SKRIPSI
Oleh:
TRI ANGGRAINI
04021281320011
SKRIPSI
Oleh:
TRI ANGGRAINI
04021281320011
NIM : 04021281320011
Dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan
tindakan plagiarisme, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang
Tri Anggraini
iii
v
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
ABSTRAK
Persepsi dan perilaku yang salah dalam melakukan vulva hygiene pada wanita salah
satunya dikarenakan kurangnya dukungan dari keluarga, khusunya Ibu saat ia masih
remaja. Ibu berperan penting dalam pembentukan karakter dan kebiasaan yang baik
pada anak melalui perannya sebagai pendidik, role model dan sahabat seharusnya
mampu untuk mengajarkan vulva hygiene pada anak dengan memberikan pemahaman
dan contoh yang benar cara melakukan vulva hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat
dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. Penelitian ini
merupakan penelitian survey analitik dengan desain penelitian cross-sectional.
Jumlah populasi sebanyak 123 orang responden yang terdiri dari Ibu dan anak dengan
sampel 54 orang responden yang ditentukan melalui random sampling. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner tertutup dan analisis data menggunakan chi square (α =
0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai
pendidik terhadap vulva hygiene anak dengan p-value 0,033 (α = 0,05), terdapat
hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene anak dengan p-
value 0,028 (α = 0,05) terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap
vulva hygiene anak dengan p-value 0,036 (α = 0,05) dan terdapat hubungan antara
status sosial ekonomi keluarga terhadap peran Ibu dengan p-value 0,030 (α = 0,05).
Artinya, terdapat hubungan antara peran Ibu sebagi pendidik, role model dan sahabat
dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya serta status sosial
ekonomi dengan peran Ibu. Hal ini dikarenakan Ibu berada pada usia madya, riwayat
pendidikan terakhir Ibu tinggi, tingkat pengetahuan Ibu baik dan orang tua
menerapkan pola asuh autoritatif. Diharapkan anak mampu menerapkan vulva
hygiene dengan benar dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapai derajat
kesehatan reproduksi remaja yang optimal.
Kata kunci: vulva hygiene, Ibu, peran Ibu sebagai pendidik, role model, sahabat, anak
Daftar Pustaka: 114 (2001-2017)
SRIWIJAYA UNIVERSITY
FACULTY OF MEDICINE
SCHOOL OF NURSING SCIENCE
ABSTRACT
Misperception and misbehavior in doing vulva hygiene in women one of them due to
lack of support from the family, especially mother when she was teenager. Mothers
play an important role in the formation of good character and habits in children
through their role as educators, role models and companions should be able to teach
vulva hygiene in children by providing a good understanding and example of how to
do vulva hygiene. This study aims to determine the relationship between the role of
mother as an educator, role models and friends with vulva hygiene in high school
students of SMA Negeri 1 Indralaya. This research is analytic survey research with
cross-sectional research design. The total population of 123 respondents consisting of
mother and children with a sample of 54 respondents determined through random
sampling. Data were collected using closed questionnaire and data analysis using chi
square (α=0,05). The result showed that there was a relation between mother role as
educator to child hygiene vulva with p-value 0,033 (α=0,05), there is relation
between mother role as role model to child hygiene vulva with p-value 0,028
(α=0,05), there is relation between mother role as friend to child hygiene vulva with
p-value 0,036 (α=0,05) and there is relation between sosio-economic status of the
family to mother roles with p-value 0,030 (α=0,05). That result means that, there is a
relationship between the role of mother as an educator, role models and friends with
vulva hygiene in high school students of SMA Negeri 1 Indralaya and sosio-economic
status with mother roles. This is because the mother is in middle age, the last
education history of mother is high, the level of knowledge of mother is good and
parents of respondents who are earning aplied autoritative parenting. It is expected
that children are able to apply vulva hygiene properly in their daily life so as to
achieve optimum adolescent reproductive health.
Keywords: vulva hygiene, mother, role of mother as educator, role model, friend,
child
Refferences: 114 (2001-2017)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Allah SWT. mencintai pekerjaan yang apabila bekerja, ia menyelesaikannya dengan baik (HR.
Thabrani).”
“Do the best and pray, God will take care of the rest.”
Persembahan:
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan nikmat dan
rahmat-Nya serta setitik perjuangan atas izin-Nya, maka aku persembahkan skripsi ini:
1. Untuk kedua orangtuaku, Bapak (Bambang Sumiarsa) dan Ibu (Rita Sulawati, S. Pd.) yang
sangat aku banggakan, yang tiada hentinya memberikan doa, dukungan moril dan materil disetiap
langkahku.
2. Untuk saudara laki-lakiku, Firmansyah yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama
3. Untuk pembimbingku, Ibu Ns. Arie Kusumaningrum, M.Kep., Sp. Kep. An. dan Ibu Ns.
Nurna Ningsih, M.Kes., terima kasih atas bimbingan, saran dan nasihatnya sehingga aku dapat
4. Untuk pengujiku, Bapak Ns. Sigit Purwanto, M.Kes. dan Ibu Ns. Jum Natisba, M. Kep., Sp.
Kep. Mat., terima kasih atas saran dan nasihatnya dalam membuat laporan tugas akhir ini menjadi
lebih baik.
5. Untuk pembimbing akademikku, Ibu Ns. Putri Widita Muharyani, M. Kep., terima kasih atas
6. Untuk semua dosen pendidik dan staf yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat untukku.
7. Untuk sahabat-sahabat terbaikku (Astie, Fichia, Anggita, Lety, Desi, Berly, Anggun, Fanny,
Farah, Nia, Resi, Nanda, Dina, Rosa) yang selalu memberikan semangat, masukan, hiburan dan
8. Untuk semua teman-teman satu angkatan 2013 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi.
terima kasih atas pengalaman yang sangat berharga selama menjadi bagian dari organisasi ini.
10. Untuk Almamater dan kampus PSIK FK UNSRI, terima kasih atas ilmu yang sangat
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
“Hubungan Pola Asuh dan Kesiapan Anak dengan Keberhasilan Toilet training pada
dorongan dari berbagai pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung, baik
berupa moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
1. Ibu Ns. Hikayati, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
2. Ibu Ns. Arie Kusumaningrum, M. Kep., Sp. Kep. An. selaku pembimbing 1
3. Ibu Ns. Nurna Ningsih, M.Kes., selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
penyusunan skripsi.
4. Bapak Ns. Sigit Purwanto, M. Kes., selaku penguji 1 yang telah bersedia
penyusunan skripsi.
5. Ibu Ns. Jum Natosba, M. Kep., Sp. Kep. Mat., selaku penguji 2 yang telah
skripsi.
7. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi yang telah memberikan izin peneliti dalam
melaksanakan penelitian.
8. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Indralaya yang telah memberikan data dan
informasi sebagai bahan studi pendahuluan dan telah memberikan izin peneliti
kekurangan baik teknik penulisan maupun isinya. Hal ini karena keterbatasan
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, terkhususnya dapat diperbaiki
Tri Anggraini
xi
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................... i
Surat Pernyataan...................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan Sidang Skripsi ........................................................................ iii
Lembar Pengesahan ................................................................................................ iv
Abstrak .................................................................................................................... v
Abstract ................................................................................................................... vi
Halaman Persembahan ............................................................................................ vii
Kata Pengantar ........................................................................................................ ix
Daftar Isi.................................................................................................................. xi
Daftar Tabel ............................................................................................................ xiii
Daftar Skema........................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ...................................................................................................... xv
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................. xvi
Bab 1 Pendahuluan.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ........................................................................................... 8
2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8
D. Manfaat .......................................................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis........................................................................................ 9
2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 10
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Anak
2. Kuesioner Ibu
3. Dokumentasi
4. Tabel Hasil Validitas Kuesioner
5. Lembar Plagiarisme
6. Lembar Permohonan Menjadi Responden
7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
8. Surat Studi Pendahuluan
9. Surat Uji Validitas/Kuesioner
10. Surat Izin Penelitian
11. Surat Balasan Penelitian
12. Jadwal dan Timeline Kegiatan Penelitian
13. Lembar Konsultasi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri
Nama : Tri Anggraini
Tempat Tanggal Lahir : Megang Sakti, 23 April 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pematang Jaya Gang Sido Mulyo Rt. 10 No. 35 Kel.
Sidorejo Kec. Lubulinggau Barat 2 Lubuklinggau
Orang Tua
Ayah : Bambang Sumiarsa
Ibu : Rita Sulawati, S. Pd.
Saudara : Firmansyah
No. HP : 081995823663
Email : chece1323@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Tahun 1999 – 2001 : TK Islam Al Hikmah Megang Sakti
Tahun 2001 – 2007 : SD Negeri 10 Lubuklinggau
SD Negeri 17 Lubuklinggau
Tahun 2007 – 2010 : SMP Negeri 1 Lubuklinggau
Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri 5 Lubuklinggau
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah tahap antara masa kanak-kanak menuju dewasa karena
pada masa ini memperlihatkan awal dari masa pubertas menuju masa kematangan
seksual (Marpaung & Setiawan, 2012). Monks, et. al (2006) dikutip Munawaroh
global berlangsung antara 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12–15 tahun
adalah remaja awal, usia 15–18 tahun adalah remaja pertengahan, dan usia 18–21
tahun adalah remaja akhir. Remaja mulai mengalami berbagai perubahan badan,
Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh remaja adalah masalah
personal hygiene, terutama pada remaja perempuan (Lestari & Anjarwati, 2015).
dikarenakan memiliki 3 saluran utama, yaitu saluran uretra, saluran vagina, dan
anus yang berhubungan langsung dengan daerah luar. Tidak seperti pada laki-laki
yang memiliki saluran uretra yang lebih panjang, saluran uretra yang pendek pada
perempuan akan meningkatkan resiko penyakit infeksi saluran kemih (ISK) bila
tidak melakukan personal hygiene dengan tepat. Kebersihan dan kesehatan organ
reproduksi sudah sewajarnya membutuhkan perhatian yang lebih agar mampu
serta menciptakan keindahan. Vulva hygiene merupakan salah satu bagian dari
personal hygiene selain kebersihan badan, tangan, kulit/kuku gigi dan rambut.
buruk ketika membersihkan daerah vulva dan vagina saat Buang Air Besar (BAB)
atau Buang Air Kecil (BAK) menggunakan air yang tidak bersih dan salah arah
berlebihan, memakai celana yang ketat dan tidak menyerap keringat, jarang
mengganti celana dalam serta jarang mengganti pembalut ketika menstruasi, sering
membersihkan alat kelamin menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih yang
parfum di dalam vagina dapat menjadi pencetus keputihan yang disebabkan oleh
infeksi, benda asing, tumor, ataupun flora normal (Burhani, 2012; Ratna, 2010).
dengan benar dan kurangnya pemahaman untuk mengeringkan daerah vulva dan
vagina menggunakan handuk khusus setelah BAB dan BAK juga dapat menjadi
pencetus timbulnya rasa gatal dan tidak nyaman di daerah kemaluan karena celana
yang basah terkena air. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa, et. al
(2012) di SMA Negeri 9 Semarang bahwa 48% siswi menjawab salah untuk
3
dan 49,2% siswa menjawab salah untuk pernyataan ketika memakai sabun harus
Cholis (2016) menyebutkan bahwa dalam agama Islam juga telah ada
rambut kemaluan, sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a:
“Lima hal yang termasuk fitrah yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan,
secara rutin tidak lebih dari 40 hari, sesuai dengan hadits yang diceritakan oleh
bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan agar tidak dibiarkan lebih dari
seperti keputihan, infeksi saluran kemih, penyakit radang panggul (PRP) dan
kemungkinan terjadi kanker leher lahim (Ca Serviks). Berdasarkan data statistika
Indonesia tahun 2008, didapatkan bahwa terdapat 43,3 juta jiwa remaja berusia
2008).
hingga 25%, untuk kedua kalinya sebanyak 30 hingga 35% dan untuk yang ketiga
SMA Negeri 1 Pineleng pada tahun 2014, didapatkan bahwa 55 (93,2%) siswi
2014).
Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai paling tidak
saat usia remaja (Supatmi & Asta, 2015). Remaja harus dipersiapkan baik
sehat (WHO, 1995 dikutip Supatmi & Asta, 2015). Hasil survei yang dilakukan
oleh WHO di beberapa negara memperlihatkan adanya informasi yang baik dan
benar dapat menurunkan permasalahan reproduksi pada remaja (Sari, et. al, 2013).
Kurangnya pengetahuan remaja putri tersebut tidak lepas dari peran orang tua.
Beberapa orang tua kurang memahami tentang kesehatan reproduksi dan ada juga
orang tua yang bersikap malu serta menghindari untuk melakukan percakapan
BKKBN (2014) menyatakan bahwa perlu ditekankan pada orang tua untuk
kepada anak-anaknya agar anak tidak mencaritahu sendiri sehingga anak dapat
5
dikontrol oleh orang tua (Herman, 2014). Kartono (2006) dikutip Farid (2012)
juga mengungkapkan bahwa pendidikan sejak dini paling utama dimulai dari
orang tua itu sendiri, terutama Ibu sehingga dapat disimpulkan bahwa peran untuk
mengajarkan vulva hygiene pada anak perempuan sebaiknya diberikan pada Ibu.
karena Ibu merupakan salah satu sumber informasi untuk anak-anaknya. Ibu yang
memiliki keterkaitan batin yang kuat pada seorang anak juga akan mempermudah
transfer pengetahuan dan ilmu dari orang tua ke anak (Karomah, 2013). Mengutip
(2015) tentang teman diskusi mengenai kesehatan reproduksi remaja usia 15–19
menyukai sumber informasi berasal dari Ibu, tenaga kesehatan dan guru. Ibu
saja sampai anak benar-benar mengerti apa yang dimaksud (Dianawati, 2010).
Sebaiknya Ibu lebih mengutamakan suatu komunikasi yang efektif untuk dapat
menjelaskan dengan baik pada anak mengenai informasi yang akan ia berikan
(Astutik, et. al, 2016). Kusmiran (2011) mengatakan bahwa bila komunikasi yang
bersifat dialogis antara orang tua dan anak kurang terjalin, maka akan
menyebabkan remaja mencari informasi yang tidak benar. Cicilia (2009) dikutip
Atsani (2015) juga mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan Ibu, informasi
yang dimiliki baik dari media maupun lingkungan mendukung, serta banyaknya
pengalaman Ibu yang baik akan membuat Ibu mampu memberikan peran yang
hubungan dengan hygiene yang baik pada anak ketika menstruasi (56,67%),
karena siswa belajar tentang perubahan fisik pada masa pubertas dari orang tua
atau Ibu, tetapi tidak semua Ibu memberikan informasi yang memadai kepada
bersumber dari orang tua dengan masing-masing nilai 70% dan 63,3%, sehingga
dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah sumber informasi yang paling efektif
tentang kesehatan reproduksi bagi remaja. Ibu dianjurkan untuk dapat memberikan
keterangan spesifik yang sederhana mengenai vulva hygiene kepada anak, seperti
bagaimana arah yang benar ketika membersihkan daerah vulva dan vagina setelah
BAB atau BAK dan mengeringkannya menggunakan tisu atau handuk khusus
sampai 3 kali sehari atau setiap 4 jam sekali ketika menstruasi, memakai celana
dalam yang terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, atau memberitahu
bersifat komunikatif mengenai vulva hygiene, Ibu yang juga berperan sebagai
panutan atau role model bagi anak-anaknya dianjurkan untuk memberikan contoh
7
yang benar dan mengawasi vulva hygiene anaknya. Hal ini karena setiap perilaku
Ibu akan ditiru dan akan dijadikan panduan dalam perilaku anak (Halimah, 2015).
mengenai kesehatan reproduksi remaja, dan orang tua, terutama Ibu juga belum
pernah mengajarkan cara perawatan vulva hygiene dengan benar, sehingga peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara peran Ibu sebagai
pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA
Negeri 1 Indralaya.
B. Rumusan Masalah
Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan anak (Letsoin, et. al,
2015). Salah satunya dalam hal melakukan perawatan diri dan lingkungannya.
Kurangnya dukungan dan latihan kemampuan pada remaja dalam hal tersebut akan
keluarga dalam perawatan diri pada remaja karena salah satu tugas pokok keluarga
adalah pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya dalam bentuk perilaku
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan (Jhonson & Leny, 2010). Untuk
diberikan pada Ibu karena sebagai sesama perempuan anak akan lebih leluasa
untuk berdiskusi mengenai masalah kebersihan organ reproduksinya dan
contoh bagaimana cara melakukan vulva hygiene yang benar. Akibatnya anak akan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya hubungan antara
peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
peran ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran dari peran Ibu sebagai pendidik, role model dan
Indralaya.
Indralaya.
e. Menganalisis hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan cara
melalui kerja sama dengan unit kesehatan sekolah sehingga Ibu dapat
hygiene.
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik,
role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1
untuk diisi oleh para siswi dan Ibu yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Ibu
Peran adalah konsep tentang seperangkat tingkah laku yang dilakukan oleh
masyarakat dan penting bagi struktur sosial masyarakat sehingga bersifat stabil
(Kozier, 1995 dikutip Mubarak, 2009; Sari, 2009 dikutip Nurmalisa & Adha,
2016). Peran mencerminkan posisi seseorang dalam sistem sosial dengan hak
tak terkecuali dengan Ibu dalam sebuah sistem yang disebut keluarga.
Ibu adalah pondasi dari sebuah rumah tangga, jantung keluarga dan tokoh
Indonesia (KBBI) (2012), Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang.
membesarkan anak dengan cinta dan kasih sayang seutuhnya agar menjadi
seorang yang berguna diberbagai bidang serta menjadi panutan dan teladan bagi
Peran Ibu mulai diidentifikasi pada awal setiap kehidupan seorang wanita,
anak (Bobak et. al, 2005). Rubin (1967) dikutip Bobak et. al (2005)
13
dengan mengambil contoh Ibunya sendiri atau wanita lain pengganti Ibu yang
pengalaman.
bermasyarakat; 3) sebagai tokoh teladan, karena orang tua menjadi tokoh yang
ditiru pola tingkah lakunya, cara berekspresi, cara berbicara dan sebagainya;
anak agar tidak melanggar peraturan di rumah atau di luar lingkungan keluarga
(tidak-jangan-stop).
kondisi kesehatan dan hygiene keluarga. Ibu adalah guru pertama bagi anak-
terus memberikan yang terbaik dalam hidupnya (Kuriah, 2011). Ibu bukan
hanya sebatas melahirkan, merawat dan menjaga anaknya, melainkan
Menurut Effendy (2012), peranan Ibu adalah sebagai istri dan Ibu dari
pendidik dalam segi emosional, sebagai sumber dan pemberi kasih sayang,
anak, terutama pada masa remaja awal karena dengan melalui Ibu, remaja
diikuti (Hestia, et. al, 2013). Salah satu metode atau cara mendidik anak
15
2015). Hal ini dikarenakan anak adalah individu yang gemar melakukan
imitasi dan modelling dengan menirukan tingkah laku orang lain yang
dilihat, baik yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar (Aritonang, 2015).
Noor (2002) dikutip Putri (2012) menyebutkan bahwa peran Ibu adalah
pemuas kebutuhan anak, sebagai teladan atau “model” peniruan anak dan
mengenai vulva hygiene, Ibu juga dapat memberikan contoh yang benar dan
tidak hanya diajarkan saja pada anak, namun akan lebih berhasil jika Ibu
hari.
menjadi pendengar yang baik dan setia untuk memberikan kenyamanan dan
dengannya, yaitu Ibu (Fajri & Khairani, 2011). Ibu dapat memberikan
transfer pengetahuan dan ilmu dari orang tua ke anak (Karomah, 2013).
secara biologis ketika anak telah memasuki masa pubertas, kebersihan diri
al, 2005 dikutip Fajri & Khairani, 2011). Ibu juga dapat membagi
dilakukan oleh Ibu pada anak biasanya berlangsung secara tatap muka dan
yaitu:
a. Usia Ibu
Pada usia 20-35 tahun, secara fisik maupun mental telah mampu atau
telah memiliki kesiapan menerima peran sebagai istri dalam rumah tangga
al, 2014). Hal ini akan mempengaruhi peran Ibu ketika anak perempuannya
yang benar. WHO (1993) dikutip Enggriani (2015) membagi rentang usia
Ibu menjadi 3 bagian, yaitu 1) usia Ibu kurang dari 20 tahun; 2) usia Ibu
dalam rentang 20-30 tahun; dan 3) usia Ibu lebih dari 30 tahun.
b. Pendidikan Ibu
Ibu akan membuat Ibu mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya.
c. Pengetahuan Ibu
mendukung dan banyaknya pengalaman Ibu yang baik akan membuat Ibu
mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya (Cicilia, 2009 dikutip
hygiene dan orang lain terhadap perannya sebagai Ibu sepanjang situasi
d. Pekerjaan Ibu
Ibu condong memilih peran sebagai Ibu atau wanita karir, menikah atau
tidak menikah dan mandiri daripada interdependen (Bobak et. al, 2005). Ibu
yang memilih untuk bekerja atau menjadi wanita karir akan memiliki peran
ganda. Menurut Lerner (2001), Ibu bekerja adalah seorang Ibu yang bekerja
umur anak dari umur 0-18 tahun. Untuk Ibu yang memilih tidak bekerja,
tentunya memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat dihabiskan bersama
dibandingkan dengan anak Ibu yang bekerja (McIntosh & Bauer, 2006
Kedekatan yang terbentuk antara Ibu dan anak akan membuat sang anak
lebih mudah berkomunikasi dengan Ibu mereka pada saat mereka berada di
(SMA) (Purnama, 2011). Hal ini dapat menjadi kesempatan Ibu untuk
kebersihan tubuh, terutama pada daerah kemaluan (vulva hygiene) pada anak
perempuannya.
dari keluarga, khususnya orang tua dalam bentuk pola asuh, sikap atau
tingkah laku oleh orang tua (Jannah, 2012). Tipe pola asuh terdiri dari dua
dan memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan, dimana, kapan dan
Noor (2002) dikutip Rahmawati (2010), secara umum kelas sosial dibagi ke
dalam tiga golongan, yaitu: 1) kelas atas (upper class), masyarakat dalam
sangat besar; 2) kelas menengah (middle class), biasanya diisi oleh kaum
profesional serta para pemilik toko dan bisnis yang lebih kecil dengan
berlebihan tetapi mereka mempunyai sarana dan prasarana yang cukup; dan
3) kelas bawah (lower class), mereka yang termasuk dalam kategori ini
yang lebih tinggi, seperti pembantu rumah tangga, pengangkut sampah dan
serta pendidikan keluarga sangat kecil dan sering kali diabaikan karena
Minimun Provinsi) sebesar Rp. 2.213.001,00, yaitu berada di atas UMP dan
tingkat pengetahuan akan tinggi pula (Maliono, et. al, 2007 dikutip Lestari,
2015).
