“TRAUMA KEPALA”
DISUSUN OLEH :
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
1.2 Etiologi............................................................................................................3
1.3 Patofisiologi....................................................................................................4
1.5 Klasifikasi.......................................................................................................5
1.6 Penatalaksanaan..............................................................................................7
1.8 Komplikasi......................................................................................................9
BAB II.........................................................................................................................10
2.1 Pengkajian.........................................................................................................10
2.5 Evaluasi.............................................................................................................13
BAB III........................................................................................................................14
PENUTUP...................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan........................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15
2
3
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.2 Etiologi
4
1.3 Patofisiologi
Gejala akut pada cedera otak traumatik yang lebih berat bermacam-
macam namun pada umumnya cedera berat disertai penurunan kesadaran bahkan
5
hingga koma. Menurut American Congress of Rehabilitation Medicine (ACRM),
cedera otak traumatik ringan (mild traumatic brain injury) adalah pasien dengan
gangguan fungsi fisiologis otak yang diakibatkan trauma dengan manifestasi
minimal satu dari berikut ini :
a. Gejala fisik berupa nyeri kepala, pusing, mual, fatigue, gangguan tidur,
gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau kejang bila terjadi
kerusakan pada lobus temporal atau frontal, yang harus dibedakan dari
epilepsi
b. Gejala neuropsikiatrik yang terdiri dari gangguan kognitif, perilaku, dan
gangguan lainnya.
c. Gangguan kognitif, dapat berupa gangguan pemusatan perhatian,
gangguan memori dan gangguan fungsi eksekutif. Gangguan pemusatan
perhatian dapat berakibat pasien kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.
Luasnya gangguan kognitif berkorelasi dengan keparahan cedera.
d. Gejala perilaku yaitu berhubungan dengan kepribadian pasien, antara lain
irritabilitas, gangguan mood, agresi, impulsif, perilaku egois.
e. Gejala lainnya yang berhubungan adalah depresi, gangguan cemas, dan
post traumatic stress disorder (Lozano, 2015).
1.5 Klasifikasi
6
Klasifikasi Derajat Keparahan TBI berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS)
Berdasarkan derajat keparahannya dapat dibagi menjadi : Ringan dengan GCS
13-15, durasi amnesia pasca trauma <24 jam. Sedang dengan GCS 9-12,
durasi amnesia pasca trauma 1-6 hari, dan Berat dengan GCS 3-8, durasi
amnesia pasca trauma 7 hari atau lebih
Skala GCS :
Membuka mata
Spontan :
Dengan Perintah : 4
Dengan Nyeri : 3
Tidak Berespon : 2
1
Motorik
Dengan perintah :
Melokalisasi nyeri : 6
Menarik area yang nyeri : 5
Fleksi abnormal (dekortikasi): 4
Ekstensi abnormal (deserebrasi) : 3
Tidak berespon : 2
1
Verbal
Beriorientasi :
Bicara membingungkan : 5
Katakata tidak tepat : 4
Suara tidak dimengerti : 3
Tidak ada respon : 2
1
7
Menunjukkan lokasi atau ciri-ciri anatomis yang mengalami abnormalitas.
Fungsi klasifikasi ini adalah untuk terapi yang tepat sasaran. Kebanyakan
pasien dengan trauma yang parah akan memiliki lebih dari satu jenis
perlukaan bila pasien diklasifikasikan menggunakan metode ini. Penilaian
dilakukan dimulai dari bagian luar kepala hingga ke dalam untuk melihat tipe
perlukaan yang terjadi dimulai dari laserasi dan kontusio kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, perdarahan epidural, perdarahan subdural, perdarahan
subaraknoid, kontusio dan laserasi otak, perdarahan intraparenkimal,
perdarahan intraventrikular, dan kerusakan fokal maupun difus dari akson.
Masing-masing dari entitas tersebut dapat dideskripsikan lebih jauh lagi
meliputi seberapa luas kerusakan yang terjadi, lokasi, dan distribusinya
(Saatman, dkk, 2008)
c. Klasifikasi berdasarkan mekanisme fisik
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan pada apakah kepala
menabrak secara langsung suatu objek (contact or “impact” loading) ataupun
otak yang bergerak di dalam tulang tengkorak (noncontact or “inertial”
loading) dan akhirnya menimbulkan cedera. Arah dan kekerasan pada kedua
tipe perlukaan tersebut dapat menentukan tipe dan keparahan suatu trauma.
Klasifikasi berdasarkan mekanisme fisik ini memiliki manfaat yang besar
dalam mencegah terjadinya cedera kepala (Saatman, dkk, 2010).
1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
1. Pemberian analgetik untuk menurunkan derajat nyeri kepala akibat
kecelakaan.
2. Pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya syok akibat bacteremia
setelah pasien dirujuk di rumah sakit.
3. Penatalaksanaan pemberian cairan berupa ringer laktat untuk resusitasi
pasien .
4. Pemberian transfusi darah jika Hb kurang dari 10g/dL.
b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
1. Pasien diberikan posisi head up 15-300 untuk membantu menurunkan
tekanan intrakranial dan memperbaik sirkulasi serebral.
2. Memastikan jalan nafas pasien aman, berikan oksigen 100% yang cukup
untuk menurunkan TIK.
8
3. Menghindari gerakan yang banyak dalam memanipulasi gerakan leher
sebelum cedera servikal dapat disingkirkan dari kecurigaan (Pusbankes,
2018).
4. Pasien di berikan stimulus sensori audiotori dalam meningkatkan status
kesadaran dan meminimalisir kecacatan
9
Sedangkan indikasi pertimbangan perlu dilakukan CTScan (Stippler
2015):
a. Usia lebih dari 60 tahun
b. Amnesia anterograd persisten
c. Amnesia retrograd lebih dari 30 menit
d. Koagulopati
e. Terjatuh lebih dari 1 meter
f. Hilang kesadaran lebih dari 30 menit
g. Faktor sosial (tidak dapat dianamnesis untuk riwayat yang jelas)
1.8 Komplikasi
10
BAB II
2.1 Pengkajian
a. Primary survey
1) Airway dan Cervical control
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi pemeriksaan
adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur
tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea.
Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama
memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak
boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher.
2) Breathing dan Ventilation
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas
yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik
meliputi:fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma
3) Circulation dan Hemorrhage control
a) Volume darah dan curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap
disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik
dapat memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu
kesadaran, warna kulit dan nadi.
b) Kontrol pendarahan
4) Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil.
5) Exposure dan Environment control
Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas.
b. Secondary survey
1) Kepala
11
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan
membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital
2) Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang.
3) Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Score (GCS)
4) Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan jantung,
pemantauan EKG
5) Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma tumpul
abdomen
6) Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma, memar dan
cedera yang lain
7) Aktivitas / istirahat
Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia,
cara berjalan tidak tegang.
8) Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi.
9) Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
10) Makanan / cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelan.
11) Eliminasi
Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami
gangguan fungsi.
12) Nuerosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope,
kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman,
perubahan penglihatan seperti ketajaman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris.
12
13) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
14) Pernafasan
Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh
hiperventilasi nafas berbunyi)
15) Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak,
tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam,
gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
16) Interaksi sosial
Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-
ulang, disartria.
Menurut Kasenda (2018), diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada pasien
dengan trauma kepala :
13
2.5 Evaluasi
Adapun rujukan nilai normal dari kriteria hasil dari Nursing Output
Clasification yang telah ditentukan adalah:
a. Tekanan intra cranial (TIK) normal : < 15 mmHg (8-18 cmH20) untuk orang
dewasa
b. Tidak ada nyeri kepala
c. Tidak ada kegelisahan
d. Tidak ada penurunan tingkat kesadaran ( compos mentis)
e. Tidak ada gangguan reflex saraf (Brainstem Positif)
f. Pola bernafas normal /tidak sesak
g. Ukuran dan reaksi pupil normal, seimbang dan reaktif kiri dan kanan
h. Laju pernafasan normal
i. Tekanan darah normal
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Judha M & Rahil H.N. 2011 Sistem Persarafan Dalam Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Kasenda. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Trauma Kepala Berat di
Ruang ICU RSUD Bahteramas. Politeknik Kesehatan Kendari
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
16
Roozenbeek, B., Maas, A.I.R. & Menon, D.K., 2013. Nature Reviews
Neurology
.http://www.nature.com/nrneurol/journal/v9/n4/full/nrneurol.2013.22.html
(diakses pada tanggal 6 Maret 23 pukul 13.00)
17