Anda di halaman 1dari 142

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK,

ROLE MODEL DAN SAHABAT DENGAN VULVA


HYGIENE PADA SISWI KELAS XI
SMA NEGERI 1 INDRALAYA

SKRIPSI

Oleh:
TRI ANGGRAINI
04021281320011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
APRIL 2017
HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK,
ROLE MODEL DAN SAHABAT DENGAN VULVA
HYGIENE PADA SISWI KELAS XI
SMA NEGERI 1 INDRALAYA

SKRIPSI

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:
TRI ANGGRAINI
04021281320011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
APRIL 2017
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tri Anggraini

NIM : 04021281320011

Dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan

plagiarisme sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Ilmu

Keperawatan Universitas Sriwijaya. Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan

tindakan plagiarisme, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang

dijatuhkan oleh Universitas Sriwijaya kepada saya.

Indralaya, Juli 2017

Tri Anggraini
iii
v

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Juli 2017


Tri Anggraini

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK, ROLE


MODEL DAN SAHABAT DENGAN VULVA HYGIENE PADA SISWI
KELAS XI SMA NEGERI 1 INDRALAYA

xxvii + 81 + 14 tabel + 2 skema + 13 lampiran

ABSTRAK

Persepsi dan perilaku yang salah dalam melakukan vulva hygiene pada wanita salah
satunya dikarenakan kurangnya dukungan dari keluarga, khusunya Ibu saat ia masih
remaja. Ibu berperan penting dalam pembentukan karakter dan kebiasaan yang baik
pada anak melalui perannya sebagai pendidik, role model dan sahabat seharusnya
mampu untuk mengajarkan vulva hygiene pada anak dengan memberikan pemahaman
dan contoh yang benar cara melakukan vulva hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat
dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. Penelitian ini
merupakan penelitian survey analitik dengan desain penelitian cross-sectional.
Jumlah populasi sebanyak 123 orang responden yang terdiri dari Ibu dan anak dengan
sampel 54 orang responden yang ditentukan melalui random sampling. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner tertutup dan analisis data menggunakan chi square (α =
0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai
pendidik terhadap vulva hygiene anak dengan p-value 0,033 (α = 0,05), terdapat
hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene anak dengan p-
value 0,028 (α = 0,05) terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap
vulva hygiene anak dengan p-value 0,036 (α = 0,05) dan terdapat hubungan antara
status sosial ekonomi keluarga terhadap peran Ibu dengan p-value 0,030 (α = 0,05).
Artinya, terdapat hubungan antara peran Ibu sebagi pendidik, role model dan sahabat
dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya serta status sosial
ekonomi dengan peran Ibu. Hal ini dikarenakan Ibu berada pada usia madya, riwayat
pendidikan terakhir Ibu tinggi, tingkat pengetahuan Ibu baik dan orang tua
menerapkan pola asuh autoritatif. Diharapkan anak mampu menerapkan vulva
hygiene dengan benar dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapai derajat
kesehatan reproduksi remaja yang optimal.

Kata kunci: vulva hygiene, Ibu, peran Ibu sebagai pendidik, role model, sahabat, anak
Daftar Pustaka: 114 (2001-2017)
SRIWIJAYA UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE
SCHOOL OF NURSING SCIENCE

Thesis, July 2017


Tri Anggraini

RELATIONSHIP BETWEEN THE ROLE OF MOTHER AS


EDUCATION, ROLE MODEL AND FRIENDSHIP WITH VULVA
HYGIENE IN STUDENT CLASS XI SMA NEGERI 1 INDRALAYA

xxvii + 81 + 14 table + 2 schemes + 13 attachments

ABSTRACT

Misperception and misbehavior in doing vulva hygiene in women one of them due to
lack of support from the family, especially mother when she was teenager. Mothers
play an important role in the formation of good character and habits in children
through their role as educators, role models and companions should be able to teach
vulva hygiene in children by providing a good understanding and example of how to
do vulva hygiene. This study aims to determine the relationship between the role of
mother as an educator, role models and friends with vulva hygiene in high school
students of SMA Negeri 1 Indralaya. This research is analytic survey research with
cross-sectional research design. The total population of 123 respondents consisting of
mother and children with a sample of 54 respondents determined through random
sampling. Data were collected using closed questionnaire and data analysis using chi
square (α=0,05). The result showed that there was a relation between mother role as
educator to child hygiene vulva with p-value 0,033 (α=0,05), there is relation
between mother role as role model to child hygiene vulva with p-value 0,028
(α=0,05), there is relation between mother role as friend to child hygiene vulva with
p-value 0,036 (α=0,05) and there is relation between sosio-economic status of the
family to mother roles with p-value 0,030 (α=0,05). That result means that, there is a
relationship between the role of mother as an educator, role models and friends with
vulva hygiene in high school students of SMA Negeri 1 Indralaya and sosio-economic
status with mother roles. This is because the mother is in middle age, the last
education history of mother is high, the level of knowledge of mother is good and
parents of respondents who are earning aplied autoritative parenting. It is expected
that children are able to apply vulva hygiene properly in their daily life so as to
achieve optimum adolescent reproductive health.

Keywords: vulva hygiene, mother, role of mother as educator, role model, friend,
child
Refferences: 114 (2001-2017)
vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Allah SWT. mencintai pekerjaan yang apabila bekerja, ia menyelesaikannya dengan baik (HR.

Thabrani).”

“Do the best and pray, God will take care of the rest.”

Persembahan:

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan nikmat dan

rahmat-Nya serta setitik perjuangan atas izin-Nya, maka aku persembahkan skripsi ini:

1. Untuk kedua orangtuaku, Bapak (Bambang Sumiarsa) dan Ibu (Rita Sulawati, S. Pd.) yang

sangat aku banggakan, yang tiada hentinya memberikan doa, dukungan moril dan materil disetiap

langkahku.

2. Untuk saudara laki-lakiku, Firmansyah yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama

pembuatan laporan tugas akhir ini.

3. Untuk pembimbingku, Ibu Ns. Arie Kusumaningrum, M.Kep., Sp. Kep. An. dan Ibu Ns.

Nurna Ningsih, M.Kes., terima kasih atas bimbingan, saran dan nasihatnya sehingga aku dapat

menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Untuk pengujiku, Bapak Ns. Sigit Purwanto, M.Kes. dan Ibu Ns. Jum Natisba, M. Kep., Sp.

Kep. Mat., terima kasih atas saran dan nasihatnya dalam membuat laporan tugas akhir ini menjadi

lebih baik.
5. Untuk pembimbing akademikku, Ibu Ns. Putri Widita Muharyani, M. Kep., terima kasih atas

nasihatnya selama ini.

6. Untuk semua dosen pendidik dan staf yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu yang sangat

bermanfaat untukku.

7. Untuk sahabat-sahabat terbaikku (Astie, Fichia, Anggita, Lety, Desi, Berly, Anggun, Fanny,

Farah, Nia, Resi, Nanda, Dina, Rosa) yang selalu memberikan semangat, masukan, hiburan dan

telah sama-sama berjuang dalam penyelesaian tugas akhir ini

8. Untuk semua teman-teman satu angkatan 2013 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi.

9. Untuk BEM KM PSIK FK UNSRI, khususnya Departemen Pendidikan dan Penelitian,

terima kasih atas pengalaman yang sangat berharga selama menjadi bagian dari organisasi ini.

10. Untuk Almamater dan kampus PSIK FK UNSRI, terima kasih atas ilmu yang sangat

bermanfaat dan pengalaman yang sangat berharga selama menempuh pendidikan.


ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Hubungan Pola Asuh dan Kesiapan Anak dengan Keberhasilan Toilet training pada

Anak Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Timbangan”.

Dalam penyusunan skripsi, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung, baik

berupa moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Ibu Ns. Hikayati, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

2. Ibu Ns. Arie Kusumaningrum, M. Kep., Sp. Kep. An. selaku pembimbing 1

yang telah memberikan banyak waktu untuk bimbingan, pengarahan, dan

saran-saran dalam penyusunan skripsi.

3. Ibu Ns. Nurna Ningsih, M.Kes., selaku pembimbing 2 yang telah memberikan

banyak waktu untuk bimbingan, pengarahan, dan saran-saran dalam

penyusunan skripsi.

4. Bapak Ns. Sigit Purwanto, M. Kes., selaku penguji 1 yang telah bersedia

menjadi penguji dan memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran dalam

penyusunan skripsi.
5. Ibu Ns. Jum Natosba, M. Kep., Sp. Kep. Mat., selaku penguji 2 yang telah

bersedia menjadi penguji dan memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran

dalam penyusunan skripsi.

6. Seluruh dosen dan staf administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang telah membantu dan

memberikan kemudahan dalam mengurus administrasi selama penyusunan

skripsi.

7. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi yang telah memberikan izin peneliti dalam

melaksanakan penelitian.

8. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Indralaya yang telah memberikan data dan

informasi sebagai bahan studi pendahuluan dan telah memberikan izin peneliti

dalam melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Indralaya.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan baik teknik penulisan maupun isinya. Hal ini karena keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, terkhususnya dapat diperbaiki

kembali oleh peneliti, atas kesalahan peneliti mohon maaf sebesar-besarnya.

Indralaya, Juni 2017

Tri Anggraini
xi

DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................... i
Surat Pernyataan...................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan Sidang Skripsi ........................................................................ iii
Lembar Pengesahan ................................................................................................ iv
Abstrak .................................................................................................................... v
Abstract ................................................................................................................... vi
Halaman Persembahan ............................................................................................ vii
Kata Pengantar ........................................................................................................ ix
Daftar Isi.................................................................................................................. xi
Daftar Tabel ............................................................................................................ xiii
Daftar Skema........................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ...................................................................................................... xv
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................. xvi

Bab 1 Pendahuluan.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8
D. Manfaat .......................................................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis........................................................................................ 9
2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 10

Bab II Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 12


A. Peran Ibu........................................................................................................ 12
1. Definisi Peran Ibu ..................................................................................... 12
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Ibu........................................... 16
B. Organ Reproduksi Wanita ............................................................................. 21
1. Organ Genitalia Eksterna .......................................................................... 21
2. Organ Genitalia Interna............................................................................. 22
C. Vulva Hygiene................................................................................................ 23
1. Definisi Hygiene ....................................................................................... 23
2. Definisi Vulva Hygiene ............................................................................. 23
3. Dampak Mengabaikan Vulva Hygiene...................................................... 24
4. Perilaku Vulva Hygiene............................................................................. 26
D. Remaja ........................................................................................................... 27
1. Tahapan Remaja........................................................................................ 27
2. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja ............................................. 28
E. Peran Perawat ................................................................................................ 30
F. Penelitian Terkait........................................................................................... 33
G. Kerangka Teori .............................................................................................. 36

Bab III Metode Penelitian ....................................................................................... 37


A. Kerangka Konsep........................................................................................... 37
B. Desain Penelitian ........................................................................................... 37
C. Hipotesis ........................................................................................................ 38
D. Definisi Operasional Variabel ....................................................................... 39
E. Populasi dan Sampel...................................................................................... 40
1. Populasi..................................................................................................... 40
2. Sampel....................................................................................................... 40
F. Tempat Penelitian .......................................................................................... 44
G. Waktu Penelitian............................................................................................ 44
H. Etika Penelitian.............................................................................................. 44
I. Alat Pengumpul Data..................................................................................... 45
J. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 48
K. Analisis Data.................................................................................................. 51

Bab IV Hasil dan Pembahasan................................................................................ 55


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................. 55
B. Hasil Penelitian.............................................................................................. 56
1. Analisis Univariat ..................................................................................... 56
2. Analisis Bivariat........................................................................................ 59
C. Pembahasan ................................................................................................... 63
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 79

Bab V Simpulan dan Saran ..................................................................................... 79


A. Simpulan ........................................................................................................ 79
B. Saran .............................................................................................................. 80

Daftar Pustaka ......................................................................................................... xvii


xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................39


Tabel 3.2 Proporsi Sampel untuk Setiap Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya .......43
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Vulva Hygiene...........................................................45
Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Peran Ibu ...................................................................46
Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian .................................................48
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Pendidik .....................................56
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Role Model.................................57
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Sahabat .......................................57
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Vulva Hygiene pada Anak ......................................58
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi Responden ..........................58
Tabel 4.6 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Pendidik dengan Vulva Hygiene
Anak..........................................................................................................59
Tabel 4.7 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Role Model dengan Vulva Hygiene
Anak .........................................................................................................60
Tabel 4.8 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Sahabat dengan Vulva Hygiene
Anak .........................................................................................................61
Tabel 4.9 Hubungan antara Satatus Sosial Ekonomi dengan Peran Ibu ..................62
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teoritis.....................................................................................36


Skema 3.1 Kerangka Konsep .....................................................................................37
xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Anak
2. Kuesioner Ibu
3. Dokumentasi
4. Tabel Hasil Validitas Kuesioner
5. Lembar Plagiarisme
6. Lembar Permohonan Menjadi Responden
7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
8. Surat Studi Pendahuluan
9. Surat Uji Validitas/Kuesioner
10. Surat Izin Penelitian
11. Surat Balasan Penelitian
12. Jadwal dan Timeline Kegiatan Penelitian
13. Lembar Konsultasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri
Nama : Tri Anggraini
Tempat Tanggal Lahir : Megang Sakti, 23 April 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pematang Jaya Gang Sido Mulyo Rt. 10 No. 35 Kel.
Sidorejo Kec. Lubulinggau Barat 2 Lubuklinggau
Orang Tua
Ayah : Bambang Sumiarsa
Ibu : Rita Sulawati, S. Pd.
Saudara : Firmansyah
No. HP : 081995823663
Email : chece1323@gmail.com

Riwayat Pendidikan
Tahun 1999 – 2001 : TK Islam Al Hikmah Megang Sakti
Tahun 2001 – 2007 : SD Negeri 10 Lubuklinggau
SD Negeri 17 Lubuklinggau
Tahun 2007 – 2010 : SMP Negeri 1 Lubuklinggau
Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri 5 Lubuklinggau
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah tahap antara masa kanak-kanak menuju dewasa karena

pada masa ini memperlihatkan awal dari masa pubertas menuju masa kematangan

seksual (Marpaung & Setiawan, 2012). Monks, et. al (2006) dikutip Munawaroh

dan Susilawati (2014) berpendapat bahwa aspek perkembangan remaja secara

global berlangsung antara 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12–15 tahun

adalah remaja awal, usia 15–18 tahun adalah remaja pertengahan, dan usia 18–21

tahun adalah remaja akhir. Remaja mulai mengalami berbagai perubahan badan,

perubahan status sosial, perubahan penampilan, perubahan sikap, perubahan seks

dan perubahan organ-organ reproduksi yang ditandai dengan menstruasi pertama

(menarche) pada remaja perempuan, sedangkan remaja laki-laki akan mengalami

mimpi basah pertama (polutio) (Suryati, 2012).

Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh remaja adalah masalah

personal hygiene, terutama pada remaja perempuan (Lestari & Anjarwati, 2015).

Remaja perempuan lebih beresiko mengalami gangguan pada organ reproduksi

dikarenakan memiliki 3 saluran utama, yaitu saluran uretra, saluran vagina, dan

anus yang berhubungan langsung dengan daerah luar. Tidak seperti pada laki-laki

yang memiliki saluran uretra yang lebih panjang, saluran uretra yang pendek pada

perempuan akan meningkatkan resiko penyakit infeksi saluran kemih (ISK) bila

tidak melakukan personal hygiene dengan tepat. Kebersihan dan kesehatan organ
reproduksi sudah sewajarnya membutuhkan perhatian yang lebih agar mampu

menghasilkan keturunan (Manan, 2011; Farid, 2012).

Mardani dan Priyoto (2010) menyebutkan bahwa personal hygiene atau

perawatan diri dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan,

memelihara kebersihan diri, pencegahan penyakit, meningkatkan rasa percaya diri

serta menciptakan keindahan. Vulva hygiene merupakan salah satu bagian dari

personal hygiene selain kebersihan badan, tangan, kulit/kuku gigi dan rambut.

Pengetahuan yang kurang mengenai vulva hygiene, seperti perilaku yang

buruk ketika membersihkan daerah vulva dan vagina saat Buang Air Besar (BAB)

atau Buang Air Kecil (BAK) menggunakan air yang tidak bersih dan salah arah

saat membersihkannya, memakai pewangi, pembersih sabun, atau pembilas secara

berlebihan, memakai celana yang ketat dan tidak menyerap keringat, jarang

mengganti celana dalam serta jarang mengganti pembalut ketika menstruasi, sering

membersihkan alat kelamin menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih yang

tidak jelas komposisi kandungannya, menabur bedak, bahkan menyemprotkan

parfum di dalam vagina dapat menjadi pencetus keputihan yang disebabkan oleh

infeksi, benda asing, tumor, ataupun flora normal (Burhani, 2012; Ratna, 2010).

Tidak adanya pengetahuan bagaimana cara mencukur rambut kemaluan

dengan benar dan kurangnya pemahaman untuk mengeringkan daerah vulva dan

vagina menggunakan handuk khusus setelah BAB dan BAK juga dapat menjadi

pencetus timbulnya rasa gatal dan tidak nyaman di daerah kemaluan karena celana

yang basah terkena air. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa, et. al

(2012) di SMA Negeri 9 Semarang bahwa 48% siswi menjawab salah untuk
3

pernyataan mengeringkan daerah vulva dan vagina menggunakan handuk khusus

dan 49,2% siswa menjawab salah untuk pernyataan ketika memakai sabun harus

dibasuh sampai bersih sebelum diberikan penyuluhan.

Cholis (2016) menyebutkan bahwa dalam agama Islam juga telah ada

ketetapan sunnah dari Rasullullah SAW. yang menganjurkan untuk mencukur

rambut kemaluan, sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan dari Abu Hurairah

r.a:

“Lima hal yang termasuk fitrah yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan,

memotong kuku, membersihkan/menghilangkan bulu ketiak dan mencukur

kumis.” (HR. Muslim).

Rasullullah SAW. juga telah menentukan agar mencukur rambut kemaluan

secara rutin tidak lebih dari 40 hari, sesuai dengan hadits yang diceritakan oleh

sahabat Anas bin Malik r.a, yaitu:

“Kami diberi waktu dalam memendekkan kumis, mencukur kuku, mencabut

bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan agar tidak dibiarkan lebih dari

empat puluh malam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Wakhidah dan Wijayanti (2014) juga menyebutkan akibat kurangnya

pemahaman dari vulva hygiene adalah terjadinya gangguan kesehatan reproduksi

seperti keputihan, infeksi saluran kemih, penyakit radang panggul (PRP) dan

kemungkinan terjadi kanker leher lahim (Ca Serviks). Berdasarkan data statistika

Indonesia tahun 2008, didapatkan bahwa terdapat 43,3 juta jiwa remaja berusia

15–24 tahun berperilaku tidak sehat dalam menjaga kebersihan organ

reproduksinya (Maghfiroh, 2010). World Health Organization (WHO) juga


menyebutkan prevalensi infeksi vagina dialami oleh 25–50% wanita (Kissanti,

2008).

Hariyani (2016) menjelaskan bahwa perempuan yang menderita radang

panggul untuk pertama kalinya dapat menyebabkan kemandulan sebanyak 20

hingga 25%, untuk kedua kalinya sebanyak 30 hingga 35% dan untuk yang ketiga

kalinya akan menjadi 60 sampai 75%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

SMA Negeri 1 Pineleng pada tahun 2014, didapatkan bahwa 55 (93,2%) siswi

mengalami keputihan dan sekitar 12 (20,3%) diantaranya diakibatkan karena

kurangnya pengetahuan tentang kebersihan daerah organ reproduksi (Sondakh,

2014).

Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai paling tidak

saat usia remaja (Supatmi & Asta, 2015). Remaja harus dipersiapkan baik

pengetahuan, sikap, maupun tindakannya ke arah pencapaian reproduksi yang

sehat (WHO, 1995 dikutip Supatmi & Asta, 2015). Hasil survei yang dilakukan

oleh WHO di beberapa negara memperlihatkan adanya informasi yang baik dan

benar dapat menurunkan permasalahan reproduksi pada remaja (Sari, et. al, 2013).

Kurangnya pengetahuan remaja putri tersebut tidak lepas dari peran orang tua.

Beberapa orang tua kurang memahami tentang kesehatan reproduksi dan ada juga

orang tua yang bersikap malu serta menghindari untuk melakukan percakapan

tentang kesehatan reproduksi, terutama masalah vulva hygiene (Khadijah, 2016).

BKKBN (2014) menyatakan bahwa perlu ditekankan pada orang tua untuk

melakukan pendidikan kesehatan reproduksi guna memberikan pengetahuan

kepada anak-anaknya agar anak tidak mencaritahu sendiri sehingga anak dapat
5

dikontrol oleh orang tua (Herman, 2014). Kartono (2006) dikutip Farid (2012)

juga mengungkapkan bahwa pendidikan sejak dini paling utama dimulai dari

orang tua itu sendiri, terutama Ibu sehingga dapat disimpulkan bahwa peran untuk

mengajarkan vulva hygiene pada anak perempuan sebaiknya diberikan pada Ibu.

