Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PRE EKLAMSI

RSD BALUNG KABUPATEN JEMBER

Disusun oleh :
Rahmat Tulloh Amin
22101040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
2023

1
LAPORAN PENDAHLUAN

PRE EKLAMSIA

1.1 Pengertian
Pre eklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria. Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a) Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolik ≥140/90
mmHg. Pengukuran darah dilakukan sebanyak 2 kali pada selang
waktu 4 jam-6 jam.
b) Proteinuria adalah adanya 300 mg protein dalam urin selama 24
jam atau sama dengan ≥1+ dipstic.
c) Edema, sebelumnya edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda
preeklamsi tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi,
kecuali edema generalisata. Selain itu bila di dapatkan kenaikan
berat badan >0,57kg/minggu.
Pre eklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, proteinuria adalah tanda
penting preeklamsi, terdapatnya proteinuria 300 mg/1+. Sedangkan hipertensi
adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu tekanan
darah ≥140/90 mmHg .Gangguan hipertensi pada kehamilan diantaranya
adalah:

a) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur


kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap
sampai 12 minggu pasca persalinan.

b) Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu


kehamilan disertai dengan proteinuria.

c) Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang


sampai dengan koma.

d) Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi


kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik
2
disertai proteinuria.

e) Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang


timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pascapersalin, kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria.
1.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum bisa diketahui secara pasti.
Namun banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi
dalam kehamilan tetapi tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap benar-
benar mutlak. Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi:
a) Paritas
Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan
risiko meningkat lagi pada grandemultigravida (Bobak, 2005). Selain itu
primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul
preeklamsi.
b) Usia
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 23-35 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan bersalin pada usia dibawah 20
tahun dan setelah usia 35 tahun meningkat, karena wanita yang memiliki
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun di anggap lebih rentan
terhadap terjadinya preeklamsi. Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35
tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan
lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi preeklamsi.
c) Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi
sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang
mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami
preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan
neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsi ditegakkan berdasarkan
peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema

3
anasarka.
d) Sosial ekonomi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial
ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara
umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang
baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan
pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang seperti
Indonesia insiden preeklamsi/eklamsimasih sering terjadi.
e) Hiperplasentosis /kelainan trofoblast
Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor
predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan
dapat menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi
aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan
vasospasme adalah dasar patofisiologi preeklamsi/eklamsi.
Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes
melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa.
f) Genetik
kelainan genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi
uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang
dapat menyebabkanterjadinya vasospasme yang merupakan dasar
patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi.
g) Obesitas
Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam
tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula
dan garam yangkelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya berbagai
jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan
gangguan kesehatan lain.
1.3 Klasifikasi
Gejala klinik preeklamsi dapat dibagi menjadi preeklamsi ringan dan
preeklampsi berat:
4
1. Pre eklamsi ringan (PER)
Pre eklamsi ringan adalah suatu sindrom spesik kehamilan
denganmenurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme
pembuluh darah dan aktivasi endotel. Diagnosis preeklamsi ringan
menurut Prawirohardjo 2008, ditegakkan berdasarkan atas munculnya
hipertensi disertai proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu dengan ketentuan sebagai berikut:
 TD ≥140/90 mmHg
 Proteinuria: ≥300 mg/24 jam atau pemeriksaan kualitatif 1 atau 2+
 Edema: edema generalisata (edema pada kaki, tangan,muka,dan
perut).
2. Pre eklamsi berat (PER)
Preeklamsi berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah ≥160/110
mmHg, disertai proteinuria ≥5 g/24 jam atau 3+ . Diagnosis preeklamsi
berat ditegakkan bila ditemukan salah satu atau lebih. Tanda/gejala
berikut:
 TD ≥ 160/110 mmHg
 Proteinuria ≥5 g/24 jam; 3 atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif.
 Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500cc/24jam
 Kenaikan kadar kreatinin plasma
 Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur.
 Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen.
 Edema paru-paru dan sianosis.
 Hemolisis mikroangiopatik
 Trombositopenia berat: <100.000 sel/mm3atau penurunan trombosit
dengan cepat

