PENDAHULUAN
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan intertisial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak .(Mutaqin,2008), cedera kepala biasanya
diakibatkan oleh salah satu benturan atau kecelakaan. sedangkan akibat dari
terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah kematian.
Akibat trauma kepala pasien dan keluarga mengalami trauma fisik
maupun psikologis, asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala
memegang peranan penting terutama dalam pencegahan komplikasi.
komplikasi dari cederah kepala adalah infeksi ,perdarahan. Cedar kepala
berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat taruma-trauma.
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius. oleh karena itu, diharapkan
dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan mordibilitas dan
mortalitas penangana yang tidak optimal dan terhambatnya rujukan dapat
menyebabkan keadaaan penderita semakin memburuk dan berkurangnya
pemilihan fungsi.
Sedangkan berdasarkan Mansjoer (2002). Kualifikasi cedera kepala
berdasarkan berat ringanya, dibagi menjadi 3 yakni cedera kepala
ringan,cedera kepala sedang (CKS) dan cedera kepala berat. adapun
penilaian klinis untuk menentukan klasifikasi klinis dan tingkat kesadaran
pada pasien cedara kepala menggunakan metode skala glasglow (glaslow
coma scale) wahjoepramono 2005.
Cedera kepala akibat trauma sering kita jumpai di lapangan, didunia
kejadian cedera kepala setiap tahunya diperkirakan mencapai 500.000 kasus
dari jumlah diatas 10% penderita meninggal sebelum tiba di rumahsakit
dan lebih dari
10.000 penderita menderitaberbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala
tersebut (Depkes 2012)
Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunya akibta cedera
kepala,dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang
memerlukan perawatan di rumahsakit. 2/3 dari kasus ini berusia dibawah 30
tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita . lebih dari setengah
dari semua pasien cedera kepala berat mempunyai signifikasi terhadap cedera
bagian tubuh lainya (Melsea 2002).
Prevalensi cedera pada masyarakat indonesia pada tahun 2007
sebesar 7,5% dengan urutan penyebab cedera terbanyak adalah jatuh,
kecelakaan lalu lintas, darat dan terluka benda tajam atau tumpul (badan
penelitian dan pengembangan kesehatan (2007), pada tahun 2013 terdapat
peningkatan prevalensi cedera menjadi 8,2% dengan urutan penyebab cedera
terbanyak adalah jatuh 40,9% kecelakaan sepeda motor(40,6%),cedera
karena benda tajam atau tumpul 7,3%,transportasi darat lainya 7,1% dan
kejatuhan 2,5% (badan penelitian dan pengembangan kesehatan RI, (2013).
Hal yang paling penting dari cedera di jalan raya adalah frekuensi
cedera.dibeberapa negara dilaporkan frekuensi cedera dijalan raya sama
banyaknya dengan frekuensi cedera dirumah (sahkolai FR). Dari segi
lokasi tempat tinggal dilaporkan proporsi yang cedera akibat lalu lintas
diperkotaan 4x lebih tinggi dibandingkan dipedesaan di tansania. Di
perdesaan terdapat perbedaan penyebab cedera berdasarkan jenis kelamin
yaitu laki-laki lebih banyak cedera karean kecelakaan lalu lintas sedangkan
pada perempuan lebih banyak cedera karena luka robek (Moschiro c. Et.al
2005)
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul”asuhan keperawatan pada Tn. Mdengan diagnosa medis cedera
kepala sedang (CKS) diruang IGD RSUD Raja Musa Sungai Guntung”
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan umum
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan
cedera kepala sedang (CKS) (CKS) diruang IGD RSUD Raja Musa
Sungai Guntung.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Penulis dapat melakukan pengkajian pada Tn. M cedera kepala sedang (CKS)
diruang IGD RSUD Raja Musa Sungai Guntung
b. Penulis dapat merumuskan diagnosa asuhan keperawatan pada Tn. M dengan
diagnosa medis cedera kepala sedang (CKS) diruang IGD RSUD Raja Musa
Sungai Guntung
c. Penulis dapat menyusun rencana keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa
medis cedera kepala sedang (CKS) diruang IGD IGD RSUD Raja Musa Sungai
Guntung
d. Penulis dapat melakukan tindakan keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa
medis cedera kepala sedang (CKS) diruang IGD RSUD Raja Musa Sungai
Guntung
e. Penulis dapat mengevaluasi tindakan keperawatn pada Tn. M dengan
diagnosa mediscedera kepala sedang (CKS) diruang IGD RSUD Raja Musa
Sungai Guntung
2.1.1 Pengertian
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak, dan otak. Cedera
kepala menjadi penyebab utama kematian disabilitas pada usia muda. Penderita cedera kepala
seringkali mengalami edema serebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di intraseluler atau
ekstraseluler ruang otak atau perdarahan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan
intrakranial. (Morton,2012)
Cedera kepala adalah trauma kepala dengan GCS 15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan
kesadaran, mengeluh pusing, nyeri kepala hematoma abrasi dan laserasi (Mansjoer,2009).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada
kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan
fisik dari luar yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Berdasarkan tingkat keparahannya, cedera kepala dibagi menjadi tiga, yaitu cedera kepala ringan,
sedang, berat. Cedera kepala ringan dapat menyebabkan gangguan sementara pada fungsi otak.
