1. Pengertian Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan niIas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). Tidak berbeda dengan deIinisi Rustam, Manuaba ( 1998) mendeIinisikan bahwa preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 ) mendeIinisikan bahwa preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000). Menurut kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria. Berdasarkan beberapa deIinisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa preeklampsia ( toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada wanita hamil, bersalin dan niIas yang terdiri dari hipertensi, edema dan poteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. 2. Etiologi / Faktor Penyebab Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu : O Bertambahnya Irekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa. O Bertambahnya Irekuensi yang makin tuanya kehamilan. O Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus. O Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma. Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain : O Peran Prostasiklin dan Tromboksan . O Peran Iaktor imunologis. O Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre- eklampsi/eklampsia. O Peran Iaktor genetik /Iamilial O Terdapatnya kecenderungan meningkatnya Irekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi. O ecenderungan meningkatnya Irekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka. O Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS) . Faktor Predisposisi O Molahidatidosa O Diabetes melitus O ehamilan ganda O idrops Ietalis O besitas O &mur yang lebih dari 35 tahun . Klasifikasi Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut : v Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut: O Tekanan darah 140/90 mmg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. O dema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per minggu. O Proteinuria kwantatiI 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatiI 1 atau 2 pada urin kateter atau midstream. v Preeklampsia Berat O Tekanan darah 160/110 mmg atau lebih. O Proteinuria 5 gr atau lebih per liter. O liguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam . O Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium. O Terdapat edema paru dan sianosis.
. Patofisiologi Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. eadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi Iibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi Iibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perIusi darah menurun dan konsumtiI koagulapati. onsumtiI koagulapati mengakibatkan trombosit dan Iaktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan Iaal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan periIer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perIusi darah dan gangguan multi organ. Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perIusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. edema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. ligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari Iiltrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. eadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan perIusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya 3tra Uteri3 Growth Retardatio3 serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin. ipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraI parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraI simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion menyebabkan Cl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. eadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan inIormasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.
. Manifestasi Klinik Biasanya tanda-tanda preeklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklampsia ringan tidak ditemukan gejala gejala subyektiI. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. 7. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium O Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah O Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr ) O ematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol ) O Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 ) O &rinalisis Ditemukan protein dalam urine. O Pemeriksaan Fungsi hati O Bilirubin meningkat ( N 1 mg/dl ) O LD ( laktat dehidrogenase ) meningkat O Aspartat aminomtransIerase ( AST ) ~ 60 ul. O Serum Glutamat piruIat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N 15-45 u/ml ) O Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGT ) meningkat ( N 31 u/l ) 4 Total protein serum menurun ( N 6,7-8,7 g/dl )
O Tes kimia darah Asam urat meningkat ( N 2,4-2,7 mg/dl )
b. Radiologi O <rasonograIi Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. PernaIasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit. O ardiotograIi Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
8. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan : O Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul proteinuria O Gejala subyektiI : sakit kepala didaerah Iromtal, nyeri epigastrium; gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. O Gangguan serebral lainnya: reIleks meningkat, dan tidak tenang O Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, reIleks meningkat dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium . Pencegahan - Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. - arus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklemsi kalau ada Iactor- Iaktor predisposisi. - Berikan penerangan tentang manIaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
10. Penatalaksanaan Tujuan utama penanganan adalah : - &ntuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsia - endaknya janin lahir hidup - Trauma pada janin seminimal mungkin. a) Pre-eklamsi ringan Pengobatan hanya bersiIat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat ditempat, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau Ienobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanIaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi berat. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan janin : kadar estriol urin, lakukan aminoskopi, dan ultrasograIi, dan sebagainya.Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas. b) Pre-eklamsia berat O Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu O Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut : - Berikan suntikan sulIas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap (selama tidak ada kontraindikasi) - Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulIas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi) - Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala - Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan O Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu O Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu O Penderita dirawat inap - Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi - Berikan diit rendah garam dan tinggi protein - Berikan suntikan sulIas magnesikus 8 gr intramuskuler, 4 gr di bokong kanan dan 4 gr di bokong kiri - Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam - Syarat pemberian MgS4 adalah: reIlex patella positiI; dieresis 100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10 dalam ampul 10 cc - InIus dekstrosa 5 dan Ringer laktat O Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m. dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali tablet atau 2 kali tablet sehari O Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongerstiI.&ntuk itu dapat disuntikan 1 ampul intravena Lasix. O Segera setelah pemberian sulIas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi.&ntuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam inIuse tetes O ala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum atau Iorceps, jadi ibu dilarang mengedan O Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri O Pemberian sulIas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum O Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea.
1. Diet v Tujuan Diet O Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal O Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal O Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air O Mencapai keseimbangan nitrogen O Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal O Mengurangi atau mencegah timbulnya Iaktor resiko lain atau penyakit baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan v Syarat Diet O nergi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak lebih dari 300 kal dari makanan atau diet sebelum hamil O Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air. Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 g/minggu. O Protein tinggi (1 2 g/kg berat badan) O Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh ganda. O Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi O Mineral cukup terutama kalsium dan kalium O Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien. O Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernaIasan
v Macam Diet Preeklampsia O Diet Preeklampsia I O Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat O Makanan diberikan dalam bentuk cair, yg terdiri dari susu dan sari buah O Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan kekurangannya diberikan secara parental O Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 2 hari O Diet Preeklampsia II O Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yg penyakitnya tdk begitu besar O Makanan berbentuk saring atau lunak. O Diberikan sebagai diet rendah garam I O Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya O Diet Preeklampsia III O Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada pasien dengan preeklampsia ringan. O Makanan ini mengandung protein tinggi dan rendah garam . O Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa . O Jumlah energi hrs disesuaikan dengan kenaikan berat badan yg boleh lebih dari 1 kg per bulan . 12. Komplikasi Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara lain: v Pada Ibu O klapmsia O Solusio plasenta O Pendarahan subkapsula hepar O elainan pembekuan darah ( DIC ) O Sindrom LPP ( hemolisis, elevated, liver,e3ymes dan low platelet cou3t ) O Ablasio retina O Gagal jantung hingga syok dan kematian. v Pada Janin O Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus O Prematur O AsIiksia neonatorum O ematian dalam uterus O Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah : a. Data subyektiI : - &mur biasanya sering terjadi pada primi gravida , 20 tahun atau ~ 35 tahun - Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur - Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM - Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya - Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan - Psikososial spiritual : mosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
b. Data byektiI : - Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam - Palpasi : untuk mengetahui TF&, letak janin, lokasi edema - Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya Ietal distress - Perkusi : untuk mengetahui reIleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika reIleks ) - Pemeriksaan penunjang : O Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam O Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau 1 hingga 2 pada skala kualitatiI ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya ~ 7 mg/100 ml O Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu O Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak O &SG ; untuk mengetahui keadaan janin O NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
1. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan perIusi jaringan serebral b/d penurunan cardiac output skunder terhadap vasopasme pembuluh darah. b. erusakan pertukaran gas b/d penimbunan cairan pada paru: oedem paru. c. Penurunan curah jantung b/d penurunan aliran balik vena, payah jantung. d. elebihan volume cairan b/d kerusakan Iungsi glomerolus skunder terhadap penurunan cardiac output. e. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan. I. Gangguan eliminasi urin b/d gangguan Iiltrasi glomerulus : anuri dan oligouri. g. etidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. h. Nyeri b/d agen cedera biologis: penumpukkan ion idrogen dan peningkatan Cl. i. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay 2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap penurunan cardiac output. j. Risiko cedera pada ibu berhubungan dengan diplopia, peningkatan intra kranial:kejang. k. urang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d misinterpretasi inIormasi.
EKLAMSI POST PARTUM
Pengertian klamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam niIas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (btetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).
3side3 klamsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (btetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).
Patofisiologi Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)
Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia uteroplacenta) dan hipertensi
klamsi
Mata terpaku epala dipalingkan ke satu sisi ejang-kejang halus terlihat pada muka (Invasi)
Badan kaku adang episthotonus (ontraksi/ejang Tonis)
ejang hilang timbul Rahang membuka dan menutup Mata membuka dan menutup tot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi ejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut Mata merah, muka biru (onvulsi/ejangClonis) -Tensi tinggisekitar 180/110 mmg -Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat Demam,PernaIasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema
Coma Amnesia retrigrad post koma
Prog3osis oma lama Nadi diatas 120 Suhu diatas 39Hc Tensi diatas 200 mmg Lebih dari 10 serangan Proteinuria 10 gram sehari atau lebih Tidak adanya edema (Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa leh den) * edema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian. * Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak membaik. * Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk. * Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih buruk.
Pemeriksaa3 Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses involusi terjadi karena adanya: Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan. AktiIitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. arena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil. Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus. Involusi pada alat kandungan meliputi: &terus Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot- ototnya. Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Tabel Perubahan &terus Setelah melahirkan
Involusi
TF&
Berat &terus Diameter Bekas Melekat Plasenta
eadaan Cervix Setealh pladsenta lahir 1 minggu
2 minggu 6 minggu
8 minggu Sepusat
Pertengahan pusat symphisis Tak teraba Sebesar hamil 2 minggu Normal 1000 gr
500 gr
350 gr 50 gr
30 gr 12,5
7,5 cm
5 cm 2,5 cm
Lembik
Dapat dilalui 2 jari
Dapat dimasuki 1 jari
$umber. Rustam muchtar, 1998
Involusi tempat plasenta Pada permulaan niIas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. ndometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121) Perubahan pembuluh darah rahim Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa niIas. Perubaha3 pada cervix da3 vagi3a Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. arena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit yang disebut after pai3s ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)
Lochia Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa niIas. Lochia bersiIat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga. Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari ketujuh. Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas. Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193) Di3di3g perut da3 perito3ium Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen Iascia dan diaIragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retroIleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. &ntuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130) $istim Kardiovasculer Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. eadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V Ruth B, 1996: 230) Gi3al AktiIitas ginjal bertambah pada masa niIas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktiIitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230) Sistim ormonal Oxytoxi3 xytoxin disekresi oleh kelenjar hipoIise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi CG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan Iisiologis pada ibu niIas. Prolakti3 Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipoIise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FS di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FS disekresi kelenjar hipoIise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal Iolikel de graaI, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231) Laktasi Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersiIat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LT. Setelah plasenta lahir maka LT dengan bebas dapat merangsang laktasi. Lobus prosterior hypoIise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reIlek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypoIise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya. Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 , lemak 3-5 , gula 6,5-8 , garam 0,1 0,2 . al yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. (bstetri Fisiologi &NPAD, 1983: 318 ) Ta3da-ta3da vital Perubahan tanda-tanda vital pada massa niIas meliputi: Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal Tanda-tanda vital Tekanan darah 140 / 90 mmg, mungkin bisa naik dari tingkat disaat persalinan 1 3 hari post partum. Suhu tubuh 38 0 C Denyut nadi: 60-100 X / menit Tekanan darah ~ 140 / 90 mmg
Suhu ~ 38 0 C Denyut nadi: ~ 100 X / menit
. Perubaha3 Psikologi Perubahan psikologi masa niIas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu: Periode Taki3g 3 Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. al ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru. Periode Taking old Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan Iungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar. Periode Letti3g Go Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary , 1995) Sedangkan stres emosional pada ibu niIas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga naIsu makan dan pola tidur terganggu. ManiIestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)
Perawatan Masa NiIas Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensiI untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi: 1. Mobilisasi Dini arena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan. emudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, niIas dan sembuhnya luka-luka. euntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi inIeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan Iungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat Iungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193) 2. Rawat Gabung Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193) 3. Pemeriksaan &mum Pada ibu niIas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan. 4. Pemeriksaan husus Pemeriksaan khusus pada ibu niIas meliputi: Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu Fundus uteri : tinggi Iundus uteri, kontraksi uterus. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda inIeksi. ( Manuaba, 1998: 193) 5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah: Diit Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan. Pakaia3 Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. asa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar. Perawata3 vulva Pada tiap klien masa niIas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BA cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau BA , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin. Miksi encing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. adang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. (Persis , 1995: 288) Defekasi Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.( Persis ,1995: 288) Perawata3 Payudara Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.( Mac. Donald, 1991: 430) Kembali3ya Data3g Bula3 atau Me3struasi Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersiIat indiIidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan. uti Hamil da3 Bersali3 Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan. Mempersiapka3 u3tuk Metode KB Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode B untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. leh karena itu penggunaan metode B dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode B dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari Abdul,2000:129)
emugkinan Diagnosa Yang Timbul 1. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d kejang-kejang berulang 2. Resiko tinggi terjadi Asidosis respirasi b/d ejang kejang berulang 3. Resiko tinggi terjadi oliguri sampai anuri b/d hipovolaemi karena oedema meningkat 4. Resiko tinggi terjadi gangguan vasospasme pembuluh darah b/d hipotensi mendadak karena usaha penurunan tensi.