Genitalia eksterna wanita terdiri dari vulva atau pudendum, mons pubis
atau mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, introitus
atau hymen dan perineum. Vulva membentang dari mons pubis sampai tepi
konektif yang melapisi simpisis pubis dan ditumbuhi oleh rambut halus serta
dilengkapi kelenjar sebasea setelah masa pubertas. Labia mayora (dua lipatan
kulit yang menyatu dengan mons pubis dan berhubungan dengan perineum
pada bagian bawah) yang berfungsi menutup dan mencegah masuknya
merupakan lipatan jaringan tipis dibawah labia mayora dan tidak memiliki
folikel rambut. Labia minora memiliki banyak pembuluh darah, saraf dan otot
sehingga berwarna merah dan lebih sensitif serta bersifat erektil. Klitoris
berbentuk pendek dan silindris di superior vulva tepat dibawah arkus pubis.
Klitoris bersifat sangat erektil dan sensitif terutama pada ujung badan klitoris.
Vestibulum yang terdiri dari lubang muara uretra, vagina serta ductus glandula
Bartholini kanan dan kiri terletak diantara klitoris, labia mayora dan fourchette.
yang merupakan jaringan otot dalam menopang dan menjaga rongga panggul
Genitalia interna wanita terdiri dari vagina, uterus, tuba uterina atau tuba
fallopii dan ovarium. Vagina merupakan saluran muskular elastis mulai dari
vestibulum sampai dengan serviks yang terletak antara kandung kemih, uretra
dan rectum serta dilumasi oleh cairan servik. Cairan tersebut memilik pH
muskular berbentuk kantong seperti buah pear yang terletak di rongga pelvis
antara kandung kemih dan rektum. Posisi uterus anteflesi (menekuk dan maju
ke depan) dan memiliki panjang sekitar 7,5 cm serta berat kira-kira 600 gram.
Tuba uterina atau tuba fallopii merupakan saluran tempat ovum berjalan
23
menuju uterus. Tuba fallopii memiliki panjang sekitar 10 cm dan diameter 0,7
keruh dengan panjang 4 cm, lebar 0,4 cm dan berat sekitar 3 gram.
C. Vulva Hygiene
1. Definisi Hygiene
hygiene) agar tetap sehat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran,
atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri ataupun orang lain (Anindya,
2013). Perilaku personal hygiene adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik
diri serta menciptakan keindahan. (Mardani & Priyoto, 2010). Personal hygiene
meliputi mencuci tangan, mandi secara teratur, menyikat gigi secara teratur,
yaitu bagian vulva dan daerah sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan dan
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Sasmita,
2015). Elmart (2012) menyebutkan bahwa vulva hygiene adalah cara menjaga
dan merawat kebersihan organ kelamin bagian luar. Manfaat dari perawatan
vulva dan vagina itu sendiri adalah untuk menjaga vulva dan daerah sekitar agar
munculnya keputihan, bau tidak sedap, gatal-gatal dan menjaga pH vagina tetap
normal (± 3.8 hingga 4.2) (Sasmita, 2015; Siswone, 2001 dikutip Timbawa, et.
infeksi (Triyani & Sulistiani 2013). Wakhidah dan Wijayanti (2014) juga
kemih (ISK), penyakit radang panggul (PRP) dan kemungkinan terjadi kanker
Keputihan adalah keluarnya cairan bukan darah yang dari alat genital
tersebut tidak berwarna (bening), tidak berbau dengan jumlah yang tidak
terlalu banyak dan tanpa rasa panas atau nyeri. Namun, jika keputihan tidak
normal biasanya akan berwarna kuning, hijau atau keabu-abuan, berbau amis
25
atau busuk, jumlahnya banyak disertai gatal dan rasa panas atau nyeri di
keputihan (leukorea).
virus HPV (Human Popilloma Virus) – tipe 16 atau 18, pada wanita yang
merokok dan pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia
amat muda (< 16 tahun) (Sarwono, 1999 dikutip Setyarini, et. al, 2016).
2) Menggunakan celana dalam yang bersih, kering dan terbuat dari bahan
katun.
tidak mengandung bahan yang membuat alergi (parfum atau gel) dan
pertumbuhan bakteri.
mengeringkan vagina.
27
daerah vagina.
D. Remaja
kematangan (Kumalasari & Adhyanto, 2013). Banyak orang yang menyebut masa
2010). Mussen (1994) dikutip Ludira (2012) menyebutkan bahwa masa remaja
dengan batas usia antar 12-25 tahun merupakan masa topan badai karena pada
masa tersebut timbul gejolak dalam diri akibat pertentangan nilai akibat
1. Tahapan Remaja
tahun, dengan pembagian usia 12–15 tahun adalah remaja awal, usia 15–18
tahun adalah remaja pertengahan, dan usia 18–21 tahun adalah remaja akhir
(Monks, et. al, 2006 dikutip Munawaroh dan Susilawati, 2014). Marmi (2015)
dewasa, yaitu:
Usia remaja pada rentang masa ini adalah 11-13 tahun dengan ciri khas
ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan
lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
Remaja pada masa ini (14-16 tahun) mulai mencari identitas diri, timbul
Rentang usia remaja pada masa ini adalah 17-20 tahun dengan ciri khas
masing individu, namun tidak memiliki ciri yang jelas karena proses tumbuh
a. Dimensi Biologis
menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri atau mimpi basah pertama
di daerah ketiak dan kemaluan pada anak perempuan, sedangkan pada anak
jakun, otot-otot membesar, alat kelamin menjadi lebih besar, timbul jerawat
b. Dimensi Kognitif
operasi formal. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
c. Dimensi Sosial
terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan
promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
1. Pendidik
2. Koordinator
3. Konsultan
dibina dengan baik dengan bersikap terbuka dan dapat dipercaya (Doheny,
1982 dikutip Mubarak, 2009; Jhonson & Lenny, 2010). Perawat dapat
memberikan solusi dalam mengatasi masalah terkait rasa tidak nyaman ketika
penyakit lain seperti infeksi saluran kemih, penyakit radang panggul dan ca
4. Kolaborasi
bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit dan tim kesehatan lain agar
Mubarak, 2009; Jhonson & Lenny, 2010). Perawat dapat bekerja sama dengan
profesi lain seperti guru untuk memberikan penyuluhan kepada siswi kelas XI
5. Pembaharu
dan menjaga perubahan yang dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut dan
perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan
2013). Perawat dapat merubah vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri
6. Advokat
2013).
tidak terjadi ledakan atau wabah serta menyediakan pelayanan kesehatan yang
8. Pelaksana
langsung pada anggota keluarga yang sakit (Jhonson & Lenny, 2010).
9. Pengawas Kesehatan
Perawat harus mealukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur
10. Fasilitator
kesehatan (sistem rujukan, dana sehat dan lain-lain) (Jhonson & Lenny, 2010).
F. Penelitian Terkait
1. Atsani (2015)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran ibu dengan
perilaku vulva hygiene saat menstruasi pada siswi SMP Negeri 1 Pleret Bantul
terdiri dari 20 soal peran Ibu dan 21 soal perilaku vulva hygiene saat menstruasi
menunjukkan korelasi antara peran Ibu dalam memberikan informasi pada siswi
hygiene saat menstruasi sebesar 0,310 dengan nilai signifikan (ρ) 0,023 yang
artinya terdapat hubungan antara peran Ibu dengan perilaku vulva hygiene saat
2. Farid (2012)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran Ibu terhadap
yakni keseluruhan anak yang sudah mengalami menstruasi. Hasil dari penelitian
mengenai hubungan peran ibu terhadap perilaku higiene remaja awal yang
(56,67%).
35
dengan perilaku personal hygiene siswi SMP Negeri 1 Tangen Sragen kelas VII
tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah study korelasi menggunakan metode
sebagai pendidik dengan perilaku personal hygiene siswi SMP Negeri 1 Tangen
kelas VII tahun 2014 dengan chi kuadrat hitung sebesar 15,176 > chi kuadrat
3. Penyakit Radang
Panggul
4. Ca Serviks
1. Membasuh vagina dengan benar
2. Pemakaian dan penggunaan
celana dalam yang benar
3. Pemakaian dan penggunaan
pembalut yang benar
4. Menjaga daerah organ
reproduksi tetap kering
Sumber: Aboyeji, et. al (2005) dikutip Fajri & Khairani (2011); Effendy (2012); Karomah (2013);
Kuriah (2011); Marmi (2015); Martsiswati & Suryono (2014); Noor (2002) dikutip Putri
(2012); Notoadmojo (2010); Notoadmodjo (2003) dikutip Lestari (2015) Meliza (2012);
Wakhidah & Wijayanti (2014)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
beberapa teori sehingga membentuk sebuah pola pikir atau kerangka pikir.
Kerangka kerja penelitian juga dapat terinspirasi dari kerangka konsep atau
Variabel Confounding
B. Desain Penelitian
dengan efektif dan efisien. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menekankan pada waktu pengukuran data hanya satu kali pada satu waktu (Putra,
2012). Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran
Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dan vulva hygiene pada siswi kelas
terdiri dari aspek peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat serta vulva
hygiene.
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik terhadap vulva hygiene siswi
2. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene
3. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene siswi
4. Ada hubungan antara status sosial ekonomi terhadap peran Ibu dalam keluarga.
39
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti yang
2012). Populasi yang terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi
SMA Negeri 1 Indralaya yang duduk di kelas XI dan Ibu. Perhitungan jumlah
yang tidak masuk karena sakit, izin, atau alfa, siswi yang tinggal terpisah
dengan orang tuanya dan siswi yang tidak bersedia menjadi responden. Jumlah
(1 − )
=
( − 1) + (1 − )
Keterangan:
p : proporsi peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan
N : Jumlah populasi
59,04
=
0,305 + 0,96
59,04
=
1,21
antisipasi dalam menghindari data bias dan kesalahan teknis. Koreksi atau
dengan rumus:
′=
1−
49
′=
1 − 0,1
49
′=
1 − 0,1
Keterangan:
Keterangan:
Tabel 3.2 Proporsi Sampel untuk setiap Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya
Kelas Perhitungan Sampel
18
XI IPA 1 54 8 responden
123
20
XI IPA 2 54 9 responden
123
22
XI IPA 3 54 10 responden
123
19
XI IPA 4 54 8 responden
123
23
XI IPA 5 54 10 responden
123
21
XI IPS 1 54 9 responden
123
random sampling dengan cara lottery technique melalui nomor absensi siswi.
F. Tempat Penelitian
G. Waktu Penelitian
H. Etika Penelitian
moral yang menentukan antara tindakan yang dilakukan sudah benar atau salah.
Dalam melaksanakan penelitian, khususnya jika yang menjadi objek dan subjek
penelitiannya adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia
(Putra, 2012). Oleh karena itu, sebelum memulai proses penelitian, peneliti
memberikan informed consent kepada orang tua responden dengan tujuan untuk
meminta izin atas kesediaan orang tua mengizinkan anaknya menjadi responden
serta untuk memberitahu responden dan orang tua responden mengenai tujuan,
manfaat dan dampak dalam penelitian ini. Bagi responden yang menolak, peneliti
Kerahasiaan data dan catatan dalam penelitian ini juga dijaga sebaik-baiknya dan
hanya digunakan semata untuk kepentingan penelitian ini. Selain itu, peneliti juga
penelitian ini atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam
hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun (Nursalam, 2013).
45
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui
Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat. Kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu kuesioner vulva hygiene remaja yang berisi 20
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Vulva Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1
Indralaya
skala Guttman yang terdiri dari 2 pilihan jawaban, yaitu ya dan tidak yang
terdiri dari 10 pernyataan tentang peran Ibu sebagai pendidik, role model dan
Nomor Jumlah
Variabel Aspek Indikator
Item Item
Peran 1. Pendidik 1. Menjelaskan tentang
Ibu perubahan pada tubuh 1, 2 2
wanita ketika pubertas
2. Memberitahu manfaat
melakukan vulva 3 1
hygiene
3. Memberitahu dampak
mengabaikan vulva 4 1
hygiene
4. Mengajarkan cara
5, 6, 7,
melakukan vulva 6
8, 9, 10
hygiene
2. Role 1. Memberikan contoh cara
model 11, 12,
melakukan vulva 3
13
hygiene pada anak
2. Menjadi panutan dalam 14, 15,
menerapkan perilaku 16, 17,
7
vulva hygiene untuk 18, 19,
anak 20
3. Sahabat 1. Menjadi teman diskusi
21, 22,
anak mengenai vulva 4
23, 24
hygiene
25, 26,
2. Mengawasi perilaku
27, 28, 6
vulva hygiene anak
29, 30
Jumlah 30
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari absensi kelas XI SMA
Negeri 1 Indralaya tahun 2017, data siswa kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya,
penelitian. Validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat ukur yang kita
gunakan benar mengukur apa yang kita ukur. Suatu kuesioner dinyatakan valid
dengan melakukan uji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total
Kuesioner yang akan dilakukan validasi adalah kuesioner peran Ibu dan vulva
alpha 5%. Pada r hitung (pernyataan) lebih besar dari r tabel, maka pernyataan
tersebut valid.
memiliki nilai 0,697 hingga 0,582. Untuk hasil uji validitas dari 36 pernyataan
yang valid dengan nilai r alpha ≥ r tabel (0,361) memiliki nilai 0,600 hingga
0,454. Item/pernyataan yang sebelumnya tidak valid pada kuesioner peran Ibu
dan perilaku vulva hygiene remaja putri dibuang. Item yang sudah valid
indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur kita gunakan dapat dipercaya
dan sejauh mana hasil pengukuran yang kita gunakan tetap valid bila dilakukan
pengukuran dengan gejala dan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012).
nilai r tabel (0,361) dengan nilai r alpha (nilai Cronbach's Alpha). Pada r alpha
yang lebih besar daripada r tabel, berarti pernyataan tersebut reliable dan
data yang dibutuhkan dalam penelitian. Proses ini mengacu pada prosedur
penggalian data yang telah dirumuskan dalam desain penelitian (Putra, 2012).
1. Tahap Persiapan
a. Meminta izin yang berupa izin tertulis kepada Program Studi Ilmu
terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, lalu ke
yang akan menjadi responden setelah memperoleh izin berupa kesediaan dari
49
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2017, sehari sebelum melakukan penelitian,
peneliti mengambil data sekunder di bagian staf tata usaha (TU) dan memilih
kelas yang telah dipanggil oleh pembina ekskul PMR ke ruang guru agar
informed consent dan lembar kuesioner peran Ibu yang telah ditandatangani
sebelum pembina ekskul PMR selaku guru bahasa Inggris memulai pelajaran
responden.
cara mengisi kuesioner peran Ibu dan menjelaskan istilah-istilah yang belum
huruf g sampai m.
51
langkah f sampai m.
K. Analisis Data
1. Pengolahan Data
hal yang harus dilakukan terlebih dahulu terhadap data penelitian, diantaranya
a. Cleaning
oleh responden.
b. Scoring
Coding yang dipakai dalam penelitian ini meliputi: status sosial ekonomi,
coding yang digunakan yakni 4 untuk orang tua yang bepenghasilan sangat
tinggi, 3 untuk orang tua yang bepenghasilan tinggi, 2 untuk untuk orang tua
kurang. Variabel vulva hygiene, coding yang digunakan yakni 2 untuk vulva
hygiene siswi baik dan 1 untuk vulva hygiene siswi kurang. Variabel peran
Ibu menggunakan coding yakni 2 untuk peran Ibu baik dan 1 untuk peran
Ibu kurang.
d. Entering
selanjutnya dianalisis.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Peneliti menggunakan dua jenis analisis data dalam penelitian ini, yakni
yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian yang hanya
tua per bulan, variabel peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat
Status sosial ekonomi terdiri dari kategori 2 untuk orang tua yang
yang bepenghasilan di bawah UMP (< Rp. 2.213.001,00). Variabel peran Ibu
pilihan jawaban yang terdiri dari ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0.
rincian untuk peran Ibu sebagai pendidik baik jika skor jawaban ≥70 dari
seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban <70 dari seluruh
pernyataan, peran Ibu sebagai role model baik jika skor jawaban ≥64 dari
seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban <64 dari seluruh
pernyataan serta peran Ibu sebagai sahabat baik jika skor jawaban ≥70 dari
seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban <70 dari seluruh
pernyataan.
pernyataan favourable dengan pilihan jawaban benar diberi skor 1 dan salah
pilihan jawaban benar diberi skor 0 dan salah diberi skor 1. Berdasarkan hal
tersebut, hasil ukur dikategorikan menjadi 2, yakni baik jika skor jawaban
jika skor jawaban ≥68 dari seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban
2011). Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini berperan untuk
pendidik, role model dan sahabat dengan variabel dependen yakni vulva
3) Nilai harapan tidak boleh kurang dari 5 (maksimal 20% dari frekuensi
4) Bila nilai harapan diatas tidak terpenuhi, maka uji alternatifnya yaitu
bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan
sahabat terhadap vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya serta
terdapat hubungan antara status sosial ekonomi terhadap peran Ibu dalam
keluarga.
BAB IV
salah satu sekolah menengah atas dengan akreditasi A di dusun Indralaya Mulya.
Sekolah yang dipimpin oleh Ibu Dra. Rasnianah, MM ini berdiri pada tahun 1985
dengan luas tanah 13.210 m2 dan luas bangunan 4.020 m2 serta memiliki fasilitas
1 perpustakaan, 1 ruang UKS, 4 toilet, 21 ruang kelas dan 4 lahan parkir. Untuk
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah ini terdiri dari 41 guru tetap dan 10
Palang Merah Remaja (PMR) yang didampingi oleh pembina PMR. PMR adalah
salah satu ekstrakulikuler yang rutin melakukan pertemuan setiap satu minggu
sekali di hari Jumat setelah pulang sekolah. Kegiatan yang sering dilakukan dalam
setiap kali pertemuan seperti pemberian teori pertolongan pertama pada saat
kecelakaan oleh pembina PMR yang diselingi oleh praktik, pembuatan tandu serta
kepada siswa SMA Negeri 1 Indralaya berupa pemberian materi mengenai donor
darah, pertolongan pertama ketika kaki terkilir, menstruasi, atau makanan yang
sehat.
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
SMA Negeri 1 Indralaya serta peran Ibu sebagai pendidik, role model dan
sahabat.
pendidik pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Pendidik pada Siswi
Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Ibu sebagai Distribusi
No.
Pendidik Frekuensi Persentase (%)
1. Kurang 24 44,4 %
2. Baik 30 55,6 %
Total 54 100%
SMA Negeri 1 Indralaya berdasarkan tabel 4.1 berada pada kategori baik
(55,6%).
role model pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.2.
57
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Role Model pada Siswi
Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Ibu sebagai Role Distribusi
No.
Model Frekuensi Persentase (%)
1. Kurang 20 37 %
2. Baik 34 63 %
Total 54 100%
Distribusi frekuensi peran Ibu sebagai role model pada siswi kelas XI
SMA Negeri 1 Indralaya berdasarkan tabel 4.2 berada pada kategori baik
(63%).
sebagai sahabat pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel
4.3.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Sahabat pada Siswi
Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Ibu sebagai Distribusi
No.
