Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG
PREEKLAMPSI

Oleh :
Dicky Seprian
2114901010

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Rischa Hamdanesti, M. Kep) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai

dengan tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urine serta

edema. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi

spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ

lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya selalu

didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang baru terjadi pada

kehamilan (new onset hypertension with proteinuria) (POGI, 2016).

Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia,

beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan

multsistem lain yang menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia

meskipun pasien tersebut tidak mengalami proteinuri. Sedangkan, untuk edema

tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan

pada wanita dengan kehamilan normal (POGI, 2016).

B. Etiologi
Menurut Marianti (2017) selain Primigravida, Kehamilan Ganda serta

Riwayat Preeklampsia, beberapa faktor lainnya yang bisa meningkatkan resiko

preeklamsia antara lain adalah :

1) Malnutrisi Berat.

2) Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus,

Hypertensi dan Penyakit Ginjal.


3) Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.

4) Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

5) Obesitas.

6) Riwayat keluarga dengan preeklampsia.

C. Tingkatan dan tanda gejala hiperemesi gravidarum


Menurut (Sukarni, 2017) dalam bukunya menjelaskan hipertensi dalam

kehamilan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Preeklampsia Ringan

Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau

lebih dengan posisi pengukuran tekanan darah pada ibu baik duduk maupun

telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau +1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka

serta diikuti kenaikan berat badan > 1 Kg/per minggu.

2. Preeklampsia Berat

Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau

lebih. Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria ( Jumlah urine kuran dari

500 cc per 2 jam) serta adanya edema pada paru serta cyanosis. Adanya

gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri pada epigastriu


D. Patofisio logi

Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan

retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola

glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan sempitnya

sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di

dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha

untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat

dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui

sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan

oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.

Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang dapat

menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.

Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat,

sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola disertai perdarahan

mikro tempat endotel.

Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta

menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil

normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang

berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar

dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan

sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel- sel endotel tersebut.

Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain ; adhesi dan
agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma,

terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya

trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin

dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen dan

perioksidase lemak (Nuraini, 2011).

E. Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu dan

janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada ibu maupun

janin adalah sebagai berikut (Marianti, 2017) :

1) Bagi Ibu

a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low

platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,

meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.

b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang

ditandai dengan kejang-kejang.

c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang

berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan

meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.

d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi

beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.

e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat

berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan

untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan


darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.

f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum

kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan

plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil

dan janin

g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya

pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam

pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami perdarahan di

otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya

penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak

mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah,

kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan

kematian.

2) Bagi Janin

a. Prematuritas.

b. Kematian Janin.

c. Terhambatnya pertumbuhan janin.

d. Asfiksia Neonatorum.
F. WOC
Preeklamsia
Faktordesertai
organik
Faktor endokrin Faktor psikologis
aliran darah ↓

 Prostaglandin plasenta ↓

Iskemia uterus

merangsang pelepasan bahan


tropoblastik

akibat hiperoksidase lemak dan


pelepasan renin uterus

terjadinya endotheliosis organ hati dan angiotensinogen

angiotensi I dan selanjutnya


menjadi angiotensin II
pelepasan tromboplastin

dan aktivasi /
mengakibatkan vasospasme merangsang glandula
agregasi trombosit
pelepasan suprarenal untuk
deposisi
tomboksan fibrin mengeluarkan
lumen arteriol menyempit aldosteron

koagulasi
gangguan perfusi darah hanya dapat dilewati oleh
intravaskular
dan gangguan multi organ satu sel darah merah.
Tekanan perifer↓
perfusi darah menurun dan
konsumtif koagulapati
hipertensi.

trombosit dan faktor


pembekuan darah ↓
dan gangguan faal hemostasis
G. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia

adalah sebagai berikut (Abiee, 2012) :

1 Pemeriksaan Laboratorium

A. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :

a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin

untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)

b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).

c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).

