Anda di halaman 1dari 35

GANGGUAN PREEKLAMSIA

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan niIas
yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ). Tidak berbeda dengan
deIinisi Rustam, Manuaba ( 1998) mendeIinisikan bahwa preeklampsia (toksemia
gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air
kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai
akhir minggu pertama setelah persalinan. Selain itu, Mansjoer ( 2000 ) mendeIinisikan bahwa
preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer, 2000). Menurut
kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang
ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria.
Berdasarkan beberapa deIinisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa preeklampsia (
toksemia gravidarum ) adalah sekumpulan gejala yang timbul ada wanita hamil, bersalin dan
niIas yang terdiri dari hipertensi, edema dan poteinuria yang muncul pada kehamilan 20
minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
2. Etiologi / Faktor Penyebab
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori yang dapat
menjelaskan tentang penyebab preeklamsia, yaitu :
O Bertambahnya Irekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
O Bertambahnya Irekuensi yang makin tuanya kehamilan.
O Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
O Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga
kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara
lain :
O Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
O Peran Iaktor imunologis.
O Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-
eklampsi/eklampsia.
O Peran Iaktor genetik /Iamilial
O Terdapatnya kecenderungan meningkatnya Irekuensi preeklampsi/ eklampsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
O ecenderungan meningkatnya Irekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan bukan pada ipar mereka.
O Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
. Faktor Predisposisi
O Molahidatidosa
O Diabetes melitus
O ehamilan ganda
O idrops Ietalis
O besitas
O &mur yang lebih dari 35 tahun
. Klasifikasi
Dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
v Preeklampsia Ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
O Tekanan darah 140/90 mmg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang;
atau kenaikan diastolik 15 mmg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmg atau
lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
O dema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
O Proteinuria kwantatiI 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatiI 1 atau 2 pada urin
kateter atau midstream.
v Preeklampsia Berat
O Tekanan darah 160/110 mmg atau lebih.
O Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
O liguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
O Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
O Terdapat edema paru dan sianosis.









. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan
prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. eadaan iskemia pada
uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan
pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis
menyebabkan pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan
pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi trombosit deposisi Iibrin. Pelepasan tromboksan
akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi
Iibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan perIusi darah menurun
dan konsumtiI koagulapati. onsumtiI koagulapati mengakibatkan trombosit dan Iaktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan Iaal hemostasis. Renin uterus yang
di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama- sama
angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II
bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan
lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat
dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan periIer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme,
angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan perIusi
darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah, paru- paru,
hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan terjadinya edema serebri
dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang
meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perIusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang
sehingga menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh
darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADP akan meningkat
menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan
mengakibatkan terjadinya oedema paru. edema paru akan menyebabkan terjadinya
kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan
menyebabkan gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan
memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan
penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak
diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis
menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. ligouri atau anuri akan
memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein
yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari Iiltrasi glomerulus dan
menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya
menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. eadaan ini dapat menyebabkan terjadinya
diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan
perIusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya 3tra Uteri3 Growth Retardatio3
serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
ipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraI parasimpatis akan
meningkat. Peningkatan saraI simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas.
Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan
penumpukan ion menyebabkan Cl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri
epigastrik. Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan
cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. eadaan
hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan inIormasi dan memunculkan
diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.

. Manifestasi Klinik
Biasanya tanda-tanda preeklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan yang
berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada preeklampsia ringan
tidak ditemukan gejala gejala subyektiI. Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala
di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau
muntah. Gejala gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
O Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
O Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr )
O ematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 43 vol )
O Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 450 ribu/mm3 )
O &rinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
O Pemeriksaan Fungsi hati
O Bilirubin meningkat ( N 1 mg/dl )
O LD ( laktat dehidrogenase ) meningkat
O Aspartat aminomtransIerase ( AST ) ~ 60 ul.
O Serum Glutamat piruIat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N 15-45 u/ml )
O Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGT ) meningkat ( N 31 u/l )
4 Total protein serum menurun ( N 6,7-8,7 g/dl )

O Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N 2,4-2,7 mg/dl )

b. Radiologi
O &ltrasonograIi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. PernaIasan intrauterus lambat, aktivitas
janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
O ardiotograIi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.

8. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
O Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan
timbul proteinuria
O Gejala subyektiI : sakit kepala didaerah Iromtal, nyeri epigastrium; gangguan visus;
penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah.
O Gangguan serebral lainnya: reIleks meningkat, dan tidak tenang
O Pemeriksaan: tekanan darah tinggi, reIleks meningkat dan proteinuria pada
pemeriksaan laboratorium
. Pencegahan
- Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti, mengenali tanda-tanda
sedini mungkin (pre-eklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit
tidak menjadi lebih berat.
- arus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklemsi kalau ada Iactor-
Iaktor predisposisi.
- Berikan penerangan tentang manIaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya
mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga
kenaikan berat badan yang berlebihan.



10. Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan adalah :
- &ntuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsia
- endaknya janin lahir hidup
- Trauma pada janin seminimal mungkin.
a) Pre-eklamsi ringan
Pengobatan hanya bersiIat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat
jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu. Penanganan
pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat ditempat, diit rendah
garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau
Ienobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika dan obat antihipertensi tidak
dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanIaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala
pre-eklampsi berat. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap.Monitor keadaan
janin : kadar estriol urin, lakukan aminoskopi, dan ultrasograIi, dan sebagainya.Bila keadaan
mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.
b) Pre-eklamsia berat
O Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu
O Jika janin belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio
L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut :
- Berikan suntikan sulIas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler kemudian disusul
dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap (selama tidak ada kontraindikasi)
- Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulIas magnesikus dapat diteruskan
lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi)
- Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan
ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala
- Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan
induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan
O Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu
O Pre-eklamsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu
O Penderita dirawat inap
- Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
- Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
- Berikan suntikan sulIas magnesikus 8 gr intramuskuler, 4 gr di bokong kanan dan 4 gr
di bokong kiri
- Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
- Syarat pemberian MgS4 adalah: reIlex patella positiI; dieresis 100 cc dalam 4 jam
terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas
10 dalam ampul 10 cc
- InIus dekstrosa 5 dan Ringer laktat
O Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 ampul i.m. dan selanjutnya dapat diberikan
tablet katapres 3 kali tablet atau 2 kali tablet sehari
O Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan
jantung kongerstiI.&ntuk itu dapat disuntikan 1 ampul intravena Lasix.
O Segera setelah pemberian sulIas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau
tanpa amniotomi.&ntuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam
inIuse tetes
O ala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum atau Iorceps, jadi ibu dilarang mengedan
O Jangan diberikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan
atonia uteri
O Pemberian sulIas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan
dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum
O Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea.









1. Diet
v Tujuan Diet
O Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
O Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
O Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air
O Mencapai keseimbangan nitrogen
O Menjaga agar penambahan BB tdk melebih normal
O Mengurangi atau mencegah timbulnya Iaktor resiko lain atau penyakit baru pada saat
kehamilan atau setelah melahirkan
v Syarat Diet
O nergi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat makanan diberikan secara
berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan . Penambahan energi tidak
lebih dari 300 kal dari makanan atau diet sebelum hamil
O Garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam atau air.
Penambahan BB diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 g/minggu.
O Protein tinggi (1 2 g/kg berat badan)
O Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tdk jenuh tunggal dan lemak tdk jenuh
ganda.
O Vitamin cukup; vit C & B6 diberikan sedikit lbh tinggi
O Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
O Bentuk makanan disesuaikan dg kemampuan pasien.
O Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan
dengan cairan yg keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernaIasan








v Macam Diet Preeklampsia
O Diet Preeklampsia I
O Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat
O Makanan diberikan dalam bentuk cair, yg terdiri dari susu dan sari buah
O Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan kekurangannya
diberikan secara parental
O Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 2 hari
O Diet Preeklampsia II
O Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada pasien
preeklampsia yg penyakitnya tdk begitu besar
O Makanan berbentuk saring atau lunak.
O Diberikan sebagai diet rendah garam I
O Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya
O Diet Preeklampsia III
O Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada pasien dengan
preeklampsia ringan.
O Makanan ini mengandung protein tinggi dan rendah garam .
O Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa .
O Jumlah energi hrs disesuaikan dengan kenaikan berat badan yg boleh lebih dari 1 kg
per bulan .
12. Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara
lain:
v Pada Ibu
O klapmsia
O Solusio plasenta
O Pendarahan subkapsula hepar
O elainan pembekuan darah ( DIC )
O Sindrom LPP ( hemolisis, elevated, liver,e3ymes dan low platelet cou3t )
O Ablasio retina
O Gagal jantung hingga syok dan kematian.
v Pada Janin
O Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
O Prematur
O AsIiksia neonatorum
O ematian dalam uterus
O Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektiI :
- &mur biasanya sering terjadi pada primi gravida , 20 tahun atau ~ 35 tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
- Psikososial spiritual : mosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

b. Data byektiI :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TF&, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya Ietal distress
- Perkusi : untuk mengetahui reIleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika reIleks
)
- Pemeriksaan penunjang :
O Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
O Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/lt atau 1 hingga 2 pada skala kualitatiI ), kadar hematokrit menurun,
BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya ~ 7 mg/100 ml
O Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
O Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
O &SG ; untuk mengetahui keadaan janin
O NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

1. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perIusi jaringan serebral b/d penurunan cardiac output skunder terhadap
vasopasme pembuluh darah.
b. erusakan pertukaran gas b/d penimbunan cairan pada paru: oedem paru.
c. Penurunan curah jantung b/d penurunan aliran balik vena, payah jantung.
d. elebihan volume cairan b/d kerusakan Iungsi glomerolus skunder terhadap penurunan
cardiac output.
e. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.
I. Gangguan eliminasi urin b/d gangguan Iiltrasi glomerulus : anuri dan oligouri.
g. etidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
h. Nyeri b/d agen cedera biologis: penumpukkan ion idrogen dan peningkatan Cl.
i. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay
2
dan nutrisi ke
jaringan plasenta skunder terhadap penurunan cardiac output.
j. Risiko cedera pada ibu berhubungan dengan diplopia, peningkatan intra kranial:kejang.
k. urang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d
misinterpretasi inIormasi.











EKLAMSI POST PARTUM

Pengertian
klamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan dalam niIas
dengan hipertensi, oedema dan proteinuria (btetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981
).

3side3
klamsi lebih sering terjadi pada primigravidarum dari pada multipara (btetri Patologi,R.
Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

Patofisiologi
Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)

Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme (ischaemia
uteroplacenta) dan hipertensi

klamsi

Mata terpaku
epala dipalingkan ke satu sisi
ejang-kejang halus terlihat pada muka
(Invasi)


Badan kaku
adang episthotonus
(ontraksi/ejang Tonis)


ejang hilang timbul
Rahang membuka dan menutup
Mata membuka dan menutup
tot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
ejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
Mata merah, muka biru
(onvulsi/ejangClonis)
-Tensi tinggisekitar 180/110 mmg
-Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
Demam,PernaIasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema

Coma
Amnesia retrigrad post koma


Prog3osis
oma lama
Nadi diatas 120
Suhu diatas 39Hc
Tensi diatas 200 mmg
Lebih dari 10 serangan
Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
Tidak adanya edema
(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa leh den)
* edema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya mendahului kematian.
* Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka prognosa agak
membaik.
* Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.
* Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa lebih buruk.

Pemeriksaa3
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus
dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya
hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi
lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal
yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
AktiIitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan
berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. arena kontraksi dan retraksi
menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang
zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot
uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
&terus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-
ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.






Tabel 2.1 Tabel Perubahan &terus Setelah melahirkan

Involusi

TF&

Berat
&terus
Diameter
Bekas Melekat
Plasenta

eadaan
Cervix
Setealh
pladsenta lahir
1 minggu

2 minggu
6 minggu

8 minggu
Sepusat

Pertengahan pusat
symphisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2
minggu
Normal
1000 gr