Rencana Tindakan eperawatan Dx. 1 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan resiko tinggi terjadinya cedera tidak terjadi dengan kriteria : tidak terjadi Iraktur, pasien tidak jatuh, lidah tidak tergigit Intervensi : - Fiksasi tidak terlalu kencang - Pemasangan sudip lidah R : Memberikan ruang gerak waktu kejang Menghalangi supaya lidah tidak tergigit Dx 2 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan dan Medis resiko Asidosis respirasi tidak terjadi riteria : ejang berkurang, sianosis tidak ada, naIas 20 x/menit Intervensi :- Berikan bat anti kejang sesuai terapi Medis Berikan ksigen 2-6 liter/ menit bservasi R/R dan Nadi R : Memberikan ruang gerak bagi paru u/mengembang Membantu suplai oksigen sel jaringan tubuh Menilai pola naIas dan kerja jantung Dx.3 Tujuan : Setelah dilakuakn tidakan perawatan Resiko oliguri sampai anuri tidak terjadi riteria : &rine ~ 30 cc/jam Intervensi : -Memperbaiki diuresi dengan pemberian glukose 5-10 R : Sehingga terjadi pengenceran haemokonsentrasi
Dx.4 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan dan Medis resiko suplai zat-zat yang dibutuhkan sel tubuh menurun tidak terjadi. riteria : -Tensi tidak boleh turun lebih dari 20 dalam 1 jam (maksimal dari 200/120 mmg menjadi 160/95 mmg dalam 1 jam). -Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90 mmg. Intervensi : bservasi tensi dan Nadi pasien setiap 1 jam R : Supaya terjadi penurunan tensi secara berangsur-angsur sehingga suplai cukup sampai kejaringan dan organ-organ penting.
IPERTENSI PADA IU AMIL
2.1 Definisi Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan niIas. Akan tetapi yang kami bahas dalam makalah ini hanya hipertensi yang timbul pada saat hamil. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi, coma, atau gejala-gejala lain. lasiIikasi menurut American Committee and Maternal WelIare: 1. ipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah preeklamsi dan eklamsi. Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau kedua-duanya pada wanita hamil setelah minggu 20. 1. ypertensi yang kronis. Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir. 1. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala-gejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina. 2. Transient hypertension. Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari niIas pada wanita yang tadinya normotensiI dan yang hilang dalam 10 hari post partum. ipertensi pada saat kehamilan yang dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. 2.2 Etiologi ipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang : 1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali 2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatiosa 3. Sudah mengidap penyakit vaskular 4. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil
2. Patofisiologi Vasospasme adalah dasar patoIisiologi hipertensi. onsep ini yang pertama kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus dibawah kuku, Iundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan- perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. onstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah. Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. ebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan Iibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat. 2. Manifestasi klinis ManiIestasi klinis untuk ipertensi ringan dalam kehamilan antara lain : 1. Tekanan darah diastolik 100 mmg 2. Proteinuria samar sampai 1 3. Peningkatan enzim hati minimal ManiIestasi klinis untuk ipertensi berat dalam kehamilan antara lain: 1. Tekanan darah diastolik 110 mmg atau lebih 2. Proteinuria 2 persisten atau lebih 3. Nyeri kepala 4. Gangguan penglihatan 5. Nyeri abdomen atas 6. liguria 7. ejang 8. reatinin meningkat 9. Trombositopenia 10. Peningkatan enzim hati 11. Pertumbuhan janin terhambat 12. dema paru 2. Pemeriksaan Diagnostik 1. CT-Scan epar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar 2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.
2. Penatalaksanaan Adapun penatalaksanaannya antara lain : 1. Deteksi prenatal dini Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 mingg, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu. 1. Penatalaksanaan di rumah sakit valuasi sistematik yang dilakukan mencakup: 1. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan- temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat 2. Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari 3. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari 4. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah malam dan pagi hari 5. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam serum, dan Irekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi 6. valuasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun &SG 7. Terminasi kehamilan Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah 1. Terapi obat antihipertensi Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodiIikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian. 1. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatiI atau 'menunggu terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.
2.7 Komplikasi 1. Perubahan ardiovaskuler Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya aIterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan. 1. Perubahan hematologis 2. Gangguan Iungsi ginjal 3. dema paru Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5 -10 menadi kurang dari 3 kasus.
