Host
Agent Environment
KOORDINATOR P2
PENANGGULANG
AN PENYAKIT
B
P
KIA
LAB
POSYANDU
PE
YANKES SWASTA
RUANG LINGKUP SURVEILANS
FAKT
PENYAK
SURVEILANS OR
IT
RESIKO
LINGKUNGAN
PERILAKU
YANKES
DEFINISI
SURVEILANS FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN
• Pengamatan dan
pengkajian secara
sistematik terhadap
aspek lingkungan
sebagai faktor resiko,
dalam rangka menu-
runkan prevalensi
penyakit menular.
TUJUAN
• UMUM: Terselenggaranya surveilans faktor resiko
lingkungan dalam rangka menurunkan prevalensi penyakit
menular
• KHUSUS: Terselenggaranya:
1. Pengumpulan data faktor resiko lingkungan
berdasarkan penyakit
2. Pengolahan dan analisis data faktor resiko
lingkungan berdasarkan penyakit
3. Diseminasi informasi hasil kajian faktor resiko
lingkungan
4. Rencana tindak lanjut
Manajemen Surveilans
PERENCANAAN,
PENGENDALIAN,
EVALUASI PROGRAM
ENTRY
DETERMIN
AN
FAKTOR
DATA MASALAH
KESEHATAN PENGOLAHAN
INFORMASI
DETERMIN
AN
FAKTOR
ANALISIS
INTERPRETASI
BEBERAPA HAL TENTANG DATA
• TELAAH PUSTAKA:
a. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
ISPA pada balita yaitu: jenis lantai, kepadatan
hunian dan jenis bahan bakar yang dipakai”
(A. Lubis, 1996)
b. “Terdapat hubungan antara ISPA/pneumonia pada
anak dengan penggunaan bahan bakar masak”
(Suryadi, 1997)
c. “Kebiasaan ibu membawa anak sambil memasak
di dapur mempunyai resiko 2,5 kali pada anak
terserang ISPA” (Tugaswati, 1994)
DEFINISI OPERASIONAL
• SK MENKES No: 829 tahun 1999:
a. Persyaratan kesehatan perumahan bhw luas
ruang tidur minimal 8 m2, tdk boleh > 2 orang
b. Bahan bakar kategori baik: gas, listrik, kategori
sedang: minyak tanah, kategori kurang: kayu
bakar, arang
c. Luas ventilasi permanen minimal 10% dari luas
lantai
d. Jenis lantai yang baik: kedap air, mudah
dibersihkan
SURVEILANS FAKTOR RESIKO
LINGKUNGAN TERHADAP
KEJADIAN DIARE
• TELAAH PUSTAKA:
a. “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA
pada balita yaitu: jenis lantai, kondisi jamban, jarak
jamban dg sumber air, pencemaran sumber air,
perilaku merebus air, cuci tangan, perilaku
membuang sampah” (Retno, E, 2008)
b. “Terdapat hubungan antara
kejadian diare dengan perilaku
BAB serta riwayat makan minum”
(Depkes RI, 2003)
SURVEILANS FAKTOR RESIKO
LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN
LEPTOSPIROSIS
• TELAAH PUSTAKA:
Surveilans individu;
Surveilans penyakit;
Surveilans sindromik;
Surveilans berbasis Laboratorium;
Surveilans terpadu;
Surveilans kesehatan masyarakat global.
SURVEILANS INDIVIDU
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan
memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan
penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam
kuning, sifilis.
Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional
segera terhadap kontak,sehingga penyakit yang dicurigai dapat
dikendalikan.
Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang
membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang
sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular
selama periode menular.
Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi
SURVEILANS PENYAKIT
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan
terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi
penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi
terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan
lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit,
bukan individu.
Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung
melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans
tuberkulosis, program surveilans malaria.
Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi
tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps,
karena pemerintah kekurangan biaya.
SURVEILANS SINDROMIK
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala)
penyakit, bukan masing-masing penyakit.