 Gangguan fungsi hepar

 Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat

5
1.4 PATOFISIOLOGI

Pada pre eklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat
mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi
platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapatmempengaruhi sistem
saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan
kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus
dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan
nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskular, meningkatnya cardiac
output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer.Peningkatan hemolisis
microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan
obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan
kematian janin dalam Rahim.
Perubahan pada sistem dan organ pada preeklamsi menurutPrawirohardjo
2008 adalah:
1) Perubahan kardiovaskular
Penderita preeklamsi sering mengalami gangguan fungsi kardiovaskular
yang parah, gangguan tersebut pada dasarnya berkaitandengan afterload
jantung akibat hipertensi.
2) Ginjal
Terjadi perubahan fungsi ginjal disebabkan karena menurunnya aliran
darah ke ginjal akibat hipovolemi, kerusakan sel glomerulus
mengakibatkan meningkatnya permebelitas membran basalis sehingga
terjadi kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Gagal ginjal akut
akibat nekrosis tubulus ginjal. Kerusakan jaringan ginjal akibat
vasospasme pembuluh darah dapat diatasi dengan pemberian dopamin
agar terjadi vaso dilatasi pada pembuluh darah ginjal.
3) Viskositas darah

6
Vaskositas darah meningkat pada preeklamsi, hal ini mengakibatkan
meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
4) Hematokrit
Hematokrit pada penderita preeklamsi meningkat karena hipovolemia
yang menggambarkan beratnya preeklamsi.
5) Edema
Edema terjadi karena kerusakan sel endotel kapilar. Edema yang patologi
bila terjadi pada kaki tangan/seluruh tubuh disertai dengan kenaikan
berat badan yang cepat.
6) Hepar
Terjadi perubahan pada hepar akibat vasospasme, iskemia, dan
perdarahan. Perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi
nekrosissel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini bisa
meluas yang disebut subkapsular hematoma dan inilah yang
menimbulkan nyeri pada daerah epigastrium dan dapat menimbulkan
ruptur hepar.
7) Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa, nyeri kepala di sebabkan hiperfusi
otak. Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi ganguan
visus.
8) Paru
Penderita preeklamsi berat mempunyai resiko terjadinya edema paru.
Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel
endotel pada pembuluh darah kapilar paru, dan menurunnya deuresis.
1.5 Pathway

7
1.6 Manifestasi Klinis
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah- muntah.
Gejala-gejala inisering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan
merupakan petunjuk bahwaeklamsia akan timbul. Tekanan darahpun akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat.

1.7 Diagnosis

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan meliputi, peningkatan tekanan


sistolik 30mmHg dandiastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih
dari 140/90 mmHg.Tekanan darah pada preklamsia berat meningkat lebih dari
160/110mmHg dan disertaikerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan
menemukan takikarda, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi
ensefalopati, hiperefleksia, pendarahan otak. Diagnosis preeklampsia dapat
ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium.

1.8 Penatalaksanaan

 Penanganan umum, jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan


antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg.
a. Pasang infus RL
b. Ukur keseimbangan cairan, jangan sapai terjadi overload
c. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
d. Jika jumlah urin < 30 ml perjam, Infus cairan dipertahankan 1
1/8 jam Pantau kemungkinan edema paru
e. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi
dapat mengakibatkankematian ibu dan janin
f. Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
g. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.Krepitasi
merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop
pemberian cairan dan berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg
intravena
h. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside Jika
8
pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat
koagulapati.

 Antikonvulsan

Pada kasus preeklampsia yang berat dan eklampsia, magnesium sulfat


yang diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa
menimbulkan depressi susunan syaraf pusat baik bagi ibu maupun
janinnya. Obat ini dapat diberikan secaraintravena melalui infus kuntinu
atau intramuskular dengan injeksi intermiten.

Infus intravena kontinu :


a. Berikan dosis bolus 4 – 6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100
ml cairan dan diberikan dalam 15-20 menit

b. Mulai infus rumatan dengan dosis 2 g/jam dalam 100 ml cairan


intravenac)Ukur kadar MgSO4, pada 4-6 jam setelah pemberian
dan disesuaikan kecepatan infusuntuk mempertahankan kadar
antara 4 dan 7 mEg/l (4,8-8,4 mg/l)d)MgSO 4 dihentikan 24 jam
setelah bayi lahir.

