Disusun Oleh
TANJUNG PINANG
T.A 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklampsia masih belum di ketahui
secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali dengan adanya
kelainanan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi menerima suplai darah dan
nutrisi bagi bayi selama masih di dalam kandungan. Teori lain menjelaskan
preeklampsia sering terjadi pada primigravida. Kehamilan Post Matur/Post Tern serta
kehamilan ganda. Berdasarkan teroi-teori tersebut preeklampsia sering juga disebut
“Deseases Of Theory”. Beberapa landasan teori yang dapat dikemukakan diantaranya
adalah :
a. Teori Genetik
Berdasarkan pada teori ini preeklampsia merupakan penyakit yang dapat
diturunkan atau bersifat heriditer, faktor genetik menunujukkan kecendrungan
meningkatnya frekuensi preeklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsia, serta peran Renin-Angiotensin-Aldosteron-System (RAAS) dimana
enxim renim merupakan enzim yang dihasilkan oleh ginjal dan berfungsi untuk
meningkatkan tekanan darah bekerja sama dengan hormon aldosteron dan
angiostensin lalu membentuk sistem. (Marianti, 2020)
b. Teori Immunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul pada
kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan
berikutnya. Halini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antingen plasenta tidak sempurna.
c. Teori Prostasiklin & Tromboksan
Pada preeklampsia didaptkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi
penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat,
aktifitas penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin
dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antirombing menyebabkan pelepasan
tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi vaspasme dan kerusakan endotel.
a. Malnutrisi Berat.
b. Riwayat penyakit seperti : Diabetes Mellitus, Lupus, Hypertensi dan Penyakit
Ginjal.
c. Jarak kehamilan yang cukup jauh dari kehamilan pertama.
d. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
e. Obesitas.
f. Riwayat keluarga dengan preeklampsia.
3. Klasifikasi
Menurut (Sukarnai, 2020) dalam buktinya menjelaskan hipertensi dalam kehamilan
dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90 MmHg atau lebih
dengan posisi pengukuran tekanan darah apda ibu bak duduk maupun telentang.
Proteinuria 0,3 gr/lt atau +1-+2. Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti
kenaikan berat badan > 1 kg/per minggu.
b. Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110 MmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria (jumlah urine kurang dari 500 cc
per 2 jam) serta adanya edema pada paru serta siaonosis. Adanya gangguan
serebral, gangguan visus dan rasa nyeri pada epigastrium.
4. Anatomi fisiologis
Struktur anatomis otot pada dinding arteri umbilikalis berfungsi untuk
menyokong tali pusat. Ada empat otot - otot yang berbeda di dinding arteri, yaitu :
lapisan sirkuler kecil bagian dalam untuk mengatur aliran darah, lapisan longitudinal
dalam yang akan menutup arteri setelah melahirkan, otot sirkuler yang besar, lapisan
longitudinal dalam, yang memiliki koil intrinsik untuk membuat koil tali pusat, dan
otot kecil melingkar yang membuat koil pada arteri.
Arteri umbilikalis membawa darah yang terdeoksigenasi dari plasenta
sedangkan vena umbilikalis membawa oksigen darah ke janin. Kedua arteri memiliki
diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan diameter vena. Pada 96% dari semua
tali pusat memiliki anastomosis atau dalam 3%, bahkan dari dua arteri umbilikalis
menyatu di daerah 1,5 cm dari insersi plasenta. Hal ini untuk pemerataan aliran dan
tekanan antara dua arteri dan distribusi darah yang seragam ke lobus plasenta yang
berbeda. Sama halnya dengan tali pusat, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perubahan pada arteri umbilikalis antara lain keadaan saat kehamilan seperti
preeklampsia, diabetes mellitus, fetal growth restriction, fetal demise dan selama
persalinan seperti mekonium, fetal distress, fetal heart disturbances. Selain
preeklampsia dan diabetes mellitus, penyakit dalam kehamilan yang dapat
berpengaruh terhadap indeks koil tali pusat antara lain penyakit tiroid, penyakit
infeksi kronis, penyakit ginjal, dan penyakit jantung.
