Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Trauma Capitis
Mata Kuliah : Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1

1. Candra Wijaya Pobela


2. Astuti Molanu
3. Sri Nurhani Mokodongan
4. Febrina Kadamong

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

T.A : 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami
susun untuk memenuhi tugas yang membahas tentang Trauma Capatis.

Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini, kami banyak mendapat bimbingan,
nasihat serta bantuan dari berbagai pihak, kami menyadari bahwa tugas ini tentu tidak lepas dari
kekurangan untuk itu masukan dari para pembaca sangat kami harapkan. Akhir kalimat kami
berharap semoga makalah ini memberikan manfaat bagi perkembangan kesehatan Indonesia.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kotamobagu, 14 September 2019

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Judul............................................................................................................................................
Kata Pengantar …………………………………………………………………......................
Daftar Isi………………………………………………………………………….....................
BAB I. Pendahuluan ………………………………………………………….........................
A. Latar Belakang …………………………………………………………........................
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..
BAB II. Pembahasan ………………………………………………………............................
A. Definisi Trauma Capitis
B. Etiologi Trauma Capitis
C. Klarifikasi Trauma Capitis
D. Tanda dan Gejala Trauma Capitis
E. Patofisiologi Trauma Capitis
F. Pathway Trauma Capitis
G. Penatalaksanaan Medis Trauma Capitis
BAB III. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Data diri setiap individu dalam kelompok 1
D. Power Point
Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari 80% penderita trauma yang datang ke rumah sakit selalu disertai cedera
kepala. Sebagaian besar penderita trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,berupa
tabrakan sepeda motor,mobil,sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya disebabkan
oleh jatuh dari ketinggian,tertimpa benda (ranting pohon,kayu,dll), olahraga, korban kekerasan
(misalnya: senjata api,golok,parang,batang kayu,palu,dll)
Kontribusi paling banyak terhadap trauma kepala serius adalah ada kecelakaan sepeda
motor,dan sebagian besar diantaranya tidak menggunakan helm atau menggunakan helm yang
tidak memadai (>85%). Dalam hal ini dimaksud dengan tidak memadai adalah helm yang terlalu
tipis dan penggunaan helm tanpa ikatan yang memadai,sehingga saat penderita terjatuh,helm
sudah terlepas sebelum kepala membentur lantai

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Trauma Capitis ?
2. Apa saja Etiologi dari Trauma capitis ?
3. Apa saja Klarifikasi dari Trauma capitis ?
4. Apa saja Tanda dan Gejala dari Trauma capitis ?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Trauma capitis ?
6. Bagaimana Pathway dari Trauma capitis ?
7. Apa saja Penatalaksanaan Medis dari Trauma capitis ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Trauma Capitis
2. Mengetahui Etiologi dari Trauma capitis
3. Mengetahui Klarifikasi dari Trauma capitis
4. Mengetahui Tanda dan Gejala dari Trauma capitis
5. Mengetahui Patofisiologi dari Trauma capitis
6. Mengetahui Pathway dari Trauma capitis
7. Mengetahui Penatalaksanaan Medis dari Trauma capitis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Cedara kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang
menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau
gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury
Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan
bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan
fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-Brown,
Thomas, 2006)

B. Etiologi
Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:
1. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan
dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau
kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995).
2. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun
maupun sesudah sampai ke tanah.
3. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).

C. Klasifikasi Cedera Kepala


Klasifkasi cedera kepala yang terjadi melalui dua cara yaitu efek langsung trauma pada
fungsi otak ( cedera primer ) dan efek lanjutan dari sel sel otak yang bereaksi terhadap
trauma ( cedera sekunder ) .
1. Cedera primer
Cedera primer , terjadi pada waktu benturan mungkin karena memar pada
permukaan otak ,lasetasi subtansi alba , cedera robekan atau hemoragi
2. Cedar sekunder
Cedera sekunder dapat terjadi sebagai kemampuan outoregulasi serebral
dikurangi atau tidak ada pada area cedera . konsekuensnya meliputi hyperemia (
peningkatan folume darah ) pada area peningkatan permeabilitas kapiler , serta
vasodilatasi arterial , semua menimbulkan peningkatan isi intrakarnial dan
akhirnya peningkatan tekanan intrakarnial ( TIK ). Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia , hiperkarbia dan hipotensi
Trauma kepala di klasifikasikan berdasarkan nilai dari Glasgow Coma Scale
(GCS) nya , yaitu :
a. Ringan
1. GCS = 13 – 15
2. Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amesia tetapi kurang dari 30
menit
3. Tidak ada kontraksi tengkorak , tidak ada fraktur cerebral hematoma
b. Sedang
1. GCS = 9 – 12
2. Kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari
24 jam
3. Dapat mengalami fraktur tengkorak
c. Berat
1. GCS = 3 -8
2. Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
3. Juga meliputi kematian serebral , liserasi atau hematoma intrakarnial .