500 gr

350 gr
50 gr

30 gr
12,5

7,5 cm

5 cm
2,5 cm


Lembik

Dapat dilalui 2
jari

Dapat
dimasuki 1 jari

$umber. Rustam muchtar, 1998

Involusi tempat plasenta
Pada permulaan niIas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena
dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.
ndometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
(Sulaiman S, 1983l: 121)
Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena
setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
mengecil lagi dalam masa niIas.
Perubaha3 pada cervix da3 vagi3a
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir
minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. arena hiperplasi ini dan karena karena
retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang waktu
persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae
mulai nampak kembali.
Rasa sakit yang disebut after pai3s ( meriang atau mules-mules) disebabkan koktraksi rahim
biasanya berlangsung 3 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)

Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa niIas. Lochia
bersiIat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam
keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
Lochia sanginolenta berwarna putih bercampur merah , mulai hari ketiga sampai hari ketujuh.
Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas.
Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.(Manuaba, 1998: 193)
Di3di3g perut da3 perito3ium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih
dalam 6 minggu. Ligamen Iascia dan diaIragma pelvis yang meregang pada waktu partus
setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke
belakang menjadi retroIleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. &ntuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
$istim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi penambahan aliran
darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada
kondisi normal. eadaan ini terjadi pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi
retensi cairan sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan. ( V
Ruth B, 1996: 230)
Gi3al
AktiIitas ginjal bertambah pada masa niIas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi
produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktiIitas ini terjadi pada hari pertama post partum.(
V Ruth B, 1996: 230)
Sistim ormonal
Oxytoxi3
xytoxin disekresi oleh kelenjar hipoIise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan
payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat
perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui
bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu
kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi CG,
estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan Iisiologis pada ibu niIas.
Prolakti3
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipoIise anterior
bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FS di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini
mengakibatkan FS disekresi kelenjar hipoIise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang
menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan
normal Iolikel de graaI, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini
merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersiIat alamiah bagi bayi yang
disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu
sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LT. Setelah plasenta lahir maka LT dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypoIise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reIlek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting
susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypoIise dan menghasilkan oxtocin yang
menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari
puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 , lemak 3-5 , gula 6,5-8 , garam 0,1
0,2 .
al yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu
sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu. (bstetri
Fisiologi &NPAD, 1983: 318 )
Ta3da-ta3da vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa niIas meliputi:
Tabel 2.2 Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah 140 / 90
mmg, mungkin bisa naik dari
tingkat disaat persalinan 1 3
hari post partum.
Suhu tubuh 38
0
C
Denyut nadi: 60-100 X / menit
Tekanan darah ~ 140 / 90
mmg


Suhu ~ 38
0
C
Denyut nadi: ~ 100 X / menit

. Perubaha3 Psikologi
Perubahan psikologi masa niIas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
Periode Taki3g 3
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi dan
kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. al ini dapat dikatakan sebagai psikis honey
moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan
bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
Periode Taking old
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab
terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada
periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan Iungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil
atau buang air besar.
Periode Letti3g Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap
bayi.( Persis Mary , 1995)
Sedangkan stres emosional pada ibu niIas kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang
berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga naIsu makan dan pola tidur
terganggu. ManiIestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5
post partum.( Ibrahim C S, 1993: 50)


Perawatan Masa NiIas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensiI untuk pemulihan kondisinya
setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
arena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca
persalinan. emudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari
keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi
tergantung pada komplikasi persalinan, niIas dan sembuhnya luka-luka.
euntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi inIeksi
purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan Iungsi alat gastrointestinal
dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
Iungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI
lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan &mum
Pada ibu niIas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah kesadaran
penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan husus
Pemeriksaan khusus pada ibu niIas meliputi:
Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uteri : tinggi Iundus uteri, kontraksi uterus.
Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda inIeksi. (
Manuaba, 1998: 193)
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu dan
pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein,
cairan, sayuran dan buah-buahan.
Pakaia3
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut
tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam
sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya.
asa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar.
Perawata3 vulva
Pada tiap klien masa niIas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva
dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air
besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri.
Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka,
setelah BA cebok ke arah depan dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut
stiap kali basah atau setelah BAB atau BA , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa
diberi betadin.
Miksi
encing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. adang
kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan
spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan
wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi. (Persis , 1995: 288)
Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat
mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila
belum berhasil lakukan klisma.( Persis ,1995: 288)
Perawata3 Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau
menyusui bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum
mengandung zat antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi.( Mac. Donald, 1991:
430)
Kembali3ya Data3g Bula3 atau Me3struasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersiIat indiIidu.
Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
uti Hamil da3 Bersali3
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin
selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
Mempersiapka3 u3tuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode B
untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. leh karena itu penggunaan metode B
dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode B dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.(Bari Abdul,2000:129)

