Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. R


DENGAN G2P1A0 GRAV 32-33 MINGGU DENGAN
INDIKASI PRE-EKLAMSI DI RUANG NIFAS RSUD
CILILIN TAHUN 2021

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas stase keperawatan marternitas

Oleh:
Salsabila Nurul Hidayah
4121106

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2021
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan serta persalinan merupakan suatu peristiwa alamiah dan hal yang
sangat dinanti oleh para ibu yang sedang menunggu proses kelahiran bayinya.
Meskipun persalinan merupakan peristiwa fisiologis namun setiap proses
persalinan yang terjadi beresiko mengalami komplikasi selama persalinan. Hal
tersebut dapat memperburuk kondisi baik ibu maupun bayi selama persalinan
berlangsung sehingga berdampak terjadinya kematian pada ibu dan bayi
(Winancy, 2019).
Angka kematian Ibu (AKI) yang tinggi merupakan permasalahan kesehatan
di Indonesia yang belum terselesaikan sampai saat ini, data yang diperoleh dari
pusdattin Kemenkes RI (2019) Angka Kematian Ibu di Indonesia sampai sengan
019 masih pada angka 305 per 100.000 kelahiran hidup angka tersebut masih
tinggi jika dikaitkan dengan target SDGs Indonesia tahun 2030 yaitu menurunkan
AKI hingga 70 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab AKI masih didominasi
oleh hipertensi dalam kehamilan atau preeklamsi (24,8%)
Preeklamsia adalah suatu keadaan yang terjadi pada kehamilan yang
ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah paling sedikir 140/90
mmHg, adanya protein urine dalam tubuh dan disertai edema (Rozikan, 2007).
Preeklamsi merupakan penyulit kehamilan akut dan dapat terjadi pada
antepartum, intrapartum, post partum (Wiknjosastro,2010). Preeklamsi umumnya
terjadi pada kehamilan trimester II, preeklamsi berbeda dengan tekanan darah
tinggi yang menahun, preeklamsia hanya terjadi ketika hamil, preeklamsia lebih
sering terjadi ketika hamil. Preeklamsia lebih sering terjadi pada wanita yang
hamil pada usia lebih 35 tahun, hamil kembarm memiliki riwayat hipertensi atau
preeklamsia. Diduga penyebab preeklamsia adalah penyempitam pembuluh darah
yang unik (Indiarti, 2009).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
preeklamsi yang dirawat diruang nifas RSUD Cililin?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan gambaran tentang ASuhan Keperawatan pada Klien
dengan Preeklamsia yang di Rawat di Ruang Nifas RSUD Cililin?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji klien dengan Preeklamsia
2. Merumuskan diagnose kepeawatan pada klien dengan Preeklamsia
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan Preeklamsia
4. Melaksanakan intervensi pad klien dengan Preeklamsia
5. Mengevalusasi pada klien dengan Preeklamsia
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Pre-eklamsi


Preeklamsia merupakan gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil
dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah ≥ 140/90 mmhg disertai dengan edema dan proteinuria.
Preeklamsi merupakan kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebeumnya, gejalanya
ditandai setelah kehamilan berumur 20 minggu.
2.2 Etiologi
Penyebab pre-eklamsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi pre-
eklamsia hamper secara ekslusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama
(Nulipara). Biasanya terdapat pada wanita subur dengan umur ekstrim, yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
Pre-eklamsi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Pre-eklamsi ringan
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih, kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih, cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaliknya 6 jam.
- Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat
1kg atau lebih per mimggu
- Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif 1+
atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
2. Pre-eklamsi Berat
- Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu
hamilm sudah dapat digolongkan pre-eklamsia berat
- Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

3
4

- Proteinuria dari 3g/liter


- Oliguria, yaitu jumlah urin < 400 cc/24jam
- Adanya gangguan selebral, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, dan rasa nyeri pada epigastrium.
- Terdapat edema paru dan dan sianosis.
- Enzim hati meningkat dan disertai icterus
- Pendarahan pada retina
- Trombosit <100.000/mm
2.3 Patofisiologi
Pada pre-eklamsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai dengan
retensi air dan garam. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen aretiola sedemikian sempitnya sehinga
nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola di dalam tubuh
mengalami spasme maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk
mengataasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan
air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin
karena retensi air garam. Proteinuriadapat disebkan oleh spasme arteriola
sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklamsia yang dapat
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokontriksi juga dapat menimbulkan hipoksia pada edontel setempat,
sehingga terjadi kerusakan endotel. Kebocoran arteriola disertai pendarahan mikro
tempat endontel.
Pada preeklamsia serum antioksidan kadarnya menurun dan plasenta
menjadi sumber terjadinya peoksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil
normal, serumnya mengandung transferrin, ion tembaga dan sulfhidril yang
berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam
aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai
kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endontel tersebut.
Rusaknya sel-sel edontel tersebut akan mengakibatkan antara lain, adhesi dan
5

agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma,


terlepasnya enzin lisosom, thomboksan dan seotinin sebagai akibat rusaknya
trombosit. Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunta keseimbangan protasiklin
dan tromboksan, terjadi hipoksoa plasenta akibat konsumi oksigen dan
periolsidase lemak.
2.4 Komplikasi
Komplikasi yang terberat dari pre-eklamsia adalah kematian ibu dan janin,
namun beberapa komplikasi yang terjadi baik pada ibu maupun janun adalah
sebagi berikut :
1. Bagi ibu
- Sindrom HELLP (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low
Platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
emningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
- Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
- Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang
behubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan
meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.
- Kegagalan organ, pre-eklamsia bisa menyebabkan disfunsi
beberapa organ seperti paru ginjal dan hati.
- Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul berupa
pendarahan karena kurangnya protein yang diperlukan untuk
pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan darah
yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.\
- Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan pendarah serius dan kerusakan
plasenta, yang akan mebahayakan keselamatan wanita hamil dan
janin.
- Stroke hemoragik, kondisi iniditandai dengan pecahnya
pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam
pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami pendarahan di
6

otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya


penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak
mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran darah,
kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau bahkan
kematian.
2. Bagi janin
- Prematuritas
- Kematian janin
- Terhambatnya pertumbuhan janin
- Asfiksia neonaturum.
2.5 Manifestasi Klinis
Pada pre-elkamsia ringan, gejala sunyektif belum dijumpai, tetapi pada pre-
eklamsia berat gejalanya sudah dapat dijumpai seperti:
- Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang
diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Dakit
kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan
pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain.
- Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
- Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara
berisik atau gangguan lainnya.
- Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium0 yang kadang
disertai dengan mual muntah.
- Gangguan pernafasan sampai cyanosis
- Terjadi gangguan kesadaran
- Dengan pengeluaran proteinuria keadaan semakin berat, karena
terjadi gangguan fungsi ginjal..
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan darah lengkap
- Urinalis
- Pemeriksaan fungsi hati
7

- Tes kimia darah


- Radiologi
2.7 Penatalaksanaan Medik
Tujuan utama utama penaganan pre-eklamsia adalah mencegah terjadinya
eklamsia, melahirkan tanpa asfiksia dengan skor APGAR baik, dan mencegah
mortalitas marternal dan perinatal.
- Pre-eklamsia ringan
Istirahat ditempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan
pre-eklamsia ringan. Istirhat dengan berbaring pada sisi tubuh
menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah keginjal
meningkat, tekanan vena pada ekstremitas bawah menurun dan
reabsorpsi cairan bertambah. Selain itu dengan istirahat ditempat
tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga
dapat mengurangi volume darah yang beredar dan juga
menurunakan tekanan dara. Apabaila pre-eklamsia tersebut tidak
membaik dengan penanganan konservatif, dalam hal ini kehamilan
harus diterminasi jika mengancam maternal.
- Pre-eklamsia berat
Pada psien pre-eklamsia berat segera harus diberi obat sedative kuat
untuk mencegah tmbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam
bahaya akut sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan
kehamilan. Akut sudah diatas, tindakan terbaik adalah menghentikan
kehamilan. Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat
diberikan larutan magnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4
gram secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian
dilanjutkan dengan MgSO$ 40% sebanyak 12 gr dalam 500cc RL
atau sekitar 14 tpm. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat
diberikan jika diuresis pasien baik, reflex patella positif dan
frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek
menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan preeklamsia dapat
8

juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50mg secara


intramuscular ataupun diazepam 20 mg secra intamuskular.
Menurut Pratiwi penatalaksanaan pada pre-eklamsi adalah sebagai berikut:
- Tirah baring satu posisi
- Monitor ttv, refleks, dan DJJ
- Diet tinggi kalori, tinngi protein, rendah karbohidrat lemak dan
garam.
- Pemenuhan kebutuhan cairan : jika jumlah uribe < 30ml/jam
pemberian cairan infus RL 60-125ml/jam.
- Pemberian obat-obatan sedativw, anti hipertensi dan diuretic.
- Monitoe keadaan janin (Aminoscopy, Ultrasonografi).
BAB III
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. R
G2P1A0 GRAV 32-33 MINGGU DENGAN INDIKASI PRE-EKLAMSI DI
RUANG NIFAS RSUD CILILIN TAHUN 2021

Nama : Ny. R NRM :83**1

Ruangan : Ruang Nifas Tgl masuk RS : 23/12/2021

Kamar : Zaenab Tgl Pengkajian : 24/12/2021

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama/Suku : Islam/Sunda
Warga Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia dan Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kp. Cimapag
Dx Medik : Preeklamsi
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. I
Alamat : Kp. Cimapag
Hub dengan pasien : Suami
2. Keadaan Umum
a. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan memiliki riwayat darah tinggi

9
10

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan satu hari sebelumnya pasien memeriksakan
kandungannya ke klinik, dalam pemeriksaan didapatkan tekanan
darah pasien 180/110 mmHg dan edema pada kaki dan sering
mengalami kram pada malam hari.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat darah
tinggi.
d. Riwayat Kehatan Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit.
e. Riwayat penggunaan obat = -
f. Riwayat alergi = -
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Pasien tampak lemah, pusing
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda Vital
TD : 170/110 mmHg S : 36, 4 ᵒc
R : 22 x/menit N : 84 x/menit
Spo2 : 97%
d. Pemeriksaan persistem :
1) Sistem saraf pusat
Kesadaran compos mentis, tidak ada kelainan
2) Sistem penglihatan
Simetris, bear pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ada kelainan.
3) Sistem pendengaran
Simetris, tidak ada kelainan
4) System penciuman
Lubang hidung simetris, tidak ada sekret, penciuman baik
5) Sistem pernafasan.
11

Tida ada kelainan, pola nafas normal, R = 22x/menit, irama


nafas teratur, tidak kesulitan bernafas, tidak ada batuk dan
sekresi.

6) Sistem kardiovaskuler
Tidak ada kelainan, tidak ada nyeri dada, denyut nadi teratur,
TD: 170/110 mmHg, N: 84x/menit
7) Sistem pencernaan
Tidak ada kelainan
8) Sistem endokrin
Tidak ada kelainan
9) Sistem Genitourinaria
Tidak ada kelainan
10) Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kelaina
11) System integumen
Tidak ada kelainan
4. Pola kehidupan sehari-hari
a. Pola Aktivitas
Dibantu oleh suaminya dalam makan dan minumm eleminasi,
berpakaian dan berpindah
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : makan 3x/hari dengan 1 porsi minum
2L/hari
Semenjak dirawat : Makan 3x/hari dengan ½ porsi, minu
1L/hari
c. Pola Tidur
Sebelum sakit : 7-8 jam/hari, tidur drngan nyeyak
Semenjak dirawat : 5-6 jam/hari, tidur gelisah
d. Pola eliminasi
Tidak ada kelainan BAB ataupun BAK
12

5. Data Psikologis
Tidak ada kelainan, pasien menunjukan sikap yang tenang ketika
berkomunikasi dengan pasien lainya mupun perawat dan dokter.

6. Data penunjanng

No Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan


1 Hemoglobin 12,7 g/Dl 11,7 – 15,5
2 Hematokrit 36 % 35-47
3 Leukosit 6.890 103/mm3 4000-11.000
4 Trombosit 354.000 103/mm3 150.000-450.000
5 Eritrosit 5,6 106/mikroL 3,8-5,2

No Nama Dosis Pemberian Kegunaan


1 Nifedipne 3 x 10 Oral Menurunkan
mg tekanan darah
2 Metildopa 2 x 500 Oral Merelaksasi
pembuluh darah

7. Analisi Data

No Data Etiologi Problem


1 DS : Pasien mengeluh Adanya Gangguan
jika pada malam hari rangsangan mekanisme
sering mengalami kram. angiostensinII regulasi
DO : pada gland.
Suhu : 36,4ᵒC, suprarenal
Nadi 84x/menit,
TD : 170/110 mmHg, peningkatan
RR 22x/menit reabsorsi
13

Retensi cairan

Edema

Kelebihan
volume cairan
2 DS : Ektremitas Kelemahan fisik
- Pasien mengeluh
pusing, badan lemas Metabolisme
dan cepat lelah anaerob
- Pasien mengatakan
semenjak memasuki ATP diproduksi

usia kehamilah 32
minggu tidak pernah Pembentukan

bekerja karena mudah asam laktat

lelah
Cepat lelah dan
DO :
lemah
- Pasien telihat lemas
- Saat melakukan
Kelmahan umum
aktivitas dibantu oeh
keluarganya
Intoleransi
aktivitas

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebiha volume cairan behubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
14

C. Intervensi keperawatan

Dx Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1 Setelah diberikan 1. Monitor pengeluaran 1. Pengeluaran urin
intervensi urin, catat jumlah dan mungkin sedikit dan
keperawatan 1 x 24 warna sat diuresis terjadi. pekat karena
jam, diharapkan 2. Monitor dan hitung penurunan perfusi
volume cairan pasien intake dan ouput selama ginjal. Pemantauan
stabil dengan kriteria 24 jam urin dengan
hasil : 3. Pertahankan duduk atau memperhatikan
1. Keseimbangan tirah baring dengan jumlah dan warna urin
intake dan ouput posisi semifowler atau akan membantu dalam
2. Ttv normal posisi yang nyaman bagi proses penentuan
3. Menyatakan dan pasien seama fase akut diagnosa pasien.
pemahaman 4. Monitor TTV 2. Pemantauan intake
tentang batasab 5. Monitor dehidrasai dan ouput cairan
cairan individual cairan dan batasi asupan membantu dalam
cairan proses penentuan
6. Timbang berat badan keseimbangan cairan
setiap hari jika dan elektrolit pasien.
memungkinkan dan 3. Posisi duduk atau tirah
amati tugor kulit serta baring dengan posisi
adanya edema semifowler dapat
7. Kolaborasi pemberian meningkatkan filtrasi
medikasi seperti ginjal dan
pemberian diuretik. menurunkan produksi
ADH sehingga
meningkatkan
15

diuresis.
4. Hipertensi dan
peningkatan CVP
menunjukan kelebihan
cairan dan dapat
menunjukan kogesti
paru serta gagal
jantung.
5. Pemantauan dan
pembatasan cairan
akan menentukan BB
ideal. Keluaran urin,
dan respon terhadap
terapi.
6. Berat badan, turgor
kulit, dan adanya
edema mempengaruhi
kondisi cairan dalam
tubuh.
7. Diuretic bertujuan
untuk menurunkan
volume plasma dan
menurunkan retensi
cairan dijaringan
sehingga menurunkan
risiko terjadinya
edema.
2 Setelah diberikan 1. Anjurkan pasien 1. Untuk mengetahui
intervensi mengungkapan respon keluhan yang
keperawatan 1 x 24 secara verbal mengenai dirasakan pasien
jam diharapkan keterbatasan yang 2. Untuk
16

keletihan dapat dialami mempertahankan


teratasi dengan 2. Tentukan jenis dan lingkungan yang
kriteria hasil toleransi banyaknya aktivitas yang kondusif
terhadap aktivitas dibutuhkan untuk 3. Untuk meningkatkan
dengan indikator: menjaga ketahanan. istirahat pasien
1. Kemudahan dalam 3. Tingkatkan tirah baring 4. Untuk melakukan
ADL atau pembatasan monitor TTV.
2. Ttv normal kegiatan dengan
3. Koordinasi otot cangkupannya yaitu pada
tulang dan waktu istirahat tirah
anggota gerak baring.
lainnya baik. 4. Monitor TTV

D. Implemntasi

DX Implementasi
1 - Mengedukasi pasien untuk mempertahankan duduk atau
tirah baring dengan posisi semifowler atau posisi yang
nyaman bagi pasien
- Monitor ttv
- Monitor cairan dan edukasi mengenai batasan asupan cairan
- Mengedukasi pasien untuk melakukan timbang berat badan
setiap hari jika memungkinkan dan amati turgor kulit serta
adanya edema pada kaki.
- Mengkolaborasi pemberian obat
2 - Menganjurkan pasien mengungkapkan respon secara vebal
mengenai keterbatasan yang dialami
- Menentukan jenis dan banyaknya aktivitas yang dibutuhkan
untuk menjaga ketahanan.
- Meningkatkan tirah baring atau pembatasan kegiatan dengan
cakupannya yaitu pada waktu istirahat tirah baring.
17

- Mengedukasi keluarga untuk selalu membantu keterbatasan


yang dialami pasien

E. Evaluasi

DX Evaluasi
1 S : - Pasien mengatakan selam ini banyak minum
- Pasien mengatakan jarang menimbang berat badan
O : Ks: Kompos mentisa, Ku: Lemah
TD: 170/110 mmHg
R: 22 x/menit
S : 36,4 ᵒC
N : 84 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2 S : Pasien mengatakan selalu merasa lemas
O : Pasien tampak lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Faiqoh E. Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan perawatan ibu hamil
dengan terjadinya preeklamsia. Jurnal Berkala Epidemiologi 2015.
Herdman HT, Kamitsuru S. Nursing diagnoses definitions and classification
2015-2017. UK: Willwy Blacwell: 2014
Indrian, S. Karya tulis ilmiah asuhan keperawatan dengan preeklamsi yang di
rawat di rumah sakit. Samarinda: 2020
Kementrian Kesehatan RI. Data dan informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan; 2019.
Nurafif, Hardi. Aplikasi asuhan keperawatan dan diagnosa medis nanda nic-noc.
Jogjakarta: Medication. 2015
Tandi ME, Akri YJ, Surtiyanti T. Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian
preeklamsia pada ibu hamil di RS Karitas Weetabula Sumba Barat Daya. Biomed
Science 2021. 25-32.
Winancy, W. Penkes preeklamsi untuk pengtahuan ibu hamil dalam enghadapi
komplikasi. Jurnal Bidan Cerdas (JBC) 2019.59-67.

17

Anda mungkin juga menyukai