Pada klien yang tidak dapat dilakukan pemeriksaan misalnya oleh karena
amesia , maka reaksi verbal diberi nama “X” , atau oleh karena kedua
mata edema berat sehingga tidak dapat dinilai reaksi membuka matanya
maka reaksi membuka mata diberi “X” sedangkan jika klien dilakukan
trakeastomi ataupun dilakukan intrabulasi maka reaksi verbal diberi nilai
“T”

D. Tanda dan Gejala


gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak.
1. Nyeri menetap/setempat biasanya menunjukkan fraktur.
2. Fraktur pada kubah sentral menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.
3. Fraktur pada basal tulang tengkorak, sering kali menyebabkan hemoralgi dari
hidung, faring, telinga dan darah mungkin akan terlihat pada konjungtiva.
4. Ekimosis mungkin trlihat diatas mastoid (battle sign).
5. Drainase cairan cerebrospinal dari telinga dan hidung menandakan fraktur basal
tulang tengkorak.
6. Drainase CSF dapat menyebabkan infeksi serius yaitu meningitis melalui
robekan durameter.
7. Cairan cerebrospinal yang mengandung darah menunjukkan laserasi otak
kontusio (Baughman, 2000 ; 65-66)
D. Patofisiologi
Trauma kepala dapat terjadi pada eksternal, tulang cranial, dan intrakarnal, trauma
yang terjadi pada eksternal akan mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan
kulit, otot dan vesikuler sehingga berakibat terjadinya pendarahan, hematoma,
gangguan suplai darah, risiko infeksi, dan timbulnya nyeri serta kerusakan integritas
kulit.
Perdarahan dan hematoma akan mempengaruhi perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial, pada
keadaan ini akan mengakibatkan girus medialis lobus temporalis tergeser melalui tepi
bawah tentorium serebri.
Kompresi pada korteks serebri batang otak mengakibatkan gangguan kesadaran,
dan hilangnya reflek batuk. Karena terjadi gangguan kesadaran maka klien
mengalami penumpukan secret akibat secret yang static, hal ini menyebabkan
terjadinya bersihan jalan napas tidak efektif.
Trauma kepala yang terjadi pada tulang cranial jaringan menyebabkan
terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan hal ini akan merangsang timbulnya rasa
nyeri, sedangkan trauma kepala yang terjadi pada intracranial akan merusak jaringan
otak atau sering disebut kontusio, atau terjadi laserasi pada jaringan otak, keadaan
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan outoregulasi, dan suplai O2 ke otak
terganggu, maka terjadi edema serebral, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan.
Kerusakan yang terjadi juga menyebabkan rangsang simpatis meningkat,
sehingga tahanan vasikuler, TD, tekanan hidrostatik meningkat. Sehingga terjadi
kebocoran pada pembuluh kapiler, dan menyebabkan edema paru yang menyebabkan
penurunan curah jantung dan difusi O2 di alveoli terhambat dan menyebabkan tidak
efektifnya pola nafas. Cedera kepala juga dapat menimbulkan stress bagi klien. Hal
ini direspon juga oleh saraf otonom untuk meningkatkan sekresi hormone. Seperti
asam lambung meningkat dan membuat mual, muntah, dan anorekisa. Hal ini
menyebabkan resiko pemenuhan nutrisi tidak sesuai kebutuhan.
Jika terjadi kegagalan dalam pemberian terapi maka terjadi infeksi semakin
menyebar, sehingga timbulnya berbagai komplikasi seperti coma, kematian otak, dan
kejang, terjadi kelemahan sel tubuh dan jika tubuh tidak mampu lagi menahan
komplikasi yang timbul maka yang terjadi Passed Away pada penderita sehingga
timbulnya masalah keperawatan Rasa kehilangan dan ketidakmampuan koping
keluarga.
E. Pathway
Trauma Kapatis

