
SKRIPSI
MULIANA
1006770873
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Yossie Susanti Eka Putri S.Kp., M.N, selaku dosen pembimbing dan
pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penulisan skripsi ini
(2) Ibu Ria Utami Panjaitan, S.Kp., M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak masukan demi kesempurnaan skripsi ini
(3) Klinik Tumbuh Kembang dan Sekolah Inklusi di wilayah Jakarta Selatan
yang telah mengizinkan saya untuk pengambilan data penelitian
(4) Seluruh responden yang telah meluangkan waktunya untuk bersedia terlibat
dalam penelitian ini
(5) Orang tua, keluarga, dan Ridho Wibowo yang telah memberikan bantuan
dukungan material dan moral
(6) Sahabat seperjuangan saya “SANRISE” (Sari, Nurul, Ratna, Ika, Elisa) yang
telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini
(7) Sahabat satu bimbingan saya (Elisa, Vanny, Friska, dan Kak Helen) yang
telah memberikan support dan pencerahan demi kelancaran skripsi ini
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan.
Depok, 8 Juli 2014
Peneliti
iv
v
ABSTRAK
Nama : Muliana
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi :
Pola asuh merupakan serangkaian interaksi intensif yang melibatkan orang tua
dan anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik orang
tua dengan jenis pola asuh dalam merawat anak penyandang autisme. Desain
penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan melibatkan 49 orang tua yang
mempunyai anak autisme (6-12 tahun) di wilayah Jakarta Selatan. Instrumen yang
digunakan adalah Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Form
(PSDQ). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden (53,1%)
menggunakan pola asuh permisif. Hasil uji Chi Square menyatakan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh
(p>0.05, α=0.05). Namun, karakteristik orang tua mungkin dapat mempengaruhi
jenis pola asuh yang digunakan oleh orang tua. Perbedaan nilai-nilai budaya dan
karakteristik orang tua menjadikan pola asuh dimasing-masing daerah berbeda.
Penelitian ini merekomendasikan untuk diadakannya kerjasama antara pihak
sekolah, klinik, dan orang tua dalam memberikan informasi terkait jenis pola asuh
yang digunakan oleh orang tua dan dampaknya bagi perkembangan anak autisme.
vi
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Muliana
Study Program: Nursing
Title:
Parenting is series of intensive interaction that involves parents and children. This
study purposed to examine the relationship between parental characteristics with
type of parenting style in caring for children with autism. This study used a
correlation descriptive design and involved 49 samples of parents who have
children with autism (6-12 years old) in South Jakarta. This study using the
instruments used the Parenting Styles and Dimensions Questionnaire-Short Form
(PSDQ). The results of this study indicated that the majority of respondents
(53.1%) using permissive parenting style. Based on Chi Square test, there was no
significant relationship between parental characteristics with type of parenting
style (p>0.05, α= 0.05). However, parental characteristics may influence the type
of parenting style that used by parents. The difference of cultural and parental
characteristics make parenting style in each of the different regions. This study
recommends the holding of cooperation between the schools, clinics, and parents
in providing information related to the type of parenting that used by parents and
its impact on the development of children with autism.
vii
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
viii
Universitas Indonesia
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................26
4.1 Desain Penelitian ..............................................................................................26
4.2 Populasi dan sampel .........................................................................................26
4.2.1 Populasi .................................................................................................26
4.2.2 Sampel....................................................................................................26
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................28
4.4 Etika Penelitian ................................................................................................28
4.5 Alat Pengumpulan Data ...................................................................................31
4.6 Uji Coba Instrumen ..........................................................................................34
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................35
4.8 Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................................36
4.8.1 Pengolahan Data ....................................................................................36
4.8.2Analisis Data ...........................................................................................37
4.9 Jadwal Kegiatan ...............................................................................................40
4.10Sarana Penelitian .............................................................................................40
ix
BAB 7 PENUTUP.................................................................................................61
7.1 Kesimpulan ......................................................................................................61
7.2 Saran .................................................................................................................61
7.2.1 Sekolah Inklusi dan Klinik Tumbuh Kembang......................................61
7.2.2 Pendidikan Keperawatan .......................................................................61
7.2.3 Pelayanan Keperawatan .........................................................................62
7.2.2 Penelitian Keperawatan .........................................................................62
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
2
bahwa kejadian autisme sudah menjadi masalah besar bagi dunia sehingga
perlu ditangani untuk meminimalisasi meningkatnya angka kejadian tersebut.
Autisme tidak berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi, ras, atau gaya
hidup orang tua. Autisme memperlihatkan ketidakmampuan anak untuk
berhubungan dengan orang lain atau bersikap acuh terhadap orang yang ingin
berkomunikasi dengannya. Ketidakmampuan itu menyebabkan anak autisme
tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. Anak penyandang autisme
mempunyai tantangan dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan
berperilaku, contohnya anak merasa sulit berespon dengan bahasa tubuh, sulit
membangun komunikasi antar anak seusianya serta cenderung mengulang-
ngulang perbuatan yang disenangi.
Kejadian autisme pada anak dapat mempengaruhi interaksi antara orang tua
dan anak. Kuantitas interaksi orang tua dan anak akan mempengaruhi pola
pengasuhan anak di dalam keluarga. Pola asuh merupakan segala bentuk dan
proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak yang bersifat
fundamental dalam pembentukan karakter anak. Berdasarkan Wong,
Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein dan Schwartz (2009) secara garis
besar pola pengasuhan orang tua terhadap anak dapat dibedakan menjadi tiga
kategori, yaitu otoriter, demokratis, dan permisif.
