Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ANALISIS ISU INSTANSI

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS TAHUN 2021

Angkatan : LXXX (80) Kelompok 3


Nama : Tri Anggraini
NDH : 69
Instansi : Puskesmas Tapus, Dinas Kesehatan, Pemerintah Kabupaten Lebong
Nama Mentor : Luly Sustalena, SKM
Jabatan Mentor : Kepala Puskesmas Tapus

1. Gambaran Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pembangunan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok (Herlambang, 2016). Riyadi (2017) menerangkan bahwa Puskesmas
merupakan unit pelayanan terdepan dan langsung dapat menjangkau masyarakat melalui pelayanan
kesehatan dengan memberikan pengobatan rawat jalan dan rawat inap termasuk di dalamnya
terdapat upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan
kesehatan. Sebagai tulang punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama, maka diperlukan titik
fokus dan penyelerasan sumber daya yang tepat untuk mencapai masa depan Puskesmas yang
sukses dan memastikan bahwa setiap orang bekerja untuk satu tujuan yang tertuang dalam visi dan
misi Puskesmas.
Visi merupakan cita-cita dan pernyataan arah atau tujuan dari Puskesmas. Visi Puskesmas
Tapus adalah “Terwujudnya Puskesmas Tapus sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
berkualitas, profesional, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta menghasilkan
layanan yang memuaskan”. Sedangkan misi merupakan upaya dan panduan yang jelas serta efektif
untuk tercapainya visi yang telah dibuat dan disepakati. Berikut adalah misi Puskesmas Tapus:
a. Ikut menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
b. Menciptakan penyelenggaraan layanan kesehatan dasar sesuai standar
c. Memelihara dan Meningkatkan Pelayanan kesehatan bermutu, merata dan terjangkau
d. Mendorong Masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat
Puskesmas Tapus yang terletak di jalan Raya Topos, Kecamatan Topos, Kabupaten
Lebong, Provinsi Bengkulu memiliki peran penting dalam upaya peningkatan status kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan mewujudkan pelayanan prima ke masyarakat, maka
Puskesmas harus terus berbenah dan berproses untuk menjadi lebih baik sehingga mampu
memberikan kepuasan pada masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Tapus.
Namun dalam pelayanannya, Puskesmas Tapus juga tentunya mengalami beberapa
hambatan yang kemudian menghasilkan beberapa isu-isu kesehatan di lingkungan kerja Puskesmas
Tapus. Isu-isu tersebut adalah kurangnya pengetahuan para remaja mengenai seks edukasi untuk
mencegah seks pranikah dan pernikahan dini, kurangnya informasi mengenai jadwal vaksin
COVID-19 di Puskesmas kepada masyarakat, masyarakat yang tidak mau memanfaatkan layanan
fasilitas kesehatan di masa pandemi dengan alasan takut di-COVID-kan, belum terlaksananya
program paliatif care di Puskesmas pada pasien-pasien yang menderita kanker serta perbedaan
persepsi para perawat dalam mengisi form asuhan keperawatan.

2. Identifikasi Isu
a. Kurangnya pengetahuan para remaja mengenai seks edukasi untuk mencegah seks pranikah dan
pernikahan dini.
b. Kurangnya informasi mengenai jadwal vaksin COVID-19 di Puskesmas kepada masyarakat.
c. Masyarakat yang tidak mau memanfaatkan layanan fasilitas kesehatan di masa pandemi.
d. Belum terlaksananya program paliatif care di Puskesmas pada pasien-pasien yang menderita
kanker.
e. Perbedaan persepsi para perawat dalam mengisi form asuhan keperawatan.

