DISUSUN OLEH:
SINGKAWANG
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, karena atas rahmat dan
pertolonganNya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah “Cedera Kepala Berat”. Penyusunan makalah ini
disusun sebagai. Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak
banyak yang bisa penulis lakukan dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas semua bantuan dan
dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan makalah ini.
Seri Marliana
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI ............................................................................................. 3
B. ETIOLOGI ........................................................................................... 3
C. KLASIFIKASI ..................................................................................... 4
D. TANDA &GEJALA CEDERA KEPALA BERAT............................. 4
E. KOMPLIKASI CEDERA KEPALA BERAT ..................................... 4
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG CEDERA KEPALA ....................... 5
G. PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA BERAT...................... 6
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA ........... 6
A. KESIMPULAN .................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cidera kepalaberat merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2002). Kecelakaan lalulintas
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khusunya
di negara berkembang.Menurut World Health Orhanization (WHO) pada
tahun 2002 kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan
kesebelas di seluruh dunia, sekitar 1,2 juta jiwa meninggal setiap
tahunnya.Angka kematian semakin meningkat dari tahun ke tahun akibat dari
cidera kepala yang mendapat penanganan yang kurang tepat atau tidak
sesuai dengan harapan kita (Smeltzer, 2002).
Karena tingginya angka kematian yang disebabkan karena cidera kepala
khususnya CKB. Maka penulis tertarikmenulis makalah yang berjudul
Cedera Kepala Berat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi cedera kepala?
2. Apa etiologi cedera kepala?
3. Apa saja klasifikasi cedera kepala?
4. Bagaimana tanda & gejala cedera kepala berat?
5. Bagaimana komplikasi cedera kepala berat?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang cedera kepala berat?
7. Bagaimana penatalaksanaan cedera kepala berat?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan cedera kepala?
1
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi cedera kepala
2. Untuk mengetahui etiologi cedera kepala
3. Untuk mengetahui macam-macam klasifikasi cedera kepala
4. Untuk mengetahui tanda & gejala cedera kepala berat
5. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegarah cedera kepala ringan
6. Untuk mengetahui komplikasi cedera kepala berat
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang cedera kepala
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan cedera kepala berat
9. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan cedera kepala
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik
trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena
robekannya substansi alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemoragik,
serta edema serebral di sekitar jaringan otak (Batticaca, 2008).
Menurut Doenges (2000), Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa
penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak,
percepatan (accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan
perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan
faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala
dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001).
B. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer yaitu cedera yang
terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung, dan cedera
sekunderyaitu cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson meluas,
hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea/ hipotensi sistemik. Cedera
sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis
yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa
perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia,
peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi (Hickey, 2003)
3
C. KLASIFIKASI
Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh The Traumatik Coma
Data Bank berdasarkan Skore ScalaComa Glascow (GCS). Penggunaan istilah
cedera kepala ringan, sedang dan berat berhubungan dari pengkajian
parameter dalam menentukan terapi dan perawatan. Adapun klasifikasinya
adalah sebagai berikut:
1. Cedera Kepala Ringan
Nilai GCS 13-15 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia
akan tetapi kurang dari 30 menit. Tidak terdapat fraktur tengkorak serta
tidak ada kontusio serebral dan hematoma
2. Cedera Kepala Sedang
Nilai GCS 9-12 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia
lebih dari 0 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur
tengkorak.
3. Cedera Kepala Berat
Nilai GCS 3-8 yang diikuti dengan kehilangan kesadaran atau amnesia
lebih dari 24 jam meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma
intrakranial
4
perubahan kepribadian). Sejumlah kecil pasien akan tetap dalam status
vegetatif.
2. Kebocorancairan serebrospinal: bila hubungan antara rongga
subarachnoid dan telinga tengah atau sinus paranasal akibat
frakturbasis cranii hanya kecil dan tertutup jaringan otak maka hal
ini tidak akan terjadi. Eksplorasi bedah diperlukan bila terjadi kebocoran
cairan serebrospinal persisten.
3. Epilepsi pascatrauma: terutama terjadi pada pasien yang mengalami
kejang awal (pada minggu pertama setelah cedera), amnesia
pascatrauma yang lama, fraktur depresi kranium dan hemato
mintrakranial.