Penebalan dinding dan perubahan diameter lumen menunjukkan pembuluh
darah umbilikalis dalam keadaaan hipoplasia yang berkaitan dengan peningkatan
resistensi pembuluh darah sebagai respon terhadap adanya penurunan kronik aliran
darah plasenta. Adanya penurunan aliran darah umbilikalis yang disertai dengan
peningkatan impedansi fetoplasental akan menyebabkan perubahan histofotometri tali
pusat serta pembuluh darah umbilikalis.
5. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan retensi air
dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada
beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu
sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka
tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer
agar oksigen jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin
karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerolus. Vosokontriksi merupakan dasar
patogenesis preeklampsia yang dapat menimbulkan peningkatan total perifer resisten
dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan
hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran
arteriola disertai perdarahan mikro tempat endotel.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal,
serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai
antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui
ikatan lipoprotein.
Pembuluh darah umbilikalis tidak memiliki vasa vasorum yang memberikan
suplai oksigen pada pembuluh darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah
umbilikalis rentan terhadap perubahan dinamik sirkulasi plasenta seperti yang terjadi
pada preeklampsia. Kehamilan yang terinduksi oleh hipertensi atau preeklampsia
akan memberikan gambaran plasenta yang mengecil dan tali pusat yang tipis karena
adanya penurunan perfusi plasenta, sehingga mengakibatkan terjadinya hipoksia dan
iskemik plasenta yang memicu perubahan pada sistem kardiovaskular sebagai bentuk
adaptasi seluler sistemik. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan produksi
endothelin dan penurunan pembentukan agen vasodilatator sehingga berpengaruh
terhadap perubahan ketebalan dari tunika eksterna, tunika interna, dan rasio antara
tebalan dinding/diameter lumen arteri umbilikalis
Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati
termasuk selsel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas
lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, thromboksan dan
serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti,
terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta
akibat konsumsi oksigen dan perioksidase lemak
ETIOLOGI
Malnutrisi berat
Riwayat penyakit
Jarak kehamilan yang cukup dari kehamilan pertama
Usia ibu kurang dari 2 tahun atau lebih dari 35 tahun Tekanan darah abnormal Mk :
Obesitas sistolik > 140 mmHg dan Resiko
Riwayat keluarga dengan prek eklampsia > 90 mmHg diastlok penurunan
curah
jantung
Spasme pembuluh darah Tindakan operasi Post partum Bayi baru lahir
Penurunan perfusi Tindakan Perubahan Normal Premature
uteroplasenter pembedahan fisiologis
section cesarea Adaptasi
Hipoksia plasenta Proses System Organ
Maladaptasi uterus fisiologis
Terputusnya involusi pernafasan pencernaan
Iskemia Gangguan System belum
kontinuitas Estrogen dan
pertumbuhan imun sempurna
Pelepasan jaringan progesterone
plasenta
tropoblastik menurun Reflex menalan
Luka post operasi Merangsang Daya tahan
Endoteliosis pada
Badan lemah ASI tubuh dan menghisap
glomelurus menurun belum sempurna
Proses
Invasi bakteri menyusui
Peningkatan permeabilitas
MK : MK : Defisit
kapiler terhadap protein MK : Resiko tidak efektif
Intoleransi nutrisi
Proteinurianria infeksi MK : Menyusui
aktivitas
tidak efektif
Produksi urine
menurun Sumber : Trauma
(Marlina & Hani,
jaringan 2018), (Tim Pokja SIDKI PPNI, 2018)
(agnes
pencdera fisik)
MK : Nyeri akut
6. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2019). terdapat dua gejala yang sangat penting pada
preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh
wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah di atas adalah sebagai berikut :
a. Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting
pada preeklampsia. Tekanan diastolik merupakan tanda prognostik yang lebih
andal dibandingkan dengan tekanan sistolik. Tekanan diastolik sebesar 90
mmHg atau lebih yang terjadi terus menerus menunjukan keadaan abnormal.
b. Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului seorang preeklampsia dan
bhakan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama
preeklampsia pada sebagian wanita. Peningkatan BB normal adalah 0.5 Kg
per minggu. Bila 1 Kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya
preeklampsia harus dicurigai.
c. Proteinuria
Pada preeklampsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua,
atau tidak sama sekali. Pada kasus beratu proteinuria dapat ditemukan dan
dapat mencapai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian
dibandingkan hipertensi dan kenaikan BB yang berlebihan.
d. Nyeri kepala
e. Nyeri epigastrium
f. Gangguan penglihan
7. Komplikasi
Menurut Aditya (2018), bahwa komplikasi terberat adalah kematian ibu dan
janin , Usaha utama adalah melahirkan anak hidup dari ibu yang menderita
preeklmapsi . Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada preeklamsi dan
eklampsi, yaitu :
a. Solutio plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering pada preeklampsi.
b. Hemolisis
Penderita dengan preeklampsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinis
hemolisi yang di kenal denga ikterus.belumdi ketahui dengan pasti apakan ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.nekrosis periport
hati yang sering di temukan pada autopsy penderita eklampsi dapat menerapkan
ikterus tersebut.
c. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsi
.
d. Kelainan mata
Kehilangan pengelihatan untuk sematara yang berlangsung sampai seminggu
dapat terjadi perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina , hal ini merupakan
tanda gawat terjadinya apopleksia serebri.
e. Edema paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang di temukan abses baru.
f. Nekrosis hati
Nekrosis periportal pada preeklampsi merupakan akibat vasospasme arterio
umum. Kelainan ini di duga khas untuk eklampsi tetapi juga pada penyakit
lain.kerusakan sel-sel hati dapat di ketahui dengan pemeriksaan faal hati terutama
pemeriksaan enzim-enzimnya
g. Kelainan ginjal
Kelainan ini merupakan endoteliosis yaitu pembengkakan sitoplasma sel endotel
tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
8. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada preeklampsia adalah
sebagai berikut (Abiee, 2012) :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12-14 gr %)
b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %).
c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
2) Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine
b. Pemeriksaan Fungsi hati
1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
c. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus
lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
9. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2020) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah sebagai berikut :
a. Tirah Baring miring ke satu posisi.
b. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ.15
c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam.
d. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam pemberian cairan
infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
e. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
f. Monitor keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasografi)
g. Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi partus pada
usia kehamilan diatas 37 minggu.
h. Tindakan sectio caesarea
B. Konsep Dasar Sectio Caesarea
1. Pengertian
Sectio caesarea (SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembelahan
di mana irisan di lakukan di perut ibu (Laparatomi) dan rahim (histerektomi)
untuk mengeluarkan bayi. Sectio caesarea umumnya di lakukan ketika proses
persalinan normal melalui vagina tidak memungkinkan karena beresiko kepada
komplikasi medis lainnya (Purwoastuti, Dkk, 2015).
Sectio caesarea merupakan lahirnya janin melalui insisi di dinding abdomen
(laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Persalinan dengan sectio caesarea
membutuhkan pengawasan yang baik, karena tanpa pengawasan yang baik akan
berdampak buruk kepada ibu, oleh persalinan sectio caesarea terus meningkat di
seluruh dunia, khususnya di negara-negara yang berpenghasilan tinggi dan
menengah, serta telah menjadi masalah kesehatan yang utama di masyarakat
(Sihombing, 2020).
sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan,yaitu janin di lahirkan
melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta bobot janin di atas 500 gram (Solehati, 2015).
Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa sectio caesarea adalah suatu
tindakan pembedahan yang tujuannya untuk mengeluarkan janin di dalam rahim
melalui insisi pada dinding.
