PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan tulang wajah), atau otak. Keparahan cidera berhubungan dengan tingkat
kerusakan awal otak dan patologi sekunder yang terkait. Cidera primer terjadi
bersamaan dengan dampak dari gaya akselarasi-deselarasi atau gaya rotasi dan
mencakup fraktur, gegar, kontusio, dan laseleras. Cidera sekunder dapat dimulai
pada saat trauma terjadi atau pada waktu setelahnya. Cidera sekunder mencakup
prognosis pada cedera kepala. Pada keadaan kritis pasien mengalami perubahan
psikologis dan fisiologis, oleh karena itu peran perawat kritis merupakan posisi
pasien. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan gangguan kesadaran
pening, lemah, pandangan ganda. Kontusio serebri (memar otak) memar otak
otak, dengan pembuluh darah dalam otak pecah dan perdarahan pasien pingsan,
(Anonim, 2013)
Gejala yang dapat dijumpai adalah adanya suatu lucid interval (masa sadar
tinggi, nadi yang semakin bertambah tinggi, nadi yang semakin bertambah
permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya
kepala yang semakin bertambah keras, ada gangguan psikis, kesadaran penderita
Sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda
motor. Kontribusi sepeda motor terhadap kecelakaan di Indonesia adalah 80,3%
(14.223 kasus dari 17.732) dan di Jakarta ialah 59,2% (2403 kasus dari 4065).
Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh faktor manusia, faktor kendaraan dan
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung merupakan rumah sakit rujukan
Berdasarkan hasil studi awal yang dilakukan peneliti di ruang NCCU RS Dr.
Hasan Sadikin Bandung ditemukan data rata-rata kunjungan pasien trauma kepala
pada tahun 2011 sebanyak 35 orang per bulan, dengan rata-rata tingkat kesadaran
kesadaran yang ditunjukkan dengan nilai GCS, dengan persentasi rata-rata nilai
GCS pasien adalah 70% dengan GCS 9-13 dan 30 % dengan nilai GCS 3-8.
(Muttaqin, 2010)
Februari 2017 ditemukan hampir 32 kasus cidera kepala. Ini menunjukkan bahwa
saat ini angka kejadian pasien dengan cidera kepala meningkat disebabkan karena
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan mengenai konsep teoritis cidera kepala
kepala
cidera kepala
C. Manfaat
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
Trauma atau cedera kepala adalah di kenal sebagai cedera otak gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma
2. Etiologi
d. Olah raga
f. Kecelakaan industri
3. Patofisiologi
proses sekunder. Kerusakan yang terjadi dianggap karena gaya fisika yang
berkaitan dengan suatu trauma yang relative baru terjadi dan bersifat
laserasi yang terjadi pada permukaan otak, terutama pada kutub temporal
tetapi selama lebih dari 30 tahun telah dianggap jejas akson difus pada
traumatik berat.
a) Proses Primer
Proses primer timbul langsung pada saat trauma terjadi. Cedera primer
kuat dan arah benturan, kondisi kepala yang bergerak diam, percepatan
dan perlambatan gerak kepala. Proses primer menyebabkan fraktur
b) Proses Sekunder
vena. Retensi air, natrium dan klor yang terjadi pada hari pertama
lengan dan tungkai kaku dalam sikap ekstensi dan kedua lengan kaku
alkalosisi respiratorik.
Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh The Traumatik Coma
hematoma intrakranial.
Membuka Mata
Spontan 4
Terhadap nyeri 2
Tidak ada 1
Respon Verbal
Orientasi baik 5
orientasi terganggu 4
Respon Motorik
Mampu bergerak 6
Melokalisasi nyeri 5
Fleksi menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Total 3 – 15
b) Berdasarkan Mekanisme
1) Trauma Tumpul
2) Trauma Tembus
benda tajam/runcing.
c) Berdasarkan Morfologi
Cidera yang hanya mengenai kulit kepala. Cidera kulit kepala dapat
2) Fraktur Tengkorak
klinis.
3) Cidera Otak
Menurut Brunner dan Suddarth, (2001) cedera kepala ada 2 macam yaitu :
oleh massa dan bentuk dari benturan, kerusakan otak juga dapat
otak dan melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda
bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan akan
cedera otak.
setelah cedera.
tingkah laku
minggu atau lebih lama setelah konkusio cedera otak akibat trauma
ringan.
tersebut.
a) Edema pulmonal
b) Peningkatan TIK
c) Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak akut selama fase
dengan menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas
jalan nafas paten dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan
medis untuk mengatasi kejang adalah pemberian obat, diazepam
pernafasan.