B.Urinalisis

Ditemukan protein dalam urine.

C Pemeriksaan Fungsi hati

a. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).

b. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.

c. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

d. Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT ) meningkat (N= 15-

45 u/ml).

e. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N=

<31 u/l).

f. Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)

D Tes kimia darah

Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)

2.Radiologi
a .Ultrasonografi

Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan

intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban

sedikit.

b. Kardiotografi

Diketahui denyut jantung janin lemah.

H. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai

berikut :

1. Tirah Baring miring ke satu posisi.

2. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.


3. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.

4. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian

cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.

5. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.

6. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).

Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus

pada usia kehamilan diatas 37 minggu.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. Pengkaj ian
1. Pengkajian Data Subjektif
a. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan alamat.
b. Keluhan utama:biasanya pada pasien dengan HG pasien mual muntah yg hebat pada
pagi hari atau setelah makan, nyeri epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus
2. Diagnosa dan Informasi medic yang penting waktu masuk seperti : no MR, ruang rawat,
diagnosa medic, yang mengirim/merujuk, alasan masuk.
3. Riwayat kesehatan : keluhan utama masuk, keluhan saat ini, riwayat kesehatan yang lalu,
riwayat kesehatan keluarga.
4. Riwayat Obstetri
A. Reprodukdi
1) Riwayat menstruasi : menarche pertama, siklus, lamanya, banyaknya, konsistensi,
dismenorrhoe, PHT
2) Taksiran persalinan
B. Perkawinan : lamanya perkawinan, berapa kali kawin.
5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : G P A H
6. Data keluarga berencana : pernah ikut kb/tidak, rencana kb sekarang
7. Kehamilan sekarang ; hamil muda, hamil tua
8. Data psikologi : kehamilan diinginkan/tidak, anak yang akan lahir sekarang disusui/tidak,
dukungan suami, interaksi antara ibu dan bayi
9. Data spiritual
10. Data social ekonomi
11. Aktivitas sehari-hari dirumah : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
12. Pemeriksaan Head toe toe
a. Kepala dan rambut
Inspeksi : Penyebaran rambut, warna rambut, warna kulit samakah dengan kulit sekitar,
bagaimana kebersihannya
Palpasi : Adakah nyeri tekan, keadaan rambut klien, benjolan abnormal
b. Hidung
Inspeksi : Melihat ada tidaknya pernafasan cuping hidung, warna kulit dan kesimetrisan
lubang hidung. polip dll
Palpasi : Mengkaji ada tidaknya benjolan abnormal dan nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : Kesimetrisan telinga dextra dan sinistra, ada tidaknya tanda -tanda inflamasi
dan hygiene telinga
Palpasi : Mengkaji ada tidaknya benjolan abnormal dan nyeri tekan
d. Mata
Inspeksi : Melihat konjungtiva klien anemis/tidak, kesimetrisan dan keadaan sclera
klien, pupil isokor/ anisoko, mata cowong atau tidak
Palpasi : Mengkaji adakah nyeri tekan dan benjolan abnormal
e. Mulut, gigi, lidah tonsil dan pharing
Inspeksi : Mengkaji mukosa bibir klien, stomatitis, hygiene lidah dan pembesaran tonsil
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal
f. Leher dan tenggorokan
Inspeksi : Melihat ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid tanda -tanda inflamasi dan
penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan dan benjolan abnormal
g. Dada/thorak ( pemeriksaan paru)
Inspeksi : Bentuk, postur dan kesimetrisan ekspansi, serta keadaan kulit, dan untuk
melihat frekuensi pernafasan
Palpasi : Palpasi dada dilakukan untuk mengkaji keadaan kulit dinding dada adanya
nyeri tekan, masa peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil fremitus
Perkusi : Biasanya suara/bunyi pada paru - paru orang normal adalah resonan yang
terdengar dug.dug.dug
Auskultasi : Auskultasi berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
trakeobronkial dan mengetahui adanya sumbatan aliran udara dengan mendengarkan
suara nafas tambahan ex. Ronchi, wheezing

h. Dada/'thorak (pemeriksaan jantung )