2. Etiologi
Menurut Nurarif & Hardhi (2015), penyebab dari sectio caesarea dalah sebagai
berikut
a. Penyebab yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua di sertai dengan
kelainan letak ada, dispororosi sefalo pelvik (disproporsi janon/panggul), ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primagravida, solutio plasenta I-II, komplikasi
kehamilan yang di sertai penyakit (jantung, DM). Gangguan perjalanan
persalinan (kista ovarium. Mioma uteri, dan sebagainya).
b. Penyebab yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum
atau forceps ekstraksi.
3. Klasifikasi
Menurut Purwoasturi Dkk, (2015) ada beberapa jenis sectio caesarea (SC), yaitu
di antaranya :
a. Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi
jenis sudah sangat jarang di lakukan saat ini karena sangat beresiko terhadap
terjadinya komplikasi.
b. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum di lakukan
pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan resiko terjadinya
perdarahan dan cepat penyembuhannya.
c. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar di ikuti dengan pengakatan rahim. Hal
ini di lakukan dalam kasus-kasus di mana perdarahan yang sulit di tertangani
atau ketika plasenta tidak dapat di pisahkan dari rahim.
d. Bentuk lain dari sectio caesarea (SC) seperti extraperitoneal SC atau Porro
SC.
4. Anatomi fisiologi
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu: alat
reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum
a. Struktur eksterna
Vulva adalah penutup atau pembungkus yang berbentuk lonjong, berukuran
panjang, mulai klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil sampai ke belakang
dibatasi perineum. b) Mons Pubis atau mons veneris merupakan jaringan
lemak subkutan berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan
jaringan ikat jarang di atas simfisis pubis. c) Labia Mayora adalah dua lipatan
kulit panjang melengkung yang menutupi lemak dan jaringan kulit yang
menyatu dengan mons pubis. d) Labia Minora terletak diantara dua labia
mayora merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, tidak berambut yang
memanjang ke arah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchett. e)
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan yang terletak tepat di
bawah arkus pubis. Jumlah pembuluh darah dan persarafan yang banyak
membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi tekanan.
17 f) Vestibulum suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau lojong,
terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. g) Perineum adalah
daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan anus.
Perineum membentuk dasar badan perineum.
b. Struktur interna
Ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba falopi.
Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis
lateral kira-kira setinggi krista iliaka anterosuperior, dan ligamentum ovarii
proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. b) Tuba Falopii , sepasang tuba
fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas legamen lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap
ovarium. c) Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus terdiri dari tiga bagian,
fundus, korpus dan istmus. Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang
dapat melipat dan mampu meregang secara luas. Mukosa vagina berespon
dengan cepat terhadap stimulai esterogen dan progesteron.
5. Indikasi sectio caesarea
Menurut Indarti (2019) terdapat beberapa indikasi persalinan sectio caesarea
yaitu :
a. Janin sungsang
Kondisi ini posisi terbaik saat akan lahir ialah kepala menghadap jalan lahir,
sehingga saat akan lahir kepala terdorong keluar sehingga mudah untuk
penolong, namun bila terjadi hal lain seperti sungsang sebagian atau bahkan
sungsang sepenuhnya, maka persalinan akan lebih sulit, sehingga di butuhkan
penaganan persalinan yang harus di pertimbangkan untuk keselamatan ibu dan
bayi melalui sectio caesarea.
b. Kasus panggul sempit
Saat di lakukan pemeriksaan kal 1 dokter bisa mengetahui terdapatnya
panggul sempit, seperti apabila bayi relative lebih kecil, kurang dari 2,5 kg
dapat di curigai sebagai panggul sempit, apabila sudah di pastikan ibu
mempunyai panggul sempit maka akan di anjurkan unutk di lakukan
persalinan sesarea.