Adanya fraktur di daerah fossa anterior dekat sinus frontal atau dari
e) Infeksi
8. Pemeriksaan Diagnostik
batang otak..
subaractinoid.
9. Penatalaksanaan Medik
faktor sistemik seperti hipotesis atau hipoksia atau oleh karena kompresi
f) Atasi shock
2) Penatalaksanaan lainnya:
vasodilatasi.
c) Pemberian analgetika
g) Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak
manitol,
neuro.
selang nasogastrik.
1. Pengkajian
2. Alasan Masuk
3. Riwayat Kesehatan
Kaji kesehatan dahulu apakah klien sakit parah atau pernah dirawat
sebelumnya.
dengan klien
e. Genogram
keluarga
4. Pemeriksaan Fisik
2. Pemeriksaan Kepala
3. Pemeriksaan Mata
reflek pupil
4. Pemeriksaan Telinga
5. Hidung
Simetris/tidak
Membran mukosa
8. Leher
Inspeksi :
Perkusi :BatasParu
10. Payudara
11. Kardiovaskuler
12. Abdomen
naevi
Perkusi : Tympani
13. Neorologi
Pemeriksaan sensori :
14. Ekstermitas
15. Genetalia
InspeksI :
16. Kulit
5. Pola Nutrisi
1. Berat badan
Kaji keadaan berat badan pasien saat sehat dan sakit, tinggi badan
2. Frekuensi Makan
Kaji frekuensi makan pasien saat sehat dan sakit, biasanya saat klien
3. Jenis makanan
lembek, cair, atau padat karean jenia makanan klien berbeda saat klien
Kaji makan yang disukai klien namun tidak melanggar dari pantangan
6. Pola makan
Kaji pola makan klien dalam satu hari, untuk pagi, siang, malam
6. Pola Eliminasi
1. BAB
2. BAK
Kesulitan tidur :
9. Pola Bekerja
Jenis pekerjaan :
Lama Berkerja :
Jumlah jam kerja :
Kaji apakah klien menggunakan alat bantu seperti kacamta, alat bantu
pendengaran dan kaji kesulitan apa yang dialami pasien apakah sering
pusing
2. Persepsi diri
Hal apa yang dipikirkan klien saat ini, kaji apa harapan klien dan
3. Hubungan/komunikasi
5. Kehidupan keluarga
6. Kebiasaan seksual
7. Spiritual
Therapy pengobatan
B. Daftar Diagnosa
3. Nyeri akut
4. Resiko infeksi
C. Intervensi Keperawatan
Menunjukkan
Monitor level
konsentrasi dan orientasi
kebingungan
Pupil seimbang dan
dan orientasi
reaktif
kepala
Monitor
.
tekanan
intrkranial
dan respon
nerologis
Catat
perubahan
pasien dalam
merespon
stimulus
Monitor
status cairan
Pertahankan
parameter
hemodinamik
Tinggikan
kepala 0-45o
tergantung
pada konsisi
pasien dan
order medis
2 Pola nafas tidak Respiratory status : Posisikan
bila perlu
mengoptimal
kan
keseimbanga
n.
Monitor
respirasi dan
status O2
Bersihkan
mulut,
hidung dan
secret trakea
Pertahankan
jalan nafas
yang paten
Observasi
adanya tanda
tanda
hipoventilasi
Monitor
adanya
kecemasan
pasien
terhadap
oksigenasi
Monitor
vital sign
Informasikan
pada pasien
dan keluarga
tentang
tehnik
relaksasi
untuk
memperbaiki
pola nafas.
Ajarkan
bagaimana
batuk efektif
Monitor pola
nafas
3 Nyeri akut Pain Level, Lakukan
pengkajian
pain control,
nyeri secara
termasuk
Setelah dilakukan tinfakan
lokasi,
keperawatan selama …. Pasien
karakteristik,
tidak mengalami nyeri, dengan
durasi,
kriteria hasil:
frekuensi,
kualitas dan
Mampu mengontrol
faktor
nyeri (tahu penyebab
presipitasi
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
Observasi
nonfarmakologi untuk
reaksi
mengurangi nyeri,
nonverbal
mencari bantuan)
dari
ketidaknyam
Melaporkan bahwa nyeri
anan
berkurang dengan
menggunakan
Bantu pasien
manajemen nyeri
dan keluarga
untuk
Mampu mengenali nyeri
mencari dan
(skala, intensitas,
frekuensi dan tanda menemukan
nyeri) dukungan
yang dapat
Tanda vital dalam
mempengaru
rentang normal
hi nyeri
pencahayaan
dan
kebisingan
Kurangi
faktor
presipitasi
nyeri
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan
tentang
teknik non
farmakologi:
napas dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres
hangat/
dingin
Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
Tingkatkan
istirahat
Berikan
informasi
tentang nyeri
seperti
penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri
akan
berkurang
dan antisipasi
ketidaknyam
anan dari
prosedur
Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
teknik aseptif
Knowledge : Infection
control Batasi
pengunjung
Risk control
bila perlu
sesudah
Klien bebas dari tanda
tindakan
dan gejala infeksi
keperawatan
Menunjukkan
Gunakan
kemampuan untuk
baju, sarung
mencegah timbulnya
tangan
infeksi
sebagai alat
batas normal
Ganti letak
sesuai
Status imun,
dengan
gastrointestinal,
petunjuk
genitourinaria dalam
umum
batas normal
Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi
kandung
kencing
Tingkatkan
intake nutrisi
Berikan
terapi
antibiotik
Monitor
tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan
lokal
Pertahankan
teknik isolasi
k/p
Inspeksi kulit
dan membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas,
drainase
Monitor
adanya luka
Dorong
masukan
cairan
Dorong
istirahat
Ajarkan
pasien dan
keluarga
tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu
badan pada
pasien
neutropenia
setiap 4 jam
Monitor
Setelah dilakukan tindakan
kemempuan
keperawatan selama …. Defisit
klien untuk
perawatan diri teratas dengan
perawatan
kriteria hasil:
diri yang
badan Monitor
kebutuhan
Menyatakan kenyamanan
klien untuk
terhadap kemampuan
alat-alat
untuk melakukan ADLs
bantu untuk
berpakaian,
berhias,
toileting dan
makan.
Sediakan
bantuan
sampai klien
mampu
secara utuh
untuk
melakukan
self-care.
Dorong klien
untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari
yang normal
sesuai
kemampuan
yang
dimiliki.
Dorong
untuk
melakukan
secara
mandiri, tapi
beri bantuan
ketika klien
tidak mampu
melakukanny
a.
Ajarkan
klien/
keluarga
untuk
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan
bantuan
hanya jika
pasien tidak
mampu untuk
melakukanny
a.
Berikan
aktivitas rutin
sehari- hari
sesuai
kemampuan.
Pertimbangka
n usia klien
jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas
sehari hari.
D. Implementasi
E. Evaluasi
oleh pasien
dilanjutkan
BAB III
PENGKAJIAN
Nama : Tn.A
Tempat/tgl lahir : Bangko/ 10 Oktober 1998
Jenis kelamin : laki-laki
Status kawin : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Desa Air Gao RT 00/001 Air Batu Gordangan
Bangko Jambi
Tanggal Masuk RS : 04/03/2017
Sumber Informasi : klien, keluarga dan buku status
Dx Medis : Cidera Kepala
Klien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD pada tanggal 04 Maret
2017 jam 09.00 Wib, klien merupakan pasien rujukan dari RSUD Bangko.
klien bertabrakan dengan sepeda motor lain, klien tidak sadarkan diri ditempat
kejadian, kejang (-), muntah (+), pendarahan telinga (-), pendarahan mulut (-).
trauma pada kepala sebelah kanan klien, lesi pada bagian wajah sebelah
Tidak ada keluarga klien yang menderita penyakit DM, penyakit jantung,
Genogram
Keterangan :
: Meninggal : klien
kesadaran : Delirium
2. Pemeriksaan kepala
3. Pemeriksaan mata
Inspeksi
4. Telinga
Inspeksi:
Telinga simetris kiri kanan, klien tidak ada memakai alat bantu
Palpasi :
5. Hidung
Inspeksi :
simetris kiri dan kanan, rongga hidung bersih, tidak ada polip, dan tidak
Palpasi :
Inspeksi:
mulut klien berbau, ada caries, bibir/ mukosa mulut klien kering, tonsil
tidak meradang.
7. Leher
Inspeksi:
kaku kuduk tidak ada, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan
8. Thorak
Perkusi : sonor
9. Payudara
Palpasi : tidak teraba adanya massa dan tidak ada nyeri tekan.