Universitas Indonesia
3
Pola asuh otoriter merupakan gaya pengasuhan orang tua yang mencoba untuk
mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh
dibantah. Orang tua menetapkan aturan dan regulasi yang dituntut untuk
diikuti secara kaku. Pola asuh demokratis menitikberatkan pada adanya
kompromi dan kesepakatan antara anak dan orang tua. Pada gaya pengasuhan
ini, anak dapat menyuarakan pendapatnya dalam pembuatan peraturan
keluarga. Pola asuh permisif merupakan pola pengasuhan yang menerapkan
sedikit kontrol pada anak atau bahkan tidak sama sekali. Orang tua yang
memiliki pola pengasuhan seperti ini cenderung membebaskan anak untuk
bertindak serta tidak menetapkan batasan-batasan tertentu pada anak. Orang
tua dengan pola asuh permisif jarang untuk menghukum anak karena sebagian
besar perilaku anak dapat diterima oleh orang tua (Darling, 1999).
Penelitian tentang autisme sudah cukup banyak diteliti oleh civitas akademika
baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rutgers et al., (2007), tingginya keberhasilan orang tua dalam
mengasuh anak berhubungan dengan gaya pengasuhan orang tua yang
demokratis. Namun, pada kelompok anak autisme orang tua kurang
menampilkan gaya pengasuhan secara demokratis. Baumrind (1996, dalam
Rutgers et al., 2007) mengemukakan bahwa orang tua yang memiliki anak
autisme cenderung lebih menampilkan pola asuh otoriter.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gau, et al. (2010) di Taiwan,
anak autisme mendapatkan kasih sayang lebih sedikit daripada saudara
kandungnya yang normal serta orang tua cenderung lebih overprotektif dan
otoriter terhadap anak autisme. Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan
oleh Jackman, Mandleco, Roper, Dyches, dan Freeborn (2012) di Amerika
Serikat, ibu lebih banyak menampilan pola asuh demokratis daripada ayah
pada anak dengan gangguan perkembangan, termasuk di dalamnya adalah
autisme.
Universitas Indonesia
4
Di Indonesia, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmah dan Marini (2012)
menunjukkan adanya variasi pola pengasuhan Ibu suku Batak kepada anak
laki-laki yang mengalami autisme. Secara umum, hasil penelitiannya
menunjukkan pola asuh permisif lebih banyak digunakan daripada pola
pengasuhan lain. Namun, tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pasaribu dan Hersinta (2009) di sekolah Purba Adhika Karang Tengah, Jakarta
yang menyatakan bahwa 68,4% orang tua menerapkan pola asuh demokratis
pada anak autisme. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu dan
Hersinta (2009) pola asuh demokratis dapat mempengaruhi kemampuan
interaksi sosial anak menjadi lebih baik.
Beban Orang tua yang memiliki anak penyandang autisme tentu tidaklah
ringan, kondisi anak autisme membutuhkan penanganan tersendiri oleh orang
tua dalam membantu tumbuh kembangnya. Pola pengasuhan merupakan salah
satu aspek penting, dimana dengan pemberian pengasuhan yang tepat
diharapkan dapat membantu tumbuh kembang anak autisme ke arah yang
lebih baik. Orang tua perlu mengetahui dan mengerti jenis pola asuh yang
dapat dipakai dalam merawat anak autisme. Perbedaan budaya, status
ekonomi, nilai dan karakteristik orang tua menjadikan pola asuh dimasing-
masing daerah berbeda. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti
fenomena ini.
Universitas Indonesia
5
Orang tua sebagai orang terdekat anak sangat berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembang anak. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses
tumbuh kembang anak adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam
mengasuh anak. Pola pengasuhan dalam keluarga akan memberi pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian anak. Perbedaan pola asuh dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak autisme dalam berinteraksi. Belum
diketahuinya hubungan karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh dalam
merawat anak penyandang autisme di wilayah Jakarta Selatan membuat
peneliti tertarik untuk meneliti fenomena ini.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Autisme
7
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Kendali (demandingnes)
Menggambarkan bagaimana standar yang ditetapkan oleh orang
tua bagi anak, berkaitan dengan kontrol perilaku dari orang tua.
Kehangatan (responsiveness)
Menggambarkan bagaimana orang tua berespons kepada anak,
berkaitan dengan kehangatan dan dukungan orang tua.
Universitas Indonesia
13
terduga, yang secara umum tidak sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Kekacauan (Chaos) dianggap semacam keambiguan
lingkungan yang meliputi disorganisasi dan keriuhan.
Dukungan otonomi (Autonomy Support)
Definisi dukungan otonomi orang tua awalnya berfokus pada
tidak adanya kontrol psikologis atau paksaan. Dukungan Otonomi
mencirikan interaksi dimana anak diharapkan untuk
mengekspresikan persepsi dan opini mereka yang akan diberikan
bobot dalam perencanaan dan pemecahan masalah.
Pemaksaan (Coercion)
Dimensi ini disebut sebagai kontrol psikologis yang
menggambarkan gaya pengasuhan secara otoriter dimana anak
dituntut harus menuruti semua peraturan yang ditetapkan oleh
orang tua.
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Dari penjelasan di atas, masalah yang paling signifkan terjadi pada anak
autisme usia sekolah adalah keterampilan sosial dan komunikasi.
Meskipun banyak anak autisme memperlihatkan kemajuan besar selama
masa sekolah, namun gangguan keterampilan sosial dan komunikasi tetap
menjadi masalah yang signifikan serta dapat mempengaruhi hubungannya
dengan sesama. Ketiga gangguan perkembangan yang terjadi pada anak
usia sekolah dengan autisme, memunculkan pola asuh yang berbeda pula
pada masing-masing anak.
Orang tua merupakan orang terdekat bagi anak yang sangat berpengaruh
terhadap tumbuh kembangnya. Salah satu peran orang tua adalah sebagai
pengasuh. Pengasuhan orang tua bergantung pada pola asuh yang ditampilkan
pada anak. Pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan
orang tua, bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis,
tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat (Gunarsa, 2002). Dalam
mengasuh anak tentu diperlukan kontrol, kesabaran, dan kasih sayang yang
tinggi, dimana terdapat dua elemen penting dalam pola asuh yakni kehangatan
dan kontrol. Kedua elemen tersebut akan membentuk pola asuh yang dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu otoriter, demokratis, dan permisif.
Universitas Indonesia
19
Orang tua mempunyai persepsi sendiri dalam gaya pengasuhan anak yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah peran orang tua di
dalam keluarga. Orang tua yang terdiri dari ayah dan ibu memiliki gaya
pengasuhan yang berbeda pada tiap anak. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Jackman, Mandleco, Roper, Dyches, dan Freeborn (2012) ibu lebih banyak
menampilan pola asuh demokratis daripada ayah pada anak dengan gangguan
perkembangan, termasuk di dalamnya adalah autisme. Sementara penelitian
yang dilakukan oleh Gau et al. (2007) dan Rutgers et. al (2007), menjelaskan
bahwa anak autisme banyak diasuh dengan menggunakan pola asuh yang
otoriter dengan kontrol tinggi dan kehangatan yang rendah. Dalam penelitian
tersebut dijelaskan bahwa jarang sekali orang tua yang menerapkan pola asuh
demokratis dan permisif pada anak autisme.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam
memberikan asuhan keperawatan secara holistik terhadap masalah autisme
pada anak. Dengan mengetahui karakteristik orang tua dan jenis pola asuh
yang digunakan oleh orang tua, akan memudahkan perawat dalam
memberikan terapi keperawatan pada anak penyandang autisme. Selain itu,
perawat juga dapat memberikan edukasi kepada orang tua serta berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain mengenai jenis pola asuh orang tua yang dapat
dipakai dalam merawat anak autisme serta dampaknya bagi perkembangan
anak.
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Variabel Dependen
Variabel Independen
Otoriter
Karakteristik orang tua:
- Usia
- Jenis kelamin Pola asuh orang tua
yang memiliki anak Demokratis
- Pendidikan
- Penghasilan penyandang autisme
- Pekerjaan
Permisif
21
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala Ukur
Usia Lama hidup responden 1 pertanyaan pada Kuesioner 1. Dewasa muda (20- Ordinal
dinyatakan dalam tahun data demografi 35 tahun)
2. Dewasa tengah (36-
60 tahun)
Jenis kelamin Karakteristik 1 pertanyaan pada Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
seks/gender responden data demografi 2. Perempuan
Pendidikan Jenjang pendidikan 1 pertanyaan pada Kuesioner 1. SD Ordinal
terakhir formal terakhir yang data demografi 2. SMP
ditempuh oleh 3. SMA
responden 4. Perguruan Tinggi
Jenis kelamin Karakteristik seks anak 1 pertanyaan pada Kuesioner 1. Laki-laki Nominal
anak yang mengalami data demografi 2. Perempuan
autisme
Universitas Indonesia
24
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala Ukur
Penghasilan pendapatan rata-rata 1 pertanyaan pada Kuesioner 1. <2.450.000 (kurang Ordinal
per bulan yang diterima data demografi dari UMP)
oleh responden dan 2. ≥2.450.000 (lebih
pasangan. dari sama dengan
UMP)
Pola asuh Segala bentuk dan 9 item pernyataan Kuesioner 1. Otoriter Ordinal
proses interaksi yang pada pola asuh 2. Demokratis
terjadi antara orang tua otoriter, 9 item 3. Permisif
dengan anak. pernyataan pada
pola asuh
demokratis , dan
5 item pernyataan
pada pola asuh
permisif. Masing-
masing Pola asuh
diukur
Universitas Indonesia
25
menggunakan
skala Likert,
yaitu: (1) tidak
pernah, (2)
jarang, (3) sering,
(4) selalu.
Universitas Indonesia
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian populasi yang karakteristiknya akan diteliti
yang dapat menggambarkan keseluruhan karakteristik dari populasi
(Hastono & Sabri, 2013). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan non probability sampling yaitu dengan teknik quota
sampling. Pelaksanaan pengambilan sampel dengan cara ini
dilakukan dengan jatah tergantung peneliti, namun dengan kriteria
dan jumlah yang telah ditentukan (Budiharto, 2006). Teknik ini
digunakan karena jumlah populasi anak penyandang autisme di
Jakarta Selatan tidak diketahui.
26
Universitas Indonesia
27
𝑍 1−𝑎 𝑃(1 − 𝑃)
2
𝑛=
𝑑
Keterangan:
𝑛 = Besar sampel
𝑍 1−𝑎 = Nilai Z pada derajat kemaknaan (biasanya 95%= 1,96)
2
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
d. Inform Consent
Responden mempunyai hak untuk memutuskan keterlibatannya dalam
proses penelitian. Kesediaan responden dibuktikan dengan
menandatangani lembar persetujuan untuk bersedia terlibat dalam
penelitian. Pada inform consent juga telah dicantumkan bahwa data
yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
33
terendah = 1
terendah = 1
Universitas Indonesia
34
terendah = 1
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
Universitas Indonesia
37
e. Pekerjaan
Responden yang memiliki pekerjaan PNS/BUMN diberi
kode “1”, TNI/POLRI “2”, wiraswasta “3”, pedagang “4”,
pensiunan “5”, swasta “6”, tidak bekerja “7”, lain-lain “8”.
f. Kuesioner pada pola asuh orang tua
Responden yang menjawab tidak pernah diberi kode “1”,
jarang “2”, sering “3”, selalu “4”.
g. Jenis pola asuh
Responden yang memiliki pola asuh otoriter diberi kode
“1”, demokratis “2”, permisif “3”.
3. Entry Data
Peneliti memasukkan data ke dalam komputer untuk diolah.
Penelitian ini menggunakan program komputer untuk
mengolah data.