c. Plasenta menutupi jalan lahir
d. Persalinan macet
e. Janin meninggal di dalam rahim
f. Perdarahan dalam kehamilan
g. Ketuban pecah dini
Sedangkan menurut Hartati dan Maryunani (2015) indikasi persalinan sectio
caesarea di bagi menjadi 2 yaitu :
a. Persalinan sectio caesarea atas indkasi ibu :
1) Proses persalinan normal yang lama atau kegagalan dalam proses persalinan
2) Detak jantung janin melambat
3) Komplikasi pre eklampsia berat
4) Ibu menderita herpes
5) Putusnya tali pusat
6) Resiko luka parah pada rahim
7) Bayi dalam posisi sungsang
8) Bayi besar
9) Plasenta previa
10) Plasenta bokong akibat kehamilan
11) Presentasi bahu
b. Persalinan sectio caesarea atas indikasi bayi yaitu :
a. Gawat janin
b. Tali pusat penumpang
c. Primigravida tua
d. Kehamilan dengan diabetes melitus
e. Infeksi intra partum
f. Kehamlan kembar
g. Kehamilan dengan kelainan kongenital
h. Anomaly janin misalnya hidrosefalus
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosis Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengindetifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI, 2020).
b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
c. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
d. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisik
e. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Intervensi keperawatan
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi a. agar terhindar dari
Definisi : keperawatan diharpak Definisi : komplikasi lanjut akibat
Berisiko mengalami peningkatan terserang resiko infeksi tidak terjadi Mengidentifikasi dan dari infeksi berlanjut
organisme patogenik Tingkat infeksi menurunkan risiko terserang b. Untuk mengurangi
Faktor resiko : Definisi : organisme patogemik resiko infeksi
a. Penyakit kronis Derajat infeksi berdasarkan Observasi : c. Cuci tangan sebelum
b. Efek prosedur invasive observasi atau sumber Monitor tanda dan gejala infeksi kontak dapat
c. Malnutrisi informasi local dan sistemik meminimalisirkan
d. Peningkatan paparan organisme a. Tidak ada demam Terapeutik : kontak infeksi
pathogen lingkungan b. Kemerahan tidak ada a. Batasi jumlah pengunjng d. Tanda dan gejala
e. Ketidakadekuatan pertahan pathogen c. Nyeri tidak ada b. Cuci tangan sebelum dan infeksi dapat dicegah
lingkungan d. Bengkak tidak ada sesudah kontak dengan dengan tepat apabila
1) Gangguan peristaltic pasien cepat untuk
2) Kerusakan integritas kulit Edukasi : mengetahuinya
3) Perubahan sekresi pH a. Jelaskan tanda dan gejala e. Guna mempermudah
4) Penurunan kerja siliaris infeksi klien dalam
5) Ketiban pecah lama b. Ajarkan cara memeriksa mempercepat proses
6) Ketuban pecah sebelum waktunya kondisi luka atau luka penyembuhan luka
7) Merokok operasi f. Nutrisi yang tepat dapat
8) Statis cairan tubuh c. Anjurkan meningkatkan mempercepat proses
f. Ketidakadekuatan pertahan tubuh asupan nutrisi luka
skunder : d. Anjurkan meningkatkan g. Cairan yang tepat dapat
1) Penurunan hemoglobin asupan cairan meningkatkan
2) Imunosupresi kesembuhan luka
3) Leukopenia
4) Supresi respon inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
5. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dari proses. Penilaian hasil
menetukkan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menetukkan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, dan evaluasi itu sendiri. (Purba, 2019)
LAPORAN KASUS
Nama mahasiswa :
No. NIM :
Tanggal Pengkajian :
A. Identitas klien
Nama : Ny. R
Umur :
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ergo Lareh
No. MR : 01.15.46.75
Tanggal Masuk : 06 April 2023
B. Alasan Masuk
Keluarga mengatakan sebelum masuk rumah sakit mengalami jatuh dari kamar mandi
lalu tidak sadarkan diri
C. Data kesehatan umum
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri luka operasi dibagian bawah pusar seperti teriris-iris. Klien