Inspeksi : Mengetahui adanya ketidaknormalan denyutan ictus kordis misalnya tidak
Nampak pada ICS V midclavikula sinistra namun teraba
Palpasi : ictus kordis nampak pada ICS V midclavikula linea sinistra
Perkusi : Batas kanan atas ICS II linea para sternalis dextra, Batas kanan bawah ICS IV
linea para sternalis dextra, Batas kiri atas ICS II linea para sternalis sinistra, Batas kanan
atas ICSIV linea midclavikula sinistra.
Auskultasi : Normal BJI dan BJ II "lup dup"
i. Payudara
Inspeksi : Keadaan payudara simetris atau tidak, terdapat hiperpigmentasi atau tidak
pada areola mamae, putting mamae menonjol atau tidak
Palpasi : Untuk mengetahui adanya nyeri tekan , benjolan abnormal atau tidak, bonjolan
abnormal pada palpasi kemungkinan adanya ca mamae
j. Pemeriksaan obdomen
Inspeksi : Untuk mengetahui bentuk, wana, adanya strie serta adakah luka bekas operasi
atau tidak
Auskultasi : Dilakukan untuk mendengarkan DDJ, bising usus
Perkusi : Perkusi dilakukan untuk mendengarkan/ mendeteksi adanya gas, cairan atau
masa didalam abdomen
Palpasi : Untuk mengetahui bentuk, ukuran dan konsistensi organ serta struktur di
dalam abdomen
k. Genetalia dan anus
Inspeksi : Penyebaran dan pertumbuhan rambut pubis, perhatikan bila ada tanda
kemerahan bengkak nodular, lochea
Palpasi : Untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan benjolan abnormal pada genetalia

B. Diagnosa keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi glomerulus sekunder terhadap
penurunan cardiac output.
b. Risiko cedera pada janin b.d tidak adekuatnya perfusi darah ke plasenta
c. Nyeri epigastrik b.d peregangan kapsula hepar.
d. Ketidakseimbangan nutrisi < kebutuhan tubuh b.d gangguan pada glomerulus,
proteinuria.
e. Gangguan pertukaran gas b.d edema paru

C. Intervensi keperawatan

1. Dx: Kelebihan volume cairan b.d kerusakan fungsi glomerulus sekunder terhadap
penurunan cardiac output.
.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan cairan
terpenuhi
Kriteria hasil
 Terbebas dari edema, efusi, anaskara
 Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
 Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign
dalam batas normal
 Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
Menjelaskan indikator kelebihan cairan.
Intervensi

a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.


b. Pasang urin kateter bila perlu.
c. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin).
d. Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP,PCWP
e. Monitor TTV
f. Monitorindikasi retensi/kelebuhan cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher,
asites)
g. Kaji lokasi dan luas edema
h. Monitor status nutrisi
i. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
j. Batasi masukan cairan pada
k. keadaan hiponatrermi dilusi Pantau TFU dan DJJ : Malnutrisi klien berdampak
terhadap pertumbuhan janin dan mengakibatkan kemunduran perkembangan janin
l. Timbang BB tiap hari : penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan
D. Implementasi
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan yang baik/optimal.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan
hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan criteria hasil yang dibuat dalam rencana.

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, A. (2016). Manajemen Kebidanan. Jakarta.


POGI. (2016). PNPK Pre Eklamsi. Retrieved from https://pogi.or.id/publish/download/pnpk-dan-ppk/

Pratiwi, W. (2017). Asuhan Keperawatan Pre Eklampsi. Retrieved from


https://www.academia.edu/36262522/PRE_EKLAMSI

Purba, M. A. (2019). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.


https://doi.org/https://doi.org/10.31227/osf.io/pz42x

Rusniati, H. (2017). Tindakan Keperawatan Post Partum Normal dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu
Postpartum Di Rumah Sakit Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai