PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang melibatkan sepeda motor dan umumnya bagian tubuh yang mengalami
cedera adalah kepala dan anggota gerak atas maupun bawah (Mariana, 2017).
(Riyadina, et. al., 2011 dikutip Sumarno, et. al., 2016). Cedera kepala atau
otak sehingga menjadi berbahaya dan harus segera ditangani (Ware, 2005
otak (herniasi) dan dapat mengakibatkan kematian sel otak (Rosjidi, 2014
1
masalah ini adalah membatasi gerakan pada kepala, leher dan punggung,
mengatur posisi head up tilt bila tanpa indikasi cidera tulang belakang
serta mengobati edema (Soertidewi, 2012; Suryani, 2016). Sole, et. al. (2012)
pencegahan kejang.
Head up tilt adalah posisi untuk menaikan kepala (elevasi) dari tempat
tidur sekitar 300 sampai 600 dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar (Bahrudin,
positioning pada pasien dengan cedera kepala dapat berupa posisi supine atau
telentang dan posisi semi fowler atau setengah duduk dengan kemiringan 300.
Wahyudi (2015) menyebutkan elevasi kepala pasien dan tempat tidur dapat
diposisikan secara berurutan 00 – 200 – 450, sedangkan Meng, et. al., (2012)
penurunan signifikan walaupun kecil terhadap volume darah otak dan saturasi
jurnal yang berhubungan dengan pemberian posisi head up tilt untuk pasien
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Membandingkan dan memilih salah satu teknik posisi head up tilt yang
lebih efektif untuk pasien Trauma Capitis sesuai dengan evidence based saat
ini.
2. Tujuan Khusus
Capitis
diberikan
Trauma Capitis
C. Metode Penulisan
Trauma Capitis menggunakan electronic data base. Adapun data base yang
Health Science. Kata kunci yang digunakan adalah Trauma Capitis, cedera
kepala, head injury, perfusi jaringan serebral, peningkatan tekanan intra kranial
dan head up tilt. Kriteria artikel yang ditemukan adalah membahas tentang
posisi head up tilt untuk pasien dengan Trauma Capitis. Jenis artikel adalah
penelitian atau systematic review, artikel harus diakses penuh melalui data
3
pemberian posisi head up tilt untuk pasien dengan Trauma Capitis. Tahun
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Trauma Capitis
Trauma capitis atau trauma kepala atau cedera kepala adalah suatu
gangguan traumatik atau trauma mekanik pada kepala baik secara langsung
sosial dan pekerjaan (Damanik, 2011 dikutip Suryani, 2016; Black dan Hawks,
Komplikasi lainnya yang sering terjadi pada pasien cedera kepala adalah
5
terlihat dan defisit kognitif seperti gangguan memori, konsentrasi dan
vital di dalam otak (herniasi) dan dapat mengakibatkan kematian sel otak
(Rosjidi, 2014 dikutip Alfianto, 2015). Hal ini berdasarkan hipotesis Monro-
intracranial, jaringan otak dan/atau cairan otak yang bersifat tetap karena
berada dalam ruang tengkorak yang bersifat kaku sehingga tekanan tersebut
dapat mengganggu kesehatan (Nurarif, 2013 dikutip Ismiana, 2014). Berat otak
hanya kurang dari 2% dari berat badan, namun memerlukan 15% kardiak
output dan menyita 20% oksigen yang beredar ditubuh, serta membutuhkan
25% dari seluruh glukosa dalam tubuh karena otak merupakan jaringan tubuh
6
intrakranial merupakan jumlah volume darah intracranial, jaringan otak
dan/atau cairan otak yang bersifat tetap karena berada dalam ruang tengkorak
yang bersifat kaku sehingga tekanan tersebut menjalar ke setiap sisi ruangan di
flow (CBF) adalah 50-60 ml per 100 gram jaringan otak permenit (Ismiana,
2014). Besarnya CBF ditentukan oleh faktor tekanan darah sistemik, laju
metabolisme otak dan PaCO2. Keadaan CBF juga menentukan tekanan perfusi
jaringan otak yang normalnya dipertahankan 60-70 mmHg. Jika berat otak
1500 gram, maka akan mendapatkan darah sebanyak 700-900 ml/menit. Otak
juga menggunakan 20% dari oksigen tubuh dan tidak mampu menyimpan
energi, sehingga otak sangat tergantung dari suplai luar. Pada saat terjadi
sumbatan atau pecahnya pembuluh darah yang mensuplai otak seperti trauma
teritori vaskuler yang terkena (Huda, 2011). Jika teritori yang terkena adalah
arteri serebral media, pasien akan sering mengeluh parastesia dan defisit
menetap lebih lama daripada yang dapat ditoleransi oleh otak, maka akan
7
terjadi kematian sel yang disertai dengan kolaps darah otak dan mengakibatkan
influks cairan ke dalam jaringan otak yang infark disertai oedema serebri
dengan tanda klinis hipertensi intrakranial yang mengancam jiwa seperti sakit
Suarjaya, et. al. (2012) menyebutkan bila sintesis ATP otak tidak
Prinsip utama untuk menangani nyeri kepala post trauma ini melalui
mmHg atau lebih serta mengurangi tekanan intrakranial kurang dari 25 mmHg
hasil dari cedera primer atau keterlambatan dalam pengobatan yang dapat
et. al., 2013). Tanda dan gejala dari peningkatan tekanan intrakranial antara
lain nyeri kepala, muntah, postur yang tidak normal, reaksi pupil berespon
8
jelek pada cahaya, disorientasi, letargis, penurunan kesadaran, hipertensi
Ginsberg, 2008).
dalam tengkorak pada satu satuan waktu. Keadaan normal dari tekanan
intrakranial bergantung pada posisi pasien dan berkisar kurang atau sama
dengan 15 mmHg (Mak, et. al., 2013). TIK didefinisikan sebagai tekanan di
parenkim serebral sekitar 80% dari isi intrakranial, CSF 10%, dan darah
akan mendesak pada dua kompartemen lain (Rodriguez-Boto, et. al., 2015).