Ibu yang berperan sebagai pendidik dalam keluarga dapat memberitahu

anaknya mengenai kebersihan daerah organ reproduksi, khususnya remaja putri

karena Ibu merupakan salah satu sumber informasi untuk anak-anaknya. Ibu yang

memiliki keterkaitan batin yang kuat pada seorang anak juga akan mempermudah

transfer pengetahuan dan ilmu dari orang tua ke anak (Karomah, 2013). Mengutip

kembali dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDATIN)

(2015) tentang teman diskusi mengenai kesehatan reproduksi remaja usia 15–19

tahun di Indonesia tahun 2013 didapatkan hasil bahwa remaja perempuan

menyukai sumber informasi berasal dari Ibu, tenaga kesehatan dan guru. Ibu

diharapkan dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya, terbuka dan kapan

saja sampai anak benar-benar mengerti apa yang dimaksud (Dianawati, 2010).

Sebaiknya Ibu lebih mengutamakan suatu komunikasi yang efektif untuk dapat

menjelaskan dengan baik pada anak mengenai informasi yang akan ia berikan

(Astutik, et. al, 2016). Kusmiran (2011) mengatakan bahwa bila komunikasi yang

bersifat dialogis antara orang tua dan anak kurang terjalin, maka akan

menyebabkan remaja mencari informasi yang tidak benar. Cicilia (2009) dikutip

Atsani (2015) juga mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan Ibu, informasi

yang dimiliki baik dari media maupun lingkungan mendukung, serta banyaknya
pengalaman Ibu yang baik akan membuat Ibu mampu memberikan peran yang

baik untuk anaknya.

Hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Padokan bahwa peran Ibu

berupa pemberian informasi mengenai hygiene yang baik (46,7%) memiliki

hubungan dengan hygiene yang baik pada anak ketika menstruasi (56,67%),

karena siswa belajar tentang perubahan fisik pada masa pubertas dari orang tua

atau Ibu, tetapi tidak semua Ibu memberikan informasi yang memadai kepada

anaknya, bahkan sebagian enggan membicarakannya secara terbuka (Farid, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Khadijah (2016) di SMP Negeri 2 Ngaglik

dan SMP Muhammadiyah 2 Mlati bahwa sumber informasi siswi mayoritas

bersumber dari orang tua dengan masing-masing nilai 70% dan 63,3%, sehingga

dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah sumber informasi yang paling efektif

tentang kesehatan reproduksi bagi remaja. Ibu dianjurkan untuk dapat memberikan

keterangan spesifik yang sederhana mengenai vulva hygiene kepada anak, seperti

bagaimana arah yang benar ketika membersihkan daerah vulva dan vagina setelah

BAB atau BAK dan mengeringkannya menggunakan tisu atau handuk khusus

sebelum memakai kembali celana dalam, mengganti pembalut secara teratur 2

sampai 3 kali sehari atau setiap 4 jam sekali ketika menstruasi, memakai celana

dalam yang terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, atau memberitahu

tahu cara mencukur rambut kemaluan yang benar (Sari, 2012).

Selain mendidik anak dengan memberikan informasi dan pengetahuan yang

bersifat komunikatif mengenai vulva hygiene, Ibu yang juga berperan sebagai

panutan atau role model bagi anak-anaknya dianjurkan untuk memberikan contoh
7

yang benar dan mengawasi vulva hygiene anaknya. Hal ini karena setiap perilaku

Ibu akan ditiru dan akan dijadikan panduan dalam perilaku anak (Halimah, 2015).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan teknik wawancara

menunjukkan bahwa 6 dari 10 siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya tidak

mengetahui informasi mengenai vulva hygiene maupun dampak yang ditimbulkan

bila tidak melakukannya, para guru belum pernah memberikan informasi

mengenai kesehatan reproduksi remaja, dan orang tua, terutama Ibu juga belum

pernah mengajarkan cara perawatan vulva hygiene dengan benar, sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara peran Ibu sebagai

pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA

Negeri 1 Indralaya.

B. Rumusan Masalah

Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan anak (Letsoin, et. al,

2015). Salah satunya dalam hal melakukan perawatan diri dan lingkungannya.

Kurangnya dukungan dan latihan kemampuan pada remaja dalam hal tersebut akan

mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan perawatan diri, seperti

kemampuan vulva hygiene pada remaja perempuan. Diperlukan dukungan dari

keluarga dalam perawatan diri pada remaja karena salah satu tugas pokok keluarga

adalah pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya dalam bentuk perilaku

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan (Jhonson & Leny, 2010). Untuk

mengajarkan vulva hygiene pada anak perempuan, sebaiknya peran tersebut

diberikan pada Ibu karena sebagai sesama perempuan anak akan lebih leluasa
untuk berdiskusi mengenai masalah kebersihan organ reproduksinya dan

menerima nasihat-nasihat yang diberikan oleh Ibunya.

Namun pada realitasnya, kebanyakan Ibu hanya memberikan sarana dan

prasarana, tidak untuk pemahaman mengenai vulva hygiene atau memberikan

contoh bagaimana cara melakukan vulva hygiene yang benar. Akibatnya anak akan

sembarangan dalam merawat organ genitalia eksternanya dan tidak mengetahui

dampak yang akan ditimbulkan. Berdasarkan fenomena yang telah dijabarkan,

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya hubungan antara

peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada

siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

peran ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada

siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran dari peran Ibu sebagai pendidik, role model dan

sahabat terhadap vulva hygiene remaja.

b. Mengetahui gambaran vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1

Indralaya.

c. Mengetahui gambaran status sosial ekonomi siswi kelas XI SMA Negeri 1


9

Indralaya.

d. Menganalisis hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik terhadap vulva

hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.

e. Menganalisis hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva

hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.

f. Menganalisis hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva

hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.

g. Menganalisis hubungan antara status sosial ekonomi terhadap peran Ibu

pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan,

pemahaman dan wawasan baru di bidang keperawatan serta sebagai sumber

referensi atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, serta menjadi

masukan dalam ilmu keperawatan mengenai vulva hygiene.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswi kelas XI SMA Negeri 1

Indralaya untuk menerapkan vulva hygiene sehingga akan tercapai derajat

kesehatan reproduksi yang optimal.


b. Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan cara

melakukan vulva hygiene bagi mahasiswa yang sedang menjalankan profesi

keperawatan keluarga dan pengabdian terhadap masyarakat.

c. Bagi Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan referensi

bagi perawat untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara

kesehatan keluarga dengan memberikan penyuluhan kepada Ibu sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi mengenai vulva hygiene pada remaja putri

melalui kerja sama dengan unit kesehatan sekolah sehingga Ibu dapat

memahami aspek penting dalam mendukung remaja putri melakukan vulva

hygiene.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berada dalam lingkup keperawatan keluarga dan komunitas

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik,

role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1

Indralaya. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Indralaya. Jenis penelitian

ini adalah survey analitik dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode

pendekatan cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI

sebanyak 104 orang yang selanjutnya diberikan kuesioner tertutup dengan

menggunakan skala pengukuran Guttman yang berkaitan dengan penelitian ini


11

untuk diisi oleh para siswi dan Ibu yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi

square. Penelitian ini dimulai pada tanggal 17 Mei 2017.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Ibu

1. Definisi Peran Ibu

Peran adalah konsep tentang seperangkat tingkah laku yang dilakukan oleh

seseorang dalam masyarakat, meliputi tuntutan-tuntutan perilaku dari

masyarakat dan penting bagi struktur sosial masyarakat sehingga bersifat stabil

(Kozier, 1995 dikutip Mubarak, 2009; Sari, 2009 dikutip Nurmalisa & Adha,

2016). Peran mencerminkan posisi seseorang dalam sistem sosial dengan hak

dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab yang menyertainya (Agustina,

2009). Setiap individu memiliki perannya masing-masing dalam suatu sistem,

tak terkecuali dengan Ibu dalam sebuah sistem yang disebut keluarga.

Ibu adalah pondasi dari sebuah rumah tangga, jantung keluarga dan tokoh

sentral dalam melaksanakan kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) (2012), Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang.

Ibu adalah seorang perempuan yang telah mengandung, melahirkan, menyusui,

membesarkan anak dengan cinta dan kasih sayang seutuhnya agar menjadi

seorang yang berguna diberbagai bidang serta menjadi panutan dan teladan bagi

anak (Ludira, 2012).

Peran Ibu mulai diidentifikasi pada awal setiap kehidupan seorang wanita,

yaitu melalui memori-memori ketika ia diasuh oleh Ibunya sebagai seorang

anak (Bobak et. al, 2005). Rubin (1967) dikutip Bobak et. al (2005)
13

mengemukakan bahwa wanita “menerapkan” dan menguji perannya sebagai Ibu

dengan mengambil contoh Ibunya sendiri atau wanita lain pengganti Ibu yang

memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan

pengalaman.

Gunarsa (200) dikutip Halimah (2015) mengemukakan bahwa orang tua

memiliki peranan penting dalam perkembangan anak, yaitu 1) sebagai orang

tua, dengan membesarkan, merawat, memelihara dan memberikan kesempatan

berkembang; 2) sebagai guru, dengan mengajarkan ketangkasan motorik,

keterampilan melalui latihan-latihan mengajarkan peraturan-peraturan, tata cara

keluarga, tata lingkungan, masyarakat dan menanamkan pedoman hidup

bermasyarakat; 3) sebagai tokoh teladan, karena orang tua menjadi tokoh yang

ditiru pola tingkah lakunya, cara berekspresi, cara berbicara dan sebagainya;

serta 4) sebagai pengawas, dengan memperhatikan dan mengamati tingkah laku

anak agar tidak melanggar peraturan di rumah atau di luar lingkungan keluarga

(tidak-jangan-stop).

a. Peran Ibu sebagai Pendidik


Seorang Ibu memegang peranan yang sangat penting dalam keluarga,

misalnya mengurusi, memelihara dan merawat keluarganya termasuk

kondisi kesehatan dan hygiene keluarga. Ibu adalah guru pertama bagi anak-

anaknya, Ibu sebagai panutan serta cermin dalam mendidik dan

membesarkan anak, menjadi inspirasi dan motivasi bagi seseorang untuk

terus memberikan yang terbaik dalam hidupnya (Kuriah, 2011). Ibu bukan
hanya sebatas melahirkan, merawat dan menjaga anaknya, melainkan

menjalankan fungsinya sebagai pendidik (Meilani, 2016).

Menurut Effendy (2012), peranan Ibu adalah sebagai istri dan Ibu dari

anak-anaknya, mengurus rumah tangga dan pendidik anak-anaknya,

pelindung anggota masyarakat, serta perncari nafkah tambahan dalam

keluarganya. Peranan Ibu dalam pendidikan anaknya adalah sebagai

pendidik dalam segi emosional, sebagai sumber dan pemberi kasih sayang,

tempat mencurahkan isi hati, pemelihara, pembimbing hubungan pribadi,

serta pengatur kehidupan dalam rumah tangga (Martsiswati & Suryono,

2014). Sarwono (2008) dikutip Farid (2012) juga menegaskan kembali

bahwa peran Ibu penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

anak, terutama pada masa remaja awal karena dengan melalui Ibu, remaja

mengenal berbagai proses seksual yang terjadi pada tubuhnya.

Ibu yang berperan sebagai pendidik dan pemelihara kesehatan dalam

keluarga dapat memberitahu dan menerapkan perilaku kebersihan organ

reproduksi pada masing-masing anggota keluarganya, seperti mengenai

vulva hygiene pada anak perempuannya. Ibu mengemban tugas dalam

pembentukan karakter anak, termasuk perilaku hygiene yang akan dibawa

hingga mereka dewasa dan memiliki keluarganya sendiri.

b. Peran Ibu sebagai Role Model


Role model adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh, tiru dan

diikuti (Hestia, et. al, 2013). Salah satu metode atau cara mendidik anak
15

adalah dengan memberikan contoh atau menyuruh mencontoh sehingga akan

terbentuk tingkah laku yang kemudian menjadi kebiasaan anak (Halimah,

2015). Hal ini dikarenakan anak adalah individu yang gemar melakukan

imitasi dan modelling dengan menirukan tingkah laku orang lain yang

dilihat, baik yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar (Aritonang, 2015).

Noor (2002) dikutip Putri (2012) menyebutkan bahwa peran Ibu adalah

pemuas kebutuhan anak, sebagai teladan atau “model” peniruan anak dan

sebagai pemberi stimulasi bagi perkembangan anak. Selain mendidik anak

dengan memberikan informasi dan pengetahuan yang bersifat komunikatif

mengenai vulva hygiene, Ibu juga dapat memberikan contoh yang benar dan

mengawasi vulva hygiene anaknya agar tidak ada kesalahpahaman yang

terjadi pada anak. Hastuti (2016) menjelaskan bahwa seharusnya pendidikan

tidak hanya diajarkan saja pada anak, namun akan lebih berhasil jika Ibu

memberikan contoh secara langsung melalui perbuatan dan kebiasaan sehari-

hari.

c. Peran Ibu sebagai Sahabat


Ibu dapat menjadi mitra anak sehingga kadangkala Ibu harus siap

menjadi pendengar yang baik dan setia untuk memberikan kenyamanan dan

ketentraman bagi anak. Anak pertama kali melakukan interaksi komunikasi

dalam lingkungan keluarga terutama dengan orang yang paling dekat

dengannya, yaitu Ibu (Fajri & Khairani, 2011). Ibu dapat memberikan

informasi mengenai vulva hygiene kepada anaknya karena Ibu yang


memiliki keterkaitan batin yang kuat pada seorang anak akan mempermudah

transfer pengetahuan dan ilmu dari orang tua ke anak (Karomah, 2013).

Ibu dapat memberitahukan mengenai proses terjadinya menstruasi

secara biologis ketika anak telah memasuki masa pubertas, kebersihan diri

saat menstruasi, dukungan emosional dan dukungan psikologis (Aboyeji, et.

al, 2005 dikutip Fajri & Khairani, 2011). Ibu juga dapat membagi

pengalamannya selama melakukan vulva hygiene. Anak akan merasa

diperhatikan dan membuat kepercayaan dirinya meningkat sehingga anak

akan lebih leluasa dalam berdiskusi mengenai masalah kebersihan organ

reproduksinya serta mudah menerima nasihat-nasihat yang diberikan oleh

Ibu sebagai sesama perempuan. Hal ini dikarenakan komunikasi yang

dilakukan oleh Ibu pada anak biasanya berlangsung secara tatap muka dan

dua arah (interpersonal) sehingga menimbulkan efek tertentu berupa respon

dan umpan balik segera (feedback) (Fajri & Khairani, 2011).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Ibu

Seorang Ibu dalam melakukan perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu:

a. Usia Ibu

Pada usia 20-35 tahun, secara fisik maupun mental telah mampu atau

telah memiliki kesiapan menerima peran sebagai istri dalam rumah tangga

sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan anak karena Ibu yang

telah dewasa secara psikologi akan lebih terkendali emosi maupun


17

tindakannya bila dibandingkan dengan para Ibu muda yang masih

menonjolkan sifat keremajaannya daripada sifat keibuannya (Oktafiani, et.

al, 2014). Hal ini akan mempengaruhi peran Ibu ketika anak perempuannya

pertama kali mendapat menstruasi dan dalam mengajarkan vulva hygiene

yang benar. WHO (1993) dikutip Enggriani (2015) membagi rentang usia

Ibu menjadi 3 bagian, yaitu 1) usia Ibu kurang dari 20 tahun; 2) usia Ibu

dalam rentang 20-30 tahun; dan 3) usia Ibu lebih dari 30 tahun.

b. Pendidikan Ibu

Menurut Notoatmodjo (2007) dikutip Enggriani (2015), pendidikan

adalah suatu kegiatan atau pembelajaran untuk meningkatkan suatu

kemampuan, dengan demikian sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.

Astutik, et. al (2016) menyebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang maka akan mempengaruhi/informasi yang dimilikinya. Cicilia

(2009) dikutip Atsani (2015) mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan

Ibu akan membuat Ibu mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya.

Retnosari, et. al (2012) membagi tingkat pendidikan Ibu menjadi rendah

(sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama) dan tinggi (sekolah

menengah atas hingga perguruan tinggi).

c. Pengetahuan Ibu

Jika informasi yang dimiliki baik dari media maupun lingkungan

mendukung dan banyaknya pengalaman Ibu yang baik akan membuat Ibu
mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya (Cicilia, 2009 dikutip

Atsani, 2015). Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang,

semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuannya karena

pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang

(Enggriani, 2015). Teori Mencer menyatakan bahwa pencapaian peran Ibu

diperoleh melalui sosialisasi seumur hidup yang menentukan bagaimana Ibu

menjelaskan dan merasakan peristiwa atau persepsinya tentang vulva

hygiene dan orang lain terhadap perannya sebagai Ibu sepanjang situasi

kehidupannya (Bryar, 2008).

d. Pekerjaan Ibu

Persepsi kelompok sosial Ibu mengenai peran feminim juga membuat

Ibu condong memilih peran sebagai Ibu atau wanita karir, menikah atau

tidak menikah dan mandiri daripada interdependen (Bobak et. al, 2005). Ibu

yang memilih untuk bekerja atau menjadi wanita karir akan memiliki peran

ganda. Menurut Lerner (2001), Ibu bekerja adalah seorang Ibu yang bekerja

di luar rumah menjadi tenaga kerja untuk mendapatkan penghasilan di

samping membesarkan dan mengurus anak di rumah dengan penggolongan

umur anak dari umur 0-18 tahun. Untuk Ibu yang memilih tidak bekerja,

tentunya memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat dihabiskan bersama

anak mereka. Mereka dapat melatih dan mendidik anak sehingga

perkembangan bahasa dan prestasi akademik anak lebih baik jika


19

dibandingkan dengan anak Ibu yang bekerja (McIntosh & Bauer, 2006

dikutip Purnama, 2011).

Kedekatan yang terbentuk antara Ibu dan anak akan membuat sang anak

lebih mudah berkomunikasi dengan Ibu mereka pada saat mereka berada di

tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Menengah Atas

(SMA) (Purnama, 2011). Hal ini dapat menjadi kesempatan Ibu untuk

memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan dalam menjaga

kebersihan tubuh, terutama pada daerah kemaluan (vulva hygiene) pada anak

perempuannya.

e. Jenis Pola Asuh Ibu

Pada awal kehidupannya, anak akan memperoleh pendidikan pertama

dari keluarga, khususnya orang tua dalam bentuk pola asuh, sikap atau

tingkah laku oleh orang tua (Jannah, 2012). Tipe pola asuh terdiri dari dua

dimensi perilaku yaitu directive behavior dan supportive behavior. Directive

behavior melibatkan komunikasi searah dimana Ibu menguraikan peran anak

dan memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan, dimana, kapan dan

bagaimana melakukan suatu tugas, sedangkan supportive behavior

melibatkan komunikasi dua arah dimana orang tua mendengarkan anak,

memberikan dorongan, membesarkan hati, memberikan teguran positif dan

membantu mengarahkan perilaku anak (Prasetya, 2003 dikutip Silalahi,

2014). Baumrind dikutip Sugiyanto (2015) mengemukakan teori pola asuh


orang tua bahwa jenis pola asuh terdiri atas pola asuh otoriter, pola asuh

autoriratif dan pola asuh permisif.

f. Status Sosial Ekonomi

Saiin (2015) menyebutkan bahwa status sosial ekonomi adalah suatu

kondisi yang menggambarkan kedudukan seseorang atau keluarga dalam

masyarakat berdasarkan kondisi kehidupan ekonomi atau kekayaan. Menurut

Noor (2002) dikutip Rahmawati (2010), secara umum kelas sosial dibagi ke

dalam tiga golongan, yaitu: 1) kelas atas (upper class), masyarakat dalam

golongan ini adalah kelompok konglomerat, kelompok eksekutif dan

seterusnya dimana segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi sehingga

pendidikan akan memperoleh prioritas utama karena memiliki sarana dan

prasarana yang memadai dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan

sangat besar; 2) kelas menengah (middle class), biasanya diisi oleh kaum

profesional serta para pemilik toko dan bisnis yang lebih kecil dengan

kedudukan orang tua dalam masyarakat terpandang sehingga pendidikan

dalam keluarga cukup mendapatkan perhatian dan mereka tidak merasa

khawatir akan kekurangan walaupun penghasilan yang mereka peroleh tidak

berlebihan tetapi mereka mempunyai sarana dan prasarana yang cukup; dan

3) kelas bawah (lower class), mereka yang termasuk dalam kategori ini

adalah orang miskin dan kehilangan ambisi dalam menggapai pendidikan

yang lebih tinggi, seperti pembantu rumah tangga, pengangkut sampah dan

lain-lain sehingga menyebabkan penghargaan mereka terhadap kehidupan


21

serta pendidikan keluarga sangat kecil dan sering kali diabaikan karena

sangat membebankan mereka dengan alasan-alasan ekonomi dan sosial. Hal

ini juga berlaku terhadap pandangan mereka terhadap kesehatan karena

kesehatan merupakan kebutuhan yang utama dan menjadi prioritas yang

mendasar (Aryandhini, 2013).

Dewan Pengupahan Provinsi SUMSEL (2015) dikutip Enggriani (2015)

membagi penghasilan setiap kepala keluarga berdasarkan UMP (Upah

Minimun Provinsi) sebesar Rp. 2.213.001,00, yaitu berada di atas UMP dan

di bawah UMP. Lingkungan sosial juga mendukung tingginya pengetahuan

seseorang bila ekonominya baik dan tingkat pendidikannya tinggi maka

tingkat pengetahuan akan tinggi pula (Maliono, et. al, 2007 dikutip Lestari,

2015).

B. Organ Reproduksi Wanita

1. Organ Genitalia Eksterna

Genitalia eksterna wanita terdiri dari vulva atau pudendum, mons pubis

atau mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, introitus

atau hymen dan perineum. Vulva membentang dari mons pubis sampai tepi

perineum. Mons pubis merupakan jaringan lemak subkutan dari jaringan

konektif yang melapisi simpisis pubis dan ditumbuhi oleh rambut halus serta

dilengkapi kelenjar sebasea setelah masa pubertas. Labia mayora (dua lipatan

kulit yang menyatu dengan mons pubis dan berhubungan dengan perineum
pada bagian bawah) yang berfungsi menutup dan mencegah masuknya

organisme. Labia minora membentang dari bawah klitoris sampai fourchette

merupakan lipatan jaringan tipis dibawah labia mayora dan tidak memiliki

folikel rambut. Labia minora memiliki banyak pembuluh darah, saraf dan otot

sehingga berwarna merah dan lebih sensitif serta bersifat erektil. Klitoris

berbentuk pendek dan silindris di superior vulva tepat dibawah arkus pubis.

Klitoris bersifat sangat erektil dan sensitif terutama pada ujung badan klitoris.

Vestibulum yang terdiri dari lubang muara uretra, vagina serta ductus glandula

Bartholini kanan dan kiri terletak diantara klitoris, labia mayora dan fourchette.

Hymen merupakan daerah di bawah vestibulum yang bersifat elastis. Perineum

yang merupakan jaringan otot dalam menopang dan menjaga rongga panggul

tetap pada tempatnya terletak antara inroitus vagina dan anus.

2. Organ Genitalia Interna

Genitalia interna wanita terdiri dari vagina, uterus, tuba uterina atau tuba

fallopii dan ovarium. Vagina merupakan saluran muskular elastis mulai dari

vestibulum sampai dengan serviks yang terletak antara kandung kemih, uretra

dan rectum serta dilumasi oleh cairan servik. Cairan tersebut memilik pH

sekitar 4,5 untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Uterus merupakan organ

muskular berbentuk kantong seperti buah pear yang terletak di rongga pelvis

antara kandung kemih dan rektum. Posisi uterus anteflesi (menekuk dan maju

ke depan) dan memiliki panjang sekitar 7,5 cm serta berat kira-kira 600 gram.

Tuba uterina atau tuba fallopii merupakan saluran tempat ovum berjalan
23

menuju uterus. Tuba fallopii memiliki panjang sekitar 10 cm dan diameter 0,7

cm yang letaknya menggantung diantara ligamen uterus. Ovarium yang

merupakan kelenjar yang berada di permukaan posterior ligamentum latum,

didekat infundibulum yang berbentuk seperti buah almond, berwarna putih

keruh dengan panjang 4 cm, lebar 0,4 cm dan berat sekitar 3 gram.

(Tarwoto, et. al, 2011).

C. Vulva Hygiene

1. Definisi Hygiene

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran dan infeksi sehingga

manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri (personal

hygiene) agar tetap sehat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran,

atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri ataupun orang lain (Anindya,

2013). Perilaku personal hygiene adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik

yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan,

memelihara kebersihan diri, pencegahan penyakit, meningkatkan rasa percaya

diri serta menciptakan keindahan. (Mardani & Priyoto, 2010). Personal hygiene

meliputi mencuci tangan, mandi secara teratur, menyikat gigi secara teratur,

membersihkan hidung dan perawatan kuku (Nurhayati, 2014).

2. Definisi Vulva Hygiene

Vulva hygiene adalah suatu tindakan membersihkan daerah kewanitaan,

yaitu bagian vulva dan daerah sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan dan
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Sasmita,

2015). Elmart (2012) menyebutkan bahwa vulva hygiene adalah cara menjaga

dan merawat kebersihan organ kelamin bagian luar. Manfaat dari perawatan

vulva dan vagina itu sendiri adalah untuk menjaga vulva dan daerah sekitar agar

tetap bersih, mencegah infeksi, memberikan rasa nyaman, mencegah

munculnya keputihan, bau tidak sedap, gatal-gatal dan menjaga pH vagina tetap

normal (± 3.8 hingga 4.2) (Sasmita, 2015; Siswone, 2001 dikutip Timbawa, et.

al, 2015; Jahić, et. al, 2006).

3. Dampak Mengabaikan Vulva Hygiene

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap

infeksi (Triyani & Sulistiani 2013). Wakhidah dan Wijayanti (2014) juga

menyebutkan akibat kurangnya pemahaman dari vulva hygiene adalah

terjadinya gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan, infeksi saluran

kemih (ISK), penyakit radang panggul (PRP) dan kemungkinan terjadi kanker

leher lahim (Ca Serviks).

a. Keputihan (fluor albus, leukorea, white discharge)

Keputihan adalah keluarnya cairan bukan darah yang dari alat genital

(Sarwono, 2008 dikutip Triyani & Sulistiani 2013). Normalnya, cairan

tersebut tidak berwarna (bening), tidak berbau dengan jumlah yang tidak

terlalu banyak dan tanpa rasa panas atau nyeri. Namun, jika keputihan tidak

normal biasanya akan berwarna kuning, hijau atau keabu-abuan, berbau amis
25

atau busuk, jumlahnya banyak disertai gatal dan rasa panas atau nyeri di

daerah vagina (Agustini, 2007 dikutip Sondakh, et. al, 2014).

b. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Soeliongan, et. al (2013) menjelaskan bahwa ISK adalah sebuah kondisi

medis umum dengan diagnosis pasti penemuan bakteriuri yang bermakna

(bakteri patogen ≥ 10 5/mL urin porsi tengah). Mikroorganisme tersebut

antara lain Escherichia coli, Enterobacter sp., Klebsiella sp., Pesudomonas

aeurginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus saprophyticus dan

Staphylococcus aureus (Porth, et. al, 2008 dikutip Sari, 2015).

c. Penyakit Radang Panggul (PRP)

Hariyani (2016) menjelaskan bahwa penyakit radang panggul atau dapat

diartikan sebagai pretty international disease atau prostitute international

disease memiliki komplikasi lanjut penyakit berjalan menahun dengan

keluhan ketidaknyamanan di daerah kemaluan, gangguan menstruasi, nyeri

saat menstruasi (dismenorea), nyeri saat berhubungan seks (dispareunia) dan

keputihan (leukorea).

d. Kanker Leher Rahim (Ca Serviks)

Penyebab langsung ca serviks masih belum diketahui, namun ada bukti

kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor

ekstrinsik. Insidensi lebih tinggi pada mereka yang menikah, insidensi

meningkat dengan tingginya paritas apalagi bila jarak persalinan terlampau

dekat, mereka dalam golongan sosial ekonomi rendah karena hygiene

seksual yang jelek atau aktivitas seksual yang sering berganti-ganti


pasangan/promiskuitas, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya

disunat (sirkumsisi), sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi

virus HPV (Human Popilloma Virus) – tipe 16 atau 18, pada wanita yang

merokok dan pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia

amat muda (< 16 tahun) (Sarwono, 1999 dikutip Setyarini, et. al, 2016).

4. Perilaku Vulva Hygiene

Notoadmodjo (2010) dan Meliza (2012) menyebutkan bahwa terdapat

beberapa perilaku yang dapat menjaga kebersihan organ reproduksi, yaitu:

1) Membasuh vagina dari arah depan ke belakang dengan hati-hati

menggunakan air bersih setelah BAK, BAB dan mandi.

2) Menggunakan celana dalam yang bersih, kering dan terbuat dari bahan

katun.

3) Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari.

4) Menggunakan pembalut yang berbahan lembut, menyerap dengan baik,

tidak mengandung bahan yang membuat alergi (parfum atau gel) dan

merekat baik pada celana dalam.

5) Mengganti pembalut minimal 3 kali dalam sehari untuk menghindari

pertumbuhan bakteri.

6) Menghindari penggunaan handuk atau waslap milik orang lain untuk

mengeringkan vagina.
27

7) Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan di

daerah vagina.

D. Remaja

Remaja atau adolescence dalam bahasa latin berarti tumbuh ke arah

kematangan (Kumalasari & Adhyanto, 2013). Banyak orang yang menyebut masa

remaja dengan istilah puber, di Amerika menyebutnya adolesensi, sedangkan

masyarakat Indonesia menyebutnya akil baligh, pubertas, atau remaja (Irianto,

2010). Mussen (1994) dikutip Ludira (2012) menyebutkan bahwa masa remaja

dengan batas usia antar 12-25 tahun merupakan masa topan badai karena pada

masa tersebut timbul gejolak dalam diri akibat pertentangan nilai akibat

kebudayaan yang makin modern.

1. Tahapan Remaja

Aspek perkembangan remaja secara global berlangsung antara 12–21

tahun, dengan pembagian usia 12–15 tahun adalah remaja awal, usia 15–18

tahun adalah remaja pertengahan, dan usia 18–21 tahun adalah remaja akhir

(Monks, et. al, 2006 dikutip Munawaroh dan Susilawati, 2014). Marmi (2015)

menjelaskan bahwa berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua

remaja akan melewati beberapa tahapan dalam tumbuh kembangnya menuju

dewasa, yaitu:

a. Masa Remaja Awal (early adolescence)

Usia remaja pada rentang masa ini adalah 11-13 tahun dengan ciri khas

ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

b. Masa Remaja Pertengahan (middle adolescence)

Remaja pada masa ini (14-16 tahun) mulai mencari identitas diri, timbul

keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, serta mempunyai rasa

cinta yang mendalam.

c. Masa Remaja Akhir (late adolescence)

Rentang usia remaja pada masa ini adalah 17-20 tahun dengan ciri khas

mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,

mempunyai citra jasmani dirinya, pengungkapan kebebasan diri dan dapat

mewujudkan rasa cinta. Tahapan ini mengikuti pola konsisten masing-

masing individu, namun tidak memiliki ciri yang jelas karena proses tumbuh

kembang berjalan secara berkesinambungan.

2. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja

Menurut Marmi (2015), terdapat 3 dimensi perubahan yang terjadi pada

saat seorang anak memasuki usia remaja, yaitu:

a. Dimensi Biologis

Ketika seorang anak memasuki masa pubertas ditandai dengan

menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri atau mimpi basah pertama

(polutio) pada remaja putra. Secara biologis, anak telah memiliki

kemampuan untuk bereproduksi karena sistem reproduksi sudah aktif.

Perubahan fisik pada remaja juga terjadi seperti payudara mulai


29

berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut

di daerah ketiak dan kemaluan pada anak perempuan, sedangkan pada anak

lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis,

jakun, otot-otot membesar, alat kelamin menjadi lebih besar, timbul jerawat

dan perubahan fisik lainnya.

b. Dimensi Kognitif

Piaget (2007), seorang ahli perkembangan kognitif, mengatakan bahwa

remaja merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan

operasi formal. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola

pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan

abstrak sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan dan

dapat dengan mudah membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah

beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Mereka mampu memproses

informasi yang didapatnya dan mengadaptasikannya dengan pemikiran

mereka sendiri, serta mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk

ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi dan rencana untuk masa depan.

c. Dimensi Sosial

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai membuat penilaian

sendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang ada di lingkungan

mereka dengan mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan

mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya. Remaja secara kritis

lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan

hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.


E. Peran Perawat

Jhonson & Lenny (2010) berpendapat bahwa tujuan perawatan kesehatan

keluarga adalah untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara

kesehatan keluarga dengan meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan, menganggulangi masalah-masalah kesehatan

dasar, mengambil keputusan yang tepat, memberikan asuhan keperawatan

terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan

anggota keluarganya, serta meningkatkan produktivitas keluarga sehingga dapat

meningkatkan status kesehatan keluarga melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat

promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Perawat juga ikut berperan aktif dalam perawatan keluarga, yaitu:

1. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga agar

keluarga dapat memberikan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri

dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga (Jhonson &

Lenny, 2010). Perawat dapat membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam

upaya meningkatkan kesehatan dan gejala penyakitnya sesuai kondisi dan

tindakan yang spesifik dengan menerapkan strategi pengajaran selama

pelaksanaan tindakan keperawatan kemudian menilai hasil yang telah didapat

(Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009).

2. Koordinator

Perawat berperan dalam mengarahkan, merencanakan dan

mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan sehingga


31

pelayanan yang komprehensif dapat tercapai (Doheny, 1982 dikutip Mubarak,

2009; Jhonson & Lenny, 2010).

3. Konsultan

Perawat sebagai narasumber dan tempat konsultasi bagi keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan sehingga hubungan perawat-keluarga harus

dibina dengan baik dengan bersikap terbuka dan dapat dipercaya (Doheny,

1982 dikutip Mubarak, 2009; Jhonson & Lenny, 2010). Perawat dapat

memberikan solusi dalam mengatasi masalah terkait rasa tidak nyaman ketika

sedang keputihan karena telah mengabaikan vulva hygiene atau menghindari

penyakit lain seperti infeksi saluran kemih, penyakit radang panggul dan ca

serviks kepada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya dengan memberikan

pengarahan untuk menerapkan vulva hygiene setiap hari.

4. Kolaborasi

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara

bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit dan tim kesehatan lain agar

tercapai tahap kesehatan keluarga yang optimal (Doheny, 1982 dikutip

Mubarak, 2009; Jhonson & Lenny, 2010). Perawat dapat bekerja sama dengan

profesi lain seperti guru untuk memberikan penyuluhan kepada siswi kelas XI

SMA Negeri 1 Indralaya melalui kegiatan ekstrakulikuler Palang Merah

Remaja (PMR) dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS).

5. Pembaharu

Perawat merupakan agen perubahan karena perawat yang

mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk


berubah, menunjukkan dan menggali kemungkinan hasil dari alternatif,

mengkaji sumber daya, membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan

dan menjaga perubahan yang dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut dan

membina serta mempertahankan hubungan membantu sehingga tercipta

perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan (Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009; Wijayaningsih,

2013). Perawat dapat merubah vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri

1 Indralaya yang kurang dan salah agar tercapainya kesehatan reproduksi

remaja yang optimal.

6. Advokat

Perawat bertanggung jawab untuk membantu keluarga dalam

mengintepretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam

memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform

concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, serta

mempertahankan, melindungi dan membela hak-hak klien yang tidak dapat

berbicara untuk dirinya (Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009; Wijayaningsih,

2013).

7. Penemu dan Manajemen Kasus

Perawat harus dapat mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini agar

tidak terjadi ledakan atau wabah serta menyediakan pelayanan kesehatan yang

berkualitas, mengurangi fragmentasi dan meningkatkan kualitas hidup keluarga

(Jhonson & Lenny, 2010; Wijayaningsih, 2013).


33

8. Pelaksana

Perawat diharapkan dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan

keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga dapat melakukan asuhan

langsung pada anggota keluarga yang sakit (Jhonson & Lenny, 2010).

9. Pengawas Kesehatan

Perawat harus mealukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur

untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga

(Jhonson & Lenny, 2010).

10. Fasilitator

Perawat dapat membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk

meningkatkan derajat kesehatannya dengan cara mengetahui sistem pelayanan

kesehatan (sistem rujukan, dana sehat dan lain-lain) (Jhonson & Lenny, 2010).

11. Modifikasi lingkungan

Perawat juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah

maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat

(Jhonson & Lenny, 2010).

F. Penelitian Terkait

1. Atsani (2015)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran ibu dengan

perilaku vulva hygiene saat menstruasi pada siswi SMP Negeri 1 Pleret Bantul

Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah desktiptif korelasi dengan menggunakan


pendekatan waktu cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik

random sampling dengan jumlah responden 54 orang siswi kelas 2 di SMP

Negeri 1 Pleret. Hasil dari penelitian menggunakan kuesioner tertutup yang

terdiri dari 20 soal peran Ibu dan 21 soal perilaku vulva hygiene saat menstruasi

menunjukkan korelasi antara peran Ibu dalam memberikan informasi pada siswi

kelas 2 di SMP Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta dengan perilaku vulva

hygiene saat menstruasi sebesar 0,310 dengan nilai signifikan (ρ) 0,023 yang

artinya terdapat hubungan antara peran Ibu dengan perilaku vulva hygiene saat

menstruasi pada siswi kelas 2 di SMP Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta.

2. Farid (2012)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran Ibu terhadap

perilaku higiene remaja awal yang mengalami menstruasi di SDN 1 Padokan.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

metode penelitian non-eksperimen dengan rancangan cross sectional.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling,

yakni keseluruhan anak yang sudah mengalami menstruasi. Hasil dari penelitian

mengenai hubungan peran ibu terhadap perilaku higiene remaja awal yang

mengalami menstruasi di SDN 1 Padokan menunjukkan hasil peran Ibu berupa

pemberian informasi mengenai hygiene yang baik saat menstruasi (46,7%)

berhubungan dengan perilaku hygiene ketika menstruasi anak yang baik

(56,67%).
35

3. Lestari dan Anjarwati (2015)


Penelitian ini untuk mengetahui hubungan peran ibu sebagai pendidik

dengan perilaku personal hygiene siswi SMP Negeri 1 Tangen Sragen kelas VII

tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah study korelasi menggunakan metode

penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling sebanyak

75 siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan peran Ibu

sebagai pendidik dengan perilaku personal hygiene siswi SMP Negeri 1 Tangen

kelas VII tahun 2014 dengan chi kuadrat hitung sebesar 15,176 > chi kuadrat

tabel 3,68 dengan tingkat hubungan sedang.


G. Kerangka Teoritis

Skema 2.1 Kerangka Teoritis


Peran Ibu
1. Pemberi informasi
1. Pendidik 2. Pembentuk karakter/perilaku
2. Role model 3. Panutan Remaja
3. Sahabat 4. Teman diskusi
5. Mengawasi
4. Istri Tahapan remaja:
5. Pengurus rumah a. Masa Remaja Awal (early
tangga Faktor yang mempengaruhi:
adolescence): 11-13 tahun
6. Pencari nafkah 1. Pendidikan Ibu
b. Masa Remaja Pertengahan
tambahan 2. Usia Ibu
(middle adolescence): 14-16
7. Anggota masyarakat 3. Pengetahuan Ibu
tahun
4. Pekerjaan Ibu
c. Masa Remaja Akhir (late
5. Jenis pola asuh Ibu
adolescence): 17-20 tahun
6. Status sosial ekonomi
Dampak mengabaikan
vulva hygiene:
1. Fluor Albus Vulva Hygiene

2. Infeksi Saluran Kemih Remaja

3. Penyakit Radang
Panggul
4. Ca Serviks
1. Membasuh vagina dengan benar
2. Pemakaian dan penggunaan
celana dalam yang benar
3. Pemakaian dan penggunaan
pembalut yang benar
4. Menjaga daerah organ
reproduksi tetap kering

Sumber: Aboyeji, et. al (2005) dikutip Fajri & Khairani (2011); Effendy (2012); Karomah (2013);
Kuriah (2011); Marmi (2015); Martsiswati & Suryono (2014); Noor (2002) dikutip Putri
(2012); Notoadmojo (2010); Notoadmodjo (2003) dikutip Lestari (2015) Meliza (2012);
Wakhidah & Wijayanti (2014)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka kerja penelitian yang menghubungkan

beberapa teori sehingga membentuk sebuah pola pikir atau kerangka pikir.

Kerangka kerja penelitian juga dapat terinspirasi dari kerangka konsep atau

kerangka model teori keperawatan (Suyanto, 2011 dikutip Putra, 2012).

Skema 3.1 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen
Peran Ibu
1. Pendidik
Vulva hygiene remaja
2. Role model
3. Sahabat

Variabel Confounding

Status sosial ekonomi

B. Desain Penelitian

Putra (2012) mengatakan bahwa desain penelitian merupakan rancangan

penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan agar penelitian dapat dilakukan

dengan efektif dan efisien. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah survey analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu pendekatan yang

menekankan pada waktu pengukuran data hanya satu kali pada satu waktu (Putra,
2012). Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran

Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dan vulva hygiene pada siswi kelas

XI SMA Negeri 1 Indralaya. Pengambilan sampel menggunakan teknik random

sampling. Alat untuk mengumpulkan data menggunakan kuesioner tertutup yang

terdiri dari aspek peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat serta vulva

hygiene.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik terhadap vulva hygiene siswi

kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.

2. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene

siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.

3. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene siswi

kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.

4. Ada hubungan antara status sosial ekonomi terhadap peran Ibu dalam keluarga.
39

D. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Variabel Independen (Peran Ibu)


1. Pendidik Kegiatan Ibu dalam Menggunakan 2. Baik: jika skor Nominal
memberikan kuesioner jawaban ≥ 70
pengetahuan, dengan skala 1. Kurang: jika skor
keterampilan atau Guttman dengan jawaban < 70
pengalamannya kategori
mengenai vulva jawaban:
hygiene pada anak 1: ya
0: tidak
(Azwar, 2014)
2. Role Seorang Ibu menjadi Menggunakan 2. Baik: jika skor Nominal
Model peran teladan atau kuesioner jawaban ≥ 64
contoh teladan untuk dengan skala 1. Kurang: jika skor
anaknya, misalnya Guttman dengan jawaban < 64
dalam melakukan kategori
vulva hygiene jawaban:
1: ya
0: tidak
(Azwar, 2014)
3. Sahabat Peran Ibu dalam Menggunakan 2. Baik: jika skor Nominal
menemani anak kuesioner jawaban ≥ 70
belajar, menjadi dengan skala 1. Kurang: jika skor
pendengar aktif dan Guttman dengan jawaban < 70
menegur kesalahan kategori
yang dilakukan anak jawaban:
demi kebaikannya, 1: ya
termasuk ketika anak 0: tidak
salah dalam (Azwar, 2014)
melakukan vulva
hygienenya
Variabel Dependen
4. Vulva Suatu tindakan Menggunakan 2. Baik: jika skor Nominal
Hygiene remaja dalam kuesioner jawaban ≥ 68
membersihkan dengan skala 1. Kurang: jika skor
daerah Guttman dengan jawaban < 68
kewanitaannya, yaitu kategori
bagian vulva dan jawaban:
daerah sekitarnya 1: ya
0: tidak
(Azwar, 2014)
5. Status Pendapatan/ Responden 2. Di atas UMP ≥ Nominal
Sosial penghasilan yang mengisi Rp. 2.213.001,-
Ekonomi diperoleh keluarga kuesioner yang 1. Di bawah UMP <
dalam satu bulan berupa data Rp. 2.213.001,-
pengahasilan (Dewan Pengupahan
responden Provinsi SUMSEL,
selama satu UMP 2015)
bulan

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti yang

mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Notoadmodjo,

2012). Populasi yang terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas

XI SMA Negeri 1 Indralaya yang berjumlah 123 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi

SMA Negeri 1 Indralaya yang duduk di kelas XI dan Ibu. Perhitungan jumlah

sampel sesuai dengan yang direncanakan. Adapun kriteria inklusi adalah:

a. Siswi kelas XI yang bersekolah di SMA Negeri 1 Indralaya.

b. Siswi yang berusia antara 17-20 tahun.

c. Ibu yang berusia di atas 30 tahun.

d. Ibu yang berpendidikan tinggi (SMA hingga Perguruan Tinggi).


41

e. Ibu yang tidak bekerja.

f. Ibu yang menerapkan pola asuh autoritatif.

g. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai vulva hygiene.

Kriteria eksklusi dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah siswi

yang tidak masuk karena sakit, izin, atau alfa, siswi yang tinggal terpisah

dengan orang tuanya dan siswi yang tidak bersedia menjadi responden. Jumlah

populasi dalam penelitian ini telah diketahui sehingga pengambilan sampel

yang diperlukan dalam penelitian menggunakan rumus proporsi binomunal

(binomunal proportions) (Murti, 2010), yaitu:

(1 − )
=
( − 1) + (1 − )

Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

: Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

α : derajat kepercayaan (0,05)

p : proporsi peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan

vulva hygiene anak

N : Jumlah populasi

d2 : Limit dari error atau presisi absolut (5%).

Dikarenakan tidak ditemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain,

maka dilakukan maximal estimation dengan p = 0,5 (Murti, 2010). Untuk

perhitungan sampel adalah:


1,96 . 0,5 (1 − 0,5)123
=
0,05(123 − 1) + 1,96 . 0,5(1 − 0,5)

3,84 . 0,25 . 61,5


=
0,0025.122 + 3,84.0,25

59,04
=
0,305 + 0,96

59,04
=
1,21

= 48,79 (dibulatkan menjadi 49)

Dari hasil perhitungan sampel diperoleh jumlah responden sebanyak 49

orang. Peneliti melakukan koreksi atau penambahan jumlah sampel sebagai

antisipasi dalam menghindari data bias dan kesalahan teknis. Koreksi atau

penambahan jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari

penelitian menurut Sastroasmoro & Ismael (2014) adalah sebanyak 10%

dengan rumus:

′=
1−

49
′=
1 − 0,1

49
′=
1 − 0,1

′ = 54,44 (dibulatkan menjadi 54)

Keterangan:

n' : Besar sampel setelah dikoreksi

n : Jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya


43

f : Prediksi persentase sampel drop out (10%)

Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 54

responden. Arikunto (2013) menjelaskan bahwa setelah jumlah sampel

ditetapkan, maka dilakukan perhitungan proporsi sampel untuk setiap kelas

dengan menggunakan rumus alokasi proportional random sampling, yaitu:

Keterangan:

ni : Jumlah sampel menurut stratum

n : Jumlah sampel seluruhnya

Ni : Jumlah populasi menurut stratum

N : Jumlah populasi seluruhnya

Tabel 3.2 Proporsi Sampel untuk setiap Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya
Kelas Perhitungan Sampel
18
XI IPA 1 54 8 responden
123
20
XI IPA 2 54 9 responden
123
22
XI IPA 3 54 10 responden
123
19
XI IPA 4 54 8 responden
123
23
XI IPA 5 54 10 responden
123
21
XI IPS 1 54 9 responden
123

Pemilihan responden kemudian dilanjutkan dengan menggunakan teknik

random sampling dengan cara lottery technique melalui nomor absensi siswi.
F. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Indralaya Kabupaten Ogan Ilir.

G. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai pada tanggal 17 Mei 2017.

H. Etika Penelitian

Etika adalah serangkaian tingkah laku, prinsip-prinsip serta beberapa aturan

moral yang menentukan antara tindakan yang dilakukan sudah benar atau salah.

Dalam melaksanakan penelitian, khususnya jika yang menjadi objek dan subjek

penelitiannya adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia

(Putra, 2012). Oleh karena itu, sebelum memulai proses penelitian, peneliti

memberikan informed consent kepada orang tua responden dengan tujuan untuk

meminta izin atas kesediaan orang tua mengizinkan anaknya menjadi responden

serta untuk memberitahu responden dan orang tua responden mengenai tujuan,

manfaat dan dampak dalam penelitian ini. Bagi responden yang menolak, peneliti

tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden sebagai manusia.

Kerahasiaan data dan catatan dalam penelitian ini juga dijaga sebaik-baiknya dan

hanya digunakan semata untuk kepentingan penelitian ini. Selain itu, peneliti juga

mempertimbangkan prinsip manfaat yaitu responden bebas dari penderitaan,

eksploitasi dan risiko. Responden diyakinkan bahwa partisipasinya dalam

penelitian ini atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam

hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun (Nursalam, 2013).
45

I. Alat Pengumpul Data

1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data data dalam penelitian ini diperoleh dari:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui

wawancara dan pengisian kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu kuesioner berupa data karakteristik responden untuk

kepentingan skrining, kuesioner vulva hygiene remaja serta kuesioner peran

Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat. Kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu kuesioner vulva hygiene remaja yang berisi 20

pertanyaan tentang tindakan remaja dalam melakukan vulva hygiene

menggunakan skala Guttman dengan 2 pilihan jawaban, yaitu ya dan tidak.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Vulva Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1
Indralaya

Nomor Item Jumlah


Variabel Indikator
Fav Unfav Item
Vulva 1. Cara vulva hygiene 1, 2, 3, 4, 5, 14, 16,
Hygiene 13
yang benar 6, 15, 17, 19 18, 20
2. Vulva hygiene 7, 9, 10,
8, 11 7
ketika menstruasi 12, 13
Jumlah 20

Kuesioner selanjutnya adalah kuesioner peran Ibu yang menggunakan

skala Guttman yang terdiri dari 2 pilihan jawaban, yaitu ya dan tidak yang

terdiri dari 10 pernyataan tentang peran Ibu sebagai pendidik, role model dan

sahabat bagi anak.


Tabel 3.4 Kisi-Kisi Peran Ibu

Nomor Jumlah
Variabel Aspek Indikator
Item Item
Peran 1. Pendidik 1. Menjelaskan tentang
Ibu perubahan pada tubuh 1, 2 2
wanita ketika pubertas
2. Memberitahu manfaat
melakukan vulva 3 1
hygiene
3. Memberitahu dampak
mengabaikan vulva 4 1
hygiene
4. Mengajarkan cara
5, 6, 7,
melakukan vulva 6
8, 9, 10
hygiene
2. Role 1. Memberikan contoh cara
model 11, 12,
melakukan vulva 3
13
hygiene pada anak
2. Menjadi panutan dalam 14, 15,
menerapkan perilaku 16, 17,
7
vulva hygiene untuk 18, 19,
anak 20
3. Sahabat 1. Menjadi teman diskusi
21, 22,
anak mengenai vulva 4
23, 24
hygiene
25, 26,
2. Mengawasi perilaku
27, 28, 6
vulva hygiene anak
29, 30
Jumlah 30

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari absensi kelas XI SMA

Negeri 1 Indralaya tahun 2017, data siswa kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya,

serta hasil studi pendahuluan yang sebelumnya telah dilakukan peneliti.


47

2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas harus dilakukan sebelum peneliti melakukan

penelitian. Validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat ukur yang kita

gunakan benar mengukur apa yang kita ukur. Suatu kuesioner dinyatakan valid

dengan melakukan uji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total

kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Menurut Putra (2012), uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan

pada minimal 30 orang yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Indralaya Utara.

Kuesioner yang akan dilakukan validasi adalah kuesioner peran Ibu dan vulva

hygiene remaja putri menggunakan program komputer dengan uji corrected

item total correlation dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% atau

alpha 5%. Pada r hitung (pernyataan) lebih besar dari r tabel, maka pernyataan

tersebut valid.

Hasil uji validitas dari 22 pernyataan pada kuesioner vulva hygiene

didapatkan 20 pernyataan yang valid dengan nilai r alpha ≥ r tabel (0,361)

memiliki nilai 0,697 hingga 0,582. Untuk hasil uji validitas dari 36 pernyataan

pada kuesioner peran Ibu yang dilakukan validasi, didapatkan 30 pernyataan

yang valid dengan nilai r alpha ≥ r tabel (0,361) memiliki nilai 0,600 hingga

0,454. Item/pernyataan yang sebelumnya tidak valid pada kuesioner peran Ibu

dan perilaku vulva hygiene remaja putri dibuang. Item yang sudah valid

kemudian baru diukur reliabilitasnya.

Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Reliabilitas merupakan

indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur kita gunakan dapat dipercaya
dan sejauh mana hasil pengukuran yang kita gunakan tetap valid bila dilakukan

pengukuran dengan gejala dan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).

Untuk mengetahui reliabilitas suatu variabel dilakukan dengan membandingkan

nilai r tabel (0,361) dengan nilai r alpha (nilai Cronbach's Alpha). Pada r alpha

yang lebih besar daripada r tabel, berarti pernyataan tersebut reliable dan

sebaliknya (Santoso, 2013).

Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian


No. Instrumen Nilai Alpha Keterangan

1. Vulva Hygiene 0,748 Reliable

2. Peran Ibu 0,748 Reliable

J. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan berbagai informasi dan

data yang dibutuhkan dalam penelitian. Proses ini mengacu pada prosedur

penggalian data yang telah dirumuskan dalam desain penelitian (Putra, 2012).

Prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Meminta izin yang berupa izin tertulis kepada Program Studi Ilmu

Keperawatan FK Unsri untuk melakukan studi pendahuluan.

b. Menyerahkan surat izin yang diperoleh sebelumnya kepada pihak yang

terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, lalu ke

SMA Negeri 1 Indralaya.

c. Melakukan studi pendahuluan berupa wawacara kepada para siswi kelas XI

yang akan menjadi responden setelah memperoleh izin berupa kesediaan dari
49

para siswi untuk diwawancarai.

d. Mempersiapkan lembar persetujuan (informed consent).

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2017, sehari sebelum melakukan penelitian,

peneliti mengambil data sekunder di bagian staf tata usaha (TU) dan memilih

responden berdasarkan nomor urut absensi siswi menggunakan cara lottery

technique (teknik lotre).

b. Setelah mendapatkan nomor urut calon responden yang akan menjadi

responden penelitian, peneliti menemui pembina ekstrakulikuler Palang

Merah Remaja (PMR) untuk dibimbing dalam menyerahkan lembar

informed consent kepada responden di SMA Negeri 1 Indralaya untuk

diketahui dan disetujui oleh orang tua responden.

c. Sebelum menyerahkan lembar informed consent beserta lembar kuesioner

untuk Ibu, peneliti memberikan arahan kepada masing-masing perwakilan

kelas yang telah dipanggil oleh pembina ekskul PMR ke ruang guru agar

tidak terjadi kesalahpahaman dan meminta untuk membawa kembali lembar

informed consent dan lembar kuesioner peran Ibu yang telah ditandatangani

dan diisi oleh Ibu keesokan harinya.

d. Pada hari penelitian, tanggal 17 Mei 2017, peneliti mempersiapkan

instrumen penelitian berupa lembar kuesioner, alat pendokumentasian dan

reward untuk responden dibantu oleh asisten peneliti.


e. Peneliti kembali menemui pembina ekskul PMR untuk melakukan penelitian

sebelum pembina ekskul PMR selaku guru bahasa Inggris memulai pelajaran

di kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 3.

f. Selanjutnya, peneliti masuk ke ruang kelas XI IPA 3 dengan didampingi

oleh pembina ekskul PMR dan memperkenalkan diri.

g. Peneliti meminta responden untuk menyerahkan lembar informed consent

dan lembar kuesioner yang telah ditandatangani dan diisi.

h. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada

responden sembari asisten penelitian membagikan lembar kuesioner kepada

responden.

i. Peneliti kembali meminta responden untuk membaca dan mengisi beberapa

pernyataan dari kuesioner yang telah disediakan.

j. Responden mengumpulkan kuesioner yang telah diisi.

k. Peneliti membuka sesi tanya jawab sekaligus sharing mengenai vulva

hygiene kepada responden.

l. Peneliti memberikan arahan dan penjelasan kepada responden bagaimana

cara mengisi kuesioner peran Ibu dan menjelaskan istilah-istilah yang belum

diketahui oleh responden atau Ibu responden..

m. Sebelum mengakhiri pertemuan, peneliti membagikan reward untuk

responden dan Ibu responden.

n. Pada jam pelajaran berikutnya, peneliti masuk ke kelas XI IPA 1 bersama

pembina ekskul PMR, memperkenalkan diri dan mengulangi langkah dari

huruf g sampai m.
51

o. Responden memberikan kuesioner pada Ibu setelah pulang sekolah.

p. Keesokan harinya, tanggal 18 Mei 2017, peneliti kembali melakukan

penelitian di kelas XI IPA 4, XI IPA 5 dan kelas XI IPS 1 dan mengulangi

langkah f sampai m.

q. Pada tanggal 19 Mei 2017, peneliti kembali melakukan penelitian di kelas

XI IPA 2 dan mengulangi langkah f sampai m.

r. Langkah terakhir setelah mendapatkan data, peneliti melakukan pengolahan

dan analisis data.

K. Analisis Data

1. Pengolahan Data

Putra (2012) mengatakan bahwa sebelum melakukan analisis data, ada 4

hal yang harus dilakukan terlebih dahulu terhadap data penelitian, diantaranya

adalah sebagai berikut:

a. Cleaning

Tahapan ini dilakukan saat mengumpulkan data dari responden atau

ketika memeriksa lembar kuesioner. Periksa kembali lembar

kuesioner/pertanyaan, mungkin saja ada yang belum dijawab/terlewatkan

oleh responden.

b. Scoring

Pemberian skor atas setiap jawaban responden setelah terlebih dahulu

dilakukan penetapan kode jawaban.


c. Coding

Pemberian kode untuk mengubah huruf menjadi data berbentuk angka.

Coding yang dipakai dalam penelitian ini meliputi: status sosial ekonomi,

coding yang digunakan yakni 4 untuk orang tua yang bepenghasilan sangat

tinggi, 3 untuk orang tua yang bepenghasilan tinggi, 2 untuk untuk orang tua

yang bepenghasilan rata-rata dan 1 untuk orang tua yang bepenghasilan

kurang. Variabel vulva hygiene, coding yang digunakan yakni 2 untuk vulva

hygiene siswi baik dan 1 untuk vulva hygiene siswi kurang. Variabel peran

Ibu menggunakan coding yakni 2 untuk peran Ibu baik dan 1 untuk peran

Ibu kurang.

d. Entering

Pemasukan data penelitian ke dalam perangkat komputer untuk

selanjutnya dianalisis.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Peneliti menggunakan dua jenis analisis data dalam penelitian ini, yakni

analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat merupakan analisis

yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian yang hanya

menghasilkan distribusi dan frekuensi pada setiap variabel. Analisis

univariat yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk

menggambarkan/mendeskripsikan masing masing variabel. Variabel tersebut

meliputi status sosial ekonomi yang digambarkan melalui penghasilan orang


53

tua per bulan, variabel peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat

serta variabel vulva hygiene remaja.

Status sosial ekonomi terdiri dari kategori 2 untuk orang tua yang

berpenghasilan di atas UMP (≥ Rp. 2.213.001,00) dan 1 untuk orang tua

yang bepenghasilan di bawah UMP (< Rp. 2.213.001,00). Variabel peran Ibu

terdiri dari 30 pernyataan yang dianalisis dalam bentuk checklist dengan 2

pilihan jawaban yang terdiri dari ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0.

Berdasarkan hal tersebut, hasil ukur dikategorikan menjadi 2, yakni dengan

rincian untuk peran Ibu sebagai pendidik baik jika skor jawaban ≥70 dari

seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban <70 dari seluruh

pernyataan, peran Ibu sebagai role model baik jika skor jawaban ≥64 dari

seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban <64 dari seluruh

pernyataan serta peran Ibu sebagai sahabat baik jika skor jawaban ≥70 dari

seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban <70 dari seluruh

pernyataan.

Variabel vulva hygiene terdiri dari 20 pernyataan yang terdiri dari 11

pernyataan favourable dengan pilihan jawaban benar diberi skor 1 dan salah

diberi skor 0. Untuk pertanyaan unfavorable terdiri dari 9 pernyataan dengan

pilihan jawaban benar diberi skor 0 dan salah diberi skor 1. Berdasarkan hal

tersebut, hasil ukur dikategorikan menjadi 2, yakni baik jika skor jawaban

jika skor jawaban ≥68 dari seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban

<68 dari seluruh pernyataan.


b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga memiliki hubungan atau berkorelasi. (Notoatmodjo,

2011). Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini berperan untuk

melihat korelasi antara variabel independen, yakni peran Ibu sebagai

pendidik, role model dan sahabat dengan variabel dependen yakni vulva

hygiene serta korelasi antara variabel confounding status sosial ekonomi

dengan peran Ibu. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer

menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan 95%. Swarjana

(2015) menjelaskan bahwa dalam penggunaan uji chi square harus

memperhatikan beberapa syarat, antara lain:

1) Termasuk nonparametric test.

2) Digunakan untuk menguji 2 variabel (independent dan dependent) yang

keduanya berkategori nominal.

3) Nilai harapan tidak boleh kurang dari 5 (maksimal 20% dari frekuensi

harapan < 5).

4) Bila nilai harapan diatas tidak terpenuhi, maka uji alternatifnya yaitu

Fisher’s excat test.

Hipotesis diterima jika p value ≤ nilai α (0,05), yang menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan

sahabat terhadap vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya serta

terdapat hubungan antara status sosial ekonomi terhadap peran Ibu dalam

keluarga.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Indralaya yang berlokasi di jalan Lintas Timur Km. 36

Indralaya Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan adalah

salah satu sekolah menengah atas dengan akreditasi A di dusun Indralaya Mulya.

Sekolah yang dipimpin oleh Ibu Dra. Rasnianah, MM ini berdiri pada tahun 1985

dengan luas tanah 13.210 m2 dan luas bangunan 4.020 m2 serta memiliki fasilitas

yang cukup lengkap, seperti 1 aula, 2 kantin, 1 koperasi 6 laboratorium, 1 masjid,

1 perpustakaan, 1 ruang UKS, 4 toilet, 21 ruang kelas dan 4 lahan parkir. Untuk

pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah ini terdiri dari 41 guru tetap dan 10

guru tidak tetap.