Penderita dapat merasa mual, pusing, linglung, atau kesulitan mengingat untuk beberapa
saat. Penderita cedera kepala sedang (CKS) juga dapat mengalami kondisi
yang sama, namun dalam waktu yang lebih lama.
Bagi penderita cedera kepala berat, potensi komplikasi jangka panjang
hingga kematian dapat terjadi jika tidak ditangani dengan tepat. Perubahan
perilaku dan kelumpuhan adalah beberapa efek yang dapat dialami
penderita dikarenakan otak mengalami kerusakan, baik fungsi
fisiologisnya maupun struktur anatomisnya.
Selain itu, cedera kepala juga dapat dibedakan menjadi cedera kepala
terbuka dan tertutup. Cedera kepala terbuka adalah apabila cedera
menyebabkan kerusakan pada tulang tengkorak sehingga mengenai
jaringan otak.Sedangkan cedera kepala tertutup adalah bil cedera yang
terjadi tidak menyebabkan kerusakan pada tulang tengkorak, dan tidak
mengenai otak secara langsung.
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
5
a. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu Skin atau
anak.
b. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis krani. Tulang
disini dilapisi oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata
sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak akibat proses
temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak
serebelum.
Struktur tulang yang menutupi dan melindungi otak, terdiri dari tulang
lapisan luar, diploe dan lapisan dalam. Lapisan luar dan dalam
6
lobus temporalis, parietalis, oksipitalis), fosa posterior (berisi otak
piameter.
d. Otak
7
Otak terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu:
a) Sereblum
suatu lekuk atau celah dalam yang disebut fisura longitudinalis mayor.
etika.
8
4. Lobus Parietalis : Fungsi sensori umum, rasa (pengecapan)
b) Otak tengah
c) Otak belakang
Tekanan intra kranial (TIK) adalah hasil dari sejumlah jaringan otak,
Keadaan normal dari TIK bergantung pada posisi pasien dan berkisar
± 15mmHg.
2.1.3 Etiologi
1) Trauma primer
(akselerasi dn deselerasi)
2) Trauma sekunder
Terjadi akibat dari truma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi
5) Terjatuh
8) Kecelakaan industri.
9
2.1.4 Manifestasi Klinis
10
WOC
TIK : - Oedem
- Hematom
Trauma Kepala Respon Biologi Hipoxemia
Kontusio
11
M k. Defisit Nutrisi
Mk. Resiko Kebocoran cairan
perfusi jaringan Kapiler
Serebral
Mk. Bersihan
Jalan Nafas
Sumber : Muttaqin.A(2011)
12
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Kepala :
a. CT Scan
b. MRI
c. Cerebral
Angiography
d. Serial EEG
e. Sinar X
f. Kadar elektrolit
Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostic untuk menentukan
pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam basa
13
2.1.7 Penatalaksanaan
2.1.7.1 Keperawatan
a. Observasi 24 jam
cairan infus dextrose 5%, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
a. Terapi obat-obatan
2.1.8 Komplikasi
mata, dan deficit neurologic seperti afasia, efek memori, dan kejang
2.2.1 Pengkajian
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam mengumpulkan data dari
a. Identitas pasien
alamat
15
b. Riwayat kesehatan
akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan
penyakit menular.
c. Pengkajian persistem
Keadaan umum
TTV
1) Sistem pernapasan
2) Sistem kardiovaskuler
3) Sistem perkemihan
16
4) Sistem gastrointestinal
perubahan selera
5) Sistem muskuloskletal
6) Sistem persyarafan
pengecapan
2) Aktivitas / istirahat
17
3) Sirkulasi
diselingi disritmia )
4) Integritas ego
5) Eliminasi
gangguan fungsi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d jalan nafas buatan d.d gelisah
18
2.2.3 Intervensi keperawatan
1. Resiko perfusi jaringan serebral b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi :
cedera kepala selama 1x24 jam maka resiko perfusi
Identifikasi penyebab
jaringan serebral membaik dengan
peningkatan TIK
kriteria hasil :
Monitor tanda/gejala
1. Tingkat kesadaran meningkat
peningkatan TIK
2. Sakit kepala
Monitor status
menurun Gelisah menurun
pernapasan
Monitor intake dan
output cairan
Teraupetik :
Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang
tenang
19
Berikan posisi semi
fowler
Pertahankan
suhu tubuh
normal
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian sedasi dan
anti konvulsan jika
perlu
Kolaborasi
pemberian diuretic
osmosis jika perlu
20
2 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi :
adanya jalan nafas buatan d.d gelisah. selama 1x24 jam maka bersihan jalan nafas
Identifikasi
membaik dengan kriteria hasil :
kemampuan batuk
1. Batuk efektif meningkat
Monitor adanya
2. Sulit bicara menurun retensi sputum
3. Gelisah menurun Monitor input dan
output cairan
Teraupetik :
Edukasi :
21
Anjurkan tarik nafas
dalam melalui
hidung selama 4 detik
Anjurkan mengulangi
Tarik napas dalam
hingga 3 kali
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspetoran, jika
perlu
22
3 Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi :
Teraupetik :
Edukasi :
Anjukan posisi duduk
Ajarkan diet yang
23
diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
24
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
25
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 12 Agustus 2020, pukul 08.00
Alasan Masuk : Pasien mengalami penurunan kesadaran akibat kecelakaan
lalu lintas
Diagnosa Medis : CKS + SAH + Edema Serebri
Initial survey:
A (alertness) :
V (verbal) :
P (pain) :
U (unrespons) :
Warna triase
: P1 P2 P3 P4 P5
26
SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI
AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL
BREATHING
1. Fungsi pernafasan
Jenis Pernafasan : Takipnea
Frekwensi Pernafasan : 25x/menit
Retraksi Otot bantu nafas : Ada
Kelainan dinding thoraks : Tidak ada kelainan, pergerakan dinding thorax simetris
Bunyi nafas : Vesikuler
Hembusan nafas : Dangkal
CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran : Somnolen (E3V2M5)
Perdarahan (internal/eksternal) : Ada pada kepala bagian belakang
Kapilari Refill : < 2 detik
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi radial/carotis : 88x/menit
Akral perifer : Hangat
27
DISABILITY
1. Pemeriksaan Neurologis:
GCS : (E3V2M5) 10
Reflex fisiologis : Terganggu
Reflex patologis : Tidak ada
Kekuatan otot : 3333 3333
3333 3333
29
Palpasi : Tidak teraba adanya penumpukan cairan, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
e. Pelvis
Inspeksi : Bentuk pelvis simetris
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
f. Perineum dan rektum : Tidak dikaji
g. Genitalia : Tidak dikaji
h. Ekstremitas
Status sirkulasi : CRT <2detik
Keadaan injury : Terdapat perdarahan pada kepala
i. Neurologis
Fungsi sensorik : Terganggu
Fungsi motorik : Mengalami kelemahan pada ekstremitas.
4. HASIL LABORATORIUM
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
NE% 84.70 47-80
LY% 9.10 13-40
MO% 5.90 2.0 -11.0
EO% 0.10 0.0 – 5.0
BA% 0.20 0.0 – 2.0
NE# 16.25 2.50 – 7.50
LY # 1.75 1.00 – 4.00
MO# 1.14 0.10 – 1.20
EO# 0.01 0.00 – 0.50
BA# 0.04 0.0 – 0.1
RBC 3.92 4.5 – 5.9
HGB 11.70 13.5 – 17.5
HCT 35.20 41.0 – 53.0
MCV 89.80 80.0 – 100.0
MCH 29.80 26.0 – 34.0
30
MCHC 33.20 31 - 36
RDW 11.40 11.6 – 14.8
PLT 306.00 150 - 440
MPV 9.70 6.80 – 10.0
NLR 9.31 <=3.13
PPT 14.2 10.8 – 14.4
INR 1.00 0.9 – 1.1
APTT 27.1 24 - 36
AST/SGOT 27.4 5 - 34
ALT/SGPT 25.20 11.00 – 50.00
Glukosa Darah (Sewaktu) 171 70-140
BUN 9.10 8.00 – 23.00
Kreatinin 0.80 0.72 – 1.25
31
Tampak perselubungan berdensitas darah pada sinus maksilaris kanan, ethmoidalis dan
sphenoidalis kanan kiri
Tampak hypopneumatisasi sinus frontalis bilateral
Sinus maksilaris kiri tidak tampak kelainan
Tampak fraktur pada zygomatic body dan arch kanan, dinding lateral orbita kanan, lamina
papyracea kanan, dinding anterior-medial-lateroposteriorsinus maksilaris kanan, greater
wing os sphenoid kanan, os frontal kanan, squamous part os temporal
Tampak SCALP hematome pada regio frontoparietotemporooccipital kanan kiri
Tampak hematome pada palpebra superior kanan
Tampak soft tissue swelling pada regio orbita hingga maksila kanan
Kesan :
Epi Dural Haemorrhage pada regio temporal kanan
Sub Aracnoid Haemorrhage pada fisura interhemispher, fisura sylvii kanan kiri,tentorium
cerebelli kanan kiri, dan sulcus-sulcus pada regio fronoparietotemporoocipital kanan kiri
Pneumocephalus di dalam fossa cranialis media kanan
Edema cerebri
Haematosinus maksilaris kanan, ethmoidalis dan sphenoidalis kanan kiri
Hypopneumatisasi sinus frontalis bilateral
Fraktur pada zygomatic body dan arch kanan, dinding lateral orbita kanan, lamina
papyracea kanan, dinding anterior-medial-lateroposterior sinus maksilaris, greater wing
os sphenoid kanan, os frontal kanan, squamous part os temporal
SCALP hematome pada regio frontoparietotemporooccipital kanan kiri
Hematome pada palpebra superior kanan
Soft tissue swelling pada regio orbita hinga maksila kanan
6. TERAPI DOKTER
a. IVFD RL 20 tpm
b. Drip KCL 50 moq dalam NaCL 0.9% 500 cc 20 tpm
c. Paracetamol 500 mg IO
d. Ranitidine 1 ampul
e. Fenitoin 1 cc
f. Sungkup Oksigen 6 lpm
32
B. ANALISIS DATA
Data focus Analisis Masalah
DS : Kecelakaan, jatuh, benturan Risiko perfusi
pada cranium serebral tidak
- Pasien hanya mengerang
efektif
DO :
Akselerasi, deselerasi
- Pasien mengalami penurunan
kesadaran
Cedera kepala
- Wajah pasien tampak pucat dan
gelisah
Dampak tekanan
- Keadaan umum: lemah
- Tingkat kesadaran: Somnolen
kuat
- Pasien mengalami penurunan
kesadaran dengan
Trauma tertutup
GCS: 10 (E:3 V:2 M:5)
- CRT < 2detik
Rusaknya lapisan jaringan otak
- SaO2: 88%
- RR :25x/menit
Perdarahan menekan otak
33
i. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan Intervensi Utama:
dibuktikan cedera kepala selama 1 x 2 jam maka Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
Meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
Label: Perfusi Serebral 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi,
1. Tingkat kesadaran meningkat (5) gangguan metabolisme, edema serebral)
2. Gelisah menurun (5) 2. Monitor tanda /gejala peningkatan TIK (mis.
3. Tekanan arteri rata-rata membaik (5) Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar,
4. Tekanan intra kranial membaik (5) bradikardi, pola nafas ireguler, kesadaran
5. Tekanan darah sistolik membaik (5) menurun)
6. Tekanan darah diastolik membaik (5) 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
4. Monitor status pernapasan
Terapeutik
1. Berikan posisi semi Fowler
2. Pertahankan suhu tubuh optimal
Intervensi Utama:
Pemantauan Tekanan Intrakranial
Observasi
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi
menempati ruang, gangguan metabolisme, edema
serebraltekann vena, obstruksi aliran cairan
serebrospinal, hipertensi, intracranial idiopatik)
2. Monitor peningkatan TD
3. Monitor irregularitas irama napas
4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
5. Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan
respon pupil
Terapeutik
1. Pertahankan sterilitas system pemantauan
2. Atur interval pemantauan sesuai keadaan pasien
3. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan prosedur dan tujuan pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan jika perlu.
Intervensi Pendukung:
Manajemen Kejang
Observasi
1. Monitor terjadinya kejang berulang
2. Monitor TTV
Terapeutik
1. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Longgarkan pakaian terutama bagian leher
4. Dokumentasikan kejang
5. Pasang akses IV
6. Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
1. Anjurkan keluarga menghindari
memasukkan apapun kedalam mulut pasien
saat kejang
2. Anjurkan pasien tidak melakukan kekerasan
saat kejang
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anti konvulsan bila perlu.
