Anda di halaman 1dari 3

1.

2 Rumusan Masalah

Usia anak sekolah merupakan masa dimana anak mulai menyukai hal-hal baru

yang bersifat kompetisi dan menantang. Selain itu, pada usia anak sekolah ini pula

anak terlibat lebih luas dengan lingkungan luar serta teman sepermainannya. Oleh

karena itu, tidak heran jika banyak anak-anak sekolah yang menyukai bermain

video game bersama teman-teman sebayanya.

Kebiasaan bermain video game secara berlebihan semakin lama semakin sering

terjadi pada anak-anak, baik usia sekolah maupun remaja. Ironisnya video game

yang sebenarnya menjadi salah satu permainan untuk hiburan kini menjadi

kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan anak sehari-hari selain belajar.

Bahkan parahnya terkadang anak terlihat lebih bersemangat untuk menyelesaikan

setiap tingkatan level di permainan video game-nya dibandingkan mengerjakan

tugas sekolahnya. Dampak yang lebih besar banyak dikeluhkan pula oleh orangtua

atau guru mereka seperti anak menjadi suka membolos sekolah atau uang

sekolahnya digunakan demi menyewa video game.

Jika dilihat dari fenomena yang terjadi, begitu besar dampak yang ditimbulkan

dari kebiasaan video game apabila dimainkan secara berlebihan dan tanpa kontrol

yang baik dari orangtua. Untuk itu, berdasarkan fenomena yang terjadi peneliti

memiliki keinginan melakukan penelitian terkait tingkat motivasi belajar pada

anak di usia sekolah yang memiliki kegemaran bermain video game. Dengan

demikian, peneliti dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan

bermain dengan tingkat motivasi pada anak usia sekolah.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada hubungan antara kebiasaan bermain video game terhadap tingkat

motivasi belajar anak?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum: Mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan

bermain video game dengan tingkat motivasi belajar anak usia sekolah.

1.4.2 Tujuan khusus:


a. Mengetahui gambaran karakteristik anak yang bermain video game

berdasarkan kelas, usia, jenis kelamin, waktu bermain, tempat bermain, dan

genre video game yang dimainkan.

b. Mengidentifikasi kebiasaan bermain video game pada anak usia sekolah

berdasarkan durasi dan frekuensi bermainnya.

c. Mengidentifikasi tingkat motivasi belajar pada anak usia sekolah yang

bermain video game.

d. Mengetahui hubungan kebiasaan bermain video game dengan tingkat

motivasi belajar pada anak usia sekolah.

e. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan tingkat motivasi belajar pada

anak usia sekolah.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya

terkait pengaruh video game pada anak usia sekolah dari aspek perkembangan

anak lainnya. Selain itu, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan terkait

gambaran tingkat motivasi belajar pada anak yang suka bermain video game.

1.5.2 Manfaat praktis

1.5.2.1 Bagi institusi keperawatan

Bagi mahasiswa keperawatan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk

melihat kaitan antara karakteristik anak pada usia sekolah dengan fenomena yang

sering berkembang di masyarakat terkait permasalahan sehingga dengan Hasil

penelitian ini dapat menjadi gambaran bagi perawat untuk memberikan konseling

terkait upaya peningkatan motivasi belajar anak. Selain itu, perawat juga dapat

memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan tugas perkembangan

anak usia sekolah.

1.5.2.2 Bagi keluarga

Dengan adanya gambaran kondisi anak dengan paparan video game ini

diharapakan peran serta keluarga dalam pengawasan dan pengaturan yang tepat
untuk bermain.

1.5.2.3 Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk menyusun metode

belajar yang disukai oleh anak dan kegiatan yang positif sehingga anak bisa

teralihkan dari godaan video game dan lebih fokus belajar.

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar seseorang dapat berubah-ubah dan mengalami proses

perkembangan yang dipengaruhi juga oleh kondisi fisiologis dan psikologis

individu tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar tidak hanya bersifat intrinsik tetapi
juga bersifat ekstrinsik (Dimyati, Mudjiono, 2009). Faktor

internal yang mempengaruhi motivasi belajar seperti cita-cita individu,

kemampuan individu, dan kondisi individu. Faktor eksternal yang mampu

mempengaruhi motivasi belajar antara lain lingkungan, sikap pengajar dan metode

pengajaran.

Anda mungkin juga menyukai