Kegiatan Unit Kesehatan Sekolah di sekolah ini dijalankan oleh pengurus

Palang Merah Remaja (PMR) yang didampingi oleh pembina PMR. PMR adalah

salah satu ekstrakulikuler yang rutin melakukan pertemuan setiap satu minggu

sekali di hari Jumat setelah pulang sekolah. Kegiatan yang sering dilakukan dalam

setiap kali pertemuan seperti pemberian teori pertolongan pertama pada saat

kecelakaan oleh pembina PMR yang diselingi oleh praktik, pembuatan tandu serta

perawatan keluarga. Terkadang pada anggota PMR juga melakukan sosialisasi

kepada siswa SMA Negeri 1 Indralaya berupa pemberian materi mengenai donor

darah, pertolongan pertama ketika kaki terkilir, menstruasi, atau makanan yang

sehat.
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik masing-

masing variabel yaitu karakteristik responden, vulva hygiene siswi kelas XI

SMA Negeri 1 Indralaya serta peran Ibu sebagai pendidik, role model dan

sahabat.

a. Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Pendidik

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran peran Ibu sebagai

pendidik pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Pendidik pada Siswi
Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Ibu sebagai Distribusi
No.
Pendidik Frekuensi Persentase (%)
1. Kurang 24 44,4 %
2. Baik 30 55,6 %
Total 54 100%

Distribusi frekuensi peran Ibu sebagai pendidik pada siswi kelas XI

SMA Negeri 1 Indralaya berdasarkan tabel 4.1 berada pada kategori baik

(55,6%).

b. Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Role Model

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran peran Ibu sebagai

role model pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.2.
57

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Role Model pada Siswi
Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Ibu sebagai Role Distribusi
No.
Model Frekuensi Persentase (%)
1. Kurang 20 37 %
2. Baik 34 63 %
Total 54 100%

Distribusi frekuensi peran Ibu sebagai role model pada siswi kelas XI

SMA Negeri 1 Indralaya berdasarkan tabel 4.2 berada pada kategori baik

(63%).

c. Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Sahabat

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran distribusi peran Ibu

sebagai sahabat pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel

4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Sahabat pada Siswi
Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Ibu sebagai Distribusi
No.
Sahabat Frekuensi Persentase (%)
1. Kurang 23 42,6 %
2. Baik 31 57,4 %
Total 54 100%

Distribusi frekuensi peran Ibu sebagai sahabat pada siswi kelas XI SMA

Negeri 1 Indralaya berdasarkan tabel 4.3 berada pada kategori baik (57,4%).

d. Distribusi Frekuensi Vulva Hygiene Anak

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan gambaran vulva hygiene siswi

kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.4.


Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Vulva Hygiene pada Siswi Kelas XI di
SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Vulva Hygiene Siswi Distribusi
No. Kelas XI SMA Negeri 1
Frekuensi Persentase (%)
Indralaya
1. Kurang 24 44,4 %
2. Baik 30 55,6 %
Total 54 100%

Distribusi frekuensi vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1

Indralaya berdasarkan tabel 4.4 berada pada kategori baik (55,6%).

e. Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi Responden

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan gambaran distribusi frekuensi

status sosial ekonomi keluarga siswi kelas XI di SMA Negeri 1

Indralaya pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi Siswi Kelas XI di


SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Distribusi
No. Status Sosial Ekonomi
Frekuensi Persentase (%)
1. < Rp. 2.213.001,- 26 48,1 %
2. ≥ Rp. 2.213.001,- 28 51,9 %
Total 54 100%

Distribusi frekuensi status sosial ekonomi sebagian dari responden yang

digambarkan melalui penghasilan orang tua per bulan pada penelitian ini

berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa berada di atas UMP (Upah Minmum

Provinsi), yaitu Rp. 2.213.001,- per bulan sebanyak 51,9%.


59

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan antara Peran Ibu sebagai Pendidik dengan Vulva Hygiene Anak

Hasil penelitian hubungan antara peran ibu sebagai pendidik dengan

vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Pendidik dengan Vulva
Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Vulva Hygiene
Total
Ibu Kurang Baik p
No. PR 95% CI
sebagai value
n % n % n %
Pendidik
1. Kurang 15 27,8 % 10 18,5 % 25 46,3 %
0,033 1,933 1,030-3,630
2. Baik 9 16,7 % 20 37 % 29 53,7 %
Total 24 44,5 % 30 55,5 % 54 100 %

Berdasarkan analisis statistik pada tabel 4.6 didapatkan bahwa sebanyak

20 orang (37%) Ibu yang berperan baik sebagai pendidik memiliki anak

dengan vulva hygiene yang baik pula. Hal ini menunjukkan jumlah yang

lebih besar dibandingkan peran Ibu sebagai pendidik yang kurang. Analisis

statistik selanjutnya menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik dengan vulva hygiene

anak dengan nilai p-value sebesar 0,033 (α = 0,05). Ibu dengan peran

sebagai pendidik yang kurang juga akan mempunyai kemungkinan 1,933

kali lebih besar memiliki anak dengan vulva hygiene yang kurang

dibandingkan Ibu dengan peran sebagai pendidik yang baik. Berdasarkan

tingkat kepercayaan 95%, diyakini bahwa rata-rata skor peran Ibu sebagai
pendidik terhadap vulva hygiene anak berada pada rentang 1,030 sampai

dengan 3,630.

b. Hubungan antara Peran Ibu sebagai Role Model dengan Vulva Hygiene

Anak

Hasil penelitian hubungan antara peran ibu sebagai role model dengan

vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Role Model dengan
Vulva Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Vulva Hygiene
Total
Ibu Kurang Baik
p
No. sebagai PR 95% CI
value
Role n % n % n %
Model
1. Kurang 16 29,6 % 11 20,4 % 27 50 %
0,028 2,000 1,034-3,870
2. Baik 8 14,8 % 19 35,2 % 27 50 %
Total 24 44,4 % 30 55,6 % 54 100 %

Berdasarkan analisis statistik pada tabel 4.7 didapatkan bahwa Ibu yang

berperan baik sebagai role model memiliki anak dengan vulva hygiene yang

baik sebanyak sebanyak 19 orang (35,2%). Hal ini menunjukkan jumlah

yang lebih besar dibandingkan peran Ibu sebagai role model yang kurang.

Analisis statistik selanjutnya menggunakan uji chi-square menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai role model dengan vulva

hygiene anak dengan nilai p-value sebesar 0,028 (α = 0,05). Ibu dengan

peran sebagai role model yang kurang juga akan mempunyai kemungkinan 2

kali lebih besar memiliki anak dengan vulva hygiene yang kurang
61

dibandingkan Ibu dengan peran sebagai role model yang baik. Berdasarkan

tingkat kepercayaan 95%, diyakini bahwa rata-rata skor peran Ibu sebagai

role model terhadap vulva hygiene anak berada pada rentang 1,034 sampai

dengan 3,870.

c. Hubungan antara Peran Ibu sebagai Sahabat dengan Vulva Hygiene Anak

Hasil penelitian hubungan antara peran ibu sebagai sahabat dengan

vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Sahabat dengan Vulva
Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Vulva Hygiene
Total
Ibu Kurang Baik p
No. PR 95% CI
sebagai value
n % n % n %
Sahabat
1. Kurang 14 25,9 % 9 16,7 % 23 42,6 %
0,036 1,887 1,029-3,460
2. Baik 10 18,5 % 21 38,9 % 31 57,4 %
Total 24 44,4 % 30 55,6 % 54 100 %

Berdasarkan analisis statistik pada tabel 4.8 terdapat 21 orang (38,9%)

Ibu yang berperan baik sebagai sahabat memiliki anak dengan vulva hygiene

yang baik pula. Hal ini menunjukkan jumlah yang lebih besar dibandingkan

peran Ibu sebagai sahabat yang kurang. Analisis statistik selanjutnya

menggunakan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

peran Ibu sebagai sahabat dengan vulva hygiene anak dengan nilai p-value

sebesar 0,036 (α = 0,05). Ibu dengan peran sebagai sahabat yang kurang juga

akan mempunyai kemungkinan 1,887 kali lebih besar memiliki anak dengan
vulva hygiene yang kurang dibandingkan Ibu dengan peran sebagai sahabat

yang baik. Berdasarkan tingkat kepercayaan 95%, diyakini bahwa rata-rata

skor peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene anak berada pada

rentang 1,029 sampai dengan 3,460.

d. Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dengan Peran Ibu

Hasil penelitian hubungan antara peran ibu sebagai sahabat dengan

vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dengan Peran Ibu
(n=54)
Penghasilan
Di
Peran Di atas Total p
No. bawah PR 95% CI
Ibu UMP value
UMP
n % n % n %
1. Kurang 16 29,6 % 9 16,7 % 25 46,3 %
0,030 1,856 1,038-3,320
2. Baik 10 18,5 % 19 35,2 % 29 53,7 %
Total 26 48,1 % 28 51,9 % 54 100 %

Berdasarkan analisis statistik pada tabel 4.9 terdapat 19 orang (35,2%)

Ibu yang berperan baik dengan penghasilan di atas UMP per bulan. Hal ini

menunjukkan jumlah yang lebih besar dibandingkan peran Ibu dengan

penghasilan di bawah UMP. Analisis statistik selanjutnya menggunakan uji

chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status sosial

ekonomi terhadap peran Ibu dalam keluarga dengan nilai p-value sebesar

0,030 (α = 0,05). Ibu dengan penghasilan keluarga yang berada di bawah

UMP juga akan mempunyai kemungkinan 1,856 kali lebih besar memiliki
63

peran yang kurang dibandingkan Ibu dengan penghasilan keluarga yang

berada di atas UMP. Berdasarkan tingkat kepercayaan 95%, diyakini bahwa

rata-rata skor status sosial ekonomi terhadap peran Ibu dalam keluarga

berada pada rentang 1,038 sampai dengan 3,320.

C. Pembahasan

1. Peran Ibu sebagai Pendidik

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa peran ibu sebagai

pendidik pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada penelitian ini

adalah baik, yaitu sebanyak 53,6% dan peran Ibu sebagai pendidik kurang

sebanyak 46,4%. Mendidik anak adalah perbuatan yang dilakukan orang tua

terhadap anak-anaknya dengan memberikan segala kasih sayang (Husnaini,

2011). Menurut Halimah (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya sangatlah penting bagi

perkembangan anak dikemudian hari dan bagi kesejahteraan keluarga.

Kartono (2006) dikutip Farid (2012) menyebutkan bahwa pendidikan sejak

dini paling utama dimulai dari orang tua itu sendiri. Peneliti berasumsi bahwa

tingginya persentase peran Ibu sebagai pendidik pada kategori baik disebabkan

karena pengetahuan yang dimiliki Ibu responden tergolong baik. Semakin

tinggi pengetahuan seseorang maka akan berpengaruh terhadap upaya

peningkatan perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2007 dikutip Waruwu, et. al,

2014).
Hasil penelitian juga menunjukkan usia Ibu ketika anak mengalami

menarche berada pada usia madya. Usia madya berada pada rentang usia 35

tahun sampai 60 tahun (Anshori, 2015). Peneliti juga berasumsi bahwa usia Ibu

yang berada pada usia madya juga mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu.

Notoadmodjo (2003) dikutip Puspitosari (2013) menyebutkan bahwa semakin

bertambahnya umur seseorang juga akan mempengaruhi pengetahuan yang

dimilikinya. Ibu yang berusia antara 19-35 tahun juga telah memiliki

kematangan dalam hal rasional maupun motorik sehingga kemampuan merawat

dan mengasuh anaknya menjadi baik dan menyebabkan tumbuh kembang

anaknya juga baik (Saputra & Irdawati, 2011).

Oktafiani, et. al (2014) menyebutkan bahwa Ibu yang berada di usia 20-35

tahun, telah mampu atau telah memiliki kesiapan menerima peran sebagai istri

dalam rumah tangga, baik secara fisik maupun mental karena Ibu yang telah

dewasa secara psikologi akan lebih terkendali emosi maupun tindakannya bila

dibandingkan dengan para Ibu muda yang masih menonjolkan sifat

keremajaannya daripada sifat keibuannya. Ini berarti bahwa Ibu yang berada

pada usia ini telah menerima peran sebagai seorang Ibu sekaligus istri dalam

rumah tangga.

2. Peran Ibu sebagai Role Model

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa peran Ibu sebagai role

model pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada penelitian ini baik,

yaitu sebanyak 63%, sedangkan sebanyak 37% Ibu responden memiliki peran
65

sebagai role model yang kurang untuk anak. Role model adalah seseorang yang

tingkah lakunya kita contoh, tiru dan diikuti (Hestia, et. al, 2013). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Sulistyowati dan Widyastuti (2017) bahwa

individu akan tertarik pada model peran yang dirasanya serupa dalam hal

karakteristik, perilaku atau tujuan (aspek peran) dan dari siapa mereka mampu

belajar kemampuan tertentu atau keterampilan (aspek model).

Jannah (2012) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa dalam hal ini anak

memperoleh pendidikan pertama dari keluarga, khususnya orang tua dalam

bentuk pola asuh, sikap atau tingkah laku oleh orang tua. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Fajri & Khairani (2011) serta Kuriah (2011)

bahwa anak pertama kali melakukan interaksi komunikasi dalam lingkungan

keluarga terutama dengan orang yang paling dekat dengannya, yaitu Ibu karena

Ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya, Ibu sebagai panutan serta cermin

dalam mendidik dan membesarkan anak, menjadi inspirasi serta motivasi bagi

seseorang untuk terus memberikan yang terbaik dalam hidupnya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Halimah (2015), salah satu metode

atau cara mendidik anak adalah dengan memberikan contoh atau menyuruh

mencontoh sehingga akan terbentuk tingkah laku yang kemudian menjadi

kebiasaan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lidyasari

(2014) bahwa model perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung

akan dipelajari dan ditiru oleh anak karena orang tua merupakan lingkungan

terdekat anak. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena pengetahuan

Ibu yang tergolong baik. Pengetahuan merupakan hal yang dominan dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 1997 dikutip Burhani, et. al,

2016).

3. Peran Ibu sebagai Sahabat

Berdasarkan hasil penelitian bahwa peran Ibu sebagai sahabat pada siswi

kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada penelitian ini adalah baik, yaitu

sebanyak 57,4%, sedangkan peran Ibu sebagai sahabat dalam kategori kurang

sebanyak 42,6%. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena Ibu

responden tidak bekerja dan seluruh Ibu menerapkan pola asuh autoritatif saat

mendidik anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aitama &

Rustika (2016) serta didukung oleh pernyataan Gordon (2010) dikutip

Fitrianingsih (2013) bahwa Ibu dengan pola asuh ini bersedia untuk

mendengarkan dan mempertimbangkan pendapat anak dari sudut pandangnya

sehingga terjadi hubungan dua arah antara orang tua dan anak.

Pada Ibu yang memilih untuk tidak bekerja akan memiliki waktu yang

lebih banyak untuk dihabiskan bersama anak mereka sehingga menciptakan

sebuah kedekatan dan memudahkan Ibu untuk berkomunikasi dengan anak

(McIntosh & Bauer, 2006 dikutip Purnama, 2011). Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Purba (2011) bahwa adanya sikap terbuka antara orang tua dan

anak pada pola asuh autoritatif menjadikan pendekatan terhadap anak bersifat

hangat karena orang tua akan bersikap rasional dengan selalu mendasari

tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.


67

4. Vulva Hygiene

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan membersihkan daerah

kewanitaan, yaitu bagian vulva dan daerah sekitarnya untuk menjaga vulva dan

daerah sekitar agar tetap bersih, mencegah infeksi, memberikan rasa nyaman,

mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap, gatal-gatal dan menjaga pH

vagina tetap normal (± 3.8 hingga 4.2) (Sasmita, 2015; Siswone, 2001 dikutip

Timbawa, et. al, 2015; Jahić, et. al, 2006). Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan bahwa vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

baik, yaitu sebanyak 55,6 % dari total responden 54 orang, sedangkan siswi

dengan vulva hygiene yang kurang sebanyak 44,4%. Peneliti berasumsi hal ini

dikarenakan para siswi menyadari bahwa kebersihan diri personal hygiene

diperlukan. Hal ini merupakan salah satu bentuk citra diri yang secara tidak

sadar harus dipenuhi oleh remaja karena menurut Marmi (2015), salah satu ciri

khas pada remaja akhir adalah mempunyai citra jasmani dirinya.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Sabrina

(2016) bahwa personal hygiene yang baik akan mempengaruhi peningkatan

citra tubuh individu. Hal ini juga didukung oleh hasil kuesioner vulva hygiene

anak untuk poin pertanyaan arah dalam membasuh vagina bahwa sebanyak

87% siswi telah benar, yaitu dari depan ke belakang. Rimawati, et. al (2012)

menjelaskan dalam penelitiannya bahwa cara menyeka yang benar adalah dari

arah depan ke belakang agar bibit penyakit yang kemungkinan besar bersarang

di anus tidak terbawa ke vagina yang dapat menimbulkan infeksi.


Sebanyak 81,5% siswi juga memiliki perilaku yang tepat dengan mencuci

tangan terlebih dahulu sebelum membasuh alat kelamin. Gharoro (2013) dikutip

Sari dan Waluyanti (2014) dengan memperhatikan kebersihan tangan akan

mencegah perpindahan bakteri dari tangan ke vagina atau sebaliknya sehingga

dapat menekan resiko terhadap infeksi.

5. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini tergambar dari

pendapatan atau penghasilan yang diperoleh keluarga dalam satu bulan yang

dikategorikan berdasarkan Dewan Pengupahan Provinsi SUMSEL (2015)

dikutip Enggriani (2015), yaitu di atas UMP Rp. 2.213.001,00 dan di bawah

UMP Rp. 2.213.001,00. Status sosial merupakan kedudukan atau posisi

seseorang dalam kelompok sosial, menjadi seorang Ibu merupakan status sosial

dan peran yang dijalankan dari status sebagai seorang Ibu adalah membimbing,

mendidik dan membesarkan anaknya (Oktafiani, et. al, 2014).

Adliyani (2015) juga menyebutkan bahwa salah satu yang mempengaruhi

derajat kesehatan seseorang tergantung pada lingkungan sosialnya, seperti

kebudayaan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Lingkungan sosial juga

mendukung tingginya pengetahuan seseorang, bila ekonominya baik dan

tingkat pendidikannya tinggi maka tingkat pengetahuan akan tinggi pula

(Maliono, et. al, 2017 dikutip Lestari, 2015). Hasil penelitian menunjukkan

penghasilan orang tua responden sebagian besar berada di atas UMP, yaitu Rp.

2.213.001,- per bulan sebanyak 51,9%. Pendapatan yang berada berada di atas
69

UMP ini bisa jadi disebabkan karena yang bekerja dan memiliki penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah Ayah.

6. Hubungan Antara Peran Ibu sebagai Pendidik dengan Vulva Hygiene Siswi

Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

Berdasarkan hasil analisa data penelitian diketahui bahwa peran Ibu

sebagai pendidik yang baik dalam memberikan informasi dan berbagi

pengalamannya ditandai dengan vulva hygiene siswi yang juga baik, sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik

dengan vulva hygiene anak. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh

latar belakang pendidikan Ibu responden yang tergolong tinggi serta memiliki

pengetahuan mengenai vulva hygiene yang baik pula sehingga menyebabkan

Ibu mampu melaksanakan perannya dalam mendidik anak mengenai kebersihan

daerah kewanitaan (vulva hygiene). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Enggriani (2015) bahwa pendidikan akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan

semakin baik pula pengetahuannya karena pendidikan dapat membawa

wawasan atau pengetahuan seseorang.

Pendidikan bagi seorang Ibu sendiri sangatlah penting karena menurut Fajri

dan Khairani (2011), anak pertama kali melakukan interaksi komunikasi dalam

lingkungan keluarga terutama dengan orang yang paling dekat dengannya, yaitu

Ibu. Ibu juga yang paling sering memenuhi seluruh kebutuhan bayi baik fisik

maupun psikologis sehingga hal ini memungkinkan Ibu memberikan


pendidikan yang baik pula untuk anaknya (Enggriani, 2015). Pendidikan bagi

seorang ibu, tidak hanya diperoleh di bangku pendidikan formal, namun bisa

juga didapatkan secara nonformal dan informal (Notoatmodjo, 2007 dikutip

Enggriani, 2015).

Pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, informasi,

pengalaman, budaya dan sosial ekonomi seseorang (Lestari, 2015). Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astutik, et. al (2016) bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi informasi yang

dimilikinya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cicilia (2009)

dikutip Atsani (2015) yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan Ibu

maka akan membuat Ibu mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya.

Farid (2012) juga mengatakan bahwa peran Ibu baik maka akan baik pula

perilaku hygiene remaja. Pengetahuan tentang vulva hygiene yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah segala yang diketahui Ibu tentang vulva hygiene

mengenai tujuan dan dampak tidak melakukan vulva hygiene dengan benar,

tanda-tanda keputihan yang normal, arah membasuh vagina yang benar,

mengganti pembalut dan celana dalam secara rutin serta menjaga daerah

genitalia agar tetap kering.

Hasil penelitian juga menunjukkan beberapa Ibu responden memiliki peran

sebagai pendidik yang kurang. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan

karena siswi tidak diberikan pemahaman yang baik bagaimana cara melakukan

vulva hygiene yang benar oleh Ibu ataupun di sekolah. Hal ini didukung dari

hasil studi pendahuluan bahwa 6 dari 10 siswi kelas XI SMA Negeri 1


71

Indralaya tidak mengetahui informasi mengenai vulva hygiene maupun dampak

yang ditimbulkan bila tidak melakukannya, para guru belum pernah

memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, dan orang tua,

terutama Ibu juga belum pernah mengajarkan cara perawatan vulva hygiene

dengan benar.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan hasil bahwa sebanyak 70,4%

responden mengatakan bahwa mereka menggunakan feminime hygiene seperti

resik daun sirih dan sebanyak 74% diantaranya menggunakannya selama

beberapa kali dalam seminggu. Penggunaan produk feminime hygiene

ditemukan dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi wanita, seperti

gangguan tuba, pelvis dan rahim (Attieh et. al, 2016 dikutip Arifin, et.al, 2016).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa, et. al (2012) di SMA

Negeri 9 Semarang bahwa sebanyak 48% siswi menjawab salah untuk

pernyataan mengeringkan daerah vulva dan vagina menggunakan handuk

khusus dan 49,2% siswa menjawab salah untuk pernyataan ketika memakai

sabun harus dibasuh sampai bersih sebelum diberikan penyuluhan. Padahal

menurut penelitian yang dilakukan oleh Arifin, et. al (2016) dan Rimawati

(2012) bahwa pembilasan vagina yang berlebihan dapat mengganggu

keseimbangan alami flora vagina yang dapat melawan patogen sehingga

mempermudah kuman masuk ke vagina dan mengurangi tingkat keasaman

vagina.
Wakhidah dan Wijayanti (2014) juga menyebutkan dalam penelitiannya

bahwa kurangnya pemahaman mengenai vulva hygiene yang benar ini akan

mengakibatkan gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan, infeksi

saluran kemih, penyakit radang panggul (PRP) dan kemungkinan terjadi kanker

leher lahim (ca serviks). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sondakh (2014) di SMA Negeri 1 Pineleng pada tahun 2014 bahwa sebanyak

55 (93,2%) siswi mengalami keputihan dan sekitar 12 (20,3%) diantaranya

diakibatkan karena kurangnya pengetahuan tentang kebersihan daerah organ

reproduksi. Hal ini bertentangan dengan gagasan dari WHO (1995) dikutip

Supatmi & Asta (2015) yang menyebutkan bahwa remaja harus dipersiapkan

baik pengetahuan, sikap, maupun tindakannya untuk pencapaian reproduksi

yang sehat.

7. Hubungan Antara Peran Ibu sebagai Role Model dengan Vulva Hygiene

Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

Berdasarkan hasil analisa data penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara peran Ibu sebagai role model dengan vulva hygiene anak.

Peneliti berasumsi bahwa hal ini bisa jadi disebabkan oleh karena Ibu

responden pernah terpapar informasi tentang vulva hygiene dari keluarga dekat,

tetangga dan teman sehingga Ibu memiliki pengalaman yang baik dan

membagikannya pada anak. Pada sebagaian besar Ibu responden ini memiliki

sumber informasi terbanyak yang berasal dari keluarga dan orang disekitar.

Informasi yang diperoleh seseorang tidak hanya dari bangku sekolah atau
73

kuliah, media cetak dan eletronik, namun juga dari orang-orang yang ada

disekitarnya termasuk keluarga dan tenaga kesehatan serta pengalamannya

sendiri akan membuat pengetahuannya juga bertambah (Soekanto, 2003 dalam

Ayuba, 2015).

Hasil penelitian juga menunjukkan Ibu responden tidak bekerja. McIntosh

dan Bauer (2006) dikutip Purnama (2011) menjelaskan bahwa Ibu yang

memilih tidak bekerja tentunya memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat

dihabiskan bersama anak mereka sehingga mereka dapat melatih dan mendidik

anak dan menyebabkan perkembangan bahasa serta prestasi akademik anak

lebih baik jika dibandingkan dengan anak Ibu yang bekerja, sehingga peneliti

berasumsi anak dapat dengan mudah meniru dan mencontoh perilaku Ibu

karena selalu berada di rumah.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan Ibu responden yang memiliki

peran sebagai role model yang kurang untuk anak. Peneliti berasumsi bahwa

sebagian besar Ibu masih enggan memperlihatkan cara melakukan vulva

hygiene yang benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farid (2012)

di SD Negeri 1 Padokan bahwa anak belajar tentang perubahan fisik pada masa

pubertas dari orang tua atau Ibu, tetapi tidak semua Ibu memberikan informasi

yang memadai kepada anaknya, bahkan sebagian enggan membicarakannya

secara terbuka.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2016) yang

menyebutkan bahwa seharusnya pendidikan tidak hanya diajarkan saja pada

anak, namun akan lebih berhasil jika Ibu memberikan contoh secara langsung
melalui perbuatan dan kebiasaan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena anak

adalah individu yang gemar melakukan imitasi dan modelling dengan

menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, baik yang dilakukan secara

sadar atau tidak sadar (Aritonang, 2015).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 67% Ibu tidak

memberitahu dan mengajarkan bagaimana cara mencukur rambut kemaluan

pada anak. Peneliti berasumsi bahwa Ibu masih menganggap tabu untuk

membicarakan masalah yang berhubungan dengan organ reproduksi kepada

anak. Hal ini akan menyebabkan kesenjangan antara Ibu dan anak ketika akan

membahas masalah kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi di

waktu yang lain.

Hurlock (2004) dikutip Farid (2012) dan Kusmiran (2011) mengatakan

bahwa kesenjangan yang tercipta antara orang tua dan anak akan menghalangi

komunikasi mereka dan menyebabkan remaja mencari informasi yang tidak

benar. Padahal menurut penelitian yang dilakukan Rimawati, et. al (2012)

bahwa rambut disekitar vagina dapat ditumbuhi jamur atau kutu yang

menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal bila tidak dicukur secara teratur.

8. Hubungan Antara Peran Ibu sebagai Sahabat dengan Vulva Hygiene Siswi

Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

Berdasarkan hasil analisa data penelitian diketahui bahwa terdapat

hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat dengan vulva hygiene anak. Secara

umum, sahabat adalah mitra, tempat untuk meminta nasihat, dukungan fisik,
75

dan sebagai curahan hati, serta tempat berpaling saat kita membutuhkan

bantuan, berbagi beban dan kesuksesan (Putri, 2013). Peneliti berasumsi bahwa

salah satu cara yang efektif untuk mengajarkan vulva hygiene pada anak adalah

dengan menjadi mitra bagi anak. Hal ini akan menciptakan sebuah hubungan

yang akrab, sebuah hubungan dengan dasar komunikasi yang menyenangkan

untuk anak yang ditandai oleh kadar yang tinggi terhadap keramahtamahan,

kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab (Aini, 2014;

Prisbell & Anderson dikutip Budyatna & Ganiem, 2011). Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fajri & Khairani (2011) bahwa komunikasi Ibu-

anak merupakan salah satu faktor yang berperan pada kesiapan anak dalam

menghadapi menarche.

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan hasil bahwa Ibu menerapkan

pola asuh autoritatif atau demokratis saat mendidik anak. Pola asuh autoritatif

atau demokratif adalah gaya pengasuhan yang mendorong individu untuk

mandiri namun tetap menjaga batas dan kontrol terhadap tindakan mereka

(Baumrind, 2005 dikutip Aitama & Rustika, 2016). Pola asuh ini ditandai

dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak (Purba, 2011). Hal ini

dipertegas dengan hasil penelitian statistik yang dilakukan oleh Fajri &

Khairani (2011) bahwa aspek keterbukaan menjadi salah faktor yang

mempengaruhi komunikasi Ibu-anak, sehingga peneliti berasumsi bahwa pola

asuh inilah yang juga mempengaruhi hasil penelitian untuk variabel peran Ibu

sebagai sahabat menjadi baik. Suseno (2012) menyatakan bahwa orang tua
yang menerapkan pola asuh demokratis memiliki anak yang mandiri dalam

melakukan perawatan diri.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dianawati (2010) juga

bahwa Ibu diharapkan dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya,

terbuka dan kapan saja sampai anak benar-benar mengerti apa yang dimaksud.

Mengutip dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI

(InfoDATIN) (2015) tentang teman diskusi mengenai kesehatan reproduksi

remaja usia 15–19 tahun di Indonesia tahun 2013 didapatkan hasil bahwa

remaja perempuan menyukai sumber informasi berasal dari Ibu, tenaga

kesehatan dan guru.

Purnama (2011) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kedekatan yang

terbentuk antara Ibu dan anak akan membuat sang anak lebih mudah

berkomunikasi dengan Ibu mereka pada saat mereka berada di tingkat

pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Menengah Atas (SMA)

sehingga peneliti berasumsi bahwa kedekatan yang terbentuk antara Ibu dan

anak dapat menjadi kesempatan Ibu untuk memberikan pendidikan kesehatan

untuk anak. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajri &

Khairani (2011) dan Karomah (2013) bahwa komunikasi yang dilakukan oleh

Ibu pada anak biasanya berlangsung secara tatap muka dan dua arah

(interpersonal) sehingga mempermudah transfer ilmu dan pengetahuan dari

orang tua ke anak.

Hasil penelitian juga menunjukkan peran Ibu sebagai sahabat yang kurang.

Peneliti berasumsi bahwa hal ini bisa saja disebabkan karena kemajuan
77

teknologi dan Ibu merasa anaknya mampu untuk mencaritahu sendiri mengenai

vulva hygiene lewat media elektronik. Padahal BKKBN (2014) menyatakan

bahwa perlu ditekankan pada orang tua untuk melakukan pendidikan kesehatan

reproduksi guna memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya agar anak

tidak mencaritahu sendiri sehingga anak dapat dikontrol oleh orang tua

(Herman, 2014). Farid (2012) juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa

perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas akan menyebabkan

kecanggungan pada anak dan mempengaruhi kondisi psikologisnya sehingga

anak membutuhkan dukungan keluarga, terutama orang tua agar dapat

beradaptasi.

9. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Peran Ibu

Status sosial ekonomi adalah suatu kondisi yang menggambarkan

kedudukan seseorang atau keluarga dalam masyarakat berdasarkan kondisi

kehidupan ekonomi atau kekayaan (Saiin, 2015). Berdasarkan hasil analisa data

penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan antara status sosial ekonomi

keluarga dengan peran Ibu. Hal disebabkan karena sebagian besar orang tua

responden memiliki penghasilan di atas UMP sehingga akan berpengaruh

terhadap pandangan mereka mengenai kesehatan karena kesehatan merupakan

kebutuhan yang utama dan menjadi prioritas yang mendasar (Aryandhini,

2013).

Susi et. al. (2012) dikutip Fatmasari et. al. (2017) menegaskan bahwa

tingkat sosial ekonomi seseorang dapat mempengaruhi perilaku hidup sehat.


Peneliti berasumsi bahwa keluarga dengan penghasilan di atas UMP dapat

memenuhi segala kebutuhan hidup sehingga kesehatan akan memperoleh

prioritas utama karena memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan

kesempatan untuk memperoleh perawatan lebih lanjut menjadi lebih besar.

Secara umum, status ekonomi (penghasilan) seseorang akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

(Notoatmodjo, 2007 dikutip Enggriani, 2015).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Furwanto (2013) bahwa semakin

tinggi status sosial ekonomi keluarga seperti pendidikan, pekerjaan dan kondisi

ekonomi secara keseluruhan maka akan semakin baik derajat kesehatannya.

Seseorang yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi juga akan

cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik, mengetahui lebih banyak

tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik

(Wibowo, 2014 dikutip Fatmasari, et. al, 2017).

D. Keterbatasan Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pengisian

kuesioner oleh Ibu dan anak. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah melakukan pengisian kuesioner oleh Ibu dan anak. Namun, peneliti tidak

memberikan kuesioner langsung pada Ibu dan mendampinginya. Kemungkinan

Ibu akan kurang fokus dan menjadi sembarangan dalam mengisi kuesioner di

rumah karena merasa tidak diawasi sehingga dapat hal ini dapat menyebabkan

biasnya informasi.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada responden yang berjumlah

54 orang siswi kelas XI dan telah diuji secara statistik mengenai hubungan antara

peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene siswi

kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Sebagian besar Ibu responden memiliki peran sebagai pendidik dalam kategori

baik (55,6%) terhadap vulva hygiene remaja.

2. Sebagian besar Ibu responden memiliki peran sebagai role model dalam

kategori baik (63%) terhadap vulva hygiene remaja.

3. Sebagian besar Ibu responden memiliki peran sebagai sahabat dalam kategori

baik (57,4 %) terhadap vulva hygiene remaja.

4. Vulva hygiene pada sebagian besar siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

berada pada kategori baik (55,6 %).

5. Status sosial ekonomi pada sebagian responden yang digambarkan melalui

penghasilan orang tua per bulan berada di atas UMP, yaitu Rp. 2.213.001,- per

bulan (51,9%).

6. Terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik terhadap vulva hygiene

siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya dengan nilai p-value sebesar 0,033 (α =

0,05).
7. Terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene

siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya dengan nilai p-value sebesar 0,028 (α =

0,05).

8. Terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene

siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya dengan nilai p-value sebesar 0,036 (α =

0,05).

9. Terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan peran Ibu dalam

keluarga dengan nilai p-value sebesar 0,030 (α = 0,05).

B. Saran

1. Bagi Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

Peneliti mengharapkan siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya

mendapatkan informasi mengenai vulva hygiene yang benar serta

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan tercapai derajat

kesehatan reproduksi remaja yang optimal.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu

pengetahuan, pemahaman, dan wawasan baru di bidang keperawatan dan

dijadikan sebagai masukan dalam ilmu keperawatan mengenai vulva hygiene

bagi mahasiswa yang sedang menjalankan profesi keperawatan keluarga dan

pengabdian terhadap masyarakat.


81

3. Bagi Pelayanan Keperawatan

Peneliti mengharapkan agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

referensi bagi perawat ketika memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga

guna meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan

keluarga dengan memberikan edukasi pada Ibu mengenai vulva hygiene pada

remaja putri melalui kerja sama dengan unit kesehatan sekolah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memberikan

pendidikan kesehatan kepada Ibu dan anak mengenai vulva hygiene yang

benar untuk merubah persepsi yang salah pada mereka dengan metode dari

hasil penelitian ini.

b. Diharapkan pada penelitian selanjutnya agar dapat lebih maksimal dalam

mempersiapkan lingkungan penelitian bersama Ibu dan anak dengan

menggunakan media dalam bentuk cetak ataupun audiovisual untuk Ibu dan

anak sehingga setiap Ibu dan anak dapat fokus dalam menerima informasi

mengenai vulva hygiene.


DAFTAR PUSTAKA

Abduh, B. (2011). Ibu itu sungguh ajaib. Yogyakarta: Transmedia.

Adliyani, O. N. (2015). Pengaruh Perilaku Individu terhadap Hidup Sehat. Majority.


4(7): 109-113. http://jukeunila.com/. Diperoleh pada tanggal 08 Juni 2017 pukul
13:00 WIB.

Agustina, L. (2009). Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran dan Kelebihan


Peran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor. Jurnal Akuntansi. 1(1), 40-
69. http://majour.maranatha.edu/. Diperoleh pada 4 Maret 2017 pukul 12:20
WIB.

Aitama, B & Rustika, M. (2016). Peran Pola Asuh Autoritatif dan Kecerdasan
Emosional terhadap Disiplin Diri Siswa Kelas XI IPA SMA Santo Yoseph
Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana. 3(1): 156-164. http://ojs.unud.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 02:14 WIB.

Aini, N. (2014). Peran Komunikasi Antarpribadi sebagai Pencegah Terjadinya


Konflik pada Hubungan Persahabatan Remaja di Samarinda. e-Journal Ilmu
Komunikasi. 2(1): 290-304. http://e-journal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/. Diperoleh
pada tanggal 17 Juli 2017 pukul 15:15 WIB.

Ali, Z. (2010). Dasar-dasar pendidikan kesehatan masyarakat dan promosi


kesehatan. Jakarta Timur: Trans Info Media.

Anindya, R. (2013). Tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia saat


menstruasi pada remaja putri di SMP N 1 sambirejo kabupaten sragen tahun
2013 [karya tulis ilmiah]. Surakarta: STIKES Kusuma Husada. Tidak
dipublikasikan.

Anshori, D. M. (2015). Kesejahteraan psikologis wanita lajang pada masa dewasa


madya [skripsi]. Surabaya: Universitas Negeri Sunan Ampel. Tidak
dipublikasikan.

Arifin, P, et. al. (2016). Use of Vaginal Product, Physical Activity, Age at Marriage,
Body Mass Index and Female Infertility. Journal of Maternal and Child Health.
1(1): 41-51. http://www.thejmch.com/. Diperoleh pada tanggal 11 Juni 2017
pukul 16:00 WIB.

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

xvii
Aritonang, G. P. (2015). Orangtua saebagai Model Utama Bagi Perilaku Makan Sehat
pada Anak-anak. Jurnal Psikologi Universitas HKPB Nommensen. 1(1): 33-43.

Aryandhini, R. (2013). Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Jaminan


Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di Puskesmas Pasirian Kecamatan
Pasirian Kecamatan Lumajang. e-journal Unesa.
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 01 Juni 2017 pukul
04:40 WIB.

Astutik, D, et. al. (2016). Hubungan peran ibu dengan kesiapan remaja menghadapi
menarche pada remaja putri di smpn 02 bondowoso [skripsi]. Jawa Timur:
Universitas Muhammadiyah Jember. Tidak dipublikasikan.

Atsani, A. (2015). Hubungan Peran Ibu dengan Perilaku Vulva Hygiene Saat
Menstruasi pada Siswi SMP Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta. Unisa Digital
Library Repository. http://opac.unisayogya.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29
Januari 2017 pukul 21:10 WIB.

Ayuba, N. (2015). Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perekmbangan
Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten
Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. http://eprints.ung.ac.id/. Diperoleh
pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 02:30 WIB.

Azwar, S. (2014). Penyusunan skala psikologi [edisi 2]. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Burhani, F. (2012). Buku pintar miss v. Yogyakarta: Araska.

Burhani, A, et. al. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi
Keluarga Nelayan dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(3): 515-521. http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Diperoleh pada tanggal 14 Juli 2017 pukul 03:15 WIB.

Bobak, et. al. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.

Bryar, R. (2008). Teori praktik kebidanan. Jakarta: EGC.

Budyatna, M & Ganiem, M. (2011). Teori komunikasi antar pribadi. Jakarta:


Kencana.

Cholis, N & Bukhari I. (2016). Shahih bukhari. Jakarta: Shahih.

Dianawati, A. (2010). Pendidikan seks pada remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.

Effendy. (2012). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC.


Elmart, C. (2012). Mahir menjaga organ intim wanita. Solo: Tinta Medina.

Enggriani, T. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu


tentang baby cues [skripsi]. Indralaya: Universitas Sriwijaya. Tidak
dipublikasikan.

Eti, S. (2016). Peran Ibu Single Parent Terhadap Pendidikan Formal Anak di Desa
Kali Raya Kecamatan Kalis Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. 5(12), 1-11. http://jurnal.untan.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 12
Februari 2017 pukul 14:35 WIB.

Fatmasari, M, et. al. (2017). Hubungan Antara Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua
dengan Indeks Karies Gigi Pelajar SMPN di Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 1(1): 62-67. http://fkg.jtam.unlam.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 20 Juli 2017 pukul 12:35 WIB.

Farid, A. (2012). Hubungan Peran Ibu Terhadap Perilaku Higiene Remaja Awal yang
Mengalami Menstruasi di SDN 1 Padokan. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. http://repository.umy.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Januari 2017
pukul 20:10 WIB.

Fajri, A & Khairani, M. (2011). Hubungan antara Komunikasi Ibu-Anak dengan


Kesiapan Menghadapi Menstruasi Pertama (Menarche) pada Siswi SMP
Muhammadiyah Banda Aceh. Jurnal Psikologi Undip. 10(2), 133-143.
http://ejournal.undip.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 02 Maret 2017 pukul 10:00
WIB.

Fitrianingsih, N. (2013). Pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan
diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler di little
care stikes surya global yogyakarta [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret. Tidak dipublikasikan.

Furwanto, R, et. al. (2013). Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Penerapan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga. Repository Unri.
http://repository.unri.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 04:25
WIB.

Halimah, N. (2015). Peran seorang ibu rumah tangga dalam mendidik anak (studi
terhadap novel ibuk, karya iwan setyawan) [skripsi]. Yogyakarta: Universitas
Islam Sunan Kalijaga. Tidak dipublikasikan.

Hariyani, F. (2016). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Kehamilan di Usia


Dini dengan Kesehatan Reproduksi di Puskesmas Remaja Kota Samarinda.
Mahakam Midwifery Journal. 1(1), 28-37. http://ejournalbidan.poltekkes-
kaltim.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 09 Maretb 2017 pukul 12:15 WIB.

xix
Hastuti, D. (2016). Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar. 2(2): 38-50. http://journal.uad.ac.id Diperoleh pada
tanggal 12 Juni 2017 pukul 06:42 WIB.

Herman. (2014). BKKBN: Mengajarkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Butuh


Kehati-hatian. BeritaSatu. http://m.beritasatu.com/kesra/. Diperoleh pada tanggal
02 Mei 2017 pukul 08:00 WIB.

Hestia, et. al. (2013). Peranan guru dalam menanamkan nilai kejujuran siswa kelas
viii smp negeri 1 jati agung tahun pelajaran 2012/2013 [skripsi]. Lampung:
Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan.

Hidayat, A. (2008). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Husnaini, A. (2011). Buku pintar wanita muslimah. Solo: Abyan.

InfoDATIN. (2015). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja, dalam Rangka Hari


Keluarga Nasional, 29 Juni. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Irianto, K. (2010). Memahami seksologi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Jahić, M, et. al. (2006). Assosiation of The pH Change of Vaginal Environment in


Bacterial Vaginosis with Presence of Enterococcus faecalis in Vagina [Article in
Bosnian]. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. PMID [Med Arch]. Diperoleh pada
tanggal 30 Maret 2017 pukul 00:45 WIB.

Jannah, H. (2012). Bentuk Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Perilaku Moral
pada Anak Usia di Kecamatan Ampek Angkek. Pesona PAUD. 1(1).
http://ejournal.unp.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Juni 2017 pukul 16:45 WIB.

Jhonson, R & Leny, R. (2010). Keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga.
Yogyakarta, Nuha Medika.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. (2012-2016). Arti Kata Ibu.


http://kbbi.we.id/ibu. Diperoleh pada tanggal 20 Februari 2017.

Karomah, P, et. al. (2013). Peran Ibu dalam Menumbuhkan Budaya Kewirausahaan
dalam Keluarga. Lumbung Pustaka UNY. 18(1), 54-60.
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5196. Diperoleh pada tanggal 13 Januari 2017
pukul 12:05 WIB.

Khadijah, S. (2016). Efektivitas Buku Info Remaja Terhadap Sikap dan Niat
Berperilaku Remaja Putri Mengenai Kesehatan Organ Reproduksi di SMP
Negeri 2 Ngaglik dan SMP Muhammadiyah 2 Mlati Sleman Yogyakarta. Jurnal
Medika Respati. 4(4), 68-80. http://journal.respati.ac.id/. Diperoleh pada tanggal
13 Februari 2017 pukul 16:25 WIB.

Kissanti, A. (2008). Buku pintar wanita, kesehatan dan kecantikan. Jakarta: Araska.

Kumalasari, I & Andhayantoro I. (2013). Kesehatan reproduksi untuk mahasiswa


kebidanan dan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kuriah, H & Abdi A. (2011). Wanita seribu pesona lihatlah kedalam dirimu.
Bandung: Telaga Inspirasi.

Kusmiran. (2011). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Lerner. (2001). Encyclopedia of Children’s Health.


http://www.healthofchildren.com/. Diperoleh pada tanggal 20 Februari 2017
pukul 19:15 WIB.

Lestari, T. P. & Anjarwati. (2015). Hubungan Peran Ibu Sebagai Pendidik dengan
Perilaku Personal Hygiene Siswi SMP Negeri 1 Tangen Sragen. Unisa Digital
Library Repository. http://opac.unisayogya.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 27
Januari 2017 pukul 13:25 WIB.

Lestari, T. (2015). Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Letsoin, F. S., et. al. (2015). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Orangtua
Siswa Kelas 5 SD Negeri 37 Manado Mengenai Obesitas pada Anak. Jurnal
Kedokteran Komunitas dan Tropik. 3(4): 215-228. http://journal.unsrat.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 06:45 WIB.

Ludira, S. (2012). Peranan ibu dalam menanamkan nilai moral untuk mencegah
terjadinya seks bebas di kalangan remaja pada SMA angkasa adisujipto
yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak
dipublikasikan.

Lidysari, A. T. (2014). Pola Asuh Otoritatif sebagai Sarana Pembentukan Karakter


Anak dalam Setting Keluarga. Artikel. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta. http://staffnew.uny.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 08 Juni 2017
pukul 16:20 WIB.

Manan, M. (2011). Miss v. Yogyakarta: Buku Biru.

Maghfiroh, K. (2010). Hubungan Pengetahuan Tentang dengan Penanganan


Keputihan pada Siswi Pondok Pesantren Darul Hasanah Kali Kondang Demak

xxi
2010. Universitas Muhammadiyah Semarang. http://digilib.unimus.ac.id.
Diperoleh pada tanggal 5 Januari 2017 pukul 12:45 WIB.

Mardani, A, & Priyoto. (2010). Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


Remaja Putri dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi di Desa Kumpul
Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan. Surya. 7(1), 52-57. Jurnal
Keperawatan. 3(7). Lamongan: Surya.

Marmi. (2015). Kehatan reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Marpaung, S.R & Setiawan. (2012). Pengalaman Remaja dalam Menerima


Pendidikan Seks. USU Instotutional Repository. 1(1), 35-39.
http://jurnal.usu.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 13 Januari 2017 pukul 14:10
WIB.

Martsiswati, E & Suryono Y. (2014). Peran Orang Tua dan Pendidik dalam
Menerapkan Perilaku Disiplin Terhadap Anak Usia Dini. Journal Universitas
Negeri Yogyakarta. http://journal.uny.ac.id/. 1(2). Diperoleh pada tanggal 12
Februari 2017 pukul 13:15 WIB.

Meilani, K. (2016). Multitalent mom, menjadi ibu, sahabat, dan guru terbaik bagi
anak. Yogyakarta: Diva Press.

Meliza, R. (2012). Gambaran perilaku remaja putri menjaga kebersihan organ


genitalia dan mencegah keputihan [skripsi]. Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Mubarak, I. (2009). Pengantar komunitas 1. Jakarta: Sagung Seto.

Munawaroh, I & Susilawati D. (2014). Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan


Vulva Hygiene Pada Siswi MAN 1 Semarang. Universitas Diponegoro. 1(1), 1-
10. http://ejournal-s1.undip.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Januari 2017 pukul
21:05 WIB.

Murti, B. (2010). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif di bidang kesehatan edisi ke-2. Yogyakarta: UGM Press.

Notoadmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

___________. (2012). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurhayati, I, et. al. (2014). Studi Deskriptif Peran Perawat dalam Pelaksanaan
Perineal Hygiene pada Pasien Rawat Inap yang Terpasang Kateter di RS
Roemani Semarang. Jurnal Keperawatan Digital. http://jurnal.unimus.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 27 Januari 2017 pukul 16:50 WIB.
Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan
(pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan) edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.

Nurmalisa, Y & Adha, M. (2016). Peran lembaga sosial terhadap pembinaan moral
remaja di sekolah menengah atas [skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
Tidak dipublikasikan.

Oktafiani, S, et. al. (2014). Pengaruh Usia dan Konsep Diri terhadap Pencapaian
Peran Ibu Saat Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsari,
Kabupaten Purbalingga. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 5(1), 33-42.
http://download.portalgaruda.org/. Diperoleh pada tanggal 07 April 2017 pukul
09:00 WIB.

Purba, I. (2011). Perbedaan pola asuh anak oleh ibu yang bekerja dan ibu yang tidak
bekerja pada suku jawa di desa kedai damar kecamatan tebing tinggi [skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Purnama, U. (2011). Hubungan antara status ibu bekerja atau ibu tidak bekerja
dengan status gizi anak balita di kecamatan medan tembung [karya tulis ilmiah].
Tidak dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Putra, R. (2012). Panduan riset keperawatan dan penulisan ilmiah, edisi pertama.
Yogyakarta: D-Medika.

Putri, F.T.P & Kusbaryabto. (2012). Perbedaan Hubungan Antara Ibu Bekerja dan
Ibu Rumah Tangga terhadap tumbuh kembang Anak Usia 2-5 Tahun. Jurnal
Mutiara Medika. 12(3), 143-149. http://journal.umy.ac.id/. Diperoleh pada
tanggal 04 Juni 2017 pukul 15:05 WIB.

Putri, S. (2013). Analisis fungsi persahabatan pada tokoh utama dalam film kimi no
tomodachi [skripsi]. Jakarta: Universitas Bina Nusantara. Tidak dipublikasikan.

Puspitosari, D. (2013). Tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang motorik


balita usia 1-3 tahun di kelompok bermain sekar melati tasikmadu karanganyar
tahun 2013 [karya tulis ilmiah]. Surakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada. Tidak dipublikasikan.

Rahmawati, D. (2010). Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi
belajar pai siswa di smp darussalam ciputat [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Tidak dipublikasikan.

Ramadhan, K & Sabrina, I. (2016). Hubungan Personal Hygiene dengan Citra Tubuh
pada Lansia di Desa Sepe Kecamatan Lage Kabupaten Poso. Jurnal Kesehatan

xxiii
Prima. 10(2): 1735-1748. http://poltekkes-mataram.ac.id. Diperoleh pada tanggal
14 Juli 2017 pukul 10:35 WIB.

Ratna. (2010). Pentingnya menjaga organ kewanitaan. Jakarta: Indeks.

Retnosari, L, et. al. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Keberhasilan
Penerapan Toilet Training pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) di Desa
Karangreja Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu
Kesehatan. 10(1): 25-31. http://download.portalgaruda.org/. Diperoleh pada
tanggal 13 Juni 2017 pukul 10:20 WIB.

Rifa, N, et. al. (2015). Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva
Hygiene Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan di SMA Negeri 9
Semarang Tahun 2012. 4(2), 40-49. Jurnal Kebidanan.
http://jurnal.unimus.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 13 Februari 2017 pukul 14:20
WIB.

Rimawati, E, et. al. (2012). Kebersihan Orga Reproduksi pada Perempuan Pedesaan
di Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Semarang. Jurnal Visikes. 11(1): 1-11.
http://download.portalgaruda.org/. Diperoleh pada tanggal 16 Juli 2017 pukul
09:00 WIB.

Saiin, N. (2015). Pengaruh status sosial ekonomi orang tua siswa terhadap prestasi
belajar pai siswa smp baitussalam surabaya [skripsi]. Surabaya: UIN Sunan
Ampel.

Santoso, I. (2013). Manajemen data untuk analisis data penelitian kesehatan.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Santrock, W. (2007). Perkembangan anak edisi ketujuh jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Saputra, I, & Irdawati. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan tumbuh
kembang bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas se-
kecamatan banjarsari [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah. Tidak
dipublikasikan.

Sari, A, et. al. (2015). Perbandingan Efektivitas Daya Hambat Kotrimoksazol


Generik dan Paten terhadap Pertumbuhan Bakteri Echerichia coli sebagai
Penyebab Infeksi Saluran Kemih Secara In Vitro. Jurnal Kesehatan Andalas.
3(1), 227-232. http://jurnal.fk.unand.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 09 Maret
2017 pukul 11:00 WIB.

Sari, R, et. al. (2013). Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seks
Pranikah Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di SMA Islam Sultan Agung 3
Semarang. Jurnal Kebidanan. 2(2). http://jurnal.unimus.ac.id/. Diperoleh pada
tanggal 13 Februari 2017 pukul 14:35 WIB.

Sari, E, et. al. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hygiene Saat
Menstruasi Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Remaja Putri dalam
Merawat Perineum Saat Menstruasi. STIKES Telogorejo Semarang.
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Februari 2017 pukul
20:15 WIB.

Sari, W & Waluyanti, T. (2012). Perilaku Perawatan Diri saat Menstruasi pada Siswi
di Salah Satu SMK, Depok. Universitas Indonesia Library. http://lib.ui.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 16 Juli 2017 pukul 10:35 WIB.

Sasmita, M. (2015). Asuhan kebidanan pada Ny. A umur 25 tahun P 2A0 6-8 jam
postpartum di bps desy andriani bandar lampung tahun 2015 [karya tulis ilmiah].
Lampung: Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.

Sastroasmoro, S & Ismael S. (2014). Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis.


Jakarta: Sagung Seto.

Setyarini, I, et. al. (2016). Hubungan Antara Usia Menikah dengan Kejadian Ca
Serviks di BKIA RSUUSD Gambiran Kota Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan. 5(1),
28-33. http://ejurnaladhkdr.com/. Diperoleh tanggal 09 Maret 2017 pukul 15:15
WIB.

Silalahi, N. (2014). Pengaruh pola asuh keluarga terhadap prestasi belajar siswa/i
kelas xi di sma negeri 2 rantau selatan kecamatan rantau selatan kabupaten
labuhan batu 2013 [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Tidak
dipublikasikan.

Soeliongan, S, et. al. (2013). Pola Bakteri pada Penderita Infeksi Saluran Kemih di
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik.
http://portalgaruda.org/. Diperoleh pada tanggal 09 Maret 2017 pukul 10:30
WIB.

Sondakh, A, et. al. (2014). Hubungan Pengetahuan Tentang Kebersihan Perineal


dengan Kejadian Keputihan Pada Siswa Putri di SMA Negeri 1 Pineleng. Jurnal
Keperawatan. 2(2), 1-7. http//ejournal.unsrat.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 27
Januari 2017 pukul 14:00 WIB.

Sugiyanto, P. (2015). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku prososial siswa
kelas v sd se gugus 2 kecamatan pengasih kabupaten kulon progo tahun ajaran
2014/2015 [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

xxv
Sulistyowati, M dan Widyastuti, I. (2017). Model Konseptual Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Berwirausaha (Pendekatan Role Model Theory).
Probank: Jurnal Ekonomi dan Perbankan. 2(1): 25-38. http://e-journal.stie-
aub.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 13 Juni 2017 pukul 00:35 WIB.

Supatmi & Adyani A. (2015). Tindakan Personal Hygiene (Vulva Hygiene) Saat
Menstruasi pada Siswi SMP Muhammadiyah X Surabaya. UM Surabaya
Journal. http://journal.um-surabaya.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Januari
2017 pukul 21:05 WIB.

Suryati. (2012). Perilaku Kebersihan Saat Menstruasi. Jurnal Health Quality. 3(1),
54-65. http://www.poltekkesjakarta1.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 13 Januari
2017 pukul 12:45 WIB.

Suseno, D. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Toilet Training
dengan Kemandirian Anak Usia Pra-Sekolah di TK Aisyiyah Mendungan
Sukoharjo. Jurnal Komunikasi Kesehatan Edisi 4. 3(1): 1-7. http://e-
journal.akbid-purworejo.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 20 Juli 2017 pukul 08:40
WIB.

Susila & Suyanto. (2014). Metodelogi penelitian cross sectional kedokteran dan
kesehatan. Klaten: Bossscript.

Swarjana, K. (2015). Metodelogi penelitian kesehatan [edisi revisi]. Yogyakarta:


Penerbit Andi.

Tarwoto, et. al. (2011). Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media.

Timbawa, S, et. al. (2015). Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi
Luka Perineum pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp). 3(2). http://ejournal.unsrat.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 30 Maret 2017 pukul 00:45 WIB.

Triyani, R & Sulistiani, A. (2013). Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina dengan


Kejadian Keputihan pada Remaja Putri. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan.
4(1), 1-11. http://ojs.akbidylpp.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 13 Februari 2017
pukul 17:20 WIB.

Wahyuni, S & Suparti S. (2015). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswi


Tingkat I Tentang Vulva Hygiene di AKBID Mamba’ul ‘Ulum Surakarta Tahun
2015. Jurnal Kebidanan Indonesia. 6(2), 117-130. http://jurnal.akbid-mu.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 29 Januari 2017 pukul 20:00 WIB.
Wakhidah, U & Wijayanti. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Infeksi Genitalia Eksterna dengan Perilaku Vulva Hygiene Kelas XI di
MAN 1 Surakarta. Jurnal Kebidanan. 6(1), 33-42. http://journal.stikesub.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 13 Januari 2017 pukul 12:00 WIB.

Waruwu, K, et. al. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Ibu
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. Journal Universitas
Airlangga. 3(1): 43-51. http://journal.unair.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 09 Juni
2017 pukul 01:50 WIB.

Wijayaningsih, S. (2013). Penuntun praktis asuhan keperawatan komunitas. Jakarta:


Trans Info Media.

xxvii
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

Kuesioner

Inisial : ..........
Kelas : ..........
Usia : .......... tahun
Usia Pertama Kali Menstruasi : .......... tahun
Usia Ibu : .......... tahun
Pendidikan Terakhir Ibu : ..........
Pekerjaan Ibu : ..........
Penghasilan Orang Tua : Rp ................. /bulan
No. Hp : ......................
Alamat Lengkap : ...................................................................................
....................................................................................
....................................................................................

Petunjuk Pengerjaan:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan baik dan teliti sebelum Anda
menjawabnya.
2. Apapun jawaban Anda tidak akan mempengaruhi nilai mata pelajaran maupun
raport Anda di sekolah. Kerahasiaan jawaban sangat terjamin. Maka dari itu, Anda
diharapkan untuk tidak mencontek jawaban dari teman dan memilih jawaban yang
benar-benar berdasarkan pendapat, kondisi dan pengalaman Anda sendiri.
SELAMAT MENGERJAKAN

A. Berilah tanda checklist () pada salah satu jawaban berdasarkan pengalaman Anda
pada kotak yang telah disediakan dengan pilihan jawaban:
Y: Ya T: Tidak
No. Pernyataan Y T
Apakah Anda berusaha untuk menjaga kebersihan daerah
1.
kewanitaan?
Apakah Anda mencuci tangan dulu sebelum membasuh alat
2.
kelamin?
3. Apakah Anda mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari?
Apakah Anda segera mengganti celana dalam ketika tercium
4.
bau tidak sedap atau terasa becek?
Apakah Anda segera mengganti celana dalam yang basah
5.
terkena air setelah BAB/BAK?
Apakah Anda menggunakan tisu atau handuk khusus untuk
6.
mengeringkan organ kewanitaan setelah BAB/BAK?
7. Apakah Anda menggunakan pembalut yang mengandung gel?
Apakah Anda segera mengganti celana dalam yang terkena
8.
darah saat menstruasi?
Apakah Anda mandi satu kali sehari di hari libur ketika sedang
9.
menstruasi?
10. Apakah Anda mengganti pembalut minimal 3 kali sehari?
Apakah Anda mencuci bersih pembalut yang telah digunakan
11.
sebelum dibuang?
Apakah Anda membuang pembalut yang telah digunakan
12.
langsung ke dalam kloset atau saluran air?
Apakah Anda tidak mengganti pembalut ketika darah
13.
menstruasi yang keluar hanya sedikit?
Apakah Anda menggunakan feminime hygiene, seperti resik
14.
daun sirih?
Apakah Anda menggunakan feminie hygiene satu minggu
15.
sekali?
Apakah Anda menggunakan sabun mandi untuk membersihkan
16.
vagina ketika BAK atau mandi?
17. Apakah Anda membasuh vagina dari depan ke belakang?
18. Apakah Anda menabur bedak ke alat kelamin?
19. Apakah Anda mencukur sebagian rambut di area kelamin?
Apakah Anda tetap menggunakan air yang kotor untuk
20. membasuh vagina ketika tidak bisa menahan hasrat untuk
BAK/BAB ?