4. Cleaning
Cleaning data merupakan pembersihan data untuk mengecek
apakah terdapat kesalahan dalam memasukkan data atau tidak.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pada saat
menganalisis data.
Universitas Indonesia
38
Arah uji hipotesis penelitian ini adalah two tail, yaitu hipotesis
alternatif yang hanya menyatakan perbedaan tanpa melihat
apakah hal yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari hal yang
lain. Hasil pengujian statistik dapat diketahui berdasarkan nilai p
value yang dibandingkan dengan nilai α (alpha) yaitu 0,05.
Apabila nilai p value < α maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Ho ditolak, yaitu terdapat hubungan antara karakteristik orang
tua dengan jenis pola asuh dalam merawat anak penyandang
autisme. Sedangkan, apabila nilai p value > α maka Ho gagal
ditolak, yaitu tidak terdapat hubungan antara karakteristik orang
tua dengan jenis pola asuh dalam merawat anak penyandang
autisme.
Universitas Indonesia
39
Penghasilan Kategorik
Pekerjaan Kategorik
Universitas Indonesia
40
Kegiatan Okt Nov Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul
Proposal
penelitian
Revisi proposal
penelitian
Uji Validitas dan
Realibilitas
Siding proposal
Pelaksanaan
Penelitian
Pengolahan dan
analisis data
penyempurnaan
hasil akhir
Sidang
Penggandaan
laporan untuk
diserahkan ke
akademik dan
universitas
4.10Sarana Penelitian
Sarana penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah kuesioner,
alat, tulis, komputer, kalkulator, buku referensi, jurnal referensi, dan
internet.
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Bab ini menjelaskan dan mengambarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
meliputi: karakteristik responden, jenis kelamin anak penyandang autisme, dan
jenis pola asuh orang tua yang dominan digunakan oleh responden. Kemudian
akan dijelaskan mengenai hubungan antara variabel independen dan dependen
yang diteliti yaitu karakteristik orang tua dan jenis pola asuh. Responden
penelitian ini terdiri dari 49 orang tua yang memiliki anak autisme berusia 6-12
tahun di sekolah khusus dan klinik tumbuh kembang wilayah Jakarta Selatan.
Berdasarkan wawancara informal dengan Yayasan Autisme Indonesia dan
Masyarakat Peduli Autime Indonesia, jumlah anak autisme tidak diketahui secara
pasti di wilayah Jakarta maupun Indonesia karena belum pernah ada survei
mengenai hal itu. Penyebaran anak autisme hanya dapat diketahui dari sekolah
khusus dan klinik tumbuh kembang di masing-masing wilayah.
Provinsi DKI Jakarta memiliki sekolah khusus dan klinik tumbuh kembang
terbanyak yang menangani anak autisme dengan rincian 56 klinik tumbuh
kembang dan 19 sekolah khusus. Sedangkan dari 5 kota administrasi di Jakarta,
Jakarta Selatan memiliki sekolah khusus dan klinik tumbuh kembang terbanyak
yaitu 18 klinik tumbuh kembang dan 13 sekolah khusus yang menangani anak
autisme. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel. Adapun hasil yang lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini.
41
Universitas Indonesia
42
Universitas Indonesia
43
5.3 Gambaran jenis pola asuh orang tua yang memiliki anak penyandang
autisme
Tabel 5. 3 Distribusi pola asuh orang tua yang memiliki anak penyandang
autisme di wilayah Jakarta Selatan, Mei 2014 (n=49)
Pola asuh Frekuensi Presentase (%)
Otoriter 2 4.1
Demokratis 21 42.9
Permisif 26 53.1
Total 49 100
Tabel 5.3 menjelaskan jenis pola asuh orang tua. Berdasarkan data di atas
menunjukkan pola asuh yang paling banyak digunakan yaitu pola asuh
permisif (53,1%).
Universitas Indonesia
44
5.4 Hubungan karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh dalam
merawat anak penyandang autisme
Tabel 5.4 Hubungan karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh di wilayah
Jakarta Selatan, Mei 2014 (n=49)
Tabel 5.4 menunjukkan hubungan karakteristik orang tua dengan jenis pola
asuh dalam merawat anak penyandang autisme. Dari data di atas diperoleh
80% responden yang berusia 20-35 tahun memiliki pola asuh demokratis,
56,8% responden yang berusia 36-60 tahun memiliki pola asuh permisif.
Namun, perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (p=0,205).
Universitas Indonesia
45
Jika dilihat dari karakteristik jenis kelamin responden, 50% responden berjenis
kelamin laki-laki dan 54,3% responden perempuan memiliki pola asuh
permisif. Namun, perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (p=0,785)
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas interpretasi hasil penelitian, keterbatasan
penelitian, dan implikasi penelitian. Pada interpretasi hasil penelitian univariat
dibahas mengenai karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pekerjaan,
penghasilan, dan pendidikan), jenis kelamin anak penyandang autisme, jenis pola
asuh orang tua. Kemudian pada interpretasi hasil penelitian bivariat dibahas
mengenai hubungan karakteristik orang tua dengan jenis pola asuh dalam merawat
anak penyandang autisme. Sedangkan pada keterbatasan penelitian akan dibahas
mengenai hambatan dan kendala yang dihadapi selama melakukan penelitian.
Pada implikasi penelitian akan diuraikan implikasi bagi pelayanan, pendidikan,
dan penelitian keperawatan selanjutnya.
Hasil penelitian ini didukung oleh Hersinta dan Soepomo (2011) yang
100% respondennya berada pada rentang dewasa pertengahan. Individu
pada dewasa pertengahan mulai membangun keluarga, mengasuh, dan
membesarkan anak. Selama periode dewasa menengah, individu
merasakan pengalaman dan penghargaan baik dalam karier maupun
kehidupan personalnya. Banyak individu dewasa menengah menemukan
kesenangan tersendiri saat membantu anak-anaknya untuk menjadi
produktif dan bertanggung jawab (Potter & Perry, 2005).
