Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN APLIKASI JURNAL TERAPI RELAKSASI OTOT

PROGRESIF PADA PASIEN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DI RUANG BANGAU
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMSEL

Disusun oleh Kelompok14:


Deyan Novika S, S.Kep
Dela Nuraini, S.Kep
Elsa Desfania, S.Kep
Rizky Cahya m, S.Kep
Tri Anggraini, S.Kep

Pembimbing Akademik: Sri Maryatun, S.Kep., Ns., M.Kep


Pembimbing Klinik : Citrawati, M.Kep
LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau
lebih fungsi yang penting dari manusia meliputi fungsi psikologik, perilaku, biologi. Gangguan
tersebut tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat
sekitar (Muslim, 2002; Maramis, 2010 dalam Yusuf dkk, 2015).

Gangguan jiwa berat sebagai contoh Skizofrenia, mempunyai ciri khas menarik diri dari
lingkungan sosial dan hubungan personal serta hidup dalam dunianya sendiri yang diikuti
delusi dan halusinasi yang berlebihan akan menyebabkan resiko perilaku kekerasan.

. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri
• Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dan perilaku yang maladaptif menjadi
perilaku adaptif (Hartono, 2010)

Salah satu aktivitas terarah yang dapat diajarkan kepada klien dalam mengendalikan perilaku
kekerasan adalah dengan menggunakan teknik relaksasi berupat otor progresif . Otot progresif
merupakan suatu teknik relaksasi memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi
otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan
perasaan relaks (Herodes, 2010)
TUJUAN

Untuk mengetahui perbedaan perilaku


kekerasan pada klien skizoprenia
sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan berupa Teknik Relaksasi
Otot Progresif.
MANFAAT

 Untuk mengetahui definisi dari Teknik

Relaksasi Otot Progresif

 Untuk mengetahui tujuan dari Teknik

Relaksasi Otot Progresif

 Untuk mengetahui manfaat dari Teknik

Relaksasi Otot Progresif

 Untuk mengetahui langkah-langkah dari

Teknik Relaksasi Otot Progresif


PERILAKU KEKERASAN
Definisi

Faktor Predisposisi

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan


emosi yang merupakan campuran perasaan
Faktor Presitipasi
frustasi dan benci atau marah. Hal ini
didasari keadaan emosi secara mendalam
dari setiap orang sebagai bagian penting dari
keadaan emosional kita yang dapat
diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri
atau secara dekstruktif.
Tanda & Gejala PK

• 1. Fisik
• 2. Verbal
• 3. Perilaku
• 4. Emosi
• 5. Intelektual
• 6. Spiritual
• 7. Sosial
• 8 Spiritual
RENTANG RESPON
Penatalaksanaan dari perilaku
kekerasan
1. Farmakoterapi

a. Obat anti psikosis, phenotizin


(CPZ/HLP)
b. Obat anti depresi, amitriptyline
c. Obat anti ansietas, diazepam,
bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia, phneobarbital
2. Terapi modalitas

a. Terapi keluarga
b. Terapi kelompok
c. Terapi musik
d. Terapi melukis
POHON MASALAH
KARAKTERISTIK PASIEN
No Nama Karaktristik Pasien
1. Sl Pasien mengatakan bahwa pasien sering kesal karena merasa
direndahkan oleh keluarga dan tetangganya karena masalah
pekerjaannya yang hanya seorang tukang daging, pasien juga
sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk
memukul orang atau melukai dirinya sendiri. Pasien memiliki
riwayat minum minuman beralkohol dan konsumsi narkoba
2. Pr Pasien mengatakan bahwa sering merasa kesal ketika
permintaannya tidak dipenuhi terutama oleh istrinya. Pasien
juga sering memukul istrinya jika ia sedang kesal
3. Dd Pasien mengatakan bahwa dirinya kesal karena tidak
diberikan uang oleh orang tuanya kemudian ia mengamuk dan
menghancurkan lemari yang ada di rumahnya

4. Mh Pasien mengatakan kesal dan marah karena dirinya tidak


diperbolehkan minum-minuman keras dan pasien dipasung
oleh keluarganya
PEMBAHASAN
TEORI & JURNAL
Relaksasi Otot Progresif

Progressive muscle relaxation adalah terapi relaksasi yang


memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot sehingga
tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti
dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot–
otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk
memberikan perasaan relaksasi secara fisik secara berturut-
turut (Synder & Lindquist, 2002; Herodes, 2010; Suryanti &
Ariani, 2018)
• Pangestika, et. al. (2016)
Relaksasi otot progresif dapat meningkatkan
keterampilan dasar relaksasi untuk mengontrol
marah dan memperbaiki kemampuan mengatasi
stres karena meningkatkan produksi hormon
serotonin yang berkaitan dengan mood.