3. Menapis Isu Prioritas


Bobot Penetapan Kriteria Kualitas Isu APKL dan USG
Bobot Keterangan
5 Sangat perlu
4 Perlu
3 Sedang
2 Kurang perlu
1 Tidak perlu

a. Menetapkan isu aktual dengan teknik APKL


Aktual : Isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam
masyarakat
Problematik : Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu dicarikan
segera solusinya secara komprehensif
Kelayakan : Isu tersebut masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya
Layak : Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak
No. Masalah A P K L Total Peringkat
Kurangnya pengetahuan para remaja
mengenai seks edukasi untuk
1. 3 4 4 4 15 I
mencegah seks pranikah dan
pernikahan dini
Kurangnya informasi mengenai jadwal
2. vaksin COVID-19 di Puskesmas 3 3 3 4 13 II
kepada masyarakat
Masyarakat yang tidak mau
3. memanfaatkan layanan fasilitas 4 3 2 3 12 III
kesehatan di masa pandemi
Belum terlaksananya program paliatif
4. care di Puskesmas pada pasien-pasien 1 3 3 2 9 IV
yang menderita kanker
Perbedaan persepsi para perawat dalam
5. 1 2 3 1 7 V
mengisi form asuhan keperawatan

b. Penentuan prioritas masalah dengan Metode USG


Urgency : Seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti
Seriousness : Seberapa serius suatu isu harus dibahas dan dikaitkan dengan akibat yang akan
ditimbulkan
Growth : Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani
segera
No. Masalah U S G Total Peringkat
Kurangnya pengetahuan para remaja
1. mengenai seks edukasi untuk mencegah seks 4 4 4 12 I
pranikah dan pernikahan dini
Kurangnya informasi mengenai jadwal vaksin
2. 3 3 3 9 III
COVID-19 di Puskesmas kepada masyarakat
Masyarakat yang tidak mau memanfaatkan
3. 4 4 3 11 II
layanan fasilitas kesehatan di masa pandemi
Belum terlaksananya program paliatif care di
4. Puskesmas pada pasien-pasien yang 2 2 2 6 V
menderita kanker
Perbedaan persepsi para perawat dalam
5. 2 3 3 8 IV
mengisi form asuhan keperawatan

Hasil dari identifikasi dan penilaian isu melalui teknik Tapisan APKL dan USG, maka didapatkan
bahwa isu kurangnya pengetahuan para remaja mengenai seks edukasi untuk mencegah seks
pranikah dan pernikahan dini menjadi prioritas utama.
4. Analisis Isu Prioritas
Fishbone
Sebab Akibat

Keluarga Ekonomi

Kurangnya pengetahuan
para remaja mengenai seks
edukasi untuk mencegah
seks pranikah dan
pernikahan dini

Lingkungan Pendidikan

a. Penyebab terjadinya isu


1) Hamil di luar nikah
2) Beban ekonomi keluarga/kemiskinan
3) Rendahnya tingkat pendidikan orang tua
4) Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pentingnya pendidikan untuk anak
5) Stigma masyarakat mengenai perempuan yang belum menikah sampai usia 25 tahun

b. Dampak jika isu tidak terselesaikan


1) Kehamilan yang tidak diinginkan
2) Resiko tertular infeksi
3) Tingginya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
4) Tingginya angka kematian ibu dan bayi karena melahirkan di usia muda
5) Meningkatnya kasus ibu hamil yang kekurangan gizi, keguguran, dan melahirkan bayi cacat
6) Meningkatnya kasus malnutrisi pada anak
7) Meningkatnya kasus perceraian usia muda
8) Meningkatnya penderita kanker serviks

5. Rekomendasi Penyelesaian
a. Membuat media informasi berupa poster mengenai bahaya seks pra nikah dan pernikahan dini
di Puskesmas Tapus
b. Membuat media informasi berupa brosur/pamflet yang mudah dibaca mengenai bahaya seks
pra nikah dan pernikahan dini agar dapat dibawa pulang oleh remaja dan diberikan ke keluarga
c. Melakukan penyuluhan terkait bahaya seks pra nikah dan pernikahan dini di sekolah-sekolah
d. Melakukan penyuluhan terkait bahaya seks pra nikah dan pernikahan dini di posyandu remaja
e. Melakukan konseling kelompok (peer support) para remaja dengan orang tua penganut budaya
menikah muda di posyandu remaja
f. Pelatihan kader mengenai bahaya seks pra nikah dan pernikahan dini

Anda mungkin juga menyukai