A III ASUAN KEPERAWATAN ASUAN KEPERAWATAN Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada (Budianna eliat, 1994, 2 ). Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 2000, 2 ). 1.1 PENGKA1IAN Pengumpulan data Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : 1. Identitas pasien Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten. Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998 tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center Ior ealth Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahiran kembar meningkat sekitar 50 persen secara keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat triplet dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara keseluruhan, dan 1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an. 1. eluhan utama Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati. 1. Riwayat penyakit sekarang Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. 1. Riwayat penyakit dahulu Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), besitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. al ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya Iaktor predisposisi. 1. Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali 1. Riwayat psikososial Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. 1. Riwayat maternal ehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat. 1. Pengkajian sistem tubuh 1 (reathing) PernaIasan meliputi sesak naIas sehabis aktiIitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernaIasan, bunyi naIas tambahan, sianosis. 2 (Blood) Gangguan Iungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya aIterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan Iaktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin. (Brain) Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. elainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. tak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperIusi. Pemeriksaan G juga memperlihatkan adanya kelainan G terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernaIasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral. (Bladder) Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian periIer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum. (Bowel) Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema. Bone) Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. eamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural .2 DIAGNOSA Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian. Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi pada kehamilan meliputi hal-hal berikut. 1. Perubahan perIusi jaringan/organ, menurun, b.d O ipertensi O Vasospasme siklik O dema serebral O Perdarahan 1. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d O Terapi magnesium sulIat O dema paru 1. Risiko tinggi perubahan curah jantung, menurun b.d O Terapi antihipertensi yang berlebihan O Jantung terkena dalam proses penyakit 1. Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d O Vasospasme sistemik O ipertensi O Penurunan perIusi uteroplasenta 1. Risiko tinggi cedera ibu b.d O Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perIusi ginjal O Terapi magnesium sulIat dan antihipertensi 1. Risiko tinggi cedera pada janin b.d O InsuIisiensi uteroplasenta O elahiran premature O Solusio plasenta 1. Ansietas b.d eIeknya pada ibu dan janin . INTERVENSI 3.3.1. Perubahan perIusi jaringan b.d. ipertensi, Vasospasme siklik, dema serebral, Perdarahan O Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perIusi jaringan tidak terjadi O riteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis, penurunan tekanan darah, edema Implementasi Rasional 1. Memantau asupan oral dan iIus IV MGS 4
2. Memantau urin yang kluar 3. Memantau edema yang terlihat 4. Mempertahankan tirah baring total dengan posisi miring 1. MGS 4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga menyebabkan peningkatan perIusi ginjal, mobilisasi cairan ekstra seluler (edema dan diuresis 2. Tirah baring menyebabkan aliran darah urtero plasenta, yang sering kali menurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis
3.3.2 Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP O Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal O riteria hasil : klien tidak mengala mi kejang 3.3.3. Resiko tinggi cedera pada janin b.d Ietal distress O Tujuan : Setelah dilakuka n tindakan perawat an tidak terjadi Ietal distress pada janin O riteria hasil : DJJ ( ) : 12-12-12 Implementasi Rasional 1. Monitor DJJ sesuai indikasi 2. aji tentang pertumbuhan janin 3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktiIitas janin turun ) 4. aji respon janin pada ibu yang diberi SM 5. olaborasi dengan medis dalam pemeriksaan &SG dan NST Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta Penurunan Iungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul I&GR Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin Reaksi terapi dapat menurunkan pernaIasan janin dan Iungsi jantung serta aktiIitas janin &SG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Implementasi Rasional 1. Mendapatkan data-data dasar (misal DTRs,klonus) 1. Memantau pemberian IV MgS 4 dan kadar serum MgS 4
1. mengkaji adanya kemungkinan
keracunan MgS 4
1. mempertahankan lingkungan yang tenang, gelap dan nyaman data-data dasar dugunakan untuk memantau hasil terapi MGS 4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan mioneural dan merelaksasi vasospasme Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat menyebabkan depresi pernapasan berat Rangsangan kuat, misalnya cahaya terang dan suara keras dapat menimbulkan kejang 3.3.4. ecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir O Tujuan: ansietas dapat teratasi O riteria hasil: 1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat 2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah Intervensi Rasional Mandiri 1. aji tingkat ansietas pasien. Perhatikan tanda depresi dan pengingkaran 2. Dorong dan berikan kesempatan untuk pasien atau orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah 3. Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan, sesuai indikasi Mandiri 1. Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan 2. Membuat perasaan terbuka dan bekerja sama untuk memberikan inIormasi yang akan membantu mengatasi masalah 1. eterlibatan meningkatka perasaan berbagi, manguatkan perasaan berguna, memberikan kesempatan untuk mengakui kamampuan individu dan memperkecil rasa takut karena ketidaktahuan
DAFTRA PUSTAKA
Persis Mary amilton, (1995), Dasar-dasar eperawatan Maternitas, GC, Jakarta
R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), bstetri Patologi, lstar IIset, Bandung.
------(1995), Ilmu Penyakit andungan &PF andungan Dr.Soetomo. Surabaya
TUGAS MAKALA MATERNITY PREEKLAMSIA,EKLAMSIA,DAN IPERTENSI
Laporan Pendahuluan 7 (Tujuh) Kasus : Harga Diri Rendah Kronis, Isolasi Sosial, Halusinasi, Waham, Defisit Perawatan Diri, Resiko Bunuh Diri, dan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum. Banjarmasin : STIKES Suaka Insan Banjarmasin.