emugkinan Diagnosa Yang Timbul
1. Resiko tinggi terjadinya cedera b/d kejang-kejang berulang
2. Resiko tinggi terjadi Asidosis respirasi b/d ejang kejang berulang
3. Resiko tinggi terjadi oliguri sampai anuri b/d hipovolaemi karena oedema meningkat
4. Resiko tinggi terjadi gangguan vasospasme pembuluh darah b/d hipotensi mendadak
karena usaha penurunan tensi.

Rencana Tindakan eperawatan
Dx. 1
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan resiko tinggi terjadinya cedera tidak terjadi
dengan kriteria : tidak terjadi Iraktur, pasien tidak jatuh, lidah tidak tergigit
Intervensi : - Fiksasi tidak terlalu kencang
- Pemasangan sudip lidah
R : Memberikan ruang gerak waktu kejang
Menghalangi supaya lidah tidak tergigit
Dx 2
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Perawatan dan Medis resiko Asidosis respirasi tidak
terjadi
riteria : ejang berkurang, sianosis tidak ada, naIas 20 x/menit
Intervensi :- Berikan bat anti kejang sesuai terapi Medis
Berikan ksigen 2-6 liter/ menit
bservasi R/R dan Nadi
R : Memberikan ruang gerak bagi paru u/mengembang
Membantu suplai oksigen sel jaringan tubuh
Menilai pola naIas dan kerja jantung
Dx.3
Tujuan : Setelah dilakuakn tidakan perawatan Resiko oliguri sampai anuri tidak terjadi
riteria : &rine ~ 30 cc/jam
Intervensi : -Memperbaiki diuresi dengan pemberian glukose 5-10
R : Sehingga terjadi pengenceran haemokonsentrasi

Dx.4
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan dan Medis resiko suplai zat-zat yang
dibutuhkan sel tubuh menurun tidak terjadi.
riteria : -Tensi tidak boleh turun lebih dari 20 dalam 1 jam (maksimal dari 200/120
mmg menjadi 160/95 mmg dalam 1 jam).
-Tekanan darah tidak boleh kurang dari 140/90 mmg.
Intervensi : bservasi tensi dan Nadi pasien setiap 1 jam
R : Supaya terjadi penurunan tensi secara berangsur-angsur sehingga suplai cukup sampai
kejaringan dan organ-organ penting.







IPERTENSI PADA IU AMIL

2.1 Definisi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan niIas. Akan tetapi yang kami
bahas dalam makalah ini hanya hipertensi yang timbul pada saat hamil. Golongan penyakit
ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi,
coma, atau gejala-gejala lain.
lasiIikasi menurut American Committee and Maternal WelIare:
1. ipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan ialah
preeklamsi dan eklamsi.
Diagnosa dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau kedua-duanya pada
wanita hamil setelah minggu 20.
1. ypertensi yang kronis.
Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi
sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir.
1. Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan
hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan
gejala-gejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina.
2. Transient hypertension.
Diagnosa dibuat kalau timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari
niIas pada wanita yang tadinya normotensiI dan yang hilang dalam 10 hari post partum.
ipertensi pada saat kehamilan yang dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut,
karena hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi
sebelumnya.
2.2 Etiologi
ipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang :
1. Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
2. Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar
atau mola hidatiosa
3. Sudah mengidap penyakit vaskular
4. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil


2. Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar patoIisiologi hipertensi. onsep ini yang pertama kali dianjurkan
oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus
dibawah kuku, Iundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan-
perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. onstriksi vaskular
menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar
kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini
mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel.
ebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan Iibrinogen,
mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia
jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ
lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.
2. Manifestasi klinis
ManiIestasi klinis untuk ipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
1. Tekanan darah diastolik 100 mmg
2. Proteinuria samar sampai 1
3. Peningkatan enzim hati minimal
ManiIestasi klinis untuk ipertensi berat dalam kehamilan antara lain:
1. Tekanan darah diastolik 110 mmg atau lebih
2. Proteinuria 2 persisten atau lebih
3. Nyeri kepala
4. Gangguan penglihatan
5. Nyeri abdomen atas
6. liguria
7. ejang
8. reatinin meningkat
9. Trombositopenia
10. Peningkatan enzim hati
11. Pertumbuhan janin terhambat
12. dema paru
2. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-Scan epar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar
2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar
tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.

2. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1. Deteksi prenatal dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 mingg,
kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
1. Penatalaksanaan di rumah sakit
valuasi sistematik yang dilakukan mencakup:
1. Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-
temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan
pertambahan berat yang pesat
2. Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari
3. Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
4. Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah
malam dan pagi hari
5. Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam
serum, dan Irekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi
6. valuasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun
&SG
7. Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan
pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan
oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya
induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah
1. Terapi obat antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodiIikasi
prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan
keparahan telah lama menjadi perhatian.
1. Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun
terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam
penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm. Pendekatan ini
menganjurkan penatalaksanaan konservatiI atau 'menunggu terhadap kelompok tertentu
wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa mengurangi keselamatan ibu.



2.7 Komplikasi
1. Perubahan ardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya aIterload jantung akibat
hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis
hipervolemia kehamilan.
1. Perubahan hematologis
2. Gangguan Iungsi ginjal
3. dema paru
Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis
untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit paling
berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat
hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5 -10 menadi kurang dari
3 kasus.
















A III
ASUAN KEPERAWATAN
ASUAN KEPERAWATAN
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses
keperawatan. Proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan
praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada
(Budianna eliat, 1994, 2 ).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerja sama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal ( Carpenito, 2000, 2 ).
1.1 PENGKA1IAN
Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita
hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada
dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh
peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun
1998 tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia
45 dan lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center Ior
ealth Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahiran kembar meningkat
sekitar 50 persen secara keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat
triplet dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara
keseluruhan, dan 1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an.
1. eluhan utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur,
proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas
(epigastrium), oliguria (400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau
skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah
dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
1. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan
darah tinggi sebelum hamil), besitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria,
nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang
sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami
baru mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. al ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya Iaktor predisposisi.
1. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik
yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat
sampai delapan kali
1. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
1. Riwayat maternal
ehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.
1. Pengkajian sistem tubuh
1 (reathing)
PernaIasan meliputi sesak naIas sehabis aktiIitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok, penggunaan obat bantu pernaIasan, bunyi naIas tambahan, sianosis.
2 (Blood)
Gangguan Iungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya aIterload
jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume
darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi
memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan Iaktor pembekuan lain
seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi,
penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi
jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin.
(Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. elainan radiologis
otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. tak dapat mengalami edema vasogenik
dan hipoperIusi. Pemeriksaan G juga memperlihatkan adanya kelainan G terutama
setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi
cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernaIasan menghela,
peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit
kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia,
pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
(Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu
dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap
sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal
menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler
glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian periIer lobulus hepar kemungkinan besar
merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
(Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam,
protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital
berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. eamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural
.2 DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian.
Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi pada
kehamilan meliputi hal-hal berikut.
1. Perubahan perIusi jaringan/organ, menurun, b.d
O ipertensi
O Vasospasme siklik
O dema serebral
O Perdarahan
1. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d
O Terapi magnesium sulIat
O dema paru
1. Risiko tinggi perubahan curah jantung, menurun b.d
O Terapi antihipertensi yang berlebihan
O Jantung terkena dalam proses penyakit
1. Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d
O Vasospasme sistemik
O ipertensi
O Penurunan perIusi uteroplasenta
1. Risiko tinggi cedera ibu b.d
O Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perIusi ginjal
O Terapi magnesium sulIat dan antihipertensi
1. Risiko tinggi cedera pada janin b.d
O InsuIisiensi uteroplasenta
O elahiran premature
O Solusio plasenta
1. Ansietas b.d eIeknya pada ibu dan janin
. INTERVENSI
3.3.1. Perubahan perIusi jaringan b.d. ipertensi, Vasospasme siklik, dema serebral,
Perdarahan
O Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perIusi jaringan tidak terjadi
O riteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis,
penurunan tekanan darah, edema
Implementasi Rasional
1. Memantau asupan oral dan
iIus IV MGS
4

