Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA

Disusun oleh kelompok 6:

1. Marta yudha
2. Rina mersilia

Dosen pengampu :

Ns.Aris citra wisuda , S. Kep., M. Kes., M. Kep.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini pada tepat waktu. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan cedera kepala”


ini bertujuan untuk memenuhi tugas bapak Aris citra wisuda, S. Kep, Ners , M.
Kes, M. Kep mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III pada Program Studi
Keperawatan.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 5 januari 2023

Penulis,

Kelompok 6

2
Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..............................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................5
PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 DEFINISI......................................................................................................5
2.2 KLASIFIKASI...................................................................................................5
2.3 ETIOLOGI........................................................................................................7
2.4 PATOFISIOLOGI..............................................................................................7
2.5 MANIFESTASI KLINIS....................................................................................7
2.6 KOMPLIKASI..............................................................................................7
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK......................................................................8
2.8 PENATALAKSANAAN.....................................................................................8
ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................9
1. Pengkajian.........................................................................................................9
2. Diagnosa..........................................................................................................11
3.intervensi..............................................................................................................11
4. Implementasi keperawatan.............................................................................12
5. Evaluasi keperawatan.....................................................................................12
BAB III.......................................................................................................................13
PENUTUP..................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2007). Diperkirakan 100.000 orang
meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup
berat yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua pertiga berusia dibawah
30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah wanita,
lebih dari setengah semua pasien cedera kepala mempunyai signifikasi
terhadap cedera bagian tubuh lainya. (Smeltzer and Bare, 2012 ).
Ada beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala
ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Asuhan keperawatan
cedera kepala atau askep cedera kepala baik cedera kepala ringan, cedera
kepala sedang dan cedera kepala berat harus ditangani secara serius. Cedera
pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga
dapat terjadi penurunan kesadaran. Berbagai pemeriksaan perlu dilakukan
untuk mendeteksi adanya trauma dari fungsi otak yang diakibatkan dari
cedera kepala.
Menurut WHO setiap tahun di Amerika Serikat hampir 1.500.000
kasus cedera kepala. Dari jumlah tersebut 80.000 di antaranya mengalami
kecacatan dan 50.000 orang meninggal dunia. Saat ini di Amerika terdapat
sekitar 5.300.000 orang dengan kecacatan akibat cedera kepala (Moore
&Argur, 2016). Penyebab cedera kepala yang terbanyak adalah kecelakaan
bermotor (50%), jatuh (21%), dan cedera olahraga (10%). Angka kejadian
cedera kepala yang dirawat di rumah sakit di Indonesia merupakan penyebab
kematian urutan kedua (4,37%) setelah stroke, dan merupakan urutan kelima
(2,18%) pada 10 penyakit terbanyak yang dirawat di rumah sakit di Indonesia
(Depkes RI, 2016).

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu gangguan trauma dari
otak disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas dari otak.(Nugroho, 2011)
Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik
trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis terjadi karena
robekannya subtansia alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemorogik,
serta edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca, 2008).
Berdasarkan defenisi cedera kepala diatas maka penulis dapat menarik
suatu kesimpulan bahwa cedera kepala adalah suatu cedera yang disebabkan
oleh trauma benda tajam maupun benda tumpul yang menimbulkan perlukaan
pada kulit, tengkorak, dan jaringan otak yang disertai atau tanpa pendarahan.

2.2 KLASIFIKASI
Jika dilihat dari ringan sampai berat, maka dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi
kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tetapi ada yang menyebut
kurang dari 2 jam, jika ada penyerta seperti fraktur tengkorak, kontusio
atau temotom (sekitar 55% ).
2. Cedera kepala sedang ( CKS ) jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran
atau amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak,
disorientasi ringan ( bingung ).
3. Cedera kepala berat ( CKB ) jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24
jam, juga meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau
edema.
Selain itu ada istilah-istilah lain untuk jenis cedera kepala sebagai berikut :
1. Cedera kepala terbuka kulit mengalami laserasi sampai pada merusak
tulang tengkorak.

5
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan gagar otak ringan dengan disertai
edema cerebra.
Glasgow Coma Seale (GCS)
Memberikan 3 bidang fungsi neurologik, memberikan gambaran pada
tingkat responsif pasien dan dapat digunakan dalam pencarian yang luas pada saat
mengevaluasi status neurologik pasien yang mengalami cedera kepala. Evaluasi
ini hanya terbatas pada mengevaluasi motorik pasien, verbal dan respon membuka
mata.
Skala GCS :
Membuka mata :  Spontan   :4
Dengan perintah :3
Dengan Nyeri :2
Tidak berespon :1
Motorik :    Dengan Perintah :6
Melokalisasi nyeri :5
Menarik area yang nyeri :4
Fleksi abnormal :3
Ekstensi :2
Tidak berespon :1
Verbal :    Berorientasi :5
Bicara membingungkan :4
Kata-kata tidak tepat :3
Suara tidak dapat dimengerti :2
Tidak ada respons :1
2.3 ETIOLOGI
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala
meliputi trauma olehbenda/ serpihan tulang yang menembus jaringan otak,
efek dari kekuatan/energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan
perlambatan (akselerasi-deselerasi) pada otak, selain itu dapat disebabkan
oleh Kecelakaan, Jatuh, Trauma akibat persalinan.

6
2.4 PATOFISIOLOGI
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur,
misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah,
perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak seperti  penurunan adenosis
tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.Patofisiologi cedera kepala dapat
terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala
sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang
terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak
kerusakan jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari
cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan
perdarahan.
2.5 MANIFESTASI KLINIS
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
11. Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan.
2.6 KOMPLIKASI
1. Perdarahan intra cranial
2. Kejang
3. Parese saraf cranial
4. Meningitis atau abses otak
5. Infeksi pada luka atau sepsis
6. Edema cerebri
7. Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK

7
8. Kebocoran cairan serobospinal
9. Nyeri kepala setelah penderita sadar
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa
gas darah.
2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
3. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras
radioaktif.
4. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan
trauma.
5. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak
maupun thorak.
6. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid.
7. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
8. Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi  keseimbangan elektrolit sebagai
akibat peningkatan tekanan intrakranial. (Musliha, 2010).
2.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum adalah:
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
3. Berikan oksigenasi
4. Awasi tekanan darah
5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
6. Atasi shock
7. Awasi kemungkinan munculnya kejang.
      Penatalaksanaan lainnya:
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.

8
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi
vasodilatasi.
3. Pemberian analgetika
4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak
dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin,
aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian
diberikana makanan lunak, Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari),
tidak terlalu banyak cairan.
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan,
tinggi badan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, anggota
keluarga, agama.
2. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat
kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
segera setelah kejadian.
3. Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda :Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia,
ataksia, cara berjalan tidak tegang.
4. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi,
takikardi.
5. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
6. Makanan/cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda  : muntah, gangguan menelan.

9
7. Eliminasi
Gejala  : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami
gangguan fungsi.
8. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo,
sinkope, kehilanganpendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman,
perubahan penglihatan seperti ketajaman.
Tanda :Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris.
9. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
10. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh
hiperventilasi nafas berbunyi)
11. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang
gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis,
demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
12. Interaksi sosial
Tanda  : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-
ulang, disartria
2. Diagnosa
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d trauma kepala
2. Nyeri akut b.d cidera fisik
3. Gangguan persepsi sensori b.d fungsi indra pendengaran dan penglihatan
3.intervensi

no Diagnosa
NOC NIC
Ketidakefektifan Kriteria hasil : a. Pertahankan jalan

10
perfusi jaringan a. Tekanan darah dalam napas yang paten
serebral b.d rentang normal b. pertahankan posisi
trauma kepala b. tidak ada tanda tanda pasien
peningkatan tekanan c. berikan O2 sesuai
darah intracranial kebutuhan
c. bekomunikasi dengan d. berikan obat manitol
jelas dan sesuai bila perlu
kemampuan, tingkat e. monitor tekanan
kesadaran membaik perfusi serebral
f. catat respon pasien
terhadap stimulasi
g. monitor tekanan
intrakranial pasien dan
respon neurologi
terhadap aktifitas
h. monitor intake dan
output cairan
i. posisikan pasien
pada posisi semi
fowler
j. minimalkan
stimulasi dari
lingkungan
k. monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
l. monitor sianosis
perifer

2. Nyeri akut b.d 1. Kontrol Nyeri Menejemen Nyeri


cidera fisik - Mengenali kapan 1.Lakukan pengkajian
terjadinya nyeri nyeri komperhensif
- Menggambarkan 2. Berikan edukasi

11
faktor penyebab mengenai nyeri dan
- Menggunakan tindakan faktor penyebab nyeri
pencegahan nyeri tanpa 3. Ajarkan teknik non
analgesic farmakologi berupa
- Menggunakananalgesic teknik relaksasi nafas
yang direkomendasikan 4.Kurangi faktor
2. Tanda TandaVital pencetus nyeri
- Suhu tubuh 5. Kolaborasi
- Tingkat pernafasan pemberian
- Tekanan darah sistolik farmakologi berupa
- Tekanan darah diastolic analgesic
- Tekanan nadi -Monitor TTV
10. Catat hasil
pemantauan TTV.
3. Gangguan a. Menunjukan tanda a. Tentukan batasan
persepsi sensori dan gejala persepsi dan pergerakan sendi dan
b.d fungsi indra sensori baik efek dari fungsi
pendengaran b. Penglihatan baik b. Monitor lokasi
dan penglihatan c. Pendengaran baik ketidak nyamanan
d. Makan, dan minum selama pergerakan
baik. c. Dukung ambulasi
e. Mampu Circulatory Care
mengungkapkan a. Evaluasi terhadap
fungsi persepsi dan edema dan nadi
sensori dengan tepa b. Inspeksi kulit
terhadap ulser
c. Dukung pasien
untuk latihan sesuai
toleransi
d. Kaji derajat ketidak
nyamanan atau nyeri
e. Turunkan

12
4. Implementasi keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan
dan intervensi keperawatan

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dilakukan bedasarkan pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan yang dilihat dari
hasil perkembangan klein/pasien selama melakukan asuhan keperawatan

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan
utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan
lalu lintas Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari
700.000 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan dirumah
sakit, dua pertiga berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak
dibandingkan jumlah wanita, lebih dari setengah semua pasien cedera kepala
mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainya.
Cedera kepala dibagi menjadi beberapa bagian terdiri dari ;
1. Cedera kepala ringan
2. Cedera kepala kepala sedang
3. Cedera kepala berat

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi, 2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


& NANDA NIC NOC, Jilid 1,2, Yogyakarta : MediAction Publishing
Smeltzer, bare, 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah, bruner & suddart,
edisi 8,Jakarta, EGC
asuhan keperawatan cedera kepala. saputa, yozi eka .2017 .
https://www.academia.edu/resource/work/33428511 ( diakses pada tanggal 4
januari 2023, pukul 15:00)
saputa, yozi eka .2017 .asuhan keperawatan cedera kepala .

15

Anda mungkin juga menyukai