“CEDERA KEPALA”
Pembimbing :
Disusun Oleh :
1. Lisa Romadhony (P27820517007)
2. Annisa Agustina (P27820517010)
3. Nita Ernawati (P27820517011)
4. Dinda Ika Rahayu (P27820517013)
5. Fery Hidayah (P27820517017)
6. Risa Fitria Mahadhika (P27820517025)
7. Fitriana Nur Umami (P27820517031)
8. Dwi Maya Novitasari (P27820517036)
JURUSAN KEPERAWATAN
2.1 TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada kasus cedera kepala
Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengkajian kegawatdaruratan pada kasus cedera kepala
b. Mengetahui diagnosa pada kasus cedera kepala
c. Mengetahui perencanaan kegawatdaruratan pada kasus cedera kepala
d. Mengetahui implementasi kegawatdaruratan pada kasus cedera kepala
e. Mengetahui evaluasi kegawatdaruratan pada kasus cedera kepala
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. DEFINISI
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai
atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin 2008).
Sedangkan menurut pedoman penanggulangan gawat darurat EMS 119 Jakarta
(2008), trauma atau cedera kepala (brain injury) adalah salah satu bentuk trauma yang
dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik,
intelektual, emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan sebagai bagian dari
gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan fungsi otak.
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan trauma mengenai otak yang
dapat mengakibatkan perubahan fisik, intelektual, emosional dan sosial. (Black,
1997).
Trauma kepala adalah benturan pada kepala yang disebabkan oleh tenaga dari
luar yang mengakibatkan berkurang atau terganggunya status kesadaran dan
perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik dan atau fungsi emosional.
2.2. ETIOLOGI
Penyebab cedera kepala antara lain :
a. Kecelakaan mobil
b. Perkelahian
c. Jatuh
d. Cedera olahraga
(Elizabeth J. Corwin, 2009)
2.4 PATOFISIOLOGI
Otak dapat dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan
aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi.
Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bahan bakar metabolisme
otak tidak boleh kurang dari 20mg%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
gula plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi
serebral.
Berdasarkan GCS, cedera kepala atau otak dapat di bagi menjadi tiga gradasi, yaitu :
1. Cedera kepala ringan atau cedera otak ringan, bila GCS: 13-15
2. Cedera kepala sedang atau cedera otak sedang, bila GCS: 9-12
3. Cedera kepala berat atau cedera otak berat, bila GCS : </= 8
3. Cerebral angiography
Menunjukan anomali sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak sekunder
menjadi edema, perdarahan, dan trauma.
4. Serial EEG
Dapat melihat perkambangan gelombang patologis.
5. Sinar X
Mendeteksi perubahan struktur tulang( fraktur), perubahan struktur garis ( perdarahan/
edema ), fregmen tulang.
6. BAER
Mengoreksi batas fungsi korteks dan otak kecil.
7. PET
Mendeteksi perubahan aktifitas metabolisme otak.
8. CSS
Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarakhnoid.
9. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intrakranial.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi yaitu :
- Perdarahan di dalam otak, yang disebut hematoma intraserebral, dapat meyertai
cedera kepala yang tertutup yang berat, atau lebih sering cedera kepala terbuka. Pada
perdarahan otak, tekanan intrakranial meningkat, dan sel neuron dan vaskuler
tertekan. Ini adalah jenis cedera otak sekunder. Pada hematoma, kesadaran dapat
menurun dengan segera, atau dapat menurun setelahnya ketika hematom meluas dan
edema interstisial memburuk.
- Perubahan perilaku dan defisit kognitif dapat terjadi dan tetap ada.
(Elizabeth J. Corwin, 2009)
2.7 PENATALAKSANAAN
Cedera otak ringan dan sedang biasanya diterapi dengan observasi dan tirah baring.
- Mungkin diperlukan ligasi pembuluh darah yang pecah melalui pembedahan
(pengeluaran benda asing dan sel yang mati) terutama pada cedera kepala terbuka
- Dekompresi melalui pengeboran lubang di dalam otak, yang disebut burr hole
mungkin diperlukan
- Mungkin dibutuhkan ventilasi mekanik.
- Antibiotik diperlukan untuk cedera kepala terbuka guna mencegah infeksi.
- Metode untuk menurunkan tekanan intrakranial dapat mencakup pemberian diuretik
dan obat anti inflamasi.
(Elizabeth J. Corwin, 2009)
2.8 PATHWAY
BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN
“CIDERA KEPALA”
B. BIODATA PENANGGUNGJAWAB
Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan
alamat.
C. PENGKAJIAN PRIMER
Adapun data pengkajian primer menurut Rab, Tabrani. 2007 :
1) Airway : Ada tidaknya sumbatan jalan nafas
2) Breathing : Ada tidaknya dispnea, takipnea, bradipnea, sesak, kedalaman
nafas
3) Circulation : Ada tidaknya peningkatan tekanan darah, takikardia,
bradikardia, sianosis, capillarefil.
4) Disability : Ada tidaknya penurunan kesadaran, kehilangan sensasi dan
refleks, pupil anisokor, nilai GCS.
5) Exposure : Pemeriksaan seluruh tubuh terhadap adanya jejas/perdarahan.
D. PENGKAJIAN SEKUNDER
Data pengkajian secara umum tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera
dan mungkin diperlukan oleh cedera tambahan pada organ-organ vital (Marilyn, E
Doengoes. 2000)
1. Keluhan utama
2. Alergi terhadap obat
3. Medikasi
4. Last meal
5. Event of injury
6. Pengalaman pembedahan
7. Riwayat penyakit sekarang
8. Riwayat penyakit dahulu