2. Memantau urin yang kluar
3. Memantau edema yang
terlihat
4. Mempertahankan tirah
baring total dengan posisi
miring
1. MGS
4
adalah obat anti kejang
yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi
vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan
perIusi ginjal, mobilisasi cairan
ekstra seluler (edema dan
diuresis
2. Tirah baring menyebabkan aliran
darah urtero plasenta, yang
sering kali menurunkan tekanan
darah dan meningkatkan dieresis





3.3.2 Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP
O Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal
O riteria
hasil :
klien
tidak
mengala
mi
kejang
3.3.3. Resiko
tinggi cedera
pada janin b.d
Ietal distress
O Tujuan
:
Setelah
dilakuka
n
tindakan
perawat
an tidak terjadi Ietal distress pada janin
O riteria hasil : DJJ ( ) : 12-12-12
Implementasi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
2. aji tentang pertumbuhan janin
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktiIitas janin turun )
4. aji respon janin pada ibu yang diberi
SM
5. olaborasi dengan medis dalam
pemeriksaan &SG dan NST
Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
Penurunan Iungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul I&GR
Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala
solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
Reaksi terapi dapat menurunkan
pernaIasan janin dan Iungsi jantung serta
aktiIitas janin
&SG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin


Implementasi Rasional
1. Mendapatkan data-data dasar
(misal DTRs,klonus)
1. Memantau pemberian IV
MgS
4
dan kadar serum
MgS
4

1. mengkaji adanya kemungkinan

keracunan MgS
4

1. mempertahankan lingkungan
yang tenang, gelap dan nyaman
data-data dasar dugunakan untuk
memantau hasil terapi
MGS
4
adalah obat anti kejang
yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi
vasospasme
Dosis yang berlebih akan
membuat kerja otot menurun
sehingga dapat menyebabkan
depresi pernapasan berat
Rangsangan kuat, misalnya
cahaya terang dan suara keras
dapat menimbulkan kejang
3.3.4. ecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir
O Tujuan: ansietas dapat teratasi
O riteria hasil:
1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat
2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah
Intervensi Rasional
Mandiri
1. aji tingkat ansietas pasien.
Perhatikan tanda depresi dan
pengingkaran
2. Dorong dan berikan kesempatan
untuk pasien atau orang terdekat
mengajukan pertanyaan dan
menyatakan masalah
3. Dorong orang terdekat
berpartisipasi dalam asuhan,
sesuai indikasi
Mandiri
1. Membantu menentukan jenis
intervensi yang diperlukan
2. Membuat perasaan terbuka dan
bekerja sama untuk memberikan
inIormasi yang akan membantu
mengatasi masalah
1. eterlibatan meningkatka
perasaan berbagi, manguatkan
perasaan berguna, memberikan
kesempatan untuk mengakui
kamampuan individu dan
memperkecil rasa takut karena
ketidaktahuan













DAFTRA PUSTAKA

Persis Mary amilton, (1995), Dasar-dasar eperawatan Maternitas, GC, Jakarta

R. Sulaeman Sastrawinata, (1981), bstetri Patologi, lstar IIset, Bandung.

------(1995), Ilmu Penyakit andungan &PF andungan Dr.Soetomo. Surabaya
























TUGAS MAKALA MATERNITY
PREEKLAMSIA,EKLAMSIA,DAN IPERTENSI



Dosen pembimbing :
Sr. Margaretha.M,SPC,BSN,MSN

Disusun oleh:
elompok 10
ADITIA PERIANTONI
RIDUANSYA

SLkCLAn 1INGGI ILMU kLSLnA1AN SUAkA INSAN


kCGkAM SAkIANA kLLkAWA1AN
8ANIAkMASIN
2011

Anda mungkin juga menyukai