Universitas Indonesia
48
Universitas Indonesia
49
6.1.3 Pendidikan
Hasil penelitian menunjukan mayoritas reponden menempuh
pendidikan perguruan tinggi (61,2%). Orang tua dengan pendidikan
yang semakin tinggi akan lebih memahami tumbuh kembang anak
sesuai tahap perkembangannya. Berdasarkan observasi dan wawancara
singkat selama penelitian berlangsung, ada satu klinik sekaligus sekolah
khusus autisme untuk golongan menengah kebawah yang rata-rata
pendidikan orang tuanya hanya SMA bahkan ada yang SMP. Ada
beberapa orang tua yang memaksakan anaknya untuk bersekolah
disekolah umum selepas menjalani terapi di klinik tersebut. Meskipun
keputusannya masih bimbang, namun hal ini menandakan bahwa beliau
belum sepenuhnya mengetahui keterbatasan yang dialami oleh anaknya.
Universitas Indonesia
50
Pendidikan yang tinggi juga mempengaruhi pola pikir orang tua dalam
menghadapi suatu masalah termasuk kejadian autisme pada anak.
Selain itu, pendidikan dan pengalaman orang tua dalam merawat anak
akan mempengaruhi persiapan orang tua dalam menjalankan
pengasuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Brooks (2008) yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua berperan penting
dalam penerapan pola pengasuhan orang tua terhadap anak.
6.1.4 Penghasilan
Hasil penelitian menunjukan mayoritas reponden berpenghasilan
≥2.450.000 (91,8%) atau di atas UMP DKI Jakarta. Biaya terapi dan
sekolah yang cukup mahal membuat orang tua membutuhkan
penghasilan yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Biaya
terapi dan sekolah yang mahal pun hanya dapat dijangkau oleh orang
tua dengan penghasilan yang tinggi. Meskipun ada beberapa klinik dan
sekolah yang membebaskan atau memberi keringanan pembayaran
terhadap orang tua, namun orang tua harus melalui tahapan seleksi yang
ketat untuk mendapatkan keringanan tersebut. Hasilnya, hanya
Universitas Indonesia
51
Hasil penelitian ini didukung oleh Serrata (2012), biaya terapi anak
autisme yang cukup mahal akan mempengaruhi aspek psikososial
keluarga dalam merawat anak autisme. Keluarga yang banyak datang ke
klinik bisanya mempunyai rentang penghasilan $45,000 sampai
$49,000. Karena anak autisme membutuhkan tambahan biaya untuk
terapi, maka tidak jarang orang tua yang mencari penghasilan
tambahan.
6.1.5 Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukan hampir sebagian reponden bekerja sebagai
karyawan swasta (40,8%). Orang tua yang hampir sebagian besar
bekerja di sektor swasta mendapatkan penghasilan yang cukup tinggi
sehingga dapat memenuhi kebutuhan anaknya termasuk membayar
terapi dan sekolah anak yang mengalami autisme. Namun, orang tua
Universitas Indonesia
52
yang bekerja di sektor swasta memiliki jam kerja yang lebih banyak
daripada orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri. Hal itu secara
tidak langsung dapat mempengaruhi kuantitas interaksi antara orang tua
dan anak.
Hasil penelitian ini didukung oleh Gau, et al. (2010) yang menyatakan
bahwa 30,2% ibu dan 97,8% ayah yang memiliki anak autisme bekerja
untuk memenuhi kebutuhan terapi anak. Serrata (2012) juga
berpendapat bahwa anak autisme membutuhkan terapi dengan biaya
yang cukup mahal sehingga banyak orang tua yang menambah jam
kerja serta menambah pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan
biaya terapi anak. Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh
Jackman, Mandleco, Roper, Dyches, dan Freeborn (2012) menyatakan
bahwa 82,7% ayah dan 32,5% ibu yang bekerja full time akan
mempengaruhi kuantitas interaksi orang tua dengan anak. Hal itu
menandakan pekerjaan orang tua secara tidak langsung mempengaruhi
kuantitas interaksi antara orang tua yang akan berpengaruh terhadap
pola pengasuhan anak.
Universitas Indonesia
53
Fombonne, Quirke dan Hagen (2011) dalam Lai, Lambardo dan Cohen
(2013), laki-laki 4-5 kali lebih berisiko mengalami autisme meskipun
perbedaan menurun pada individu dengan disablitas intelektual.
Secara umum, penyebab spesifik autisme belum diketahui secara pasti sampai
saat ini. Namun, kemungkinan kejadian autisme berkaitan erat dengan
genetika dan faktor lingkungan (Caronna, Milunsky, & Tager-Flusberg,
2008). Sarachana, Xu, Wu, dan Hu (2011) dalam penelitiannya menunjukkan
adanya perbedaan antara hormon laki-laki dan perempuan yang mengatur
ekspresi kerentanan gen autisme. Anak laki-laki lebih banyak memproduksi
hormon testosteron, sementara perempuan lebih banyak memproduksi
hormon esterogen. Kedua hormon tersebut mempunyai efek bertolak
belakang terhadap suatu gen yang mengatur fungsi otak yang disebut retinoic
acid-related orphan receptor-alpha atau RORA. Hormon testosteron
menghambat kinerja RORA, sementara esterogen justru meningkatkan
kinerjanya. Terhambatnya kinerja RORA menyebabkan berbagai masalah
koordinasi tubuh. Kerusakan saraf akibat stres dan inflamasi jaringan otak
juga meningkat ketika aktivitas RORA terhambat. Meskipun bukan menjadi
penyebab secara langsung, tetapi kadar hormon testosteron yang tinggi
berhubungan erat dengan risiko autisme.
Universitas Indonesia
54
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahmah
dan Marini (2012) di Medan dengan metode kualitatif. Rahmah dan Marini
(2012) menjelaskan adanya variasi pola pengasuhan Ibu suku Batak terhadap
anak laki-laki yang mengalami autisme yang didominasi oleh pola asuh
permisif. Pola asuh permisif yang dominan digunakan ibu dalam penelitian
Rahmah dan Marini (2012) dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang ada pada
suku Batak.
Penelitian ini juga didukung oleh Pasaribu dan Hersinta (2009) yang
menjelaskan bahwa 68,4% orang tua di salah satu sekolah inklusi di Jakarta
Universitas Indonesia
55
yang memiliki anak autisme usia 6-12 tahun menggunakan pola asuh
demokratis. Pola asuh demokratis yang digunakan oleh orang tua menjadikan
anak autime memiliki perkembangan keterampilan sosial yang lebih baik
daripada orang tua yang menerapkan pola pengasuhan lain. Hal itu
dikarenakan dalam pola asuh demokratis orang tua lebih mempertimbangkan
kemampuan anak sehingga orang tua tidak memaksakan harapannya terhadap
anak.
6.4 Hubungan Karakteristik Orang Tua dengan Jenis Pola Asuh dalam
Merawat Anak Penyandang Autisme
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna
secara statistik antara karakteristik orang tua (usia, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, dan penghasilan) dengan jenis pola asuh dalam merawat anak
penyandang autisme. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
yang dilakukan Rahmah dan Marini (2012) dengan metode kualitatif. Dalam
hasil penelitiannya, Rahmah dan Marini (2012) menjelaskan bahwa faktor-
faktor pendidikan orang tua, kelas sosial ekonomi, konsep tentang peran
orang tua, kepribadian orang tua, kepribadian anak dan usia anak juga
memberi pengaruh pada pola asuh ibu suku Batak dengan anak laki-laki
autistik. Peneliti berpendapat bahwa perbedaan metode penelitian dan
karakteristik responden penelitian menjadikan hasil penelitian ini berbeda.
Namun, pada hasil tabulasi silang antara karakteristik orang tua dengan jenis
pola asuh yang digunakan oleh orang tua didapatkan bahwa usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan turut mempengaruhi pola
asuh yang digunakan oleh orang tua.
Universitas Indonesia
56
6.4.1 Usia
Pola asuh demokratis yang hampir sebagian besar digunakan oleh
responden (42,9%) dipengaruhi oleh usia. Mayoritas responden (80%)
yang berusia dewasa awal (20-35 tahun) menggunakan pola asuh
demokratis. Hasil penelitian ini sejalan dengan Potter dan Perry (2005)
yang menjelaskan bahwa pada periode dewasa awal pengambilan
keputusan bersifat fleksibel. Pada pola asuh demokratis orang tua
menetapkan aturan yang secara fleksibel harus ditaati oleh anak. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu
dan Hersinta (2009), hampir sebagian besar responden yang berusia
dewasa awal menampilkan pola asuh demokratis pada anak autisme
berusia 6-12 tahun.
Universitas Indonesia
57
menunjukkan bahwa pola pengasuhan Ibu suku Batak kepada anak laki-
laki yang mengalami autisme didominasi oleh pola asuh permisif.
6.4.3 Pendidikan
Sebagian besar responden (50%) yang berpendidikan perguruan tinggi
menggunakan pola asuh demokratis. Hal ini sejalan dengan pendapat
Brooks (2008) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua
berperan penting dalam penerapan pola pengasuhan orang tua terhadap
anak. Orang tua dengan pendidikan yang tinggi lebih mudah mengakses
informasi baik dari media cetak, elektronik, internet maupun informasi
langsung dari tenaga kesehatan mengenai jenis pola asuh yang tepat
digunakan dalam mengasuh anak serta dampaknya bagi perkembangan
anak. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Pasaribu dan Hersinta
(2009), mayoritas orang tua dari anak autisme di sekolah inklusi Purba
Adika berpendidikan perguruan tinggi dan 68,4%nya menampilkan pola
asuh demokratis. Berdasarkan Pasaribu dan Hersinta (2009) pola asuh
demokratis yang ditampilkan oleh orang tua dapat mempengaruhi
kemampuan interaksi sosial anak autisme ke arah yang lebih baik.
6.4.4 Penghasilan
Hampir sebagian orang tua (48,9%) yang berpenghasilan di atas UMP DKI
Jakarta menggunakan pola asuh permisif. Hal itu menandakan bahwa pola
asuh permisif yang digunakan oleh responden didukung oleh status
ekonomi responden yang mayoritas menengah ke atas (Gunarsa &
Gunarsa, 2008). Orang tua dengan status ekonomi yang menegah ke atas
memiliki materi yang cukup untuk memenuhi segala kebutuhan anak.
Orang tua juga cenderung serba membolehkan dan memberikan apapun
yang anak minta. Sebagian besar orang tua dengan status ekonomi
menengah atas juga lebih memilih untuk tidak terlibat secara langsung
dalam pengasuhan anaknya. Orang tua melimpahkan tugas pengasuhan
Universitas Indonesia
58
6.4.5 Pekerjaan
Hasil penelitian menujukkan 50% responden dengan pekerjaan
PNS/BUMN memiliki pola asuh demokratis dan permisif, 50% responden
dengan pekerjaan wiraswasta memiliki pola asuh demokratis dan permisif,
50% responden dengan pekerjaan swasta memiliki pola asuh demokratis,
62,5% responden yang tidak bekerja memiliki pola asuh permisif, 66,7%
responden dengan pekerjaan lain-lain (tukang ojek dan buruh) memiliki
pola asuh permisif. Hal ini diperkuat oleh penelitian Jackman, Mandleco,
Roper, Dyches, & Freeborn (2012) yang menyatakan bahwa 82,7% ayah
dan 32,5 % ibu yang bekerja full time akan mempengaruhi kuantitas
interaksi dengan anak. Kurangnya kuantitas intensitas interaksi dengan
anak secara tidak langsung akan mempengaruhi pola pengasuhan anak.
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
Universitas Indonesia
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Penelitian ini meneliti hubungan karakteristik orang tua dengan jenis pola
asuh dalam merawat anak penyandang autisme. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik orang tua
dengan jenis pola asuh (p value > α). Hasil penelitian ini juga menjelaskan
bahwa jenis pola asuh yang paling banyak digunakan orang tua adalah pola
asuh permisif. Pola asuh permisif yang digunakan oleh orang tua didukung
oleh status ekonomi orang tua yang mayoritas menengah ke atas. Selain itu,
orang tua yang mayoritas perempuan cenderung lebih menerapkan pola asuh
permisif untuk menjaga kestabilan emosional anak autisme. Pola asuh orang
tua dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya, status ekonomi dan karakteristik orang
tua. Perbedaan nilai-nilai budaya dan karakteristik orang tua menjadikan pola
asuh dimasing-masing daerah berbeda.
7.2 Saran
7.2.1 Sekolah Inklusi dan Klinik Tumbuh Kembang
Dapat dijadikan masukan bagi sekolah khusus dan klinik tumbuh
kembang untuk mempromosikan kepada orang tua mengenai jenis
pola asuh yang dapat digunakan dalam merawat anak autisme.
Adanya kerjasama antara pihak sekolah khusus, klinik, dan orang tua
dalam melaporkan perkembangan kemampuan komunikasi dan
interaksi sosial terkait dengan pola asuh yang digunakan oleh orang
tua dalam merawat anak penyandang autisme
61
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Blumberg, S.J., Bramlett, M.D., Kogan, M.D., Schieve, L.A., Jones, J.R., & Lu,
M.C. (2013). Changes in prevalence of parent-reported autism spectrum
disorder in school-aged US Children: 2007 to 2011–2012. National Health
Statistic Report: Number 65.
Boslaugh, S. (2008). Encyclopedia of epidemiology autism. Thousand Oaks: Sage
Publications.
Brooks, J. (2008). The processing of parenting. (7th Ed). Boston: McGraw-Hill.
Budiharto. (2006). Metodologi bidang kesehatan. Jakarta: EGC.
Burns, N., & Grove, S.K. (1999) Understanding Nursing Research. (2nd edn).
Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Carbone, P.S., Murphy, N.A., Norlin, C., Azor, V., Sheng, X., & Young, P.
(2013). Parent and pediatrician perspectives regarding the primary care of
children with autism spectrum disorders. Journal Autism Developmental
Disorder, 43:964–972.
Caronna, E.B., Milunsky, J.M., & Tager-Flusberg, H. (2008). Autism spectrum
disorders: Clinical and research frontiers. Arch. Dis. Child, 93, 518-523.
Carpenter, L. (2013). DSM 5 autism spectrum disorder: Guidelines & criteria
exemplars. Associate Professor of Pediatrics Medical University of South
Carolina. Nurse 13:1, 753–756.
Cohen, D.J., & Volkmar, F.R. (1997). Handbook of autism and pervasive
development disorder. United States of America: John Willey and Sons,
Inc.
Darling, N. (1999). Parenting style and its correlates. Eric Digest Campaign:
Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education. University
of Illionis.
Gandasetiawan, R.Z. (2009). Mengoptimalkan IQ dan EQ anak melalui metode
sensomotorik. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Gau, S.S-F., Chou, M-C., Lee, J-C., Wong, C-C., Chou, W-J., Chen, M-F., et al.
(2010). Behavioral problems and parenting style among Taiwanese
children with autism and their siblings. Psychiatry and Clinical
Neurosciences, 64: 70–78.
Gunarsa, S., D. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
Gunarsa, S.D, & Gunarsa, Y.S.D. (2008). Psikologi perkembangan anak dan
remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Hastono, S.P., & Sabri, L. (2013). Statistik kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hatono, S.P (2007). Analisis data kesehatan. Depok: FKM UI.
Hersinta & Soepomo, V. (2011). Aktualisasi diri dalam mengkomunikasikan
meaning of suffering pada ibu dengan anak penyandang autis. Journal of
Communication Vol. IV No. 5.
Universitas Indonesia
Hock, R.M., Timm, T.M., & Ramisch, J.L. (2012). Parenting children with autism
spectrum disorders: A crucible for couple relationships. Child and Family
Social Work, 17, pp 406–415.
Jabareen, Y. (2009). Building a conceptual framework: Philosophy, definitions,
and procedure. International Journal of Qualitative Methods, 8(4).
Jack, B., & Clarke, A.M. (1998) The value of quantitative research in nursing.
Professional
Jackman, C., Mandleco, B., Roper, S., Dyches, T., & Freeborn, D. (2012). Is there
a relationship between parenting styles and sibling relationships in
families raising a child with a disability?. Brigham Young University,
Provo, Utah USA.
http://www.nursinglibrary.org/vhl/bitstream/10755/243527/1/Mandleco_B
arbara_50448.pdf (diperoleh 9 november, 2013).
Jeekortok, K., & Chanchalor, S. (2012). Parent's Perspective of children with
autism in North-Eastern Region of Thailand about requirements and
factors involved caring children. Proceedings of the IEEE-EMBS
International Conference on Biomedical and Health Informatics, Hong
Kong and Shenzhen, China, 2-7 January.
Lai, M-Chuan., Lombardo, M.V., Cohen, B.S. (2013). Autism. Lancet; 383: 896–
910.
Melisa, F (2013,
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/09/mkz2un-
112000-anak-indonesia-diperkirakan-menyandang-autismeme, diperoleh 9
November, 2013).
