CIDERA KEPALA
TRAUMA CENTER
Disususn Oleh:
2114901007
Profesi Ners
PEMBIMBING KLINIK
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga,
tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti. Tanpa pertolongannya mungkin
dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini.
Laporan pendahuluan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “CEDERA
KEPALA Penyusun menyadari bahwa laporan pendahulusn ini kurang dari sempurna, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman
atau pembaca agar pendahuluan ini ini dapat lebih sempurna..
Semoga laporan pendahuluan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoinya dan akhirnya
membawa hikmah untuk semuanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Tujuan................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS.................................................................
A. Pengertian.........................................................................................2
B. Patofisiologi.....................................................................................4
E. Pemeriksaan penunjang..................................................................10
H. Penatalaksaan ................................................................................12
I. Woc ...............................................................................................13
A. Pengkajian......................................................................................15
B. Diagnosa keperawatan...................................................................19
C. Intervensi........................................................................................19
BAB IV PENUTUP......................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................26
B. Saran ..............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cedera kepala (trauma kepala) adalah masalah pada struktur kepala akibat
Masalah ini dapat berupa luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan,
Menurut lokasi trauma, cedera kepala dapat dibagi menjadi trauma kulit
kepala, tengkorak dan otak. Cedera kepala yang paling sering terjadi dan
di jalan raya. Risiko utama pasien dengan cedera kepala adalah kerusakan otak
akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan
B. Tujuan
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Cedera kepala (trauma kepala) adalah masalah pada struktur kepala akibat
Masalah ini dapat berupa luka ringan, memar di kulit kepala, bengkak, perdarahan,
disebabkan oleh trauma. Hal ini dapat terjadi disertai atau tanpa kerusakan otak.
Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan yang kuat.
Fraktur tengkorak diklasifikasikan menjadi terbuka dan tertutup. Jika terjadi fraktur
tengkorak terbuka dipastikan lapisan duramater otak rusak, namun jika fraktur
tengkorak tertutup, duramater kemungkinan tidak rusak (Smeltzer dan Bare, 2015).
2
2. Cedera kepala sedang (kelompok risiko sedang)
b. Konkusi
d. Muntah
f. Kejang
1. Trauma tajam
2. Trauma tumpul
3. Cedera akselerasi
Peristiwa gonjatan yang hebat pada kepala baik disebabkan oleh pukulan
3
4. Kontak benturan. Biasanya terjadi karena suatu benturan atau tertabrak suatu
obyek.
6. Jatuh
7. Kecelakaan kerja
9. Perkelahian
B. Patofisiologi
memar pada permukaan otak, laserasi cedera robekan, hemoragi, akibatnya akan
Peningkatan salah satu otak akan menyebabkan jaringan otak tidak dapat
membesar karena tidak ada aliran cairan otak dan sirkulasi dalam otak, sehingga
lesi akan mendorong jaringan otak. Bila tekanan terus meningkat akibatnya
tekanan dalam ruang kranium juga akan meningkat. Maka terjadilah penurunan
aliran darah dalam otak dan perfusi jaringan yang tidak adekuat, sehingga terjadi
menimbulkan vasodilatasi dan edema otak. Edema akan menekan jaringan saraf
Dampak edema jaringan otak terhadap sistem tubuh lain (Smeltzer dan
1. Sistem Kardiovaskuler
4
mencakup aktivitas atipikal miokardial, perubahan tekanan vaskuler dan
2. Sistem Respirasi
Adanya edema paru pada trauma kepala dan vasokonstriksi paru atau
arteri mempengaruhi aliran darah. Bila tekanan oksigen rendah, aliran darah
5
Edema otak akibat trauma adalah bentuk vasogenik. Pada kontusio
otak terjadi robekan pada pembuluh kapiler atau cairan traumatic yang
pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Edema otak ini dapat menyebabkan
terjadinya herniasi dan penekanan batang otak atau medula oblongata. Akibat
ditandai dengan irama nafas tidak teratur atau pola nafas tidak efektif.