4. Hematomsubdural kronik.
5. Sindrom pasca concusio: nyeri kepala, vertigo dan gangguan konsentrasi
dapat menetap bahkan setelah cedera kepala ringan.Vertigo dapat terjadi
akibatcederavestibular(konkusi labirintin)
5
G. PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA BERAT
Untuk cedera kepala berat, tatalaksana spesialis bedah saraf sangat
diperlukan setelah resusitasi dilakukan.Aspek spesifik terapi cedera kepala
dibagi menjadi dua kategori:
1. Bedah
a. Intrakranial: evakuasi bedah saraf segera pada hematom yang
mendesak ruang.
b. Ekstrakranial: inspeksi untuk komponen fraktur kranium yang
menekan pada laserasi kulit kepala. Jika ada, maka hal ini
membutuhkan terapi bedah segera dengan debridement luka dan
menaikkan fragmen tulang untuk mencegah infeksi lanjut pada
meningen dan otak.
2. Medikamentosa
a. Bolus manitol (20%, 100 ml) intravena jika terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Hal ini dibutuhkan pada tindakan darurat
sebelum evakuasi hematom intrakranial pada pasien dengan
penurunan kesadaran.
b. Antibiotik profilaksis untuk fraktur basis cranii.
c. Antikonvulsan untuk kejang.
d. Sedatif dan obat-obat narkotik dikontraindikasikan, karena dapat
memperburuk penurunan kesadaran
6
c. Riwayat kesehatan meliputi : keluhan utama, kapan cedera terjadi,
penyebab cedera, riwayat tak sadar, amnesia, riwayat kesehatan
yang lalu, dan riwayat kesehatan keluarga.
d. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum, tanda vital
e. Pemeriksaan persistem:
1) Sistem persepsi dan sensori (pemeriksaan panca indra,
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan perasa)
2) Sistem persarafan (tingkat kesadaran/nilai GCS, reflek bicara,
pupil, orientasi waktu dan tempat)
3) Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan
kepatenan jalan nafas)
4) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi, irama, kualitas dan
frekuensi)
5) Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu
makan/minum, peristaltik, eliminasi)
6) Sistem integumen (nilai warna, turgor, tekstur darikulit, luka/lesi
7) Sistem reproduksi
8) Sistem perkemihan (nilai frekuensi BAK, volume BAB)
9) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan (termasuk adakah
kebiasaan merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat-
obatan)
b) Pola aktivitas dan latihan (adakah keluhan lemas, pusing,
kelelahan, dan kelemahan otot)
c) Pola nutrisi dan metabolisme (adakah keluhan mual, muntah)
d) Pola eliminasi
e) Pola tidur dan istirahat
f) Pola kognitif dan perceptual
g) Persepsi diri dan konsep diri
h) Pola toleransi dan koping stres
i) Pola seksual dan reproduksi
7
j) Pola hubungan dan peran
k) Pola nilai dan keyakinan
8
- Monitor suhu dan angka WBC
- Kolaborasi pemberian antibiotik
- Posisikan pasien pada posisi semifowler
- Minimalkan stimulus dari lingkungan
9
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
c. Ketidakefektifan Pola nafas b.d hipoventilasi
Tujuan:
Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif selama dalam
perawatan
NOC:
Respiratory status: Ventilation (Status Respirasi: Ventilasi)
Respiratory status: Airway patency (Status Respirasi: Patensi Jalan
Napas), Vital sign Status (status TTV)
NIC:
Airway Management (ManajemenJalan Napas)
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status Oksigenasi
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala.
2. Penyebab utama CKB yaitubenturan langsung maupun tidak langsung,
atau akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan
dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan
neuron, dll.
3. Cedera kepala terdiri dari: cedera kepala ringan (CKR), cedera kepala
sedang (CKS), dan cedera kepala berat (CKB).
4. Pemeriksaan penunjang cedera kepala yaitu CT-Scan, Rontgen,
Angiografi serebral, analisa gas darah, dan pemeriksaan elektrolit.
11
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi & Yuliani, R. 2001. “Asuhan Keperawatan pada Anak, edisi 1” Jakarta:
CV Sagung Seto.
12