Injeksi intamuskular intermiten :


a. Berikan 4 gram MgSO 4 sebagai larutan 20% secara intavena
dengan kecepatan tidak melebihi 1 g/menit
b. Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50%, sebagian (5%)
disuntikan dalam-dalam di kuadran lateral atas bokong (penambahan
1 ml lidokain 2 % dapat mengurangi nyeri). Apabila kejang menetap
setelah 15 menit, berikan MgSO4 sampai2 gram dalam bentuk
larutan 20% secara intravena dengan kecepatan tidak melebihi
1g/menit. Apabila wanita tersebut bertubuh besar, MgSo4 dapat
diberikan samapi 4gram perlahan.c)Setiap 4 jam sesudahnya,
berikan 5 gram larutan MgSO4 50% yang disuntikan dalam-dalam
ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-kanan, tetapi setelah
dipastikan bahwa:
 Reflek patela (+)
9
 Tidak terdapat depresi pernapasan

 Antihipertensi.
a) Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-
pelan selama 5menit sampai tekanan darah turun
b) Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau
12,5 intamuskular setiap 2 jam
c) Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
 Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.
 Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan
darah
tidak membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat
ditingkatkansamapi 20 mg intravena.
 Persalinan.
a) Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam.

b) Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa: Tidak


terdapat koagulapati. Anestesi yang aman/ terpilih adalah anastesia
umum. Jangan lakukan anastesialokal, sedangkan anestesia spinal
berhubungan dengan hipotensi
c) Jika anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm
terlalu kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika servik matang,
lakukan induksi dengan aksitosin 2-5 IU dalam 500 mldekstrose 10
tetes/menit atau dengan prostaglandin.

1.9 Diagnosis Banding


1. Eklamsia
2. Hipertensi kronis
3. Ketuban pecah dini
1.10 Konsep Keperawatan

1.10.1 Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari

10
tahapan proses keperawatan, yang harus memperhatikan data dasar dari
pasien untuk mendapatkan informasi yang diharapkan. Pengkajian
dilakukan pada (individu, keluarga, komunitas) terdiri dari data objektif
dari pemeriksaan diagnostic serta sumber lain. Pengkajian individuterdiri
dari riwayat kesehatan (data subyektif) dan pemeriksaan fisik (data
objektif). Terdapat dua jenis pengkajian yang dilakukan untuk
menghasilkan diagnosis keperawatan yang akurat: komprehensif dan
fokus. Pengkajian komprehensif mencangkup seluruh aspek kerangka
pengkajian keperawatan seperti 11 pola kesehatan fungsional Gordon dan
pengkajian fokus mencangkup pemeriksaan fisik.
Menurut Muttaqin (2008), Keluhan utama
 Identitas klien
 Riwayat penyakit saat ini
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat psikososial
 Pola- pola fungsi kesehatan
 Pola eliminasi
 Riwayat kehamilan dan persalinan masalalu
 Data umum kesehatan saat ini
1. Usia kehamilan

2. Pemeriksaan fisik ( keadaan umum, tand- tanda vital,


pemeriksaan kepala dan leher, thorax / dada, pemeriksaan
payudara, abdomen, genetalia dan anus, integumen,
laboratorium).
1.10.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiolosigi yang ditandai
dengan tampak meringis. D.0077
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyakit yang ditandai
dengan dispnea. D. 0005

11
1.10.3 Intervensi

Standar Diagnosis Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia (SKI)
(SDKI) (SLKI

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri (1.08238)


dengan agen cidera keperawatan selama 3x 24  Observasi
fisiolosigi yang ditandai jam masalah dapat teratasi.
dengan tampak meringis, 1. Identifikasi skala nyeri
gelisah, frekuensi nadi Tingkat nyeri (L.08066) 2. Identifikasi lokasi,
meningkat, sulit tidur, karakteristik, durasi,
Indikator SA ST
pola nafas berubah, frekuensi, kualitas,
bersikap protektif Keluhan nyeri 3 5 intensitas nyeri.
terhadap tempat nyeri.
3. Identifikasi respon nyeri
(D.0077) Meringis 3 5
non verbal
Kesulitan 3 5  Terapeutik
tidur
1. Berikan teknik non
keterangan farmakologis untuk
mengurangi nyeri.
1=meningkat
2. Fasilitasi istirahat dan
2= cukup meningkat tidur

3= sedang  Edukasi
1. Jelaskan strategi
4= cukup menurun
meredakan nyeri.
5= menurun 2. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

12
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG., Gant N, et al. “William Obstetrics” 23st ed. McGraw- Hill, Medical
Publishing Division, 2010

Brown MA. Diagnosis and Classification of Preeklamsi and Other Hypertensive Disoders of
Pregnancy in Belfort MA, Thornton S, Saade GR. “Hypertension in Pregnancy”
Marcel Dekker, Inc. New York, 2003,page 1-14
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
Prawiharjo Sarwono (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

13
14

Anda mungkin juga menyukai