3. Sistem Genito-Urinaria
4. Sistem Pencernaan
aktivitas hipotalamus dan stimulus vagal. Hal ini akan merangsang lambung
6
produksi asam lambung. Jika hiperasiditas ini tidak segera ditangani, akan
5. Sistem Muskuloskeletal
tubuh. Hemisfer atau hemiplegia dapat terjadi sebagai akibat dari kerusakan
pada area motorik otak. Selain itu, pasien dapat mempunyai control volunter
kelompok neuron yang besar. Sel saraf pada kelompok pertama muncul pada
bagian posterior lobus frontalis yang disebut girus presentral atau “strip
motorik“. Di sini kedua bagian saraf itu bersinaps dengan kelompok neuron-
neuron motorik bawah yang berjalan dari batang otak atau medulla spinalis
menunjukan gejala khusus jika ada salah satu dari jaras neuron ini cedera.
Terdapat gangguan tonus otot dan penamilan postur abnormal, yang pada
kontraktur.
7
C. Manifestasi Klinis
bahkan koma
gangguan pergerakan
c. Amnesia dan tidak dapat lagi mengingat peristiwa sesaat sebelum dan
d. Pupil tidak ekual, pemeriksaan motorik tidak ekual, adanya cedera terbuka,
8
D. Klasifikasi Cedera Kepala
Ada banyak istilah yang digunakan untuk menggunakan atau mengklasifikasikan pasien
1. Terbuka
Cidera kepala terbuka berarti pasien mengalami lasersi kulit kepala seperti halnya
2. Tertutup
Dapat disamakan pada pasien dengan gegar otak ringan dengan edema serebral yang
luas bisa diakibatkan karena adanya benturan. Cedera kepala tertutup terdiri dari:
umumnya pada permukaan dan terdiri dari area hemoragi kecil-kecil yang tersebar
melalui substansi otak pada daerah tersebut, tanda gejalanya seperti defisit neurologis
2. Hematoma Epidural : Merupakan suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang
tengkorak bagian dalam dan lapisan meningen paling luar (durameter). Hematom ini
terjadi karena robekan arteri meningeal tengah dan arteri meningeal frontal. Kasus ini
durameter dan diatas lapisan araknoid yang menutupi otak. Hal ini disebabkan karena
adanya robekan permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena (sinus).
parenkim otak. Dari hasil radiologi sulit dibedakan antara kontusio otak dengan
perdarahan dalam substansi otak. Biasanya terjadi pada fraktur depresi tulang
9
1. Cedera kepala ringan : CGS : 13-15, Tidak ada konklusi, pasien dapat mengeluh nyeri
kepala dan pusing, pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.
2. Cedera kepala sedang : CGS : 9-12, konkusi, amnesia pasca trauma, muntah, tanda
3. Cedera kepala berat : GCS : kurang atau samadengan 8, penurunan derajat kesadaran
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT-Scan
Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.
gelombang yang dipancarkan tubuh, akan menghasilkan citra MRI yang dapat
darah.
3. Angiografi serebral
Jika tidak ditangani dengan baik, penderita cedera kepala sedang hingga berat
sangat rentan mengalami komplikasi, baik sesaat setelah trauma atau beberapa
2018) :
1. Penurunan kesadaran
10
2. Vertigo
5. Stroke
Parkinson.
2018) adalah :
2. Selalu menggunakan alat keselamatan, seperti helm atau pelindung kepala, jika
3. Memasang pegangan besi di kamar mandi dan di samping tangga untuk mengurangi
risiko terpeleset.