10. Kardiovaskuler
Perkusi : batas atas RIC II, kanan LSD, kiri 1 jari medial LMCS RIC
VII
11. Abdomen
Palpasi :,Hepar/limfa tidak teraba, tidak teraba massa, dan tidak ada
nyeri tekan
Perkusi : tympani
12. Neurologi
tingkat kesadaran : Delirium (E2V2M3)
13. Ekstremitas
Ektremitas atas
Siku kanan mengalami luka lecet, kedua tangan klien diikat. Pada
Ektremitas bawah
Lengkap kiri dan kanan, terdapat lecet pada kedua punggung kaki
Kekuatan Otot :
Ki 5 5 5 Ka 5 5 5
Ki 5 5 5 Ka 5 5 5
14. Genitalia
15. Kulit
Warna Kulit sawo matang, tidak ada jaringan parut/lesi, turgor kulit
Elastis, CRT < 3 detik.
V. Pola Nutrisi
Lama Bekerja :-
X. Aspek Psikososial
2. Persepsi diri
bicara : jelas
kehidupan keluarga
terlebih dahulu
4. Kebiasan Seksual
5. Spritual
1. Therapy Pengobatan
Cefoperazone 2 x 125 mg
Ranitidine 2 x 1 amp
Gentamycin 1 x 160
Luminal 3 x 1
Pct 3 x 500 mg
Ketidak
efektifan
perfusi
jaringan otak
Ki 5 5 5 Ka 5 5 5
Ki 5 5 5 Ka 5 5 5
07/03/201 DS: Trauma kepala Resiko Infeksi
7 - Keluarga klien mengatakan
luka klien masih belum
Terputusnya
kering
DO: kontinuitas
- Luka pada wajah klien jaringan kulit,
tampak masih basah
otot, vaskuler
Resiko infeksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Umum
1. Ruangan
2. Kondisi
bersih, ventilasi cukup setiap, ruangan full AC, terdiri dari tiga ruangan
B. Pengkajian
8 Maret 2017 pada pasien Tn. A didapatkan data : pada riwayat kesehatan
trauma pada kepala sebelah kanan klien, lesi pada bagian wajah sebelah kiri
klien, Klien tampak gelisah dan meringis, terdapat luka pada bagian kepala
klien sebelah kanan dengan pangjang luka lebih kuran 6 cm dan lebar luka
lebih kurang 4 cm, dan terdapat luka- luka lecet pada bagian kepala
ketika dipanggil klien tidak menjawab dan tidak membuka mata, klien
terpasang IVFD Nacl 20 tetes/ menit. Klien tampak gelisah, bicara ngawur,
berat yaitu terjadi kehilangan kesadaran, pada hematom kesadaran dapat hilang
dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau
Keluarga mengatakan klien tampak gelisah,keluarga kwatir jika klien terjatuh dari
tempat tidur, keluarga mengatakan terdapat luka pada bagian kepala klien.
keadaan umum buruk, dibagian kepala sebelah kanan terdapat luka panjang luka
lebih kurnag 6 cm dan lebar luka lebih kuran 4 cm, konjungtiva tidak anemis,
dibagian ekstermitas atas dan bawah didapatkan CRT > 3 detik, Hasil labor yang
abnormal : Hb = 12,3 g/dl, leukosit = 20.050/mm3, trombosit = 346.000/mm3,
hematokrit = 35 %.
belum pernah dirawat di Rumah Sakit, klien mengatakan tidak pernah menderita
penyakit DM dan penyakit berat lainnya. Riwayat Kesehatan keluarga Tidak ada
keluarga klien yang menderita penyakit DM, penyakit jantung, penyakit hipertensi
Tekanan intrakranial (TIK) adalah tekanan yang terjadi dalam ruang atau
rongga tengkorak. Rongga otak merupakan ruang tertutup yang terdiri atas darah
dan pembuluh darah, cairan cerebrospinalis, dan jaringan otak dengan komposisi
volume yang relatif konstan. Jika terjadi peningkatan salah satu atau lebih dari
komponen tersebut, maka secara fisiologis akan terjadi proses kompensasi agar
volume otak tetap konstan. Pasien dengan cedera kepala dapat mengalami edema
serebri atau perdarahan cerebral. Hal ini berarti akan terjadi penambahan volume
desakan atau herniasi dan gangguan perfusi jaringan serebral. Keadaan herniasi
organ-organ vital otak, seperti batang otak yang mengatur kesadaran, pengaturan
C. Diagnosa Keperawatan
dengan GCS 7 E2M4V1, Saat dipanggil klien tidak membuka mata dan tidak
menjawab, terdapat luka pada bagian kepala, klien terpasang Oksigen 3 liter,
klien terpasang NGT, dan IVFD Nacl 20 tts/ menit, dengan tanda – tanda vital
atas darah dan pembuluh darah, cairan cerebrospinalis, dan jaringan otak
dengan komposisi volume yang relatif konstan. Jika terjadi peningkatan salah
satu atau lebih dari komponen tersebut, maka secara fisiologis akan terjadi
proses kompensasi agar volume otak tetap konstan. Pasien dengan cedera
kepala dapat mengalami edema serebri atau perdarahan cerebral. Hal ini
berarti akan terjadi penambahan volume otak yang apabila melebihi ambang
dimana saat pengkajian klien tampak gelisah dan klien sedang dalam keadaan
diikat, keluarga mengatakan khawatir jika klien terjatuh dari tmpat tidur
lebih menyebar (difus). Kelainan fungsi yang terjadi juga tergantung kepada
bagian otak mana yang terkena, gejala yang terlokalisir bisa berupa perubahan
fungsi otak yang difus bisa mempengaruhi ingatan dan pola tidur penderita,
dimana terdapat luka pada bagian kepala sebelah kanan panjang luka lebih
kuran 6 cm, dan lebar luka lebih kurang 4 cm dan terdapat luka lecet lainnya
D. Intervensi Keperawatan
E2M4V1, klien tampak gelisah, bicara ngawur, dengan tanda – tanda vital TD :
tergantung.
didapatkan data klien tampak gelisah, klien dalam keadaan diikat, bicar klien
agar terhindar dari resiko jatuh, memasang pagar disamping tempat tidur,
dengan didaptkan data terdapat luka pada kepala bagian kanan dengan panjang
luka lebih kuran 6 cm, dan lebar luka lebih kuran 4 cm dan terdapat luka lecet
teknik aseptif, Batasi pengunjung bila perlu, cuci tangan setiap sebelum dan
pelindung, ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum,
infeksi sistemik dan local, pertahankan teknik isolasi k/p, Inspeksi kulit dan
dan gejala infeksi, Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.
E. Implementasi
N : 98x /i, RR : 20 x/i, S : 36,7 C tanda – tanda vital dalam batas normal,
mengonautrol intake dan output cairan dengan hasil, klien terpasang IVFD
resiko jatuh, yang telah tercapai adalah menciptakan lingkungan yang dapat
mengurangi resiko jatuh, memasang pagar tempat tidur agar pasien tidak
jatuh.
resiko infeksi dengan data terdapat luka pad bagian kepala panjang lukan lebih
kurang 6 cm ,dan lebar luka lebih kuran 4 cm, intervensi yang telah tercapai
pasien, dan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dengan hasil luka tampak sudah mulai kering dan tidak terdpat tanda – tanda
resiko infeksi seperti kemerahan pada daerah sekitan luka dan tidak terdapat
dilakukan pada tanggal 9 maret 2017 didapatkan hasil, tanda – tanda vital
membuka mata saat dipanggil namun tidak menjawab, reaksi klien lambat,
pada tanggal 11 Maret 2017, tanda – tanda vital klien masih dalam batas
tingkat kesadaran Composmentis dengan GCS 14, klien sudah mampu untuk
klien sudah tampak tenang, tidak gelisah lagi, ikatan dikaki dan tangn sudah
Pada diagnosa resiko infeksi pada luka dibagian kepala sudah tampak
mulai mengering, tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka, tidak ada tanda –
tanda kemerahan disekitar luka, dan tidak ada push disekitar luka,
.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
terlaksana
dilakukan
e. 80% evaluasi tindakan dan evaluasi hasil pada Tn. A dengan cidera
kepala terselesaikan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. A di Ruangan
HCU bedah dengan kasus cidera kepala yang dilakukan pada tanggal 7 – 8
pengkajian pada pasien Tn. A dan dapat menganalisa data yang didapatkan
2. Saran
kepala.
WOC KASUS
Kecelakaan
Trauma Kepala
Perdarahan
Peningkatan TIK
Produksi mukus
meningkat
MK : Ketidakefektifan pola nafas
MK : Ketidakefektifan
bersihnya jalan nafas
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3.
Jakarta : EGC