Kulit Kepala jaringan Otot

Keruskan Tulang kepala Kontosio, menekan medulla obiongata


integritas kulit
Fraktur linier, fraktur Ggn kesadaran, TTV,
Nyeri Akut Comminited, fraktur Kelainan Neurology
depressed, fraktur
basis
Kemampuan batuk
TIK meningkat menurun, kurang
mobilitas fisik dan
produksi sekret

Respon Fisiologis
Otak Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif

Kerusakan Sel Otak

Gangguan Rangsangan Simpatis


Autoregulasi Stress Lokasi

Tahanan Vaskuler
Aliran darah ke otak Sistemik Ketekolamin
Asam Lambung

O2 Gangguan Peningkatan pembuluh


Metabolisme darah pulmonal Mual, Muntah

Odema Otak intake nutrisi


Peningkatan tekanan adekuat
Penurunan Perfusi Hidrostatik
Jaringan Serbal Perubahan pemenuhan
Kebocoran cairan kebutuhan nutrisi
kapiler

Edema paru

Curah jantung
menurun

Difusi O2 terhambat

Pola nafas tidak efektif


Kegagalan dalam pemberian
terapi

Infeksi semakin menyebar

Timbulnya berbagai komplikasi


seperti : Coma, kerusakan otak
dan kejang

Kelemahan pada sel tubuh

Passed Away

Kehilangan Ketidakmampuan
koping keluarga
F. Penatalaksanaan Medis
1. Pemeriksaan fisik adalah hal yang penting pertama kali dinilai adalah status
fungsi vital dan status kesadaran pasien. Ini harus dilakukan segera mungkin
bahkan mendahului anamnesis yang teliti.
2. Status kesadaran, dewasa ini penilaian status kesadaran secara kualitatif dan
kuantitatif.
3. Status neurologik lain selain kesadaran di atas pemeriksaan neurologik di tujukan
untuk mendektes adanya tanda – tanda fokal.
4. Pemberian pengobatan seperti : antiedemasebri, anti kejang dan natrium
bikarbonat.
5. Tindakan pemeriksaan diagnostic seperti : scan temografi, computer otak,
angiografi serebral, dan laiinya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi
fisik,kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanen.
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktifitas
atypical myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udema paru. Perubahan otonim
pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P aritmia, fibrilasi atrium dan
ventrikel serta takikardi.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah arteriol akan
berkontraksi. Pengaruh persyarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah
arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

B. Saran
Sebaiknya kita harus melindungi kepala dari ancaman bahaya seperti kecelakaan,
karena bila kepala kita sudah mengalami cedera maka, hal tersebut dapat mengakibatkan
fatal bahkan dapat menyebabkan kematian.
C. Data Diri Individu dalam Kelompok 1

1. Nama : Astuti Molanu


Jenis kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Poyowa Besar, 07 Desember 1998
Kewarganegaraan :Indonesia
Agama : Islam
Status : Mahasiswi
Alamat : Poyowa Besar 2
No hp : 089580657850

2. Nama : Sri Nurhani Mokodongan


Jenis kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Muntoi, 29 Agustus 2000
Kewarganegaraan :Indonesia
Agama : Islam
Status : Mahasiswi
Alamat : Muntoi
No hp : 0895802984484

3. Nama : Candra Wijaya Pobela


Jenis kelamin : Laki - laki
Tempat Tanggal Lahir : Bilalang, 27 Desember 1999
Kewarganegaraan :Indonesia
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Alamat : Bilalang
No hp : 089695119293

4. Nama : Febrina Kadamong


Jenis kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Wangga, 12 Febuari 1999
Kewarganegaraan :Indonesia
Agama : Islam
Status : Mahasiswi
Alamat : Wangga
No hp : 085757018629
DAFTAR PUSTAKA

1. Baughman, 2000. Keperawatan Medikal-Bedah : Buku Saku dari Brunner & Suddarth.
Jakarta : EGC
2. Dewanto, 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta :
EGC
3. Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
4. Muttaqin Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta:Salemba Medika
5. Judha Mohamad dan Hamdani Rahil Nazwar.2011.Sistem Persarafan Dalam Asuhan
Keperawatan.Yogyakarta:Gosyen Publishin
6. Studylibid.com
7. Slideshare.net
8. Iskandar.J.SpBS.2004.Cedera Kepala.Jakarta:BIP
9. Batticaca,Fransisca B.2008.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai