Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang bertema “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Trauma Kepala”.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami
yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Malang 14 November 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................1

DAFTAR ISI .....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ….......................................................................................3


1.2 RumusanMasalah …...................................................................................3
1.3 Tujuan ……................................................................................................4
1.4 Manfaat………………………………………………………………..….4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi cedera kepala.................................................................................5


2.2 Klasifikasi Cedera Kepala..........................................................................6
2.3 Etiologi Cedera Kepala..............................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis......................................................................................9
2.5 Pemeriksaan Penunjang............................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA KEPALA


3.1 Kasus…...................................................................................................

BAB IV PENUTUP

3.1 Kesimpulan …...........................................................................................15


3.2 Saran ……………………………………………………….…………….15

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………........……......16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal
dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2011). Menurut Korps Lalu
Lintas Polisi RI (KORLANTAS POLRI, 2018) dalam grafik kecelakaan yang dilaporkan ke polisi lalu
lintas ditampilkan per triwulan (kuartal). Grafik dihasilkan secara online dari database kecelakaan
Automatic Identification System (AIS). Dalam grafik tersebut didapatkan data kecelakaan pada tahun 2018
sebanyak 28,784 orang dengan 6,262 korban meninggal. Kecelakaan ini didominasi oleh pengendara
sepeda motor.

Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan seseorang mengalami kecacatan bahkan kematian. Selain
itu kecelakaan dapat menyebabkan seseorang mengalami trauma atau cedera kepala. darah ke otak
merupakan bahan kajian yang penting dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan cidera kepala.

Oleh karena latar belakang tersebut, kelompok kami membuat makalah dengan judul "Asuhan
Keperawatan Pemenuhan Pada Pasien dengan Cedera Kepala". Variabel GCS, SBP dan RR memiliki
kolerasi negatif terhadap mortality pasien cedera kepala dalam 7 hari perawatan. Sehingga dapat diartikan
bahwa semakin turun nilai GCS, SBP dan RR maka akan semakin meningkatkan kemungkinan mortality
dalam 7 hari perawatan (Ristanto, et al 2016). Sedangkan Martono et al, (2016) menjelaskan nilai mean
artery pressure mampu mendeteksi tingkat kesadaran pasien cedera kepala sebesar 77,8%. Tekanan arteri
rerata (mean artery pressure/MAP) merupakan mekanisme kompensasi kompensasi dalam
mempertahankkan tekanan perfusi serebral yaitu dengan meningkatkan tekanan arteri rerata. Kecukupan
rata-rata aliran darah ke otak merupakan bahan kajian yang penting dalam asuhan keperawatan pada pasien
dengan cidera kepala.

Dibutuhkannya kesiapan dan kewaspadaan tim perawatan khususnya di IGD agar dapat kondisi
mencegah terburuk yang dapat terjadi pada klien cedera kepala. Kesiapan dan kewaspadaan itu dapat
dibangun dan dimulai dari mengantisipasi setiap perubahan data dari kejadian kasus cedera kepala
(Ristanto, 2017)

Oleh karena latar belakang tersebut, kelompok kami membuat makalah dengan judul "Asuhan Keperawatan
Pemenuhan Pada Pasien dengan Cedera Kepala".

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan :
 Pengertian Cedera Kepala
 Klasifikasi Cedera Kepala
 Etiologi Cedera Kepala
 Manifestasi Klinis Cedera Kepala
 Pemeriksaan Penunjang
b. Bagaimana asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami trauma kepala?

1.3 Tujuan Makalah


a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan :
 Pengertian Cedera Kepala
 Klasifikasi Cedera Kepala
 Etiologi Cedera Kepala
 Manifestasi Klinis Cedera Kepala
 Pemeriksaan Penunjang
b. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien trauma kepala

1.4 Manfaat Makalah


a. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan :
 Pengertian Cedera Kepala
 Klasifikasi Cedera Kepala
 Etilogi Cedera Kepala
 Manifestasi Klinis Cedera Kepala
 Pemeriksaan Penunjang
b. Mahasiswa dapat memahami bagaimana asuhan keperawatan pada pasien trauma kepala
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Cedera Kepala

Brunner dan Suddarth (2001), menjelaskan cedera kepala adalah cedera yang terjadi di kulit kepala,
tengkorak dan otak.

Berdasarkan pengertian yang dijelaskan oleh pakar di atas bahwa pengertian stroke adalah gangguan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berkurangnya atau berhentinya suplai oksigen ke otak baik karena embolus
maupun trombus sehingga mengakibatkan kematian jaringan otak yang bisa mengakibatkan kelumpuhan
maupun kematian bagi penderitanya.

2.2 Klasifikasi Cedera Kepala

Menurut NANDA (2015): klasifikasi cedera kepala dibedakan menjadi 2, yaitu:

1) Berdasarkan Patologi

a) Cedera Kepala Primer

cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat menyebabkan gangguan integritas fisik, kimia,
dan listrik dari sel diarea tersebut, yang menyebabkan kematian sel.

b) Cedera Kepala sekunder

Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi setelah trauma sehingga dapat menyebabkan
kerusakan otak dan TIK yang tidak terkendali, seperti respon fisiologis cedera otak, edema serebral,
perubahan biokimia, perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi
lokal atau sistemik.

2) Berdasarkan jenis cedera

c) Cedera kepala terbuka

Cedera kepala terbuka adalah cedera yang menembus tengkorak dan jaringan otak sehingga dapat
menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi diameter.

d) Cedera kepala tertutup

Cedera kepala tertutup merupakan cedera gegar otak ringan dengan cedera serebral yang luas.

3) Berdasarkan Glasgown Coma Scale


e) Cedera Kepala Ringan (Minor), dengan ciri-ciri:

• GCS 14-15

• Dapat terjadi kehilangan kesadaran dan amnesia <30 menit

• Tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusia serebral dan hematoma

f) Cedera Kepala Sedang, dengan ciri-ciri:

• GCS 9-13

• Kehilangan kesadaran dan dan amnesia >30 menit namun tidak lebih dari 24 jam

• Dapat mengalami fraktur tengkorak, contusia serebral, laserasia dan hematoma intrakranial

g) Cedera Kepala Berat, dengan ciri-ciri:

• GCS 3-8

• Kehilangan kesadaran, amnesia lebih dari 24 jam

• Mengalami kontusia serebral, laserasi atau hematoma intrakranial

2.3 Etiologi Cedera Kepala

Menurut Nanda (2015) mekanisme cedera kepala meliputi:

a. Cedera Akselerasi, yaitu ketika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak
b. Cedera Deselerasi, yaitu ketika kepala yang bergerak membentur objek yang diam
c. Cedera akselerasi-deselerasi, sering dijumpai dalam kasus kecelakaan bermotor dan kekerasan fisik
d. Cedera Coup-countre coup, yaitu ketika kepala terbentur dan menyebabkan otak bergerak dalam ruang
kranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak
e. Cedera Rotasional, yaitu benturan/pukulan yang menyebabkan otak berputar dalam tengkorak, sehingga
terjadi peregangan atau robeknya neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang
memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.

Menurut Yasmara dkk (2006) Cidera kepala secara umum disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pukulan pada kepala, tertimpa benda berat, kecelakaan
kerja, luka tembak, atau cidera saat lahir.
Arifin dkk (2013) menambahkan bahwa hipoksia dan hipoperfusi merupakan faktor penyebab utama.
Penyebab lainnya adalah eksititixisitas, kerusakan akibat radikal bebas, gangguan regulasi ion, mediator
inflamasi, tekanan tinggi intrakranial dan hipertermia.

2.4 Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan klinis biasanya memakai pemeriksaan GCS yang dikelompokkan menjadi cedera kepala
ringan, sedang dan berat.

Kondisi cedera kepala yang dapat terjadi yaitu:

a. Komosio serebri, yaitu kehilangan fungsi otak sesaat karna pingsan < 10 menit atau amnesia pasca
cedera kepala, namun tidak ada kerusakan jaringan otak.
b. Kontusio serebri, yaitu kerusakan jaringan otak dan fungsi otak karna pingsan > 10 menit dan terdapat
lesi neurologik yang jelas. Kontusio serebri lebih sering terjadi di lobus frontal dan lobus temporal
dibandingkan bagian otak lain.
c. Laserasi serebri, yaitu kerusakan otak luas yang disertai robekan durameter dan fraktur terbuka pada
kranium.
d. Epidural hematom, yaitu hematom antara durameter dan tulang. Sumber perdarahan berasal dari
robeknya arteri meningea media. Epidural hematom biasanya ditandai dengan penurunan kesadaran
dengan ketidaksamaan neurologis sisi kiri dan kanan. Jika perdarahan > 20 cc atau > 1 cm midline shift
> 5 mm akan dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan. Gambaran CT scan didapatkan area
hiperdens dengan bentuk bikonvek atau letikuler antara 2 sutura.
e. Subdural Hematom (SDH), yaitu terkumpulnya darah antara durameter dan jaringan otak, dapat terjadi
akut atau kronik. hematom dibawah lapisan durameter dengan sumber perdarahan dari bridging vein,
a/v cortical, sinus venous. Gejala-gejalanya antara lain nyeri kepala, bingung, mengantuk, berpikir
lambat, kejang dan udem pupil. Secara klinis dapat dikenali dengan penurunan kesadaran disertai
dengan adanya laterasi yang paling sering berupa hemiparese/plegi. Gambaran CT scan didapatkan
hiperdens yang yang berupa bulan sabit (cresent).
f. Subarachnoid Hematom (SAH), yaitu perdarahan fokal di daerah subarachnoid. Gejala klinis hampir
menyerupai kontusio serebri. Pada pemeriksaan CT scan didapatkan lesi hiperdens yang mengikuti arah
girus-girus serebri didaerah yang berdekatan dengan hematom.
g. ICH (Intracerebral Hematom), yaitu perdarahan yang terjadi pada jaringan otak nyang terjadi akibat
robekan pembuluh darah yang ada pada jaringan otak. Pada pemeriksaan CT scan terdapat lesi
perdarahan antara neuron otak yang relatif normal.
h. Fraktur basis kranii (misulis KE, head TC), yaitu fraktur dari dasar tengkorak (temporal, oksipital,
sphenoid dan etmoid). Terbagi menjadi 2 yaitu fraktur anterior (melibatkan tulang etmoid dan sphenoid)
dan fraktur posterior (melibatkan tulang temporal, oksipital dan beberapa bagian tulang sphenoid).
Tanda-tanda dari fraktur basis kranii yaitu:
 Ekimosis periorbital (racoon’s eyes)
 Ekimosis mastoid (battle’s sign)
 Keluar darah berserta cairan serebrospinal dari hidung atau telinga (rinore atau otore)
 Kelumpuhan nervus cranial

2.5 Pemeriksaan Penunjang

a. Foto polos tengkorak (skull X-ray)


b. Angiografi serebral
c. Pemeriksaan MRI
d. CT scan: Indikasi muntah-muntah, penurunan GCS lebih dari 1 point, adanya laterasi dan bradikardi
(nadi<60x/menit), fraktur impresi dengan lateralisasi tidak sesuai, tidak ada perubahan selama 3 hari
perawatan dan luka tembus benda tajam/peluru.

Pemeriksaan diagnostic

a. Laboratorium
• GDA untuk menentukan adanya masalah ventilasi atau oksigenasi dan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK).
• Kimia/elektrolit serum dapat menunjukkan ketidakseimbangan yang memperberat peningkatan TIK,
sedangkan peningkatan laju dari metabolisme dan diaforesis dapat menyebabkan hipernatremia.
b. Pencitraan
• CT scan diperlukan untuk mengidentifikasi adanya hematoma, hemoragi, kontusia, fraktur
tengkorak, pembengkakan atau pergeseran jaringan otak.
• MRI untuk memeriksa defisit neurologis yang tidak terdeteksi oleh CT scan.
c. Prosedur Diagnostik
• EEG diperlukan untuk mengidentifikasi adanya gelombang patologis.
BAB III

ASUHAN PASIEN TRAUMA KEPALA

3.1 Kasus

Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 22 april 2018 pukul 23.52 WIB diantar oleh petugas kesehatan
PKM Penguyungan. Pasien mengalami penurunan kesadaran post KLL 2 jam SMRS muntah (-) kejang (-
), helm (+). Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 april 2018 puluk 01.00 WIB di IGD, pasien tampak
mengalami penurunan kesadaran menggunakan otot batu nafas, nafas cepat dan dangkal , pasien mengalami
penurunan kesadaran GCS: E2 M4 V2, terpasang DC, NGT, dan mayo terdapat secret.