SELESAI
TERIMA KASIH
LAMPIRAN 2
Kuesioner

Inisial : ..........
Kelas : ..........
Usia : .......... tahun
Usia Pertama Kali Menstruasi : .......... tahun
Usia Ibu : .......... tahun
Pendidikan Terakhir Ibu : ..........
Pekerjaan Ibu : ..........
Penghasilan Orang Tua : Rp ................. /bulan
No. Hp : ......................
Alamat Lengkap : ...................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
Petunjuk Pengerjaan:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan baik dan teliti sebelum Ibu menjawabnya.
2. Apapun jawaban Ibu tidak akan mempengaruhi nilai mata pelajaran maupun
raport anak Ibu di sekolah. Kerahasiaan jawaban sangat terjamin.
SELAMAT MENGERJAKAN

A. Pengetahuan Ibu
Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut Ibu paling tepat dan
sesuai.

1. Apakah Ibu pernah mendapatkan informasi mengenai kebersihan daerah


kewanitaan sebelumnya?
a. Ya (1)
b. Tidak (0)
*jika tidak, abaikan pertanyaan ke-2 dan ke-3

2. Jika ya, dari mana Ibu mendapatkan informasi tersebut?


a. Media cetak (majalah, koran, pamflet, leaflet, dll) (1)
b. Media elektronik (televisi, radio, handphone) (1)
c. Tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, kader posyandu, mengikuti
seminar / penyuluhan tentang kesehatan) (1)
d. Keluarga dan orang disekitar, termasuk orang yang menjual alat-alat
kesehatan (1)
*jawaban boleh lebih dari satu

3. Apa yang Ibu lakukan setelah Ibu melihat atau mendapatkan informasi
tersebut?
a. Saya memberitahu orang-orang yang ada disekitar saya, termasuk anak
perempuan saya (3)
b. Saya hanya memberi tahu anak saya (2)
c. Saya mendiamkannya saja (1)

4. Tindakan membersihkan daerah kewanitaan disebut....


a. Vulva hygiene (4)
b. Hand hygiene (3)
c. Oral hygiene (2)
d. Eye hygiene (1)

5. Tujuan utama menjaga kebersihan daerah kewanitaan adalah....


a. Agar harum (1)
b. Agar tidak gatal (3)
c. Agar tidak kering (2)
d. Mencegah infeksi (4)

6. Bila tidak menjaga kebersihan daerah kewanitaan, akan beresiko terkena....


a. Infeksi saluran kemih (3)
b. Infeksi vagina (4)
c. Infeksi anus (2)
d. Ambeien (1)

7. Tanda infeksi pada vagina adalah....


a. Diare (1)
b. Nyeri BAB (2)
c. Gatal dan bau (4)
d. Nyeri berkemih (3)

8. Tanda-tanda keputihan yang normal adalah....


a. Berwarna bening dan tidak berbau (4)
b. Berwarna kekuningan dan banyak (2)
c. Gatal dan berwarna kekuningan (1)
d. Berbau amis dan tidak gatal (3)

9. Keputihan yang tidak normal adalah keputihan yang....


a. Gatal dan nyeri (4)
b. Berbau dan tidak gatal (3)
c. Berwarna bening dan banyak (2)
d. Tidak berbau dan berwarna bening (1)

10. Mengganti pembalut pada saat menstruasi dilakukan setiap ... jam sekali.
a. 1 (1)
b. 2 (2)
c. 3 (3)
d. 4 (4)

11. Bila tidak sering mengganti pembalut saat menstruasi akan menyebabkan....
a. Bakteri mati saat berada di vagina (3)
b. Bakteri tidak akan berkembang biak di vagina (1)
c. Bakteri mudah berkembang biak di dalam vagina (4)
d. Bakteri baik melawan bakteri jahat sehingga tidak menyebabkan infeksi (2)

12. Yang tidak boleh dilakukan agar daerah kewanitaan tetap sehat dan bersih
adalah....
a. Memakai celana yang ketat (4)

xix
b. Mencukur sebagian rambut kemaluan (3)
c. Mengganti celana dalam ketika terasa basah (2)
d. Mengeringkan vagina dengan handuk khusus (1)

13. Arah yang benar saat membasuh vagina adalah....


a. Depan ke belakang (4)
b. Belakang ke depan (3)
c. Kiri ke kanan (2)
d. Zig-zag (1)

14. Cara menjaga kebersihan daerah kewanitaan agar terhindar dari kelembaban
adalah....
a. Mencukur sebagian rambut kemaluan (4)
b. Menyemprotkan parfum ke dalam vagina (2)
c. Tidak mengganti celana dalam yang basah (1)
d. Mengganti celana dalam maksimal 2 kali sehari (3)

15. Tindakan yang salah dalam menjaga daerah kewanitaan agar tetap sehat dan
bersih adalah....
a. Mencukur rambut kemaluan (3)
b. Menabur bedak ke alat kelamin (4)
c. Mengganti celana dalam 2 kali sehari (1)
d. Mandi 2 kali sehari ketika menstruasi (2)

16. Penggunaan pembalut sebaiknya yang bersifat....


a. Tidak terlalu merekat pada celana dalam (2)
b. Mampu menyerap dengan baik (4)
c. Mengandung parfum atau gel (3)
d. Berbahan sedikit keras (1)
B. Peran Ibu
Berilah tanda checklist () pada salah satu jawaban berdasarkan pengalaman Ibu
pada kotak yang telah disediakan dengan pilihan jawaban:
Y: Ya T: Tidak

No. Pernyataan Y T
Saya memberitahu anak saya bahwa menstruasi adalah tanda ia
1.
telah dewasa
Saya memberitahu anak saya bahwa salah satu tanda pubertas
2. pada wanita adalah tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan dan
ketiak
Saya memberitahu anak saya bahwa ia harus menjaga kebersihan
3.
organ reproduksinya
Saya memberitahu anak saya bahwa kebersihan organ reproduksi
4.
berfungsi untuk mencegah infeksi
Saya memberitahu anak saya untuk membasuh vagina dari arah
5. depan ke belakang menggunakan air bersih setelah BAK, BAB
dan mandi
Saya memberitahu anak saya untuk mengganti celana dalam
6.
minimal 2 kali sehari
Saya mengajarkan anak saya untuk menggunakan kain sebelum
7.
menggunakan pembalut ketika menstruasi
Saya memberitahu anak saya untuk tidak memakai celana yang
8.
terlalu ketat
Saya mengajarkan anak saya untuk menggunakan handuk atau
9.
tisu untuk mengeringkan organ kewanitaan setelah BAB/BAK
Saya memberitahu anak saya untuk tidak menyemprotkan
10.
parfum ke vagina
Saya memberikan contoh bagaimana cara memasang pembalut
11.
yang benar ketika anak saya mendapat menstruasi pertama
Saya mengajarkan anak saya bagaimana cara mencukur rambut
12.
kemaluan
Saya membungkus pembalut bekas pakai dengan kantong plastik
13.
atau koran/kertas bekas sebelum dibuang ke tempat sampah
14. Saya membawa pembalut cadangan di dalam tas milik saya
Ketika sedang dalam perjalanan jauh, saya menyempatkan diri
15.
untuk mengganti celana dalam karena tidak sempat mandi
Saya menggunakan kain sebelum menggunakan pembalut ketika
16.
menstruasi
17. Saya mandi minimal 2 kali sehari ketika menstruasi
18. Saya menggunakan pantyliner ketika mengalami keputihan
Saya menggunakan feminine hygiene, seperti resik daun sirih
19.
manjakani
20. Saya membawa tisu ketika masuk ke dalam toilet untuk

xxi
BAB/BAK
Ketika kami hanya berdua saja, saya memberitahu anak saya cara
21.
menjaga dan merawat kebersihan organ reproduksi
Jika anak saya bertanya bagaimana cara merawat dan menjaga
22.
organ reproduksi yang benar, saya akan menjawab seperlunya
Saya menyarankan anak saya menggunakan air rebusan daun
23. sirih untuk mengurangi rasa gatal ketika ia sedang mengalami
keputihan
Saya menyarankan untuk memakai pantyliner ketika anak saya
24.
mengeluh bahwa keputihan yang ia alami begitu banyak
Saya menegur anak saya jika tahu ia tidak mengganti pembalut
25.
selama seharian atau lebih dari 4 jam
Saya menegur anak saya jika ia membuang pembalut bekas pakai
26.
ke dalam kloset
Saya menegur anak saya jika ia langsung membuang pembalut
27. bekas pakai tanpa membungkusnya menggunakan kantong
plastik atau koran/kertas bekas
Saya menegur anak saya jika kukunya panjang dengan alasan
28.
agar vagina tidak luka ketika dibasuh
Saya menegur anak saya jika ia mandi hanya satu kali sehari di
29.
hari libur ketika sedang menstruasi
Saya mengingatkan anak saya untuk membawa pembalut
30.
cadangan ketika ia sedang menstruasi

C. Pola Asuh Ibu


No. Pernyataan Y T
Bila anak Ibu bertanya kenapa ia harus melakukan sesuatu,
1. apakah Ibu menjawab karena Ibu yang menginginkannya, Ibu
adalah orang tua Anda, atau karena Ibu yang menyuruhnya?
Apakah Ibu menghukum anak Ibu dengan mengurangi
2. kebebasannya (misalnya memotong uang saku atau melarang
mengunjungi teman)?
Apakah Ibu berteriak/menghardik bila tidak setuju dengan
3.
kelakuan anak Ibu?
4. Apakah Ibu marah-marah kepada anak Ibu?
Apakah Ibu mencubit atau memukul anak Ibu jika tidak suka
5.
dengan apa yang ia lakukan atau yang ia katakan?
Apakah Ibu mengkritik anak Ibu agar ia memperbaiki
6.
kelakuannya?
Apakah Ibu menggunakan ancaman sebagai bentuk hukuman
7.
dengan sedikit atau tanpa pertimbangan?
Apakah Ibu mencoba mengubah sikap anak Ibu yang tidak sesuai
8.
dengan keinginan Ibu?
9. Apakah Ibu mengingatkan anak Ibu bahwa Ibu adalah orang
tuanya agar ia menuruti perintah Ibu?
Apakah Ibu menunjukkan kelakuan anak Ibu yang tidak baik
10. sebelumnya untuk meyakinkannya agar tidak mengulanginya
kembali?
Apakah Ibu mengingatkan anak Ibu mengenai apa yang Ibu
11.
lakukan dan telah Ibu lakukan untuknya?
Apakah Ibu mempertimbangkan terlebih dahulu keinginan anak
12.
Ibu sebelum memintanya melakukan sesuatu?
Apakah Ibu menjelaskan pada anak Ibu bagaimana sikap Ibu
13.
tentang kelakuannya yang baik/buruk?
Apakah Ibu mendorong anak Ibu untuk berbicara mengenai
14.
perasaan dan masalah-masalah yang ia hadapi?
Apakah Ibu mendorong anak Ibu untuk menyatakan perasaan
15.
secara bebas, meskipun ia tidak setuju?
Apakah Ibu menghibur dan menunjukkan pengertian bila anak
16.
Ibu sedang bingung atau marah?
Apakah Ibu mempertimbangkan pilihan anak Ibu dalam
17.
merencanakan sesuatu untuk keluarga (misalnya liburan)?
Apakah Ibu meluangkan waktu serta suasana yang hangat dan
18.
akrab untuk anak Ibu?
Apakah perlakuan Ibu pada anak Ibu sama dengan anggota
19.
keluarga lainnya?
Apakah Ibu memuji kelebihan atau keunggulan yang dimiliki
20.
anak Ibu?
Apakah Ibu menjelaskan alasan-alasan Ibu dan apa yang Ibu
21.
harapkan?
Apakah Ibu menghargai pendapat anak Ibu dan mendorongnya
22.
untuk mengutarakannya?
Apakah Ibu tidak mempermasalahkan kelakuan anak Ibu yang
23.
baik/buruk?
Apakah Ibu tidak menerapkan jam pulang ketika anak Ibu pergi
24.
keluar?
25. Apakah Ibu tidak pernah menolak permintaan anak Ibu?
Apakah Ibu membela anak Ibu walaupun beliau tidak
26.
mengetahui duduk permasalahannya?
Apakah Ibu mengambil alih dan membereskan masalah yang
27.
anak Ibu hadapi?
Apakah Ibu tidak menuntut anak Ibu melakukan apa yang Ibu
28.
inginkan?
29. Apakah Ibu menyiapkan semua kebutuhan anak Ibu?
30. Apakah Ibu mencuci pakaian dalam anak Ibu?
Apakah Ibu tidak membiarkan anak Ibu melakukan pekerjaan
31.
rumah tangga?
32. Apakah Ibu tidak akan marah walaupun anak Ibu telah

xxiii
melakukan kesalahan?
33. Apakah Ibu mengantar-jemput anak Ibu kemanapun ia pergi?

TERIMA KASIH
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI
27
LAMPIRAN 5

Tabel Hasil Validitas Kuesioner

1. Kuesioner Vulva Hygiene


No. Item Nilai Keterangan
Item 1 0,697 Valid
Item 2 0,529 Valid
Item 3 0,480 Valid
Item 4 0,574 Valid
Item 5 0,697 Valid
Item 6 0,521 Valid
Item 7 0,529 Valid
Item 8 0,582 Valid
Item 9 0,697 Valid
Item 10 0,541 Valid
Item 11 0,529 Valid
Item 12 0,521 Valid
Item 13 0,697 Valid
Item 14 0,582 Valid
Item 15 0,521 Valid
Item 16 0,574 Valid
Item 17 0,697 Valid
Item 18 0,529 Valid
Item 19 0,480 Valid
Item 20 0,582 Valid

2. Kuesioner Peran Ibu


No. Item Nilai Keterangan
Item 1 0,600 Valid
Item 2 0,366 Valid
Item 3 0,454 Valid
Item 4 0,559 Valid
Item 5 0,533 Valid
Item 6 0,549 Valid
Item 7 0,684 Valid
Item 8 0,667 Valid
Item 9 0,555 Valid
Item 10 0,602 Valid
Item 11 0,538 Valid
Item 12 0,684 Valid
Item 13 0,478 Valid
Item 14 0,397 Valid
Item 15 0,549 Valid
Item 16 0,684 Valid
Item 17 0,466 Valid
Item 18 0,515 Valid
Item 19 0,515 Valid
Item 20 0,684 Valid
Item 21 0,667 Valid
Item 22 0,684 Valid
Item 23 0,478 Valid
Item 24 0,549 Valid
Item 25 0,494 Valid
Item 26 0,515 Valid
Item 27 0,515 Valid
Item 28 0,600 Valid
Item 29 0,366 Valid
Item 30 0,454 Valid

3. Kuesioner Pola Asuh Ibu


No. Item Nilai Keterangan
Item 1 0,361 Valid
Item 2 0,529 Valid
Item 3 0,548 Valid
Item 4 0,412 Valid
Item 5 0,673 Valid
Item 6 0,572 Valid
Item 7 0,412 Valid
Item 8 0,529 Valid
Item 9 0,361 Valid
Item 10 0,412 Valid
Item 11 0,500 Valid
Item 12 0,361 Valid
Item 13 0,529 Valid
Item 14 0,572 Valid
Item 15 0,673 Valid
Item 16 0,548 Valid
Item 17 0,412 Valid
Item 18 0,500 Valid
Item 19 0,379 Valid
Item 20 0,361 Valid
Item 21 0,673 Valid
Item 22 0,572 Valid
Item 23 0,500 Valid
Item 24 0,412 Valid
Item 25 0,548 Valid
Item 26 0,529 Valid
Item 27 0,412 Valid
Item 28 0,500 Valid
Item 29 0,412 Valid
Item 30 0,361 Valid
Item 31 0,548 Valid
Item 32 0,529 Valid
Item 33 0,361 Valid

4. Kuesioner Pengetahuan Ibu


No. Item Nilai Keterangan
Item 4 0,629 Valid
Item 5 0,453 Valid
Item 6 0,545 Valid
Item 7 0,477 Valid
Item 8 0,674 Valid
Item 9 0,500 Valid
Item 10 0,629 Valid
Item 11 0,725 Valid
Item 12 0,386 Valid
Item 13 0,497 Valid
Item 14 0,674 Valid
Item 15 0,453 Valid
Item 16 0,595 Valid

31
LAMIRAN 5

BAB I

BAB II
33
BAB III
BAB IV

35
BAB V
LAMPIRAN 13
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Tri Anggraini


NIM : 04021281320011
Judul Skripsi : Hubungan Antara Peran Ibu dengan Perilaku Vulva Hygiene
pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya
Pembimbing 1 : Ns. Arie Kusuma Ningrum, M. Kep., Sp., An.
Pembimbing 2 : Ns. Nurna Ningsih, S. Kp., M. Kes.

Tanda
No. Tanggal Uraian Kegiatan/Bimbingan
Tangan

1. 27 Januari 2017 Konsultasi judul


2. 30 Januari 2017 Konsultasi judul
3. 01 Februari 2017 Konsultasi judul
4. 04 Februari 2017 ACC judul, lanjut bab 1
5. 08 Februari 2017 Perubahan judul
6. 10 Februari 2017 Menjelaskan peran Ibu secara lebih spesifik
lagi pada penelitian terkait yang digunakan,
peran Ibu terkait perineal hygiene belum
diketahui di sub bab latar belakang,
menambahkan hubungan antara perineal
hygiene dengan ca serviks
7. 17 Februari 2017 Menambahkan data-data penelitian terkait
peran Ibu dalam perineal hygiene dan perilaku
perineal hygiene remaja, masalah sehingga
perlu dilakukan penelitian terkait judul tersebut
dalam latar belakang belum tajam
8. 22 Februari 2017 Mengganti font huruf pada judul bab dan sub
bab menjadi times new roman, menambahkan
data untuk mendukung pernyataan bahwa
masalah reproduksi yang paling sering dialami
oleh remaja putri adalah masalah personal
hygiene, mengganti kutipan langsung menjadi
tidak langsung, menambahkan sumber pada
atsar yang digunakan dalam penelitian,
menambahkan substansi/konten perineal
hygiene dari peran Ibu, daftar pustaka belum
sesuai dengan panduan, lanjut bab 2 dan bab 3
9. 02 Maret 2017 Menambahkan teori terkait perineal hygiene
dan peran Ibu, melampirkan kuesioner,
kerangka teori masih belum menunjukkan
koneksi dengan beberapa variabel, variabel
perilaku perineal hygiene yang akan diteliti
pada definisi operasional apakah digabung atau
dijelaskan satu persatu
10. 08 Maret 2017 Perubahan judul karena kurangnya teori terkait
perineal hygiene menjadi vulva hygiene
11. 13 Maret 2017 Numbering sesuai panduan, uraikan dan
kaitkan variabel vulva hygiene dengan variabel
peran Ibu pada kerangka teori
12. 18 Maret 2017 Menguraikan tujuan khusus menjadi
pervariabel yang diteliti, menambahkan
dampak tidak melakukan vulva hygiene pada
kerangka teori, menambahkan sumber pada
kerangka teori, menyesuaikan hipotesis
penelitian dengan tujuan khusus, membuat
hasil ukur menajdi 2 kategori
13. 27 Maret 2017 Menggabungkan tujuan khusus per 3 variabel
yang diteliti, menambahkan teori terkait
variabel perancu pada bab 2, menambahkan
kuesioner pola asuh untuk mengontrol variabel
perancu, menambahkan coding pada hasil
ukur, menyelipkan kisi-kisi kuesioner pada sub
bab data primer, membuat tabel jenis analisis
data yang digunakan pada setiap variabel
14. 03 April 2017 ACC bab 1 dan bab 2
15. 10 April 2017 ACC seminar proposal
16. 12 Mei 2017 Perubahan judul atas saran penguji 1
17. 05 Juni 2017 Kolom validitas diletakkan dalam lampiran,
penambahan cara mengambil proporsi sampel
dan teknik pengambilan sampel dengan
random sampling dalam sub bagian sampel,
cara membaca tabel hasil penelitian bivariat,
perbanyak isi pembahasan
18. 09 Juni 2017 Perbanyak isi pembahasan
19. 16 Juni 2017 ACC sidang
20. 19 Juli 2017 Memperketat kriteria inklusi untuk mengurangi
variabel confounding atas saran penguji 2,
perubahan jumlah sampel, ACC perbaikan

Indralaya, ................................. 2017


Pembimbing 1

(Ns. Arie Kusumaningrum, M. Kep., Sp., An.)

39
LAMPIRAN 13
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Tri Anggraini


NIM : 04021281320011
Judul Skripsi : Hubungan Antara Peran Ibu dengan Perilaku Vulva Hygiene
pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya
Pembimbing 1 : Ns. Arie Kusuma Ningrum, M. Kep., Sp., An.
Pembimbing 2 : Ns. Nurna Ningsih, S. Kp., M. Kes.

Tanda
No. Tanggal Uraian Kegiatan/Bimbingan
Tangan

1. 31 Januari 2017 Konsultasi judul


2. 11 Februari 2017 ACC judul, lanjut bab 1
3. 05 Maret 2017 Konsultasi penyusunan kerangka latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat
dan ruang lingkup penelitian
4. 27 Maret 2017 Perubahan judul
5. 11 April 2017 Revisi manfaat praktis penelitian, ruang
lingkup keperawatan, desain penelitian,
hipotesis penelitian cukup hipotesis penelitian
saja, menambahkan alasan penelitian memilih
tempat penelitian
6. 12 April 2017 ACC seminar proposal
7. 13 Mei 2017 Perubahan judul atas saran penguji 1
8. 09 Juni 2017 Menghapus semua kata “akan” pada bab 1
karena hal tersebut mencerminkan rancangan
penelitian, cara penulisan hasil penelitian, tabel
hasil distribusi frekuensi variabel confounding
diletakan pada lampiran
9. 19 Juni 2017 Penambahan lokasi penelitian dalam abstrak,
menambahkan jumlah sampel dan tanggal
penelitian dalam ruang lingkup, menyatakan
bahwa jumlah sampel sesuai dengan yang
direncanakan pada sub bab populasi dan
sampel, menambahkan jumlah responden pada
sub bab simpulan, menyesuaikan simpulan
dengan tujuan khusus, menambahkan
keterbatasan penelitian untuk sub bab saran
pada penelitian selanjutnya
10. 20 Juni 2017 ACC sidang
11. 20 Juli 2017 ACC perbaikan

Indralaya, ................................ 2017


Pembimbing 2

(Ns. Nurna Ningsih, S. Kp., M. Kes.)

41

Anda mungkin juga menyukai