Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA

KLIEN DENGAN CEDERA KEPALA BERAT


MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Kegawatdaruratan

Dosen Pembimbing :

Viyan Septiyana Achmad, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun oleh :

Aisyah Fathaniah H P27904116002

Amalia Sholiha P27904116004

Ayu Suwarna Putri P27904116008

Dwi Riski Suryani P27904116012

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI D IV KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia-Nya. Kami selaku penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
masalah “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Klien Dengan Cedera
Kepala Berat”. Sholawat serta salam kami curahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW. Yang berkat hadirnya membawa cahaya yang membuat
manusia melangkah keluar dari dunia gelap.

Disusunnya makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan serta


memenuhi tugas Keperawatan Kegawatdaruratan dengan pokok bahasan Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Klien Dengan Cedera Kepala Berat. Tak
lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berkait :

1. Bapak Viyan Septiyana Achmad S.Kep, Ners, M.Kep selaku dosen


pembimbing keperawatan medikal bedah yang telah memberikan
bimbingan kepada kami sehingga tersusunlah makalah ini.
2. Rekan kelompok yang telah bersama-sama mengerjakan serta menyusun
makalah ini

Makalah ini jauh dari kata sempurna segala saran dan kritik sifatnya
membangun, senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga
Allah SWT memberikan keberkatan kepada kita semua. Amin

Tangerang, 06 Agustus 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cedera atau trauma kepala adalah gangguan fungsi normal otak

karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Cidera kepala

merupakan salah satu penyebab kematian utama pada kelompok umur

produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Tidak

hanya berakibat pada tingginya angka kematian pada korban kecelakaan.

Justru, yang harus menjadi perhatian adalah banyaknya kasus kecacatan

dari korban kecelakaan. Khususnya, korban kecelakaan yang menderita

cedera kepala.

Cedera kepala adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau

basis cranii serta organ-organ di dalamnya, dimana kerusakan tersebut

bersifat non-degeneratif / non-kongenital, yang disebabkan oleh gaya

mekanik dari luar sehingga timbul gangguan fisik, kognitif maupun sosial

serta berhubungan dengan atau tanpa penurunan tingkat kesadaran.

Di Amerika Serikat tahun 2017, kejadian cedera kepala setiap

tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut,

10%meninggal sebelum tiba dirumahsakit. Sedangkan yang sampai di

rumah sakit, 80% dikelompokan sebagai cedera kepala ringan (CKR),

10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah

cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada

kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas


merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lain

nya karena jatuh, 3%-9% lainyya disebabkan karena tindak kekerasan,

kegiatan olahraga dan rekreasi. Data epidemiologi di Indonesia belum ada,

tetapi data dari salah satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto

Mangunkusumo, untuk penerita rawat inap, terdapat 60%-70% dengan

CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian

tertinggi sekitar 35-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk

CKR tidak ada yang meninggal.

Berdasarkan data tersebut bahwa cedera kepala kepala dapat

mengakibatkan beberapa dampak yaitu, penurunan kesadaran, gangguan

jalan nafas, bahkan kematian biologis atau mati batang otak.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :


a. Tujuan Umum
Dapat mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan
pada Cedara Kepala Berat.
b. Tujuan Khusus
- Dapat melakukan pengkajian Airway Breathing Circulation pada
klien dengan Cedera Kepala Berat.
- Dapat menentukan masalah keperawatan Airway Breathing
Circulation pada pasien dengan Cedera kepala Berat.
- Dapat melakukan diantaranya Airway breating circulation pada
pasien dengan cedera kepala berat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP CEDERA KEPALA BERAT
1. Pengertian Cedera Kepala Berat
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar
terjadi akibat kecelakaan lalu lintas ( Mansjoer,A 2011 ).
Cedera kepala merupakan trauma yang mengenai otak yang dapat
mengakibatkan perubahan fisik, intelekual, emosional, dan sosial.
Trauma tenaga dari luar yang mengakibatkan berkurang atau
terganggunya status kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif ,
fungsi fisik dan emosional (Judha & Rahil, 2011 ).
Cedera kepala berat merupakan cedera kepala yang mengakibatkan
penurunan kesadaran dengan skor GCS 3 sampai 8, mengalami
amnesia > 24 jam (Haddad, 2012).
Cedera kepala berat adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak
dan otak yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung
pada kepala yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
kesadaran dengan scor GCS 3 sampai 8.
2. Etiologi
Menurut Hudak dan Gallo (1996: 108) mendeskripsikan bahwa
penyebab cedera kepala adalah karena adanya trauma rudapaksa yang
dibedakan menjadi 2 faktor yaitu:
1. Trauma Primer
Terjadi karena benturan langsung atau tidak langsung
(akselarasi dan deselerasi).
2. Trauma Sekunder
Terjadi akibat dari trauma saraf (melalui, akson) yang meluas,
hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi
siskemik.
3. Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya, ada dua macam cedera otak, yaitu
cedera otak primer dan cedera otak sekunder. Cedera otak primer
adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan kejadian
trauma, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya
menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa kita lakukan
kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sedang sakit bisa
mengalami proses penyembuhan yang optimal. Sedangkan cedera otak
sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan (on going
process) sesudah atau berkaitan dengan cedera primer dan lebih
merupakan fenomena metabolik.
Proses berkelanjutan tersebut sebenarnya merupakan proses
alamiah. Tetapi, bila ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi dan
tidak ada upaya untuk mencegah atau menghentikan proses tersebut
maka cedera akan terus berkembang dan berakhir pada kematian
jaringan yang cukup luas. Pada tingkat organ, ini akan berakhir
dengan kematian/kegagalan organ. Cedera otak sekunder disebabkan
oleh keadaan-keadaan yang merupakan beban metabolik tambahan
pada jaringan otak yang sudah mengalami cedera (neuron-neuron
yang belum mati tetapi mengalami cedera). Beban ekstra ini bisa
karena penyebab sistemik maupun intrakranial. Berbeda dengan
cedera otak primer, banyak yang bisa kita lakukan untuk mencegah
dan mengurangi terjadinya cedera otak sekunder.
Penyebab cedera otak sekunder di antaranya :
1. Penyebab sistemik: hipotensi, hipoksemia, hipo/hiperkapnea,
hipertermia, dan hiponatremia.
2. Penyebab intrakranial: tekanan intrakranial meningkat, hematoma,
edema, pergeseran otak (brain shift), vasospasme, kejang, dan
infeksi.
Mencegah, mendeteksi, dan melakukan penanganan dini terhadap
kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder adalah hal
yang penting dan utama dilaksanakan.
4. Penanganan
Umumnya,penderita cedera kepala berat menjalani perawatan
secara intensif di rumah sakit untuk menurunkan risiko komplikasi.
Beberapa tahapan pengobatan terhadap cedera kepala berat meliputi:
a. Memeriksa pernapasan, denyut jantung, dan tekanan darah.
b. Melakukan resusitasi jantung paru (CPR), yaitu dengan menekan
dada dari luar dan memberikan bantuan pernapasan, ketika pasien
mengalami henti napas atau henti jantung.
c. Menstabilkan leher dan tulang punggung dengan penyangga leher
atau penyangga tulang punggung.
d. Memberikan cairan infus untuk mencegah syok hipovolemik akibat
perdarahan.
e. Menghentikan perdarahan.
f. Membebat tulang yang retak atau patah.
g. Bila terjadi nyeri yang sangat hebat, dokter dapat memberikan obat
pereda nyeri.
B. KONSEP AIRWAY BREATING CIRCULATION PADA CEDERA
KEPALA BERAT.
Primary Survey
a. Airway dan cervical control
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway.
Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula
atau maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat
dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan
memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh
dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
b. Breathing dan ventilation
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik.
Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk
pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari paru, dinding
dada dan diafragma.
c. Circulation dan hemorrhage control
1. Volume darah dan Curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi
harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia. observasi
yang dalam hitungan detik dapat memberikan informasi
mengenai keadaan hemodinamik yaitu kesadaran, warna
kulit dan nadi.

BAB III
CONTOH KASUS
Seorang laki-laki usia 23 tahun di bawa ke IGD dalam keadaan tidak sadar pasca
kecelakaan lalu lintas. Hasil pengkajian : K.U tampak lemah, GCS 9, tampak
pendarahan di mulut, seluruh extermitas baik, TD 90/60 mmHg, N :110 x/menit,
pernapasan 34 x/menit observasi dada terlihat fraktur midklavikula 1/3 distal
kanan, suara nafas gugling

Primary Survey
A : Airway (jalan napas)
Pada saat dilakukan pengkajian, terdapat sekret berupa darah di mulut
yang mengakibatkan masalah masalah keperawatan yaitu jalan nafas tidak
efektif masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif.
B. Breathing
Look
Pada saat dilakukan pengkajian, terlihat jejas pada dada, pernafasan
tachipneu sebanyak 34x/menit, dan klien bernafas menggunakan otot bantu
pernafasan

Listen
Pada saat dilakukan pengkajian, terdengan suara nafas gugling

Feel
Pada saat dilakukan pengkajian, masih terasa hembusan nafas

C. Circulation
Pada saat dilakukan pengkajian, tekanan darah klien rendah yaitu 90/60
mmHg, serta akral dingin

DAFTAR PUSTAKA

Kartikawatika, Dewi. 2011. Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat


Darurat. Jakarta : Salemba Medika

http://eprints.ums.ac.id/22036/12/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf

http://jayao77.blogspot.com/2014/11/askep-ckb-cidera-kepala-berat.html

http://bkp2011.blogspot.com/2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan_25.html

https://www.alodokter.com/trauma-kepala-berat

Anda mungkin juga menyukai