• Menurut Noviantika (2016)


terapi relaksasi otot progresif sama baiknya dengan
terapi musik karena dapat mempengaruhi mood dan
status emosional seseorang dan memberikan efek
pada sistem limbik dan saraf otonom untuk
menciptakan ketenangan dan memperbaiki mood
pasien.
• Suryanti & Ariani (2018)

Relaksasi otot progresif dapat digunakan


oleh pasien tanpa bantuan terapis.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa kedua kelompok
sama-sama mengalami penurunan
perilaku kekerasan lebih rendah secara
bermakna, yaitu berada pada kategori
rendah sampai sedang.
KRITERIA PASIEN

 Mempunyai riwayat perilaku kekerasan


 Pasien kooperatif
 Pasien dalam keadaan tenang
 Pasien sudah mengetahui minimal SP 2
perilaku kekerasan
 Pasien tidak pengalami masalah pada
ekstremitas atas (misalnya tremor, carpal
tunnel syndrom, fraktur ekstrimitas atas dll)
 Pasien bisa berkonsentrasi dengan baik
 Pasien bersedia mengikuti kegiatan ROP
Aplikasi Terapi ROP pada Pasien dengan Perilaku
Kekerasan di RS Ernaldi Bahar
Proses Terapi
1. Proses terapi seni melibatkan rangkaian integrasi
energi yang di lepaskan oleh klien sebagai hasil
dari interaksi dengan terapis. (Cox 1978)
2. Tujuan utama dari terapi seni adalah fasilitasi
keterikatan kembali dengan masa lalu untuk di
keluarkan.
3. Proses fasilitasi ini membutuhkan kemampuan
terapis untuk menerima dan mentoleransi semua hal
yang terjadi selama proses terapi. (Tessa and Dalley,
1992)
Terapi Relaksasi Otot Progresif

Kelebihan Kekurangan
LAPORAN HASIL
TERAPI relaksasi
Otot progresif
terdiri DARI 10 orang PASIEN :
Dedet
Fikri
Kardius
Frengki
Aan
Reno
Erik
Agus
Sangkut
Suwarno
EVALUASI
• Evaluasi dilakukan pada saat proses terapi
selesai khususnya pada tahap kerja untuk
menilai proses selama pasien melakukan
kegiatan melukis. Aspek yang dinilai sesuai
dengan tujuan terapi.
KEMAMPUAN VERBAL
HARI I (TERAPI MELUKIS)
TEMA “POHON” (22 Maret 2018)
HARI II (TERAPI MELUKIS)
TEMA ”RUMAH” (jum’at, 23 Maret 2018)
HARI III (TERAPI MELUKIS)
TEMA “HEWAN” (Sabtu, 24 Maret 2018)
HARI IV (TERAPI MELUKIS)
TEMA “PEMANDANGAN” (Senin, 26 Maret 2018)
HARI V (TERAPI MELUKIS DENGAN FINGERS)
TEMA “BEBAS” (Selasa, 27 Maret 2018)
EVALUASI
EVALUASI PERAWAT
• Ketika kegiatan terapi berlangsung leader
mampu memimpin jalannya kegiatan secara
terstruktur dan mengkoordinasi kegiatan
dengan baik.
• Co leader mampu membantu leader dalam
mengkoordinir jalannya kegiatan dan
mengingatkan leader jika ada fase yang belum
dilakukan.
LANJUTAN...

• Fasilitator mampu melakukan tugasnya yaitu


memotivasi peserta dalam terapi dan
membimbing kelompok selama kegiatan terapi,
serta membantu leader dalam memngkoordinir
jalannya terapi.
• Observer mampu memantau jalannya kegiatan
dan mencatat hasil kegiatan terapi sampai
selesai dan mendokumentasikan seluruh
kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan.
EVALUASI PASIEN
• Ketika kegiatan terapi berlangsung pasien
kooperatif dan mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir. Setelah melukis pasien
menceritakan hasil lukisannya dan pasien
merasa senang karena dapat menceritakan hasil
lukisannya. Selama proses melukis pasien
tenang dan tidak gelisah atau emosi, pasien juga
mengatakan kegiatan ini bermanfaat untuk
mengisi waktu luang dan menambah teman.
EVALUASI LINGKUNGAN
• Terapi dilakukan didalam ruangan Bangau.
Posisi duduk bentuk lingkaran. Ketika dilakukan
kegiatan terapi melukis, lingkungan cukup
kondusif karena semua pasien berada di dalam
kamar masing-masing.
PENUTUP

Kesimpulan
Saran
-Kelebihan
- Kekurangan
DOKUMENTASI
TERIMA KASIH . . . . .

Anda mungkin juga menyukai