Sahabat Frekuensi Persentase (%)
1. Kurang 23 42,6 %
2. Baik 31 57,4 %
Total 54 100%
Distribusi frekuensi peran Ibu sebagai sahabat pada siswi kelas XI SMA
Negeri 1 Indralaya berdasarkan tabel 4.3 berada pada kategori baik (57,4%).
digambarkan melalui penghasilan orang tua per bulan pada penelitian ini
berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa berada di atas UMP (Upah Minmum
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Peran Ibu sebagai Pendidik dengan Vulva Hygiene Anak
vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Pendidik dengan Vulva
Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Vulva Hygiene
Total
Ibu Kurang Baik p
No. PR 95% CI
sebagai value
n % n % n %
Pendidik
1. Kurang 15 27,8 % 10 18,5 % 25 46,3 %
0,033 1,933 1,030-3,630
2. Baik 9 16,7 % 20 37 % 29 53,7 %
Total 24 44,5 % 30 55,5 % 54 100 %
20 orang (37%) Ibu yang berperan baik sebagai pendidik memiliki anak
dengan vulva hygiene yang baik pula. Hal ini menunjukkan jumlah yang
lebih besar dibandingkan peran Ibu sebagai pendidik yang kurang. Analisis
terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik dengan vulva hygiene
anak dengan nilai p-value sebesar 0,033 (α = 0,05). Ibu dengan peran
kali lebih besar memiliki anak dengan vulva hygiene yang kurang
tingkat kepercayaan 95%, diyakini bahwa rata-rata skor peran Ibu sebagai
pendidik terhadap vulva hygiene anak berada pada rentang 1,030 sampai
dengan 3,630.
b. Hubungan antara Peran Ibu sebagai Role Model dengan Vulva Hygiene
Anak
Hasil penelitian hubungan antara peran ibu sebagai role model dengan
vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Role Model dengan
Vulva Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Vulva Hygiene
Total
Ibu Kurang Baik
p
No. sebagai PR 95% CI
value
Role n % n % n %
Model
1. Kurang 16 29,6 % 11 20,4 % 27 50 %
0,028 2,000 1,034-3,870
2. Baik 8 14,8 % 19 35,2 % 27 50 %
Total 24 44,4 % 30 55,6 % 54 100 %
Berdasarkan analisis statistik pada tabel 4.7 didapatkan bahwa Ibu yang
berperan baik sebagai role model memiliki anak dengan vulva hygiene yang
yang lebih besar dibandingkan peran Ibu sebagai role model yang kurang.
bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai role model dengan vulva
hygiene anak dengan nilai p-value sebesar 0,028 (α = 0,05). Ibu dengan
peran sebagai role model yang kurang juga akan mempunyai kemungkinan 2
kali lebih besar memiliki anak dengan vulva hygiene yang kurang
61
dibandingkan Ibu dengan peran sebagai role model yang baik. Berdasarkan
tingkat kepercayaan 95%, diyakini bahwa rata-rata skor peran Ibu sebagai
role model terhadap vulva hygiene anak berada pada rentang 1,034 sampai
dengan 3,870.
c. Hubungan antara Peran Ibu sebagai Sahabat dengan Vulva Hygiene Anak
vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Sahabat dengan Vulva
Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya (n=54)
Peran Vulva Hygiene
Total
Ibu Kurang Baik p
No. PR 95% CI
sebagai value
n % n % n %
Sahabat
1. Kurang 14 25,9 % 9 16,7 % 23 42,6 %
0,036 1,887 1,029-3,460
2. Baik 10 18,5 % 21 38,9 % 31 57,4 %
Total 24 44,4 % 30 55,6 % 54 100 %
Ibu yang berperan baik sebagai sahabat memiliki anak dengan vulva hygiene
yang baik pula. Hal ini menunjukkan jumlah yang lebih besar dibandingkan
peran Ibu sebagai sahabat dengan vulva hygiene anak dengan nilai p-value
sebesar 0,036 (α = 0,05). Ibu dengan peran sebagai sahabat yang kurang juga
akan mempunyai kemungkinan 1,887 kali lebih besar memiliki anak dengan
vulva hygiene yang kurang dibandingkan Ibu dengan peran sebagai sahabat
skor peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene anak berada pada
vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dengan Peran Ibu
(n=54)
Penghasilan
Di
Peran Di atas Total p
No. bawah PR 95% CI
Ibu UMP value
UMP
n % n % n %
1. Kurang 16 29,6 % 9 16,7 % 25 46,3 %
0,030 1,856 1,038-3,320
2. Baik 10 18,5 % 19 35,2 % 29 53,7 %
Total 26 48,1 % 28 51,9 % 54 100 %
Ibu yang berperan baik dengan penghasilan di atas UMP per bulan. Hal ini
ekonomi terhadap peran Ibu dalam keluarga dengan nilai p-value sebesar
UMP juga akan mempunyai kemungkinan 1,856 kali lebih besar memiliki
63
rata-rata skor status sosial ekonomi terhadap peran Ibu dalam keluarga
C. Pembahasan
pendidik pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada penelitian ini
adalah baik, yaitu sebanyak 53,6% dan peran Ibu sebagai pendidik kurang
sebanyak 46,4%. Mendidik anak adalah perbuatan yang dilakukan orang tua
dini paling utama dimulai dari orang tua itu sendiri. Peneliti berasumsi bahwa
tingginya persentase peran Ibu sebagai pendidik pada kategori baik disebabkan
2014).
Hasil penelitian juga menunjukkan usia Ibu ketika anak mengalami
menarche berada pada usia madya. Usia madya berada pada rentang usia 35
tahun sampai 60 tahun (Anshori, 2015). Peneliti juga berasumsi bahwa usia Ibu
yang berada pada usia madya juga mempengaruhi tingkat pengetahuan Ibu.
dimilikinya. Ibu yang berusia antara 19-35 tahun juga telah memiliki
Oktafiani, et. al (2014) menyebutkan bahwa Ibu yang berada di usia 20-35
tahun, telah mampu atau telah memiliki kesiapan menerima peran sebagai istri
dalam rumah tangga, baik secara fisik maupun mental karena Ibu yang telah
dewasa secara psikologi akan lebih terkendali emosi maupun tindakannya bila
keremajaannya daripada sifat keibuannya. Ini berarti bahwa Ibu yang berada
pada usia ini telah menerima peran sebagai seorang Ibu sekaligus istri dalam
rumah tangga.
model pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada penelitian ini baik,
yaitu sebanyak 63%, sedangkan sebanyak 37% Ibu responden memiliki peran
65
sebagai role model yang kurang untuk anak. Role model adalah seseorang yang
tingkah lakunya kita contoh, tiru dan diikuti (Hestia, et. al, 2013). Menurut
individu akan tertarik pada model peran yang dirasanya serupa dalam hal
karakteristik, perilaku atau tujuan (aspek peran) dan dari siapa mereka mampu
Jannah (2012) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa dalam hal ini anak
bentuk pola asuh, sikap atau tingkah laku oleh orang tua. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Fajri & Khairani (2011) serta Kuriah (2011)
keluarga terutama dengan orang yang paling dekat dengannya, yaitu Ibu karena
Ibu adalah guru pertama bagi anak-anaknya, Ibu sebagai panutan serta cermin
dalam mendidik dan membesarkan anak, menjadi inspirasi serta motivasi bagi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Halimah (2015), salah satu metode
atau cara mendidik anak adalah dengan memberikan contoh atau menyuruh
kebiasaan anak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lidyasari
(2014) bahwa model perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung
akan dipelajari dan ditiru oleh anak karena orang tua merupakan lingkungan
terdekat anak. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena pengetahuan
Ibu yang tergolong baik. Pengetahuan merupakan hal yang dominan dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoadmodjo, 1997 dikutip Burhani, et. al,
2016).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa peran Ibu sebagai sahabat pada siswi
kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada penelitian ini adalah baik, yaitu
sebanyak 57,4%, sedangkan peran Ibu sebagai sahabat dalam kategori kurang
sebanyak 42,6%. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan karena Ibu
responden tidak bekerja dan seluruh Ibu menerapkan pola asuh autoritatif saat
mendidik anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aitama &
Fitrianingsih (2013) bahwa Ibu dengan pola asuh ini bersedia untuk
sehingga terjadi hubungan dua arah antara orang tua dan anak.
Pada Ibu yang memilih untuk tidak bekerja akan memiliki waktu yang
(McIntosh & Bauer, 2006 dikutip Purnama, 2011). Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Purba (2011) bahwa adanya sikap terbuka antara orang tua dan
anak pada pola asuh autoritatif menjadikan pendekatan terhadap anak bersifat
hangat karena orang tua akan bersikap rasional dengan selalu mendasari
4. Vulva Hygiene
kewanitaan, yaitu bagian vulva dan daerah sekitarnya untuk menjaga vulva dan
daerah sekitar agar tetap bersih, mencegah infeksi, memberikan rasa nyaman,
vagina tetap normal (± 3.8 hingga 4.2) (Sasmita, 2015; Siswone, 2001 dikutip
Timbawa, et. al, 2015; Jahić, et. al, 2006). Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya
baik, yaitu sebanyak 55,6 % dari total responden 54 orang, sedangkan siswi
dengan vulva hygiene yang kurang sebanyak 44,4%. Peneliti berasumsi hal ini
diperlukan. Hal ini merupakan salah satu bentuk citra diri yang secara tidak
sadar harus dipenuhi oleh remaja karena menurut Marmi (2015), salah satu ciri
citra tubuh individu. Hal ini juga didukung oleh hasil kuesioner vulva hygiene
anak untuk poin pertanyaan arah dalam membasuh vagina bahwa sebanyak
87% siswi telah benar, yaitu dari depan ke belakang. Rimawati, et. al (2012)
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa cara menyeka yang benar adalah dari
arah depan ke belakang agar bibit penyakit yang kemungkinan besar bersarang
tangan terlebih dahulu sebelum membasuh alat kelamin. Gharoro (2013) dikutip
Status sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini tergambar dari
pendapatan atau penghasilan yang diperoleh keluarga dalam satu bulan yang
dikutip Enggriani (2015), yaitu di atas UMP Rp. 2.213.001,00 dan di bawah
seseorang dalam kelompok sosial, menjadi seorang Ibu merupakan status sosial
dan peran yang dijalankan dari status sebagai seorang Ibu adalah membimbing,
(Maliono, et. al, 2017 dikutip Lestari, 2015). Hasil penelitian menunjukkan
penghasilan orang tua responden sebagian besar berada di atas UMP, yaitu Rp.
2.213.001,- per bulan sebanyak 51,9%. Pendapatan yang berada berada di atas
69
UMP ini bisa jadi disebabkan karena yang bekerja dan memiliki penghasilan
6. Hubungan Antara Peran Ibu sebagai Pendidik dengan Vulva Hygiene Siswi
pengalamannya ditandai dengan vulva hygiene siswi yang juga baik, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik
dengan vulva hygiene anak. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan oleh
latar belakang pendidikan Ibu responden yang tergolong tinggi serta memiliki
daerah kewanitaan (vulva hygiene). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Pendidikan bagi seorang Ibu sendiri sangatlah penting karena menurut Fajri
dan Khairani (2011), anak pertama kali melakukan interaksi komunikasi dalam
lingkungan keluarga terutama dengan orang yang paling dekat dengannya, yaitu
Ibu. Ibu juga yang paling sering memenuhi seluruh kebutuhan bayi baik fisik
seorang ibu, tidak hanya diperoleh di bangku pendidikan formal, namun bisa
Enggriani, 2015).
pengalaman, budaya dan sosial ekonomi seseorang (Lestari, 2015). Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astutik, et. al (2016) bahwa
dikutip Atsani (2015) yang mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan Ibu
maka akan membuat Ibu mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya.
Farid (2012) juga mengatakan bahwa peran Ibu baik maka akan baik pula
dalam penelitian ini adalah segala yang diketahui Ibu tentang vulva hygiene
mengenai tujuan dan dampak tidak melakukan vulva hygiene dengan benar,
mengganti pembalut dan celana dalam secara rutin serta menjaga daerah
sebagai pendidik yang kurang. Peneliti berasumsi bahwa hal ini disebabkan
karena siswi tidak diberikan pemahaman yang baik bagaimana cara melakukan
vulva hygiene yang benar oleh Ibu ataupun di sekolah. Hal ini didukung dari
terutama Ibu juga belum pernah mengajarkan cara perawatan vulva hygiene
dengan benar.
gangguan tuba, pelvis dan rahim (Attieh et. al, 2016 dikutip Arifin, et.al, 2016).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa, et. al (2012) di SMA
khusus dan 49,2% siswa menjawab salah untuk pernyataan ketika memakai
menurut penelitian yang dilakukan oleh Arifin, et. al (2016) dan Rimawati
vagina.
Wakhidah dan Wijayanti (2014) juga menyebutkan dalam penelitiannya
bahwa kurangnya pemahaman mengenai vulva hygiene yang benar ini akan
saluran kemih, penyakit radang panggul (PRP) dan kemungkinan terjadi kanker
leher lahim (ca serviks). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sondakh (2014) di SMA Negeri 1 Pineleng pada tahun 2014 bahwa sebanyak
reproduksi. Hal ini bertentangan dengan gagasan dari WHO (1995) dikutip
Supatmi & Asta (2015) yang menyebutkan bahwa remaja harus dipersiapkan
yang sehat.
7. Hubungan Antara Peran Ibu sebagai Role Model dengan Vulva Hygiene
hubungan antara peran Ibu sebagai role model dengan vulva hygiene anak.
Peneliti berasumsi bahwa hal ini bisa jadi disebabkan oleh karena Ibu
responden pernah terpapar informasi tentang vulva hygiene dari keluarga dekat,
tetangga dan teman sehingga Ibu memiliki pengalaman yang baik dan
membagikannya pada anak. Pada sebagaian besar Ibu responden ini memiliki
sumber informasi terbanyak yang berasal dari keluarga dan orang disekitar.
Informasi yang diperoleh seseorang tidak hanya dari bangku sekolah atau
73
kuliah, media cetak dan eletronik, namun juga dari orang-orang yang ada
Ayuba, 2015).
dan Bauer (2006) dikutip Purnama (2011) menjelaskan bahwa Ibu yang
memilih tidak bekerja tentunya memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat
dihabiskan bersama anak mereka sehingga mereka dapat melatih dan mendidik
lebih baik jika dibandingkan dengan anak Ibu yang bekerja, sehingga peneliti
berasumsi anak dapat dengan mudah meniru dan mencontoh perilaku Ibu
peran sebagai role model yang kurang untuk anak. Peneliti berasumsi bahwa
hygiene yang benar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farid (2012)
di SD Negeri 1 Padokan bahwa anak belajar tentang perubahan fisik pada masa
pubertas dari orang tua atau Ibu, tetapi tidak semua Ibu memberikan informasi
secara terbuka.
anak, namun akan lebih berhasil jika Ibu memberikan contoh secara langsung
melalui perbuatan dan kebiasaan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena anak
menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, baik yang dilakukan secara
pada anak. Peneliti berasumsi bahwa Ibu masih menganggap tabu untuk
anak. Hal ini akan menyebabkan kesenjangan antara Ibu dan anak ketika akan
bahwa kesenjangan yang tercipta antara orang tua dan anak akan menghalangi
bahwa rambut disekitar vagina dapat ditumbuhi jamur atau kutu yang
menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal bila tidak dicukur secara teratur.
8. Hubungan Antara Peran Ibu sebagai Sahabat dengan Vulva Hygiene Siswi
hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat dengan vulva hygiene anak. Secara
umum, sahabat adalah mitra, tempat untuk meminta nasihat, dukungan fisik,
75
dan sebagai curahan hati, serta tempat berpaling saat kita membutuhkan
bantuan, berbagi beban dan kesuksesan (Putri, 2013). Peneliti berasumsi bahwa
salah satu cara yang efektif untuk mengajarkan vulva hygiene pada anak adalah
dengan menjadi mitra bagi anak. Hal ini akan menciptakan sebuah hubungan
untuk anak yang ditandai oleh kadar yang tinggi terhadap keramahtamahan,
kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab (Aini, 2014;
Prisbell & Anderson dikutip Budyatna & Ganiem, 2011). Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fajri & Khairani (2011) bahwa komunikasi Ibu-
anak merupakan salah satu faktor yang berperan pada kesiapan anak dalam
menghadapi menarche.
pola asuh autoritatif atau demokratis saat mendidik anak. Pola asuh autoritatif
mandiri namun tetap menjaga batas dan kontrol terhadap tindakan mereka
(Baumrind, 2005 dikutip Aitama & Rustika, 2016). Pola asuh ini ditandai
dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak (Purba, 2011). Hal ini
dipertegas dengan hasil penelitian statistik yang dilakukan oleh Fajri &
asuh inilah yang juga mempengaruhi hasil penelitian untuk variabel peran Ibu
sebagai sahabat menjadi baik. Suseno (2012) menyatakan bahwa orang tua
yang menerapkan pola asuh demokratis memiliki anak yang mandiri dalam
terbuka dan kapan saja sampai anak benar-benar mengerti apa yang dimaksud.
remaja usia 15–19 tahun di Indonesia tahun 2013 didapatkan hasil bahwa
terbentuk antara Ibu dan anak akan membuat sang anak lebih mudah
sehingga peneliti berasumsi bahwa kedekatan yang terbentuk antara Ibu dan
untuk anak. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fajri &
Khairani (2011) dan Karomah (2013) bahwa komunikasi yang dilakukan oleh
Ibu pada anak biasanya berlangsung secara tatap muka dan dua arah
Hasil penelitian juga menunjukkan peran Ibu sebagai sahabat yang kurang.
Peneliti berasumsi bahwa hal ini bisa saja disebabkan karena kemajuan
77
teknologi dan Ibu merasa anaknya mampu untuk mencaritahu sendiri mengenai
bahwa perlu ditekankan pada orang tua untuk melakukan pendidikan kesehatan
tidak mencaritahu sendiri sehingga anak dapat dikontrol oleh orang tua
beradaptasi.
kehidupan ekonomi atau kekayaan (Saiin, 2015). Berdasarkan hasil analisa data
keluarga dengan peran Ibu. Hal disebabkan karena sebagian besar orang tua
2013).
Susi et. al. (2012) dikutip Fatmasari et. al. (2017) menegaskan bahwa
prioritas utama karena memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan
tinggi status sosial ekonomi keluarga seperti pendidikan, pekerjaan dan kondisi
Seseorang yang memiliki tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi juga akan
tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik
D. Keterbatasan Penelitian
kuesioner oleh Ibu dan anak. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah melakukan pengisian kuesioner oleh Ibu dan anak. Namun, peneliti tidak
Ibu akan kurang fokus dan menjadi sembarangan dalam mengisi kuesioner di
rumah karena merasa tidak diawasi sehingga dapat hal ini dapat menyebabkan
biasnya informasi.
BAB V
A. Simpulan
54 orang siswi kelas XI dan telah diuji secara statistik mengenai hubungan antara
peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene siswi
kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sebagian besar Ibu responden memiliki peran sebagai pendidik dalam kategori
2. Sebagian besar Ibu responden memiliki peran sebagai role model dalam
3. Sebagian besar Ibu responden memiliki peran sebagai sahabat dalam kategori
4. Vulva hygiene pada sebagian besar siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya
penghasilan orang tua per bulan berada di atas UMP, yaitu Rp. 2.213.001,- per
bulan (51,9%).
6. Terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik terhadap vulva hygiene
siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya dengan nilai p-value sebesar 0,033 (α =
0,05).
7. Terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene
siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya dengan nilai p-value sebesar 0,028 (α =
0,05).
8. Terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene
siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya dengan nilai p-value sebesar 0,036 (α =
0,05).
9. Terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan peran Ibu dalam
B. Saran
keluarga dengan memberikan edukasi pada Ibu mengenai vulva hygiene pada
pendidikan kesehatan kepada Ibu dan anak mengenai vulva hygiene yang
benar untuk merubah persepsi yang salah pada mereka dengan metode dari
menggunakan media dalam bentuk cetak ataupun audiovisual untuk Ibu dan
anak sehingga setiap Ibu dan anak dapat fokus dalam menerima informasi
Aitama, B & Rustika, M. (2016). Peran Pola Asuh Autoritatif dan Kecerdasan
Emosional terhadap Disiplin Diri Siswa Kelas XI IPA SMA Santo Yoseph
Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana. 3(1): 156-164. http://ojs.unud.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 02:14 WIB.
Arifin, P, et. al. (2016). Use of Vaginal Product, Physical Activity, Age at Marriage,
Body Mass Index and Female Infertility. Journal of Maternal and Child Health.
1(1): 41-51. http://www.thejmch.com/. Diperoleh pada tanggal 11 Juni 2017
pukul 16:00 WIB.
xvii
Aritonang, G. P. (2015). Orangtua saebagai Model Utama Bagi Perilaku Makan Sehat
pada Anak-anak. Jurnal Psikologi Universitas HKPB Nommensen. 1(1): 33-43.
Astutik, D, et. al. (2016). Hubungan peran ibu dengan kesiapan remaja menghadapi
menarche pada remaja putri di smpn 02 bondowoso [skripsi]. Jawa Timur:
Universitas Muhammadiyah Jember. Tidak dipublikasikan.
Atsani, A. (2015). Hubungan Peran Ibu dengan Perilaku Vulva Hygiene Saat
Menstruasi pada Siswi SMP Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta. Unisa Digital
Library Repository. http://opac.unisayogya.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29
Januari 2017 pukul 21:10 WIB.
Ayuba, N. (2015). Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perekmbangan
Anak Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat Kabupaten
Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. http://eprints.ung.ac.id/. Diperoleh
pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 02:30 WIB.
Azwar, S. (2014). Penyusunan skala psikologi [edisi 2]. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Burhani, A, et. al. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Tingkat Ekonomi
Keluarga Nelayan dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(3): 515-521. http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Diperoleh pada tanggal 14 Juli 2017 pukul 03:15 WIB.
Bobak, et. al. (2005). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.
Eti, S. (2016). Peran Ibu Single Parent Terhadap Pendidikan Formal Anak di Desa
Kali Raya Kecamatan Kalis Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. 5(12), 1-11. http://jurnal.untan.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 12
Februari 2017 pukul 14:35 WIB.
Fatmasari, M, et. al. (2017). Hubungan Antara Tingkat Sosial Ekonomi Orang Tua
dengan Indeks Karies Gigi Pelajar SMPN di Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 1(1): 62-67. http://fkg.jtam.unlam.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 20 Juli 2017 pukul 12:35 WIB.
Farid, A. (2012). Hubungan Peran Ibu Terhadap Perilaku Higiene Remaja Awal yang
Mengalami Menstruasi di SDN 1 Padokan. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. http://repository.umy.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Januari 2017
pukul 20:10 WIB.
Fitrianingsih, N. (2013). Pengaruh pola asuh orang tua dan intensitas penggunaan
diapers terhadap tingkat kesiapan toilet training pada anak usia toddler di little
care stikes surya global yogyakarta [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret. Tidak dipublikasikan.