6. Memeriksa kondisi mata secara rutin, terutama jika mengalami gejala gangguan
Anak-anak juga rentan mengalami cedera kepala saat bermain. Berikut adalah langkah-
3. Meletakkan keset kering di depan pintu kamar mandi agar tidak terpeleset.
11
H. Penatalaksanaan
1. secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan stress berat kepala ialah
2. jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu. makanan atau cairan,
pada stress berat ringan bila muntah-muntah, hanya cairan infus dextrosa 5 %,
amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2 - 3 hari kemudian
5. terapi obat-obatan.
pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40
antibiotika yang mengandung barrier darah otak (p3enisillin) atau untuk infeksi
pada stress berat berat. lantaran hari-hari pertama didapat penderita mengalami
penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-
hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer
dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam ketiga. pada hari selanjutnya bila
kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube (2500 - 3000 tktp).
12
(Smeltzer & Bare, 2015)
13
Gambar Cidera Kepala
14
BAB III
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama klien, tempat/tanggal lahir, Dx medik, jenis kelamin, Status Kawin, agama,
pendidikan, alamat, tanggal masuk RS, dan Sumber Informasi
Identitas Keluarga Klien
Keluarga terdekat yang bisa dihubungi, nama pendidikan, pekerjaan dan alamat.
II. Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada luka infeksi dan biasanya bengkak.
III. Riwayat Kesehatan
Menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini di alami pasien dan sejak kapan
merasakan keluhan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Menggambarkan apakah ada salah satu dari anggota keluarga klien yang mengalami
riwayat penyakit sama atau penyakit lainnya seperti: DM, Hipertensi, Asma, TBC
dan lain-lain.
15
IV. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
TD, N, S, RR
2. Pemeriksaan kepala
Inspeksi (I): mulut bersih, keadaan gigi lengkap, tidak ada karies gigi
Palpasi (P): tidak ada masalah
6. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi (I): mulut bersih, keadaan gigi lengkap, tidak ada karies gigi
Palpasi (P): tidak ada masalah
7. Leher
16
Inspeksi (I): biasanya pernafasan meningkat
Palpasi (P): pergerakan simetris
Perkusi (P): suara sonor, tidak ada redup
Auskultasi (A): suara nafas normal tidak ada wheezing atau suara tambahan
10. Jantung
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi, warna, konsentrasi, dan
bau.
VII. Pola tidur dan istirahat
17
Menggambarkan penggunaan waktu tidur dan waktu senggang, lama tidur, kebiasaan
tidur serta kesulitan tidur
VIII. Pola aktivitas dan latihan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan ruangan untuk perfusi
4. Kerusakan memori
18
C. INTERVENSI
SLKI SIKI
lewat rectal
dan anticoagulant
Bleeding Reduction
1. Indentifikasi penyebab
perdarahan
19
hemodinamik (CVP,
pulmonary capillary/artery
wedge preassure
4. Monitor penentu
pengiriman oksigen ke
output)
perdarahan
membatasi aktivitas
Bleeding reduction:
gastrointestinal
20
lambung dan drainase luka
diharapkan
hipertensi
tanda peningkatan
tekanan intracranial
mmHg)
1. kesadaran membaik,
gerakan involunter
21
3. Hambatan mobilitas fisik 1. Join movement : Exercise therapy : ambulation
22
pasien saat mobilisasi dan
ADLs
klien memerlukan
diperlukan
Level reaktivitas
interpretation ksadaran
23
mengidentifikasi perilaku
menerima, kepala
memproses dan
memberi respon
terhadap stimuli
24
internal dan
eksternal
6. Menyatakan mampu
25
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa Cedera kepala (trauma capitis)
adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang
mengakibatkan Luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak,
dan kerusakan jaringa otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis.
B. Saran
Semoga para yang membaca laporan pendahuluan ini bisa menjadikan pedoman
dalam pembuatan laporan pendahuluan dan saya juga menyadari masih banyak
kekurangan dalam laporan pendauluan ini maka dari itu saya menerima saran yang
26
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzzane C. dan Brenda G. Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Dash, H. H., Chavali, S. (2018). Management of Traumatic Brain Injury Patients. Korean Journal
27