tekanan darah, frekuensi nadi dan pernapasan adalah gejala klinis yang
9
Konsentrasi karbondioksida dalam darah dan dalam jaringan otak
b. Edema serebral
yang hasilnya terjadi retensi urin bahkan adanya tumor kecil dapat
Intrakranial terdiri dari tiga komponen antara lain otak (80%), CSS
(10%), dan darah (10%). Ruang kranial yang kaku berisi jaringan otak
(1400 g), darah (75 ml), dan cairan serebrospinal (75 ml). Volume dan
15 mm Hg. Setiap lesi atau akumulasi cairan yang mengambil ruang dalam
tersebut. Oleh karena itu, setiap pembengkakan jaringan otak dari cedera
atau operasi, pembuluh darah yang pecah, tumor, abses, atau lesi yang
10
menempati rongga dalam tengkorak dapat menyebabkan resiko TIK
menjadi meningkat (Mak, et. al., 2013; Rodriguez-Boto, et. al., 2015).
mereka. Jika tekanan tersebut naik sangat tinggi dan tetap tinggi untuk
keterlambatan dalam menanggapi isyarat verbal. Ketika TIK naik, hal itu
Sel-sel saraf pada umumnya sensitif terhadap hipoksia dan tidak dapat
jaringan otak. Jika TIK terus meningkat jaringan otak akan mengalami
herniasi. Herniasi ini menghasilkan tekanan pada struktur vital dari otak
11
dan reaksi pupil sebagai karakteristik dari peningkatan TIK (Porter, 2010;
Nayduch, 2009).
atau menyebarnya bekuan darah pada otak dapat mendesak otak pada saraf
Tanda dan gejala TIK secara lengkap antara lain ukuran pupil yang
edema, dan ekstensi atau fleksi abnormal. Muntah berulang dapat terjadi
pada peningkatan tekanan pada pusat refleks muntah di medula (Mak, et. al.,
2013).
12
dan menyebabkan anoksia otak yang tidak dapat pulih dan mati otak
anti diuretik. Urine pasien berlebihan. Terapi yang diberikan terdiri dari
volume cairan, elektrolit pengganti dan terapi vasopressin (Mak, et. al.,
2013).
dari tempat tidur sekitar 300 sampai 600 dan posisi tubuh dalam keadaan sejajar
konvensional yang dilakukan secara rutin untuk individu dengan luka pada
otak dengan hipertensi intrakranial (Ismiana, 2014). Schneider, et. al. (2007)
dikutip Supadi (2012) menyatakan bahwa mengatur posisi kepala elevasi 150-
13
Teori yang mendasari elevasi kepala ini adalah peninggian anggota tubuh
di atas jantung dengan vetebralis axis akan menyebabkan cairan serebro spinal
posisi kepala elevasi 300 pada pasien cedera kepala bertujuan memberikan
nyaman dan rileks dan mampu menurunkan intensitas nyeri kepala pasien dan
Menurut Affandi dan Panggabean (2016), fungsi dari posisi elevasi 300 yaitu
intrakranial. Pertami, et. al. (2017) juga menyebutkan bahwa posisi kepala 300
disarankan karena pada saat posisi 300, tekanan arteri intra kranial menjadi
Pertama, elevasi kepala menaikan drainase pembuluh darah vena jugularis dan
(CSS) untuk mengalir ke kanal tulang belakang, sehingga jumlah CSS di otak
menurun (March dan Hickey, 2014). Elevasi kepala dapat menurunkan tekanan
jugular yang tak berkatup sehingga menurunkan volume darah vena sentral
14
intrakranial (Priasojo, 2017). Namun, posisi head up dianjurkan untuk dengan
(Soertidewi, 2012).
D. Kerangka Konsep
15
BAB III
16
(2016) (penurunan tekanan secara berkelanjutan detik pertama selama pasien dengan
darah sistolik atau atau Finometer posisi head up tilt 30°, pengurangan bersamaan
diastolik masing- (Finometer, Finapres 60° dan 80°, dan 10 dalam MAP, CPPe, rScO2
masing ≥20 mmHg Medical Sistem, detik terakhir head p tilt dan MCA Vmean. Mxa/c
dan ≥10 mmHg, atau Amsterdam, Belanda) (HUT0) dan setelah rendah pada pasien dalam
peningkatan denyut yang keduanya diukur periode kemiringan posisi terlentang memiliki
jantung (HR) dari ≥ menggunakan (300 detik setelah kemungkinan besar
30 kali/menit, photoplesmytographic HUT0). mencerminkan
tingkat kesadaran secara terus menerus autoregulasi yang utuh
rendah dan cedera per irama detak jantung. dalam posisi ini.
kepala. Kriteria Penggunaan monitor Menariknya, Mx konstan
eksklusi: fraktur, CNAP kemudian untuk kelompok konrol
luka, trombosis vena dihentikan karena yang sehat diseluruh
dalam, diabetes atau kerusakan. penelitian menandakan
sirosis hati. Responden diamankan bahwa sistem
menggunakan tali di kardiovaskular merespons
atas meja yang miring peningkatan tekanan
dengan kaki di atas ortostatik yang
footplate. Responden diperkenalkan oleh HUT,
17
beristirahat setidaknya sedangkan pasien tidak
30 menit selama menunjukkan reaksi ini
instrumentasi. Setelah terhadap HUT.
itu, 300 detik dari garis Kemudian terjadi
dasar terlentang pengurangan ortostatik di
direkam dan responden MCA Vmean sebesar 16%
dimiringkan 30°, 60° dan 13% pada masing-
dan 80° (head up) masing pada pasien dan
dalam interval 60 detik kelompok kontrol yang
dan ditahan maksimal sehat selama 60° HUT.
18 menit pada sudut Meskipun tidak ada
kemiringan 80°. Jika perbedaan dalam
intoleransi ortostatik perubahan MCA Vmean
terjadi, maka responden untuk pasien dan kontrol
segera dibawa ke posisi yang sehat, perubahan
horizontal dan hasilnya rScO2 dan Mxc selama
terus dilanjutkan untuk HUT mungkin terjadi.
sampai 30 menit Lebih jauh, perbedaan itu
bisa ditekankan jika
18
pasien tidak diturunkan
pada posisi terlentang.
Terjadi sedikit
peningkatan pada MAP,
CPPe dan rScO2 pada
HUT 80° disebabkan oleh
lebih sedikit pasien yang
termasuk pada saat ini,
sejak lima pasien muncul
intoleransi ortostatik pada
posisi HUT 60°. Sebagai
tambahan, pasien dengan
cedera otak berat berbeda
dari kontrol yang sehat
sehubungan dengan
pengurangan postural
dalam tekanan darah dan
rScO2. Hal ini didukung
oleh temuan gangguan
19
sensitivitas baroreflex
yang digambarkan melalui
analisis frekuensi
variabilitas HR.
2. Sumirah Effect of 300 Populasi dalam Peneliti melakukan Penelitian ini Berdasarkan penelitian
Budi Head Up penelitian ini adalah posisi head-up 30° pada merupakan penelitian yang telah dilakukan
Pertami, Position on semua pasien dengan kelompok perlakuan Quasy-Eksperimental menunjukkan p-value
Sulastyawati, Intracranial cedera kepala di dan posisi head-up 15° dengan post-test only 0,010 (<0,05) pada tingkat
Puthut Pressure Change bangsal bedah rumah ke grup kontrol dan control time series kesadaran dan p-value
Anami in Patients with sakit umum Dr. R. memperoleh data yang design 0,031 (<0,05) pada rata-
(2017) Head Injury in Soedarsono relevan sesuai dengan rata tekanan arteri,
Surgical Ward of Pasuruan yang tujuan penelitian. sehingga dapat
General Hospital berjumlah 30 Perlakuan pengaturan disimpulkan bahwa
of Dr. R. responden. Pasien posisi ini dilakukan saat terdapat pengaruh yang
Soedarsono dipilih menggunakan pasien di rawat di signifikan secara statistik
Pasuruan consecucutive bangsal bedah. dari posisi kepala 300 pada
sampling dengan 15 Perawatan diberikan tingkat kesadaran dan
responden sebagai selama 2 jam pada hari tekanan arteri rata-rata
kelompok perlakuan pertama dan kemudian
20
dengan diberikan tingkat kesadaran serta
posisi head up 300 mengukur Mean
dan kelompok Arterial Pressure
kontrol posisi kepala (MAP) (posttest 1).
150. Variabel Kemudian dilanjutkan
tekanan intrakranial kembali selama 2 jam.
diidentifikasi Level kesadaran dan
menggunakan MAP diukur kembali
tingkat kesadaran (posttest 2).
dan parameter Tingkat kesadaran
tekanan arteri rata- diukur menggunakan
rata yang kemudian instrumen GCS
dianalisis (Glasgow Coma Scale)
menggunakan untuk menggambarkan
Wilcoxon test tekanan intrakranial.
Sedangkan MAP atau
rata-rata tekanan arteri
dihitung dengan
mengukur tekanan
21
darah lalu menghitung
sistole dikalikan
diastole dan dibagi tiga.
Pengukuran MAP untuk
menjelaskan tekanan
intrakranial yang
dikategorikan dalam 3
kelas, yaitu: Tinggi jika
MAP >100 mmHg;
Normal jika MAP
dalam kisaran 70 – 100
mmHg dan Rendah jika
MAP <70 mmHg
3. Lizhong Head-up Tilt and Populasi berjumlah Intervensi dilakukan Data yang disajikan dari Berdasarkan hasil
Meng, Hyperventilation sebanyak 33 pasien. pada pasien bedah studi FD-NIRS penelitian didapatkan
William W. Produce Similiar Setelah melakukan tanpa penyakit didapatkan bahwa dari bahwa terjadi penurunan
Mantulin, Changes in informed consent neurologis yang dibius pasien yang sama yang kecil namun signifikan
Brenton S. Cerebral secara lisan dan dengan propofol- direkrut untuk secara statistik pada
Alexander, Oxygenationand tertulis, pasien remifentanil. Sebelum mempelajari efek saturasi oksigen jaringan
22
Albert E. Blood Volume: dijadwalkan untuk memulai operasi, pengobatan vasopressor otak dan volume darah
Cerussi, An mengikuti prosedur domain frekuensi pada saturasi oksigen serebral yang disebabkan
Bruce J. Observational non-bedah saraf spektroskopi jaringan otak dan hasil oleh head up tilt dan
Tromberg, Comparison elektif di University inframerah dekat (FD- mengenai perbandingan hiperventilasi sebanding.
Zhaoxia Yu, Study Using of California Irvine NIRS) digunakan untuk cardiac output diukur Tidak ada korelasi antara
Kathleen Frequency- Medical Center mengukur saturasi menggunakan penurunan saturasi
Laning, Zeev domain Near- direkrut untuk oksigen jaringan otak esophageal Doppler dan oksigen jaringan otak dan
N. Kain, infrared penelitian ini. dan volume darah Vigileo FloTrac yang volume darah serebral
Maxime Spectroscopy Kriteria eksklusi: serebral pada posisi sebelumnya telah serta penurunan tekanan
Cannesson usia ≤ 18 tahun, terlentang, pada posisi dipublikasikan darah dan curah jantung
(2012) penyakit head-up dan head down selama posisi head-up tilt
serebrovaskular, 30° serta selama dan head down tilt.
simtomatik penyakit hipoventilasi dan Namun, penurunan
kardiovaskular, hiperventilasi. saturasi oksigen jaringan
hipertensi yang tidak otak dan volume darah
terkontrol (TD serebral berkorelasi
sistolik ≥ 160 dengan penurunan ETCO2
mmHg) dan diabetes selama penyesuaian
mellitus yang tidak ventilasi.
23
terkontrol (glukosa
darah ≥ 200
mgdL−1).
33 pasien (22 laki-
laki, 11 perempuan,
berusia 59 tahun,
tinggi 173 cm dan
berat badan 77 kg)
yang direkrut untuk
penelitian
didapatkan bahwa 3
pasien dikategorikan
sebagai American
Society of
Anesthesiologists
(ASA) status fisik I,
22 pasien
dikategorikan
sebagai ASA II dan
24
dikategorikan
sebagai ASA III.
Para ahli anestesi
yang hadir kemudian
menarik 5 pasien
dari komponen
penelitian tilt
dikarenakan tekanan
darah yang rendah
dan tiga pasien dari
komponen ventilasi,
sehingga hanya 28
pasien dimasukkan
ke dalam database
analisis tilt dan 30
pasien dimasukkan
ke dalam analisis
ventilasi.
25
4. Felix Intracranial Penelitian ini Semua pasien dibius, Penelitian Berdasarkan penelitian
Mahfoud, Pressure Pulse melibatkan 33 orang dipasang ventilasi menggunakan studi yang dilakukan,
Jurgen Beck, Amplitude dewasa yang dirawat mekanik dan prospektif didapatkan hasil bahwa
Andreas During Changes di Neurocritical Unit diperlakukan mengikuti tekanan intrakranial pada
Raabe in Head Perawatan, standar protokol semua pasien meningkat
(2009) Elevation: A Departemen Bedah pengobatan untuk ketika posisi pasien 00.
New Parameter Saraf, Johann mendukung kehidupan Nilai tekanan intrakranial
for Determining Wolfgang trauma lanjutan dan turun secara signifikan
Optimum Universitas Goethe, panduan umum dengan ketika posisi dirubah dari
Cerebral Frankfurt am Main, mempertahankan CPP 00 ke 600. Nilai
Perfusion Jerman. Antara >60 mmHg, Intracranial Pressure
Pressure? Januari 2005 dan mengendalikan Pulse Amplitude (ICPPA)
Januari 2006, 33 hipertensi intrakranial turun dari posisi 0º ke 30º.
pasien dengan (ICP <20 mmHg) dan Nilai ICPPA naik secara
autoregulasi mempertahankan signifikan dari posisi 30º-
serebrovaskular yang euvolemia, euglikemia 60º dan nilainya turun lagi
diawetkan dianalisis. serta normothermia. dari posisi 60º ke 0º.
Ada 18 perempuan Barbiturat tidak ICPPA minimum
(55%) dan 15 laki- digunakan. ditemukan pada pasien
26
laki (45%). Usia Autoregulasi serebral dengan head elevation
responden berkisar diuji menggunakan 30º. Pada posisi head
dari 16 hingga 84 indeks tekanan elevation 60º terjadi
tahun (rata-rata 54 reaktivitas (PRx) yang penurunan signifikan nilai
tahun). Diagnosis merupakan perhitungan CPP dan MAP. Nilai CPP
yang utama adalah koefisien korelasi dan MAP maksimal pada
subarachnoid antara MAP dan posisi 0º atau mengalami
hemorrhage (SAH) tekanan intrakranial. peningkatan dari
dengan 15 Hanya pasien dengan perubahan posisi
responden, 6 autoregulasi utuh yang (penurunan sudut posisi)
responden dengan direfleksikan dengan 60º menuju 0º sehingga
perdarahan nilai negatif PRx. Pada dapat disimpulkan bahwa
intraserebral (ICH), saat pengukuran, semua perubahan posisi 0º
kombinasi SAH dan pasien dalam keadaan sampai 60º menunjukkan
ICH sebanyak 3 kondisi hemodinamik adanya hubungan antara
responden, masing- yang stabil. Tidak ada ICPPA dan CPP, ICP dan
masing 2 responden perubahan dalam terapi CPP serta MAP dan CPP
pada diagnosa obat ataupun
hematoma epidural, manajemen pernafasan
27
cedera kepala, tumor yang dibuat selama 30
otak dan hematoma menit sebelum
subdural serta 1 penelitian atau selama
responden dengan periode penelitian
diagnosa stroke
5. Badwe, AN, Effect of 300 and Populasi berjumlah Semua subjek dipanggil Penelitian merupakan Berdasarkan penelitian
0
Soodan KS, 60 Head Up Tilt 100 orang laki-laki ke laboratorium, 2 jam studi kasus kontrol yang yang telah dilakukan
Kulkarni on yang dipilih antara setelah sarapan (09.00 - dilakukan di didapatkan hasil pada
NB, Latti Cardiovascular usia 20-70 tahun dan 12.00). Subyek departemen Fisiologi di kelompok normotensif
RG (2013) Responses in dikelompokkan diinstruksikan untuk Rural Medical College, SBP, PP dan parameter
Normotensive menjadi dua tidak mengkonsumsi Pravara Institute of MAP menurun, sementara
and kelompok sebagai: minuman berkafein dan Medical Sciences DBP, HR/MIN, RPP
Hypertensive 1. Normotensif menghindari rokok meningkat secara bertahap
Individuals (kelompok sebelum 12 jam tes. pada setiap sudut head-up
kontrol n = 50) Subyek diberitahu tilt. Pada head-up tilt 60°,
2. Hipertensi detail protokol pola peningkatan
(kelompok studi penelitian dan signifikan pada DBP, HR/
n = 50) persetujuan secara MIN dan RPP juga
Kelompok kontrol: tertulis diperoleh diamati, kecuali
28
Subyek dipilih sebelum penelitian. penurunan MAP. Pada
sebagai kontrol dan Sebelum memulai tes, subyek normotensif,
dipilih dari staf karakteristik fluktuasi yang signifikan
pengajar dan siswa antropometri seperti tidak diamati, karena
yang memenuhi tinggi badan, berat selama fase awal head-up
kriteria tidak ada badan, indeks massa tilt, aktivitas otonom yang
tanda-tanda penyakit tubuh, persen lemak, utuh menstabilkan
jantung, vaskular massa lemak dan massa parameter kardiovaskular
atau neurologis; bebas lemak dicatat. selama durasi total head-
tidak ada riwayat Subjek diminta up tilt.
diabetes mellitus, berbaring dengan Pada kelompok hipertensi,
hipertensi; tidak ada nyaman di atas meja SBP, PP dan MAP
riwayat perawatan yang miring selama 20 menunjukkan penurunan
obat; tidak ada menit dalam posisi pada head-up tilt 300 dan
riwayat penyakit terlentang. Hal tersebut 600. Demikian pula DBP,
sistemik; status juga diterapkan pada HR/MIN dan RPP
tekanan darah lutut, pinggang dan menunjukkan peningkatan
normal dengan nilai kepala. Setelah 20 nilainya pada kedua sudut
optimal <120/<80 Menit, parameter head up tilt. Namun,
29
mmHg; variasi kardiovaskular awal perubahan ini terjadi lebih
tekanan darah (SBP, DBP, PP, MAP, signifikan pada sudut yang
sistolik dianggap HR/MIN, RPP) dicatat lebih tinggi dari head up
dalam kisaran 120- pada interval 1, 5 dan tilt 60° pada kedua
139 mmHg; variasi 10 menit dengan kelompok.
tekanan darah menggunakan tekanan
diastolik dianggap darah digital. Setelah
dalam kisaran 80-89 itu, subjek mengalami
mmHg. peningkatan pada
Kelompok studi: kepala secara bertahap
Kelompok studi dengan sudut
termasuk pasien kemiringan 30° dan 60°
hipertensi yang dengan kecepatan
datang ke poliklinik 5°/detik. Selama head-
dengan dasar rawat up tilt, perubahan pasif
jalan; didiagnosis protokol head-up tilt
hipertensi dengan hanya diikuti selama 10
riwayat hipertensi menit. Urutan rekaman:
kurang dari 1 tahun; 1. Basal: 20 menit
30
memiliki darah istirahat di atas meja
sistolik miring di terlentang
tekanan 140-159 posisi
mmHg dan darah 2. Setelah 30 ° HUT
diastolic tekanan 90- 3. Setelah 60 ° HUT
99 mmHg; sedang Parameter pada jantung
dalam perawatan dicatat segera setelah 1,
atau mengkonsumsi 5 dan 10 menit head-up
obat penurun tilt. Antara setiap head-
tekanan darah rutin; up tilt, subjek
subyek yang dimiringkan kembali ke
menderita penyakit posisi horizontal dan
utama seperti kondisi diijinkan untuk
diabetes berat, gagal beristirahat selama 10
jantung kongestif, menit
penyakit arteri
koroner dan aritmia
dikeluarkan dari
penelitian
31
6. Alit Pengaruh Populasi dalam Intervensi dilakukan Penelitian merupakan Berdasarkan hasil
Suwandewi Pemberian penelitian ini satu kali, yaitu penelitian Quasi- penelitian menunjukkan
(2017) Oksigen Melalui sebanyak 30 intervensi pertama Experimental dengan bahwa ada pengaruh
Masker responden yang dilakukan dengan desain penelitian pemberian oksigen
Sederhana dan diambil dengan mengukur GCS terlebih pretest-postest control melalui masker sederhana
Posisi Kepala kriteria pasien dahulu, setelah itu design. dan posisi kepala 30°
300 terhadap cedera kepala sedang diberikan oksigen terhadap perubahan
Perubahan di rawat di RSUD melalui masker biasa tingkat kesadaran dengan
Tingkat Ulin Banjarmasin. dan posisi kepala 30°, nilai p value 0,009 dengan
Kesadaran pada Analisis bivariat kemudian GCS diukur Rata-rata nilai GCS
Pasien Cedera digunakan untuk kembali setelah 24 jam sebelum dilakukan
Kepala Sedang mengetahui intervensi pemberian
di RSUD perbedaan rata-rata oksigen melalui masker
nilai GCS sebelum sederhana dan posisi
dan sesudah kepala 30° yaitu 10
diberikan intervensi dengan standar deviasi
oksigen dengan 1,145 dan rata-rata nilai
masker sederhana GCS sesudah dilakukan
dan posisi kepala 30° intervensi pemberian
32
menggunakan uji oksigen melalui masker
statistik Wilcoxon sederhana dan posisi
Test dengan tingkat kepala 30°, yaitu 11,07
kemaknaan α = 0,05 dengan standar deviasi
2,766.
7. Nuh Huda Efektivitas Populasi pasien Intervensi dilakukan Penelitian ini Hasil penelitian
(2017) Elevasi Kepala Rumah Sakit dengan menggunakan menggunakan metode menunjukkan bahwa
300 dalam Keluarga Mitra di instrumen pengumpulan observasional analitik. MAP rata-rata adalah
Meningkatkan Surabaya Post-op data dalam penelitian Rancangan penelitian 100 mmHg dan rata-rata
Perfusi Serebral trepanasi trauma ini menggunakan pre dan post GCS adalah 12,4.
pada Pasien Post kepala pada bulan lembar observasi. menggunakan desain Berdasarkan t-tes tes
Trepanasi di Desember 2012- Untuk pengukuran kelompok kontrol non dipasangkan dengan
Rumah Sakit Februari 2013. perfusi serebral quivalent (kontrol diri tingkat signifikansi α =
Mitra Surabaya Sampel penelitian diidentifikasi melalui sendiri), peneliti hanya 0,005 diperoleh P =
15 pasien dengan grafik tanda-tanda vital melakukan intervensi 0,000 berarti ada
post-op trauma dan GCS (Glasgow pada satu kelompok peningkatan perfusi
kepala. coma scale). Data tanpa pembanding. serebral secara efektivitas
Pengambilan sampel yang diperoleh yaitu Efektifitas perlakuan dengan elevasi kepala 300.
dilakukan dengan dari observasi pada dinilai dengan cara Berdasarkan hal tersebut,
33
teknik purposive pasien 8 jam setelah membandingkan nilai dapat disimpulkan bahwa
sampling. Variabel post-op dilakukan dan pre test dengan post test pengaturan posisi head up
penelitian ini observasi tanda-tanda 300 pada pasien cidera
adalah head-up vital, status kesadaran kepala memberikan hasil
0
30 dan perfusi atau Glasgow coma yang lebih baik yaitu
serebral (MAP) scale (GCS) setiap 30 mampu meningkatkan
menit, selanjutnya perfusi jaringan serebral,
diberikan sehingga mampu
mempercepat proses
penyembuhan pasien
yang cidera kepala.
Tetapi hal ini perlu
kewaspadaan khusus pada
pasien yang di
tengarahi cidera kepala
dengan fraktur basis cranii
yaitu perlu dilakukan
pengaturan posisi yang
berbeda yaitu lebih
34
dianjurkan pada posisi flat
8. Setiyawan Mean Arterial Jurnal yang Intervensi dilakukan Penelusuran ini Berdasarkan hasil
(2016) Pressure Non diperoleh berjumlah dengan menganalisis dilakukan dengan penelaahan, didapatkan
Invasif Blood 23 jurnal dan yang hasil penelitian terkait metode telaah literatur bahwa lateral position
Pressure (MAP- memenuhi kriteria yang berfokus pada yang didapat melalui berpengaruh terhadap
NIBP) pada berjumlah 18 jurnal. efek posisi lateral pada media elektronik peningkatan MAP yang
Lateral Position Penulis dari jurnal perhitungan MAP NIBP (internet). Kata kunci menunjukkan bahwa
dalam Upaya yang didapat yang digunakan dalam secara tidak langsung
Perawatan memiliki latar penelusuran literatur keadaan curah jantung
Intensif: Studi belakang tenaga adalah blood pressure, meningkat dan
Literature kesehatan dengan mean arterial pressure, hemodinamik menuju ke
spesialisasi dibidang lateral position, lateral arah perbaikan sehingga
keperawatan kritis body position, critical dapat menjadi sebagai
illness. Literatur didapat salah satu pilihan tindakan
dari website keperawatan untuk
EBSCOhost, google meningkatkan MAP pada
scholar dan data base pasien di ruang perawatan
Proquest. Jurnal yang intensif
diambil merupakan
35
original article sehingga
data yang disajikan
lengkap dan
memudahkan dalam
penelahaan penelitian
36
5. Peneliti memaparkan kendala yang
ditemukan selama penlitian
2. Head Up in Management Intracranial 1. Penelitian ini menyediakan wawasan 1. Pada saat penelitian, beberapa pasien
for Head Injury (2017) pengetahuan tentang pengaruh posisi tidak dapat miring ke satu sisi tubuh
head-up 30° pada perubahan tekanan sehingga keterbatasan ini mempengaruhi
intracranial mobilisasi progresif tingkat I untuk
2. Penelitian ini menggunakan metode pasien cedera kepala
penelitian eksperimen untuk 2. Peneliti memiliki batasan dalam
mendapatkan hasil penelitian yang mengelola perawatan farmakologis yang
objektif mungkin akan berdampak pada tekanan
3. Peneliti menjelaskan berapa lama waktu intrakranial
yang digunakan untuk melakukan 3. Peneliti tidak menjelaskan kriteria inklusi
penelitian dan eklusi pada metode penelitian,
4. Peneliti menjelaskan prosedur terapi peneliti mendeskripsikan kriteria pasien
yang diberikan pada sampel yang tidak diambil pada akhir
penelitiannya pembahasan
5. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak
15 responden pada masing-masing
kelompok cukup mewakili karakteristik
37
dari setiap kelompok intervensi
3. Head-up Tilt and Hyperventilation 1. Peneliti memaparkan kriteria inklusi dan 1. Peneliti tidak menjelaskan metode
Produce Similiar Changes in Cerebral eksklusi dalam pengambilan sampel penelitian yang digunakan
Oxygenationand Blood Volume: An 2. Peneliti menjelaskan prosedur 2. Total sampel yang digunakan pada kedua
Observational Comparison Study pelaksanaan penelitian kelompok penelitian berbeda sehingga
Using Frequency-domain Near- 3. Peneliti menggunakan banyak referensi tidak seimbang
infrared Spectroscopy sehingga dapat dijadikan sebagai
(2012) pedoman
4. Intracranial Pressure Pulse Amplitude 1. Peneliti menggunakan studi prospektif 1. Peneliti tidak menjelaskan berapa kali
During Changes in Head Elevation: A dimana kesehatan atau karakteristik lain dan berapa lama intervensi yang
New Parameter for Determining dari responden juga dipantau dilakukan selama penelitian
Optimum Cerebral Perfusion 2. Peneliti menjelaskan karakteristik kasus 2. Tidak ada kelompok kontrol dalam
Pressure? yang diderita oleh setiap responden penelitian
(2009) 3. Sampel yang digunakan sebanyak 33
orang cukup mewakili akurasi hasil
penelitian
4. Peneliti menyajikan grafik-grafik hasil
perhitungan sehingga mudah dipahami
5. Peneliti menjelaskan keterkaitan
38
penelitiannya dengan teori dan penelitian
sebelumnya sehingga pembahasan kaya
akan informasi
5. Effect of 300 and 600 Head Up Tilt on 1. Pengambilan sampel pada penelitian ini 1. Sampel yang digunakan terlalu banyak,
Cardiovascular Responses in jelas, adanya batasan kriteria inklusi dan yaitu 100 orang
Normotensive and Hypertensive eksklusi
Individuals 2. Penelitian menggunakan 2 kelompok
(2013) intervensi sebagai pembanding sehingga
terlihat hasil yang signifikan
3. Peneliti menjelaskan prosedur
pelaksanaan penelitian secara lengakap
dan terperinci
4. Peneliti menjelaskan dengan baik
patofisiologis setiap efek yang
ditimbulkan selama periode penelitian
5. Hasil studi kasus digambarkan dengan
jelas
6. Peneliti melakukan 3 kali intervensi
setiap setelah 1 menit, 5 menit dan 10
39
menit sehingga akurasi hasil penelitian
meyakinkan
6. Pengaruh Pemberian Oksigen Melalui 1. Penelitian ini menggunakan metode 1. Intervensi yang dilakukan hanya satu kali
Masker Sederhana dan Posisi Kepala penelitian eksperimen sehingga dapat yang kemudian diukur kembali setelah
300 terhadap Perubahan Tingkat dijadikan evidence base 24 jam pemberian intervensi
Kesadaran pada Pasien Cedera Kepala 2. Hasil penelitian disimpulkan dengan 2. Peneliti tidak memasukkan riwayat
Sedang di RSUD kalimat yang mudah dipahami penyakit dahulu (misal, hipertensi)
(2017) 3. Peneliti menjelaskan hasil penelitiannya sebagai bahan pertimbangan untuk
menggunakan berbagai sumber referensi pengambilan sampel
yang dapat dijadikan sebagai pedoman
4. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak
30 responden
7. Efektivitas Elevasi Kepala 300 dalam 1. Peneliti menggambarkan dengan jelas 1. Peneliti hanya melakukan intervensi pada
Meningkatkan Perfusi Serebral pada latar belakang sampai hasil penelitian satu kelompok intervensi tanpa
Pasien Post Trepanasi di Rumah Sakit dalam abstrak pembanding
Mitra Surabaya 2. Peneliti menjelaskan dengan baik dari 2. Peneliti tidak membahas hambatan yang
(2017) proses pengambilan sampel sampai terjadi ketika melakukan penelitian
pengolahan data
3. Peneliti menjelaskan keterkaitan
40
penelitiannya dengan penelitian lain
sehingga hasil yang di dapat bisa terlihat
8. Mean Arterial Pressure Non Invasif 1. Penelitian ini juga merupakan penelitian 1. Penelitian kuantitatif sangat sedikit yang
Blood Pressure (MAP-NIBP) pada systematic review yang dapat dapat mendukung penelitian kualitatif
Lateral Position dalam Upaya membandingkan banyak penelitian
Perawatan Intensif: Studi Literature 2. Referensi jurnal terdahulu banyak
(2016) sehingga dapat dijadikan pedoman
3. Jurnal ini merangkum hasil penelitian
secara lengkap dan rinci
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Penelitian
2007 dikutip Priasojo, 2017; Deem, 2006 dikutip Wijayanti, 2013). Hal ini
secara ritmis mengikuti siklus jantung, respirasi dan perubahan proses fisiologis
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien trauma capitis salah
dengan trauma kepala. Intervensi mandiri untuk mengatasi masalah ini adalah
membatasi gerakan pada kepala, leher dan punggung, mengatur posisi head up
tilt bila tanpa indikasi cidera tulang belakang (vetebrae), memberikan posisi
42
Positioning adalah salah satu bentuk intervensi keperawatan yang sering
diterapkan dalam perawatan pasien, sedangkan posisi head-up tilt adalah bagian
dari mobilisasi progresif level I pada pasien cedera kepala dan merupakan
(Pertami, et. al., 2017). Secara teoritis, pada posisi terlentang dengan disertai
head up menunjukkan aliran balik darah dari bagian inferior menuju ke atrium
kanan cukup baik karena resistensi pembuluh darah dan tekanan atrium kanan
tidak terlalu tinggi, sehingga volume darah yang masuk (venous return) ke
atrium kanan cukup baik dan tekanan pengisian ventrikel kanan (preload)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Meng, et. al. (2012) bahwa
pada posisi head up tilt hingga 30°, perubahan saturasi oksigen jaringan otak
dan perubahan dalam volume darah serebral yang terjadi tidak memiliki
korelasi dengan perubahan MAP dan karbon monoksida selama posisi head-up
dan head-down tilts. Namun, perubahan pada kedua saturasi oksigen jaringan
otak dan volume darah serebral berkorelasi baik dengan perubahan ETCO2
selama hiperventilasi.
(penurunan sudut posisi) 60º menuju 0º. Hal tersebut menunjukkan bahwa
43
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pertami, et. al., (2017)
mengungkapkan bahwa ada efek signifikan dari posisi head-up 30° pada tingkat
kesadaran. Posisi ini juga efektif untuk homeostasis otak dan mencegah
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meng, et. al. (2012) pada pasien
bedah yang sehat dengan head up tilt hingga 30° dan hiperventilasi pada
penurunan kecil tetapi signifikan dalam saturasi oksigen jaringan otak dan
jaringan otak dan volume darah serebral tidak berbeda secara signifikan antara
Menurut Mahfoud, et. al. (2009), tekanan intrakranial pada semua pasien
meningkat ketika posisi pasien 00. Nilai tekanan intrakranial kemudian turun
pressure pulse amplitude (ICPPA) turun dari posisi 0º ke 30º. Nilai ICPPA naik
secara signifikan dari posisi 30º-60º dan nilainya turun lagi dari posisi 60º ke 0º.
ICPPA minimum ditemukan pada pasien dengan head elevation 30º. Pada
posisi head elevation 60º terjadi penurunan signifikan nilai CPP dan MAP.
44
Temuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Pertami, et. al., (2017)
terungkap bahwa ada efek yang signifikan secara statistik pada MAP ketika
posisi head-up 30° dan 15°. Selain itu, terdapat pengaruh yang signifikan pula
secara statistik pada tingkat kesadaran dari posisi head-up 30° dibandingkan
dengan posisi head-up 15°. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
dalam 30 menit.
Bandwe, et. al. (2013) mengatakan bahwa head up tilt 30° dan 60°
miocardial dan kerja jantung pada subyek normal serta pasien dengan penyakit
jantung sehingga hal ini juga menunjukkan onset iskemia pada pasien yang
peningkatan perfusi serebral pada pasien post-op trepanasi dengan hasil yang
signifikan pada tingkat kesadaran, perubahan pada TD, pupil dan MAP. Hal ini
300, perfusi dari dan ke otak meningkat sehingga kebutuhan oksigen dan
45
metabolisme meningkat yang ditandai dengan peningkatan status kesadaran
masker sederhana dan posisi kepala 300 terhadap perubahan tingkat kesadaran
pada pasien cedera kepala sedang didapatkan hasil bahwa ada pengaruh
pemberian oksigen melalui masker sederhana dan posisi kepala 30° terhadap
perubahan tingkat kesadaran dengan nilai p value 0,009 dengan rata-rata nilai
sederhana dan posisi kepala 30° yaitu 10 dengan standar deviasi 1,145 dan
masker sederhana dan posisi kepala 30°, yaitu 11,07 dengan standar deviasi
2,766.
bahwa terjadi pengurangan ortostatik pada MCA Vmean sebesar 16% dan 13%
pada masing-masing pada pasien dan kelompok kontrol yang sehat selama
posisi head up tilt 60°. Meskipun tidak ada perbedaan dalam perubahan MCA
Vmean untuk pasien dan kontrol yang sehat, perubahan rScO2 dan Mxc selama
head up tilt mungkin terjadi. Sebagai tambahan, pasien dengan cedera otak
berat berbeda dari kontrol yang sehat sehubungan dengan pengurangan postural
dalam tekanan darah dan rScO2. Hal ini didukung oleh temuan gangguan
46
frekuensi ini pada pasien menunjukkan adanya gangguan dari baroreflex yang
rumah sakit dan perawat untuk memberikan posisi head up tilt dengan sudut
kemiringan 300 pada pasien dengan cedera kepala ringan, sedang maupun berat
sesuai dengan hasil evidence base agar tidak menimbulkan komplikasi lanjutan
seperti kematian. Posisi head up tilt 300 bertujuan untuk menjamin pemenuhan
mungkin akan menjadi stabil dalam rentang normal sehingga posisi ini lebih
et. al., 2017). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Hickey
(1986) dikutip Japardi (2013) bahwa pada pasien cedera kepala, tempat tidur
lebih tinggi dari jantung penderita untuk mempermudah drainage aliran darah
B. Implikasi Keperawatan
serebral pada pasien Trauma Capitis salah satunya adalah dengan cara melakukan
47
posisi head up tilt 300. Posisi head up tilt merupakan posisi untuk menaikan kepala
(elevasi) dari tempat tidur sekitar 300 sampai 600 dan posisi tubuh dalam keadaan
sejajar (Bahrudin, 2009). Penderita cedera kepala sering kali mengalami edema
perfusi otak sehingga menjadi berbahaya dan harus segera ditangani (Ware, 2005
komplikasi serius karena terjadi pekenanan pada pusat-pusat vital di dalam otak
(herniasi) dan dapat mengakibatkan kematian sel otak (Rosjidi, 2014 dikutip
Alfianto, 2015).
crank/putaran (jenis bed yang hanya dapat menaikkan punggung saja) untuk
mengatur sudut kemiringan tempat tidur bagian punggung menjadi 300 pada pasien
sebagai gantinya tetapi posisi badan terhadap kepala berada pada satu garis lurus.
Saputro (2016) menjelaskan bahwa posisi tidur yang dianjurkan pada pasien
cedera kepala ketika memakai bantal adalah posisi yang membuat badan dan
kepala tetap netral, tidak fleksi maupun ekstensi. Hal ini dikarenakan ketika pasien
berlebihan ataupun angulasi kepala dapat menurunkan aliran balik vena dari
48
melalui sistem vena terbuka (Morton dan Fontanie, 2013 dikutip Windhiarti,
2016).
meskipun dampak head up tilt dan hiperventilasi pada volume darah serebral
serupa, efek pada tekanan intrakranial dan curah otak tidak dapat secara langsung
tulang belakang) diinduksi oleh head up tilt mungkin juga dapat membantu
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
meningkat dan diharapkan venous return (aliran balik) ke jantung berjalan lebih
2. Pada posisi head up tilt 150, terdapat efek yang signifikan pada MAP. Pada
posisi head up tilt 300, terdapat efek pada MAP, tingkat kesadaran, penurunan
kecil dalam saturasi oksigen jaringan otak, volume darah serebral, ICPPA,
tekanan perfusi serebral, RPP serta perubahan pada TD dan pupil. Sedangkan
pada posisi head up tilt 600, terjadi kenaikan ICPPA, namun terdapat
head up tilt, dapat disimpulkan bahwa posisi head up tilt 300 lebih efektif
B. Saran
yang ada dapat teratasi secara optimal dari berbagai aspek serta sabagai upaya
50
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan pada pasien Trauma Capitis yang
dapat menjalankan perannya sebagai care provider, dalam hal ini perawat
51
DAFTAR PUSTAKA
Alfianto, A. (2015). Pemberian posisi kepala flat (00) dan elevasi (300) terhadap
tekanan intra kranial pada asuhan keperawatan tn. k dengan stroke non
hemoragik di instalasi gawat darurat (igd) rs. dr. moewardi surakarta [karya
Amri, I. (2017). Pengelolaan Tekanan Intra Kranial. Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah
Awaloei, C, et. al. (2016). Gambaran cedera kepala yang menyebabkan kematian di
Bagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr. R. D. Kandou periode Juni
Badwe, A, et. al. (2013). Effect of 300 and 600 Head Up Tilt on Cardiovascular
Bahrudin, M. (2009). Posisi dalam Stabilitas TIK. Diakses pada tanggal 1 Agustus
52
Battiaca, F. (2008). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
BINZ (Brain Injury New Zealand). (2016). What is Brain Injury?. http://brain-
Serebral pada Pasien Post Trepanasi di Rumah Sakit Mitra Surabaya. Dinamika
Ismiana, D. (2014). Pemberian posisi kepala terhadap perfusi jaringan serebral pada
asuhan keperawatan sdr. b dengan close fraktur impresi regio frontal di ruang
mawar ii rsud dr. moewardi surakarta [karya tulis ilmiah]. Surakarta: STIKES
Kusuma Husada.
Japardi, I. (2013). Pemeriksaan dan Sisi Praktis Merawat Pasien Cedera Kepala.
53
Mahfoud, F, et. al. (2009). Intracranial Pressure Pulse Amplitude During Changes in
Sleman Yogyakarta (Analisis Data Sekunder HDSS 2015 dan 2016 [tesis].
Meng, L, et. al. (2012). Head-up Tilt and Hyperventilation Produce Similiar Changes
10:10 WIB.
Nasir, M. (2012). Asuhan keperawatan pada ny. a dengan cedera kepala sedang di
instalasi gawat darurat rsud sragen [karya ilmiah akhir]. Surakarta: Universitas
Nayduch, D. (2009). Nurse to nurse trauma care. United States: The McGraw Hill.
Pustaka Utama.
Pertami, B, et. al. (2017). Effect of Head-up Position on Intracranial Pressure Change
54
Pitfied, A, et. al,. (2012). Emergency Management of Increased Intracranial
Porter, K. (2010). Principes and practice of trauma nursing: head and neck trauma. Churchill
Livingstone: Elsevier.
cedera kepala setelah dilakukan posisi Elevasi 150-300 di igd rsud dr.soedirman
Tidak dipublikasikan.
Ribertholt, G, et. al. (2016). Impaired Cerebral Autoregulation during Head Up Tilt in
Intracranial Pressure. The Open Critical Care Journal. 6(Suppl 1:M4): 56-65.
WIB.
Saputro, W. (2016). Pemberian bantal leher terhadap penurunan skala nyeri pada
asuhan keperawatan ny. s dengan cedera kepala ringan di ruang kanthil rumah
55
Setiyawati, N & Kesowo, B. (2017). Pembangunan Aplikasi Pelaporan Kecelakaan
Smeltzer, B. (2008). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & sudarth
Suarjaya, P, et. al. (2012). Metabolisme Energi pada Cedera Otak Traumatik. JNI.
17:00 WIB.
Sumarno, et. al. (2016). Glasgow Coma Scale (GCS), Tekanan Darah dan Kadar
09:30 WIB.
Sunardi & Nelly, Y. (2011). Pengaruh Pemberian Posisi Kepala Flat 00 dan Elevasi
300 terhadap Tekanan Intra Kranial Pasien Stroke Iskemik di RSCM Jakarta.
56
Supadi. (2012). Pengaruh Elevasi Posisi Kepala pada Klien Stroke Hemoragik
asuhan keperawatan tn. e dengan cedera kepala ringan di ruang igd rumah sakit
dipublikasikan.
dan Posisi Kepala 300 terhadap Perubahan Tingkat Kesadaran pada Pasien
perkotaan pada pasien cedera kepala di ruang irna a lantai 3 utara rsup
57
rumah sakit di kota semarang [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Tidak dipublikasikan.
58