Intervensi Inovasi :
6. Head Up 30 derajat.
ii. PELAKSANAAN
Tgl/
No. Implementasi Respon Paraf
Jam
1. 12/08/20 Mengidentifikasi penyebab DS :
08.00 peningkatan TIK (mis. Lesi, Pasien hanya mengerang
WIB gangguan metabolisme, edema DO :
serebral). - Wajah pasien tampak pucat dan gelisah
Memonitor TTV - Pasien tampak sesak
- Pasien tampak sulit bernapas
- Tampak adanya retraksi otot bantu
pernapasan
- Pasien terpasang sungkup oksigen 6
liter/menit
- Keadaan umum: lemah
- Tingkat kesadaran: Somnolen
- Pasien mengalami penurunan kesadaran
dengan
GCS: 10 (E:3 V:2 M:5)
- CRT < 2 detik
- SaO2: 88%
- Hasil TTV :
TD :110/60mmHg,
N :88x/menit,
S :36◦c,
RR :25x/menit
2. 08.05 -
Memberikan terapi O2 sesuai DS : Keluarga mengatakan pasien gelisah dan
WIB indikasi tidak bisa diajak berkomunikasi.
-
Memonitor kecepatan aliran DO : Pasien terpasang Sungkup O2 dengan 6
oksigen lpm, saturasi meningkat 96%.
-
Memonitor efektifitas
pemberian O2 (Saturasi
Oksigen)
37
3. 08.06 - Memberikan Posisi Head Up DS : -
WIB 30 derajat. DO : tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
38
12. 11.00 - Memonitor TTV dan SaO2 DS : -
WIB DO : Hasil TTV :
TD:120/60mmHg
N:90x/menit
S:36,5◦c
RR:20x/menit
SaO2 : 98%
Pasien terpasang infus Nacl 20tpm pada
tangan kiri dan infus netes lancar
Pasien terpasang bedsite monitor
39
iii. EVALUASI
No. Tgl / Jam Catatan Perkembangan (SOAP) Paraf
1. 12/8/ Diagnosa Keperawatan : Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
2020 / Subjective :
12.00 WIB - Keluarga mengatakan pasien masih belum sadar dan gelisah.
- Pasien hanya mengerang
Objective :
- Pasien tampak mengalami peningkatan kesadaran dengan hasil
GCS 12 yaitu tingkat kesadaran Apatis.
- Pasien tampak berbaring dengan posisi head up 300
- Wajah pasien tampak pucat dan gelisah
- Keadaan umum: lemah
- Pasien dengan kesadaran Apatis dengan
GCS: 12 (E:4 V:3 M:5)
- CRT < 2detik
- TD:120/60mmHg, N:90x/menit, S:36,5◦c. RR:20x/menit
- SaO2: 98%
- MAP: 80 mmHg
Assesment :
Risiko Perfusi Serebral belum meningkat
Planning :
Lanjutkan intervensi :
a. Monitor tingkat kesadaran
b. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah
meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardi, pola napas ireguler,
kesadaran menurun)
c. Monitor MAP (Men Arterial Pressure)
d. Berikan posisi head up 300
e. Monitor TTV dan SaO2
f. Monitor status pernapasan
g. Observasi bedsite monitor secara berkelanjutan
40
BAB IV
catatan perawatan
A. Pengkajian
41
ekstremitas hangat, warna kulit nomal, nyeri positif pada kepala,
luka.
42
Intervensi yang dilakukan pertama: Identifikasi penyebab
2.1.4 Tindakan
(Saturasi Oksigen)
43
Maka dari itu diambil kesimpulan bahwa masalah belum teratasi
2.2 Pembahasan
risiko/risiko tinggi).
teridentifikasi.
ditetapkan lagi. 44
Demikianpun asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera
selama satu hari kemudian dirujuk IGD RSUD Raja Musa Sungai
45
menurut teori Keluhan utama : Biasanya klien datang ke Rumah
kepala.
Sakit karena mendapat trauma pada kepala baik oleh benda tumpul
kesadaran. Hal ini tidak sesuai dengan hasil pengkajian yang didapat
46
cidera fisik, perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
47
3.2.4 Evaluasi Keperawatan
48
BAB 5
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian Tn. M masuk rumah sakit pada tanggal 12 Agustus
adanya peningkatan TIK. Saat ini Tn. M mengeluh tidak sadarkan diri,
sulit beraktivitas dan tidak bisa bicara. Saat dilakukan pemeriksaan fisik
pasien nampak mempunyai kesadaran somnolen, tidak ada refleks. Saat ini
1.2 Saran
berikut
yang lebih cepat dan tepat kepada pasien yang mengalami gawat
darurat.
49
2. Bagi perawat
50
51