Furwanto, R, et. al. (2013). Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Penerapan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga. Repository Unri.
http://repository.unri.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 1 Juni 2017 pukul 04:25
WIB.
Halimah, N. (2015). Peran seorang ibu rumah tangga dalam mendidik anak (studi
terhadap novel ibuk, karya iwan setyawan) [skripsi]. Yogyakarta: Universitas
Islam Sunan Kalijaga. Tidak dipublikasikan.
xix
Hastuti, D. (2016). Strategi Pengembangan Harga Diri Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar. 2(2): 38-50. http://journal.uad.ac.id Diperoleh pada
tanggal 12 Juni 2017 pukul 06:42 WIB.
Hestia, et. al. (2013). Peranan guru dalam menanamkan nilai kejujuran siswa kelas
viii smp negeri 1 jati agung tahun pelajaran 2012/2013 [skripsi]. Lampung:
Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan.
Jannah, H. (2012). Bentuk Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Perilaku Moral
pada Anak Usia di Kecamatan Ampek Angkek. Pesona PAUD. 1(1).
http://ejournal.unp.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Juni 2017 pukul 16:45 WIB.
Jhonson, R & Leny, R. (2010). Keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga.
Yogyakarta, Nuha Medika.
Karomah, P, et. al. (2013). Peran Ibu dalam Menumbuhkan Budaya Kewirausahaan
dalam Keluarga. Lumbung Pustaka UNY. 18(1), 54-60.
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/5196. Diperoleh pada tanggal 13 Januari 2017
pukul 12:05 WIB.
Khadijah, S. (2016). Efektivitas Buku Info Remaja Terhadap Sikap dan Niat
Berperilaku Remaja Putri Mengenai Kesehatan Organ Reproduksi di SMP
Negeri 2 Ngaglik dan SMP Muhammadiyah 2 Mlati Sleman Yogyakarta. Jurnal
Medika Respati. 4(4), 68-80. http://journal.respati.ac.id/. Diperoleh pada tanggal
13 Februari 2017 pukul 16:25 WIB.
Kissanti, A. (2008). Buku pintar wanita, kesehatan dan kecantikan. Jakarta: Araska.
Kuriah, H & Abdi A. (2011). Wanita seribu pesona lihatlah kedalam dirimu.
Bandung: Telaga Inspirasi.
Lestari, T. P. & Anjarwati. (2015). Hubungan Peran Ibu Sebagai Pendidik dengan
Perilaku Personal Hygiene Siswi SMP Negeri 1 Tangen Sragen. Unisa Digital
Library Repository. http://opac.unisayogya.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 27
Januari 2017 pukul 13:25 WIB.
Letsoin, F. S., et. al. (2015). Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Orangtua
Siswa Kelas 5 SD Negeri 37 Manado Mengenai Obesitas pada Anak. Jurnal
Kedokteran Komunitas dan Tropik. 3(4): 215-228. http://journal.unsrat.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 12 Juni 2017 pukul 06:45 WIB.
Ludira, S. (2012). Peranan ibu dalam menanamkan nilai moral untuk mencegah
terjadinya seks bebas di kalangan remaja pada SMA angkasa adisujipto
yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tidak
dipublikasikan.
xxi
2010. Universitas Muhammadiyah Semarang. http://digilib.unimus.ac.id.
Diperoleh pada tanggal 5 Januari 2017 pukul 12:45 WIB.
Martsiswati, E & Suryono Y. (2014). Peran Orang Tua dan Pendidik dalam
Menerapkan Perilaku Disiplin Terhadap Anak Usia Dini. Journal Universitas
Negeri Yogyakarta. http://journal.uny.ac.id/. 1(2). Diperoleh pada tanggal 12
Februari 2017 pukul 13:15 WIB.
Meilani, K. (2016). Multitalent mom, menjadi ibu, sahabat, dan guru terbaik bagi
anak. Yogyakarta: Diva Press.
Murti, B. (2010). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif di bidang kesehatan edisi ke-2. Yogyakarta: UGM Press.
Nurhayati, I, et. al. (2014). Studi Deskriptif Peran Perawat dalam Pelaksanaan
Perineal Hygiene pada Pasien Rawat Inap yang Terpasang Kateter di RS
Roemani Semarang. Jurnal Keperawatan Digital. http://jurnal.unimus.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 27 Januari 2017 pukul 16:50 WIB.
Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan
(pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan) edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurmalisa, Y & Adha, M. (2016). Peran lembaga sosial terhadap pembinaan moral
remaja di sekolah menengah atas [skripsi]. Lampung: Universitas Lampung.
Tidak dipublikasikan.
Oktafiani, S, et. al. (2014). Pengaruh Usia dan Konsep Diri terhadap Pencapaian
Peran Ibu Saat Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Bojongsari, Kecamatan Bojongsari,
Kabupaten Purbalingga. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 5(1), 33-42.
http://download.portalgaruda.org/. Diperoleh pada tanggal 07 April 2017 pukul
09:00 WIB.
Purba, I. (2011). Perbedaan pola asuh anak oleh ibu yang bekerja dan ibu yang tidak
bekerja pada suku jawa di desa kedai damar kecamatan tebing tinggi [skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Purnama, U. (2011). Hubungan antara status ibu bekerja atau ibu tidak bekerja
dengan status gizi anak balita di kecamatan medan tembung [karya tulis ilmiah].
Tidak dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Putra, R. (2012). Panduan riset keperawatan dan penulisan ilmiah, edisi pertama.
Yogyakarta: D-Medika.
Putri, F.T.P & Kusbaryabto. (2012). Perbedaan Hubungan Antara Ibu Bekerja dan
Ibu Rumah Tangga terhadap tumbuh kembang Anak Usia 2-5 Tahun. Jurnal
Mutiara Medika. 12(3), 143-149. http://journal.umy.ac.id/. Diperoleh pada
tanggal 04 Juni 2017 pukul 15:05 WIB.
Putri, S. (2013). Analisis fungsi persahabatan pada tokoh utama dalam film kimi no
tomodachi [skripsi]. Jakarta: Universitas Bina Nusantara. Tidak dipublikasikan.
Rahmawati, D. (2010). Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan motivasi
belajar pai siswa di smp darussalam ciputat [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Tidak dipublikasikan.
Ramadhan, K & Sabrina, I. (2016). Hubungan Personal Hygiene dengan Citra Tubuh
pada Lansia di Desa Sepe Kecamatan Lage Kabupaten Poso. Jurnal Kesehatan
xxiii
Prima. 10(2): 1735-1748. http://poltekkes-mataram.ac.id. Diperoleh pada tanggal
14 Juli 2017 pukul 10:35 WIB.
Retnosari, L, et. al. (2012). Hubungan Antara Pola Asuh Ibu dengan Keberhasilan
Penerapan Toilet Training pada Anak Usia Toddler (1-3 Tahun) di Desa
Karangreja Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu
Kesehatan. 10(1): 25-31. http://download.portalgaruda.org/. Diperoleh pada
tanggal 13 Juni 2017 pukul 10:20 WIB.
Rifa, N, et. al. (2015). Perbedaan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Vulva
Hygiene Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan di SMA Negeri 9
Semarang Tahun 2012. 4(2), 40-49. Jurnal Kebidanan.
http://jurnal.unimus.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 13 Februari 2017 pukul 14:20
WIB.
Rimawati, E, et. al. (2012). Kebersihan Orga Reproduksi pada Perempuan Pedesaan
di Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen Semarang. Jurnal Visikes. 11(1): 1-11.
http://download.portalgaruda.org/. Diperoleh pada tanggal 16 Juli 2017 pukul
09:00 WIB.
Saiin, N. (2015). Pengaruh status sosial ekonomi orang tua siswa terhadap prestasi
belajar pai siswa smp baitussalam surabaya [skripsi]. Surabaya: UIN Sunan
Ampel.
Saputra, I, & Irdawati. (2011). Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan tumbuh
kembang bayi prematur usia 6 sampai 12 bulan di wilayah kerja puskesmas se-
kecamatan banjarsari [skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah. Tidak
dipublikasikan.
Sari, R, et. al. (2013). Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Seks
Pranikah Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di SMA Islam Sultan Agung 3
Semarang. Jurnal Kebidanan. 2(2). http://jurnal.unimus.ac.id/. Diperoleh pada
tanggal 13 Februari 2017 pukul 14:35 WIB.
Sari, E, et. al. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Hygiene Saat
Menstruasi Terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Remaja Putri dalam
Merawat Perineum Saat Menstruasi. STIKES Telogorejo Semarang.
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Februari 2017 pukul
20:15 WIB.
Sari, W & Waluyanti, T. (2012). Perilaku Perawatan Diri saat Menstruasi pada Siswi
di Salah Satu SMK, Depok. Universitas Indonesia Library. http://lib.ui.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 16 Juli 2017 pukul 10:35 WIB.
Sasmita, M. (2015). Asuhan kebidanan pada Ny. A umur 25 tahun P 2A0 6-8 jam
postpartum di bps desy andriani bandar lampung tahun 2015 [karya tulis ilmiah].
Lampung: Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. Tidak dipublikasikan.
Setyarini, I, et. al. (2016). Hubungan Antara Usia Menikah dengan Kejadian Ca
Serviks di BKIA RSUUSD Gambiran Kota Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan. 5(1),
28-33. http://ejurnaladhkdr.com/. Diperoleh tanggal 09 Maret 2017 pukul 15:15
WIB.
Silalahi, N. (2014). Pengaruh pola asuh keluarga terhadap prestasi belajar siswa/i
kelas xi di sma negeri 2 rantau selatan kecamatan rantau selatan kabupaten
labuhan batu 2013 [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Tidak
dipublikasikan.
Soeliongan, S, et. al. (2013). Pola Bakteri pada Penderita Infeksi Saluran Kemih di
BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Biomedik.
http://portalgaruda.org/. Diperoleh pada tanggal 09 Maret 2017 pukul 10:30
WIB.
Sugiyanto, P. (2015). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku prososial siswa
kelas v sd se gugus 2 kecamatan pengasih kabupaten kulon progo tahun ajaran
2014/2015 [skripsi]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
xxv
Sulistyowati, M dan Widyastuti, I. (2017). Model Konseptual Faktor yang
Mempengaruhi Keputusan Berwirausaha (Pendekatan Role Model Theory).
Probank: Jurnal Ekonomi dan Perbankan. 2(1): 25-38. http://e-journal.stie-
aub.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 13 Juni 2017 pukul 00:35 WIB.
Supatmi & Adyani A. (2015). Tindakan Personal Hygiene (Vulva Hygiene) Saat
Menstruasi pada Siswi SMP Muhammadiyah X Surabaya. UM Surabaya
Journal. http://journal.um-surabaya.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 29 Januari
2017 pukul 21:05 WIB.
Suryati. (2012). Perilaku Kebersihan Saat Menstruasi. Jurnal Health Quality. 3(1),
54-65. http://www.poltekkesjakarta1.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 13 Januari
2017 pukul 12:45 WIB.
Suseno, D. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perilaku Toilet Training
dengan Kemandirian Anak Usia Pra-Sekolah di TK Aisyiyah Mendungan
Sukoharjo. Jurnal Komunikasi Kesehatan Edisi 4. 3(1): 1-7. http://e-
journal.akbid-purworejo.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 20 Juli 2017 pukul 08:40
WIB.
Susila & Suyanto. (2014). Metodelogi penelitian cross sectional kedokteran dan
kesehatan. Klaten: Bossscript.
Tarwoto, et. al. (2011). Anatomi dan fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta:
Trans Info Media.
Timbawa, S, et. al. (2015). Hubungan Vulva Hygiene dengan Pencegahan Infeksi
Luka Perineum pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM
Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp). 3(2). http://ejournal.unsrat.ac.id/.
Diperoleh pada tanggal 30 Maret 2017 pukul 00:45 WIB.
Waruwu, K, et. al. (2014). Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Perilaku Ibu
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD. Journal Universitas
Airlangga. 3(1): 43-51. http://journal.unair.ac.id/. Diperoleh pada tanggal 09 Juni
2017 pukul 01:50 WIB.
xxvii
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Kuesioner
Inisial : ..........
Kelas : ..........
Usia : .......... tahun
Usia Pertama Kali Menstruasi : .......... tahun
Usia Ibu : .......... tahun
Pendidikan Terakhir Ibu : ..........
Pekerjaan Ibu : ..........
Penghasilan Orang Tua : Rp ................. /bulan
No. Hp : ......................
Alamat Lengkap : ...................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
Petunjuk Pengerjaan:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan baik dan teliti sebelum Anda
menjawabnya.
2. Apapun jawaban Anda tidak akan mempengaruhi nilai mata pelajaran maupun
raport Anda di sekolah. Kerahasiaan jawaban sangat terjamin. Maka dari itu, Anda
diharapkan untuk tidak mencontek jawaban dari teman dan memilih jawaban yang
benar-benar berdasarkan pendapat, kondisi dan pengalaman Anda sendiri.
SELAMAT MENGERJAKAN
A. Berilah tanda checklist () pada salah satu jawaban berdasarkan pengalaman Anda
pada kotak yang telah disediakan dengan pilihan jawaban:
Y: Ya T: Tidak
No. Pernyataan Y T
Apakah Anda berusaha untuk menjaga kebersihan daerah
1.
kewanitaan?
Apakah Anda mencuci tangan dulu sebelum membasuh alat
2.
kelamin?
3. Apakah Anda mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari?
Apakah Anda segera mengganti celana dalam ketika tercium
4.
bau tidak sedap atau terasa becek?
Apakah Anda segera mengganti celana dalam yang basah
5.
terkena air setelah BAB/BAK?
Apakah Anda menggunakan tisu atau handuk khusus untuk
6.
mengeringkan organ kewanitaan setelah BAB/BAK?
7. Apakah Anda menggunakan pembalut yang mengandung gel?
Apakah Anda segera mengganti celana dalam yang terkena
8.
darah saat menstruasi?
Apakah Anda mandi satu kali sehari di hari libur ketika sedang
9.
menstruasi?
10. Apakah Anda mengganti pembalut minimal 3 kali sehari?
Apakah Anda mencuci bersih pembalut yang telah digunakan
11.
sebelum dibuang?
Apakah Anda membuang pembalut yang telah digunakan
12.
langsung ke dalam kloset atau saluran air?
Apakah Anda tidak mengganti pembalut ketika darah
13.
menstruasi yang keluar hanya sedikit?
Apakah Anda menggunakan feminime hygiene, seperti resik
14.
daun sirih?
Apakah Anda menggunakan feminie hygiene satu minggu
15.
sekali?
Apakah Anda menggunakan sabun mandi untuk membersihkan
16.
vagina ketika BAK atau mandi?
17. Apakah Anda membasuh vagina dari depan ke belakang?
18. Apakah Anda menabur bedak ke alat kelamin?
19. Apakah Anda mencukur sebagian rambut di area kelamin?
Apakah Anda tetap menggunakan air yang kotor untuk
20. membasuh vagina ketika tidak bisa menahan hasrat untuk
BAK/BAB ?
SELESAI
TERIMA KASIH
LAMPIRAN 2
Kuesioner
Inisial : ..........
Kelas : ..........
Usia : .......... tahun
Usia Pertama Kali Menstruasi : .......... tahun
Usia Ibu : .......... tahun
Pendidikan Terakhir Ibu : ..........
Pekerjaan Ibu : ..........
Penghasilan Orang Tua : Rp ................. /bulan
No. Hp : ......................
Alamat Lengkap : ...................................................................................
....................................................................................
....................................................................................
Petunjuk Pengerjaan:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan baik dan teliti sebelum Ibu menjawabnya.
2. Apapun jawaban Ibu tidak akan mempengaruhi nilai mata pelajaran maupun
raport anak Ibu di sekolah. Kerahasiaan jawaban sangat terjamin.
SELAMAT MENGERJAKAN
A. Pengetahuan Ibu
Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang menurut Ibu paling tepat dan
sesuai.
3. Apa yang Ibu lakukan setelah Ibu melihat atau mendapatkan informasi
tersebut?
a. Saya memberitahu orang-orang yang ada disekitar saya, termasuk anak
perempuan saya (3)
b. Saya hanya memberi tahu anak saya (2)
c. Saya mendiamkannya saja (1)
10. Mengganti pembalut pada saat menstruasi dilakukan setiap ... jam sekali.
a. 1 (1)
b. 2 (2)
c. 3 (3)
d. 4 (4)
11. Bila tidak sering mengganti pembalut saat menstruasi akan menyebabkan....
a. Bakteri mati saat berada di vagina (3)
b. Bakteri tidak akan berkembang biak di vagina (1)
c. Bakteri mudah berkembang biak di dalam vagina (4)
d. Bakteri baik melawan bakteri jahat sehingga tidak menyebabkan infeksi (2)
12. Yang tidak boleh dilakukan agar daerah kewanitaan tetap sehat dan bersih
adalah....
a. Memakai celana yang ketat (4)
xix
b. Mencukur sebagian rambut kemaluan (3)
c. Mengganti celana dalam ketika terasa basah (2)
d. Mengeringkan vagina dengan handuk khusus (1)
14. Cara menjaga kebersihan daerah kewanitaan agar terhindar dari kelembaban
adalah....
a. Mencukur sebagian rambut kemaluan (4)
b. Menyemprotkan parfum ke dalam vagina (2)
c. Tidak mengganti celana dalam yang basah (1)
d. Mengganti celana dalam maksimal 2 kali sehari (3)
15. Tindakan yang salah dalam menjaga daerah kewanitaan agar tetap sehat dan
bersih adalah....
a. Mencukur rambut kemaluan (3)
b. Menabur bedak ke alat kelamin (4)
c. Mengganti celana dalam 2 kali sehari (1)
d. Mandi 2 kali sehari ketika menstruasi (2)
No. Pernyataan Y T
Saya memberitahu anak saya bahwa menstruasi adalah tanda ia
1.
telah dewasa
Saya memberitahu anak saya bahwa salah satu tanda pubertas
2. pada wanita adalah tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan dan
ketiak
Saya memberitahu anak saya bahwa ia harus menjaga kebersihan
3.
organ reproduksinya
Saya memberitahu anak saya bahwa kebersihan organ reproduksi
4.
berfungsi untuk mencegah infeksi
Saya memberitahu anak saya untuk membasuh vagina dari arah
5. depan ke belakang menggunakan air bersih setelah BAK, BAB
dan mandi
Saya memberitahu anak saya untuk mengganti celana dalam
6.
minimal 2 kali sehari
Saya mengajarkan anak saya untuk menggunakan kain sebelum
7.
menggunakan pembalut ketika menstruasi
Saya memberitahu anak saya untuk tidak memakai celana yang
8.
terlalu ketat
Saya mengajarkan anak saya untuk menggunakan handuk atau
9.
tisu untuk mengeringkan organ kewanitaan setelah BAB/BAK
Saya memberitahu anak saya untuk tidak menyemprotkan
10.
parfum ke vagina
Saya memberikan contoh bagaimana cara memasang pembalut
11.
yang benar ketika anak saya mendapat menstruasi pertama
Saya mengajarkan anak saya bagaimana cara mencukur rambut
12.
kemaluan
Saya membungkus pembalut bekas pakai dengan kantong plastik
13.
atau koran/kertas bekas sebelum dibuang ke tempat sampah
14. Saya membawa pembalut cadangan di dalam tas milik saya
Ketika sedang dalam perjalanan jauh, saya menyempatkan diri
15.
untuk mengganti celana dalam karena tidak sempat mandi
Saya menggunakan kain sebelum menggunakan pembalut ketika
16.
menstruasi
17. Saya mandi minimal 2 kali sehari ketika menstruasi
18. Saya menggunakan pantyliner ketika mengalami keputihan
Saya menggunakan feminine hygiene, seperti resik daun sirih
19.
manjakani
20. Saya membawa tisu ketika masuk ke dalam toilet untuk
xxi
BAB/BAK
Ketika kami hanya berdua saja, saya memberitahu anak saya cara
21.
menjaga dan merawat kebersihan organ reproduksi
Jika anak saya bertanya bagaimana cara merawat dan menjaga
22.
organ reproduksi yang benar, saya akan menjawab seperlunya
Saya menyarankan anak saya menggunakan air rebusan daun
23. sirih untuk mengurangi rasa gatal ketika ia sedang mengalami
keputihan
Saya menyarankan untuk memakai pantyliner ketika anak saya
24.
mengeluh bahwa keputihan yang ia alami begitu banyak
Saya menegur anak saya jika tahu ia tidak mengganti pembalut
25.
selama seharian atau lebih dari 4 jam
Saya menegur anak saya jika ia membuang pembalut bekas pakai
26.
ke dalam kloset
Saya menegur anak saya jika ia langsung membuang pembalut
27. bekas pakai tanpa membungkusnya menggunakan kantong
plastik atau koran/kertas bekas
Saya menegur anak saya jika kukunya panjang dengan alasan
28.
agar vagina tidak luka ketika dibasuh
Saya menegur anak saya jika ia mandi hanya satu kali sehari di
29.
hari libur ketika sedang menstruasi
Saya mengingatkan anak saya untuk membawa pembalut
30.
cadangan ketika ia sedang menstruasi
xxiii
melakukan kesalahan?
33. Apakah Ibu mengantar-jemput anak Ibu kemanapun ia pergi?
TERIMA KASIH
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI
27
LAMPIRAN 5
31
LAMIRAN 5
BAB I
BAB II
33
BAB III
BAB IV
35
BAB V
LAMPIRAN 13
LEMBAR KONSULTASI
Tanda
No. Tanggal Uraian Kegiatan/Bimbingan
Tangan
39
LAMPIRAN 13
LEMBAR KONSULTASI
Tanda
No. Tanggal Uraian Kegiatan/Bimbingan
Tangan
41