Ministry of Children and Family Develompent. (2013). A parent’s handbook:
Your guide to autism programs. British of Colombia.
Muhammad, J.K.A. (2007). Special education for special children: Panduan
pendidikan khusus anak dengan ketunaan dan learning disabilities (Edy
Sembodo, Penerjemah). Jakarta: PT Mizan Publika.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan: Pedoman skripsi, thesis, dan instrument penelitian
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Pasaribu, G.J.L.T. & Hersinta. (2009). Hubungan pola asuh dengan kemampuan
interaksi sosial pada anak autisme usia sekolah (6-12 tahun) di sekolah
purba adhika karang tengah Jakarta. Jakarta: Univeristas Pembangunan
Nasional Veteran.
Pisula, E. (2010). The autismetic mind in the light of neuropsychological studies.
Acta Neurobiol. 70:119–130.
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2004). Nursing research principle and methods.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of nursing: Concepts, process,
and practice. (6th edition). St. Louis: Elsevier Mosby.
Universitas Indonesia
Priyatna, A. (2010). Amazing autism: Memahami, mengasuh, dan mendidik anak
autisme. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Rahmah, A & Marini, L. (2012). Gambaran pola asuh ibu suku batak pada anak
laki-laki dengan gangguan autisme. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara.
Rutgers, A.H., van IJzendoorn, M.H., Bakermans-Kranenburg, M.J., Swinkels,
S.H.N., van Daalen, E., Dietz, C., et al. (2007). Autism, attachment and
parenting: a comparison of children with autism spectrum disorder, mental
retardation, language disorder, and non-clinical children. Journal
Abnormal Child Psychological, 35: 859–870.
Sarachana, T., Xu, M., Wu, R-C., Hu, V.W. (2011). Sex hormones in autism:
Androgens and estrogens differentially and reciprocally regulate rora, a
novel candidate gene for autism. Plos one 6(2): e17116.
doi:10.1371/journal.pone.0017116.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Serrata, C.A. (2012). Psychosocial aspects of parenting a child with autism.
Journal of Applied Rehabilitation Counseling, Volume 43, Number 4.
Setiabudhi & Hardywinoto. (2002). Anak unggul berotak prima. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Skinner, E., Johnson, S., & Snyder, T. (2005). Six dimensions of parenting: A
motivational model. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Volume 5 Number
2 Pages 175–235.
Sun, X., Allison, C., Matthews, F.E., Sharp, S.J., Auyeung, B., Baron-Cohen, S.,
et al. (2013). Prevalence of autism in mainland China, Hong Kong and
Taiwan: A systematic review and meta-analysis. Molecular Autism 2013
4:7.
Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Surbakti, M.A. (2009). Kenalilah anak remaja anda. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Tembong, G.P. (2006). Smart parenting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz,
P. (2009). Buku ajar keperawatan pediatric (Agus Sunarta, Neti Juniarti &
H.Y Kuncara, Penerjemah). Edisi ke-6. Jakarta EGC.
Yusuf, A.ST.H & Galib, N. H. B. (2013). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap
tingkat kooperatif anak usia 3-5 tahun dalam perawatan gigi dan mulut.
Skripsi. Makasar: Fakultas Kedokteran Gigi Hasanuddin.
Universitas Indonesia
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORANG TUA DENGAN JENIS POLA
ASUH DALAM MERAWAT ANAK PENYANDANG AUTISME DI
WILAYAH JAKARTA SELATAN
Oleh:
Muliana 1006770873
Universitas Indonesia
Lampiran 1
Selamat Pagi/Siang/Sore
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muliana
NPM : 1006770873
No.HP : 085777914635
adalah mahasiswi S1 Reguler Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Saya bermaksud melakukan penelitian mengenai “Hubungan Karakteristik Orang
Tua dengan Jenis Pola Asuh dalam Merawat Anak Penyandang Autisme di
wilayah Jakarta Selatan”. Penelitian ini dilakukan sebagai tahap akhir dalam
penyelesaian studi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik orang tua dengan
jenis pola asuh dalam merawat anak penyandang autisme di wilayah Jakarta
Selatan.
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada orang tua
mengenai pola asuh yang dipakai dalam merawat anak penyandang autisme.
Waktu pengisian kuesioner ini berkisar antara 10-15 menit dan harus diisi oleh
orang tua yang memiliki anak penyandang autisme. Untuk keperluan tersebut,
besar harapan saya agar Anda bersedia menjadi responden dalam penelitian saya
serta mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Identitas pribadi sebagai
responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan
digunakan untuk penelitian ini.
Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, April 2014
Peneliti
(Muliana)
Universitas Indonesia
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN
( )
Universitas Indonesia
Lampiran 3
3. Pendidikan : SD SMA
Universitas Indonesia
Lampiran 4
Universitas Indonesia
1. = “Tidak pernah”
2. = “Jarang”
3. = “Sering”
4. = “Selalu”
Universitas Indonesia
1. = “Tidak pernah”
2. = “Jarang”
3. = “Sering”
4. = “Selalu”
Universitas Indonesia
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
1. Pola Asuh Otoriter
Universitas Indonesia
2. Pola Asuh Demokratis
Universitas Indonesia
3. Pola Asuh Permisif
Universitas Indonesia
Lampiran 6
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Muliana
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 23 Juni 1992
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Telepon : +62 857 7791 4635
Email : muli_ana_fikui@yahoo.co.id
Alamat : Jl. Bulak Ringin RT 10/003 No. 85 B Cibubur,
Jakarta Timur
Pendidikan Formal
1997 – 1998 : TK Pertiwi, Jakarta
1998 - 2004 : SDN Cibubur 09 Pagi, Jakarta
2004 - 2007 : SMPN 258, Jakarta
2007 - 2010 : SMAN 99, Jakarta
2010- 2014 : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok
Universitas Indonesia