mengatakan baru pertama kali dilakukan operasi
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dulu pernah masuk rumah sakit karena mual muntah sebelum
hamil.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan
4. Riwayat kehamilan dan persalinan dahulu
ANALISA DATA
Data objektif :
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah
INTERVENSI KEPERAWTAN
Senin, 07 2 Mengidentifkasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi S : Klien mengatakan ASInya mulai ada namun
Respon :
Apr 2022 sedkit
S : Klien mengatakan siap menerima informasi yang akan dijelaskan
perawat ruangan O : Klien tampak berusaha menyusi anaknya, tampak
O : Klien kooperatif
ASI keluar dikit,
Mengidentifkasi tujuan dan keinginan menyusui
Respon : A : Masalah menyuui tidak efekti belum teratasi
S : Klien mengatakan tidak tau tujuan mengenai menyusui
P : Intervensi dilanjutkan
O : Klien tampak bingung
Memberikan konseling menyusui
Respon :
S : Klien mengatakan pelan-pelan akan mengerti mengenai menysui
O : Klien kooperatif
Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
Respon :
S : Klien mengatakan kurang mengerti
O : Klien tampak menyimak dengan baik
Senin, 07 3 Mengkaji tanda anxietas S : Klien mengatakan cemasnya berkurang dengan
Respon :
Apr 2022 kondisinya
S : Klien mengatakan cemas dengan kondisi kesehatannya
O : Klien tampak cemas O : Klien tampak rileks, tampak lebih tenang
Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
A : Masalaha nsietas teratasi sebagian
Respon :
S : Klien mengatakan ruangannya nyaman bersih P : Intervensi dilanjutkan
O : Klien tampak nyaman dengan ruangannya
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
Menjelaskan prosedur
Respon :
S : Klien mengatakan cemasnya berkurang setelah dijelaskan semua
tindakan perawat
O : Klien tampak rileks
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Rabu, 09 2 Memberikan kesempatan ibu untuk bertanya S : Klien mengatakan ASInya sudah mulai keluar
Respon :
Apr 2022 sedikit-demi sedikit
S : Klien mengatakan tidak ada yang mau ditanyai lagi semua sudah jelas
O : Klien tampak memahami dengan baik, saat observasi tampak ibu O : Klien tampak berusaha menyusi anaknya, tampak
menysusi anaknya dengan posisi yang telah diajarkan
ASI keluar,
Menjelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
Respon : A : Masalah menyuui tidak efekti teratasi sebagian
S : Klien mengatakan kurang mengerti
P : Intervensi dilanjutkan
O : Klien tampak menyimak dengan baik
Mengajarkan 4 posisi menyusui dan perlekatan (lacth on) dengan benar
Respon :
S : Klien mengatakan paham setelah diajarkan posisi menyusui yang
dijelaskan perawat ruangan
O : Klien tampak menyusui anaknya dengan yang telah diajarkan
Ajarkan perawatan payudara anterpartum dengan mengkompres dengan
kapas yang telah diberikan minyak kelapa
Respon :
S : Klien mengatakan akan melakukannya
O : Tampak klien antusias dengan yang telah diajarkan
Ajarkan perawatan payudara postpartum (pijat payudara, memerah payudara)
Respon :
S : Klien mengatakan akan melakukannya
O : Tampak klien mampu memerah payudaranya sendiri dan ASI ada
keluar dikit- sedikit
DAFTAR PUSTAKA
Faiqoh. (2019). Konsep Asuhan Persalinan Sectio Caesarian. Retrieved from http://eprints.stikes-
aisyiyah.ac.id/891/7/BAB 15 KU.pdf
Situmorang. (2019). Aplikasi Teori Adaptasi Dalam Asuhan Keperawatan. Retrieved from
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2019-3/20391269-SPRahma
Hidayati.pdf Indah, R. (2010). Konsep dasar asuhan Neonatus, bayi & balita.
Sukarni, I. (2020). Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2020). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja Siki DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Widyawati, T. (2020). Konsep Bayi Baru Lahir. Wijayanti, D. (2009). Reproduksi Wanita.