Hasil pemeriksaan TTV : TD : 136/108 mmHg, Nadi 82x/menit, RR: 30x/menit, S : 36 ͦ C. Hasil
pemeriksaan lab Hb : 12.1 mg/dl, Trombosit : 216.000 /UL. GDS 113 MG/dl.

A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Sdr A
Jenis kelamin : Laki laki
Umur : 22 Tahun
Alamat : Mojosongo
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
No. RM : 0202
Diagnosa Medis : COB
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn M
Jenis kelamin : Laki laki
Umur : 48 tahun
Alamat : Mojosongo
Pekerjaan : Wirausaha
Hubungan dengan klien : Ayah
B. Pemeriksaan
1. Primary Survei
a. Airway
1) Terdapat secret pada jalan nafas
2) Jalan nafas paten
b. Breathing
1) Irama nafas teratur
2) Menggunakan otot bantu pernafasan
3) Nafas cepat dan dangkal
4) RR 32x/menit
c. Circulation
1) Akral dingin
2) Tekanan darah 136/108 mmHg
3) Nadi teraba 82x/menit
4) CRT > 3 detik
5) Normal (Hb 12. q/mg/dL
2. Secondary Survey
a. Keluhan utama
Pasien tampak mengalami penurunan kesadaran
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 22 april 2018 pukul 23.52 WIB diantar oleh
petugas kesehatan PKM Penguyungan. Pasien mengalami penurunan kesadaran post
KLL 2 jam SMRS muntah (-) kejang (-), helm (+). Saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 22 april 2018 puluk 01.00 WIB di IGD, pasien tampak mengalami penurunan
kesadaran menggunakan otot batu nafas, nafas cepat dan dangkal , pasien mengalami
penurunan kesadaran GCS: E2 M4 V2, terpasang DC, NGT, dan mayo terdapat secret.
Hasil pemeriksaan TTV : TD : 136/108 mmHg, Nadi 82x/menit, RR: 30x/menit, S : 36 ͦ
C. Hasil pemeriksaan lab Hb : 12.1 mg/dl, Trombosit : 216.000 /UL. GDS 113 MG/dl.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan atau menular saperti HT, ASMA,
STROKE.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluaraga pasien mengatakan di keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
e. Pemeriksaan fisik
1) Keluhan umum
a) Somnolen
b) GCS E2 M4 V2
c) Pupil 3/3 mm
d) Respon cahaya (-)
2) Tanda-tanda vital
a) TD 136/108 mmHg
b) Nadi 82x/menit
c) RR 30x/menit
d) Suhu 36 ͦ C
3) Paru
a) Inspeksi : dada simetris kanan dan kiri RR 30x/menit, irama nafas teratur, nafas
cepat dan dangkal, otot bantu nafas (+)
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan
c) Perkusi : sonor
d) Auskultasi : bunyi nafas stridor, frekuensi 30x/menit, tidak ada wheezing dan
ronchi

4. Jantung
I : Tidak tampak ictus cordis, tidak tampak pulsasi
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan
Pe : Pekak
A : Tidak terdapat suara tambahan
5. Abdomen
I : Tidak terdapat lesi ataupun benjolan pada abdomen
A : Bising usus 10 x/ menit
Pe : Bunyi timpani
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan
6. Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, RR 30 x/menit, nafas cepat dan dangkal, otot bantu nafas ( + )
7. Sistem Kardiovaskular
Bentuk simetris, Nadi 82 x/menit, akral dingin pucat, tidak ada pembesaran vena
jugularis
8. Sistem pencernaan
Bentuk simetris tidak ada nyeri tekan, tidak ada mual dan muntah
9. Sistem Muskuloskeletal
Untuk melakukan ADL klien dibantu oleh alat dan keluarga
10. Sistem Persyarafan
Tingkat kesadaran sopor, GCS E2 M4 V2
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Haemoglobin : 12,1 gr%
2. Leukosit : 6260 mmᶾ
3. Trombosit : 210.000 mmᶾ
4. Hematokrit : 37%
5. Gula Darah Sewaktu : 117 mg/dl
6. SGOT : 85 mg/d
7. SGPT : 89 mg/dl
8. Ureum : 28,0 mg/dl
9. Cretinin : 1,17 mg/dl

D. Terapi yang diberikan


IVFD Nacl 20 tpm
Ranitidine Inj 50 gr
Ceftriaxone Inj 1 gr
E. Data fokus
Data objektif
1. Pasien tampak mengalami penurunan kesadaran tingkat kesadaran sopor, GCS 8 ( E2, V2, M4
)
2. Akral tampakdingin , CRT > 3 detik
3. TD : 136/108 mmHg
N : 82 x/ menit
RR : 30 x/menit
S : 36 C
SPO2 : 95%
4. Pasien dengan penurunan kesadaran GCS 8 ( E2, V2, M4 ) terdapat sekret, bed rest total,
terdengar bunyi nafas tambahan ( guegling), hiperventilasi.
F. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
b. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan iskemia jaringan otak.
G. Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret.
Tujuan : Mempertahankan jalan napas paten dan mencegah komplikasi paru, dengan
kriteria hasil pasien tidak sesak nafas, tidak terdapat ronchi, wheezing maupun terdapat
suara nafas tambahan, tidak terdapat retraksi otot bantu pernafasan, pernafasan teratur (16-
20 x/menit).
Intervensi:
1) Posisikan pasien lebih tinggi dari jantung atau miring jika memungkinkan. Posisikan
pasien dengan tepat agar tidak menghambat ekspansi dada.
2) Berikan terapi oksigen sesuai advice.
3) Posisikan pasien yang mengalami hemiplegi dengan tepat agar tidak menghambat atau
memperberat ekspansi dada.
4) Dorong pasien untukmelakukan batuk efektif (kecuali pada pasien dengan CVA
hemoragik) dan nafas dalam setiap 2 jam saat terjaga. Lakukan suction jika diperlukan
karena terjadi penumpukan secret.
5) Nilai suara paru setidaknya setiap 4 jam. Perhatikan juga kecukupan upaya pernapasan,
tingkat dan karakteristik pernapasan, dan warna kulit. Selidiki kegelisahan segera,
terutama pada pasien afasia.
6) Evaluasi kemampuan menelan pasien. Jika pasien mengalami kesulitan menelan bantu
atau mengamati makan pasien.
b. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan iskemia jaringan
otak.
Tujuan : Meningkatkan perfusi jaringan otak dengan kriteria hasil pasien tidak gelisah,
tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS E4, M6, V5, pupil isokor, refleks
cahaya baik, tanda-tanda vital normal (tekanan darah : 100-140/80-90 mmHg, nadi : 60-100
x/menit, suhu : 36-36,7ºC, RR : 16-20x/menit).
Intervensi:
1) Nilai status neurologis, memeriksa tingkat kesadaran, orientasi, kekuatan kaki, respon
di bawah naungan, dan tanda-tanda vital setiap jam. Laporkan setiap ada kelainan atau
perubahan, terutama penurunan kesadaran dan mengalami kelemahan, kegelisahan,
ukuran pupil yang tidak sama, pelebaran tekanan nadi, kejang, sakit kepala parah,
vertigo, pingsan, atau mimisan.
2) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30º dengan letak jantung dan berikan oksigen
tambahan sesuai advice.
3) Monitor tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan.
4) Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Cedera kepala adalah dimana kepala yang mengalami benturan karena jatuh atau juga karena terkena
benda tertentu yang menyebabkan sakit kepala atau bahkan sampai tidak sadarkan diri.

Cedera kepala primer merupakan cedera awal yang dapat menyebabkan gangguan integritas fisik, kimia,
dan listrik dari sel diarea tersebut, yang menyebabkan kematian sel.

Cedera kepala sekunder merupakan cedera yang terjadi setelah trauma sehingga dapat
menyebabkan kerusakan otak dan TIK yang tidak terkendali, seperti respon fisiologis cedera otak, edema
serebral, perubahan biokimia, perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan
infeksi lokal atau sistemik.

4.2 Saran

Kelompok kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan sekali kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat
lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Oleh karena itu juga sebagai mahasiswa keperawatan dengan ini semoga dapat mengetahui dan
memahami teori serta penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien trauma kepala secara teliti dan
tepat dalam dunia kesehatan lebih tepatnya menolong keselamatan nyawah seorang pasien
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai